tugas akhir mengenai budaya - budaya yang ada di Nusa Tenggara Timur dan bagaimana hubungannya dengan potensi lahan kering yang ada di Nusa Tenggara Timur itu sendiri
TANDA TERIMA
DITERIMA OLEH : ……………………………………….
HARI / TANGGAL :………………………………………..
PERIHAL SURAT : Usulan Pengganti Antar Waktu (PAW) Anggota Fraksi
Partai Golkar DPRD Kabupaten Muna Barat
Nomor Surat : 22 / DPD - MUBAR / GOLKAR / XI / 2016
Penerima,
………………………….
Laporan Resmi dari Praktikum IPA 1 bertopik Nabitor (Natural Acid Base Indicator)
Laporan ini laporan lengkap mulai dari judul hingga daftar pustaka
semoga laporan ini bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik
Alat Musik tradisional Sasando di Nusa Tenggara Timur.pptxJenyTamonob
sasando merupakan salah satu alat musik yang ada di Nusa Tenggara Timur. Sasando ini merupakan salah satu Ikon provinsi NTT selain komodo dan danau tiga warna atau biasa disebut Danau Kelimutu. Dengan adanya penjelasan mengenai sejarah alat musik sasando diciotakan, jenis-jenis sasando dan penjelasan bagian-bagian dari alat musik sasando. diharapkan dapat menambah wawasan pembaca untuk mengenal salah satu alat musik tradisional yang ada di Nusa Tenggara Timur.
TANDA TERIMA
DITERIMA OLEH : ……………………………………….
HARI / TANGGAL :………………………………………..
PERIHAL SURAT : Usulan Pengganti Antar Waktu (PAW) Anggota Fraksi
Partai Golkar DPRD Kabupaten Muna Barat
Nomor Surat : 22 / DPD - MUBAR / GOLKAR / XI / 2016
Penerima,
………………………….
Laporan Resmi dari Praktikum IPA 1 bertopik Nabitor (Natural Acid Base Indicator)
Laporan ini laporan lengkap mulai dari judul hingga daftar pustaka
semoga laporan ini bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik
Alat Musik tradisional Sasando di Nusa Tenggara Timur.pptxJenyTamonob
sasando merupakan salah satu alat musik yang ada di Nusa Tenggara Timur. Sasando ini merupakan salah satu Ikon provinsi NTT selain komodo dan danau tiga warna atau biasa disebut Danau Kelimutu. Dengan adanya penjelasan mengenai sejarah alat musik sasando diciotakan, jenis-jenis sasando dan penjelasan bagian-bagian dari alat musik sasando. diharapkan dapat menambah wawasan pembaca untuk mengenal salah satu alat musik tradisional yang ada di Nusa Tenggara Timur.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Makalah Budaya Lahan Kering, Kepulauan dan Pariwisata tentang sasando (autosaved)
1. MAKALAH
“SASANDO”
DISUSUN OLEH:
ALENS YTUAL ATAMAI (1706080029)
RICKY ALEXANDER DETHAN (1706080059)
ARYO RONALDO HAMBA PULU (1706080079)
ROBINSON ANDREW DAVID PELLU (1706080128)
JURUSAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2018
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami kelompok 12 dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang
“Sasando”.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambahkan wawasan
teman-teman beserta bapak dosen mengenai “Sasando”.
Kami menyadari bahwa selama pembuatan makalah ini kami mengalami
banyak kendala. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-
teman dan bapak dosen yang bersifat menbangun kedepan.
Kupang, 31 Mei 2018
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1. Latar Belakang .................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
3. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
1. Apa Itu Sasando? ............................................................................... 3
2. Awal Ditemukannya Sasando ............................................................ 3
3. Jenis-Jenis Sasando ........................................................................... 5
4. Cara Memainkan Sasando .................................................................. 7
5. Fungsi Sasando ................................................................................. 7
6. Bahan dan Proses Pembuatan Sasando ............................................... 7
7. Sasando, Pulau Rote dan Pohon Lontar .............................................. 8
BAB III PENUTUP .................................................................................... 15
1. Kesimpulan ....................................................................................... 15
2. Saran ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia dikenal akan keragaman budayanya. Keragaman itu hidup
berdampingan dan saling mempengaruhi secara dinamis. Setiap kebudayaan
mempunyai sejarah yang sangat panjang, yang selama ribuan tahun saling
memberi dan menerima unsur-unsur kebudayaan lain sehingga membentuk
kebudayaan yang kini kita kenal.
Masyarakat kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tersebar relatif
berdekatan, memperoleh ciri kebudayaannya melalui proses yang sama.
Dikepulauan NTT kita melihat adanya persamaan berupa bahasa, cara
berpakaian, seni bangunan, atau cara hidup masyarakatnya. Kesemuanya
menunjukkan bahwa dimasa lalu masyarakat NTT aktif berinteraksi dalam
proses mempertukarkan unsur-unsur kebudayaannya.
Perjalanan sejarah yang panjang telah membentuk karakter budaya NTT
yang mungkin dapat dibedakan dalam banyak hal dengan kebudayaan lain
diluar NTT. Namun, kita juga melihat bahwa kebudayaan-kebudayaan di
NTT memiliki banyak persamaan dengan kebudayaan masyarakat yang
tinggal disekitarnya. Hal itu membuktikan bahwa dalam skala ruang yang
lebih luas, kebudayaan NTT masih menjadi bagian dari berbagai sistem
budaya yang hidup diwilayah lingkungannya. Alat musik Sasando, misalnya,
hanya ditemukan didaerah NTT. Alat musik Sasando berasal dari kata sari
(petik) dan sando (bergetar). Sasando adalah sebuah alat instrumen petik
yang ruang resonansinya terbuat dari daun lontar, yang berbentuk setengah
lingkaran. Saat senar Sasando dipetik, maka akan menghasilkan bunyi yang
merdu. Instrumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu alat musik Sasando ?
2. Bagaimana asal – usul alat musik Sasando ?
3. Apa saja bahan yang di gunakan untuk membuat sasando dan bagaimana
cara membuat alat musik Sasando ?
4. Apa saja jenis alat musik Sasando ?
5. Bagaimana kaitan antara Sasando, Pulau Rote dan Pohon Lontar?
5. 2
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu alat musik Sasando
2. Untuk mengetahui bagaimana asal – usul alat musik Sasando
3. Untuk mengetahui apa saja bahan yang digunakan untuk membuat alat
musik sasando dan bagaimana membuat Sasando
4. Untuk mengetahui apa saja jenis alat musik Sasando
5. Untuk mengetahui bagaimana kaitan Sasando, Pulau Rote dan Pohon
Lontar
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apa itu Sasando?
Sasando adalah alat musik tradisional dari kebudayaan Rote, Nusa
Tenggara Timur. Sasando merupakan alat musik berdawai dan dimainkan
dengan cara dipetik dengan menggunakan jari . Bagi masyarakat pulau Rote,
Sasando bukan hanya sebuah alat musik tetapi lebih daripada itu Sasando
merupakan jati diri bagi masyarakat pulau Rote itu sendiri dan juga suatu
kebanggan karena sudah mendunia.
2. Awal Ditemukannya Sasando
Berbicara tentang Sasando tidak lepas dari sejarah Sasando itu sendiri.
Namun karena tidak ada catatan yang jelas tentang sejarah dari Sasando
mengakibatkan banyak versi dari cerita tentang sejarah Sasando.
a. Versi Sangguana
Dalam versi ini diceritakan bahwa Sasando berawal dari kisah seorang
pemuda bernama Sangguana yang terdampar di pulau Ndana saat
mencari ikan bersama temannya, Mankoa. Selanjutnya mereka dibawa
oleh penduduk setempat menghadap Raja keIistana.
Selama berada di istana, Sangguana menunjukkan bakat seninya yang
luar biasa sampai-sampai ia pun diijinkan untuk tetap tinnggal di Istana.
Semakin hari, bakat seni yang dimilikinya semakin berkembang dan
membuat hati sang Putri raja terpikat. Hingga pada suatu kesempatan
Sangguana diminta oleh Putri untuk membuat sebuah alat musik yang
belum pernah ada dan belum pernah juga dimainkan oleh orang lain.
Sangguana pun menyanggupi permintaan sang Putry Raja. Kemudian
pada suatu malam Sangguana bermimpi menciptakan suatu alat musik
yang memiliki bentuk sangat indah dan saat dimainkan alat tersebut
mengeluarkan suara yang sangat merdu. Dari mimpi itulah Sangguana
mendapatkan inspirasi dan membuat alat musik yang kemudian olehnya
diberi nama “Sandu”
Alat musik tersebut kemudian dimainkan dihadapan sang Putri dengan
lagu yang berjudul “Sari Sandu”. Sang Putri menikmati lagu yang
dimainkan oleh Sangguana dan kemudian alat musik tersebut diberikan
kepada sang Putri Raja sebagai hadiah. Selanjutnya alat musik tersebut
diberi nama Depo Hitu yang artinya sekali petik tujuh dawai bergetar.
7. 4
b. Versi Luminang dan Balialang
Ketika mengembala domba mereka bersama, mereka membawa seelai
daun lontar. Saat siang hari mereka melipat daun lontar tersebut untuk
menimba air. Untuk melipat, bagian tengah harus dibuang dan ketika
hendak melepas tali jadi kencang. Tanpa sengaja, ketika ditarik keras
menimbulkan bunyi nada berbeda-beda. Tetapi karena sering terputus,
mereka berdua lalu mencungkil lidi-lidi tersebut. Mereka mulai mengerti
dan menemukan jika dikaitkan rapat akan menimbulkan nada tinggi dan
jika dikaitkan renggang akan menghasilkan nada rendah.
c. Versi Lunggi Lain dan Balok Ama Sina
Lunggi Lain dan Balok Ama Sina adalah dua orang sahabat yang
mengembala domba bersama-sama. Ketika sedang membuat haik dari
daun lontar antara jari-jari dari lembaran daun terdapat benang, apabila
ditarik menimbulkan bunyi. Dari pengalaman ini muncul ide untuk
mebuat satu alat musik petik yang dapat meniru bunyi yang terdapat pada
gong dengan dicongkel tulang daun lontarnya kemudian diganjal dengan
kayu. Karena bunyi yang dihasilkan kurang bagus lalu kayu diganti
dengan bambu.
Tetapi ada sumber lain yang menceritakan bahwa Lunggi Lain dan
Balok Ama Sina adalah dua orang yang terkena penyakit kusta yang
akhirnya harus diasingkan. Keduanya selalu bersama hingga Lunggi Lain
jatuh dan tertidur dibawah rumpun lontar. Sementara itu, temannya Balo
Aman yang masih mampu berjalan segera mencari nira untuk makan
bersama. Ketika ditinggalkan Balo Aman, Lunggi Lain terganggu
tidurnya karena mendengar suara dentingan. Begitu mendengar suara
tersebut, muncul keajaiban, Lunggi Lain langsung merasa sehat.
Karena merasa penasaran, Lunggi Lain pun menghampiri sumber
suara. Beberapa saat kemudian dia memandang ke atas dan melihat ada
laba-laba yang sedang membuat sarang. Dari situ Lunggi Lain tahu
bahwa suara tadi berasal dari getaran jaring yang dibuat laba-laba.
Ketika hari sudah sore, Balo Aman pulang dan terkejut melihat Lunggi
Lain sudah sembuh dari penyakit kusta. Lunggi Lain pun menceritakan
apa yang dialaminya tadi.
Setelah Balo Aman mengikuti langkah yang diberi Lunggi Lain yaitu
mendengar dan melihat laba-laba yang sedang membuat sarang serta
mengeluarkan dentingan suara, penyakit Balo Aman menjadi hilang.
Atas dasar peristiwa yang mereka alami, Balo Aman dan Lunggi Lain
berusaha membuat alat musik. Idenya diambil dari pekerjaan pembuatan
sarang yang dilakukan oleh laba-laba tadi. Mereka mengumpulkan daun
lontar lalu dilengkungkan serta dibentuk sedemikian rupa sehingga
8. 5
wujudnya seperti setengah lingkaran tapi agak lonjong. Untuk dawainya
diambil dari serat bambu yang dihaluskan.
Ketika dicoba pertama kali, Balo Aman dan Lunggi Lain sangat
gembira karena suara yang keluar dari dentingan tersebut terdengar indah
dan merdu.
d. Versi Pupuk Soroba
Pada saat Pupuk Soroba menyaksikan seekor laba-laba besar sedang
memainkan jaring sampai terdengar alunan bunyi indah Pupuk Soroba
juga ingin menciptakan alat yang dapat mengeluarkan bunyi indah.
Pupuk Soroba pun mengambil lidi daun lontar mentah lalu diganjal dan
dipetik.
3. Jenis – Jenis Sasando
Berdasarkan sejarah, Sasando mengalami berbagai macam perubahan
mulai dari perubahan bentuk hingga nada yang dihasilkan sesuai dengan
perkembangan zaman sehingga Sasando pada saat ini dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a. Sasando Gong
Sasando Gong mempunyai nada pentatonik. Biasanya dimainkan dengan
irama gong dan dinyanyikan dengan syair khas Pulau Rote. Sasando jenis
ini berdawai 7 buah atau 7 nada kemudian berkembang menjadi 11 dawai
9. 6
b. Sasando Biola
Sasando Biola merupakan sasando yang telah mengalami perkembangan
dengan nada diatonis. Bentuk sasando biola sekilas mirip Sasando Gong
namun mempunyai diameter bambu yang lebih besar. Sasando jenis ini
mulai berkembang pada abad ke-18. Sasando biola mempunyai 30 nada
karena mirip dengan biola yang kemudian berkembang menjadi 32 dan
36 dawai.
c. Sasando Elektrik
10. 7
Sasando Elektrik umumnya mempunyai 30 dawai dan merupakan
pengembangan dari Sasando Biola yang diberi sentuhan teknologi.
Sasando Jenis ini dibuat oleh Arnoldus Eden, seorang musisi Sasando
dan telah mendapat piagam penghargaan oleh Gubernur Nusa Tenggara
Timur tahun 2008.
4. Cara Memainkan Sasando
Sasando merupakan salah satu alat musik petik layaknya gitar dan kecapi,
tetapi bedanya yaitu Sasando dimainkan tanpa chord (kunci). Senar pada
Sasando dipetik oleh jari-jari dari kedua tangan dari arah berlawanan yaitu
dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri. Tangan kiri memainkan bas dan
melodi, sementara tangan kanan memainkan accord.
5. Fungsi Sasando
Alat musik Sasando biasanya dimainkan untuk mengeringi nyanyian,
menirukan nyanyian, mengiringi tari, menghibur keluarga yang sedang
berduka, dan yang sedang mengadakan sebuah pesta. Tidak ada ritual atau
syarat khusus untuk dapat memainkan alat musik ini. Siapapun dapat
memainkannya.
6. Bahan dan Proses Pembuatan Alat Musik Sasando
Bahan utama sasando adalah bambu yang membentuk tabung panjang.
Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi penyangga
atau ganjalan – ganjalan dalam bahasa rote disebut senda, tempat senar –
senar atau dawai direntangkan mengelilingi tabung bambu, bertumpu dari
atas ke bawah. Senda ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap
petikan senar. Kemudian diketok untuk mengatur nada yang pas. Lalu
tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari anyaman
daun lontar yang disebut haik. Haik inilah yang berfungsi sebagai resonansi
sasando.
Sekilas bentuk sasando mirip alat musik petik lainnya yakni biola, gitar
dan kecapi namun uniknya sasando memiliki bunyi merdu khas yang
berbeda hal itu dikarenakan sasando terbuat dari bambu dengan badan utama
dibentuk menjadi tabung panjang dan di bagian tengah tabung diberi
ganjalan melingkar dari atas hingga ke bawah. Senar atau dawai
direntangkan dari atas hingga ke bawah tabung. Tabung diletakkan pada
tempat yang terbuat dari anyaman daun lontar dan dibentuk setengah
melingkar seperti kipas. Sasando adalah alat musik tradisional yang perlu
11. 8
dirawat rutin. Setiap 5 tahun daun lontar harus diganti karena sifatnya yang
mudah berjamur.
Cara pembuatan alat musik sasando :
Bambu dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Kemudian dua
ujung bambu ditutup dengan kayu jati sehingga menghasilkan rongga
didalam.
Agar menarik, ruas bambu dilukis secara manual dengan spidol warna
yang tahan air, lalu disemprotkan dengan pernis agar awet dan tidak
luntur
Bentuklah daun lontar menjadi setengah lingkar. Sebagai tali pengikat
untuk menyatukan lembaran daun lontar yang satu dengan yang lain,
gunakan lidi daun lontar yang diiris tipis. Lalu biarkan 4 hari hingga
mengering dan keras.
Setelah kering, gabungkan rangkaian daun lontar itu dengan tabung
bambu yang sudah dipasangi senar.
7. Sasando,Pulau Rote dan Pohon Lontar
Berbicara tentang Sasando yang berasal dari Pulau Rote dan bahan yang
digunakan dalam pembuatannya, Pohon Lontar yang daunnya digunakan
sebagai ruang resonansi menjadi fokus utama kelompok kami untuk dibahas
karena berkaitan langsung dengan kondisi lahan di Pulau Rote yang banyak
ditumbuhi pohon Lontar.
a. Pohon Lontar
12. 9
Kebun menghampar di seluruh penjuru Tanah Rote. Dari 27.161
hektar kebun yang ada di wilayah Kabupaten Rote Ndao, 20.711 hektar
di antaranya adalah kebun tanaman lontar dan orang Rote dikenal sebagai
penyadap lontar yang handal. Tidak sekadar menyadap lontar, mereka
juga sangat piawai memanfaatkan segenap potensi yang ada pada pohon
lontar. Ada yang berbeda dari orang Rote bila sudah berbicara pohon
lontar sebagai pohon kehidupan.
Memang kita dapat menjumpai pohon lontar di mana-mana. Tapi,
tidak ada yang mampu menandingi kehebatan warga masyarakat Pulau
Rote pasalnya dari sekian banyak daerah yang memiliki pohon lontar,
hanya orang Rote yang mampu memanfaatkan segenap potensi pohon
tersebut. Mulai dari akarnya dibuat menjadi ramuan tradisional,
batangnya yang kuat dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan
bangunan, pelepahnya bisa dimanfaatkan untuk membuat pagar, sampai
daunnya yang multifungsi. Orang Rote memanfaatkan daun lontar buat
tempat untuk menyimpan nira yang disadap, tikar tradisional, bahan baku
pembuat atap rumah, hiasan perabot rumah tangga, berbagai kerajinan.
Bahkan, daun lontar bisa dipakai buat bahan baku kotak resonansi alat
musik sasando yang sudah mendunia seperti yang telah dibahas tadi .
Dan manfaat pohon lontar yang telah sangat populer, yakni nira lontar
sebagai sumber kehidupan bagi orang Rote. Lantaran pohon lontar
banyak dijumpai di Pulau Rote serta pemanfaatannya yang demikian
multiguna bagi orang Rote, Pulau Rote pun dikenal dengan julukan
“Nusa Lontar” (Negeri Lontar) sampai-sampai banyak orang yang
menyebut Pulau Rote sebagai “Surga Pohon Lontar”.
Kedekatan kehidupan orang Rote pada pohon lontar tidak terlepas dari
sejarah panjang yang mereka telah lewati. Dari sebuah pulau tak
berpenghuni sampai kini berisi orang Rote. Dalam penuturan syair yang
biasa dibawakan oleh para ketua adat setempat digambarkan bahwa
dahulu kala Pulau Rote yang semula tak berpenghuni kemudian didiami
oleh sebuah kelompok suku yang menurut cerita berasal dari tanah atas
atau Lain Do Ata (sebelah utara). Sumber lain menyebutkan bahwa
penduduk pertama yang mendiami Pulau Rote berasal dari Ceylon, yang
sekarang dikenal dengan nama Sri Lanka. Hal ini terkait dengan fakta
tentang kesamaan nama-nama lokasi, pola kekerabatan antara orang Rote
dan Ceylon, serta cara-cara orang Ceylon menyadap lontar untuk
memperoleh nira. Kemungkinan besar awal kedatangan mereka
bersamaan dengan dominasi imigran-imigran dari utara.
13. 10
Pohon lontar memang cukup mewarnai daratan wilayah Kabupaten
Rote Ndao --sebuah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
merupakan kabupaten ujung selatan di Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Sebagian besar wilayah ini terdiri dari padang rumput,
hamparan pohon lontar, pohon pinus, cendana, gewang, dan hutan bakau
di kawasan pantai. Permukaan tanah umumnya berbukit-bukit dan
bergunung-gunung (32.625 hektar) dan sebagian terdiri dari dataran
rendah (45.250 hektar) dengan tingkat kemiringan rata-rata mencapai 45
derajat. Kontur Pulau Rote bervariasi, pada daerah pantai ketinggian 0-10
meter di atas permukaan laut dan di bagian tengah mencapai ketinggian
200-1500 meter di atas permukaan laut dengan tingkat kemiringan 40-60
derajat.
Penggunaan lahan di Kabupaten Rote Ndao didominasi oleh hutan,
lahan sawah, perkebunan dan tegal/kebun. Dari data lahan sawah yang
ada sebenarnya masih banyak dari lahan tersebut belum diusahakan. Ini
merupakan potensi yang masih dapat dikembangkan. Pada saat ini jenis
sawah yang dominan adalah sawah tadah hujan mencakup 62% lahan
sawah yang telah diusahakan, kemudian diikuti oleh sawah dengan irigasi
sederhana. Lahan sawah dengan sistem irigasi setengah teknis banyak
terdapat di Kecamatan Lobalain, Rote Tengah dan Rote Timur. Luas
lahan sawah terbesar terdapat di Kecamatan Rote Tengah. Lahan sawah
terdapat di semua kecamatan di Kabupaten Rote Ndao. Dari 27.161
hektar kebun yang ada, 20.711 hektar di antaranya adalah kebun tanaman
lontar. Kabupaten Rote Ndao memang dikenal sebagai daerah tanaman
lontar.
b. Hidup dari Pohon Lontar
Masyarakat Pulau Rote sangat identik dengan pohon lontar. Dapat
dikatakan bahwa pohon lontar merupakan bagian dari roda kehidupan
warga masyarakat Pulau Rote, mulai dari zaman nenek moyang meraka
sampai saat ini. Warisan-warisan leluhur nenek moyang yang berkaitan
dengan pohon lontar tetap dilestarikan hingga kini. Sebut saja salah
satunya teknik atau cara menyadap nira lontar yang telah diwariskan
secara turun-temurun sampai kemudian menjadi sebuah kebiasaan dan
profesi bagi sebagian besar warga masyarakat Rote.
Layaknya padi di Tanah Jawa, pohon lontar dianggap sebagai sumber
kehidupan bagi orang Rote. Pohon lontar sangat terkenal dengan niranya
yang manis dan dapat diolah menjadi gula merah, gula lempeng, kecap,
laru,cuka dan berbagai minuman tradisional lainnya. Bagi orang Rote,
nira lontar disebut “tuak”. Sama seperti pohon aren dan sejenisnya, nira
14. 11
lontar atau tuak diperoleh dengan cara disadap. Penyadapan nira lontar
dilakukan dengan cara yang telah diwariskan secara turun-temurun
dengan menggunakan beberapa peralatan tradisional.
Menjadi seorang petani penyadap lontar tidaklah mudah. Ada
tantangan tersendiri. Mesti memiliki keterampilan khas untuk menekuni
pekerjaan menyadap nira. Salah satu keahlian yang harus dimiliki para
penyadap nira lontar adalah melawan rasa takut akan ketinggian pohon
dan harus pandai memanjat. Bagi sebagian orang, hal itu terlihat sangat
sulit. Tapi, bagi para lelaki Pulau Rote, hal itu merupakan sesuatu yang
biasa.
Ketinggian pohon lontar bisa puluhan meter. Dan untuk memperoleh
nira, seseorang harus mencapai puncak pohon lontar. Lantaran cara
memanjat menyadap pohon lontar ini telah berjalan turun temurun, tak
mengherankan bila sebagian besar kaum lelaki di Pulau Rote pandai
memanjat pohon lontar.
Di Rote, para penyadap nira lontar yang biasa dikenal dengan sebutan
mana ledi tua, mereka memulai aktivitas menyadap lontar sekitar jam 3-4
pagi. Pada jam-jam tersebut kita biasa mendengar dentuman “kikik” (
saringan tradisional) menghantam pelepah lontar. Kebiasaan
membunyikan pelepah lontar ini dengan tujuan membersihkan saringan
dari ampas nira.
Beberapa kebiasaan seputar penyadapan pohon lontar yang
berlangsung di Pulau Rote.
Memanjat.
Oleh karena pohon lontar terkenal cukup tinggi, maka satu-satunya
cara agar orang dapat menyadap nira lontar adalah dengan memanjat.
Seorang penyadap lontar harus menguasai teknik dan cara memanjat.
Dapat dikatakan bahwa orang Rote tergolong pemanjat sejati. Karena,
dalam sehari saja, seorang penyadap lontar bisa memanjat lebih dari
seratus (100) pohon lontar tanpa menggunakan alat bantu (tangan
kosong dan kaki kosong). Yang lebih fantastisnya lagi, seorang
penyadap lontar harus memikul beban berat membawa turun nira
lontar dari atas pohon lontar dengan menggunakan “kokondak” atau
yaitu wadah yang terbuat dari daun lontar. Hal ini memerlukan
konsentrasi tinggi agar wadah tersebut tidak membentur dan akhirnya
pecah. Memang cukup sulit dibayangkan. Namun, hal ini sudah
menjadi keseharian orang Rote, khususnya para penyadap nira lontar
atau (mana ledi tua).
Para penyadap lontar atau mana ledi tua di Pulau Rote memiliki
teknik tersendiri dalam memanjat pohon lontar, antara lain:
15. 12
a. Sebelum memanjat sebuah pohon lontar, pertama-tama pohon
lontar harus diberi tangga khusus berupa pahatan kecil pada
batang lontar yang berfungsi buat tempat meletakkan telapak kaki
ketika memanjat. Dalam bahasa ibu, pahatan ini disebut no ik.
b. Saat memanjat sebuah pohon lontar, seorang pemanjat harus
menguasai dan menghafal betul lekuk liku pohon yang dipanjat,
mulai dari berapa jumlah anak tangga, anak tangga mana yang
sering dipakai, berapa kali langkah kaki ketika turun ataupun naik,
di mana letak no ik atau anak tangga untuk meletakkan kaki tanpa
harus langsung melihat.
c. Seorang pemanjat harus benar-benar dalam kondisi sehat dan
bugar. Karena, untuk memanjat pohon lontar diperlukan stamina
dan konsentrasi tinggi --termasuk salah-satunya teknik
berpegangan batang pohon lontar yang cukup besar untuk
dijadikan pegangan. Seorang pemanjat lontar harus
memperhatikan pegangannya pada saat memanjat. Segala sesuatu
akan terasa sulit apabila sesuatu itu merupakan hal baru bagi kita.
Dan sesuatu akan terasa mudah bila sesuatu itu merupakan
kebiasaan atau hal sudah biasa kita lakukan berulang-ulang.
Begitu pula dengan teknik memanjat pohon lontar, menurut kita
yang tidak biasa akan terasa cukup sulit, namun merupakan hal
yang lumayan mudah bagi orang Rote.
Proses.
Mula-mula batang dijepit dan dilunakkan dengan menggunakan
kakabik (alat penjepit) yang terbuat dari kayu. Selanjutnya, pada
batang nira dipasang sebuah wadah kecil yang di sebut Haik atau
Mbaok yang berfungsi untuk menadah nira lontar yang menetes dari
batang nira pohon lontar. Agar Haik tidak mudah jatuh dan nira lontar
tidak terkontaminasi oleh cahaya matahari, diperlukan sebuah alat
pelindung yang disebut sosorok. Sosorok juga dapat berfungsi
menjaga nira dari serbuan serangga, tikus dan kelelawar. Setelah
sosorok dipasang dan diikat, kemudian dibiarkan selama beberapa jam
atau sampai air nira memenuhi Haik. Biasanya bila dipasang pagi hari
maka diambil pada sore. Begitupun sebaliknya.
Pengambilan dan penyaringan nira lontar.
Setelah kira-kira nira memenuhi haik, tahap berikutnya adalah
pengambilan nira lontar. Mula-mula sosorok atau kapisak dibuka.
Lalu, nira yang sudah memenuhi haik akan disaring menggunakan
kikik lantas dimasukkan ke dalam kokondak dan siap dibawa turun.
Pengirisan batang nira.
16. 13
Setelah nira yang ada dalam haik diambil, tahap selanjutnya adalah
mengiris batang nira dengan tujuan agar air nira yang akan dihasilkan
berkualitas baik dan batang nira tetap mengeluarkan air nira yang
lebih banyak.
Untuk mengiris batang nira digunakan pisau khusus yang disebut
dombe tuak. Ketajaman pisau yang digunakan untuk mengiris batang
nira sangat menentukan hasil air nira. Dengan pisau yang tajam
sehingga permukaan batang nira rata dan teratur akan menghasilkan
air nira yang optimal. Seorang mana ledi tua memperhatikan betul
ketajaman pisau yang digunakannya.
Memasang kembali haik dan sosorok.
Tahap selanjutnya setelah pengirisan batang nira adalah memasang
kembali Haik atau Mbaok untuk menadah air nira. Untuk menjaga
kualitas air nira dipasang pula kapisak atau sosorok. Sosorok dan
Mbaok diikat dengan tali yang terbuat dari daun gewang.
Turun.
Setelah pemasangan selesai, air nira yang telah dihimpun dalam
kokondak siap dibawa turun. Biasanya pada satu pohon lontar terdapat
tiga sampai empat kumpulan ranting yang menghasilkan air nira
(dalam bahasa setempat disebut sumak). Dari satu pohon lontar saja,
air nira yang dihasilkan sudah mampu memenuhi satu kokondak
(takarannya setara bahkan lebih dari satu galon air). Sebab itu, untuk
membawa turun satu kokondak yang terisi penuh dengan air nira
dibutuhkan ketelitian.
Pemanfaatan nira lontar yang telah diturunkan.
Setelah berada di bawah, air nira dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan, antara lain diproses menjadi gula merah, gula
lempeng, gula semut, kecap dan minuman tradisional lainnya. Selain
itu, air nira yang baru diturunkan dapat langsung diminum karena
rasanya yang sangat manis. Gula merah dan gula lempeng menjadi
konsumsi terfavorit orang Rote.
Gula merah dan gula lempeng juga menjadi primadona bagi
masyarakat daerah lain di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dengan begitu permintaan gula merah dan gula lempeng cukup tinggi.
Tidak hanya di kota-kota besar Nusa Tenggara Timur seperti Kupang,
Soe dan beberapa daerah lain seperti Alor, Flores dan Sumba. Gula
merah dari Rote juga telah dinikmati oleh daerah-daerah di Indonesia.
Wisatawan asing yang datang ke Pulau Rote pun gemar
mengkonsumsi hasil-hasil olahan dari nira lontar.
17. 14
Begitulah proses penyadapan nira lontar (tuak) yang menjadi
keseharian orang Rote. Bisanya proses penyadapan nira lontar dilakukan
dua kali sehari, masing-masing pada waktu pagi dan sore hari. Biasanya
pula penyadapan lontar dilakukan pada musim tertentu, tergantung pada
musim tumbuhnya tunas batang nira, sekitar bulan Maret sampai bulan
November. Bagi orang Rote, musim penyadapan nira lontar ini disebut
Fai Fanduk.
18. 15
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Sasando merupakan alat musik tradisional dari kebudayaan Rote, Nusa
Tenggara Timur. Sasando adalah alat musik berdawai yang dimainkan
dengan cara dipetik dengan jari – jemari tangan.
b. Jenis - jenis Sasando antara lain : Sasando Gong, sasando biola, sasando
elektrik
c. Sasando diwariskan secara turun temurun dalam kebudayaan Rote yang
berasal dari sejarah yang panjang.
d. Sasando terbuat dari bambu berbentuk tabung dan daun lontar yang
berfungsi sebagai ruang resonansi serta.
e. Pohon Lontar yang daunnya digunakan dalam pembuatan Sasando
merupakan hal yang sangat identik dengan jati diri Orang Rote karena
peranannya dalam hidup Orang Rote sendiri.
2. Saran
Sebaiknya sasando harus dijaga dan diajarkan ke anak cucu kita nanti, agar
alat musik tradisional dari Rote ini tetap dikenal dan tetap terjaga
budayanya.