SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu pilar Islam. Ia adalah ajaran dan amalan Rasulullah saw.
Beserta para sahabatnya. Sesungguhnya tanpa tasawuf agama ini akan kehilangan ruhnya
dan tidak ada bedanya dengan ideologi buatan manusia. Sepeninggal Rasulullah dan para
sahabatnya, setelah Islam berkembang, ilmu-ilmu Islam pun mengalami perkembangan
yang hebat. Jika tadinya hanya iman, Islam, dan Ihsan, maka mulai muncul ilmu-ilmu baru
seperti ilmu tafsir, nahwu sharaf, musthalah hadits, ushul fiqih dan lain-lain. Umat Islam
pun terdiri dari berbagai macam bangsa dengan berbagai bahasa. Untuk memudahkan
dalam mempelajari Islam, para ulama Islam membagi ilmu-ilmu dengan memberinya
istilah baru seperti aqidah untuk iman, fiqih untuk Islam, dan tasawuf untuk ikhsan. Dalam
mempelajari ilmu Islam dibolehkan secara terpisah, tetapi dalam mengamalkan wajib
serentak antara iman, Islam, dan ikhsan.
Tasawuf merupakan salah satu jalan dalam mendekatkan diri kepada Tuhan, sebuah
kesadaran akan adanya komunikasi dengan Tuhan. Tasawuf sangat erat hubungannya
dengan keadaan menjauhi hidup duniawi dan kesenangan material atau biasa disebut
dengan istilah zuhud. Sedang orang yang mempunyai sifat zuhud disebut zahid. Setelah itu
barulah barulah meningkat menjadi sufi.
Dalam perkembangan zuhud terdapat dua golongan zahid. Satu golongan zahud
meninggalkan kehidupan dunia serta kesenangan material dan memusatkan perhatian pada
ibadah karena didorong oleh perasaan takut akan masuk neraka di akhirat kelak. Tuhan
dipandang sebagai suatu dzat yang ditakuti, dan perasaan takutlah yang menjadi pendorong
mereka. Satu golongan lain didorong oleh perasaan cinta kepada Tuhan. Bagi mereka,
Tuhan bukanlah dzat yang harus ditakuti dan dijauhi, namun harus dicintai dan didekati.
Maka mereka meninggalkan kehidupan duniawi dan banyak beribadah karena ingin
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kalangan sufi yang termasuk dalam kalangan ini adalah Rabi’ah al-Adawiyah,
dengan konsep pemikiran tasawufnya yaitu mahabbah illahiyah (kecintaan kepada Tuhan).
Seorang wanita sufi dari Basrah yang terkenal dengan ibadah dan kedekatannya dengan
Allah Swt dengan memasukkan konsep kecintaan terhadap Tuhan dalam dunia tasawuf.
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kami merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, diantaranya:
1.Apa pengertian mahabbah?
2.Apa saja macam-macam Mahabbah?
3.Apa saja tingkatan mahabbah?
4.Apa saja alat untuk mencapai mahabbah?
5. Siapa toko yang mengembangkan Mahabbah?
C. Tujuan Pembahasan
Dalam makalah ini kami memiliki tujuan pembahasan sebagaimana berikut:
1.Megetahui dan memahami arti dari mahabbah.
2.Mengetahui apa saja macam-macam mahabbah.
3.Mengetahui apa saja tingkatan mahabbah.
4.Mengetahui apa saja alat untuk mencapai mahabbah.
5. Mengetahui siapa toko yang mengembangkan Mahabbah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahabbah
Cinta atau yang dikenal dalam bahasa Arab Mahabbah berasal dari kata ahabbah-
yuhibbu-mahabbatan,yang secara bahasa berarti mencintai secara mendalam, kecintaan, atau
cinta yang mendalam[1]. Dalam Al-Mu’jam al-Falsafi, Jamil Shaliba mengatakan,
Mahabbah (cinta) adalah lawan dari kata al-baghd (benci)[2]. Al- Mahabbah dapat pula
berarti al-wadud, yakni yang sangat pengasih atau penyayang[3]. Selain itu, al-
mahabbahdapat pula berarti kecenderungan kepada sesuatu yang sedang berjalan dengan
tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual, seperti cintanya
seseorang yang kasmaran pada sesuatu yang dicintainya, orang tua pada anaknya, seseorang
pada sahabatnya, suatu bangsa terhadap tanah airnya, atau seorang pekerja pada
pekerjaannya. Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh-
sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan tercapainya
gambaran yang mutlak,yaitu cinta kepada Tuhan[4].
Kata Mahabbah tersebut selanjutnya digunakan untuk menunjukkan suatu paham atau
aliran dalam tasawwuf. Dalam hubungan ini, objek mahabbah lebih ditunjukkan kepada
Tuhan.Dari sekian banyak artimahabbah yang dikemukakan diatas , tampaknya ada juga yang
cocok dengan arti mahabbah yang dikehendaki dalam tasawuf, yaitu mahabbah yang artinya
kecintaan yang mendalam secara ruhani kepada Tuhan[5].
Mahabbah dalam pengertian tasawuf ini lebih lanjut dikemukakan oleh Al-Qusyairi
sebagai berikut:
Al-Mahabbah merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikan
nya (kemutlakan) Allah Swt oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan
cinta kepada yang dikasihi-Nya[6].
Mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba yang mencintai-Nya itu selanjutnya dapat
mengambil bentukiradah dan rahmah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya dalam bentuk
pahala dan nikmat yang melimpah[7].Mahabbah berbeda dengan al-raghbah.
Mahabbah adalah cinta yang tidak dibarengi dengan harapan pada hal-hal yang bersifat
duniawi, sedangkan al-raghbah adalah cinta yang disertai dengan keinginan yang kuat untuk
mendapatkan sesuatu, meskipun harus mengorbankan segalanya[8].
4
Menurut Harun Nasution, pengertian mahabbah adalah:
1. Patuh kepada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya.
2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi,yaitu
Tuhan[9].
Dengan urain tersebut kita dapat memperoleh pemahaman bahwa mahabbah adalah
suatu keadaan jiwa yang mencintai Tuhan sepenuh hati sehingga sifat-sifat yang dicintai
(Tuhan) masuk kedalam diri yang mencintai. Tujuannya adalah untuk memperoleh
kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dapat dirasakan oleh
jiwa.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa mahabbah (cinta) merupakan
keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu melebihi kepada yang lain atau ada perhatian
khusus, sehingga menimbulkan usaha untuk memiliki dan bersatu dengannya, sekalipun
dengan pengorbanan.
Sedangkan secara terminologi, terdapat perbedaan defenisi di kalangan ulama. Menurut
Imam al-Gazāli mengatakan bahwa mahabbah adalah kecenderungan hati kepada sesuatu.
Kecenderungan yang dimaksud oleh al-Gazali adalah kecenderungan kepada Tuhan karena
bagi kaum sufi mahabbah yang sebenarnya bagi mereka hanya mahabbah kepada Tuhan. Hal
ini dapat dilihat dari ucapannya, “Barangsiapa yang mencintai sesuatu tanpa ada kaitannya
dengan mahabbah kepada Tuhan adalah suatu kebodohan dan kesalahan karena hanya Allah
yang berhak dicintai.” Al-Gazali berkata, “ Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal
dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalau pun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi
sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta, maqam itu akibat dari cinta saja”.
Pengertian tersebut di atas sesuai dengan tingkatan kaum muslimin dalam
pengalamannya terhadap ajaran agama, tidak semuanya mampu menjalani hidup kesufian,
bahkan hanya sedikit saja yang menjalaninya, yang terbanyak adalah kelompok
awam mahabbah-nya. Mengenai Mahabbah sesuai dengan firman Allah Swt. Surat Ali imran:
31 yang artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut:
5
ٌ‫ث‬ َ‫َل‬َ‫ث‬ٌ‫ن‬َ‫م‬ٌ‫ن‬ُ‫ك‬ٌِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ٌَ‫د‬َ‫ج‬َ‫و‬ٌَ‫ة‬َ‫و‬ َ‫َل‬َ‫ح‬ٌِ‫ان‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫إل‬‫ا‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬ٌَ‫ون‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ٌُ‫للا‬ٌُ‫ه‬ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ٌ
ٌ‫ب‬َ‫ح‬َ‫أ‬ٌِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬‫ا‬‫م‬ِ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬ِ‫س‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ٌ‫ب‬ ِ‫ح‬ُ‫ي‬ٌَ‫ء‬‫ر‬َ‫م‬‫ال‬ٌَ‫ل‬ٌُ‫ه‬ُّ‫ب‬ ِ‫ح‬ُ‫ي‬ٌ‫ل‬ِ‫إ‬ٌٌِِ
ٌِ‫لل‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ٌَ‫ه‬َ‫ر‬‫ك‬َ‫ي‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬ٌَ‫د‬‫و‬ُ‫ع‬َ‫ي‬ٌِ‫ر‬‫ف‬ُ‫ك‬‫يال‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ٌُ‫ه‬َ‫ر‬‫ك‬َ‫ي‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬ٌَ‫ف‬َ‫ذ‬‫ق‬ُ‫ي‬‫ي‬ِ‫ف‬ٌِ‫ار‬‫الن‬
Artinya: Tiga hal yang barang siapa mampu melakukannya, maka ia akan merasakan
manisnya iman, yaitu:pertama Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain
keduanya; kedua: tidak mencintai seseorang kecuali hanya karena Allah; ketiga benci
kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka.
B. Macam-Macam Mahabbah
Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
1. Mahabbah mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan“nggemesi”.
Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan
selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak
bisa berfikir lain.
2. Mahabbah rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,siap berkorban,
dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan
orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah
kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi
kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam
cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua
terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al
arham, dzawi al arham ,yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara
fitri, yang berasal dari gharba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak
janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang
yang disebut rahim.
6
3. Mahabbah mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga
menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta
jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika
sedang jatuh cinta kepada yang muda, cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. Mahabbah syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan
memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa
seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al
Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha,
istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
5. Mahabbah ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma
kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk
salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan
agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam
hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Mahabbah shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku menyimpang
tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengkisahkan bagaimana
Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan denganZulaiha yang setiap hari menggodanya
(mohon dimasukkan penjara saja),sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir
juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun
minaljahilin (Q/12:33)
7. Mahabbah syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang
menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa
rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian
diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an
nadzori ila wajhikawa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan
nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan
Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin waNuzhat al
Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepadasang kekasih (safar al qalb
ila al mahbub), dan kobaran cinta yangapinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat
al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi
7
8. Mahabbah kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-
hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu,
membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an
ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya, layukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
C. Tingkatan Mahabbah
Menurut Al-Sarraj, sebagaimana dikutip oleh Harun Nasution, ada tiga macam
tingkatan mahabbah, yaitumahabbah orang biasa, mahabbah orang shidiq, dan mahabbah
orang yang arif. Mahabbah orang biasa mengambil bentuk selalu mengingat Allah dengan
berzikir, memuji Allah, suka menyebut nama-nama Allah, dan memperoleh kesenangan
dalam berdialog dengan Allah. Mahabbah orang shidiq adalah cinta dari seseorang yang kenal
kepada Allah, kepada kebesaran-Nya, kepada kekuasaan-Nya, kepada ilmu-Nya, dan lain-
lain. Juga cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seseorang dari Tuhan
dan dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada Tuhan.Ia mengadakan
dialog dengan Tuhan dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta tingkat kedua ini
membuat seseorang sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-sifatnya sendiri, sedang
hatinya penuh dengan perasaan cinta kepada Tuhan dan selalu rindu pada-Nya. Sedangkan
mahabbah orang yang arif adalah cinta dari seseorang yang tahu betul kepada Tuhan. Yang
dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai
masuk kedalam diri yang mencintai.
Dari ketiga tingkatan mahabbah yang dikemukakan oleh Harun Nasution tersebut
tampak menunjukkan suatu proses mencintai, yaitu mulai dari mengenal sifat-sifat Tuhan
dengan menyebut-Nya melalui dzikir, dilanjutkan dengan leburnya diri (fana) pada sifat-
sifat Tuhan itu, dan akhirnya menyatu kekal (baqa) dalam sifat Tuhan. Dari ketiga tingkatan
ini tampaknya cinta yang terakhirlah yang ingin dituju oleh mahabbah[10].
Terlepas dari banyaknya penjelasan mengenai defenisi dan “seluk-beluk” cinta atau
mahabbah tersebut, namun yang pasti, mahabbah pada dasarnya merupakan sebuah sikap
operasional. Dengan kata lain, konsep mahabbah (cinta kepada Allah) adalah salah satu ajaran
pokok yang memungkinkan Islam membawa rahmat bagi seluruh isi alam. Cinta pada
hakikatnya bukanlah sebutan untuk emosi semata-mata yang hanya dipupuk di dalam batin
saja, akan tetapi ia adalah cinta yang memiliki kecenderungan pada kegiatan nyata sekaligus
menjadi sumber keutamaan moral.Hanya saja dalam perjalanan sejarah umat Islam, term
8
“cinta” atau “mahabbah” telah menjadi salah satu pokok pembicaraan orang-orang sufi.
Mereka menggeser penekanan cinta kea rah idealism emosional yang dibatinkan secara
murni. Sehingga di kalangan sufi, mahabbah adalah satu istilah yang hampir selalu
berdampingan dengan makrifat, baik dalam penempatannya maupun dalam pengertiannya.
Kalau makrifat merupakan tingkat pengetahuan tentang Tuhan melalui hati, sedang mahabbah
adalah merupakan perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta. Seluruh jiwa terisi oleh
rasa kasih dan kasih dan cinta kepada Tuhan. Rasa cinta yang tumbuh dari pengetahuan dan
pengenalan kepada Tuhan, sudah sangat jelas dan mendalam, sehingga yang dilihat dan dirasa
bukan cinta, tetapi”diri yang dicintai”. Oleh karena itu menurut al-Gazali, mahabbah itu
adalah manifestasi dari makrifat kepada Tuhan.
Demikian cintanya orang-orang sufi kepada Tuhan, mereka rela mengorbankan dirinya
demi memenuhi keinginan Tuhannya. Olehnya itu, cinta atau mahabbah pada hakikatnya
adalah lupa terhadap kepentingan diri sendiri, karena mendahulukan kepentingan yang
dicintainya yaitu Tuhan. Mahabbah adalah suatu ajaran tentang cinta atau kecintaan kepada
Allah. Tetapi bagaimana bentuk pelaksanaan kecintaan kepada Allah itu tidak bisa
dirumuskan secara pasti karena hal itu menyangkut perasaan dan penghayatan subyektif tiap
sufi.
D. Alat Untuk Mencapai Mahabbah
Dari penjelasan diatas tentang macam-macam mahabbah, tentunya kita sudah tahu yang
mana mahabbah yang harus didahulukan dan yang mana yang diakhirkan. Didahulukan
karena lebih penting, dan diakhirkan bukan berarti tidak penting , akan tetapi sesuai tingkatan
kebutuhan dan juga disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan yang kita miliki.
Untuk mencapai mahabbah seperti yang sudah disebutkan diatas,para ahli tasawuf
menjawab dengan menggunakan pendekatan psikologi,yaitu pendekatan yang melihat adanya
potensi rohaniyah yang ada dalam diri manusia. Harun Nasution dalam bukunya falsafah dan
mistisis dalam islam mengatakan bahwa dalam diri manusia ada alat untuk memperoleh
ma’rifat oleh sufi disebut sir. Dengan mengutip pendapat al-Qusyairi Harun Nasution
mengatakan bahwa dalam diri manusia ada tiga alat yang dapat digunakan untuk berhubungan
dengan Tuhan.
Pertama,al-qalb(hati sanubari),sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan.
Kedua,roh sebagai alat untuk mencintai Tuhan.
Ketiga, sir yaitu alat untuk melihat Tuhan.
9
Sir lebih halus dari pada ruh, dan ruh lebih halus dari pada qalb. Kelihatanya sir
bertempat di ruh, dan ruh bertempat di qalb, dan sir timbul dan dapat menerima iluminasi dari
Allah kalau qalb dan ruh telah suci sesuci-sucinya dan kosong-sekosongnya, tidak berisi
apapun[11].
Dengan keterangan tersebut,dapat diketahui bahwa alat untuk mencintai Tuhan adalah
ruh, yaitu ruh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat, serta dikosongkan dari kecintaan
kepada segala sesuatu,melainkan hanya diisi oleh cinta kepada Tuhan. Ruh yang digunakan
untuk mencintai Tuhan itu telah dianugerahkan Tuhan kepada manusia sejak kehidupannya
dalam kandungan ketika umur empat bulan. Dengan demikian alat untuk mahabbah itu
sebenarnya telah diberikan Tuhan manusia tidak tahu sebenarnya hakikat ruh itu,yang
mengetahui hanyalah Allah. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surahal-
Isra’,17:85 dan surah al-Hijr,15:29 serta dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-
Muslim.
E. Toko yang Mengembangkan Mahabbah
Hampir seluruh literatur bidang tasawuf menyebutkan bahwa tokoh yang
memperkenalkan ajaran mahabbah ini adalah Rabi’ah al-Adawiyah. Hal ini didasarkan pada
ungkapan-ungkapannya yang menggambarkan bahwa ia menganut paham tersebut.
Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang zahid perempuan yang amat besar dari bashrah,
di Irak. Ia hidup antara tahun 713-803 H.[12] sumber lain menyebutkan bahwa ia meninggal
dunia dalam tahun 185 H./796.M Menurut riwayatnya ia adalah seorang hamba yang
kemudian dibebaskan. Dalam hidup selanjutnya ia banyak beribadat bertaubat, dan menjauhi
hidup duniawi. Ia hidup dalam kesederhanaan dan menolak segala bantuan material yang
diberikan orang kepadanya. Dalam berbagai doa yang dipanjatkannya ia tak mau meminta
hal-hal yang bersifat materi dari tuhan. Ia betul betul hidup dalam keadaan zuhud dan hanya
ingin dekat dengan tuhan. [13]
Riwayat lain menyebutkan bahwa ia selalu menolak lamaran-lamaran pria salih,
dengan mengatakan:” akad nikah adalah bagi pemilik kemaujudan luar biasa. Sedangkan pada
diriku hal itu tidak ada, karena aku telah berhenti maujud dan telah lepas dari diriku”.[14]
Aku maujud dalam tuhan dan diriku sepenuhnya milik-Nya. Aku hidup dalam naungan
firman-Nya. Akad nikah mesti diminta dari-Nya, bukan dariku. Rabi’ah tenggelam dalam
kesadaran kedekatan dengan tuhan. Ketika sakit ia berkata kepada tamu yang menanyakan
sakitnya:” demi allah aku tak merasa sakit, lantaran surga telah ditampak bagiku sedangkan
10
aku merindukannya dalam hati, dan aku merasa bahwa Tuhanku cemburu kepadaku, lantas
mencelaku. Dialah yang dapat mebuatku bahagia. [15]
Cinta rabi’ah yang tulus tanpa mengharapkan sesuatu pada tuha, terlihat dari
ungkpapan doa-doa yang disampaikannya. Ia misalnya berdoa, “ya tuhanku, bila aku
menyembah-Mu lantaran takut kepada neraka, maka bakarlah diriku dalam neraka; dan bila
aku menyebah-Mu karena mengharap surga, maka jauhkanlah aku dari surga; namun jika aku
menyembah-Mu hanya demi Engkau, maka janganlah Engkau tutup Keindahan Abadi-
Mu.[16]
11
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pengertian mahabbah antara lain sebagai berikut:
1. Memeluk kepatuhan kepada Tuhan dan memberi sikap melas kepada-Nya.
2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi.
Mahabah adalah paham tasawuf yang menenkankan perasaan cinta kepada tuhan.
Tuhan bukanlah suatu zat yang harus ditakuti, tapi sebaliknya sebagai zat yan harus dicintai
dan didekati. Untuk dapat mencintai dan dekat dengan tuhan, maka sekarang harus banyak
melakukan peribadatan dan meninggalkan kesenangan duniawi.
Berbagai sebab yang mengutamakan rasa cinta allah swt . Pertama : memutuskan
interaksi duniawi dan mengeluarkan rasa cinta kepada selain Allah SWT. dari hati karena hati
dapat di ibaratkan seperti sebuah bejana yang tidak akan muat untuk menampung sebuah
cuka, umpamanya, jika tidak dikeluarkan semua air darinya.
Kedua bagi kuatnya rasa cinta adalah kuatnya pengenalan Allah SWT. Keluasanya dan
mendominasi terhadap hati hal itu dapat terjadi setelah setelah mensucikan hati dari segala
kesibukan duniawi dan berbagai interaksinya. Berjalan seperti peristiwa peletakan sebuah
benih di bumi setelah membersihkannya dari rerumputan, dimana dia merupakan bagian ke
dua. Kemudian dai benih itu tumbuhlah sebuah pohon cinta dan ma’rifat yaitu kalimah yang
baik yang dicontohkan oleh allah swt dalam sebuah surat yaitu surat ibrahim ayat 24:“Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik akarnya tegh dan
cabangnya (menjulang) kelangit”.
Aliran sufi mahabbah dipelopori dan dikembangkan oleh seorang seorang sufi wanita
bernama rabiah al-adawiyah ia lahir di basrah pada tahun 714 M . rabiah meninggal pada
tahun 801 M di barsrah, dimakamkan di mana ia meninggal. Ketika jenazah diusung ke
pekuburan orang-orang suci, para sufi, dan orang islam yang saleh dalam jumlah yng luar
biasa banyaknya datang ikut mengiringinya.
12
B. SARAN
Kita sebagai orang islam yang harus selalu menjalankan syariat islam secara serentak
bersamaan dengan iman dan ihsan, harus benar-benar mengabdikan diri kepada Allah karena
kita diciptakan oleh Allah dan kepada-Nya pula kita akan kembali. Jadi janganlah sekali-kali
kita tidak mengerjakan perintahnya atau malah melupakannya. Mungkin dengan kita
mengetahui macam-macam mahabbah diatas kita dapat mengukur diri kita seberapa besar
cinta kita kepada Sang Pencipta.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qusyairi al-Naisabury.t.t.al-Risalah al-Qusyairiyah.Mesir:Dar al-Kahir.hal 318
Fadhlallah Syaikh, The element of Sufisme. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2000
Harun Nasution.1983.Falsafah dan Mistisisme dalam Islam.Jakarta:Bulan Bintang. cet.III.hal.
70
IAIN Sumatera Utara.1983/1984.pengantar ilmu tasawuf.Sumatera Utara. Hal 77
Jamil Shaliba.1978.Al Mu’jam Al-Falsafy,Jilid II.Mesir:Dar al-Kitab.hal 439
Kamal Adnan Mustofa, Rahasia Pesona Cinta Illahi, Jakarta : Rabitha Press. 2008
Mahmud Yunus.1990.Kamus Arab Indonesia.Jakarta:Hidakarya.hal 96
Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A.2011.Akhlak Tasawuf.Jakarta:Rajawali Press.hal 208
Smith Margaret, Rabi’ah Pergulatan Spiritual Peremupuan, Surabaya : Risalah Gusti, 1997
[1] Mahmud Yunus.1990.Kamus Arab Indonesia.Jakarta:Hidakarya.hal 96
[2] Jamil Shaliba.1978.Al Mu’jam Al-Falsafy,Jilid II.Mesir:Dar al-Kitab.hal 439
[3] Ibid,hal 349
[4] Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A.2011.Akhlak Tasawuf.Jakarta:Rajawali Press.hal 208
[5] Jamil Shaliba.1978.al-Mu’jam al-Falsafy Jilid II.Mesir:Dar al-Kitab. Hal 440
[6] al-Qusyairi al-Naisabury.t.t.al-Risalah al-Qusyairiyah.Mesir:Dar al-Kahir.hal 318
[7] ibid,hal 318
[8] Jamil Shaliba,op.cit.hal 617
[9] Harun Nasution.1983.Falsafah dan Mistisisme dalam Islam.Jakarta:Bulan Bintang.cet.III.hal 70
[10] Prof.Dr.H.Abuddin Nata.2011.Akhlak Tasawuf.Jakarta:Rajawali Press.hal 210
[11] IAIN Sumatera Utara.1983/1984.pengantar ilmu tasawuf.Sumatera Utara. Hal 77
[12] A.J. Arberry, pasang-surut aliran Tasawuf, (terj.) Bambang Herawan, dari judul asli Sufism: An Account of
the islam,(Bandung: Mizan, 1985), cet.I, hlm.49. lihat pula Harun Nasution, loc,cit., hlm.71.
[13] Hamka, tasawuf perkembangan dan pemurniannya, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), cet. XI, hlm.79.
[14] ibid., hlm.71-72.
[15] Aththar, Tadzirat al-Aulia I, (Mesir: Al-Ma’arif, t.t), hlm.66.
[16] A.J. Arberry, Pasang Surut,op.cit., hlm.50.

More Related Content

What's hot

Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiPerbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiFaatihah Abwabarrizqi
 
ppt Ibadah
ppt Ibadah ppt Ibadah
ppt Ibadah
MeyLiontin
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Riezal Bintan
 
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat Ilmu
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat IlmuEPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat Ilmu
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat Ilmu
Jihad Achmad Gojali
 
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan Antropologi
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan AntropologiPendekatan Studi Islam: Sosiologi dan Antropologi
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan Antropologi
Amnias 21
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Dodyk Fallen
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamEdwarn Abazel
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Rohman Efendi
 
Ilmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihIlmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabih
widya adhy
 
Fiil,isim,huruf
Fiil,isim,hurufFiil,isim,huruf
Fiil,isim,huruf
karlina apriliani
 
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadahMakalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
Azyan L F
 
Ppt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'anPpt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'an
Yulan Afriani
 
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanEksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Oki Ma'arif
 
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam IslamModul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Istna Zakia Iriana
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
Dini Audi
 
PENGERTIAN RUKUN IMAN
PENGERTIAN RUKUN IMANPENGERTIAN RUKUN IMAN
PENGERTIAN RUKUN IMAN
Mandiri Sekuritas
 
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnyaHadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Riana Arum
 
PPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan MadaniyahPPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan Madaniyah
rismariszki
 
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Phuji Maisaroh
 

What's hot (20)

Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiPerbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
 
ppt Ibadah
ppt Ibadah ppt Ibadah
ppt Ibadah
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
 
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat Ilmu
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat IlmuEPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat Ilmu
EPISTEMOLOGI ISLAM BAYANI, BURHANI DAN IRFANI - Makalah Filsafat Ilmu
 
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan Antropologi
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan AntropologiPendekatan Studi Islam: Sosiologi dan Antropologi
Pendekatan Studi Islam: Sosiologi dan Antropologi
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 
Ilmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihIlmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabih
 
Fiil,isim,huruf
Fiil,isim,hurufFiil,isim,huruf
Fiil,isim,huruf
 
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadahMakalah kedudukan dan fungsi ibadah
Makalah kedudukan dan fungsi ibadah
 
Ppt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'anPpt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'an
 
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanEksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
 
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam IslamModul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
 
Makalah usul fiqih
Makalah usul fiqihMakalah usul fiqih
Makalah usul fiqih
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
PENGERTIAN RUKUN IMAN
PENGERTIAN RUKUN IMANPENGERTIAN RUKUN IMAN
PENGERTIAN RUKUN IMAN
 
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnyaHadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
 
PPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan MadaniyahPPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan Madaniyah
 
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islamPendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
Pendekatan bayani, irfani dan burhani dalam metodologi studi islam
 

Similar to Makalah mahabbah anif

Tasawuf
TasawufTasawuf
Tasawuf
Irwan Saputra
 
Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)
Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)
Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)
RoyNal Rois Al-Khalim
 
PPT ILMU AKHLAK.pptx
PPT ILMU AKHLAK.pptxPPT ILMU AKHLAK.pptx
PPT ILMU AKHLAK.pptx
AbdulMushawwir4
 
Makalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyahMakalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyahzulkhairilabay
 
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu TasawufUrgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Thufailah Mujahidah
 
Ma'rifah
Ma'rifahMa'rifah
Ma'rifah
Aas Firdausy
 
Ilmu budaya dasar ke 1
Ilmu budaya dasar ke 1Ilmu budaya dasar ke 1
Ilmu budaya dasar ke 1
dedesumarni3
 
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pptx
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pptxppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pptx
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pptx
AgusRahmat39
 
TASAWUF
TASAWUFTASAWUF
TASAWUF
Ria Widia
 
Makalah Aderina Chemonk: Abu Yazid Al-Bustomi
Makalah Aderina Chemonk: Abu Yazid Al-BustomiMakalah Aderina Chemonk: Abu Yazid Al-Bustomi
Makalah Aderina Chemonk: Abu Yazid Al-Bustomi
Ali Hanafiah
 
Aliran-Aliran Tasawuf.pdf
Aliran-Aliran Tasawuf.pdfAliran-Aliran Tasawuf.pdf
Aliran-Aliran Tasawuf.pdf
Zukét Printing
 
Aliran-Aliran Tasawuf.docx
Aliran-Aliran Tasawuf.docxAliran-Aliran Tasawuf.docx
Aliran-Aliran Tasawuf.docx
Zukét Printing
 
Ajaran sufi tentang diri yang tercadari
Ajaran sufi tentang diri yang tercadariAjaran sufi tentang diri yang tercadari
Ajaran sufi tentang diri yang tercadariHulu Kujang
 
Ajaran Tasawuf.pdf
Ajaran Tasawuf.pdfAjaran Tasawuf.pdf
Ajaran Tasawuf.pdf
PascasarjanaUndar
 
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docxPengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
Zukét Printing
 
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdfPengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
Zukét Printing
 
Ajaran tasawuf
Ajaran tasawufAjaran tasawuf
Ajaran tasawuf
Imam Mashudi Latif
 
Aliran-Aliran Tassawuf.docx
Aliran-Aliran Tassawuf.docxAliran-Aliran Tassawuf.docx
Aliran-Aliran Tassawuf.docx
Zukét Printing
 

Similar to Makalah mahabbah anif (20)

Tasawuf
TasawufTasawuf
Tasawuf
 
Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)
Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)
Cinta dan Aplikasi Sosial (Makalah)
 
PPT ILMU AKHLAK.pptx
PPT ILMU AKHLAK.pptxPPT ILMU AKHLAK.pptx
PPT ILMU AKHLAK.pptx
 
Makalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyahMakalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyah
 
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu TasawufUrgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
 
Ma'rifah
Ma'rifahMa'rifah
Ma'rifah
 
Ilmu budaya dasar ke 1
Ilmu budaya dasar ke 1Ilmu budaya dasar ke 1
Ilmu budaya dasar ke 1
 
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pptx
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pptxppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pptx
ppt-cinta-khauf-roja-tawakkal-ikm-kelas-10-bab-7.pptx
 
TASAWUF
TASAWUFTASAWUF
TASAWUF
 
Makalah Aderina Chemonk: Abu Yazid Al-Bustomi
Makalah Aderina Chemonk: Abu Yazid Al-BustomiMakalah Aderina Chemonk: Abu Yazid Al-Bustomi
Makalah Aderina Chemonk: Abu Yazid Al-Bustomi
 
Aliran-Aliran Tasawuf.pdf
Aliran-Aliran Tasawuf.pdfAliran-Aliran Tasawuf.pdf
Aliran-Aliran Tasawuf.pdf
 
Aliran-Aliran Tasawuf.docx
Aliran-Aliran Tasawuf.docxAliran-Aliran Tasawuf.docx
Aliran-Aliran Tasawuf.docx
 
Ajaran sufi tentang diri yang tercadari
Ajaran sufi tentang diri yang tercadariAjaran sufi tentang diri yang tercadari
Ajaran sufi tentang diri yang tercadari
 
TASAWUF
TASAWUFTASAWUF
TASAWUF
 
Modern
ModernModern
Modern
 
Ajaran Tasawuf.pdf
Ajaran Tasawuf.pdfAjaran Tasawuf.pdf
Ajaran Tasawuf.pdf
 
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docxPengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.docx
 
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdfPengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
Pengertian Tasawuf dan Ajaran Tasawuf.pdf
 
Ajaran tasawuf
Ajaran tasawufAjaran tasawuf
Ajaran tasawuf
 
Aliran-Aliran Tassawuf.docx
Aliran-Aliran Tassawuf.docxAliran-Aliran Tassawuf.docx
Aliran-Aliran Tassawuf.docx
 

Makalah mahabbah anif

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tasawuf adalah salah satu pilar Islam. Ia adalah ajaran dan amalan Rasulullah saw. Beserta para sahabatnya. Sesungguhnya tanpa tasawuf agama ini akan kehilangan ruhnya dan tidak ada bedanya dengan ideologi buatan manusia. Sepeninggal Rasulullah dan para sahabatnya, setelah Islam berkembang, ilmu-ilmu Islam pun mengalami perkembangan yang hebat. Jika tadinya hanya iman, Islam, dan Ihsan, maka mulai muncul ilmu-ilmu baru seperti ilmu tafsir, nahwu sharaf, musthalah hadits, ushul fiqih dan lain-lain. Umat Islam pun terdiri dari berbagai macam bangsa dengan berbagai bahasa. Untuk memudahkan dalam mempelajari Islam, para ulama Islam membagi ilmu-ilmu dengan memberinya istilah baru seperti aqidah untuk iman, fiqih untuk Islam, dan tasawuf untuk ikhsan. Dalam mempelajari ilmu Islam dibolehkan secara terpisah, tetapi dalam mengamalkan wajib serentak antara iman, Islam, dan ikhsan. Tasawuf merupakan salah satu jalan dalam mendekatkan diri kepada Tuhan, sebuah kesadaran akan adanya komunikasi dengan Tuhan. Tasawuf sangat erat hubungannya dengan keadaan menjauhi hidup duniawi dan kesenangan material atau biasa disebut dengan istilah zuhud. Sedang orang yang mempunyai sifat zuhud disebut zahid. Setelah itu barulah barulah meningkat menjadi sufi. Dalam perkembangan zuhud terdapat dua golongan zahid. Satu golongan zahud meninggalkan kehidupan dunia serta kesenangan material dan memusatkan perhatian pada ibadah karena didorong oleh perasaan takut akan masuk neraka di akhirat kelak. Tuhan dipandang sebagai suatu dzat yang ditakuti, dan perasaan takutlah yang menjadi pendorong mereka. Satu golongan lain didorong oleh perasaan cinta kepada Tuhan. Bagi mereka, Tuhan bukanlah dzat yang harus ditakuti dan dijauhi, namun harus dicintai dan didekati. Maka mereka meninggalkan kehidupan duniawi dan banyak beribadah karena ingin mendekatkan diri kepada Tuhan. Kalangan sufi yang termasuk dalam kalangan ini adalah Rabi’ah al-Adawiyah, dengan konsep pemikiran tasawufnya yaitu mahabbah illahiyah (kecintaan kepada Tuhan). Seorang wanita sufi dari Basrah yang terkenal dengan ibadah dan kedekatannya dengan Allah Swt dengan memasukkan konsep kecintaan terhadap Tuhan dalam dunia tasawuf.
  • 2. 2 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, kami merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya: 1.Apa pengertian mahabbah? 2.Apa saja macam-macam Mahabbah? 3.Apa saja tingkatan mahabbah? 4.Apa saja alat untuk mencapai mahabbah? 5. Siapa toko yang mengembangkan Mahabbah? C. Tujuan Pembahasan Dalam makalah ini kami memiliki tujuan pembahasan sebagaimana berikut: 1.Megetahui dan memahami arti dari mahabbah. 2.Mengetahui apa saja macam-macam mahabbah. 3.Mengetahui apa saja tingkatan mahabbah. 4.Mengetahui apa saja alat untuk mencapai mahabbah. 5. Mengetahui siapa toko yang mengembangkan Mahabbah.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Mahabbah Cinta atau yang dikenal dalam bahasa Arab Mahabbah berasal dari kata ahabbah- yuhibbu-mahabbatan,yang secara bahasa berarti mencintai secara mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam[1]. Dalam Al-Mu’jam al-Falsafi, Jamil Shaliba mengatakan, Mahabbah (cinta) adalah lawan dari kata al-baghd (benci)[2]. Al- Mahabbah dapat pula berarti al-wadud, yakni yang sangat pengasih atau penyayang[3]. Selain itu, al- mahabbahdapat pula berarti kecenderungan kepada sesuatu yang sedang berjalan dengan tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual, seperti cintanya seseorang yang kasmaran pada sesuatu yang dicintainya, orang tua pada anaknya, seseorang pada sahabatnya, suatu bangsa terhadap tanah airnya, atau seorang pekerja pada pekerjaannya. Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh- sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan tercapainya gambaran yang mutlak,yaitu cinta kepada Tuhan[4]. Kata Mahabbah tersebut selanjutnya digunakan untuk menunjukkan suatu paham atau aliran dalam tasawwuf. Dalam hubungan ini, objek mahabbah lebih ditunjukkan kepada Tuhan.Dari sekian banyak artimahabbah yang dikemukakan diatas , tampaknya ada juga yang cocok dengan arti mahabbah yang dikehendaki dalam tasawuf, yaitu mahabbah yang artinya kecintaan yang mendalam secara ruhani kepada Tuhan[5]. Mahabbah dalam pengertian tasawuf ini lebih lanjut dikemukakan oleh Al-Qusyairi sebagai berikut: Al-Mahabbah merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikan nya (kemutlakan) Allah Swt oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya[6]. Mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba yang mencintai-Nya itu selanjutnya dapat mengambil bentukiradah dan rahmah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya dalam bentuk pahala dan nikmat yang melimpah[7].Mahabbah berbeda dengan al-raghbah. Mahabbah adalah cinta yang tidak dibarengi dengan harapan pada hal-hal yang bersifat duniawi, sedangkan al-raghbah adalah cinta yang disertai dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan sesuatu, meskipun harus mengorbankan segalanya[8].
  • 4. 4 Menurut Harun Nasution, pengertian mahabbah adalah: 1. Patuh kepada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya. 2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi. 3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi,yaitu Tuhan[9]. Dengan urain tersebut kita dapat memperoleh pemahaman bahwa mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai Tuhan sepenuh hati sehingga sifat-sifat yang dicintai (Tuhan) masuk kedalam diri yang mencintai. Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa mahabbah (cinta) merupakan keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu melebihi kepada yang lain atau ada perhatian khusus, sehingga menimbulkan usaha untuk memiliki dan bersatu dengannya, sekalipun dengan pengorbanan. Sedangkan secara terminologi, terdapat perbedaan defenisi di kalangan ulama. Menurut Imam al-Gazāli mengatakan bahwa mahabbah adalah kecenderungan hati kepada sesuatu. Kecenderungan yang dimaksud oleh al-Gazali adalah kecenderungan kepada Tuhan karena bagi kaum sufi mahabbah yang sebenarnya bagi mereka hanya mahabbah kepada Tuhan. Hal ini dapat dilihat dari ucapannya, “Barangsiapa yang mencintai sesuatu tanpa ada kaitannya dengan mahabbah kepada Tuhan adalah suatu kebodohan dan kesalahan karena hanya Allah yang berhak dicintai.” Al-Gazali berkata, “ Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalau pun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta, maqam itu akibat dari cinta saja”. Pengertian tersebut di atas sesuai dengan tingkatan kaum muslimin dalam pengalamannya terhadap ajaran agama, tidak semuanya mampu menjalani hidup kesufian, bahkan hanya sedikit saja yang menjalaninya, yang terbanyak adalah kelompok awam mahabbah-nya. Mengenai Mahabbah sesuai dengan firman Allah Swt. Surat Ali imran: 31 yang artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut:
  • 5. 5 ٌ‫ث‬ َ‫َل‬َ‫ث‬ٌ‫ن‬َ‫م‬ٌ‫ن‬ُ‫ك‬ٌِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ٌَ‫د‬َ‫ج‬َ‫و‬ٌَ‫ة‬َ‫و‬ َ‫َل‬َ‫ح‬ٌِ‫ان‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫إل‬‫ا‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬ٌَ‫ون‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ٌُ‫للا‬ٌُ‫ه‬ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ٌ ٌ‫ب‬َ‫ح‬َ‫أ‬ٌِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬‫ا‬‫م‬ِ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬ِ‫س‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ٌ‫ب‬ ِ‫ح‬ُ‫ي‬ٌَ‫ء‬‫ر‬َ‫م‬‫ال‬ٌَ‫ل‬ٌُ‫ه‬ُّ‫ب‬ ِ‫ح‬ُ‫ي‬ٌ‫ل‬ِ‫إ‬ٌٌِِ ٌِ‫لل‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ٌَ‫ه‬َ‫ر‬‫ك‬َ‫ي‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬ٌَ‫د‬‫و‬ُ‫ع‬َ‫ي‬ٌِ‫ر‬‫ف‬ُ‫ك‬‫يال‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ٌُ‫ه‬َ‫ر‬‫ك‬َ‫ي‬ٌ‫ن‬َ‫أ‬ٌَ‫ف‬َ‫ذ‬‫ق‬ُ‫ي‬‫ي‬ِ‫ف‬ٌِ‫ار‬‫الن‬ Artinya: Tiga hal yang barang siapa mampu melakukannya, maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu:pertama Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya; kedua: tidak mencintai seseorang kecuali hanya karena Allah; ketiga benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka. B. Macam-Macam Mahabbah Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya: 1. Mahabbah mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan“nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain. 2. Mahabbah rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham ,yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari gharba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.
  • 6. 6 3. Mahabbah mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda, cenderung mengabaikan kepada yang lama. 4. Mahabbah syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf. 5. Mahabbah ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2). 6. Mahabbah shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan denganZulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja),sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun minaljahilin (Q/12:33) 7. Mahabbah syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhikawa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin waNuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepadasang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yangapinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi
  • 7. 7 8. Mahabbah kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal- hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, layukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286) C. Tingkatan Mahabbah Menurut Al-Sarraj, sebagaimana dikutip oleh Harun Nasution, ada tiga macam tingkatan mahabbah, yaitumahabbah orang biasa, mahabbah orang shidiq, dan mahabbah orang yang arif. Mahabbah orang biasa mengambil bentuk selalu mengingat Allah dengan berzikir, memuji Allah, suka menyebut nama-nama Allah, dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Allah. Mahabbah orang shidiq adalah cinta dari seseorang yang kenal kepada Allah, kepada kebesaran-Nya, kepada kekuasaan-Nya, kepada ilmu-Nya, dan lain- lain. Juga cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seseorang dari Tuhan dan dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada Tuhan.Ia mengadakan dialog dengan Tuhan dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta tingkat kedua ini membuat seseorang sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-sifatnya sendiri, sedang hatinya penuh dengan perasaan cinta kepada Tuhan dan selalu rindu pada-Nya. Sedangkan mahabbah orang yang arif adalah cinta dari seseorang yang tahu betul kepada Tuhan. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk kedalam diri yang mencintai. Dari ketiga tingkatan mahabbah yang dikemukakan oleh Harun Nasution tersebut tampak menunjukkan suatu proses mencintai, yaitu mulai dari mengenal sifat-sifat Tuhan dengan menyebut-Nya melalui dzikir, dilanjutkan dengan leburnya diri (fana) pada sifat- sifat Tuhan itu, dan akhirnya menyatu kekal (baqa) dalam sifat Tuhan. Dari ketiga tingkatan ini tampaknya cinta yang terakhirlah yang ingin dituju oleh mahabbah[10]. Terlepas dari banyaknya penjelasan mengenai defenisi dan “seluk-beluk” cinta atau mahabbah tersebut, namun yang pasti, mahabbah pada dasarnya merupakan sebuah sikap operasional. Dengan kata lain, konsep mahabbah (cinta kepada Allah) adalah salah satu ajaran pokok yang memungkinkan Islam membawa rahmat bagi seluruh isi alam. Cinta pada hakikatnya bukanlah sebutan untuk emosi semata-mata yang hanya dipupuk di dalam batin saja, akan tetapi ia adalah cinta yang memiliki kecenderungan pada kegiatan nyata sekaligus menjadi sumber keutamaan moral.Hanya saja dalam perjalanan sejarah umat Islam, term
  • 8. 8 “cinta” atau “mahabbah” telah menjadi salah satu pokok pembicaraan orang-orang sufi. Mereka menggeser penekanan cinta kea rah idealism emosional yang dibatinkan secara murni. Sehingga di kalangan sufi, mahabbah adalah satu istilah yang hampir selalu berdampingan dengan makrifat, baik dalam penempatannya maupun dalam pengertiannya. Kalau makrifat merupakan tingkat pengetahuan tentang Tuhan melalui hati, sedang mahabbah adalah merupakan perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta. Seluruh jiwa terisi oleh rasa kasih dan kasih dan cinta kepada Tuhan. Rasa cinta yang tumbuh dari pengetahuan dan pengenalan kepada Tuhan, sudah sangat jelas dan mendalam, sehingga yang dilihat dan dirasa bukan cinta, tetapi”diri yang dicintai”. Oleh karena itu menurut al-Gazali, mahabbah itu adalah manifestasi dari makrifat kepada Tuhan. Demikian cintanya orang-orang sufi kepada Tuhan, mereka rela mengorbankan dirinya demi memenuhi keinginan Tuhannya. Olehnya itu, cinta atau mahabbah pada hakikatnya adalah lupa terhadap kepentingan diri sendiri, karena mendahulukan kepentingan yang dicintainya yaitu Tuhan. Mahabbah adalah suatu ajaran tentang cinta atau kecintaan kepada Allah. Tetapi bagaimana bentuk pelaksanaan kecintaan kepada Allah itu tidak bisa dirumuskan secara pasti karena hal itu menyangkut perasaan dan penghayatan subyektif tiap sufi. D. Alat Untuk Mencapai Mahabbah Dari penjelasan diatas tentang macam-macam mahabbah, tentunya kita sudah tahu yang mana mahabbah yang harus didahulukan dan yang mana yang diakhirkan. Didahulukan karena lebih penting, dan diakhirkan bukan berarti tidak penting , akan tetapi sesuai tingkatan kebutuhan dan juga disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan yang kita miliki. Untuk mencapai mahabbah seperti yang sudah disebutkan diatas,para ahli tasawuf menjawab dengan menggunakan pendekatan psikologi,yaitu pendekatan yang melihat adanya potensi rohaniyah yang ada dalam diri manusia. Harun Nasution dalam bukunya falsafah dan mistisis dalam islam mengatakan bahwa dalam diri manusia ada alat untuk memperoleh ma’rifat oleh sufi disebut sir. Dengan mengutip pendapat al-Qusyairi Harun Nasution mengatakan bahwa dalam diri manusia ada tiga alat yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Pertama,al-qalb(hati sanubari),sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan. Kedua,roh sebagai alat untuk mencintai Tuhan. Ketiga, sir yaitu alat untuk melihat Tuhan.
  • 9. 9 Sir lebih halus dari pada ruh, dan ruh lebih halus dari pada qalb. Kelihatanya sir bertempat di ruh, dan ruh bertempat di qalb, dan sir timbul dan dapat menerima iluminasi dari Allah kalau qalb dan ruh telah suci sesuci-sucinya dan kosong-sekosongnya, tidak berisi apapun[11]. Dengan keterangan tersebut,dapat diketahui bahwa alat untuk mencintai Tuhan adalah ruh, yaitu ruh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat, serta dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu,melainkan hanya diisi oleh cinta kepada Tuhan. Ruh yang digunakan untuk mencintai Tuhan itu telah dianugerahkan Tuhan kepada manusia sejak kehidupannya dalam kandungan ketika umur empat bulan. Dengan demikian alat untuk mahabbah itu sebenarnya telah diberikan Tuhan manusia tidak tahu sebenarnya hakikat ruh itu,yang mengetahui hanyalah Allah. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surahal- Isra’,17:85 dan surah al-Hijr,15:29 serta dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari- Muslim. E. Toko yang Mengembangkan Mahabbah Hampir seluruh literatur bidang tasawuf menyebutkan bahwa tokoh yang memperkenalkan ajaran mahabbah ini adalah Rabi’ah al-Adawiyah. Hal ini didasarkan pada ungkapan-ungkapannya yang menggambarkan bahwa ia menganut paham tersebut. Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang zahid perempuan yang amat besar dari bashrah, di Irak. Ia hidup antara tahun 713-803 H.[12] sumber lain menyebutkan bahwa ia meninggal dunia dalam tahun 185 H./796.M Menurut riwayatnya ia adalah seorang hamba yang kemudian dibebaskan. Dalam hidup selanjutnya ia banyak beribadat bertaubat, dan menjauhi hidup duniawi. Ia hidup dalam kesederhanaan dan menolak segala bantuan material yang diberikan orang kepadanya. Dalam berbagai doa yang dipanjatkannya ia tak mau meminta hal-hal yang bersifat materi dari tuhan. Ia betul betul hidup dalam keadaan zuhud dan hanya ingin dekat dengan tuhan. [13] Riwayat lain menyebutkan bahwa ia selalu menolak lamaran-lamaran pria salih, dengan mengatakan:” akad nikah adalah bagi pemilik kemaujudan luar biasa. Sedangkan pada diriku hal itu tidak ada, karena aku telah berhenti maujud dan telah lepas dari diriku”.[14] Aku maujud dalam tuhan dan diriku sepenuhnya milik-Nya. Aku hidup dalam naungan firman-Nya. Akad nikah mesti diminta dari-Nya, bukan dariku. Rabi’ah tenggelam dalam kesadaran kedekatan dengan tuhan. Ketika sakit ia berkata kepada tamu yang menanyakan sakitnya:” demi allah aku tak merasa sakit, lantaran surga telah ditampak bagiku sedangkan
  • 10. 10 aku merindukannya dalam hati, dan aku merasa bahwa Tuhanku cemburu kepadaku, lantas mencelaku. Dialah yang dapat mebuatku bahagia. [15] Cinta rabi’ah yang tulus tanpa mengharapkan sesuatu pada tuha, terlihat dari ungkpapan doa-doa yang disampaikannya. Ia misalnya berdoa, “ya tuhanku, bila aku menyembah-Mu lantaran takut kepada neraka, maka bakarlah diriku dalam neraka; dan bila aku menyebah-Mu karena mengharap surga, maka jauhkanlah aku dari surga; namun jika aku menyembah-Mu hanya demi Engkau, maka janganlah Engkau tutup Keindahan Abadi- Mu.[16]
  • 11. 11 BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan Pengertian mahabbah antara lain sebagai berikut: 1. Memeluk kepatuhan kepada Tuhan dan memberi sikap melas kepada-Nya. 2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi. 3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi. Mahabah adalah paham tasawuf yang menenkankan perasaan cinta kepada tuhan. Tuhan bukanlah suatu zat yang harus ditakuti, tapi sebaliknya sebagai zat yan harus dicintai dan didekati. Untuk dapat mencintai dan dekat dengan tuhan, maka sekarang harus banyak melakukan peribadatan dan meninggalkan kesenangan duniawi. Berbagai sebab yang mengutamakan rasa cinta allah swt . Pertama : memutuskan interaksi duniawi dan mengeluarkan rasa cinta kepada selain Allah SWT. dari hati karena hati dapat di ibaratkan seperti sebuah bejana yang tidak akan muat untuk menampung sebuah cuka, umpamanya, jika tidak dikeluarkan semua air darinya. Kedua bagi kuatnya rasa cinta adalah kuatnya pengenalan Allah SWT. Keluasanya dan mendominasi terhadap hati hal itu dapat terjadi setelah setelah mensucikan hati dari segala kesibukan duniawi dan berbagai interaksinya. Berjalan seperti peristiwa peletakan sebuah benih di bumi setelah membersihkannya dari rerumputan, dimana dia merupakan bagian ke dua. Kemudian dai benih itu tumbuhlah sebuah pohon cinta dan ma’rifat yaitu kalimah yang baik yang dicontohkan oleh allah swt dalam sebuah surat yaitu surat ibrahim ayat 24:“Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik akarnya tegh dan cabangnya (menjulang) kelangit”. Aliran sufi mahabbah dipelopori dan dikembangkan oleh seorang seorang sufi wanita bernama rabiah al-adawiyah ia lahir di basrah pada tahun 714 M . rabiah meninggal pada tahun 801 M di barsrah, dimakamkan di mana ia meninggal. Ketika jenazah diusung ke pekuburan orang-orang suci, para sufi, dan orang islam yang saleh dalam jumlah yng luar biasa banyaknya datang ikut mengiringinya.
  • 12. 12 B. SARAN Kita sebagai orang islam yang harus selalu menjalankan syariat islam secara serentak bersamaan dengan iman dan ihsan, harus benar-benar mengabdikan diri kepada Allah karena kita diciptakan oleh Allah dan kepada-Nya pula kita akan kembali. Jadi janganlah sekali-kali kita tidak mengerjakan perintahnya atau malah melupakannya. Mungkin dengan kita mengetahui macam-macam mahabbah diatas kita dapat mengukur diri kita seberapa besar cinta kita kepada Sang Pencipta.
  • 13. 13 DAFTAR PUSTAKA Al-Qusyairi al-Naisabury.t.t.al-Risalah al-Qusyairiyah.Mesir:Dar al-Kahir.hal 318 Fadhlallah Syaikh, The element of Sufisme. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2000 Harun Nasution.1983.Falsafah dan Mistisisme dalam Islam.Jakarta:Bulan Bintang. cet.III.hal. 70 IAIN Sumatera Utara.1983/1984.pengantar ilmu tasawuf.Sumatera Utara. Hal 77 Jamil Shaliba.1978.Al Mu’jam Al-Falsafy,Jilid II.Mesir:Dar al-Kitab.hal 439 Kamal Adnan Mustofa, Rahasia Pesona Cinta Illahi, Jakarta : Rabitha Press. 2008 Mahmud Yunus.1990.Kamus Arab Indonesia.Jakarta:Hidakarya.hal 96 Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A.2011.Akhlak Tasawuf.Jakarta:Rajawali Press.hal 208 Smith Margaret, Rabi’ah Pergulatan Spiritual Peremupuan, Surabaya : Risalah Gusti, 1997 [1] Mahmud Yunus.1990.Kamus Arab Indonesia.Jakarta:Hidakarya.hal 96 [2] Jamil Shaliba.1978.Al Mu’jam Al-Falsafy,Jilid II.Mesir:Dar al-Kitab.hal 439 [3] Ibid,hal 349 [4] Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A.2011.Akhlak Tasawuf.Jakarta:Rajawali Press.hal 208 [5] Jamil Shaliba.1978.al-Mu’jam al-Falsafy Jilid II.Mesir:Dar al-Kitab. Hal 440 [6] al-Qusyairi al-Naisabury.t.t.al-Risalah al-Qusyairiyah.Mesir:Dar al-Kahir.hal 318 [7] ibid,hal 318 [8] Jamil Shaliba,op.cit.hal 617 [9] Harun Nasution.1983.Falsafah dan Mistisisme dalam Islam.Jakarta:Bulan Bintang.cet.III.hal 70 [10] Prof.Dr.H.Abuddin Nata.2011.Akhlak Tasawuf.Jakarta:Rajawali Press.hal 210 [11] IAIN Sumatera Utara.1983/1984.pengantar ilmu tasawuf.Sumatera Utara. Hal 77 [12] A.J. Arberry, pasang-surut aliran Tasawuf, (terj.) Bambang Herawan, dari judul asli Sufism: An Account of the islam,(Bandung: Mizan, 1985), cet.I, hlm.49. lihat pula Harun Nasution, loc,cit., hlm.71. [13] Hamka, tasawuf perkembangan dan pemurniannya, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), cet. XI, hlm.79. [14] ibid., hlm.71-72. [15] Aththar, Tadzirat al-Aulia I, (Mesir: Al-Ma’arif, t.t), hlm.66. [16] A.J. Arberry, Pasang Surut,op.cit., hlm.50.