SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
TINJAUAN TEORI
I. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Smeltzer & Bare,
2002). Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berubah trauma
langsung (Smeltzer & Bare, 2002), misalnya benturan pada lengan bawah
yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berubah
trauma tidak langsung (LeMone & Burke, 1996), misalnya jatuh bertumpu
pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu
jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya
mekanisme refleks jatuh di mana lengan akan menahan badan dengan
posisi siku agak menekuk (Busiasmita, Heryati & Attamimi, 2009).
Kekhasan dari fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar tulang,
yaitu otot supinator, pronator teres, pronator kuadratus yang memuat
gerakan pronasi-supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna.
II. Etiologi
Penyebab ekstinsik juga dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu
penyebab fraktur akibat gangguan langsung yaitu berupa trauma yang
merupakan penyebab utama terjadinya fraktur, misalnya kecelakaan,
tertabrak, jatuh. Penyebab yang lainnya adalah fraktur akibat gangguan
tidak langsung seperti perputaran, kompresi. Penyebab fraktur secara
intrinsik dapat diakibatkan kontraksi dari otot yang menyebabkan avulsion
fraktur, seperti fraktur yang sering terjadi pada hewan yang belum dewasa.
Fraktur patologis adalah fraktur yang diakibatkan oleh penyakit sistemik
seperti neoplasia, cyste tulang, ricketsia, osteoporosis,
hiperparatyroidisme, osteomalasia. Tekanan yang berulang juga dapat
menyebabkan fraktur.
2
III. Patofisiologi
3
IV. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari fraktur antara lain (Smeltzer & Bare, 2002):
1. Nyeri hebat di tempat fraktur
Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi.
Nyeri ini timbul karena ketika tulang tersebut patah, otot akan
mengalami spasme.
2. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
Pergeseran pada tulang yang fraktur menyebabkan tulang bergeser
dan berubah bentuk (deformitas). Hal ini juga mengakibatkan
tulang tidak dapat digerakan dari biasanya
3. Adanya pemendekan tulang
Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di
bawah fraktur.
4. Pembengkakan dan Perubahan Warna
Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur,
fragmen tulang yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya
sehingga terjadi respon inflamasi yang diawali dengan vasodilatasi
pembuluh darah dan pelepasan mediator-mediator
V. Komplikasi
Komplikasi patah tulang meliputi:
1. Komplikasi awal
a. Syok
Syok hipovolemik dapat terjadi karena kehilangan darah yang
terjadi, baik itu melalui perdarah eksternal maupun internal
(Smeltzer & Bare, 2002).
b. Sindrom emboli lemak
Sindrom emboli lemak merupakan suatu kondisi terjadinya
oklusi dari pembuluh darah yang kecil oleh globula lemak
(LeMone & Burke, 1996). Hal ini dikarenakan tekanan pada
sumsum tulang yang lebih tinggi dibandingkan pembuluh
4
darah atau akibat katekolamin yang dilepaskan pada reaksi
stress (Smeltzer & Bare, 2002).
c. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen terjadi ketika pasokan darah tidak
memenuhi kebutuhan perfusi jaringan (Smeltzer & Bare,
2002). Komplikasi ini dapat terjadi karena penurunan
kompartemen otot yang diakibatkan fasia yang melapisi otot
terlalu ketat atau gips atau balutan yang terlalu kuat. Selain itu
disebabkan pula oleh peningkatan isi kompartemen akibat
edema. Komplikasi ini sering terjadi pada tulang yang panjang
dan memiliki manifestasi klinik adanya keluhan nyeri yang
dalam, sensasi kesemutan, hilangnya sensai, juga adanya
edema (LeMone & Burke (1996) dan Smeltzer & Bare,
(2002)).
d. Komplikasi lain seperti tromboemboli, infeksi, dan koagulopati
intravaskuler diseminata
VI. Penatalaksanaan
Terdapat empat konsep dasar yang perlu diperhatikan/pertimbangkan pada
penanganan fraktur (Smeltzer & Bare, 2002):
1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian
kecelakaan dan kemudian di rumah sakit. Rekognisi ini juga
meliputi riwayat kecelakaan, kondisi parah tidaknya luka, deskripsi
kejadian, dan penentuan kemungkinan tulang yang patah.
2. Reduksi, merupkan reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin
dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara
manual dengan traksi atau gips
b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan
diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal
fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung
kedalam medula tulang.
5
3. Retensi, merupakan metode-metode yang dilakukan
untukbmempertahankan fragmen-fragmen tulang selama
penyembuhan.
4. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan
bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh
cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna yang
meliputi latihan gerak dan penggunaan alat bantu.
VII. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray : menentukan lokasi/luasnya fraktur
2. Scan tulang : memperlihatkan fraktur yang lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon
terhadap peradangan
5. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens
ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
tranfusi atau cedera hati
6
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-
masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada
tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data
A. Anamnesa
1) Data Demografi
Nama:
Umur:
(Angka kejadian pada range usia terbanyak ditemukan pada usia
antara 50-59 tahun. (Dias, dkk., 1980; Sarmiento, dkk.,
1980).Sejalan dengan semakin tua usia klien, maka prognosisnya
semakin buruk). Namun ada juga menurut sumber lain bahwa
Fraktur Radius ulna ini terjadi pada prevalensi usia 10 tahun (5-13
tahun). (Mutaqqin,2008)
Jenis Kelamin:
(Fraktur radius dan ulna lebih sering ditemukan pada klien laki-
laki dimana pekerjaan laki-laki memiliki resiko mengalami
fraktur).
Status Perkawinan:
Agama:
Suku/Bangsa:
Pendidikan:
Pekerjaan:
(Lebih sering terjadi pada klien yang jenis pekerjaannya
mengangkat beban berat, seperti pekerja/kuli bangunan. Dimana
7
cukup beresiko mengalami fraktur, juga termasuk cedera.Hal ini
bisa juga dialami oleh mereka yang berpfrofesi sebagai sopir
kendaraan, seperti sopir angkutan umum, taxi, bus, ataupun
truck.Termasuk mereka yang aktifitasnya mengendari kendaraan
karena beresiko mengalami kecelakaan lalu lintas dan cedera
dengan fraktur).
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri.Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya
serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa
nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien.Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian
tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui
mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan
yang lain
4) Riwayat Penyakit Dahulu
8
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan
penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering
sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka
di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik
dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,
dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik
6) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat
7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya
kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain
itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti
penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu
metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan
olahraga atau tidak
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein,
vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan
tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
9
menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat
terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari
yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah
muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga
obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola
eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,
konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini
juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya
tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan
tidur serta penggunaan obat tidur.
e. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua
bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan
klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang
perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan
klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk
terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul
ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas,
10
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image)
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada
bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak
timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak
mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri
akibat fraktur
i. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien.
Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk
jumlah anak, lama perkawinannya
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan
dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan
fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien
bisa tidak efektif.
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi.
Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak
klien
11
B. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis).
Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada
kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang
lebih sempit tetapi lebih mendalam.
1) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda, seperti:
1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
b) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
1) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.
2) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak
ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
3) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada.
4) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
5) Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi
perdarahan)
12
6) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
7) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
8) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
9) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
10) Paru
a. Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
dengan paru.
b. Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba
sama.
c. Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara
tambahan lainnya.
d. Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau
suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
11) Jantung
a. Inspeksi :Tidak tampak iktus jantung.
b. Palpasi :Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c. Auskultasi :Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
12) Abdomen
a. Inspeksi :Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b. Palpasi :Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar
tidak teraba.
c. Perkusi :Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d. Auskultasi :Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
13) Inguinal-Genetalia-Anus
13
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
2) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler à 5 P yaitu
Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem
muskuloskeletal adalah:
a. Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
1. Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun
buatan seperti bekas operasi).
2. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
3. Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-
hal yang tidak biasa (abnormal).
4. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas atas (deformitas)
b. Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya
ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah,
baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
i. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit. Capillary refill time à Normal > 3 detik
ii. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian.
iii. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal).Otot: tonus pada waktu
relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga
diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka
sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
14
konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau
permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
c. Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri
pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat
mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.Gerakan sendi dicatat
dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0
(posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan
apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang
dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.Khusus pada Radius Ulna maka
spesifik pada beberapa fokus gerakan seperti pronasi lengan bawah
,fleksi dan abduksi pergelangan tangan, fleksi jempol ,dll.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera jaringan lunak, pemasangan fraksi
2. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
3. Resiko infeksi b.d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur
invasive (pemasangan traksi)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah
kejaringan
5. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
6. ]resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur)
15
C. intervensi dan kriteria hasil
1. Nyeri akut b.d
agen injuri fisik,
spasme otot,
gerakan fragmen
tulang, edema,
cedera jaringan
lunak, pemasangan
fraksi
Noc
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria hasil :
1. mampu mengontrol nyeri
2. melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan managemen
nyeri
3. menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
4. mampu mengenali nyeri
Nic
pain management
1. melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif,
durasi, frekuensi, kualitas
dan factor presipitasi
2. observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. gunakan teknik
komunikasi terapetik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
5. kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
6. tingkatkan istirahat
7. Monitor penerimaan
pasien tentang managemen
nyeri
8. evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
16
2. kerusakan
integritas kulit b.d
fraktur terbuka,
pemasangan traksi
(pen, kawat, skrup)
Noc
1. Tissue integrity : skin and
mucous
2. Membranes
3. Hemodyalis akses
Kriteria hasil
1. integritas kulit yang baik
dapat dipertahankan
2. perfusi jaringan baik
3. mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan
kulit dan perawata alami.
Nic
Pressure management
1. anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
longgar
2. hindari kerutan pada
tempat tidur
3. jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
4. monitor kulit akan
adanya kemerahan
5. monitor aktifitas dan
mobilisasi pasien
6. memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
3. Resiko infeksi b.d
trauma, imunitas
tubuh primer
menurun, prosedur
invasive
(pemasangan
traksi)
Noc
1. Immune status
2. Knowledge : infection
control
3. Risk control
Kriteria hasil
1. klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
2. menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
3. menunjukkan prilaku hidup
sehat
Nic
Infection control
1. monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
2. monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. batasi pengunjung
4. ajarkan cara
menghindari infeksi
5. laporkan kecurigaan
infeksi
6. tingkatkan intake nutrisi
7. ajarkan klien dan
keluarga tanda dan gejala
17
infeksi
8. pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
9. bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
10. dorong masukan cairan
11. dorong masukan
nutrisi yang cukup
18
4. Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
b.d penurunan suplai
darah kejaringan
Noc
 Circuation status
 Tissue perfusion :
cerebral
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan
status sirkulasi yang
ditandai dengan :
 Tekanansystole dan
diastole dalam
rentang yang
diharapkan
 Tidak ada ortostatik
hiperyensi
 Tidak ada tanda-
tanda peningkatan
tekanan intrakranial
(tidak lebih dri
15mmHg)
Mendemostrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai
dengan :
 Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
 Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
Nic
Peripheral Sensation
Management
(Management sensasi
perifer)

 Monitor adanya
daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tu
mpul
 Monitor adanya
paretese
 Indtruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada isi atau
laserasi
 Gunakan sarung
tangan untuk proteksi
 Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
 Monitor kemampuan
BAB
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Monitor adanya
tromboplebitis
 Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi
19
 Memproses
informasi
 Membuat keputusan
dengan benar
Menunjukkan fungsi
sensori motori
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
membaik, tidak ada
gerakan-gerakan
involunter

5. Hambatan mobilitas
fisik b.d kerusakan
rangka
neuromuscular, nyeri,
terapi restriktif
(imobilisasi)
NOC :
 Joint Movement :
Active
 Mobility Level
 Self care
 Transfer performance
Kriteria Hasil :
 Klien meningkat
dalam aktivitas fisik
 Mengerti tujuan dari
peningkatan
mobilitas
 Memperbelisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
NIC :
Exercise theraphy :
ambulation
 Monitoring vital sign
sebelm/sesudaah latihan
dan lihat respon pasien
saat latihan
 Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
 Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
 Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
 Kaji kemampuan pasien
20
berpindah
 Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk mobilisasi
dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai
kemampuan
Dampingi dan bantu
pasien saat mobilitas dan
bantu penuhi kebutuhan
6. Resiko syok b.d
kehilangan
volume darah
akibat trauma
(fraktur)
NOC :
 Syok prevention
 Syok management
Kriteria Hasil :
 Nadi dalam batas
yang diharapkkan
 Irama jantung
dalam batas yang
diharapkan
Frekuensi nafas dalam
batas yang diharapkan
NIC :
Syok prevention
 Monitor status sirkulasi
BP, warna kulit, suhu
kulit, denyut jantung,
HR, dsn ritme, nadi
perifer, dsn kapiler refill
 Monitor tanda
inadekuat oksigensi
jaringan
 Monitor suhu dan
pernafasan
Monitor hemodinamik
invasi yang sesuai
21
7. Hambatan kemampuan
berpindah
NOC :
 Joint movement : active
 Mobility Level
 Self care : ADLs
 Transfer Performance
Kriteria Hasil :
 Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
 Mengerti tujuan dari
peningkatan berpindah
 Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
 Memperagakanpenggunaa
n alat bantu untuk
mobilisasi (walker)
NIC :
Exercise Therapy :
ambulation
 Monitoring vital sign
sebelum/sesudah latihan
dan lihat respon pasien
saat latihan
 Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
 Bantu klien untuk
menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadap cedera
 Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
 Ajarkan pasien tentang
teknik ambulasi
 Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
 Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps
 Berikan alat bantu juka
klien memerlukan
22
DAFTAR PUSTAKA
Huda Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. MediAction:jogjakarta
DETIA RINI, IRMA. 2013. Analisis praktik klinik keperawatan kesehatan
Masyarakat perkotaan (kkmp) pada pasien fraktur Radius ulna

More Related Content

What's hot

140899028 fraktur
140899028 fraktur140899028 fraktur
140899028 fraktur
jihan26
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
ermawijaya
 
Fraktur lp
Fraktur lpFraktur lp
Fraktur lp
Priatna Asep
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1Mar Aqma
 
Makalah fraktur
Makalah frakturMakalah fraktur
Makalah frakturKANDA IZUL
 
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femurBab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
afifub
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
SMA NEGERI 8 BEKASI
 
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien frakturAsuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
Susi Similikiti
 
Askep biya nn
Askep biya nnAskep biya nn
Askep biya nn
biyan mahfudz
 
Osteoarthritis Refrat
Osteoarthritis RefratOsteoarthritis Refrat
Osteoarthritis Refrat
Penggalih Herlambang
 
Osteoartritis
OsteoartritisOsteoartritis
Osteoartritis
Penggalih Herlambang
 

What's hot (19)

140899028 fraktur
140899028 fraktur140899028 fraktur
140899028 fraktur
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
 
Fraktur lp
Fraktur lpFraktur lp
Fraktur lp
 
Ppt fraktur
Ppt frakturPpt fraktur
Ppt fraktur
 
Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
 
Dislokasi Sendi
Dislokasi SendiDislokasi Sendi
Dislokasi Sendi
 
Pp muskulo
Pp muskuloPp muskulo
Pp muskulo
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Makalah fraktur
Makalah frakturMakalah fraktur
Makalah fraktur
 
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femurBab ii tinjauan pustaka fraktur femur
Bab ii tinjauan pustaka fraktur femur
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
 
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien frakturAsuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
 
Definisi fraktur
Definisi frakturDefinisi fraktur
Definisi fraktur
 
Askep biya nn
Askep biya nnAskep biya nn
Askep biya nn
 
Osteoarthritis Refrat
Osteoarthritis RefratOsteoarthritis Refrat
Osteoarthritis Refrat
 
Osteoartritis
OsteoartritisOsteoartritis
Osteoartritis
 
Dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
Dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA Dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA
Dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
 
dislokasi
dislokasidislokasi
dislokasi
 

Similar to Makalah muskulus praktek

Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4 Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4
Nida Zafira
 
fraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdffraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdf
IndrawatiInn
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
pjj_kemenkes
 
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docxFRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
DwiNoviyani4
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
homeworkping7
 
Laporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaLaporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibia
NurhikmaUmati
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
Puji Astuti
 
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxLAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
Yusindrawati
 
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
Luisa Polanco
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
yeni_halim
 
M4 kb3 kegawatdaruratan trauma
M4 kb3 kegawatdaruratan traumaM4 kb3 kegawatdaruratan trauma
M4 kb3 kegawatdaruratan trauma
ppghybrid4
 
Referat Orthopedi.pptx
Referat Orthopedi.pptxReferat Orthopedi.pptx
Referat Orthopedi.pptx
amirah203733
 
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurLaporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Edju Joen
 
Yuniarti da lp nyeri akut revisi
Yuniarti da lp nyeri akut revisiYuniarti da lp nyeri akut revisi
Yuniarti da lp nyeri akut revisi
yunibitaahza1
 
Diagnosis dan manajemen cedera olahraga
Diagnosis dan manajemen cedera olahragaDiagnosis dan manajemen cedera olahraga
Diagnosis dan manajemen cedera olahraga
Doni Setiawan
 
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxAskan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
salmanalfarisi637456
 

Similar to Makalah muskulus praktek (20)

Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4 Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4
 
fraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdffraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdf
 
Fraktur AKPER MUNA
Fraktur AKPER MUNA Fraktur AKPER MUNA
Fraktur AKPER MUNA
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docxFRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Laporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaLaporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibia
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
 
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxLAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
 
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
M4 kb3 kegawatdaruratan trauma
M4 kb3 kegawatdaruratan traumaM4 kb3 kegawatdaruratan trauma
M4 kb3 kegawatdaruratan trauma
 
Referat Orthopedi.pptx
Referat Orthopedi.pptxReferat Orthopedi.pptx
Referat Orthopedi.pptx
 
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurLaporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femur
 
Yuniarti da lp nyeri akut revisi
Yuniarti da lp nyeri akut revisiYuniarti da lp nyeri akut revisi
Yuniarti da lp nyeri akut revisi
 
7. fraktur
7. fraktur7. fraktur
7. fraktur
 
Diagnosis dan manajemen cedera olahraga
Diagnosis dan manajemen cedera olahragaDiagnosis dan manajemen cedera olahraga
Diagnosis dan manajemen cedera olahraga
 
Askep trauma muskuloskeleta1
Askep trauma muskuloskeleta1Askep trauma muskuloskeleta1
Askep trauma muskuloskeleta1
 
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxAskan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
 

Recently uploaded

PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptxPPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
flashretailindo
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Rajaclean
 
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdfPresentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
perumahanbukitmentar
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
arda89
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
wear7
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
GalihHardiansyah2
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
fatamorganareborn88
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
indrioktuviani10
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
EchaNox
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
HalomoanHutajulu3
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
mediamandirinusantar
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
aciambarwati
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
PavingBlockBolong
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
RahmanAnshari3
 
Analisis Pasar Oligopoli dala pelajaran ekonomi.pdf
Analisis Pasar Oligopoli dala pelajaran ekonomi.pdfAnalisis Pasar Oligopoli dala pelajaran ekonomi.pdf
Analisis Pasar Oligopoli dala pelajaran ekonomi.pdf
afaturooo
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
AzisahAchmad
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
SendowoResiden
 

Recently uploaded (17)

PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptxPPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
 
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdfPresentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
 
Analisis Pasar Oligopoli dala pelajaran ekonomi.pdf
Analisis Pasar Oligopoli dala pelajaran ekonomi.pdfAnalisis Pasar Oligopoli dala pelajaran ekonomi.pdf
Analisis Pasar Oligopoli dala pelajaran ekonomi.pdf
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
 

Makalah muskulus praktek

  • 1. 1 BAB I TINJAUAN TEORI I. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Smeltzer & Bare, 2002). Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berubah trauma langsung (Smeltzer & Bare, 2002), misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berubah trauma tidak langsung (LeMone & Burke, 1996), misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk (Busiasmita, Heryati & Attamimi, 2009). Kekhasan dari fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh otot antar tulang, yaitu otot supinator, pronator teres, pronator kuadratus yang memuat gerakan pronasi-supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna. II. Etiologi Penyebab ekstinsik juga dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu penyebab fraktur akibat gangguan langsung yaitu berupa trauma yang merupakan penyebab utama terjadinya fraktur, misalnya kecelakaan, tertabrak, jatuh. Penyebab yang lainnya adalah fraktur akibat gangguan tidak langsung seperti perputaran, kompresi. Penyebab fraktur secara intrinsik dapat diakibatkan kontraksi dari otot yang menyebabkan avulsion fraktur, seperti fraktur yang sering terjadi pada hewan yang belum dewasa. Fraktur patologis adalah fraktur yang diakibatkan oleh penyakit sistemik seperti neoplasia, cyste tulang, ricketsia, osteoporosis, hiperparatyroidisme, osteomalasia. Tekanan yang berulang juga dapat menyebabkan fraktur.
  • 3. 3 IV. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dari fraktur antara lain (Smeltzer & Bare, 2002): 1. Nyeri hebat di tempat fraktur Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi. Nyeri ini timbul karena ketika tulang tersebut patah, otot akan mengalami spasme. 2. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah Pergeseran pada tulang yang fraktur menyebabkan tulang bergeser dan berubah bentuk (deformitas). Hal ini juga mengakibatkan tulang tidak dapat digerakan dari biasanya 3. Adanya pemendekan tulang Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur. 4. Pembengkakan dan Perubahan Warna Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur, fragmen tulang yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya sehingga terjadi respon inflamasi yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan mediator-mediator V. Komplikasi Komplikasi patah tulang meliputi: 1. Komplikasi awal a. Syok Syok hipovolemik dapat terjadi karena kehilangan darah yang terjadi, baik itu melalui perdarah eksternal maupun internal (Smeltzer & Bare, 2002). b. Sindrom emboli lemak Sindrom emboli lemak merupakan suatu kondisi terjadinya oklusi dari pembuluh darah yang kecil oleh globula lemak (LeMone & Burke, 1996). Hal ini dikarenakan tekanan pada sumsum tulang yang lebih tinggi dibandingkan pembuluh
  • 4. 4 darah atau akibat katekolamin yang dilepaskan pada reaksi stress (Smeltzer & Bare, 2002). c. Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen terjadi ketika pasokan darah tidak memenuhi kebutuhan perfusi jaringan (Smeltzer & Bare, 2002). Komplikasi ini dapat terjadi karena penurunan kompartemen otot yang diakibatkan fasia yang melapisi otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang terlalu kuat. Selain itu disebabkan pula oleh peningkatan isi kompartemen akibat edema. Komplikasi ini sering terjadi pada tulang yang panjang dan memiliki manifestasi klinik adanya keluhan nyeri yang dalam, sensasi kesemutan, hilangnya sensai, juga adanya edema (LeMone & Burke (1996) dan Smeltzer & Bare, (2002)). d. Komplikasi lain seperti tromboemboli, infeksi, dan koagulopati intravaskuler diseminata VI. Penatalaksanaan Terdapat empat konsep dasar yang perlu diperhatikan/pertimbangkan pada penanganan fraktur (Smeltzer & Bare, 2002): 1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit. Rekognisi ini juga meliputi riwayat kecelakaan, kondisi parah tidaknya luka, deskripsi kejadian, dan penentuan kemungkinan tulang yang patah. 2. Reduksi, merupkan reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu: a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
  • 5. 5 3. Retensi, merupakan metode-metode yang dilakukan untukbmempertahankan fragmen-fragmen tulang selama penyembuhan. 4. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna yang meliputi latihan gerak dan penggunaan alat bantu. VII. Pemeriksaan Penunjang 1. X-ray : menentukan lokasi/luasnya fraktur 2. Scan tulang : memperlihatkan fraktur yang lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak 3. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler 4. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan 5. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal 6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau cedera hati
  • 6. 6 BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah- masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas: 1. Pengumpulan Data A. Anamnesa 1) Data Demografi Nama: Umur: (Angka kejadian pada range usia terbanyak ditemukan pada usia antara 50-59 tahun. (Dias, dkk., 1980; Sarmiento, dkk., 1980).Sejalan dengan semakin tua usia klien, maka prognosisnya semakin buruk). Namun ada juga menurut sumber lain bahwa Fraktur Radius ulna ini terjadi pada prevalensi usia 10 tahun (5-13 tahun). (Mutaqqin,2008) Jenis Kelamin: (Fraktur radius dan ulna lebih sering ditemukan pada klien laki- laki dimana pekerjaan laki-laki memiliki resiko mengalami fraktur). Status Perkawinan: Agama: Suku/Bangsa: Pendidikan: Pekerjaan: (Lebih sering terjadi pada klien yang jenis pekerjaannya mengangkat beban berat, seperti pekerja/kuli bangunan. Dimana
  • 7. 7 cukup beresiko mengalami fraktur, juga termasuk cedera.Hal ini bisa juga dialami oleh mereka yang berpfrofesi sebagai sopir kendaraan, seperti sopir angkutan umum, taxi, bus, ataupun truck.Termasuk mereka yang aktifitasnya mengendari kendaraan karena beresiko mengalami kecelakaan lalu lintas dan cedera dengan fraktur). 2) Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan: a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri. b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk. c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya. e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari. 3) Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain 4) Riwayat Penyakit Dahulu
  • 8. 8 Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang 5) Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik 6) Riwayat Psikososial Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat 7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak b. Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
  • 9. 9 menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien. c. Pola Eliminasi Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. d. Pola Tidur dan Istirahat Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur. e. Pola Aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain f. Pola Hubungan dan Peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap g. Pola Persepsi dan Konsep Diri Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas,
  • 10. 10 rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) h. Pola Sensori dan Kognitif Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur i. Pola Reproduksi Seksual Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya j. Pola Penanggulangan Stress Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif. k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien
  • 11. 11 B. Pemeriksaan Fisik Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam. 1) Gambaran Umum Perlu menyebutkan: a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda- tanda, seperti: 1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien. 2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut. 3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk. b) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin 1) Sistem Integumen Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan. 2) Kepala Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala. 3) Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada. 4) Muka Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema. 5) Mata Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan)
  • 12. 12 6) Telinga Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. 7) Hidung Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung. 8) Mulut dan Faring Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat. 9) Thoraks Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris. 10) Paru a. Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru. b. Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama. c. Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya. d. Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi. 11) Jantung a. Inspeksi :Tidak tampak iktus jantung. b. Palpasi :Nadi meningkat, iktus tidak teraba. c. Auskultasi :Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur. 12) Abdomen a. Inspeksi :Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. b. Palpasi :Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba. c. Perkusi :Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan. d. Auskultasi :Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit. 13) Inguinal-Genetalia-Anus
  • 13. 13 Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB. 2) Keadaan Lokal Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler à 5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah: a. Look (inspeksi) Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain: 1. Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi). 2. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi. 3. Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal- hal yang tidak biasa (abnormal). 4. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas atas (deformitas) b. Feel (palpasi) Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien. Yang perlu dicatat adalah: i. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary refill time à Normal > 3 detik ii. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian. iii. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau distal).Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
  • 14. 14 konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya. c. Move (pergerakan terutama lingkup gerak) Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.Khusus pada Radius Ulna maka spesifik pada beberapa fokus gerakan seperti pronasi lengan bawah ,fleksi dan abduksi pergelangan tangan, fleksi jempol ,dll. B. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan fraksi 2. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup) 3. Resiko infeksi b.d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive (pemasangan traksi) 4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah kejaringan 5. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi) 6. ]resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma (fraktur)
  • 15. 15 C. intervensi dan kriteria hasil 1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan fraksi Noc 1. Pain level 2. Pain control 3. Comfort level Kriteria hasil : 1. mampu mengontrol nyeri 2. melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri 3. menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 4. mampu mengenali nyeri Nic pain management 1. melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi 2. observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3. gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 5. kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 6. tingkatkan istirahat 7. Monitor penerimaan pasien tentang managemen nyeri 8. evaluasi keefektifan kontrol nyeri
  • 16. 16 2. kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, skrup) Noc 1. Tissue integrity : skin and mucous 2. Membranes 3. Hemodyalis akses Kriteria hasil 1. integritas kulit yang baik dapat dipertahankan 2. perfusi jaringan baik 3. mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawata alami. Nic Pressure management 1. anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar 2. hindari kerutan pada tempat tidur 3. jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 4. monitor kulit akan adanya kemerahan 5. monitor aktifitas dan mobilisasi pasien 6. memandikan pasien dengan sabun dan air hangat 3. Resiko infeksi b.d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive (pemasangan traksi) Noc 1. Immune status 2. Knowledge : infection control 3. Risk control Kriteria hasil 1. klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3. menunjukkan prilaku hidup sehat Nic Infection control 1. monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. monitor kerentanan terhadap infeksi 3. batasi pengunjung 4. ajarkan cara menghindari infeksi 5. laporkan kecurigaan infeksi 6. tingkatkan intake nutrisi 7. ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala
  • 17. 17 infeksi 8. pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko 9. bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 10. dorong masukan cairan 11. dorong masukan nutrisi yang cukup
  • 18. 18 4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah kejaringan Noc  Circuation status  Tissue perfusion : cerebral Kriteria hasil : Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :  Tekanansystole dan diastole dalam rentang yang diharapkan  Tidak ada ortostatik hiperyensi  Tidak ada tanda- tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dri 15mmHg) Mendemostrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :  Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan  Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi Nic Peripheral Sensation Management (Management sensasi perifer)   Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tu mpul  Monitor adanya paretese  Indtruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi  Gunakan sarung tangan untuk proteksi  Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung  Monitor kemampuan BAB  Kolaborasi pemberian analgetik  Monitor adanya tromboplebitis  Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
  • 19. 19  Memproses informasi  Membuat keputusan dengan benar Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter  5. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi) NOC :  Joint Movement : Active  Mobility Level  Self care  Transfer performance Kriteria Hasil :  Klien meningkat dalam aktivitas fisik  Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas  Memperbelisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan NIC : Exercise theraphy : ambulation  Monitoring vital sign sebelm/sesudaah latihan dan lihat respon pasien saat latihan  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan  Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi  Kaji kemampuan pasien
  • 20. 20 berpindah  Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan Dampingi dan bantu pasien saat mobilitas dan bantu penuhi kebutuhan 6. Resiko syok b.d kehilangan volume darah akibat trauma (fraktur) NOC :  Syok prevention  Syok management Kriteria Hasil :  Nadi dalam batas yang diharapkkan  Irama jantung dalam batas yang diharapkan Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan NIC : Syok prevention  Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR, dsn ritme, nadi perifer, dsn kapiler refill  Monitor tanda inadekuat oksigensi jaringan  Monitor suhu dan pernafasan Monitor hemodinamik invasi yang sesuai
  • 21. 21 7. Hambatan kemampuan berpindah NOC :  Joint movement : active  Mobility Level  Self care : ADLs  Transfer Performance Kriteria Hasil :  Klien meningkat dalam aktivitas fisik  Mengerti tujuan dari peningkatan berpindah  Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah  Memperagakanpenggunaa n alat bantu untuk mobilisasi (walker) NIC : Exercise Therapy : ambulation  Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan  Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi  Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan  Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps  Berikan alat bantu juka klien memerlukan
  • 22. 22 DAFTAR PUSTAKA Huda Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. MediAction:jogjakarta DETIA RINI, IRMA. 2013. Analisis praktik klinik keperawatan kesehatan Masyarakat perkotaan (kkmp) pada pasien fraktur Radius ulna