SlideShare a Scribd company logo
i
MAKALAH METODE NUMERIK
METODE REGULA FALSI
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Metode Numerik
Dosen Pengampu: Nendra Mursetya Somasih Dwipa, M.Sc
Disusun oleh:
1. Anisah (14144100046)
2. Endah Supiati (14144100055)
3. Erina Indriyani (14144100144)
Kelas 7A2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Metode Numerik
dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas UTS Mata Kuliah
Metode Numerik. Dalam membuat Makalah ini, dengan keterbatasan ilmu
pengetahuan yang penyusun miliki, penyusun berusaha mencari sumber data dari
berbagai sumber informasi, terutama dari media internet dan media cetak. Penyusun
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut serta
membantu dalam pembuatan Makalah ini dan beberapa sumber yang kami pakai
sebagai data dan acuan.
Dalam penulisan Makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan -
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Tidak semua bahasan dapat
dideskripsikan dengan sempurna dalam Makalah ini. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan Makalah
ini. Akhirnya kami selaku penyusun berharap semoga Makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.
Yogyakarta, 27 November 2017
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................. 3
A. Angka Signifikan/Bena................................................................................ 3
B. Deret Taylor ................................................................................................. 7
C. Deret Mclaurin ............................................................................................. 9
D. Error (Galat)............................................................................................... 10
E. Metode Biseksi........................................................................................... 13
BAB III METODE REGULA FALSI................................................................... 16
A. Pengertian Metode Regula Falsi ................................................................ 16
B. Algoritma Metode Regulasi Falsi .............................................................. 18
C. Latihan Soal Dan Pembahasan................................................................... 19
BAB IV STUDI KASUS ...................................................................................... 23
BAB V KESIMPULAN........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak semua permasalahan matematis atau perhitungan dapat diselesaikan
dengan mudah atau dapat diselesaikan dengan menggunakan perhitungan
biasa. Contohnya dalam persoalan yang melibatkan model matematika yang
sering muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, bidang fisika, kimia,
ekonomi, atau pada persoalan rekayasa. Seringkali model matematika tersebut
muncul dalam bentuk yang tidak idealis atau rumit. Model matematika yang
rumit ini adakalanya tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik yang
sudah umum untuk mendapatkan solusinya. Metode analitik seringkali hanya
unggul untuk sejumlah persoalan yang memiliki tafsiran geometri sederhana,
padahal persoalan yang mincul dalam dunia nyata sering melibatkan bentuk
dan proses yang rumit. Akibatnya nilai praktis penyelesaian metode analitik
menjadi terbatas. Bila metode analitik tidak dapat lagi diterapkan, maka solusi
persoalan sebenarnya dapat dicari dengan metode numerik. Metode numerik
adalah teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematik
sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan / aritmatik biasa (
tambah, kurang, kali dan bagi ). Secara harafiah metode numerik memiliki arti
sebagai cara berhitung dengan menggunakan angka-angka. Metode numerik
yang berangkat dari pemakaian alat bantu hitung merupakan alternatif yang
baik dalam menyelesaikan persoalan – persoalan perhitungan yang rumit, saat
inipun telah banyak yang menawarkan program-program numerik sebagai alat
bantu perhitungan.
Dalam penerapan matematis untuk menyelesaikan persoalan – persoalan
perhitungan dan analisis, terdapat beberapa keadaan dan metode yang baik :
1. Bila persoalan merupakan persoalan yang sederhana atau terdapat theorem
analisa matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaiakan persoalan
tersebut, maka penyelesaian matematis ( metode analitik ) yang digunakan
2
adalah penyelesaian excat yang harus digunakan. Penyelesaian ini menjadi
acuan bagi pemakaian metode pendekatan.
2. Bila persoalan sudah sangat sullit atau tidak mungkin diselesaikan secara
matematis (analitik ) karena tidak ada theorema analisa matematika yang
dapat digunakan , maka dapat digunakan metode numerik.
3. Bila persoalan sudah merupakan persoalan yang mempunyai kompleksitas
tinggi, sehingga metode numerikpun tidak dapat menyajikan penyelesaian
dengan baik, maka dapat digunakan metode-metode simulasi.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penyusun mencoba merumuskan permasalahan yang akan
dibahas sebagai berikut:
1. Apa pengertian metode numerik?
2. Apa pengertian metode numerik Regula Falsi?
3. Bagaimanakah algoritma dari metode numerik Regula Falsi?
4. Bagaimanakah contoh dan penyelesaian dengan menggunakan metode
Regula Falsi?
5. Bagaimanakah aplikasi metode numerik Regula Falsi dalam kehidupan
sehari-hari?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian metode numerik.
2. Mengetahui pengertian metode numerik bagi dua (Bisection).
3. Mengetahui algoritma dari metode numerik bagi dua (Bisection).
4. Mengetahui contoh dan penyelesaian dengan menggunakan metode
numerik bagi dua (Bisection).
5. Mengetahui aplikasi metode numerik bagi dua (Bisection) dalam
kehidupan sehari-hari.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Angka Signifikan/Bena
1. Pengertian Angka Bena
Konsep angka bena (significant figure) atau angka bermakna telah
dikembangkan secara formal untuk menandakan keandalan suatu nilai
numerik. Angka bena adalah angka bermakna, angka penting, atau angka
yang dapat digunakan dengan pasti. Angka bena terdiri dari angka pasti dan
angka taksiran. Angka taksiran terletak pada akhir angka signifikan.
Ketika melakukan pengukuran atau perhitungan, kita harus
menghindar dari keinginan untuk menulis lebih banyak digit pada jawaban
terakhir dari jumlah digit yang diperbolehkan. Suatu indikasi bagi ketepatan
pengukuran yang diperoleh dari banyaknya angka-angka penting. Angka-
angka penting tersebut memberikan informasi yang aktual (nyata) mengenai
ketelitian pengukuran. Makin banyak angka-angka penting, ketepatan
pengukuran menjadi lebih besar.
2. Aturan-aturan tentang Angka Bena
a. Setiap angka yang bukan nol pada suatu bilangan adalah angka bena.
Contoh:
14569 memiliki 5 angka bena.
b. Setiap angka nol yang terletak diantara angka-angka bukan nol adalah
angka bena.
Contoh:
406 memiliki 3 angka bena.
5000,1003 memiliki 9 angka bena.
c. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir
dan di belakang tanda desimal adalah angka bena.
Contoh:
23,50000 memiliki 7 angka bena
278,900 memiliki 6 angka bena
4
d. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir
dan tanpa tanda desimal bukan merupakan angka bena.
Contoh:
38000000 memiliki 2 angka bena.
e. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama
bukan merupakan angka bena.
Contoh:
0,0090 memiliki 2 angka bena
0,001360 memiliki 4 angka bena
f. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang
terakhir, dan terletak di depan tanda desimal merupakan angka bena.
Contoh:
800,0 memiliki 4 angka bena.
Komputer hanya menyimpan sejumlah tertentu angka bena. Bilangan
riil yang jumlah angka benanya melebihi jumlah angka bena komputer akan
disimpan dalam sejumlah angka bena komputer itu. Pengabaian angka bena
sisanya itulah yang menimbulkan galat pembulatan.
3. Penulisan angka bena dalam notasi ilmiah
Jika beberapa angka 0 dipakai di bagian ekor suatu bilangan, tidak
jelas berapa banyaknya 0 itu yang signifikan. Misal: 45,300 dapat memiliki
3, 4, atau 5 buah digit signifikan tergantung apakah harga 0 itu telah
diketahui dengan pasti. Ketidakpastian itu dapat diselesaikan dengan
memakai notasi ilmiah. Misalnya tetapan dalam kimia dan fisika atau
ukuran jarak dalam astronomi.
Contoh:
a. 4,3123 × 10 memiliki 5 angka signifikan
b. 1,764 × 10-1
memiliki 4 angka signifikan
c. 2,78300 × 102
memiliki 6 angka signifikan
d. 6,02 × 1023
(bilangan Avogadro) memiliki 24 angka signifikan
e. 1,5 × 107
memiliki 8 angka signifikan (jarak bumi-matahari).
5
4. Aturan Pembulatan
Terkadang kita diminta untuk membulatkan angka ke sejumlah
tempat desimal ( atau ke angka keseluruhan). Ini tidak berarti kita
memindahkan titik desimal tersebut, tetapi menyingkirkan beberapa nomor
di akhir. Pembulatan suatu bilangan berarti menyimpan angka bena dan
membuang yang bukan merupakan angka bena dengan mengikuti aturan-
aturan berikut:
a. Tandai bilangan yang termasuk angka signifikan dan angka tidak
signifikan.
Contoh:
Empat angka bena dari bilangan 16,7321 adalah 16,73 (angka bena) dan
21 (bukan angka bena).
b. Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih besar dari 5, maka digit
terakhir dari angka bena ditambah 1. Selanjutnya buang bukan angka
bena.
Contoh:
Jika bilangan 23,472 dibulatkan menjadi tiga angka signifikan, maka
ditulis menjadi 23,5.
c. Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih kecil dari 5, maka buang
bukan angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 23,674 dibulatkan menjadi empat angka signifikan, maka
ditulis menjadi 23,67
d. Jika digit pertama dari bilangan bukan angka bena sama dengan 5,
maka:
- Jika digit terakhir dari angka signifikan ganjil, maka digit terakhir
angka signifikan ditambah 1. Selanjutnya buang angka tidak
signifikan.
6
Contoh:
Jika bilangan 37,759 dibulatkan menjadi tiga angka bena, maka
ditulis menjadi 37,8
Jika digit terakhir dari angka bena merupakan bilangan genap, maka
buang bukan angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 79,859 dibulatkan menjadi tiga angka bena, maka
ditulis menjadi 79,8.
5. Operasi Angka Penting
Dalam operasi perhitungan dengan menggunakan angka penting ada
suatu aturan umum yang harus diikuti.
a. Penjumlahan dan Pengurangan
Hasil dari penjumlahan atau pengurangan dua bilangan tidak
mempunyai angka signifikan di luar tempat desimal terakhir dimana
kedua bilangan asal mempunyai angka signifikan. Bila jumlah angka
penting dalam hasil penjumlahan atau pengurangan harus dikurangi,
maka megikuti aturan umum untuk membulatkannya.
Contoh:
2,34 + 0,345 = 2,685 (dibulatkan menjadi 2,68)
34,31 + 2,165 = 36,475 (dibulatkan menjadi 36,48)
b. Perkalian dan Pembagian
Jumlah agka signifikan pada hasil perkalian atau pembagian tidaklah
lebih besar daripada jumlah terkecil angka signifikan dalam masing-
masing bilangan yang terlihat dalam perkalian atau pembagian.
Contoh:
(32,1 × 1,234) ÷ 1,2 = 33,0095
Bilangan yang mempunyai angka signifikan paling sedikit adalah 1,2
(2 angka signifikan).
Jadi hasil perkalian dan pembagian di atas dibulatkan menjadi 33 (2
angka signifikan).
7
c. Kombinasi perkalian dan/ pembagian dengan penjumlahan dan/
pengurangan.
“Jika terdapat kombinasi operasi angka penting, maka hasil operasi di
dalam kurung harus dibulatkan terlebih dahulu sebelum melakukan
operasi selanjutnya”
Penerapan angka penting dalam kehidupan sehari-hari salah satunya
ketika seseorang melakukan pengukuran seperti mengukur tinggi badan,
mengukur celana, menimbang benda, spedometer, dan lain-lain. Dalam
pengukuran tersebut tidak pasti tepat sehingga angka penting berperan
dalam pengukuran agar ketepatan pengukuran menjadi lebih besar.
B. Deret Taylor
Deret Taylor pertama dikemukakan oleh matematikawan inggris Brook
Taylor (1685 – 1731) dalam bukunya “Methodus Increamentorum Directaet
Inversa” pada 1715, dimana dia menguraikan fungsi ke dalam deret pangkat
yang kemudian diketahui sebagai deret Taylor.
Andaikan f dan semua turunannya 1
f , 2
f , 3
f ,......, n
f kontinue pada
selang [a, b]. Misalkan  bax ,0  , maka untuk nilai-nilai x di sekitar 0x
(gambar 2.1) dan  bax ,0  , f(x) dapat diperluas (diekspansi) ke dalam deret
Taylor:
...)(
!
)(
...)(
!2
)(
)(
!1
)(
)()( 0
0
0
2
2
0
0
10
0 





 xf
n
xx
xf
xx
xf
xx
xfxf n
n
Gambar 1. Nilai-nilai x di sekitar xo
8
Persamaan di atas merupakan penjumlahan dari suku-suku yang disebut
deret. Perhatikan bahwa deret Taylor ini panjangnya tidak berhingga sehingga
untuk memudahkan penulisan suku-suku selanjutnya kita menggunakan tanda
elipsis ( ... ). Jika dimisalkan hxx  0 , maka f(x) dapat juga ditulis sebagai.
...)(
!
...)(
!2
)(
!1
)()( 00
2
2
0
1
0  xf
n
h
xf
h
xf
h
xfxf n
n
Untuk alasan praktis, proses komputasi dilakukan sampai suku ke n saja.
Artinya ada bagian atau beberapa suku yang sisanya dipotong dan tidak
dimasukan ke dalam proses komputasi. Suku-suku yang diabaikan tersebut
dikenal sebagai residu, dan merupakan galat karena pemotongan. Jika faktor
residu dimasukan ke dalam deret Taylor, maka persamaan 2.1 menjadi,
)()(
!
)(
...)(
!2
)(
)(
!1
)(
)()( 0
0
0
2
2
0
0
10
0 xRxf
n
xx
xf
xx
xf
xx
xfxf n
n
n







dalam hal ini,
xcxcf
n
xx
xR n
n
n 


 

0
)1(
)1(
0
,)(
)!1(
)(
)(
Disebut galat atau sisa (residu).
Dengan demikian deret Taylor yang dipotong sampai suku orde ke-n dapat
ditulis sebagai :
)()()( xRxPxf nn 
Yang dalam hal ini,
)(
!
)(
)( 0
1
0
xf
k
xx
xP k
n
k
k
n 


xcxcf
n
xx
xR n
n
n 


 

0
)1(
)1(
0
,)(
)!1(
)(
)(
Contoh:
Hampiri fungsi f(x) = sin x ke dalam deret Taylor di sekitar
10 x
.
Penyelesaian :
Terlebih dahulu kita menentukan turunan sin x terlebih dahulu sebagai berikut.
9
xxf
xxf
xxf
xxf
xxf
sin)(
cos)(
sin)(
cos)(
sin)(
4
3
2
1





Dan seterusnya
Maka berdasarkan persamaan 2.1, sin x dihampiri dengan deret Taylor sebagai
berikut:
    ...)1(sin
!4
)1(
)1(cos
!3
)1(
)1(sin
!2
)1(
)1cos(
!1
)1(
)1(sinsin
432









xxxx
x
Misalkan hx 1 , maka berdasarkan persamaan 2.2 diperoleh:
...0351,00901,04208,05403,08415,0
...)1(sin
24
)1(cos
6
)1(sin
2
)1cos(
1
)1(sinsin
432
432


hhhh
hhhh
x
C. Deret Mclaurin
Deret Mclaurin adalah kasus khusus dimana bila fungsi diperluas sekitar
00 x yang disebut juga deret Taylor baku. Kasus 00 x paling sering
muncul dalam praktek.
Contoh:
Uraikan sin x kedalam deret Mclaurin.
Penyelesaian:
Beberapa turunan sin x sudah dihitung pada contoh 2.1. Deret Mclaurin dari
sin x adalah :
   
...
!5!3
...)0(sin
!4
)0(
)0(cos
!3
)0(
)0(sin
!2
)0(
)0cos(
!1
)0(
)0(sinsin
53
432










xx
x
xxxx
x
10
Deret Taylor dan deret Mclaurin ini sangat bermanfaat dalam Metode
Numerik untuk menghampiri nilai-nilai fungsi yang susah dihitung secara
manual seperti nilai sin x, cos x , dan log x. Tentu kita tidak akan bisa
menghitung nilai-nilai fungsi tersebut tanpa menggunakan bantuan kolkulator
atau tabel.
D. Error (Galat)
Menganalisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang
menggunakan metode numerik. Galat berasosiasi dengan seberapa dekat solusi
hampiran terhadap solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya, semakin teliti
solusi numerik yang didapatkan. Untuk itu kita harus memahami dua hal:
1. Bagaimana menghitung galat, dan
2. Bagaimana galat timbul. Galat dapat berasal dari :
a. Simplifikasi dan asumsi yang digunakan untuk merubah peristiwa alam
ke dalam formula matematik.
b. Kesalahan/Keteledoran atau kesalahan aritmatik dan programming.
c. Ketidakpastian dalam data
d. Kesalahan mesin
e. Kesalahan matematis dalam kesalahan pemotongan
Hampiran, pendekatan atau aproksimasi (approximation) didefinisikan
sebagai nilai yang mendekati solusi sejati (exact solution). Galat atau kesalahan
(error) sebenarnya ( ) didefinisikan sebagai selisih solusi sejati (a) dengan
solusi hampiran ( aˆ ). Misalkan aˆ adalah nilai hampiran terhadap nilai sejati a,
maka selisihnya:
aa ˆ ( Disebut galat )
Sebagai contoh, jika 5,10ˆ a adalah nilai hampran dari 45,10a , maka
galatnya adalah 01,0 . Jika tanda galat (positif atau negatif) tidak
dipertimbangkan, maka galat mutlak dapat didefinisikan sebagai :
aa ˆ
Sayangnya, ukuran galat e kurang bermakna sebab ia tidak menceritakan
seberapa besar galat itu dibandingkan dengan nilai sejatinya. Sebagai contoh,
11
seorang anak melaporkan panjang sebatang kawat 99 cm, padahal panjang
sebenarnya 100 cm. Galatnya adalah 100 - 99 = 1 cm. Anak yang lain
melaporkan panjang sebatang pensil 9 cm, padahal panjang sebenarnya 10 cm,
sehingga galatnya juga 1 cm. Kedua galat pengukuran sama-sama bernilai 1
cm, namun galat 1 cm pada pengukuran panjang pensil lebih berarti daripada
galat 1 cm pada pengukuran panjang kawat. Jika tidak ada informasi mengenai
panjang sesungguhnya, kita mungkin menganggap kedua galat tersebut sama
saja. Untuk mengatasi interpretasi nilai galat ini, maka galat harus dinormalkan
terhadap nilai sejatinya. Gagasan ini melahirkan apa yang dinamakan galat
relatif.
Galat relatif didefinisikan sebagai:
a
R

 
Atau dalam presentase:
%100
a
R


Karena galat dinormalkan terhadap nilai sejati, maka galat relatif tersebut
dinamakan juga galat relatif sejati. Dengan demikian, pengukuran panjang
kawat mempunyai : galat relatif sejati 01,0
100
1
 , sedangkan pengukuran
panjang pensil mempunyai galat relatif sejati 1,0
10
1

Dalam praktek kita tidak mengetahui nilai sejati a, karena itu galat e
seringkali dinormalkan terhadap solusi hampirannya, sehingga galat relatifnya
dinamakan galat relatif hampiran:
a
RA
ˆ

 
Contoh:
Misalkan nilai sejati
3
10
dan nilai hampiranya 3,333. Hitunglah galat, galat
mutlak, galat relatif, dan galat relatif hampiran.
Diketahui :
12
3
10
a
333,3ˆ a
Penyelesaian :
Galat = ...000333,0
3000
1
1000
3333
3
10
333,3
3
10

Galat mutlak = ...000333,00003333,0 
Galat relatif = 0001,0
1000
1
3
10
3000
1

Galat relatif hampiran =
9999
1
333,3
3000
1

Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pada metode numerik antara
lain:
1. Galat Inheren (Inheren Error)
Galat inheren merupakan galat bawaan akibat penggunaan suatu
metode numerik. Akibat perhitungan numerik yang sebagian besar adalah
tidak eksak, dapat menyebabkan data yang diperoleh adalah data
aproksimasi. Selain itu, keterbatasan dari alat komputasi seperti tabel
matematika, kalkulator atau komputer digital juga membuat perhitungan
numerik tidak eksak. Karena keterbatasan tersebut, bilangan-bilangan yang
diperoleh adalah hasil pembulatan. Di dalam perhitungan, galat inheren
dapat diperkecil melalui penggunaan data yang besar, pemeriksaan galat
yang jelas dalam data, dan penggunaan alat komputasi dengan ketelitan
yang tinggi.
2. Galat Pemotongan (Truncation Error)
Galat ini disebabkan oleh adanya penghilangan sebarisan suku dari
suatu deret/ekspansi untuk tujuan peringkasan pekerjaan perhitungan.
Galat pemotongan adalah galat yang tak dapat dihindarkan.
13
3. Galat Pembulatan (round-off error)
Kesalahan karena pembulatan (round-off error) terjadi karena tidak
kita memperhitungkan beberapa angka terakhir dari suatu bilangan; artinya
solusi hampiran digunakan untuk menggantikan solusi sejati (eksak).
Contoh:
Tulis bilangan 8632574 dan 3,1415926 menjadi tiga angka bena.
Penyelesaian:
8632574 dapat dibulatkan menjadi 8630000
3,1415926 dapat dibulatkan menjadi 3,14
Dalam praktek sehari-hari, misalnya dalam bidang teknik dan bisnis,
sering terdapat kasus gagalnya pencarian penyelesaian eksak suatu masalah
aritmatika. Sehingga pendekatan dengan metode numerik sering digunakan
dalam perhitungan. Metode numerik adalah perhitungan yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan suatu pertimbangan agar memperoleh hasil yang
semakin mendekati nilai penyelesaian. Dengan menggunakan metode
pendekatan semacam ini, tentunya setiap nilai hasil perhitungan akan
mempunyai galat (error) atau nilai kesalahan. Kesalahan ini penting artinya,
karena kesalahan dalam pemakaian algoritma pendekatan akan menyebabkan
nilai kesalahan yang besar, tentunya hal seperti ini tidak diharapkan dalam
perhitungan di bidang apapun. Sehingga dengan dengan mengetahui galat suatu
perhitungan kita dapat mengetahui kesalahan dan faktor apa yang mempegaruhi
perhitungan.
E. Metode Biseksi
Ide awal metode ini adalah metode tabel, di mana area dibagi menjadi N
bagian. Hanya saja metode biseksi ini membagi range menjadi 2 bagian, dari
dua bagian ini dipilih bagian mana yang mengandung akar dan bagian yang
tidak mengandung akar dibuang. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga
diperoleh akar persamaan.
Dinamakan metode biseksi (Bi Section) didasarkan atas teknis metode ini
adalah “belah dua”. Metode Biseksi diformulasikan berdasarkan Teorema 1.1
yang menyatakan bahwa bila fungsi 𝑓(x) kontinu dalam selang/interval (a,b),
14
dan 𝑓(𝑎) dan 𝑓(b) berlawanan tanda, maka 𝑓(𝑎) = 0 untuk suatu bilangan α
sedemikian hingga 𝑎 < α < b .
Dengan metode Biseksi, nilai α pertama kali diaproksimasi dengan
memilih x0 yang didefinisikan dengan x0 =
𝑎+𝑏
2
. Bila 𝑓(x0) = 0 atau 𝑓(x0)
“dekat” kepada nilai 0 untuk suatu nilai toleransi yang diberikan maka x0
adalah nilai akar dari 𝑓(x0) = 0. Sebaliknya bila 𝑓(x0) ≠ 0 atau 𝑓(x0) “dekat”
kepada nilai 0 tetapi tidak memenuhi suatu nilai toleransi yang diberikan,
maka berdasarkan Teorema 1.1 ada dua kemungkinan yakni nilai akar berada
di antara 𝑎 dan xo atau nilai akar berada di antara xo dan b. Dari salah satu
kemungkinan ini, metode Biseksi kembali akan digunakan. Secara geometris,
metode Biseksi yang dikemukan di atas diilustrasikan melalui gambar grafik
berikut ini.
Gambar 2. Grafik Metode Biseksi
1. Langkah menggunakan metode biseksi
a. Untuk menggunakan metode biseksi, terlebih dahulu ditentukan batas
bawah (a) dan batas atas (b). Kemudian dihitung nilai tengah : x =
𝑎+𝑏
2
b. Dari nilai x ini perlu dilakukan pengecekan keberadaan akar. Secara
matematik, suatu range terdapat akar persamaan bila f(a) dan f(b)
berlawanan tanda atau dituliskan : f(a) . f(b) < 0
15
c. Setelah diketahui dibagian mana terdapat akar, maka batas bawah dan
batas atas di perbaharui sesuai dengan range dari bagian yang
mempunyai akar.
2. Algoritma Metode Biseksi
a. Definisikan fungsi f(x) yang akan dicari akarnya
b. Tentukan nilai a dan b
c. Tentukan torelansi e dan iterasi maksimum N
d. Hitung f(a) dan. f(b)
e. Jika f(a) . f(b) > 0 maka proses dihentikan karena tidak ada akar, bila
tidak dilanjutkan
f. Hitung x =
𝑎+𝑏
2
g. Hitung f(x)
h. Bila f(x) . f(a) < 0 maka b = x dan f(b) = f(x), bila tidak a = x dan f(a)
= f(x)
i. Jika |b-a| < e atau iterasi > iterasi maksimum maka proses dihentikan
dan didapatkan akar = x, dan bila tidak, ulangi langkah 6.
Contoh
Carilah nilai akar dari persamaan 𝑓(𝑥) = 𝑥3
− 𝑥 − 1 = 0.
Penyelesaian :
Pilih a = 1 dan b = 2. Karena 𝑓(1) negatif dan 𝑓(2) positif, maka salah satu
akar terletak diantara 1 dan 2. Oleh karena itu xo =
1+2
2
=
3
2
= 1,5. Kemudian,
karena 𝑓 (
3
2
) = (
3
2
)
3
−
3
2
− 1 =
7
8
(positif) maka akar karakteristik terletak
antara 1 dan 1,5.
Kondisi ini memberikan 𝑥1 =
1+1,5
2
= 1,25. Karena 𝑓(𝑥1) = 𝑓(1,25) = −
19
64
(negatif), nilai akar yang dicari terletak diantara 1,25 dan 1,5. Sehingga
diperoleh 𝑥2 =
1,25+1,5
2
= 1,375. Bila prosedur di atas diulang kembali hingga
𝑥5 diperoleh nilai-nilai aproksimasi berikut: 𝑥3 = 1,3125, 𝑥4 = 1,34375, 𝑥5 =
1,328125.
16
BAB III
METODE REGULA FALSI
A. Pengertian Metode Regula Falsi
Metode regula falsi disebut juga metode Interpolasi Linear atau metode
Posisi Salah adalah metode yang digunakan untuk mecari akar-akar persamaan
nonlinear melalui proses iterasi. Metode regula falsi merupakan metode
pencarian akar persamaan dengan memanfaatkan kemiringan dan selilih tinggi
dari dua titik batas range. Solusi akar (atau akar-akar) dengan menggunakan
metode Regula Falsi merupakan modifikasi dari Metode Bisection dengan cara
memperhitungkan ‘kesebangunan’ yang dilihat pada kurva berikut:
Gambar 3. Representasi grafis metode Regula-Falsi
Metode Regula Falsi menetapkan hampiran akar sebagai perpotongan
antara garis yang melalui titik [a, f(a)] dan titik [b, f(b)] dengan sumbu-x. Jika
titik potong tersebut adalah tersebut adalah c, maka akar terletak antara (a,c)
atau (c, b).
Perhatikan kesebangunan antara Pcb dan PQR pada Gambar 1 ,
sehingga didapatkan persamaan berikut dapat digunakan:
17
RQ
PR
bc
Pb

Diketahui :
Tabel 1. Koordinat titik-titik pada Gambar 1
Koordinat Titik koordinat
a (a, 0)
b (b, 0)
c (c, 0)
P (b, f(b))
Q (a, f(a))
R (c, f(c))
Dari persamaan di atas diperoleh:
ab
afbf
cb
bf




 )()(0)(
Sehingga
 
 )()(
)(
afbf
abbf
bc



Persamaan di atas disebut sebagai persamaan rekursif dari metode
Regula Falsi. Nilai c merupakan nilai akar x yang dicari. Sehingga jika
dituliskan dalam bentuk yang lain, nilai akar x adalah sebagai berikut:
 
 )()(
)(
afbf
abbf
bx



Dengan kata lain titik pendekatan x adalah nilai rata- rata range berdasarkan
F(x).
Pada kondisi yang paling ekstrim |b – ar | tidak pernah lebih kecil dari 
, sebab salah satu titik ujung selang, dalam hal ini b, selalu tetap untuk iterasi r
= 1,2,3,..... Titik ujung selang yang tidak berubah itu dinamakan titik mandek
(stagnan point). Pada titik mandek,
|br – ar | = |b – ar | , dimana r = 1,2,3,...
18
Yang dapat mengakibatkan program mengalami looping. Untyk
mengatasi hal ini, kondisi berhenti pada algoritma Regula-Falsi harus ditambah
dengan memeriksa apakah nilai f(x) sudah sangat kecil hingga mendekati nol.
B. Algoritma Metode Regulasi Falsi
Langkah pertama : Asumsi awal yang harus diambil adalah ‘menebak’
interval awal [a, b] dimana f(x) adalah kontinu padanya, demikian pula interval
tersebut harus terletak ‘mengapit’ (secara intuitif) nilai akar  , hitung pula
nilai )(af dan )(bf sedemikian rupa sehingga:
0)().( bfaf
a disebut batas atas dan b adalah batas bawah.
Langkah kedua : tentukan toleransi ( ) dan iterasi maksimum (n)
Langkah ketiga : adalah mencari nilai x dengan persamaan P 1. 4 yaitu :
 
 )()(
)(
afbf
abbf
bx



Langkah keempat : mencari nilai f (c)
Langkah kelima : melakukan iterasi untuk mendapatkan akar yang dicari,
kemudian tentukan akar persamaan x. Kriteria penghentian iterasi | f(xn)|
 .
Algoritma Metode Regula Falsi secara singkat dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Definisikan fungsi f(x)
2. Tentukan batas bawah (a) dan batas atas (b)
3. Tentukan toleransi error ( ) dan iterasi maksimum (n)
4. Tentukan nilai fungsi f(a) dan f(b)
5. Untuk iterasi I = 1 s/d n
 
 )()(
)(
afbf
abbf
bx



19
 Hitung nilai f(x)
 Hitung error = | f(x)|
 Jika 0)().( xfaf maka a = c jika tidak b = c
 Jika | f(x)|   , hentikan Iterasi
6. Akar persamaan adalah x
Adapun tabel kerja dari metode ini (sesuai dengan algoritmanya), dapat
disajikan secara sistematis sebagai berikut.
Tabel 2. Tabel kerja Regula Falsi
C. Latihan Soal Dan Pembahasan
Soal 1.1
Tentukan akar persamaan f(x) = ex – 5x2 menggunakan metode Regulasi
Falsi! (nilai e = 2,718282)
Penyelesaian:
Langkah pertama : menentukan batas bawah a dan batas bawah b, misalkan
diambil :
a = 0 dan b = 1
sehingga nilai )(af dan )(bf adalah :
281718,21.5)1(
10.5)0(
21
20


ef
ef
281718,2281718,2.1)().( bfaf
Karena 0)().( bfaf , maka di sekitar a dan b terdapat titik penyelesaian.
20
Langkah kedua : tentukan toleransi ( ) dan iterasi maksimum (n)
Misalkan  = 10-6
, dan n = 5
Langkah ketiga : mencari nilai x dengan persamaan:
 
 
 
 
30472,0
69528,01
173694,3
281718,2
1
0,891976281718,2
01281718,2
1
)()(
)(









x
x
x
x
afbf
abbf
bx
Iterasi selanjutnya mencari nilai an dan f(an) dan begitu seterusnya sampai
didapatkan nilai error lebih kecil dari 10-6
. Sehingga diperoleh data seperti
pada tabel berikut.
Tabel 3. Tabel kerja Regulasi Falsi untuk f(x) = ex
– 5x2
n a b x f(a) f(b) f (x)
1 0 1 0,30472 1 -2,28172 0,891976
2 0,30472 1 0,50013 0,89198 -2,28172 0,398287
3 0,50013 1 0,57442 0,39829 -2,28172 0,126319
4 0,57442 1 0,59674 0,12632 -2,28172 0,035686
5 0,59674 1 0,60295 0,03569 -2,28172 0,00975
6 0,60295 1 0,60464 0,00975 -2,28172 0,002639
7 0,60464 1 0,60510 0,00264 -2,28172 0,000713
8 0,60510 1 0,60522 0,00071 -2,28172 0,000192
9 0,60522 1 0,60525 0,00019 -2,28172 5,19E-05
10 0,60525 1 0,60526 5,2E-05 -2,28172 1,4E-05
11 0,60526 1 0,60527 1,4E-05 -2,28172 3,78E-06
12 0,60527 1 0,60527 3,8E-06 -2,28172 1,02E-06
13 0,60527 1 0,60527 1E-06 -2,28172 2,75E-07
21
Nilai | f(x)| = 2,75 × 107
maka hentikan Iterasi karena | f(x)|   . Sehingga
diperoleh nilai akar x = 0,60527 dengan  = | f(x)| = 2,75 × 10-7
Soal 1.2
Carilah penyelesaian dari persamaan nonlinear berikut ini dengan metode
Regula Falsi:
033)( 23
 xxxxf
Penyelesaian:
Langkah 1:
Menentukan dua titik nilai f(a) dan f(b) dan harus memenuhi hubungan
f(x1) . f(x2)<0. Misalkan nilai a =1 dan b =2.
43)1(311)( 23
af
33)2(322)( 23
bf
Di dapat f(a). f(b)<0 maka titik penyelesaian berada diantara nilai a=1 dan b=2
Misalkan diambil  = 10-8
Langkah 2:
Mencari nilai x dengan persamaan:
3644314869.13)57142.1(357142.157142.1)(
5714285714.1)12(
)4(3
3
2)(
)()(
)(
23






xfdan
ab
afbf
bf
bx
Langkah 3:
Melakukan iterasi dengan persamaan 2.1 pada hasil langkah 2 nilai f(x)
hasilnya negative, dan untuk menentukan nilai x4 harus f(a). f(b)<10 maka yang
memenuhi syarat nilai yang digunakan yaitu x2 dan x3 karena nilai f(a). f(b)<0
maka:
247745.03)70541.1(370541.170541.1)(
7054108216.1)57142.13(
3644.13
3
2
23
2
2




xfdan
x
22
Iterasi selanjutnya mencari nilai an dan f(an) dan begitu seterusnya sampai
didapatkan nilai error lebih kecil dari 10-8
. Sehingga diperoleh data seperti pada
tabel berikut.
Tabel 4. Tabel kerja Regulasi Falsi untuk 033)( 23
 xxxxf
n a b x f(a) f(b) f (x)
1 1 2 1,57143 -4 3 -1,36443
2 1,57143 2 1,70541 -1,36443 3 -0,24775
3 1,70541 2 1,72788 -0,24775 3 -0,03934
4 1,72788 2 1,73140 -0,03934 3 -0,00611
5 1,73140 2 1,73195 -0,00611 3 -0,00095
6 1,73195 2 1,73204 -0,00095 3 -0,00015
7 1,73204 2 1,73205 -0,00015 3 -2,3E-05
8 1,73205 2 1,73205 -2,3E-05 3 -3,5E-06
9 1,73205 2 1,73205 -3,5E-06 3 -5,4E-07
10 1,73205 2 1,73205 -5,4E-07 3 -8,4E-08
11 1,73205 2 1,73205 -8,4E-08 3 -1,3E-08
12 1,73205 2 1,73205 -1,3E-08 3 -2E-09
Nilai | f(x)| = 2 × 10-9
maka hentikan Iterasi karena | f(x)|   . Sehingga
diperoleh nilai akar x = 1,73205 dengan  = | f(x)| = 2 × 10-9
.
23
BAB IV
STUDI KASUS
Didalam usaha mendapatkan penyelesaian matematika yang menjabarkan
model dari suatu persoaalan nyata di bidang rekayasa, sering solusi yang dicari
berupa suatu nilai variabel x sedemikian rupa sehingga terpenuhi persamaan f(x) =
0 yang digunkan dalam model. Dalam beberapa kasus, melalui faktorisasi f(x) = 0
dapat diperoleh penyelesaian seperti yang diinginkan, akan tetapi lebih banyak
jabaran persamaan dalam model mempunyai bentuk yang rumit, sehingga teknik
analisa matematika murni tidak dapat memberikan solusi.
Persamaan non linier sebagai model matematika bagi solusi masalah rekayasa
sipil dengan metode numerik merupakan salah satu alternatif prosedur pemecahan
yang digunakan apabila tidak dimungkinkan perolehan bentuk closed form dari
permodelan. Persamaan non linier akan selalu ditemuai pada hampir seluruh bidang
kekhususan rekayasa sipil, sebagai contoh:
1. Persamaan frekuensi alami getaran balok uniform yang terjepit pada salah satu
ujungnya yang bebas dan bebas pada ujungnya yang lain untuk bidang teknik
struktur.
2. Persamaan kelengkungan jalan untuk bidang transportasi.
3. Persamaan koefisien gesek untuk aliran turbulen dalam sebuah pipa untuk
bidang teknik tumber air.
4. Persamaan untuk menentukan kedalaman pemancangan akibat pengaruh
tekanan tanah aktif dan pasif untuk bidang geoteknik.
5. Perhitungan tentang kebutuhan akan produksi optimal suatu komponen
struktur untuk bidang manajemen konstruksi.
Salah satu contoh permasalahan yang dapat diselesaikan dengan Metode
Regula Falsi adalah sebagai berikut.
24
Permasalahan:
Akan ditentukan letak garis netral pada sebuah kolom pendek dengan menggunakan
metode bisection dan metode secant . Setelah letak garis netral diperoleh
dilanjutkan dengan pembuatan gambar diagram interaksi. Dimensi kolom adalah
30 x 50 cm dan diberi tulangan 6Φ25 seprti pada gambar 2. Tegangan leleh baja
direncanakan fy = 4000 kg/cm2, sedangkan tegangan tekan beton fc’ = 300 kg/cm2
.
Jarak tepi luar beton ke inti tulangan adalah 5 cm.
Gambar 4. Penampang kolom, Regangan dan Tegangan
Dalam perumusan, notasi-notasi yang dipakai h adalah sebagai berikut:
B : lebar penampang (mm)
H : tinggi penampang (mm)
C : lokasi garis netral dari serat atas (mm)
dcs : jarak tulangan tekan dari serat atas (mm)
dts : jarak tulangan tarik dari serat atas (mm)
ecs : regangan tulangan tekan
ets : regangan tulangan tarik
ey : regangan leleh baja (0.002)
a : kedalaman stress block (mm)
Cc : gaya tekan yang disumbangkan penampang beton (N)
Cs : gaya tekan yang disumbangkan tulangan tekan (N)
Ts : gaya tekan yang disumbangkan tulangan tarik (N)
Acs : luas tulangan tekan (mm2)
25
Ats : luas tulangan tarik (mm2)
lcc : jarak titik berat stress block ke plastic centre penampang (mm)
lcs : jarak tulangan tekan ke plastic centre penampang (mm)
lts : jarak tulangan tarik ke plastic centre penampang (mm)
fy : tegangan leleh tulangan (MPa)
fc’ : tegangan karakteristik penampang (MPa)
P : gaya dalam normal yang bekerja pada penampang (N)
M : momen lentur yang bekerja pada penampang (Nmm) terhadap plastic
centroid kolom
E : modulus elastisitas baja (= 200000 MPa)
Gaya dalam P dan M pada penampang dapat diturunkan sebagai fungsi dari
c. Komponen-komponen yang menyumbangkan P dan M berasal dari gaya tekan
beton serta gaya tulangan tekan dan tarik. Sera umum perumusannya adalah
P = Cc + Cs + Ts
M = Cc*lcc + Cs*lcs + Ts*lts
Komponen Cc, Cs, Ts dan lcc merupakan fungsi dari c, sedangkan lcs dan lts
merupakan konstanta, sehingga persamaan tersebut dapat juga ditulis:
P = Cc ( c ) + Cs ( c ) + Ts ( c )
M = Cc ( c )*lcc ( c ) + Cs*lcs + Ts*lts
Asumsi-asumsi yang dipakai pada kondisi batas adalah:
1. Regangan tekan batas adalah 0.003
2. Hukum Navier-Bernauli berlaku, sehingga diagram regangan berbentuk
segitiga dapat dipakai
3. Distribusi tegangan beton pada kondisi batas berbentuk segi empat, yang
besarnya adalah 0.85fc’ dengan tinggi block “a”
26
Perumusan gaya sumbangan beton Cc (c), gaya sumbangan tulangan tarik
Ts(c), gaya sumbangan tulangan tekan Cs(c) dan jarak titik berat stress block ke
plastic centre penampang (lcc) dapat di formulasikan berdasarkan kondisi-kondisi
yang lazim. Formula yang didapat adalah sebagai berikut:
P (c) = 6502 c + (c-50)/c * (882000) – 625485
M (c) = (6502 c – 37845 ) ( 250 – 0.85c/2) + (c-50)/c * (882000)(200) – (-
588200)(200)
Pencarian Akar Dengan Metode Bisection + Regula Falsi
P( c ) = 6502 c + ( c - 50 )/c * (882000) - 625485
P'( c ) = 6502 c + 44100000/ c^2
M( c ) = (6502 c - 37845)( 250 - 0.85c/2) + ( c-50)/c * (882000)*(200) - (-
588200)*(200)
Tabel 5. Pencarian Akar Dengan Metode Bisection + Regula Falsi
Setelah terdefinisinya komponen komponen Cc(c), Ts(c), Cs(c) dan lcc(c)
sebagai fungsi c, maka P(c) dan M(c) dapat didefinisikan sebagai fungsi c. Masing-
masing komponen mempunyai pernyataan fungsi yang interval domainnya terbagi-
bagi, sehingga jika digabungkan. P(c) dan M(c) pun mempunyai interval domain
yang terbagi-bagi. Ada 9 interval c yang menghasilkan formulasi fungsi yang
berbedabeda, hasilnya ditabelkan sebagai berikut:
27
Tabel 6. P(c) dan M(c) sebagai fungsi c.
Dari formulasi berdasarkan interval-interval tersebut dapat digambarkan
diagram interaksi kolom beton bertulang tersebut
Gambar 5. Hasil Diagram Interaks
28
BAB V
KESIMPULAN
Metode numerik merupakan teknik untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan pengoprasian aritmatika (hitungan) dan metode penyelesaian
model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah baku atau lazim.
Penyelesaian yang digunakan dalam metode numerik adalah penyelesaian
pendekatan, oleh karena itu biasanya timbul galat (error). Pada penyelesaiannya
diusahakan untuk mendapatkan error yang sekecil mungkin.
Metode numerik digunakan untuk mencari penyelesaian persoalan-persoalan
secara lebih singkat yang apabila dikerjakan menggunakan metode analitik
membutuhkan langkah-langkah yang lebih panjang.
Dalam menyelesaikan persamaan non-linier kita sering menemukan fungsi
yang rumit, sehingga untuk mencari penyelesaiannya atau untuk mencari f(x) = 0,
kita perlu menggunakan cara pendekatan atau cara dengan metode numerik. Salah
satunya dengan metode Regula Falsi. Metode Regula Falsi dapat mempermudah
kita dalam mencari akar fungsi non linier, dengan metode ini kita dapat menemukan
suatu nilai akar pendekatan dari sebuah fungsi non-linier yang rumit.
29
DAFTAR PUSTAKA
E. B. Shaff, A. D. Snider, Fundamental of Complex Analysis for Mathematics,
Science, and Engineering, Prentice Hall , Inc, New Jersey, 1976.
Guspari, Oni. 2007. “ Penerapan Metode Bisection dan Metode Secant Dalam
Rekayasa Sipil”. Rekayasa Sipil, Vol. III (2) : 68-74.
Luknanto, Djoko .(2001). Metoda Numerik. Yogyakarta. [online]
(http://luk.staff.ugm.ac.id/numerik/MetodaNumerik.pdf, diakses tanggal 5
November 2017).
Moh. Toifur. 1998. Fisika Matematika. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Pahursip, Hanna A.(2015). Modul Metode Numerik. Salatiga: Tisara Grafika.
Sangadji. 2008. Metode Numerik. Yogyakarta: Graha ilmu.
Serway, Raymond A & Jewett, John. 2014. FISIKA untuk Sains dan Teknik.
Edisi ke 6. Diterjemahkan oleh: Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba
Teknika.
Slamet Hw,dkk. 2010. Kalkulus 1 Edisi Kedua. Surakarta: Muhammadiyah
Sudiardi, dan Rizani Teguh. 2015. Metode Numerik. [Online]
(http://eprints.mdp.ac.id/1630/1/DIKTAT-Metode%20Numerik.pdf, diakses
tanggal 5 November 2017)
University Press.
http://aris_gunaryati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/37350/irfan_metode_
numerik1.pdf (diakses pada tanggal 26 November 2017)
http://zai.lecturer.pens.ac.id/Kuliah/Workshop%20Metode%20Numerik/Teori/Me
tode%20Regula%20Falsi.pdf (diakses pada tanggal 26 November 2017)
http://sutedjo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11886/bahan+kuliah+ke+3+
metoda+numerik.pdf (diakses pada tanggal 26 November 2017)

More Related Content

What's hot

Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
RochimatulLaili
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiOnggo Wiryawan
 
Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier SederhanaAnalisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier Sederhana
Dwi Mardianti
 
Metode interpolasi linier
Metode  interpolasi linierMetode  interpolasi linier
Metode interpolasi linier
okti agung
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Kelinci Coklat
 
Persoalan interpolasi Polinom
Persoalan interpolasi PolinomPersoalan interpolasi Polinom
Persoalan interpolasi Polinom
sur kuati
 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
Mella Imelda
 
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerSistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Kelinci Coklat
 
2. galat
2. galat2. galat
Statistika Dasar Pertemuan 10
Statistika Dasar Pertemuan 10Statistika Dasar Pertemuan 10
Statistika Dasar Pertemuan 10
Amalia Indrawati Gunawan
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Arvina Frida Karela
 
Regula falsi
Regula falsiRegula falsi
Regula falsi
Lutfi Nurul Aulia
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
maman wijaya
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapagus_budiarto
 
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksiContoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
muhamadaulia3
 
Contoh program matlab
Contoh program matlabContoh program matlab
Contoh program matlabZahra Doangs
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Fahrul Usman
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensibagus222
 
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANGVARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
 

What's hot (20)

Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
 
Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier SederhanaAnalisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier Sederhana
 
Metode interpolasi linier
Metode  interpolasi linierMetode  interpolasi linier
Metode interpolasi linier
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
 
Persoalan interpolasi Polinom
Persoalan interpolasi PolinomPersoalan interpolasi Polinom
Persoalan interpolasi Polinom
 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
 
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerSistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear Elementer
 
2. galat
2. galat2. galat
2. galat
 
Statistika Dasar Pertemuan 10
Statistika Dasar Pertemuan 10Statistika Dasar Pertemuan 10
Statistika Dasar Pertemuan 10
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
Regula falsi
Regula falsiRegula falsi
Regula falsi
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksiContoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
 
Contoh program matlab
Contoh program matlabContoh program matlab
Contoh program matlab
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANGVARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
 

Similar to Makalah metode numerik regula falsi

Makalah aturan trapesium
Makalah aturan trapesiumMakalah aturan trapesium
Makalah aturan trapesium
desita Anggraini
 
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICTMiniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Destia Eka Putri
 
Tabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsiTabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsi
Ayunda Eka Sagita
 
Silabus dan rencana pembelajaran semester statistik pbsi2021
Silabus dan rencana pembelajaran semester statistik pbsi2021Silabus dan rencana pembelajaran semester statistik pbsi2021
Silabus dan rencana pembelajaran semester statistik pbsi2021
MTs Nurul Huda Sukaraja
 
Rpp barisan aritmatika
Rpp barisan aritmatikaRpp barisan aritmatika
Rpp barisan aritmatika
djoko abimanyu
 
Buku pengantar simulasi statistik
Buku pengantar simulasi statistikBuku pengantar simulasi statistik
Buku pengantar simulasi statistikAyun Restu
 
1.pembelajaran soal cerita_sd
1.pembelajaran soal cerita_sd1.pembelajaran soal cerita_sd
1.pembelajaran soal cerita_sd
Djoko Hartono
 
Pvma matematik
Pvma matematikPvma matematik
Pvma matematik
daliya
 
Lilis sri jayanti manullang (12010110059) rika itho manalu (12010110092)
Lilis sri jayanti manullang (12010110059) rika itho manalu (12010110092)Lilis sri jayanti manullang (12010110059) rika itho manalu (12010110092)
Lilis sri jayanti manullang (12010110059) rika itho manalu (12010110092)
lilis manullang
 
DISTRIBUSI FREKUENSI DANUKURAN GEJALA PUSATNILAI UJIAN AKHIR SEKOLAH MATEMATI...
DISTRIBUSI FREKUENSI DANUKURAN GEJALA PUSATNILAI UJIAN AKHIR SEKOLAH MATEMATI...DISTRIBUSI FREKUENSI DANUKURAN GEJALA PUSATNILAI UJIAN AKHIR SEKOLAH MATEMATI...
DISTRIBUSI FREKUENSI DANUKURAN GEJALA PUSATNILAI UJIAN AKHIR SEKOLAH MATEMATI...
Kartika Dwi Rachmawati
 
Pemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematika
Pemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematikaPemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematika
Pemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematika
ulfamaria96
 
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)prayogo07
 
Kelas xii sma ipa matematika_pesta es
Kelas xii sma ipa matematika_pesta esKelas xii sma ipa matematika_pesta es
Kelas xii sma ipa matematika_pesta es
fitriana416
 
Kelas xii sma ipa matematika_pesta es
Kelas xii sma ipa matematika_pesta esKelas xii sma ipa matematika_pesta es
Kelas xii sma ipa matematika_pesta esFahreniega
 
Khazanah matematika sma kelas xii (bahasa) rosihan ari-2009
Khazanah matematika sma kelas xii (bahasa) rosihan ari-2009Khazanah matematika sma kelas xii (bahasa) rosihan ari-2009
Khazanah matematika sma kelas xii (bahasa) rosihan ari-2009
primagraphology consulting
 

Similar to Makalah metode numerik regula falsi (20)

Makalah aturan trapesium
Makalah aturan trapesiumMakalah aturan trapesium
Makalah aturan trapesium
 
METODE BISECTION.pdf
METODE BISECTION.pdfMETODE BISECTION.pdf
METODE BISECTION.pdf
 
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICTMiniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
Miniskripsi Media Pembelajaran dan ICT
 
Tabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsiTabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsi
 
Silabus dan rencana pembelajaran semester statistik pbsi2021
Silabus dan rencana pembelajaran semester statistik pbsi2021Silabus dan rencana pembelajaran semester statistik pbsi2021
Silabus dan rencana pembelajaran semester statistik pbsi2021
 
Tajuk 1 pengenalan
Tajuk 1 pengenalanTajuk 1 pengenalan
Tajuk 1 pengenalan
 
Rpp barisan aritmatika
Rpp barisan aritmatikaRpp barisan aritmatika
Rpp barisan aritmatika
 
Buku pengantar simulasi statistik
Buku pengantar simulasi statistikBuku pengantar simulasi statistik
Buku pengantar simulasi statistik
 
1.pembelajaran soal cerita_sd
1.pembelajaran soal cerita_sd1.pembelajaran soal cerita_sd
1.pembelajaran soal cerita_sd
 
Pembelajaran Soal Cerita di SD
Pembelajaran Soal Cerita di SDPembelajaran Soal Cerita di SD
Pembelajaran Soal Cerita di SD
 
Pvma matematik
Pvma matematikPvma matematik
Pvma matematik
 
Lilis sri jayanti manullang (12010110059) rika itho manalu (12010110092)
Lilis sri jayanti manullang (12010110059) rika itho manalu (12010110092)Lilis sri jayanti manullang (12010110059) rika itho manalu (12010110092)
Lilis sri jayanti manullang (12010110059) rika itho manalu (12010110092)
 
DISTRIBUSI FREKUENSI DANUKURAN GEJALA PUSATNILAI UJIAN AKHIR SEKOLAH MATEMATI...
DISTRIBUSI FREKUENSI DANUKURAN GEJALA PUSATNILAI UJIAN AKHIR SEKOLAH MATEMATI...DISTRIBUSI FREKUENSI DANUKURAN GEJALA PUSATNILAI UJIAN AKHIR SEKOLAH MATEMATI...
DISTRIBUSI FREKUENSI DANUKURAN GEJALA PUSATNILAI UJIAN AKHIR SEKOLAH MATEMATI...
 
Pemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematika
Pemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematikaPemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematika
Pemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematika
 
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
 
Kelas xii sma ipa matematika_pesta es
Kelas xii sma ipa matematika_pesta esKelas xii sma ipa matematika_pesta es
Kelas xii sma ipa matematika_pesta es
 
Kelas xii sma ipa matematika_pesta es
Kelas xii sma ipa matematika_pesta esKelas xii sma ipa matematika_pesta es
Kelas xii sma ipa matematika_pesta es
 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
 
Khazanah matematika sma kelas xii (bahasa) rosihan ari-2009
Khazanah matematika sma kelas xii (bahasa) rosihan ari-2009Khazanah matematika sma kelas xii (bahasa) rosihan ari-2009
Khazanah matematika sma kelas xii (bahasa) rosihan ari-2009
 

Recently uploaded

ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 

Makalah metode numerik regula falsi

  • 1. i MAKALAH METODE NUMERIK METODE REGULA FALSI Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Numerik Dosen Pengampu: Nendra Mursetya Somasih Dwipa, M.Sc Disusun oleh: 1. Anisah (14144100046) 2. Endah Supiati (14144100055) 3. Erina Indriyani (14144100144) Kelas 7A2 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2017
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Metode Numerik dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas UTS Mata Kuliah Metode Numerik. Dalam membuat Makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penyusun miliki, penyusun berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi, terutama dari media internet dan media cetak. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut serta membantu dalam pembuatan Makalah ini dan beberapa sumber yang kami pakai sebagai data dan acuan. Dalam penulisan Makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Tidak semua bahasan dapat dideskripsikan dengan sempurna dalam Makalah ini. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan Makalah ini. Akhirnya kami selaku penyusun berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca. Yogyakarta, 27 November 2017 Penyusun
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI..........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2 C. Tujuan .......................................................................................................... 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................. 3 A. Angka Signifikan/Bena................................................................................ 3 B. Deret Taylor ................................................................................................. 7 C. Deret Mclaurin ............................................................................................. 9 D. Error (Galat)............................................................................................... 10 E. Metode Biseksi........................................................................................... 13 BAB III METODE REGULA FALSI................................................................... 16 A. Pengertian Metode Regula Falsi ................................................................ 16 B. Algoritma Metode Regulasi Falsi .............................................................. 18 C. Latihan Soal Dan Pembahasan................................................................... 19 BAB IV STUDI KASUS ...................................................................................... 23 BAB V KESIMPULAN........................................................................................ 28 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak semua permasalahan matematis atau perhitungan dapat diselesaikan dengan mudah atau dapat diselesaikan dengan menggunakan perhitungan biasa. Contohnya dalam persoalan yang melibatkan model matematika yang sering muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada persoalan rekayasa. Seringkali model matematika tersebut muncul dalam bentuk yang tidak idealis atau rumit. Model matematika yang rumit ini adakalanya tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik yang sudah umum untuk mendapatkan solusinya. Metode analitik seringkali hanya unggul untuk sejumlah persoalan yang memiliki tafsiran geometri sederhana, padahal persoalan yang mincul dalam dunia nyata sering melibatkan bentuk dan proses yang rumit. Akibatnya nilai praktis penyelesaian metode analitik menjadi terbatas. Bila metode analitik tidak dapat lagi diterapkan, maka solusi persoalan sebenarnya dapat dicari dengan metode numerik. Metode numerik adalah teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematik sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan / aritmatik biasa ( tambah, kurang, kali dan bagi ). Secara harafiah metode numerik memiliki arti sebagai cara berhitung dengan menggunakan angka-angka. Metode numerik yang berangkat dari pemakaian alat bantu hitung merupakan alternatif yang baik dalam menyelesaikan persoalan – persoalan perhitungan yang rumit, saat inipun telah banyak yang menawarkan program-program numerik sebagai alat bantu perhitungan. Dalam penerapan matematis untuk menyelesaikan persoalan – persoalan perhitungan dan analisis, terdapat beberapa keadaan dan metode yang baik : 1. Bila persoalan merupakan persoalan yang sederhana atau terdapat theorem analisa matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaiakan persoalan tersebut, maka penyelesaian matematis ( metode analitik ) yang digunakan
  • 5. 2 adalah penyelesaian excat yang harus digunakan. Penyelesaian ini menjadi acuan bagi pemakaian metode pendekatan. 2. Bila persoalan sudah sangat sullit atau tidak mungkin diselesaikan secara matematis (analitik ) karena tidak ada theorema analisa matematika yang dapat digunakan , maka dapat digunakan metode numerik. 3. Bila persoalan sudah merupakan persoalan yang mempunyai kompleksitas tinggi, sehingga metode numerikpun tidak dapat menyajikan penyelesaian dengan baik, maka dapat digunakan metode-metode simulasi. B. Rumusan Masalah Pada makalah ini penyusun mencoba merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Apa pengertian metode numerik? 2. Apa pengertian metode numerik Regula Falsi? 3. Bagaimanakah algoritma dari metode numerik Regula Falsi? 4. Bagaimanakah contoh dan penyelesaian dengan menggunakan metode Regula Falsi? 5. Bagaimanakah aplikasi metode numerik Regula Falsi dalam kehidupan sehari-hari? C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian metode numerik. 2. Mengetahui pengertian metode numerik bagi dua (Bisection). 3. Mengetahui algoritma dari metode numerik bagi dua (Bisection). 4. Mengetahui contoh dan penyelesaian dengan menggunakan metode numerik bagi dua (Bisection). 5. Mengetahui aplikasi metode numerik bagi dua (Bisection) dalam kehidupan sehari-hari.
  • 6. 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Angka Signifikan/Bena 1. Pengertian Angka Bena Konsep angka bena (significant figure) atau angka bermakna telah dikembangkan secara formal untuk menandakan keandalan suatu nilai numerik. Angka bena adalah angka bermakna, angka penting, atau angka yang dapat digunakan dengan pasti. Angka bena terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Angka taksiran terletak pada akhir angka signifikan. Ketika melakukan pengukuran atau perhitungan, kita harus menghindar dari keinginan untuk menulis lebih banyak digit pada jawaban terakhir dari jumlah digit yang diperbolehkan. Suatu indikasi bagi ketepatan pengukuran yang diperoleh dari banyaknya angka-angka penting. Angka- angka penting tersebut memberikan informasi yang aktual (nyata) mengenai ketelitian pengukuran. Makin banyak angka-angka penting, ketepatan pengukuran menjadi lebih besar. 2. Aturan-aturan tentang Angka Bena a. Setiap angka yang bukan nol pada suatu bilangan adalah angka bena. Contoh: 14569 memiliki 5 angka bena. b. Setiap angka nol yang terletak diantara angka-angka bukan nol adalah angka bena. Contoh: 406 memiliki 3 angka bena. 5000,1003 memiliki 9 angka bena. c. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di belakang tanda desimal adalah angka bena. Contoh: 23,50000 memiliki 7 angka bena 278,900 memiliki 6 angka bena
  • 7. 4 d. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tanpa tanda desimal bukan merupakan angka bena. Contoh: 38000000 memiliki 2 angka bena. e. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama bukan merupakan angka bena. Contoh: 0,0090 memiliki 2 angka bena 0,001360 memiliki 4 angka bena f. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir, dan terletak di depan tanda desimal merupakan angka bena. Contoh: 800,0 memiliki 4 angka bena. Komputer hanya menyimpan sejumlah tertentu angka bena. Bilangan riil yang jumlah angka benanya melebihi jumlah angka bena komputer akan disimpan dalam sejumlah angka bena komputer itu. Pengabaian angka bena sisanya itulah yang menimbulkan galat pembulatan. 3. Penulisan angka bena dalam notasi ilmiah Jika beberapa angka 0 dipakai di bagian ekor suatu bilangan, tidak jelas berapa banyaknya 0 itu yang signifikan. Misal: 45,300 dapat memiliki 3, 4, atau 5 buah digit signifikan tergantung apakah harga 0 itu telah diketahui dengan pasti. Ketidakpastian itu dapat diselesaikan dengan memakai notasi ilmiah. Misalnya tetapan dalam kimia dan fisika atau ukuran jarak dalam astronomi. Contoh: a. 4,3123 × 10 memiliki 5 angka signifikan b. 1,764 × 10-1 memiliki 4 angka signifikan c. 2,78300 × 102 memiliki 6 angka signifikan d. 6,02 × 1023 (bilangan Avogadro) memiliki 24 angka signifikan e. 1,5 × 107 memiliki 8 angka signifikan (jarak bumi-matahari).
  • 8. 5 4. Aturan Pembulatan Terkadang kita diminta untuk membulatkan angka ke sejumlah tempat desimal ( atau ke angka keseluruhan). Ini tidak berarti kita memindahkan titik desimal tersebut, tetapi menyingkirkan beberapa nomor di akhir. Pembulatan suatu bilangan berarti menyimpan angka bena dan membuang yang bukan merupakan angka bena dengan mengikuti aturan- aturan berikut: a. Tandai bilangan yang termasuk angka signifikan dan angka tidak signifikan. Contoh: Empat angka bena dari bilangan 16,7321 adalah 16,73 (angka bena) dan 21 (bukan angka bena). b. Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih besar dari 5, maka digit terakhir dari angka bena ditambah 1. Selanjutnya buang bukan angka bena. Contoh: Jika bilangan 23,472 dibulatkan menjadi tiga angka signifikan, maka ditulis menjadi 23,5. c. Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih kecil dari 5, maka buang bukan angka bena. Contoh: Jika bilangan 23,674 dibulatkan menjadi empat angka signifikan, maka ditulis menjadi 23,67 d. Jika digit pertama dari bilangan bukan angka bena sama dengan 5, maka: - Jika digit terakhir dari angka signifikan ganjil, maka digit terakhir angka signifikan ditambah 1. Selanjutnya buang angka tidak signifikan.
  • 9. 6 Contoh: Jika bilangan 37,759 dibulatkan menjadi tiga angka bena, maka ditulis menjadi 37,8 Jika digit terakhir dari angka bena merupakan bilangan genap, maka buang bukan angka bena. Contoh: Jika bilangan 79,859 dibulatkan menjadi tiga angka bena, maka ditulis menjadi 79,8. 5. Operasi Angka Penting Dalam operasi perhitungan dengan menggunakan angka penting ada suatu aturan umum yang harus diikuti. a. Penjumlahan dan Pengurangan Hasil dari penjumlahan atau pengurangan dua bilangan tidak mempunyai angka signifikan di luar tempat desimal terakhir dimana kedua bilangan asal mempunyai angka signifikan. Bila jumlah angka penting dalam hasil penjumlahan atau pengurangan harus dikurangi, maka megikuti aturan umum untuk membulatkannya. Contoh: 2,34 + 0,345 = 2,685 (dibulatkan menjadi 2,68) 34,31 + 2,165 = 36,475 (dibulatkan menjadi 36,48) b. Perkalian dan Pembagian Jumlah agka signifikan pada hasil perkalian atau pembagian tidaklah lebih besar daripada jumlah terkecil angka signifikan dalam masing- masing bilangan yang terlihat dalam perkalian atau pembagian. Contoh: (32,1 × 1,234) ÷ 1,2 = 33,0095 Bilangan yang mempunyai angka signifikan paling sedikit adalah 1,2 (2 angka signifikan). Jadi hasil perkalian dan pembagian di atas dibulatkan menjadi 33 (2 angka signifikan).
  • 10. 7 c. Kombinasi perkalian dan/ pembagian dengan penjumlahan dan/ pengurangan. “Jika terdapat kombinasi operasi angka penting, maka hasil operasi di dalam kurung harus dibulatkan terlebih dahulu sebelum melakukan operasi selanjutnya” Penerapan angka penting dalam kehidupan sehari-hari salah satunya ketika seseorang melakukan pengukuran seperti mengukur tinggi badan, mengukur celana, menimbang benda, spedometer, dan lain-lain. Dalam pengukuran tersebut tidak pasti tepat sehingga angka penting berperan dalam pengukuran agar ketepatan pengukuran menjadi lebih besar. B. Deret Taylor Deret Taylor pertama dikemukakan oleh matematikawan inggris Brook Taylor (1685 – 1731) dalam bukunya “Methodus Increamentorum Directaet Inversa” pada 1715, dimana dia menguraikan fungsi ke dalam deret pangkat yang kemudian diketahui sebagai deret Taylor. Andaikan f dan semua turunannya 1 f , 2 f , 3 f ,......, n f kontinue pada selang [a, b]. Misalkan  bax ,0  , maka untuk nilai-nilai x di sekitar 0x (gambar 2.1) dan  bax ,0  , f(x) dapat diperluas (diekspansi) ke dalam deret Taylor: ...)( ! )( ...)( !2 )( )( !1 )( )()( 0 0 0 2 2 0 0 10 0        xf n xx xf xx xf xx xfxf n n Gambar 1. Nilai-nilai x di sekitar xo
  • 11. 8 Persamaan di atas merupakan penjumlahan dari suku-suku yang disebut deret. Perhatikan bahwa deret Taylor ini panjangnya tidak berhingga sehingga untuk memudahkan penulisan suku-suku selanjutnya kita menggunakan tanda elipsis ( ... ). Jika dimisalkan hxx  0 , maka f(x) dapat juga ditulis sebagai. ...)( ! ...)( !2 )( !1 )()( 00 2 2 0 1 0  xf n h xf h xf h xfxf n n Untuk alasan praktis, proses komputasi dilakukan sampai suku ke n saja. Artinya ada bagian atau beberapa suku yang sisanya dipotong dan tidak dimasukan ke dalam proses komputasi. Suku-suku yang diabaikan tersebut dikenal sebagai residu, dan merupakan galat karena pemotongan. Jika faktor residu dimasukan ke dalam deret Taylor, maka persamaan 2.1 menjadi, )()( ! )( ...)( !2 )( )( !1 )( )()( 0 0 0 2 2 0 0 10 0 xRxf n xx xf xx xf xx xfxf n n n        dalam hal ini, xcxcf n xx xR n n n       0 )1( )1( 0 ,)( )!1( )( )( Disebut galat atau sisa (residu). Dengan demikian deret Taylor yang dipotong sampai suku orde ke-n dapat ditulis sebagai : )()()( xRxPxf nn  Yang dalam hal ini, )( ! )( )( 0 1 0 xf k xx xP k n k k n    xcxcf n xx xR n n n       0 )1( )1( 0 ,)( )!1( )( )( Contoh: Hampiri fungsi f(x) = sin x ke dalam deret Taylor di sekitar 10 x . Penyelesaian : Terlebih dahulu kita menentukan turunan sin x terlebih dahulu sebagai berikut.
  • 12. 9 xxf xxf xxf xxf xxf sin)( cos)( sin)( cos)( sin)( 4 3 2 1      Dan seterusnya Maka berdasarkan persamaan 2.1, sin x dihampiri dengan deret Taylor sebagai berikut:     ...)1(sin !4 )1( )1(cos !3 )1( )1(sin !2 )1( )1cos( !1 )1( )1(sinsin 432          xxxx x Misalkan hx 1 , maka berdasarkan persamaan 2.2 diperoleh: ...0351,00901,04208,05403,08415,0 ...)1(sin 24 )1(cos 6 )1(sin 2 )1cos( 1 )1(sinsin 432 432   hhhh hhhh x C. Deret Mclaurin Deret Mclaurin adalah kasus khusus dimana bila fungsi diperluas sekitar 00 x yang disebut juga deret Taylor baku. Kasus 00 x paling sering muncul dalam praktek. Contoh: Uraikan sin x kedalam deret Mclaurin. Penyelesaian: Beberapa turunan sin x sudah dihitung pada contoh 2.1. Deret Mclaurin dari sin x adalah :     ... !5!3 ...)0(sin !4 )0( )0(cos !3 )0( )0(sin !2 )0( )0cos( !1 )0( )0(sinsin 53 432           xx x xxxx x
  • 13. 10 Deret Taylor dan deret Mclaurin ini sangat bermanfaat dalam Metode Numerik untuk menghampiri nilai-nilai fungsi yang susah dihitung secara manual seperti nilai sin x, cos x , dan log x. Tentu kita tidak akan bisa menghitung nilai-nilai fungsi tersebut tanpa menggunakan bantuan kolkulator atau tabel. D. Error (Galat) Menganalisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang menggunakan metode numerik. Galat berasosiasi dengan seberapa dekat solusi hampiran terhadap solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya, semakin teliti solusi numerik yang didapatkan. Untuk itu kita harus memahami dua hal: 1. Bagaimana menghitung galat, dan 2. Bagaimana galat timbul. Galat dapat berasal dari : a. Simplifikasi dan asumsi yang digunakan untuk merubah peristiwa alam ke dalam formula matematik. b. Kesalahan/Keteledoran atau kesalahan aritmatik dan programming. c. Ketidakpastian dalam data d. Kesalahan mesin e. Kesalahan matematis dalam kesalahan pemotongan Hampiran, pendekatan atau aproksimasi (approximation) didefinisikan sebagai nilai yang mendekati solusi sejati (exact solution). Galat atau kesalahan (error) sebenarnya ( ) didefinisikan sebagai selisih solusi sejati (a) dengan solusi hampiran ( aˆ ). Misalkan aˆ adalah nilai hampiran terhadap nilai sejati a, maka selisihnya: aa ˆ ( Disebut galat ) Sebagai contoh, jika 5,10ˆ a adalah nilai hampran dari 45,10a , maka galatnya adalah 01,0 . Jika tanda galat (positif atau negatif) tidak dipertimbangkan, maka galat mutlak dapat didefinisikan sebagai : aa ˆ Sayangnya, ukuran galat e kurang bermakna sebab ia tidak menceritakan seberapa besar galat itu dibandingkan dengan nilai sejatinya. Sebagai contoh,
  • 14. 11 seorang anak melaporkan panjang sebatang kawat 99 cm, padahal panjang sebenarnya 100 cm. Galatnya adalah 100 - 99 = 1 cm. Anak yang lain melaporkan panjang sebatang pensil 9 cm, padahal panjang sebenarnya 10 cm, sehingga galatnya juga 1 cm. Kedua galat pengukuran sama-sama bernilai 1 cm, namun galat 1 cm pada pengukuran panjang pensil lebih berarti daripada galat 1 cm pada pengukuran panjang kawat. Jika tidak ada informasi mengenai panjang sesungguhnya, kita mungkin menganggap kedua galat tersebut sama saja. Untuk mengatasi interpretasi nilai galat ini, maka galat harus dinormalkan terhadap nilai sejatinya. Gagasan ini melahirkan apa yang dinamakan galat relatif. Galat relatif didefinisikan sebagai: a R    Atau dalam presentase: %100 a R   Karena galat dinormalkan terhadap nilai sejati, maka galat relatif tersebut dinamakan juga galat relatif sejati. Dengan demikian, pengukuran panjang kawat mempunyai : galat relatif sejati 01,0 100 1  , sedangkan pengukuran panjang pensil mempunyai galat relatif sejati 1,0 10 1  Dalam praktek kita tidak mengetahui nilai sejati a, karena itu galat e seringkali dinormalkan terhadap solusi hampirannya, sehingga galat relatifnya dinamakan galat relatif hampiran: a RA ˆ    Contoh: Misalkan nilai sejati 3 10 dan nilai hampiranya 3,333. Hitunglah galat, galat mutlak, galat relatif, dan galat relatif hampiran. Diketahui :
  • 15. 12 3 10 a 333,3ˆ a Penyelesaian : Galat = ...000333,0 3000 1 1000 3333 3 10 333,3 3 10  Galat mutlak = ...000333,00003333,0  Galat relatif = 0001,0 1000 1 3 10 3000 1  Galat relatif hampiran = 9999 1 333,3 3000 1  Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pada metode numerik antara lain: 1. Galat Inheren (Inheren Error) Galat inheren merupakan galat bawaan akibat penggunaan suatu metode numerik. Akibat perhitungan numerik yang sebagian besar adalah tidak eksak, dapat menyebabkan data yang diperoleh adalah data aproksimasi. Selain itu, keterbatasan dari alat komputasi seperti tabel matematika, kalkulator atau komputer digital juga membuat perhitungan numerik tidak eksak. Karena keterbatasan tersebut, bilangan-bilangan yang diperoleh adalah hasil pembulatan. Di dalam perhitungan, galat inheren dapat diperkecil melalui penggunaan data yang besar, pemeriksaan galat yang jelas dalam data, dan penggunaan alat komputasi dengan ketelitan yang tinggi. 2. Galat Pemotongan (Truncation Error) Galat ini disebabkan oleh adanya penghilangan sebarisan suku dari suatu deret/ekspansi untuk tujuan peringkasan pekerjaan perhitungan. Galat pemotongan adalah galat yang tak dapat dihindarkan.
  • 16. 13 3. Galat Pembulatan (round-off error) Kesalahan karena pembulatan (round-off error) terjadi karena tidak kita memperhitungkan beberapa angka terakhir dari suatu bilangan; artinya solusi hampiran digunakan untuk menggantikan solusi sejati (eksak). Contoh: Tulis bilangan 8632574 dan 3,1415926 menjadi tiga angka bena. Penyelesaian: 8632574 dapat dibulatkan menjadi 8630000 3,1415926 dapat dibulatkan menjadi 3,14 Dalam praktek sehari-hari, misalnya dalam bidang teknik dan bisnis, sering terdapat kasus gagalnya pencarian penyelesaian eksak suatu masalah aritmatika. Sehingga pendekatan dengan metode numerik sering digunakan dalam perhitungan. Metode numerik adalah perhitungan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan suatu pertimbangan agar memperoleh hasil yang semakin mendekati nilai penyelesaian. Dengan menggunakan metode pendekatan semacam ini, tentunya setiap nilai hasil perhitungan akan mempunyai galat (error) atau nilai kesalahan. Kesalahan ini penting artinya, karena kesalahan dalam pemakaian algoritma pendekatan akan menyebabkan nilai kesalahan yang besar, tentunya hal seperti ini tidak diharapkan dalam perhitungan di bidang apapun. Sehingga dengan dengan mengetahui galat suatu perhitungan kita dapat mengetahui kesalahan dan faktor apa yang mempegaruhi perhitungan. E. Metode Biseksi Ide awal metode ini adalah metode tabel, di mana area dibagi menjadi N bagian. Hanya saja metode biseksi ini membagi range menjadi 2 bagian, dari dua bagian ini dipilih bagian mana yang mengandung akar dan bagian yang tidak mengandung akar dibuang. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh akar persamaan. Dinamakan metode biseksi (Bi Section) didasarkan atas teknis metode ini adalah “belah dua”. Metode Biseksi diformulasikan berdasarkan Teorema 1.1 yang menyatakan bahwa bila fungsi 𝑓(x) kontinu dalam selang/interval (a,b),
  • 17. 14 dan 𝑓(𝑎) dan 𝑓(b) berlawanan tanda, maka 𝑓(𝑎) = 0 untuk suatu bilangan α sedemikian hingga 𝑎 < α < b . Dengan metode Biseksi, nilai α pertama kali diaproksimasi dengan memilih x0 yang didefinisikan dengan x0 = 𝑎+𝑏 2 . Bila 𝑓(x0) = 0 atau 𝑓(x0) “dekat” kepada nilai 0 untuk suatu nilai toleransi yang diberikan maka x0 adalah nilai akar dari 𝑓(x0) = 0. Sebaliknya bila 𝑓(x0) ≠ 0 atau 𝑓(x0) “dekat” kepada nilai 0 tetapi tidak memenuhi suatu nilai toleransi yang diberikan, maka berdasarkan Teorema 1.1 ada dua kemungkinan yakni nilai akar berada di antara 𝑎 dan xo atau nilai akar berada di antara xo dan b. Dari salah satu kemungkinan ini, metode Biseksi kembali akan digunakan. Secara geometris, metode Biseksi yang dikemukan di atas diilustrasikan melalui gambar grafik berikut ini. Gambar 2. Grafik Metode Biseksi 1. Langkah menggunakan metode biseksi a. Untuk menggunakan metode biseksi, terlebih dahulu ditentukan batas bawah (a) dan batas atas (b). Kemudian dihitung nilai tengah : x = 𝑎+𝑏 2 b. Dari nilai x ini perlu dilakukan pengecekan keberadaan akar. Secara matematik, suatu range terdapat akar persamaan bila f(a) dan f(b) berlawanan tanda atau dituliskan : f(a) . f(b) < 0
  • 18. 15 c. Setelah diketahui dibagian mana terdapat akar, maka batas bawah dan batas atas di perbaharui sesuai dengan range dari bagian yang mempunyai akar. 2. Algoritma Metode Biseksi a. Definisikan fungsi f(x) yang akan dicari akarnya b. Tentukan nilai a dan b c. Tentukan torelansi e dan iterasi maksimum N d. Hitung f(a) dan. f(b) e. Jika f(a) . f(b) > 0 maka proses dihentikan karena tidak ada akar, bila tidak dilanjutkan f. Hitung x = 𝑎+𝑏 2 g. Hitung f(x) h. Bila f(x) . f(a) < 0 maka b = x dan f(b) = f(x), bila tidak a = x dan f(a) = f(x) i. Jika |b-a| < e atau iterasi > iterasi maksimum maka proses dihentikan dan didapatkan akar = x, dan bila tidak, ulangi langkah 6. Contoh Carilah nilai akar dari persamaan 𝑓(𝑥) = 𝑥3 − 𝑥 − 1 = 0. Penyelesaian : Pilih a = 1 dan b = 2. Karena 𝑓(1) negatif dan 𝑓(2) positif, maka salah satu akar terletak diantara 1 dan 2. Oleh karena itu xo = 1+2 2 = 3 2 = 1,5. Kemudian, karena 𝑓 ( 3 2 ) = ( 3 2 ) 3 − 3 2 − 1 = 7 8 (positif) maka akar karakteristik terletak antara 1 dan 1,5. Kondisi ini memberikan 𝑥1 = 1+1,5 2 = 1,25. Karena 𝑓(𝑥1) = 𝑓(1,25) = − 19 64 (negatif), nilai akar yang dicari terletak diantara 1,25 dan 1,5. Sehingga diperoleh 𝑥2 = 1,25+1,5 2 = 1,375. Bila prosedur di atas diulang kembali hingga 𝑥5 diperoleh nilai-nilai aproksimasi berikut: 𝑥3 = 1,3125, 𝑥4 = 1,34375, 𝑥5 = 1,328125.
  • 19. 16 BAB III METODE REGULA FALSI A. Pengertian Metode Regula Falsi Metode regula falsi disebut juga metode Interpolasi Linear atau metode Posisi Salah adalah metode yang digunakan untuk mecari akar-akar persamaan nonlinear melalui proses iterasi. Metode regula falsi merupakan metode pencarian akar persamaan dengan memanfaatkan kemiringan dan selilih tinggi dari dua titik batas range. Solusi akar (atau akar-akar) dengan menggunakan metode Regula Falsi merupakan modifikasi dari Metode Bisection dengan cara memperhitungkan ‘kesebangunan’ yang dilihat pada kurva berikut: Gambar 3. Representasi grafis metode Regula-Falsi Metode Regula Falsi menetapkan hampiran akar sebagai perpotongan antara garis yang melalui titik [a, f(a)] dan titik [b, f(b)] dengan sumbu-x. Jika titik potong tersebut adalah tersebut adalah c, maka akar terletak antara (a,c) atau (c, b). Perhatikan kesebangunan antara Pcb dan PQR pada Gambar 1 , sehingga didapatkan persamaan berikut dapat digunakan:
  • 20. 17 RQ PR bc Pb  Diketahui : Tabel 1. Koordinat titik-titik pada Gambar 1 Koordinat Titik koordinat a (a, 0) b (b, 0) c (c, 0) P (b, f(b)) Q (a, f(a)) R (c, f(c)) Dari persamaan di atas diperoleh: ab afbf cb bf      )()(0)( Sehingga    )()( )( afbf abbf bc    Persamaan di atas disebut sebagai persamaan rekursif dari metode Regula Falsi. Nilai c merupakan nilai akar x yang dicari. Sehingga jika dituliskan dalam bentuk yang lain, nilai akar x adalah sebagai berikut:    )()( )( afbf abbf bx    Dengan kata lain titik pendekatan x adalah nilai rata- rata range berdasarkan F(x). Pada kondisi yang paling ekstrim |b – ar | tidak pernah lebih kecil dari  , sebab salah satu titik ujung selang, dalam hal ini b, selalu tetap untuk iterasi r = 1,2,3,..... Titik ujung selang yang tidak berubah itu dinamakan titik mandek (stagnan point). Pada titik mandek, |br – ar | = |b – ar | , dimana r = 1,2,3,...
  • 21. 18 Yang dapat mengakibatkan program mengalami looping. Untyk mengatasi hal ini, kondisi berhenti pada algoritma Regula-Falsi harus ditambah dengan memeriksa apakah nilai f(x) sudah sangat kecil hingga mendekati nol. B. Algoritma Metode Regulasi Falsi Langkah pertama : Asumsi awal yang harus diambil adalah ‘menebak’ interval awal [a, b] dimana f(x) adalah kontinu padanya, demikian pula interval tersebut harus terletak ‘mengapit’ (secara intuitif) nilai akar  , hitung pula nilai )(af dan )(bf sedemikian rupa sehingga: 0)().( bfaf a disebut batas atas dan b adalah batas bawah. Langkah kedua : tentukan toleransi ( ) dan iterasi maksimum (n) Langkah ketiga : adalah mencari nilai x dengan persamaan P 1. 4 yaitu :    )()( )( afbf abbf bx    Langkah keempat : mencari nilai f (c) Langkah kelima : melakukan iterasi untuk mendapatkan akar yang dicari, kemudian tentukan akar persamaan x. Kriteria penghentian iterasi | f(xn)|  . Algoritma Metode Regula Falsi secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Definisikan fungsi f(x) 2. Tentukan batas bawah (a) dan batas atas (b) 3. Tentukan toleransi error ( ) dan iterasi maksimum (n) 4. Tentukan nilai fungsi f(a) dan f(b) 5. Untuk iterasi I = 1 s/d n    )()( )( afbf abbf bx   
  • 22. 19  Hitung nilai f(x)  Hitung error = | f(x)|  Jika 0)().( xfaf maka a = c jika tidak b = c  Jika | f(x)|   , hentikan Iterasi 6. Akar persamaan adalah x Adapun tabel kerja dari metode ini (sesuai dengan algoritmanya), dapat disajikan secara sistematis sebagai berikut. Tabel 2. Tabel kerja Regula Falsi C. Latihan Soal Dan Pembahasan Soal 1.1 Tentukan akar persamaan f(x) = ex – 5x2 menggunakan metode Regulasi Falsi! (nilai e = 2,718282) Penyelesaian: Langkah pertama : menentukan batas bawah a dan batas bawah b, misalkan diambil : a = 0 dan b = 1 sehingga nilai )(af dan )(bf adalah : 281718,21.5)1( 10.5)0( 21 20   ef ef 281718,2281718,2.1)().( bfaf Karena 0)().( bfaf , maka di sekitar a dan b terdapat titik penyelesaian.
  • 23. 20 Langkah kedua : tentukan toleransi ( ) dan iterasi maksimum (n) Misalkan  = 10-6 , dan n = 5 Langkah ketiga : mencari nilai x dengan persamaan:         30472,0 69528,01 173694,3 281718,2 1 0,891976281718,2 01281718,2 1 )()( )(          x x x x afbf abbf bx Iterasi selanjutnya mencari nilai an dan f(an) dan begitu seterusnya sampai didapatkan nilai error lebih kecil dari 10-6 . Sehingga diperoleh data seperti pada tabel berikut. Tabel 3. Tabel kerja Regulasi Falsi untuk f(x) = ex – 5x2 n a b x f(a) f(b) f (x) 1 0 1 0,30472 1 -2,28172 0,891976 2 0,30472 1 0,50013 0,89198 -2,28172 0,398287 3 0,50013 1 0,57442 0,39829 -2,28172 0,126319 4 0,57442 1 0,59674 0,12632 -2,28172 0,035686 5 0,59674 1 0,60295 0,03569 -2,28172 0,00975 6 0,60295 1 0,60464 0,00975 -2,28172 0,002639 7 0,60464 1 0,60510 0,00264 -2,28172 0,000713 8 0,60510 1 0,60522 0,00071 -2,28172 0,000192 9 0,60522 1 0,60525 0,00019 -2,28172 5,19E-05 10 0,60525 1 0,60526 5,2E-05 -2,28172 1,4E-05 11 0,60526 1 0,60527 1,4E-05 -2,28172 3,78E-06 12 0,60527 1 0,60527 3,8E-06 -2,28172 1,02E-06 13 0,60527 1 0,60527 1E-06 -2,28172 2,75E-07
  • 24. 21 Nilai | f(x)| = 2,75 × 107 maka hentikan Iterasi karena | f(x)|   . Sehingga diperoleh nilai akar x = 0,60527 dengan  = | f(x)| = 2,75 × 10-7 Soal 1.2 Carilah penyelesaian dari persamaan nonlinear berikut ini dengan metode Regula Falsi: 033)( 23  xxxxf Penyelesaian: Langkah 1: Menentukan dua titik nilai f(a) dan f(b) dan harus memenuhi hubungan f(x1) . f(x2)<0. Misalkan nilai a =1 dan b =2. 43)1(311)( 23 af 33)2(322)( 23 bf Di dapat f(a). f(b)<0 maka titik penyelesaian berada diantara nilai a=1 dan b=2 Misalkan diambil  = 10-8 Langkah 2: Mencari nilai x dengan persamaan: 3644314869.13)57142.1(357142.157142.1)( 5714285714.1)12( )4(3 3 2)( )()( )( 23       xfdan ab afbf bf bx Langkah 3: Melakukan iterasi dengan persamaan 2.1 pada hasil langkah 2 nilai f(x) hasilnya negative, dan untuk menentukan nilai x4 harus f(a). f(b)<10 maka yang memenuhi syarat nilai yang digunakan yaitu x2 dan x3 karena nilai f(a). f(b)<0 maka: 247745.03)70541.1(370541.170541.1)( 7054108216.1)57142.13( 3644.13 3 2 23 2 2     xfdan x
  • 25. 22 Iterasi selanjutnya mencari nilai an dan f(an) dan begitu seterusnya sampai didapatkan nilai error lebih kecil dari 10-8 . Sehingga diperoleh data seperti pada tabel berikut. Tabel 4. Tabel kerja Regulasi Falsi untuk 033)( 23  xxxxf n a b x f(a) f(b) f (x) 1 1 2 1,57143 -4 3 -1,36443 2 1,57143 2 1,70541 -1,36443 3 -0,24775 3 1,70541 2 1,72788 -0,24775 3 -0,03934 4 1,72788 2 1,73140 -0,03934 3 -0,00611 5 1,73140 2 1,73195 -0,00611 3 -0,00095 6 1,73195 2 1,73204 -0,00095 3 -0,00015 7 1,73204 2 1,73205 -0,00015 3 -2,3E-05 8 1,73205 2 1,73205 -2,3E-05 3 -3,5E-06 9 1,73205 2 1,73205 -3,5E-06 3 -5,4E-07 10 1,73205 2 1,73205 -5,4E-07 3 -8,4E-08 11 1,73205 2 1,73205 -8,4E-08 3 -1,3E-08 12 1,73205 2 1,73205 -1,3E-08 3 -2E-09 Nilai | f(x)| = 2 × 10-9 maka hentikan Iterasi karena | f(x)|   . Sehingga diperoleh nilai akar x = 1,73205 dengan  = | f(x)| = 2 × 10-9 .
  • 26. 23 BAB IV STUDI KASUS Didalam usaha mendapatkan penyelesaian matematika yang menjabarkan model dari suatu persoaalan nyata di bidang rekayasa, sering solusi yang dicari berupa suatu nilai variabel x sedemikian rupa sehingga terpenuhi persamaan f(x) = 0 yang digunkan dalam model. Dalam beberapa kasus, melalui faktorisasi f(x) = 0 dapat diperoleh penyelesaian seperti yang diinginkan, akan tetapi lebih banyak jabaran persamaan dalam model mempunyai bentuk yang rumit, sehingga teknik analisa matematika murni tidak dapat memberikan solusi. Persamaan non linier sebagai model matematika bagi solusi masalah rekayasa sipil dengan metode numerik merupakan salah satu alternatif prosedur pemecahan yang digunakan apabila tidak dimungkinkan perolehan bentuk closed form dari permodelan. Persamaan non linier akan selalu ditemuai pada hampir seluruh bidang kekhususan rekayasa sipil, sebagai contoh: 1. Persamaan frekuensi alami getaran balok uniform yang terjepit pada salah satu ujungnya yang bebas dan bebas pada ujungnya yang lain untuk bidang teknik struktur. 2. Persamaan kelengkungan jalan untuk bidang transportasi. 3. Persamaan koefisien gesek untuk aliran turbulen dalam sebuah pipa untuk bidang teknik tumber air. 4. Persamaan untuk menentukan kedalaman pemancangan akibat pengaruh tekanan tanah aktif dan pasif untuk bidang geoteknik. 5. Perhitungan tentang kebutuhan akan produksi optimal suatu komponen struktur untuk bidang manajemen konstruksi. Salah satu contoh permasalahan yang dapat diselesaikan dengan Metode Regula Falsi adalah sebagai berikut.
  • 27. 24 Permasalahan: Akan ditentukan letak garis netral pada sebuah kolom pendek dengan menggunakan metode bisection dan metode secant . Setelah letak garis netral diperoleh dilanjutkan dengan pembuatan gambar diagram interaksi. Dimensi kolom adalah 30 x 50 cm dan diberi tulangan 6Φ25 seprti pada gambar 2. Tegangan leleh baja direncanakan fy = 4000 kg/cm2, sedangkan tegangan tekan beton fc’ = 300 kg/cm2 . Jarak tepi luar beton ke inti tulangan adalah 5 cm. Gambar 4. Penampang kolom, Regangan dan Tegangan Dalam perumusan, notasi-notasi yang dipakai h adalah sebagai berikut: B : lebar penampang (mm) H : tinggi penampang (mm) C : lokasi garis netral dari serat atas (mm) dcs : jarak tulangan tekan dari serat atas (mm) dts : jarak tulangan tarik dari serat atas (mm) ecs : regangan tulangan tekan ets : regangan tulangan tarik ey : regangan leleh baja (0.002) a : kedalaman stress block (mm) Cc : gaya tekan yang disumbangkan penampang beton (N) Cs : gaya tekan yang disumbangkan tulangan tekan (N) Ts : gaya tekan yang disumbangkan tulangan tarik (N) Acs : luas tulangan tekan (mm2)
  • 28. 25 Ats : luas tulangan tarik (mm2) lcc : jarak titik berat stress block ke plastic centre penampang (mm) lcs : jarak tulangan tekan ke plastic centre penampang (mm) lts : jarak tulangan tarik ke plastic centre penampang (mm) fy : tegangan leleh tulangan (MPa) fc’ : tegangan karakteristik penampang (MPa) P : gaya dalam normal yang bekerja pada penampang (N) M : momen lentur yang bekerja pada penampang (Nmm) terhadap plastic centroid kolom E : modulus elastisitas baja (= 200000 MPa) Gaya dalam P dan M pada penampang dapat diturunkan sebagai fungsi dari c. Komponen-komponen yang menyumbangkan P dan M berasal dari gaya tekan beton serta gaya tulangan tekan dan tarik. Sera umum perumusannya adalah P = Cc + Cs + Ts M = Cc*lcc + Cs*lcs + Ts*lts Komponen Cc, Cs, Ts dan lcc merupakan fungsi dari c, sedangkan lcs dan lts merupakan konstanta, sehingga persamaan tersebut dapat juga ditulis: P = Cc ( c ) + Cs ( c ) + Ts ( c ) M = Cc ( c )*lcc ( c ) + Cs*lcs + Ts*lts Asumsi-asumsi yang dipakai pada kondisi batas adalah: 1. Regangan tekan batas adalah 0.003 2. Hukum Navier-Bernauli berlaku, sehingga diagram regangan berbentuk segitiga dapat dipakai 3. Distribusi tegangan beton pada kondisi batas berbentuk segi empat, yang besarnya adalah 0.85fc’ dengan tinggi block “a”
  • 29. 26 Perumusan gaya sumbangan beton Cc (c), gaya sumbangan tulangan tarik Ts(c), gaya sumbangan tulangan tekan Cs(c) dan jarak titik berat stress block ke plastic centre penampang (lcc) dapat di formulasikan berdasarkan kondisi-kondisi yang lazim. Formula yang didapat adalah sebagai berikut: P (c) = 6502 c + (c-50)/c * (882000) – 625485 M (c) = (6502 c – 37845 ) ( 250 – 0.85c/2) + (c-50)/c * (882000)(200) – (- 588200)(200) Pencarian Akar Dengan Metode Bisection + Regula Falsi P( c ) = 6502 c + ( c - 50 )/c * (882000) - 625485 P'( c ) = 6502 c + 44100000/ c^2 M( c ) = (6502 c - 37845)( 250 - 0.85c/2) + ( c-50)/c * (882000)*(200) - (- 588200)*(200) Tabel 5. Pencarian Akar Dengan Metode Bisection + Regula Falsi Setelah terdefinisinya komponen komponen Cc(c), Ts(c), Cs(c) dan lcc(c) sebagai fungsi c, maka P(c) dan M(c) dapat didefinisikan sebagai fungsi c. Masing- masing komponen mempunyai pernyataan fungsi yang interval domainnya terbagi- bagi, sehingga jika digabungkan. P(c) dan M(c) pun mempunyai interval domain yang terbagi-bagi. Ada 9 interval c yang menghasilkan formulasi fungsi yang berbedabeda, hasilnya ditabelkan sebagai berikut:
  • 30. 27 Tabel 6. P(c) dan M(c) sebagai fungsi c. Dari formulasi berdasarkan interval-interval tersebut dapat digambarkan diagram interaksi kolom beton bertulang tersebut Gambar 5. Hasil Diagram Interaks
  • 31. 28 BAB V KESIMPULAN Metode numerik merupakan teknik untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengoprasian aritmatika (hitungan) dan metode penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah baku atau lazim. Penyelesaian yang digunakan dalam metode numerik adalah penyelesaian pendekatan, oleh karena itu biasanya timbul galat (error). Pada penyelesaiannya diusahakan untuk mendapatkan error yang sekecil mungkin. Metode numerik digunakan untuk mencari penyelesaian persoalan-persoalan secara lebih singkat yang apabila dikerjakan menggunakan metode analitik membutuhkan langkah-langkah yang lebih panjang. Dalam menyelesaikan persamaan non-linier kita sering menemukan fungsi yang rumit, sehingga untuk mencari penyelesaiannya atau untuk mencari f(x) = 0, kita perlu menggunakan cara pendekatan atau cara dengan metode numerik. Salah satunya dengan metode Regula Falsi. Metode Regula Falsi dapat mempermudah kita dalam mencari akar fungsi non linier, dengan metode ini kita dapat menemukan suatu nilai akar pendekatan dari sebuah fungsi non-linier yang rumit.
  • 32. 29 DAFTAR PUSTAKA E. B. Shaff, A. D. Snider, Fundamental of Complex Analysis for Mathematics, Science, and Engineering, Prentice Hall , Inc, New Jersey, 1976. Guspari, Oni. 2007. “ Penerapan Metode Bisection dan Metode Secant Dalam Rekayasa Sipil”. Rekayasa Sipil, Vol. III (2) : 68-74. Luknanto, Djoko .(2001). Metoda Numerik. Yogyakarta. [online] (http://luk.staff.ugm.ac.id/numerik/MetodaNumerik.pdf, diakses tanggal 5 November 2017). Moh. Toifur. 1998. Fisika Matematika. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Pahursip, Hanna A.(2015). Modul Metode Numerik. Salatiga: Tisara Grafika. Sangadji. 2008. Metode Numerik. Yogyakarta: Graha ilmu. Serway, Raymond A & Jewett, John. 2014. FISIKA untuk Sains dan Teknik. Edisi ke 6. Diterjemahkan oleh: Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Teknika. Slamet Hw,dkk. 2010. Kalkulus 1 Edisi Kedua. Surakarta: Muhammadiyah Sudiardi, dan Rizani Teguh. 2015. Metode Numerik. [Online] (http://eprints.mdp.ac.id/1630/1/DIKTAT-Metode%20Numerik.pdf, diakses tanggal 5 November 2017) University Press. http://aris_gunaryati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/37350/irfan_metode_ numerik1.pdf (diakses pada tanggal 26 November 2017) http://zai.lecturer.pens.ac.id/Kuliah/Workshop%20Metode%20Numerik/Teori/Me tode%20Regula%20Falsi.pdf (diakses pada tanggal 26 November 2017) http://sutedjo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11886/bahan+kuliah+ke+3+ metoda+numerik.pdf (diakses pada tanggal 26 November 2017)