1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian mahabbah dalam tasawuf, yang didefinisikan sebagai kecintaan yang mendalam secara ruhani kepada Tuhan. Dokumen tersebut juga membahas berbagai macam mahabbah menurut Al-Quran seperti mawaddah, rahmah, mail, syaghaf, dan ra'fah.
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat IlmuJihad Achmad Gojali
Epistemologi Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung dan dijustifikasi oleh akal kebahasan yang digali lewat inferensi (istidlal).
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan AntropologiAmnias 21
Pendekatan dalam kajian studi Islam
definisi pendekatan sosiologi dan antropologi
perlunya pendekatan sosiologi dan antropologi
teori pendekatan sosiologi
penyebab keberagaman masyarakat
objek-objek pendekatan antropologi
teori pendekatan antropologi
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat IlmuJihad Achmad Gojali
Epistemologi Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung dan dijustifikasi oleh akal kebahasan yang digali lewat inferensi (istidlal).
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan AntropologiAmnias 21
Pendekatan dalam kajian studi Islam
definisi pendekatan sosiologi dan antropologi
perlunya pendekatan sosiologi dan antropologi
teori pendekatan sosiologi
penyebab keberagaman masyarakat
objek-objek pendekatan antropologi
teori pendekatan antropologi
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPhuji Maisaroh
Agama Islam adalah agama yang perlu dipahami dengan berbagai pendekatan-pendekatan atau metode supaya didapat pengetahuan yang sempurna mengenai Agama Islam. 3 diantara pendekatan itu adalah pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani yang saling berkaitan
Ajaran tasawuf meliputi maqamat (usaha untuk mendekat kepada Allah) dan ahwal (anugerah spiritual dari Allah karena ketaatan dan ibadah yang terus-menerus). Ada juga ajaran-ajaran yang belum disepakati oleh oleh para sufi.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu pilar Islam. Ia adalah ajaran dan amalan Rasulullah saw.
Beserta para sahabatnya. Sesungguhnya tanpa tasawuf agama ini akan kehilangan ruhnya
dan tidak ada bedanya dengan ideologi buatan manusia. Sepeninggal Rasulullah dan para
sahabatnya, setelah Islam berkembang, ilmu-ilmu Islam pun mengalami perkembangan
yang hebat. Jika tadinya hanya iman, Islam, dan Ihsan, maka mulai muncul ilmu-ilmu baru
seperti ilmu tafsir, nahwu sharaf, musthalah hadits, ushul fiqih dan lain-lain. Umat Islam
pun terdiri dari berbagai macam bangsa dengan berbagai bahasa. Untuk memudahkan
dalam mempelajari Islam, para ulama Islam membagi ilmu-ilmu dengan memberinya
istilah baru seperti aqidah untuk iman, fiqih untuk Islam, dan tasawuf untuk ikhsan. Dalam
mempelajari ilmu Islam dibolehkan secara terpisah, tetapi dalam mengamalkan wajib
serentak antara iman, Islam, dan ikhsan.
Tasawuf merupakan salah satu jalan dalam mendekatkan diri kepada Tuhan, sebuah
kesadaran akan adanya komunikasi dengan Tuhan. Tasawuf sangat erat hubungannya
dengan keadaan menjauhi hidup duniawi dan kesenangan material atau biasa disebut
dengan istilah zuhud. Sedang orang yang mempunyai sifat zuhud disebut zahid. Setelah itu
barulah barulah meningkat menjadi sufi.
Dalam perkembangan zuhud terdapat dua golongan zahid. Satu golongan zahud
meninggalkan kehidupan dunia serta kesenangan material dan memusatkan perhatian pada
ibadah karena didorong oleh perasaan takut akan masuk neraka di akhirat kelak. Tuhan
dipandang sebagai suatu dzat yang ditakuti, dan perasaan takutlah yang menjadi pendorong
mereka. Satu golongan lain didorong oleh perasaan cinta kepada Tuhan. Bagi mereka,
Tuhan bukanlah dzat yang harus ditakuti dan dijauhi, namun harus dicintai dan didekati.
Maka mereka meninggalkan kehidupan duniawi dan banyak beribadah karena ingin
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kalangan sufi yang termasuk dalam kalangan ini adalah Rabi’ah al-Adawiyah,
dengan konsep pemikiran tasawufnya yaitu mahabbah illahiyah (kecintaan kepada Tuhan).
Seorang wanita sufi dari Basrah yang terkenal dengan ibadah dan kedekatannya dengan
Allah Swt dengan memasukkan konsep kecintaan terhadap Tuhan dalam dunia tasawuf.
2. 2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kami merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, diantaranya:
1.Apa pengertian mahabbah?
2.Apa saja macam-macam Mahabbah?
3.Apa saja tingkatan mahabbah?
4.Apa saja alat untuk mencapai mahabbah?
5. Siapa toko yang mengembangkan Mahabbah?
C. Tujuan Pembahasan
Dalam makalah ini kami memiliki tujuan pembahasan sebagaimana berikut:
1.Megetahui dan memahami arti dari mahabbah.
2.Mengetahui apa saja macam-macam mahabbah.
3.Mengetahui apa saja tingkatan mahabbah.
4.Mengetahui apa saja alat untuk mencapai mahabbah.
5. Mengetahui siapa toko yang mengembangkan Mahabbah.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahabbah
Cinta atau yang dikenal dalam bahasa Arab Mahabbah berasal dari kata ahabbah-
yuhibbu-mahabbatan,yang secara bahasa berarti mencintai secara mendalam, kecintaan, atau
cinta yang mendalam[1]. Dalam Al-Mu’jam al-Falsafi, Jamil Shaliba mengatakan,
Mahabbah (cinta) adalah lawan dari kata al-baghd (benci)[2]. Al- Mahabbah dapat pula
berarti al-wadud, yakni yang sangat pengasih atau penyayang[3]. Selain itu, al-
mahabbahdapat pula berarti kecenderungan kepada sesuatu yang sedang berjalan dengan
tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual, seperti cintanya
seseorang yang kasmaran pada sesuatu yang dicintainya, orang tua pada anaknya, seseorang
pada sahabatnya, suatu bangsa terhadap tanah airnya, atau seorang pekerja pada
pekerjaannya. Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh-
sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan tercapainya
gambaran yang mutlak,yaitu cinta kepada Tuhan[4].
Kata Mahabbah tersebut selanjutnya digunakan untuk menunjukkan suatu paham atau
aliran dalam tasawwuf. Dalam hubungan ini, objek mahabbah lebih ditunjukkan kepada
Tuhan.Dari sekian banyak artimahabbah yang dikemukakan diatas , tampaknya ada juga yang
cocok dengan arti mahabbah yang dikehendaki dalam tasawuf, yaitu mahabbah yang artinya
kecintaan yang mendalam secara ruhani kepada Tuhan[5].
Mahabbah dalam pengertian tasawuf ini lebih lanjut dikemukakan oleh Al-Qusyairi
sebagai berikut:
Al-Mahabbah merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikan
nya (kemutlakan) Allah Swt oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan
cinta kepada yang dikasihi-Nya[6].
Mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba yang mencintai-Nya itu selanjutnya dapat
mengambil bentukiradah dan rahmah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya dalam bentuk
pahala dan nikmat yang melimpah[7].Mahabbah berbeda dengan al-raghbah.
Mahabbah adalah cinta yang tidak dibarengi dengan harapan pada hal-hal yang bersifat
duniawi, sedangkan al-raghbah adalah cinta yang disertai dengan keinginan yang kuat untuk
mendapatkan sesuatu, meskipun harus mengorbankan segalanya[8].
4. 4
Menurut Harun Nasution, pengertian mahabbah adalah:
1. Patuh kepada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya.
2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi,yaitu
Tuhan[9].
Dengan urain tersebut kita dapat memperoleh pemahaman bahwa mahabbah adalah
suatu keadaan jiwa yang mencintai Tuhan sepenuh hati sehingga sifat-sifat yang dicintai
(Tuhan) masuk kedalam diri yang mencintai. Tujuannya adalah untuk memperoleh
kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dapat dirasakan oleh
jiwa.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa mahabbah (cinta) merupakan
keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu melebihi kepada yang lain atau ada perhatian
khusus, sehingga menimbulkan usaha untuk memiliki dan bersatu dengannya, sekalipun
dengan pengorbanan.
Sedangkan secara terminologi, terdapat perbedaan defenisi di kalangan ulama. Menurut
Imam al-Gazāli mengatakan bahwa mahabbah adalah kecenderungan hati kepada sesuatu.
Kecenderungan yang dimaksud oleh al-Gazali adalah kecenderungan kepada Tuhan karena
bagi kaum sufi mahabbah yang sebenarnya bagi mereka hanya mahabbah kepada Tuhan. Hal
ini dapat dilihat dari ucapannya, “Barangsiapa yang mencintai sesuatu tanpa ada kaitannya
dengan mahabbah kepada Tuhan adalah suatu kebodohan dan kesalahan karena hanya Allah
yang berhak dicintai.” Al-Gazali berkata, “ Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal
dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalau pun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi
sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta, maqam itu akibat dari cinta saja”.
Pengertian tersebut di atas sesuai dengan tingkatan kaum muslimin dalam
pengalamannya terhadap ajaran agama, tidak semuanya mampu menjalani hidup kesufian,
bahkan hanya sedikit saja yang menjalaninya, yang terbanyak adalah kelompok
awam mahabbah-nya. Mengenai Mahabbah sesuai dengan firman Allah Swt. Surat Ali imran:
31 yang artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut:
5. 5
ٌث ََلَثٌنَمٌنُكٌِهيِفٌَدَجَوٌَةَو ََلَحٌِانَميِإلاٌنَأٌَونُكَيٌُللاٌُهُولُسَرَوٌ
ٌبَحَأٌِهيَلِإامِماَمُهاَوِسٌنَأَوٌب ِحُيٌَءرَمالٌَلٌُهُّب ِحُيٌلِإٌٌِِ
ٌِللٌنَأَوٌَهَركَيٌنَأٌَدوُعَيٌِرفُكيالِفاَمَكٌُهَركَيٌنَأٌَفَذقُييِفٌِارالن
Artinya: Tiga hal yang barang siapa mampu melakukannya, maka ia akan merasakan
manisnya iman, yaitu:pertama Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain
keduanya; kedua: tidak mencintai seseorang kecuali hanya karena Allah; ketiga benci
kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka.
B. Macam-Macam Mahabbah
Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
1. Mahabbah mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan“nggemesi”.
Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan
selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak
bisa berfikir lain.
2. Mahabbah rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,siap berkorban,
dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan
orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah
kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi
kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam
cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua
terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al
arham, dzawi al arham ,yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara
fitri, yang berasal dari gharba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak
janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang
yang disebut rahim.
6. 6
3. Mahabbah mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga
menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta
jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika
sedang jatuh cinta kepada yang muda, cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. Mahabbah syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan
memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa
seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al
Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha,
istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
5. Mahabbah ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma
kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk
salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan
agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam
hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Mahabbah shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku menyimpang
tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengkisahkan bagaimana
Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan denganZulaiha yang setiap hari menggodanya
(mohon dimasukkan penjara saja),sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir
juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun
minaljahilin (Q/12:33)
7. Mahabbah syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang
menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa
rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian
diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an
nadzori ila wajhikawa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan
nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan
Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin waNuzhat al
Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepadasang kekasih (safar al qalb
ila al mahbub), dan kobaran cinta yangapinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat
al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi
7. 7
8. Mahabbah kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-
hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu,
membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an
ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya, layukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
C. Tingkatan Mahabbah
Menurut Al-Sarraj, sebagaimana dikutip oleh Harun Nasution, ada tiga macam
tingkatan mahabbah, yaitumahabbah orang biasa, mahabbah orang shidiq, dan mahabbah
orang yang arif. Mahabbah orang biasa mengambil bentuk selalu mengingat Allah dengan
berzikir, memuji Allah, suka menyebut nama-nama Allah, dan memperoleh kesenangan
dalam berdialog dengan Allah. Mahabbah orang shidiq adalah cinta dari seseorang yang kenal
kepada Allah, kepada kebesaran-Nya, kepada kekuasaan-Nya, kepada ilmu-Nya, dan lain-
lain. Juga cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seseorang dari Tuhan
dan dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada Tuhan.Ia mengadakan
dialog dengan Tuhan dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta tingkat kedua ini
membuat seseorang sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-sifatnya sendiri, sedang
hatinya penuh dengan perasaan cinta kepada Tuhan dan selalu rindu pada-Nya. Sedangkan
mahabbah orang yang arif adalah cinta dari seseorang yang tahu betul kepada Tuhan. Yang
dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai
masuk kedalam diri yang mencintai.
Dari ketiga tingkatan mahabbah yang dikemukakan oleh Harun Nasution tersebut
tampak menunjukkan suatu proses mencintai, yaitu mulai dari mengenal sifat-sifat Tuhan
dengan menyebut-Nya melalui dzikir, dilanjutkan dengan leburnya diri (fana) pada sifat-
sifat Tuhan itu, dan akhirnya menyatu kekal (baqa) dalam sifat Tuhan. Dari ketiga tingkatan
ini tampaknya cinta yang terakhirlah yang ingin dituju oleh mahabbah[10].
Terlepas dari banyaknya penjelasan mengenai defenisi dan “seluk-beluk” cinta atau
mahabbah tersebut, namun yang pasti, mahabbah pada dasarnya merupakan sebuah sikap
operasional. Dengan kata lain, konsep mahabbah (cinta kepada Allah) adalah salah satu ajaran
pokok yang memungkinkan Islam membawa rahmat bagi seluruh isi alam. Cinta pada
hakikatnya bukanlah sebutan untuk emosi semata-mata yang hanya dipupuk di dalam batin
saja, akan tetapi ia adalah cinta yang memiliki kecenderungan pada kegiatan nyata sekaligus
menjadi sumber keutamaan moral.Hanya saja dalam perjalanan sejarah umat Islam, term
8. 8
“cinta” atau “mahabbah” telah menjadi salah satu pokok pembicaraan orang-orang sufi.
Mereka menggeser penekanan cinta kea rah idealism emosional yang dibatinkan secara
murni. Sehingga di kalangan sufi, mahabbah adalah satu istilah yang hampir selalu
berdampingan dengan makrifat, baik dalam penempatannya maupun dalam pengertiannya.
Kalau makrifat merupakan tingkat pengetahuan tentang Tuhan melalui hati, sedang mahabbah
adalah merupakan perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta. Seluruh jiwa terisi oleh
rasa kasih dan kasih dan cinta kepada Tuhan. Rasa cinta yang tumbuh dari pengetahuan dan
pengenalan kepada Tuhan, sudah sangat jelas dan mendalam, sehingga yang dilihat dan dirasa
bukan cinta, tetapi”diri yang dicintai”. Oleh karena itu menurut al-Gazali, mahabbah itu
adalah manifestasi dari makrifat kepada Tuhan.
Demikian cintanya orang-orang sufi kepada Tuhan, mereka rela mengorbankan dirinya
demi memenuhi keinginan Tuhannya. Olehnya itu, cinta atau mahabbah pada hakikatnya
adalah lupa terhadap kepentingan diri sendiri, karena mendahulukan kepentingan yang
dicintainya yaitu Tuhan. Mahabbah adalah suatu ajaran tentang cinta atau kecintaan kepada
Allah. Tetapi bagaimana bentuk pelaksanaan kecintaan kepada Allah itu tidak bisa
dirumuskan secara pasti karena hal itu menyangkut perasaan dan penghayatan subyektif tiap
sufi.
D. Alat Untuk Mencapai Mahabbah
Dari penjelasan diatas tentang macam-macam mahabbah, tentunya kita sudah tahu yang
mana mahabbah yang harus didahulukan dan yang mana yang diakhirkan. Didahulukan
karena lebih penting, dan diakhirkan bukan berarti tidak penting , akan tetapi sesuai tingkatan
kebutuhan dan juga disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan yang kita miliki.
Untuk mencapai mahabbah seperti yang sudah disebutkan diatas,para ahli tasawuf
menjawab dengan menggunakan pendekatan psikologi,yaitu pendekatan yang melihat adanya
potensi rohaniyah yang ada dalam diri manusia. Harun Nasution dalam bukunya falsafah dan
mistisis dalam islam mengatakan bahwa dalam diri manusia ada alat untuk memperoleh
ma’rifat oleh sufi disebut sir. Dengan mengutip pendapat al-Qusyairi Harun Nasution
mengatakan bahwa dalam diri manusia ada tiga alat yang dapat digunakan untuk berhubungan
dengan Tuhan.
Pertama,al-qalb(hati sanubari),sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan.
Kedua,roh sebagai alat untuk mencintai Tuhan.
Ketiga, sir yaitu alat untuk melihat Tuhan.
9. 9
Sir lebih halus dari pada ruh, dan ruh lebih halus dari pada qalb. Kelihatanya sir
bertempat di ruh, dan ruh bertempat di qalb, dan sir timbul dan dapat menerima iluminasi dari
Allah kalau qalb dan ruh telah suci sesuci-sucinya dan kosong-sekosongnya, tidak berisi
apapun[11].
Dengan keterangan tersebut,dapat diketahui bahwa alat untuk mencintai Tuhan adalah
ruh, yaitu ruh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat, serta dikosongkan dari kecintaan
kepada segala sesuatu,melainkan hanya diisi oleh cinta kepada Tuhan. Ruh yang digunakan
untuk mencintai Tuhan itu telah dianugerahkan Tuhan kepada manusia sejak kehidupannya
dalam kandungan ketika umur empat bulan. Dengan demikian alat untuk mahabbah itu
sebenarnya telah diberikan Tuhan manusia tidak tahu sebenarnya hakikat ruh itu,yang
mengetahui hanyalah Allah. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surahal-
Isra’,17:85 dan surah al-Hijr,15:29 serta dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-
Muslim.
E. Toko yang Mengembangkan Mahabbah
Hampir seluruh literatur bidang tasawuf menyebutkan bahwa tokoh yang
memperkenalkan ajaran mahabbah ini adalah Rabi’ah al-Adawiyah. Hal ini didasarkan pada
ungkapan-ungkapannya yang menggambarkan bahwa ia menganut paham tersebut.
Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang zahid perempuan yang amat besar dari bashrah,
di Irak. Ia hidup antara tahun 713-803 H.[12] sumber lain menyebutkan bahwa ia meninggal
dunia dalam tahun 185 H./796.M Menurut riwayatnya ia adalah seorang hamba yang
kemudian dibebaskan. Dalam hidup selanjutnya ia banyak beribadat bertaubat, dan menjauhi
hidup duniawi. Ia hidup dalam kesederhanaan dan menolak segala bantuan material yang
diberikan orang kepadanya. Dalam berbagai doa yang dipanjatkannya ia tak mau meminta
hal-hal yang bersifat materi dari tuhan. Ia betul betul hidup dalam keadaan zuhud dan hanya
ingin dekat dengan tuhan. [13]
Riwayat lain menyebutkan bahwa ia selalu menolak lamaran-lamaran pria salih,
dengan mengatakan:” akad nikah adalah bagi pemilik kemaujudan luar biasa. Sedangkan pada
diriku hal itu tidak ada, karena aku telah berhenti maujud dan telah lepas dari diriku”.[14]
Aku maujud dalam tuhan dan diriku sepenuhnya milik-Nya. Aku hidup dalam naungan
firman-Nya. Akad nikah mesti diminta dari-Nya, bukan dariku. Rabi’ah tenggelam dalam
kesadaran kedekatan dengan tuhan. Ketika sakit ia berkata kepada tamu yang menanyakan
sakitnya:” demi allah aku tak merasa sakit, lantaran surga telah ditampak bagiku sedangkan
10. 10
aku merindukannya dalam hati, dan aku merasa bahwa Tuhanku cemburu kepadaku, lantas
mencelaku. Dialah yang dapat mebuatku bahagia. [15]
Cinta rabi’ah yang tulus tanpa mengharapkan sesuatu pada tuha, terlihat dari
ungkpapan doa-doa yang disampaikannya. Ia misalnya berdoa, “ya tuhanku, bila aku
menyembah-Mu lantaran takut kepada neraka, maka bakarlah diriku dalam neraka; dan bila
aku menyebah-Mu karena mengharap surga, maka jauhkanlah aku dari surga; namun jika aku
menyembah-Mu hanya demi Engkau, maka janganlah Engkau tutup Keindahan Abadi-
Mu.[16]
11. 11
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pengertian mahabbah antara lain sebagai berikut:
1. Memeluk kepatuhan kepada Tuhan dan memberi sikap melas kepada-Nya.
2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi.
Mahabah adalah paham tasawuf yang menenkankan perasaan cinta kepada tuhan.
Tuhan bukanlah suatu zat yang harus ditakuti, tapi sebaliknya sebagai zat yan harus dicintai
dan didekati. Untuk dapat mencintai dan dekat dengan tuhan, maka sekarang harus banyak
melakukan peribadatan dan meninggalkan kesenangan duniawi.
Berbagai sebab yang mengutamakan rasa cinta allah swt . Pertama : memutuskan
interaksi duniawi dan mengeluarkan rasa cinta kepada selain Allah SWT. dari hati karena hati
dapat di ibaratkan seperti sebuah bejana yang tidak akan muat untuk menampung sebuah
cuka, umpamanya, jika tidak dikeluarkan semua air darinya.
Kedua bagi kuatnya rasa cinta adalah kuatnya pengenalan Allah SWT. Keluasanya dan
mendominasi terhadap hati hal itu dapat terjadi setelah setelah mensucikan hati dari segala
kesibukan duniawi dan berbagai interaksinya. Berjalan seperti peristiwa peletakan sebuah
benih di bumi setelah membersihkannya dari rerumputan, dimana dia merupakan bagian ke
dua. Kemudian dai benih itu tumbuhlah sebuah pohon cinta dan ma’rifat yaitu kalimah yang
baik yang dicontohkan oleh allah swt dalam sebuah surat yaitu surat ibrahim ayat 24:“Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik akarnya tegh dan
cabangnya (menjulang) kelangit”.
Aliran sufi mahabbah dipelopori dan dikembangkan oleh seorang seorang sufi wanita
bernama rabiah al-adawiyah ia lahir di basrah pada tahun 714 M . rabiah meninggal pada
tahun 801 M di barsrah, dimakamkan di mana ia meninggal. Ketika jenazah diusung ke
pekuburan orang-orang suci, para sufi, dan orang islam yang saleh dalam jumlah yng luar
biasa banyaknya datang ikut mengiringinya.
12. 12
B. SARAN
Kita sebagai orang islam yang harus selalu menjalankan syariat islam secara serentak
bersamaan dengan iman dan ihsan, harus benar-benar mengabdikan diri kepada Allah karena
kita diciptakan oleh Allah dan kepada-Nya pula kita akan kembali. Jadi janganlah sekali-kali
kita tidak mengerjakan perintahnya atau malah melupakannya. Mungkin dengan kita
mengetahui macam-macam mahabbah diatas kita dapat mengukur diri kita seberapa besar
cinta kita kepada Sang Pencipta.
13. 13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qusyairi al-Naisabury.t.t.al-Risalah al-Qusyairiyah.Mesir:Dar al-Kahir.hal 318
Fadhlallah Syaikh, The element of Sufisme. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2000
Harun Nasution.1983.Falsafah dan Mistisisme dalam Islam.Jakarta:Bulan Bintang. cet.III.hal.
70
IAIN Sumatera Utara.1983/1984.pengantar ilmu tasawuf.Sumatera Utara. Hal 77
Jamil Shaliba.1978.Al Mu’jam Al-Falsafy,Jilid II.Mesir:Dar al-Kitab.hal 439
Kamal Adnan Mustofa, Rahasia Pesona Cinta Illahi, Jakarta : Rabitha Press. 2008
Mahmud Yunus.1990.Kamus Arab Indonesia.Jakarta:Hidakarya.hal 96
Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A.2011.Akhlak Tasawuf.Jakarta:Rajawali Press.hal 208
Smith Margaret, Rabi’ah Pergulatan Spiritual Peremupuan, Surabaya : Risalah Gusti, 1997
[1] Mahmud Yunus.1990.Kamus Arab Indonesia.Jakarta:Hidakarya.hal 96
[2] Jamil Shaliba.1978.Al Mu’jam Al-Falsafy,Jilid II.Mesir:Dar al-Kitab.hal 439
[3] Ibid,hal 349
[4] Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A.2011.Akhlak Tasawuf.Jakarta:Rajawali Press.hal 208
[5] Jamil Shaliba.1978.al-Mu’jam al-Falsafy Jilid II.Mesir:Dar al-Kitab. Hal 440
[6] al-Qusyairi al-Naisabury.t.t.al-Risalah al-Qusyairiyah.Mesir:Dar al-Kahir.hal 318
[7] ibid,hal 318
[8] Jamil Shaliba,op.cit.hal 617
[9] Harun Nasution.1983.Falsafah dan Mistisisme dalam Islam.Jakarta:Bulan Bintang.cet.III.hal 70
[10] Prof.Dr.H.Abuddin Nata.2011.Akhlak Tasawuf.Jakarta:Rajawali Press.hal 210
[11] IAIN Sumatera Utara.1983/1984.pengantar ilmu tasawuf.Sumatera Utara. Hal 77
[12] A.J. Arberry, pasang-surut aliran Tasawuf, (terj.) Bambang Herawan, dari judul asli Sufism: An Account of
the islam,(Bandung: Mizan, 1985), cet.I, hlm.49. lihat pula Harun Nasution, loc,cit., hlm.71.
[13] Hamka, tasawuf perkembangan dan pemurniannya, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), cet. XI, hlm.79.
[14] ibid., hlm.71-72.
[15] Aththar, Tadzirat al-Aulia I, (Mesir: Al-Ma’arif, t.t), hlm.66.
[16] A.J. Arberry, Pasang Surut,op.cit., hlm.50.