SlideShare a Scribd company logo
i
INTEGRASI NUMERIK
(ATURAN TRAPESIUM)
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Metode Numerik
Dosen Pengampu: Nendra Mursetya Somasih Dwipa, M.Sc
Disusun oleh:
1. Anggi Denok Pratiwi (14144100052)
2. Latifah Hanum (14144100066)
3. Desita Amalia A (14144100072)
Kelas 7A2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2017
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................. 3
A. Metode Numerik .......................................................................................... 3
B. Angka Signifikansi (Bena)........................................................................... 4
C. Deret Taylor ................................................................................................. 8
D. Deret Mc Laurin......................................................................................... 12
E. Error (Galat)............................................................................................... 14
F. Integrasi Numerik....................................................................................... 18
G. Metode Pias ............................................................................................ 19
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................... 20
A. Aturan Trapesium....................................................................................... 20
B. Galat Aturan Trapesium............................................................................. 21
C. Algoritma Aturan Trapesium..................................................................... 23
D. Contoh dan Penyelesaian dengan Aturan Trapesium................................. 24
BAB IV STUDI KASUS ...................................................................................... 27
BAB V KESIMPULAN........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode integrasi numerik adalah suatu cara untuk menghitung luasan
daerah di bawah fungsi yang dimaksud pada selang yang diberikan. Jika suatu
fungsi memiliki luasan yang baku seperti luasan persegi panjang dengan
panjang x lebar, mungkin itu dapat dengan mudah dilakukan. Tetapi
umumnya suatu persamaan fungsi umumnya: fungsi linier dan fungsi kuadrat
(polynomial). Contohnya yaitu mencari luasan pada fungsi dengan integrasi
numeric.
Di dalam kalkulus, terdapat dua hal penting yaitu integral dan turunan
(derivative). Pengintegralan numeric merupakan alat atau cara yang
digunakan oleh ilmuwan untuk memperoleh jawaban hampiran (aproksimasi)
dari pengintegralan yang tidak dapat diselesaikan secara analitik. Perhtungan
integral adalah perhitungan dasar yang digunakan dalam kalkulus, dalam
banyak keperluan. Digunakan untuk menghitung luas daerah dibatasi oleh
fungsi y = f(x) dan sumbu x. Penerapan integral seperti menghitung luas dan
volume benda putar.
Dalam penjelasan perhitungan integral numeric ini akan dijelaskan metode
yaitu aturan trapesium.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penyusun mencoba merumuskan permasalahan yang akan
dibahas sebagai berikut:
1. Apakah pengertian metode numerik secara umum?
2. Apakah pengertian metode integrasi numerik secara umum?
3. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan aturan
trapesium?
2
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Memahami secara umum apa yang dimaksud dengan metode numeric serta
pembahasan yang ada di dalamnya.
2. Memahami secara umum apa yang dimaksud dengan metode integrasi
numeric serta pembahasan yang ada di dalamnya.
3. Memahami langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan aturan
trapesium.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Numerik
Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang diformulasikan secara matematik dengan cara operasi
hitungan (arithmetic). Metode numerik merupakan suatu teknik untuk
menyelesaikan masalah matematika yang efektif dan efisien. Dengan bantuan
computer ia sanggup menangani masalah yang rumit dan melibatkan
perhitungan yang luas.
Tahap-tahap memecahkan masalah persoalan secara numerik yang
dilakukan dalam pemecahan persoalan dunia nyata dengan metode numeric,
yaitu:
1. Pendefinisian masalah (apa yang diketahui dan apa yang dimimta)
2. Pemodelan. Persoalan dunia nyata dimodelkan ke dalam persamaan
matematika
3. Penyederhanaan model
4. Formulasi numerik. Segtelah model matematika yang sederhana diperoleh,
tahap selanjutnya adalah memformulasikannya secara numeric
5. Pemrograman
6. Operasional
7. Evaluasi
Manfaat Metode Numerik
1. Mampu menangani sistem persamaan besar, ketaklinieran dan geometri
yang rumit, yang dalam masalah rekayasa tidak mungkin dipecahkan
secara analitis.
2. Mengetahui secara singkat dab jelas teori matematika yang mendasari
paket program.
3. Mampu merancang program sendiri sesuai permasalahan yang dihadapi
pada masalah rekayasa
4
4. Metode numeric cocok untuk menggambarkan ketangguhan dari
keterbatasan computer dalam menangani masalah rekayasa yang tudak
dapat ditangani secara analitis
B. Angka Signifikansi (Bena)
Dalam kehidupan sehari-hari angka signifikan (bena) dapat dijumpai
pada bidang teknik, bisnis, sains, komunikasi, ekonomi dan lainnya. Dalam
bidang ekonomi biasanya saat membeli suatu barang ditoko kemudian
mendapatkan diskon untuk menghitung harga yang harus dibayar biasanya
penjual akan membulatkan harga setelah di diskon, atau kalian sering lihat
banyak barang yang dijual ditoko dengan harga Rp299.900 ketika hendak
membayarnya harganya akan dibulatkan menjadi Rp300.000. Dalam bidang
teknik informatika biasanya untuk coding sistem, atau membuat program,
pada bidang ini biasanya menggunakan mathlab untuk mempermudah
perhitungan. Dalam bidang sains biasanya terdapat pada matematika untuk
diperlajari oleh siswa atau mahasiswa, pada fisika biasanya untuk satuan ukur
saat percobaan atau penelitian dan pada kimia atau farmasi untuk
menimbang/meracik dosis obat.
Konsep angka bena (significant figure) atau angka signifikan berarti
telah dikembangkan secara formal untuk menandakan keandalan suatu nilai
numerik. Angka bena adalah angka bermakna, angka penting, atau angka yang
dapat digunakan dengan pasti. Angka signifikan yang digunakan sebagai batas
minimal tingkat keyakinan, terletak pada akhir angka signifikan.
1. Aturan Angka Bena
a) Setiap angka yang bukan nol pada suatu bilangan adalah angka bena.
Contoh:
Bilangan 43,9987 adalah bilangan yang terdiri dari 6 angka bena
Bilangan 222,89379 adalah bilangan yang terdiri dari 8 angka bena
b) Setiap angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah
angka bena.
5
Contoh:
Bilangan 88000,60045 adalah bilangan yang terdiri dari 10 angka
bena.
Bilangan 507,6003 adalah bilangan yang terdiri dari 7 angka bena.
c) Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir
dan di belakang tanda desimal adalah angka bena.
Contoh:
Bilangan 999,00000 adalah bilangan yang terdiri dari 8 angka bena.
Bilangan 567,300 adalah bilangan yang terdiri dari 6 angka bena.
d) Berdasarkan aturan 2 dan 3, maka:
Bilangan 300,00990 adalah bilangan dengan 7 angka bena.
Bilangan 0,000920 adalah bilangan dengan 3 angka bena
Bilangan 0,050460 adalah bilangan dengan 5 angka bena.
e) Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol terakhir dan
tanpa tanda desimal bukan merupakan angka bena
Contoh:
Bilangan 95300000 adalah bilangan dengan 3 angka bena.
Bilangan 600000 adalah bilangan dengan 1 angka bena.
f) Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama bukan
merupakan angka bena
Contoh:
Bilangan 0,000001111 adalah bilangan dengan 4 angka bena.
Bilangan 0,01234567 adalah bilangan dengan 7 angka bena.
Bilangan 0,5 adalah bilangan dengan 1 angka bena.
g) Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang
terakhir, dan terletak di depan tanda desimal merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 34000,0 adalah bilangan dengan 6 angka bena.
Bilangan 7,0 adalah bilangan dengan 2 angka bena.
6
h) Untuk menunjukkan jumlah angka bena, kita dapat memberi tanda
pada angka yang merupakan batas angka bena dengan garis bawah,
garis atas, atau cetak tebal.
Contoh:
87649 adalah bilangan yang mempunyai 5 angka signifikan
2317746 587 adalah bilangan yang mempunyai 7 angka signifikan
67548 adalah bilangan yang mempunyai 4 angka signifikan
Perhatikanlah bahwa angka 0 bisa menjadi angka bena atau bukan.
Misal pada bilangan 0,0001030600; 4 buah angka nol pertama bukan
angka bena, sedangkan 0 yang terakhir adalah angka bena. Pengukuran
dilakukan sampai ketelitian 7 digit.
2. Penulisan Angka Bena
Jumlah angka bena akan terlihat dengan pasti bila bilangan ditulis
dalam notaasi ilmiah (scientific notation).
Bentuk umum notasi ilmiah adalah x × 10n
, dengan x adalah
bilangan riil yang memenuhi 1 ≤ |x| < 10 dan n adalah bilangan bulat.
Berdasarkan aturan penulisan notasi ilmiah, maka bilangan 0,7 × 103
;
12 × 107
; dan bilangan –23,4 × 107
tidak termasuk notasi ilmiah karena
nilai a tidak memenuhi 1 ≤ |x| < 10.
Contoh:
Bilangan 151000000 jika ditulis dalam notasi ilmiah menjadi 1,51×108
Bilangan 0,0000234 jika ditulis dalam notasi ilmiah menjadi 2,34×10-5
Bilangan – 0,098 jika ditulis dalam notasi ilmiah menjadi –9.8×10-2
3. Aturan Pembulatan
Pembulatan suatu bilangan berarti menyimpan angka bena dan
membuang bukan angka bena dengan mengikuti aturan-aturan berikut:
a) Tandai bilangan yang termasuk angka signifikan dan angka tidak
signifikan.
7
Contoh:
Empat angka bena dari bilangan 16,7321 adalah 16,73 (angka 21
bukan angka bena)
b) Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih besar dari 5, maka
digit terakhir dari angka bena ditambah 1. Selanjutnya buang
bukan angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 52,1872 dibulatkan menjadi empat angka signifikan,
maka ditulis menjadi 52,19
c) Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih kecil dari 5, maka
buang bukan angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 52,18729 dibulatkan menjadi lima angka signifikan,
maka ditulis menjadi 52,187
d) Jika digit pertama dari bilangan bukan angka bena sama dengan 5,
maka:
i. Jika digit terakhir dari angka signifikan ganjil, maka digit
terakhir angka signifikan ditambah 1. Selanjutnya buang angka
tidak signifikan.
Contoh:
Jika bilangan 67,4512 dibulatkan menjadi tiga angka bena,
maka ditulis menjadi 67,5
ii. Jika digit terakhir dari angka bena merupakan bilangan genap
genap, maka buang bukan angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 79,859 dibulatkan menjadi tiga angka bena,
maka ditulis menjadi 79,8
4. Aturan-aturan Operasi Aritmatika Angka Bena
a) Penjumlahan dan Pengurangan
Hasil penjumlahan atau pengurangan hanya boleh
mempunyai angka dibelakang koma sebanyak angka di belakang
8
koma yang paling sedikit pada bilanganbilangan yang dilakukan
operasi penjumlahan atau penguranga.
Contoh:
1,557 + 0,04381 = 1,60081 (dibulatkan menjadi 1,601)
432,005 + 25,50 = 467,505 (dibulatkan menjadi 467,50)
314,5243 + 15,576 + 4,25 = 334,3503 (dibulatkan menjadi 334,35)
114,6 – 2,54 = 112,06 (dibulatkan menjadi 112,1)
3,1 – 1,135 = 1,965 (dibulatkan menjadi 2,0)
b) Perkalian dan Pembagian
Hasil perkalian atau pembagian hanya boleh mempunyai
angka bena sebanyak bilangan dengan angka bena paling sedikit.
Contoh:
1,2 × 2,11 = 2,532 (ditulis menjadi 2,5)
0,05 × 2,5 = 0,125 (ditulis menjadi 1,3×10-1
)
84,22 ÷ 2,1 = 40,1048 (ditulis menjadi 4,0 × 101
)
3,43 ÷ 7,0 = 0,49 (ditulis menjadi 4,9 × 10-1
)
c) Kombinasi Perkalian dan/atau pembagian dengan Penjumlahan
dan/atau Pengurangan
Jika terjadi kombinasi operasi aritmatika seperti:
Perkalian ± Perkalian
Perkalian ± Pembagian
Pembagian ± Perkalian
Pembagian ± Pembagian
Penjumlahan ± Penjumlahan
Penjumlahan ± Pengurangan
Pengurangan ± Penjumlahan
Pengurangan ± Pengurangan
C. Deret Taylor
1. Definisi Deret Taylor
Andaikan f dan semua turunannya, ', '', '''f f f ,…menerus di
dalam selang  ,a b . Misalkan  0 ,x a b , maka untuk nilai-nilai x di
9
sekitar 0x (Gambar B.1) dan  , , ( )x a b f x dapat diperluas (diekspansi)
ke dalam deret Taylor:
( )
0
0
(0)
( ) ( )
!
n
n
f
f x x x
n


 
2 3
' '0 0 0
0 0 0 0
( ) ( ) ( )
( ) ( ) '( ) ''( ) '''( ) ....
1! 2! 3!
x x x x x x
f x f x f x f x f x
  
    
0
0
( )
( )
!
n
nx x
f x
n


Gambar B. 1
Contoh:
Hampiri fungsi ( ) sinf x x ke dalam deret Taylor di sekitar 0 1x  !
Penyelesaian:
( ) sin( ), '( ) cos( ), "( ) sin( )f x x f x x f x x   
(4)
'''( ) cos( ), ( ) sin( ),...f x x f x x  
2 3
( 1) ( 1) ( 1)
sin( ) sin(1) cos(1) ( sin(1)) ( cos(1))
1! 2! 3!
x x x
x
  
     
4
( 1)
sin(1) ....
4!
x 
 
Bila dimisalkan 1x h  , maka
2 3 4
sin( ) sin(1) cos(1) ( sin(1)) ( cos(1)) sin(1) ....
2 6 24
h h h
x h       
2 3 4
0,8415 0,5403 0,4208 0,0901 0,0351 ....h h h h     
2. Beberapa Deret Taylor Khusus
a. Deret Khusus 1
Diketahui suatu fungsi:
1
( )
1
f z
z


,
10
Setelah fungsi ( )f z diketahui, kita harus mencari turunannya, kemudian
diformulasikan pola dari semua turunan. Untuk fungsi ( )f z tersebut:
1 2
2
1
( ) (1 ) '( ) 1.(1 ) .( 1)
(1 )
f z z f z z
z
 
       

2 3
3
2
'( ) (1 ) "( ) 2.(1 ) .( 1)
(1 )
f z z f z z
z
 
       

3 4
4
6
''( ) 2.(1 ) '''( ) 3.2.(1 ) ,( 1)
1 )
f z z f z z
z
 
       

Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
( )
1
!
( )
(1 )
n
n
n
f z
z 


……………(i)
Maka
1
0
0
!
(1 )1
( ) .( )
1 !
n
n
n
n
z
f z z z
z n


 
 
   


…………………..(ii)
Oleh karena itu, apabila ingin ditentukan deret Taylor dari fumgsi
( )f z di atas pada titik 0z i , maka yang harus dilakukan adalah
melakukan substitusi 0z i ke dalam deret pangkat (persamaan ii),
sehingga:
1
0
1 ( )
1 (1 )
n
n
n
z i
z i





 

b. Deret Khusus 2
Diketahui ( ) z
f z e
( ) '( ) "( ) '''( )z z z z
f z e f z e f z e f z e      
Maka dapat disimpulkan
( )
( )n z
f z e
Sehingga deret Taylor:
0
0
0
.( )
!
z
z n
n
e
e z z
n


 
11
Dalam praktek sulit memperhitungkan semua suku pada deret Taylor
tersebut dan biasanya hanya diperhitungkan beberapa suku pertama saja.
a. Memperhitungkan satu suku pertama (order nol)
1( ) ( )i if x f x 
Artinya nilai f pada titik sama dengan nilai 1ix  pada ix . Perkiraan
tersebut benar jika fungsi yang diperkirakan konstan. Jika fungsi tidak
konstan, maka harus diperhitungkan suku-suku berikutnya dari deret
Taylor
b. Memperhitungkan dua suku pertama (order satu)
0
1
( )
( ) ( ) '( ).
1!
i i i
x x
f x f x f x

 
c. Memperhitungkan tiga suku pertama (order dua)
2
0 0
1
( ) ( )
( ) ( ) '( ). ''( ).
1! 2!
i i i i
x x x x
f x f x f x f x
 
  
Contoh:
Diketahui suatu fungsi 3 2
( ) 2 12 20 8,5f x x x x     .
Dengan menggunakan deret Taylor order nol, satu, dua dan tiga,
perkirakan fungsi tersebut pada titik 1 0,5ix   berdasar nilai fungsi pada
titik 0ix 
Solusi:
a. Memperhitungkan satu suku pertama (order nol)
3 2
1( ) (0,5) (0) 2(0) 12(0) 20(0) 8,5 8,5if x f f        
b. Memperhitungkan dua suku pertama (order satu)
0
1
( )
( ) (0,5) ( ) '( )
1!
i i i
x x
f x f f x f x

  
0,5 0
(0) '(0)
1!
f f

 
2
8,5 ( 6(0) 24(0) 20)(0,5)    
8,5 10 
1,5 
12
D. Deret Mc Laurin
Deret Mc Laurin adalah deret Taylor dengan pusat 0 0x  , sehingga
( )
0
(0)
( ) ( )
!
n
n
n
f
f x x
n


 
Beberapa Deret Mc Laurin Khusus
1. Deret khusus 1
Diketahui suatu fungsi:
1
( )
1
f z
z


,
Setelah fungsi ( )f z diketahui, kita harus mencari turunannya, kemudian
diformulasikan pola dari semua turunan. Untuk fungsi ( )f z tersebut:
1 2
2
1
( ) (1 ) '( ) 1.(1 ) .( 1)
(1 )
f z z f z z
z
 
       

2 3
3
2
'( ) (1 ) "( ) 2.(1 ) .( 1)
(1 )
f z z f z z
z
 
       

3 4
4
6
''( ) 2.(1 ) '''( ) 3.2.(1 ) ,( 1)
1 )
f z z f z z
z
 
       

Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
( )
1
!
( )
(1 )
n
n
n
f z
z 


……………(i)
Maka
1
0
0
!
(1 )1
( ) .( )
1 !
n
n
n
n
z
f z z z
z n


 
 
   


0
1
0
( )
(1 )
n
n
n
z z
z






 ……………………..(ii)
Dengan melakukan substitusi 0 0z  pada deret pangkat (persamaan ii),
sehingga menjadi:
1
0 0
1 ( 0)
( )
1 (1 0)
n
n
n
n n
z
f z z
z
 

 

  
 
 
13
2. Deret khusus 2
Diketahui ( ) z
f z e
( ) '( ) "( ) '''( )z z z z
f z e f z e f z e f z e      
Maka dapat disimpulkan
( )
( )n z
f z e
Sehingga deret Mc Laurin
0 !
n
z
n
z
e
n


 
3. Deret khusus 3
Diketahui ( ) sin( ) (0) 0f z z f  
Maka: '( ) ( ) '(0) 1f z cos z f  
"( ) sin( ) "(0) 0f z z f   
"'( ) cos( ) "'(0) 1f z z f    
(4) (4)
( ) sin( ) (0) 0f z z f  
(5) (5)
( ) cos( ) (0) 1f z z f  
Bila disusun secara manual maka deret Mc Laurin untuk ( ) sin( )f z z
(4)
1 2 3 4'(0) ''(0) '''(0) (0)
sin( ) (0) .
1! 2! 3! 4!
f f f f
z f z z z z     
(5)
5(0)
....
5!
f
z 
2 3 4 51 0 1 0 1
sin( ) 0 . . . . . .....
1 2 3! 4! 5!
z z z z z z

      
3 5 2 1
0
sin( ) ..... ( 1) .
3! 5! (2 1)!
n
n
n
z z z
z z
n


     


Contoh:
Tentukan deret Mc Laurin
1
( )
1
f z
z


Jawab:
Deret Mc Laurin berarti pusatnya, 0 0z 
Sebelumnya kita sudah mempunyai deret khusus 1, yaitu
14
0
1
( )
1
n
n
f z z
z


 


Dari bentuk inilah kita menentukan deret Mc Laurin dari
1
1 z
 
0 0 0
1 1
( ) ( 1).( ) ( 1)
1 1 ( )
nn n n
n n n
z z z
z z
  
  
      
  
  
Tampak bahwa dilakukan substitusi z dalam deret khusus 1 menjadi (-z)
sehingga diperoleh deret Mc Laurin seperti di atas. Selanjutnya tentukan
deret Mc Laurin dari
1
( )
2 4
f z
z


Kita harus menuliskan bentuk di atas ke dalam bentuk deret khusus.
Misalnya kita memilih bentuk berikut ini:
0
1 1 1 1
( 1) (2 )
2 4 2 1 2 2
n n
n
z
z z


    
 

Jadi. 10
0 0
( 1) (2 )
( 1) .2 .
2
n n
n n nn
n n
z
z

 

 

 

 
E. Error (Galat)
Menganalisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang
menggunakan metode numerik. Galat berasosiasi dengan seberapa dekat
solusi hampiran terhadap solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya, semakin
teliti solusi numerik yang didapatkan. Untuk itu kita harus memahami dua
hal:
1. Bagaimana menghitung galat, dan
2. Bagaimana galat timbul. Galat dapat berasal dari :
a. Simplifikasi dan asumsi yang digunakan untuk merubah peristiwa
alam ke dalam formula matematik.
b. Kesalahan/Keteledoran atau kesalahan aritmatik dan programming.
c. Ketidakpastian dalam data
d. Kesalahan mesin
e. Kesalahan matematis dalam kesalahan pemotongan
15
Hampiran, pendekatan atau aproksimasi (approximation) didefinisikan
sebagai nilai yang mendekati solusi sejati (exact solution). Galat atau
kesalahan (error) sebenarnya ( ) didefinisikan sebagai selisih solusi sejati
(a) dengan solusi hampiran ( aˆ ). Misalkan aˆ adalah nilai hampiran terhadap
nilai sejati a, maka selisihnya:
aa ˆ ( Disebut galat )
Sebagai contoh, jika 5,10ˆ a adalah nilai hampran dari 45,10a ,
maka galatnya adalah 01,0 . Jika tanda galat (positif atau negatif) tidak
dipertimbangkan, maka galat mutlak dapat didefinisikan sebagai :
aa ˆ
Sayangnya, ukuran galat e kurang bermakna sebab ia tidak
menceritakan seberapa besar galat itu dibandingkan dengan nilai sejatinya.
Sebagai contoh, seorang anak melaporkan panjang sebatang kawat 99 cm,
padahal panjang sebenarnya 100 cm. Galatnya adalah 100 - 99 = 1 cm. Anak
yang lain melaporkan panjang sebatang pensil 9 cm, padahal panjang
sebenarnya 10 cm, sehingga galatnya juga 1 cm. Kedua galat pengukuran
sama-sama bernilai 1 cm, namun galat 1 cm pada pengukuran panjang pensil
lebih berarti daripada galat 1 cm pada pengukuran panjang kawat. Jika tidak
ada informasi mengenai panjang sesungguhnya, kita mungkin menganggap
kedua galat tersebut sama saja. Untuk mengatasi interpretasi nilai galat ini,
maka galat harus dinormalkan terhadap nilai sejatinya. Gagasan ini
melahirkan apa yang dinamakan galat relatif.
Galat relatif didefinisikan sebagai:
a
R

 
Atau dalam presentase:
%100
a
R


Karena galat dinormalkan terhadap nilai sejati, maka galat relatif
tersebut dinamakan juga galat relatif sejati. Dengan demikian, pengukuran
16
panjang kawat mempunyai : galat relatif sejati 01,0
100
1
 , sedangkan
pengukuran panjang pensil mempunyai galat relatif sejati 1,0
10
1

Dalam praktek kita tidak mengetahui nilai sejati a, karena itu galat e
seringkali dinormalkan terhadap solusi hampirannya, sehingga galat relatifnya
dinamakan galat relatif hampiran:
a
RA
ˆ

 
Contoh:
Misalkan nilai sejati
3
10
dan nilai hampiranya 3,333. Hitunglah galat, galat
mutlak, galat relatif, dan galat relatif hampiran.
Diketahui :
3
10
a
333,3ˆ a
Penyelesaian :
Galat = ...000333,0
3000
1
1000
3333
3
10
333,3
3
10

Galat mutlak = ...000333,00003333,0 
Galat relatif = 0001,0
1000
1
3
10
3000
1

Galat relatif hampiran =
9999
1
333,3
3000
1

Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pada metode numerik
antara lain:
1. Galat Inheren (Inheren Error)
Galat inheren merupakan galat bawaan akibat penggunaan suatu
metode numerik. Akibat perhitungan numerik yang sebagian besar adalah
tidak eksak, dapat menyebabkan data yang diperoleh adalah data
aproksimasi. Selain itu, keterbatasan dari alat komputasi seperti tabel
17
matematika, kalkulator atau komputer digital juga membuat perhitungan
numerik tidak eksak. Karena keterbatasan tersebut, bilangan-bilangan
yang diperoleh adalah hasil pembulatan. Di dalam perhitungan, galat
inheren dapat diperkecil melalui penggunaan data yang besar,
pemeriksaan galat yang jelas dalam data, dan penggunaan alat komputasi
dengan ketelitan yang tinggi.
2. Galat Pemotongan (Truncation Error)
Galat ini disebabkan oleh adanya penghilangan sebarisan suku dari
suatu deret/ekspansi untuk tujuan peringkasan pekerjaan perhitungan.
Galat pemotongan adalah galat yang tak dapat dihindarkan
3. Galat Pembulatan (round-off error)
Kesalahan karena pembulatan (round-off error) terjadi karena tidak
kita memperhitungkan beberapa angka terakhir dari suatu bilangan;
artinya solusi hampiran digunakan untuk menggantikan solusi sejati
(eksak).
Contoh:
Tulis bilangan 8632574 dan 3,1415926 menjadi tiga angka bena.
Penyelesaian:
8632574 dapat dibulatkan menjadi 8630000
3,1415926 dapat dibulatkan menjadi 3,14
Dalam praktek sehari-hari, misalnya dalam bidang teknik dan bisnis,
sering terdapat kasus gagalnya pencarian penyelesaian eksak suatu masalah
aritmatika. Sehingga pendekatan dengan metode numerik sering digunakan
dalam perhitungan. Metode numerik adalah perhitungan yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan suatu pertimbangan agar memperoleh hasil
yang semakin mendekati nilai penyelesaian. Dengan menggunakan metode
pendekatan semacam ini, tentunya setiap nilai hasil perhitungan akan
mempunyai galat (error) atau nilai kesalahan. Kesalahan ini penting artinya,
karena kesalahan dalam pemakaian algoritma pendekatan akan menyebabkan
nilai kesalahan yang besar, tentunya hal seperti ini tidak diharapkan dalam
perhitungan di bidang apapun. Sehingga dengan dengan mengetahui galat
18
suatu perhitungan kita dapat mengetahui kesalahan dan faktor apa yang
mempegaruhi perhitungan.
F. Integrasi Numerik
Integrasi numerik adalah proses mencari hampiran luas bidang yang dibatasi
oleh ( )f x dan sumbu x pada selang tertutup  ,a b . Jika ( )f x dihampiri
dengan polinomial ( )np x , maka integrasi numeric dalam berbentuk,
( )
b
a
l f x dx  ( )
b
n
a
p x dx 
Proses pencarian nilai hampiran l dilakukan jika:
a) Fungsi ( )f x , disebut integran mempunyai bentuk yang sulit untuk
dilakukan proses integrasi.
b) Nilai x dan ( )f x hanya dalam bentuk
c) tabel diskrit
Proses menentukan Proses menentukan nilai hampiran integrasi
numeric dilakukan dengan beberapa cara atau metode, yaitu metode
manual, pencocokan polinomial, aturan trapesium, aturan titik tengah,
aturan Simpson, integrasi Romberg, serta Kuadratur Gauss.
Gambar 2
Hampiran luas bidang yang
dibatasi ( )np x
Gambar 1
Luas bidang yang dibatasi ( )f x
19
G. Metode Pias
Pada umumnya, metode perhitungan integral secara numerik bekerja
dengan sejumlah titik diskrit. Karena data yang ditabulasikan sudah berbentuk
demikian, maka secara alami ia sesuai dengan kebanyakan metode integrasi
numerik. Untuk fungsi menerus, titik-titik diskrit itu diperoleh dengan
menggunakan persamaan fungsi yang diberikan untuk menghasilkan tabel
nilai.
Dihubungkan dengan tafsiran geometri inttegral Tentu, titik-titik pada
tabel sama dengan membagi selang integrasi  ,a b menjadi n buah pias (strip)
atau segmen (Gambar 3). Lebar tiap pias adalah
b a
h
n


Titik absis pias dinyatakan sebagai
, 0,1,2,...,rx a rh r n  
dan nilai fungsi pada titik absis pias adalah
( )r rf f x
Luas daerah integrasi  ,a b dihampiri sebagai luas n buah pias. Metode
integrasi numerik yang berbasis pias ini disebut metode pias. Ada juga buku
yang menyebutnya metode kuadratur, karena pias berbentuk segiempat.
Gambar 3
20
BAB III
PEMBAHASAN
A. Aturan Trapesium
Aturan trapesium merupakan aturan integrasi numerik yang didasarkan
pada penjumlahan segmen-segmen berbentuk trapesium.
Perhatikan sebuah pias berbentuk trapesium dari 0x x sampai
1x x berikut.
Gambar 1
Luas satu trapesium adalah
1
0
0 1( ) [ ( ) ( )
2
x
x
h
f x dx f x f x 
Persamaan di atas dikenal dengan nama aturan trapesium.
Pada aturan ini, fungsi ( )f x pada  ,a b dibagi dalam beberapa
selang n buah pias. Perhatikan gambar berikut:
Gambar 2
21
Kita tahu bahwa integral dari suatu fungsi adalah luas daerah pada fungsi
tersebut yang dibatasi oleh selang pengintegralan. Gambar di atas
menunjukkan bahwa fungsi ( )f x di hampiri dengan beberapa luasan
trapesium, maka diperoleh aturan trapesium gabungan sebagai berikut:
       
1 2
0 1 1
...
n
n
xx xb
a x x x
f x dx f x dx f x f x dx

      
           0 1 1 2 1...
2 2 2
n n
h h h
f x f x f x f x f x f x                
         0 1 2 12 2 ... 2
2
n n
h
f x f x f x f x f x       
1
0
1
2
2
n
i n
i
h
f f f


 
   
 

Dengan  , 0,1,2,...,r rf f x r n 
B. Galat Aturan Trapesium
Gambar 3
Galat untuk satu buah pias (Gambar 3) adalah
   0 1
0
2
h
h
E f x dx f f  
Uraikan f(x) ke dalam deret Taylor di sekitar 0 0x 
  ' 2 '' 3 '''
0 0 0 0
1 1
...
2 6
f x f xf x f x f    
Uraikan    1 1f f x f h  ke dalam deret Taylor di sekitar 0 0x 
22
    ' 2 ''
1 1 0 0 0
1
...
2
f f x f h f hf h f     
Maka,
' 2 '' 3 ''' ' 2 ''
0 0 0 0 0 0 0 0
0
1 1 1
... ...
2 6 2 2 2
h
h h
E f xf x f x f dx f f hf h f
   
            
   

2 ' 3 '' 2 ' 3 ''
0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1
... ...
02 6 2 2 2 4
h
xf x f x f hf hf h f h f

        

2 ' 3 '' 2 ' 3 '''
0 0 0 0 0 0
1 1 1 1
... ...
2 6 2 4
hf h f h f hf h f h f
   
          
   
3 ''
0
1
...
12
h f  
 3 ''1
, 0
12
h f t t h   
 3
O h
Jadi,
     3
0 1
0
2
h
h
f x dx f f O h  
Persamaan      3
0 1
0
2
h
h
f x dx f f O h   ini menyatakan bahwa galat kaidah
trapesium sebanding dengan 3
h . Pernyataan ini dibuat dengan andaian bahwa
f(x) menerus dalam selang [0, h]. Jika tidak, maka galat tidak sebanding
dengan 3
h
Untuk n buah pias, galat keseluruhan (total) adalah
 
3
'' '' '' ''
0 1 2 1...
12
tot n
h
E f f f f      
yang dapat disederhanakan dengan teorema nilai antara untuk penjumlahan
menjadi
3 1
''
112
n
tot i
i
h
E f


  
23
 
3
''
,
12
h
n f t a t b   
Mengingat
b a
h
n


Maka
 
3
''
12
tot
h
E n f t 
 
2
''
12
b a h
n f t
n

 
   
2
''
12
h
b a f t  
 2
O h
Dengan demikian,
   
1
2
0
1
2
2
b n
i n
ia
h
f x f f f O h


 
    
 

Jadi, galat total integrasi dengan kaidah trapesium sebanding dengan
kuadrat lebar pias (h). Semakin kecil ukuran ukuran h, semakin kecil pula
galatnya, namun semakin banyak jumlah komputasinya.
C. Algoritma Aturan Trapesium
1. Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan
( )y f x
2. Menentukan batas bawah ( a ) dan batas atas (b ) integrasi
3. Menentukan jumlah segmen atau pias n
4. Menghitung lebar segmen yaitu
b a
h
n


5. Buatlah tabel aturan trapesium
6. Menentukan nilai integrasi menggunakan aturan trapesium
1
0
1
( ) 2 ( ) ( )
2
n
i n
i
h
L f x f x f x


 
   
 

7. Menentukan nilai integrasi sejatinya
24
8. Menentukan galat aturan trapesium
    btatfab
h
E  ,
12
''
2
9. Menentukan nilai sejati (terletak diantara batas galat minimum dan
maksimum)
Nilai integrasi menggunakan aturan trapesium – batas galat maksimum,
dan Nilai integrasi menggunakan aturan trapesium – batas galat minimum
10. Menentukan galat hasil integrasi  
b
a
dxxf
D. Contoh dan Penyelesaian dengan Aturan Trapesium
Hitung integral
3,4
1,8
x
e dx dengan kaidah trapesium. Ambil 0,2h  . Perkiraaan
juga batas-batas galatnya.
Penyelesaian:
1. Fungsi integralnya adalah ( ) x
f x e
2. Batas bawah (a) = 1.8
Batas atas (b) = 3.4
3. Jumlah pias adalah
3,4 1,8
8
0,2
b a
n
h
 
  
4. 0,2h 
25
5. Tabel Aturan Trapesium
r rx  rxf
0 1.8 6.050
1 2.0 7.389
2 2.2 9.025
3 2.4 11.023
4 2.6 13.464
5 2.8 16.445
6 3.0 20.086
7 3.2 24.533
8 3.4 29.964
6. Nilai integrasi menggunakan aturan trapesium
 
3,4
0 1 2 6 7 8
1,8
2 2 .... 2 2
2
x h
e dx f f f f f f      
 6,050 2 7,389 2(9,025) 2(11,023) 2(13,464)0,2
2 2(16,445) 2(20,086) 2(24,533) 29,964
    
  
    
 0,1 6,050 203,93 29,964  
23,994
7. Nilai integrasi sejatinya adalah
914.23050.6964.29
8.1
4.3 8.14.3
4.3
8.1
 eeedxe xx
8. Galat aturan trapesium
    btatfab
h
E  ,
12
''
2
Karena   x
exf  ,   x
exf '
, dan   x
exf ''
, maka
    4.38.1,8.14.3
12
2.0
2
 teE x
26
Karena fungsi   x
exf  menaik secara monoton di dalam selang
 4.3,8.1 , maka kita dapat menentukan batas-batas galatnya:
   
   
   





max1598.0max
min0323.0min
.8.14.3
12
2.0
4.3
8.12
e
e
E
Atau
1598.00323.0  E
9. Nilai sejati I harus terletak di antara
23.994 – 0.1598 = 23.834 dan
23.994 – 0.0323 = 23.962
(Nilai integrasi sejatinya adalah 23.914, yang memang terletak di antara
23.834 dan 23.962)
10. Galat hasil integrasi
3.4
1.8
23.914 23.994 0.080x
e dx    
Yang memang terletak di antara galat minimum dan galat maksimum.
27
BAB IV
STUDI KASUS
Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung medan magnet
yang dihasilkan dari arus listrik pada lintasan-lintasan tertentu. Lintasan yang
digunakan adalah lintasan pada kawat lurus dan panjang, kawat lurus dan panjgan
setengah dari total panjang, dan kawat yang melingkar. Aplikasi akan dibuat
menggunakan bahasa pemrograman C#. Aplikasi C# akan mengimplementasikan
fungsi-fungsi atau metode-metode pada integrasi numerik. Fungsi-fungsi yang
diimplementasikan adalah salah satunya aturan trapezium
Hasil perhitungan numerik dari aplikasi C# dan hasil perhitungan analitik
akan dibandingkan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan, jika memang
ditemukan dalam makalah ini.
Kasus khusus yang ditangani oleh aplikasi C# adalah integral dengan batas
tak hingga (∞) pada medan magnet karena arus listirk pada kawat panjang. Pada
aplikasi, batas tak hingga akan digantikan dengan bilangan 1.000.000.
Pada persoalan kali ini, medan magnet akan dihitung dari sebuah arus
listrik sebesar 10 A yang mengalir pada kawat lurus dan panjang, dengan jarak
antara kawat dan titik medan magnet adalah R sebesar 10 cm. Panjang kawat
diasumsikan tak hingga (∞). Dari persoalan diketahui bahwa arus,i = 10 A, dan R
= 10 cm = 0,1 m. Besar medan magnet B akan dihitung secara numerik dengan
menggunakan “persamaan 6” dan dihitung secara analitik dengan menggunakan
“persamaan 7”.
Perhitungan secara numerik menggunakan jumlah pias n = 999.960 untuk
aturan trapesium, hasilnya 4
1,00241 10
 (B(T)). 999.960 merupakan bilangan
kelipatan 2, 3, dan 4 yang terdekat dengan 1.000.000.
Perhitungan secara numerik tidak sama sekali mendekati perhitungan
secara analitik. Hal ini dapat disebabkan karena jarak antara titik data, yaitu h,
masih lebih besar atau sama dengan 1. Untuk n = 999.960, nilai h adalah
(1.000.000 - 0)/999.960 = 1,00004 ≈ 1.
28
BAB V
KESIMPULAN
Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang diformulasikan secara matematik dengan cara operasi
hitungan (arithmetic). Metode numerik merupakan suatu teknik untuk
menyelesaikan masalah matematika yang efektif dan efisien. Dengan bantuan
computer ia sanggup menangani masalah yang rumit dan melibatkan perhitungan
yang luas.
Integrasi numerik adalah proses mencari hampiran luas bidang yang dibatasi
oleh ( )f x dan sumbu x pada selang tertutup  ,a b . Jika ( )f x dihampiri dengan
polinomial ( )np x , maka integrasi numeric dalam berbentuk,
( )
b
a
l f x dx  ( )
b
n
a
p x dx 
Proses menentukan Proses menentukan nilai hampiran integrasi numeric
dilakukan dengan beberapa cara atau metode, yaitu metode manual, pencocokan
polinomial, aturan trapesium, aturan titik tengah, aturan Simpson, integrasi
Romberg, serta Kuadratur Gauss.
Aturan trapesium merupakan aturan integrasi numerik yang didasarkan pada
penjumlahan segmen-segmen berbentuk trapesium. Aturan trapesium gabungan
1
0
1
( ) 2 ( ) ( )
2
n
i n
i
h
I f x f x f x


 
   
 

29
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, David, Robert Resnick dan Jearl Walker. 2008. Fundamentals of
Physics (Extended) 8th Edition. Asia: John Wiley & Sons.
https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Metode%20Numerik/BAb
%2006%20Integrasi%20Numerik.pdf (diakses 09 Desember 2017)
https://ishaq.staff.gunadarma.ac.id/Download/files/43838/Integrasi%2BNumerik.
pdf (diakses 09 Desember 2017)
https://www.scribd.com/document/365592254/contoh-kasus-integrasi-numerik-
docx#close_user_settings_menu (diakses 18 Desember 2017)
Munir, Rinaldi. 1997. Metode Numerik untuk Teknik Informatika. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.

More Related Content

What's hot

Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Kelinci Coklat
 
Persoalan interpolasi Polinom
Persoalan interpolasi PolinomPersoalan interpolasi Polinom
Persoalan interpolasi Polinom
sur kuati
 
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduaPersamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
dwiprananto
 
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementerMenyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Ana Sugiyarti
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Ayuk Wulandari
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)
Heni Widayani
 
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
Kelinci Coklat
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
Nia Matus
 
diferensial vektor
diferensial vektordiferensial vektor
diferensial vektor
Universitas Kediri
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IFerry Angriawan
 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fix
liabika
 
Persamaan Diferensial Orde 2 Variasi Parameter
Persamaan Diferensial  Orde 2 Variasi ParameterPersamaan Diferensial  Orde 2 Variasi Parameter
Persamaan Diferensial Orde 2 Variasi ParameterDian Arisona
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
Rossi Fauzi
 
Sistem Persamaan Linear
 Sistem Persamaan Linear Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan LinearRizky Wulansari
 
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUALPENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
 

What's hot (20)

Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
Fungsi Dua Peubah ( Kalkulus 2 )
 
Persoalan interpolasi Polinom
Persoalan interpolasi PolinomPersoalan interpolasi Polinom
Persoalan interpolasi Polinom
 
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduaPersamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Modul 2 pd linier orde n
Modul 2 pd linier orde nModul 2 pd linier orde n
Modul 2 pd linier orde n
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementerMenyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)
 
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
Persamaan Diferensial Biasa ( Kalkulus 2 )
 
Modul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satuModul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satu
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
diferensial vektor
diferensial vektordiferensial vektor
diferensial vektor
 
Bab 9 graf
Bab 9 grafBab 9 graf
Bab 9 graf
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fix
 
Persamaan Diferensial Orde 2 Variasi Parameter
Persamaan Diferensial  Orde 2 Variasi ParameterPersamaan Diferensial  Orde 2 Variasi Parameter
Persamaan Diferensial Orde 2 Variasi Parameter
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
 
Sistem Persamaan Linear
 Sistem Persamaan Linear Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan Linear
 
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUALPENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
 

Similar to Makalah aturan trapesium

Makalah metode numerik regula falsi
Makalah metode numerik regula falsiMakalah metode numerik regula falsi
Makalah metode numerik regula falsi
anisah cantik
 
Kuadratur gauss kel 10
Kuadratur gauss kel 10Kuadratur gauss kel 10
Kuadratur gauss kel 10
Erlita Fatmawati
 
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICTMiniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Destia Eka Putri
 
Pvma matematik
Pvma matematikPvma matematik
Pvma matematik
daliya
 
Essay puput
Essay puputEssay puput
Essay puputRizkiHP
 
MENCARI JALAN TERBAIK
MENCARI JALAN TERBAIKMENCARI JALAN TERBAIK
MENCARI JALAN TERBAIKRizkiHP
 
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).docRPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
JaliAjirol
 
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).docRPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
JaliAjirol
 
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).docRPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
JaliAjirol
 
Matematika Untuk Siswa SD/MI Kelas III Jilid 3
Matematika Untuk Siswa SD/MI Kelas III Jilid 3Matematika Untuk Siswa SD/MI Kelas III Jilid 3
Matematika Untuk Siswa SD/MI Kelas III Jilid 3
Setiadji Sadewo
 
Angka penting
Angka pentingAngka penting
Angka penting
franykristy
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
kurniafebrianti3
 
Tabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsiTabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsi
Ayunda Eka Sagita
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
nixma zizah
 
Matematika kelas 3 SD
Matematika kelas 3 SDMatematika kelas 3 SD
Matematika kelas 3 SDFarohhh26
 
Matematika kelas 3 - y putri
Matematika kelas 3  - y putriMatematika kelas 3  - y putri
Matematika kelas 3 - y putri
primagraphology consulting
 
Math cross line1
Math cross line1Math cross line1
Math cross line1restu56
 
Desain dan analisis algoritma
Desain dan analisis algoritmaDesain dan analisis algoritma
Desain dan analisis algoritma
Diki Rosandy
 

Similar to Makalah aturan trapesium (20)

Makalah metode numerik regula falsi
Makalah metode numerik regula falsiMakalah metode numerik regula falsi
Makalah metode numerik regula falsi
 
Kuadratur gauss kel 10
Kuadratur gauss kel 10Kuadratur gauss kel 10
Kuadratur gauss kel 10
 
METODE BISECTION.pdf
METODE BISECTION.pdfMETODE BISECTION.pdf
METODE BISECTION.pdf
 
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICTMiniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
 
Pvma matematik
Pvma matematikPvma matematik
Pvma matematik
 
Essay puput
Essay puputEssay puput
Essay puput
 
MENCARI JALAN TERBAIK
MENCARI JALAN TERBAIKMENCARI JALAN TERBAIK
MENCARI JALAN TERBAIK
 
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).docRPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
 
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).docRPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
 
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).docRPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
RPT MATEMATIK TAHUN 5 (KSSR SEMAKAN).doc
 
Matematika Untuk Siswa SD/MI Kelas III Jilid 3
Matematika Untuk Siswa SD/MI Kelas III Jilid 3Matematika Untuk Siswa SD/MI Kelas III Jilid 3
Matematika Untuk Siswa SD/MI Kelas III Jilid 3
 
Angka penting
Angka pentingAngka penting
Angka penting
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
 
Tabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsiTabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsi
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Matematika kelas 3 SD
Matematika kelas 3 SDMatematika kelas 3 SD
Matematika kelas 3 SD
 
Matematika kelas 3 - y putri
Matematika kelas 3  - y putriMatematika kelas 3  - y putri
Matematika kelas 3 - y putri
 
Tajuk 1 pengenalan
Tajuk 1 pengenalanTajuk 1 pengenalan
Tajuk 1 pengenalan
 
Math cross line1
Math cross line1Math cross line1
Math cross line1
 
Desain dan analisis algoritma
Desain dan analisis algoritmaDesain dan analisis algoritma
Desain dan analisis algoritma
 

Recently uploaded

PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
adelsimanjuntak
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 

Makalah aturan trapesium

  • 1. i INTEGRASI NUMERIK (ATURAN TRAPESIUM) Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Numerik Dosen Pengampu: Nendra Mursetya Somasih Dwipa, M.Sc Disusun oleh: 1. Anggi Denok Pratiwi (14144100052) 2. Latifah Hanum (14144100066) 3. Desita Amalia A (14144100072) Kelas 7A2 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2017
  • 2. ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1 C. Tujuan .......................................................................................................... 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................. 3 A. Metode Numerik .......................................................................................... 3 B. Angka Signifikansi (Bena)........................................................................... 4 C. Deret Taylor ................................................................................................. 8 D. Deret Mc Laurin......................................................................................... 12 E. Error (Galat)............................................................................................... 14 F. Integrasi Numerik....................................................................................... 18 G. Metode Pias ............................................................................................ 19 BAB III PEMBAHASAN..................................................................................... 20 A. Aturan Trapesium....................................................................................... 20 B. Galat Aturan Trapesium............................................................................. 21 C. Algoritma Aturan Trapesium..................................................................... 23 D. Contoh dan Penyelesaian dengan Aturan Trapesium................................. 24 BAB IV STUDI KASUS ...................................................................................... 27 BAB V KESIMPULAN........................................................................................ 28 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
  • 3. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode integrasi numerik adalah suatu cara untuk menghitung luasan daerah di bawah fungsi yang dimaksud pada selang yang diberikan. Jika suatu fungsi memiliki luasan yang baku seperti luasan persegi panjang dengan panjang x lebar, mungkin itu dapat dengan mudah dilakukan. Tetapi umumnya suatu persamaan fungsi umumnya: fungsi linier dan fungsi kuadrat (polynomial). Contohnya yaitu mencari luasan pada fungsi dengan integrasi numeric. Di dalam kalkulus, terdapat dua hal penting yaitu integral dan turunan (derivative). Pengintegralan numeric merupakan alat atau cara yang digunakan oleh ilmuwan untuk memperoleh jawaban hampiran (aproksimasi) dari pengintegralan yang tidak dapat diselesaikan secara analitik. Perhtungan integral adalah perhitungan dasar yang digunakan dalam kalkulus, dalam banyak keperluan. Digunakan untuk menghitung luas daerah dibatasi oleh fungsi y = f(x) dan sumbu x. Penerapan integral seperti menghitung luas dan volume benda putar. Dalam penjelasan perhitungan integral numeric ini akan dijelaskan metode yaitu aturan trapesium. B. Rumusan Masalah Pada makalah ini penyusun mencoba merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Apakah pengertian metode numerik secara umum? 2. Apakah pengertian metode integrasi numerik secara umum? 3. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan aturan trapesium?
  • 4. 2 C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah: 1. Memahami secara umum apa yang dimaksud dengan metode numeric serta pembahasan yang ada di dalamnya. 2. Memahami secara umum apa yang dimaksud dengan metode integrasi numeric serta pembahasan yang ada di dalamnya. 3. Memahami langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan aturan trapesium.
  • 5. 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Numerik Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang diformulasikan secara matematik dengan cara operasi hitungan (arithmetic). Metode numerik merupakan suatu teknik untuk menyelesaikan masalah matematika yang efektif dan efisien. Dengan bantuan computer ia sanggup menangani masalah yang rumit dan melibatkan perhitungan yang luas. Tahap-tahap memecahkan masalah persoalan secara numerik yang dilakukan dalam pemecahan persoalan dunia nyata dengan metode numeric, yaitu: 1. Pendefinisian masalah (apa yang diketahui dan apa yang dimimta) 2. Pemodelan. Persoalan dunia nyata dimodelkan ke dalam persamaan matematika 3. Penyederhanaan model 4. Formulasi numerik. Segtelah model matematika yang sederhana diperoleh, tahap selanjutnya adalah memformulasikannya secara numeric 5. Pemrograman 6. Operasional 7. Evaluasi Manfaat Metode Numerik 1. Mampu menangani sistem persamaan besar, ketaklinieran dan geometri yang rumit, yang dalam masalah rekayasa tidak mungkin dipecahkan secara analitis. 2. Mengetahui secara singkat dab jelas teori matematika yang mendasari paket program. 3. Mampu merancang program sendiri sesuai permasalahan yang dihadapi pada masalah rekayasa
  • 6. 4 4. Metode numeric cocok untuk menggambarkan ketangguhan dari keterbatasan computer dalam menangani masalah rekayasa yang tudak dapat ditangani secara analitis B. Angka Signifikansi (Bena) Dalam kehidupan sehari-hari angka signifikan (bena) dapat dijumpai pada bidang teknik, bisnis, sains, komunikasi, ekonomi dan lainnya. Dalam bidang ekonomi biasanya saat membeli suatu barang ditoko kemudian mendapatkan diskon untuk menghitung harga yang harus dibayar biasanya penjual akan membulatkan harga setelah di diskon, atau kalian sering lihat banyak barang yang dijual ditoko dengan harga Rp299.900 ketika hendak membayarnya harganya akan dibulatkan menjadi Rp300.000. Dalam bidang teknik informatika biasanya untuk coding sistem, atau membuat program, pada bidang ini biasanya menggunakan mathlab untuk mempermudah perhitungan. Dalam bidang sains biasanya terdapat pada matematika untuk diperlajari oleh siswa atau mahasiswa, pada fisika biasanya untuk satuan ukur saat percobaan atau penelitian dan pada kimia atau farmasi untuk menimbang/meracik dosis obat. Konsep angka bena (significant figure) atau angka signifikan berarti telah dikembangkan secara formal untuk menandakan keandalan suatu nilai numerik. Angka bena adalah angka bermakna, angka penting, atau angka yang dapat digunakan dengan pasti. Angka signifikan yang digunakan sebagai batas minimal tingkat keyakinan, terletak pada akhir angka signifikan. 1. Aturan Angka Bena a) Setiap angka yang bukan nol pada suatu bilangan adalah angka bena. Contoh: Bilangan 43,9987 adalah bilangan yang terdiri dari 6 angka bena Bilangan 222,89379 adalah bilangan yang terdiri dari 8 angka bena b) Setiap angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka bena.
  • 7. 5 Contoh: Bilangan 88000,60045 adalah bilangan yang terdiri dari 10 angka bena. Bilangan 507,6003 adalah bilangan yang terdiri dari 7 angka bena. c) Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di belakang tanda desimal adalah angka bena. Contoh: Bilangan 999,00000 adalah bilangan yang terdiri dari 8 angka bena. Bilangan 567,300 adalah bilangan yang terdiri dari 6 angka bena. d) Berdasarkan aturan 2 dan 3, maka: Bilangan 300,00990 adalah bilangan dengan 7 angka bena. Bilangan 0,000920 adalah bilangan dengan 3 angka bena Bilangan 0,050460 adalah bilangan dengan 5 angka bena. e) Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol terakhir dan tanpa tanda desimal bukan merupakan angka bena Contoh: Bilangan 95300000 adalah bilangan dengan 3 angka bena. Bilangan 600000 adalah bilangan dengan 1 angka bena. f) Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama bukan merupakan angka bena Contoh: Bilangan 0,000001111 adalah bilangan dengan 4 angka bena. Bilangan 0,01234567 adalah bilangan dengan 7 angka bena. Bilangan 0,5 adalah bilangan dengan 1 angka bena. g) Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir, dan terletak di depan tanda desimal merupakan angka bena. Contoh: Bilangan 34000,0 adalah bilangan dengan 6 angka bena. Bilangan 7,0 adalah bilangan dengan 2 angka bena.
  • 8. 6 h) Untuk menunjukkan jumlah angka bena, kita dapat memberi tanda pada angka yang merupakan batas angka bena dengan garis bawah, garis atas, atau cetak tebal. Contoh: 87649 adalah bilangan yang mempunyai 5 angka signifikan 2317746 587 adalah bilangan yang mempunyai 7 angka signifikan 67548 adalah bilangan yang mempunyai 4 angka signifikan Perhatikanlah bahwa angka 0 bisa menjadi angka bena atau bukan. Misal pada bilangan 0,0001030600; 4 buah angka nol pertama bukan angka bena, sedangkan 0 yang terakhir adalah angka bena. Pengukuran dilakukan sampai ketelitian 7 digit. 2. Penulisan Angka Bena Jumlah angka bena akan terlihat dengan pasti bila bilangan ditulis dalam notaasi ilmiah (scientific notation). Bentuk umum notasi ilmiah adalah x × 10n , dengan x adalah bilangan riil yang memenuhi 1 ≤ |x| < 10 dan n adalah bilangan bulat. Berdasarkan aturan penulisan notasi ilmiah, maka bilangan 0,7 × 103 ; 12 × 107 ; dan bilangan –23,4 × 107 tidak termasuk notasi ilmiah karena nilai a tidak memenuhi 1 ≤ |x| < 10. Contoh: Bilangan 151000000 jika ditulis dalam notasi ilmiah menjadi 1,51×108 Bilangan 0,0000234 jika ditulis dalam notasi ilmiah menjadi 2,34×10-5 Bilangan – 0,098 jika ditulis dalam notasi ilmiah menjadi –9.8×10-2 3. Aturan Pembulatan Pembulatan suatu bilangan berarti menyimpan angka bena dan membuang bukan angka bena dengan mengikuti aturan-aturan berikut: a) Tandai bilangan yang termasuk angka signifikan dan angka tidak signifikan.
  • 9. 7 Contoh: Empat angka bena dari bilangan 16,7321 adalah 16,73 (angka 21 bukan angka bena) b) Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih besar dari 5, maka digit terakhir dari angka bena ditambah 1. Selanjutnya buang bukan angka bena. Contoh: Jika bilangan 52,1872 dibulatkan menjadi empat angka signifikan, maka ditulis menjadi 52,19 c) Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih kecil dari 5, maka buang bukan angka bena. Contoh: Jika bilangan 52,18729 dibulatkan menjadi lima angka signifikan, maka ditulis menjadi 52,187 d) Jika digit pertama dari bilangan bukan angka bena sama dengan 5, maka: i. Jika digit terakhir dari angka signifikan ganjil, maka digit terakhir angka signifikan ditambah 1. Selanjutnya buang angka tidak signifikan. Contoh: Jika bilangan 67,4512 dibulatkan menjadi tiga angka bena, maka ditulis menjadi 67,5 ii. Jika digit terakhir dari angka bena merupakan bilangan genap genap, maka buang bukan angka bena. Contoh: Jika bilangan 79,859 dibulatkan menjadi tiga angka bena, maka ditulis menjadi 79,8 4. Aturan-aturan Operasi Aritmatika Angka Bena a) Penjumlahan dan Pengurangan Hasil penjumlahan atau pengurangan hanya boleh mempunyai angka dibelakang koma sebanyak angka di belakang
  • 10. 8 koma yang paling sedikit pada bilanganbilangan yang dilakukan operasi penjumlahan atau penguranga. Contoh: 1,557 + 0,04381 = 1,60081 (dibulatkan menjadi 1,601) 432,005 + 25,50 = 467,505 (dibulatkan menjadi 467,50) 314,5243 + 15,576 + 4,25 = 334,3503 (dibulatkan menjadi 334,35) 114,6 – 2,54 = 112,06 (dibulatkan menjadi 112,1) 3,1 – 1,135 = 1,965 (dibulatkan menjadi 2,0) b) Perkalian dan Pembagian Hasil perkalian atau pembagian hanya boleh mempunyai angka bena sebanyak bilangan dengan angka bena paling sedikit. Contoh: 1,2 × 2,11 = 2,532 (ditulis menjadi 2,5) 0,05 × 2,5 = 0,125 (ditulis menjadi 1,3×10-1 ) 84,22 ÷ 2,1 = 40,1048 (ditulis menjadi 4,0 × 101 ) 3,43 ÷ 7,0 = 0,49 (ditulis menjadi 4,9 × 10-1 ) c) Kombinasi Perkalian dan/atau pembagian dengan Penjumlahan dan/atau Pengurangan Jika terjadi kombinasi operasi aritmatika seperti: Perkalian ± Perkalian Perkalian ± Pembagian Pembagian ± Perkalian Pembagian ± Pembagian Penjumlahan ± Penjumlahan Penjumlahan ± Pengurangan Pengurangan ± Penjumlahan Pengurangan ± Pengurangan C. Deret Taylor 1. Definisi Deret Taylor Andaikan f dan semua turunannya, ', '', '''f f f ,…menerus di dalam selang  ,a b . Misalkan  0 ,x a b , maka untuk nilai-nilai x di
  • 11. 9 sekitar 0x (Gambar B.1) dan  , , ( )x a b f x dapat diperluas (diekspansi) ke dalam deret Taylor: ( ) 0 0 (0) ( ) ( ) ! n n f f x x x n     2 3 ' '0 0 0 0 0 0 0 ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) '( ) ''( ) '''( ) .... 1! 2! 3! x x x x x x f x f x f x f x f x         0 0 ( ) ( ) ! n nx x f x n   Gambar B. 1 Contoh: Hampiri fungsi ( ) sinf x x ke dalam deret Taylor di sekitar 0 1x  ! Penyelesaian: ( ) sin( ), '( ) cos( ), "( ) sin( )f x x f x x f x x    (4) '''( ) cos( ), ( ) sin( ),...f x x f x x   2 3 ( 1) ( 1) ( 1) sin( ) sin(1) cos(1) ( sin(1)) ( cos(1)) 1! 2! 3! x x x x          4 ( 1) sin(1) .... 4! x    Bila dimisalkan 1x h  , maka 2 3 4 sin( ) sin(1) cos(1) ( sin(1)) ( cos(1)) sin(1) .... 2 6 24 h h h x h        2 3 4 0,8415 0,5403 0,4208 0,0901 0,0351 ....h h h h      2. Beberapa Deret Taylor Khusus a. Deret Khusus 1 Diketahui suatu fungsi: 1 ( ) 1 f z z   ,
  • 12. 10 Setelah fungsi ( )f z diketahui, kita harus mencari turunannya, kemudian diformulasikan pola dari semua turunan. Untuk fungsi ( )f z tersebut: 1 2 2 1 ( ) (1 ) '( ) 1.(1 ) .( 1) (1 ) f z z f z z z            2 3 3 2 '( ) (1 ) "( ) 2.(1 ) .( 1) (1 ) f z z f z z z            3 4 4 6 ''( ) 2.(1 ) '''( ) 3.2.(1 ) ,( 1) 1 ) f z z f z z z            Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: ( ) 1 ! ( ) (1 ) n n n f z z    ……………(i) Maka 1 0 0 ! (1 )1 ( ) .( ) 1 ! n n n n z f z z z z n             …………………..(ii) Oleh karena itu, apabila ingin ditentukan deret Taylor dari fumgsi ( )f z di atas pada titik 0z i , maka yang harus dilakukan adalah melakukan substitusi 0z i ke dalam deret pangkat (persamaan ii), sehingga: 1 0 1 ( ) 1 (1 ) n n n z i z i         b. Deret Khusus 2 Diketahui ( ) z f z e ( ) '( ) "( ) '''( )z z z z f z e f z e f z e f z e       Maka dapat disimpulkan ( ) ( )n z f z e Sehingga deret Taylor: 0 0 0 .( ) ! z z n n e e z z n    
  • 13. 11 Dalam praktek sulit memperhitungkan semua suku pada deret Taylor tersebut dan biasanya hanya diperhitungkan beberapa suku pertama saja. a. Memperhitungkan satu suku pertama (order nol) 1( ) ( )i if x f x  Artinya nilai f pada titik sama dengan nilai 1ix  pada ix . Perkiraan tersebut benar jika fungsi yang diperkirakan konstan. Jika fungsi tidak konstan, maka harus diperhitungkan suku-suku berikutnya dari deret Taylor b. Memperhitungkan dua suku pertama (order satu) 0 1 ( ) ( ) ( ) '( ). 1! i i i x x f x f x f x    c. Memperhitungkan tiga suku pertama (order dua) 2 0 0 1 ( ) ( ) ( ) ( ) '( ). ''( ). 1! 2! i i i i x x x x f x f x f x f x      Contoh: Diketahui suatu fungsi 3 2 ( ) 2 12 20 8,5f x x x x     . Dengan menggunakan deret Taylor order nol, satu, dua dan tiga, perkirakan fungsi tersebut pada titik 1 0,5ix   berdasar nilai fungsi pada titik 0ix  Solusi: a. Memperhitungkan satu suku pertama (order nol) 3 2 1( ) (0,5) (0) 2(0) 12(0) 20(0) 8,5 8,5if x f f         b. Memperhitungkan dua suku pertama (order satu) 0 1 ( ) ( ) (0,5) ( ) '( ) 1! i i i x x f x f f x f x     0,5 0 (0) '(0) 1! f f    2 8,5 ( 6(0) 24(0) 20)(0,5)     8,5 10  1,5 
  • 14. 12 D. Deret Mc Laurin Deret Mc Laurin adalah deret Taylor dengan pusat 0 0x  , sehingga ( ) 0 (0) ( ) ( ) ! n n n f f x x n     Beberapa Deret Mc Laurin Khusus 1. Deret khusus 1 Diketahui suatu fungsi: 1 ( ) 1 f z z   , Setelah fungsi ( )f z diketahui, kita harus mencari turunannya, kemudian diformulasikan pola dari semua turunan. Untuk fungsi ( )f z tersebut: 1 2 2 1 ( ) (1 ) '( ) 1.(1 ) .( 1) (1 ) f z z f z z z            2 3 3 2 '( ) (1 ) "( ) 2.(1 ) .( 1) (1 ) f z z f z z z            3 4 4 6 ''( ) 2.(1 ) '''( ) 3.2.(1 ) ,( 1) 1 ) f z z f z z z            Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: ( ) 1 ! ( ) (1 ) n n n f z z    ……………(i) Maka 1 0 0 ! (1 )1 ( ) .( ) 1 ! n n n n z f z z z z n             0 1 0 ( ) (1 ) n n n z z z        ……………………..(ii) Dengan melakukan substitusi 0 0z  pada deret pangkat (persamaan ii), sehingga menjadi: 1 0 0 1 ( 0) ( ) 1 (1 0) n n n n n z f z z z             
  • 15. 13 2. Deret khusus 2 Diketahui ( ) z f z e ( ) '( ) "( ) '''( )z z z z f z e f z e f z e f z e       Maka dapat disimpulkan ( ) ( )n z f z e Sehingga deret Mc Laurin 0 ! n z n z e n     3. Deret khusus 3 Diketahui ( ) sin( ) (0) 0f z z f   Maka: '( ) ( ) '(0) 1f z cos z f   "( ) sin( ) "(0) 0f z z f    "'( ) cos( ) "'(0) 1f z z f     (4) (4) ( ) sin( ) (0) 0f z z f   (5) (5) ( ) cos( ) (0) 1f z z f   Bila disusun secara manual maka deret Mc Laurin untuk ( ) sin( )f z z (4) 1 2 3 4'(0) ''(0) '''(0) (0) sin( ) (0) . 1! 2! 3! 4! f f f f z f z z z z      (5) 5(0) .... 5! f z  2 3 4 51 0 1 0 1 sin( ) 0 . . . . . ..... 1 2 3! 4! 5! z z z z z z         3 5 2 1 0 sin( ) ..... ( 1) . 3! 5! (2 1)! n n n z z z z z n           Contoh: Tentukan deret Mc Laurin 1 ( ) 1 f z z   Jawab: Deret Mc Laurin berarti pusatnya, 0 0z  Sebelumnya kita sudah mempunyai deret khusus 1, yaitu
  • 16. 14 0 1 ( ) 1 n n f z z z       Dari bentuk inilah kita menentukan deret Mc Laurin dari 1 1 z   0 0 0 1 1 ( ) ( 1).( ) ( 1) 1 1 ( ) nn n n n n n z z z z z                    Tampak bahwa dilakukan substitusi z dalam deret khusus 1 menjadi (-z) sehingga diperoleh deret Mc Laurin seperti di atas. Selanjutnya tentukan deret Mc Laurin dari 1 ( ) 2 4 f z z   Kita harus menuliskan bentuk di atas ke dalam bentuk deret khusus. Misalnya kita memilih bentuk berikut ini: 0 1 1 1 1 ( 1) (2 ) 2 4 2 1 2 2 n n n z z z           Jadi. 10 0 0 ( 1) (2 ) ( 1) .2 . 2 n n n n nn n n z z             E. Error (Galat) Menganalisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang menggunakan metode numerik. Galat berasosiasi dengan seberapa dekat solusi hampiran terhadap solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya, semakin teliti solusi numerik yang didapatkan. Untuk itu kita harus memahami dua hal: 1. Bagaimana menghitung galat, dan 2. Bagaimana galat timbul. Galat dapat berasal dari : a. Simplifikasi dan asumsi yang digunakan untuk merubah peristiwa alam ke dalam formula matematik. b. Kesalahan/Keteledoran atau kesalahan aritmatik dan programming. c. Ketidakpastian dalam data d. Kesalahan mesin e. Kesalahan matematis dalam kesalahan pemotongan
  • 17. 15 Hampiran, pendekatan atau aproksimasi (approximation) didefinisikan sebagai nilai yang mendekati solusi sejati (exact solution). Galat atau kesalahan (error) sebenarnya ( ) didefinisikan sebagai selisih solusi sejati (a) dengan solusi hampiran ( aˆ ). Misalkan aˆ adalah nilai hampiran terhadap nilai sejati a, maka selisihnya: aa ˆ ( Disebut galat ) Sebagai contoh, jika 5,10ˆ a adalah nilai hampran dari 45,10a , maka galatnya adalah 01,0 . Jika tanda galat (positif atau negatif) tidak dipertimbangkan, maka galat mutlak dapat didefinisikan sebagai : aa ˆ Sayangnya, ukuran galat e kurang bermakna sebab ia tidak menceritakan seberapa besar galat itu dibandingkan dengan nilai sejatinya. Sebagai contoh, seorang anak melaporkan panjang sebatang kawat 99 cm, padahal panjang sebenarnya 100 cm. Galatnya adalah 100 - 99 = 1 cm. Anak yang lain melaporkan panjang sebatang pensil 9 cm, padahal panjang sebenarnya 10 cm, sehingga galatnya juga 1 cm. Kedua galat pengukuran sama-sama bernilai 1 cm, namun galat 1 cm pada pengukuran panjang pensil lebih berarti daripada galat 1 cm pada pengukuran panjang kawat. Jika tidak ada informasi mengenai panjang sesungguhnya, kita mungkin menganggap kedua galat tersebut sama saja. Untuk mengatasi interpretasi nilai galat ini, maka galat harus dinormalkan terhadap nilai sejatinya. Gagasan ini melahirkan apa yang dinamakan galat relatif. Galat relatif didefinisikan sebagai: a R    Atau dalam presentase: %100 a R   Karena galat dinormalkan terhadap nilai sejati, maka galat relatif tersebut dinamakan juga galat relatif sejati. Dengan demikian, pengukuran
  • 18. 16 panjang kawat mempunyai : galat relatif sejati 01,0 100 1  , sedangkan pengukuran panjang pensil mempunyai galat relatif sejati 1,0 10 1  Dalam praktek kita tidak mengetahui nilai sejati a, karena itu galat e seringkali dinormalkan terhadap solusi hampirannya, sehingga galat relatifnya dinamakan galat relatif hampiran: a RA ˆ    Contoh: Misalkan nilai sejati 3 10 dan nilai hampiranya 3,333. Hitunglah galat, galat mutlak, galat relatif, dan galat relatif hampiran. Diketahui : 3 10 a 333,3ˆ a Penyelesaian : Galat = ...000333,0 3000 1 1000 3333 3 10 333,3 3 10  Galat mutlak = ...000333,00003333,0  Galat relatif = 0001,0 1000 1 3 10 3000 1  Galat relatif hampiran = 9999 1 333,3 3000 1  Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pada metode numerik antara lain: 1. Galat Inheren (Inheren Error) Galat inheren merupakan galat bawaan akibat penggunaan suatu metode numerik. Akibat perhitungan numerik yang sebagian besar adalah tidak eksak, dapat menyebabkan data yang diperoleh adalah data aproksimasi. Selain itu, keterbatasan dari alat komputasi seperti tabel
  • 19. 17 matematika, kalkulator atau komputer digital juga membuat perhitungan numerik tidak eksak. Karena keterbatasan tersebut, bilangan-bilangan yang diperoleh adalah hasil pembulatan. Di dalam perhitungan, galat inheren dapat diperkecil melalui penggunaan data yang besar, pemeriksaan galat yang jelas dalam data, dan penggunaan alat komputasi dengan ketelitan yang tinggi. 2. Galat Pemotongan (Truncation Error) Galat ini disebabkan oleh adanya penghilangan sebarisan suku dari suatu deret/ekspansi untuk tujuan peringkasan pekerjaan perhitungan. Galat pemotongan adalah galat yang tak dapat dihindarkan 3. Galat Pembulatan (round-off error) Kesalahan karena pembulatan (round-off error) terjadi karena tidak kita memperhitungkan beberapa angka terakhir dari suatu bilangan; artinya solusi hampiran digunakan untuk menggantikan solusi sejati (eksak). Contoh: Tulis bilangan 8632574 dan 3,1415926 menjadi tiga angka bena. Penyelesaian: 8632574 dapat dibulatkan menjadi 8630000 3,1415926 dapat dibulatkan menjadi 3,14 Dalam praktek sehari-hari, misalnya dalam bidang teknik dan bisnis, sering terdapat kasus gagalnya pencarian penyelesaian eksak suatu masalah aritmatika. Sehingga pendekatan dengan metode numerik sering digunakan dalam perhitungan. Metode numerik adalah perhitungan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan suatu pertimbangan agar memperoleh hasil yang semakin mendekati nilai penyelesaian. Dengan menggunakan metode pendekatan semacam ini, tentunya setiap nilai hasil perhitungan akan mempunyai galat (error) atau nilai kesalahan. Kesalahan ini penting artinya, karena kesalahan dalam pemakaian algoritma pendekatan akan menyebabkan nilai kesalahan yang besar, tentunya hal seperti ini tidak diharapkan dalam perhitungan di bidang apapun. Sehingga dengan dengan mengetahui galat
  • 20. 18 suatu perhitungan kita dapat mengetahui kesalahan dan faktor apa yang mempegaruhi perhitungan. F. Integrasi Numerik Integrasi numerik adalah proses mencari hampiran luas bidang yang dibatasi oleh ( )f x dan sumbu x pada selang tertutup  ,a b . Jika ( )f x dihampiri dengan polinomial ( )np x , maka integrasi numeric dalam berbentuk, ( ) b a l f x dx  ( ) b n a p x dx  Proses pencarian nilai hampiran l dilakukan jika: a) Fungsi ( )f x , disebut integran mempunyai bentuk yang sulit untuk dilakukan proses integrasi. b) Nilai x dan ( )f x hanya dalam bentuk c) tabel diskrit Proses menentukan Proses menentukan nilai hampiran integrasi numeric dilakukan dengan beberapa cara atau metode, yaitu metode manual, pencocokan polinomial, aturan trapesium, aturan titik tengah, aturan Simpson, integrasi Romberg, serta Kuadratur Gauss. Gambar 2 Hampiran luas bidang yang dibatasi ( )np x Gambar 1 Luas bidang yang dibatasi ( )f x
  • 21. 19 G. Metode Pias Pada umumnya, metode perhitungan integral secara numerik bekerja dengan sejumlah titik diskrit. Karena data yang ditabulasikan sudah berbentuk demikian, maka secara alami ia sesuai dengan kebanyakan metode integrasi numerik. Untuk fungsi menerus, titik-titik diskrit itu diperoleh dengan menggunakan persamaan fungsi yang diberikan untuk menghasilkan tabel nilai. Dihubungkan dengan tafsiran geometri inttegral Tentu, titik-titik pada tabel sama dengan membagi selang integrasi  ,a b menjadi n buah pias (strip) atau segmen (Gambar 3). Lebar tiap pias adalah b a h n   Titik absis pias dinyatakan sebagai , 0,1,2,...,rx a rh r n   dan nilai fungsi pada titik absis pias adalah ( )r rf f x Luas daerah integrasi  ,a b dihampiri sebagai luas n buah pias. Metode integrasi numerik yang berbasis pias ini disebut metode pias. Ada juga buku yang menyebutnya metode kuadratur, karena pias berbentuk segiempat. Gambar 3
  • 22. 20 BAB III PEMBAHASAN A. Aturan Trapesium Aturan trapesium merupakan aturan integrasi numerik yang didasarkan pada penjumlahan segmen-segmen berbentuk trapesium. Perhatikan sebuah pias berbentuk trapesium dari 0x x sampai 1x x berikut. Gambar 1 Luas satu trapesium adalah 1 0 0 1( ) [ ( ) ( ) 2 x x h f x dx f x f x  Persamaan di atas dikenal dengan nama aturan trapesium. Pada aturan ini, fungsi ( )f x pada  ,a b dibagi dalam beberapa selang n buah pias. Perhatikan gambar berikut: Gambar 2
  • 23. 21 Kita tahu bahwa integral dari suatu fungsi adalah luas daerah pada fungsi tersebut yang dibatasi oleh selang pengintegralan. Gambar di atas menunjukkan bahwa fungsi ( )f x di hampiri dengan beberapa luasan trapesium, maka diperoleh aturan trapesium gabungan sebagai berikut:         1 2 0 1 1 ... n n xx xb a x x x f x dx f x dx f x f x dx                    0 1 1 2 1... 2 2 2 n n h h h f x f x f x f x f x f x                          0 1 2 12 2 ... 2 2 n n h f x f x f x f x f x        1 0 1 2 2 n i n i h f f f            Dengan  , 0,1,2,...,r rf f x r n  B. Galat Aturan Trapesium Gambar 3 Galat untuk satu buah pias (Gambar 3) adalah    0 1 0 2 h h E f x dx f f   Uraikan f(x) ke dalam deret Taylor di sekitar 0 0x    ' 2 '' 3 ''' 0 0 0 0 1 1 ... 2 6 f x f xf x f x f     Uraikan    1 1f f x f h  ke dalam deret Taylor di sekitar 0 0x 
  • 24. 22     ' 2 '' 1 1 0 0 0 1 ... 2 f f x f h f hf h f      Maka, ' 2 '' 3 ''' ' 2 '' 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 ... ... 2 6 2 2 2 h h h E f xf x f x f dx f f hf h f                       2 ' 3 '' 2 ' 3 '' 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 ... ... 02 6 2 2 2 4 h xf x f x f hf hf h f h f            2 ' 3 '' 2 ' 3 ''' 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 ... ... 2 6 2 4 hf h f h f hf h f h f                    3 '' 0 1 ... 12 h f    3 ''1 , 0 12 h f t t h     3 O h Jadi,      3 0 1 0 2 h h f x dx f f O h   Persamaan      3 0 1 0 2 h h f x dx f f O h   ini menyatakan bahwa galat kaidah trapesium sebanding dengan 3 h . Pernyataan ini dibuat dengan andaian bahwa f(x) menerus dalam selang [0, h]. Jika tidak, maka galat tidak sebanding dengan 3 h Untuk n buah pias, galat keseluruhan (total) adalah   3 '' '' '' '' 0 1 2 1... 12 tot n h E f f f f       yang dapat disederhanakan dengan teorema nilai antara untuk penjumlahan menjadi 3 1 '' 112 n tot i i h E f     
  • 25. 23   3 '' , 12 h n f t a t b    Mengingat b a h n   Maka   3 '' 12 tot h E n f t    2 '' 12 b a h n f t n        2 '' 12 h b a f t    2 O h Dengan demikian,     1 2 0 1 2 2 b n i n ia h f x f f f O h             Jadi, galat total integrasi dengan kaidah trapesium sebanding dengan kuadrat lebar pias (h). Semakin kecil ukuran ukuran h, semakin kecil pula galatnya, namun semakin banyak jumlah komputasinya. C. Algoritma Aturan Trapesium 1. Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan ( )y f x 2. Menentukan batas bawah ( a ) dan batas atas (b ) integrasi 3. Menentukan jumlah segmen atau pias n 4. Menghitung lebar segmen yaitu b a h n   5. Buatlah tabel aturan trapesium 6. Menentukan nilai integrasi menggunakan aturan trapesium 1 0 1 ( ) 2 ( ) ( ) 2 n i n i h L f x f x f x            7. Menentukan nilai integrasi sejatinya
  • 26. 24 8. Menentukan galat aturan trapesium     btatfab h E  , 12 '' 2 9. Menentukan nilai sejati (terletak diantara batas galat minimum dan maksimum) Nilai integrasi menggunakan aturan trapesium – batas galat maksimum, dan Nilai integrasi menggunakan aturan trapesium – batas galat minimum 10. Menentukan galat hasil integrasi   b a dxxf D. Contoh dan Penyelesaian dengan Aturan Trapesium Hitung integral 3,4 1,8 x e dx dengan kaidah trapesium. Ambil 0,2h  . Perkiraaan juga batas-batas galatnya. Penyelesaian: 1. Fungsi integralnya adalah ( ) x f x e 2. Batas bawah (a) = 1.8 Batas atas (b) = 3.4 3. Jumlah pias adalah 3,4 1,8 8 0,2 b a n h      4. 0,2h 
  • 27. 25 5. Tabel Aturan Trapesium r rx  rxf 0 1.8 6.050 1 2.0 7.389 2 2.2 9.025 3 2.4 11.023 4 2.6 13.464 5 2.8 16.445 6 3.0 20.086 7 3.2 24.533 8 3.4 29.964 6. Nilai integrasi menggunakan aturan trapesium   3,4 0 1 2 6 7 8 1,8 2 2 .... 2 2 2 x h e dx f f f f f f        6,050 2 7,389 2(9,025) 2(11,023) 2(13,464)0,2 2 2(16,445) 2(20,086) 2(24,533) 29,964               0,1 6,050 203,93 29,964   23,994 7. Nilai integrasi sejatinya adalah 914.23050.6964.29 8.1 4.3 8.14.3 4.3 8.1  eeedxe xx 8. Galat aturan trapesium     btatfab h E  , 12 '' 2 Karena   x exf  ,   x exf ' , dan   x exf '' , maka     4.38.1,8.14.3 12 2.0 2  teE x
  • 28. 26 Karena fungsi   x exf  menaik secara monoton di dalam selang  4.3,8.1 , maka kita dapat menentukan batas-batas galatnya:                  max1598.0max min0323.0min .8.14.3 12 2.0 4.3 8.12 e e E Atau 1598.00323.0  E 9. Nilai sejati I harus terletak di antara 23.994 – 0.1598 = 23.834 dan 23.994 – 0.0323 = 23.962 (Nilai integrasi sejatinya adalah 23.914, yang memang terletak di antara 23.834 dan 23.962) 10. Galat hasil integrasi 3.4 1.8 23.914 23.994 0.080x e dx     Yang memang terletak di antara galat minimum dan galat maksimum.
  • 29. 27 BAB IV STUDI KASUS Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung medan magnet yang dihasilkan dari arus listrik pada lintasan-lintasan tertentu. Lintasan yang digunakan adalah lintasan pada kawat lurus dan panjang, kawat lurus dan panjgan setengah dari total panjang, dan kawat yang melingkar. Aplikasi akan dibuat menggunakan bahasa pemrograman C#. Aplikasi C# akan mengimplementasikan fungsi-fungsi atau metode-metode pada integrasi numerik. Fungsi-fungsi yang diimplementasikan adalah salah satunya aturan trapezium Hasil perhitungan numerik dari aplikasi C# dan hasil perhitungan analitik akan dibandingkan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan, jika memang ditemukan dalam makalah ini. Kasus khusus yang ditangani oleh aplikasi C# adalah integral dengan batas tak hingga (∞) pada medan magnet karena arus listirk pada kawat panjang. Pada aplikasi, batas tak hingga akan digantikan dengan bilangan 1.000.000. Pada persoalan kali ini, medan magnet akan dihitung dari sebuah arus listrik sebesar 10 A yang mengalir pada kawat lurus dan panjang, dengan jarak antara kawat dan titik medan magnet adalah R sebesar 10 cm. Panjang kawat diasumsikan tak hingga (∞). Dari persoalan diketahui bahwa arus,i = 10 A, dan R = 10 cm = 0,1 m. Besar medan magnet B akan dihitung secara numerik dengan menggunakan “persamaan 6” dan dihitung secara analitik dengan menggunakan “persamaan 7”. Perhitungan secara numerik menggunakan jumlah pias n = 999.960 untuk aturan trapesium, hasilnya 4 1,00241 10  (B(T)). 999.960 merupakan bilangan kelipatan 2, 3, dan 4 yang terdekat dengan 1.000.000. Perhitungan secara numerik tidak sama sekali mendekati perhitungan secara analitik. Hal ini dapat disebabkan karena jarak antara titik data, yaitu h, masih lebih besar atau sama dengan 1. Untuk n = 999.960, nilai h adalah (1.000.000 - 0)/999.960 = 1,00004 ≈ 1.
  • 30. 28 BAB V KESIMPULAN Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang diformulasikan secara matematik dengan cara operasi hitungan (arithmetic). Metode numerik merupakan suatu teknik untuk menyelesaikan masalah matematika yang efektif dan efisien. Dengan bantuan computer ia sanggup menangani masalah yang rumit dan melibatkan perhitungan yang luas. Integrasi numerik adalah proses mencari hampiran luas bidang yang dibatasi oleh ( )f x dan sumbu x pada selang tertutup  ,a b . Jika ( )f x dihampiri dengan polinomial ( )np x , maka integrasi numeric dalam berbentuk, ( ) b a l f x dx  ( ) b n a p x dx  Proses menentukan Proses menentukan nilai hampiran integrasi numeric dilakukan dengan beberapa cara atau metode, yaitu metode manual, pencocokan polinomial, aturan trapesium, aturan titik tengah, aturan Simpson, integrasi Romberg, serta Kuadratur Gauss. Aturan trapesium merupakan aturan integrasi numerik yang didasarkan pada penjumlahan segmen-segmen berbentuk trapesium. Aturan trapesium gabungan 1 0 1 ( ) 2 ( ) ( ) 2 n i n i h I f x f x f x           
  • 31. 29 DAFTAR PUSTAKA Halliday, David, Robert Resnick dan Jearl Walker. 2008. Fundamentals of Physics (Extended) 8th Edition. Asia: John Wiley & Sons. https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Metode%20Numerik/BAb %2006%20Integrasi%20Numerik.pdf (diakses 09 Desember 2017) https://ishaq.staff.gunadarma.ac.id/Download/files/43838/Integrasi%2BNumerik. pdf (diakses 09 Desember 2017) https://www.scribd.com/document/365592254/contoh-kasus-integrasi-numerik- docx#close_user_settings_menu (diakses 18 Desember 2017) Munir, Rinaldi. 1997. Metode Numerik untuk Teknik Informatika. Bandung: Institut Teknologi Bandung.