SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
LK 1. 2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Nama Mahasiswa : HERY ISWAHYUDI
Asal Institusi : SDN 09 KEPAHIANG KAB. KEPAHIANG
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk
membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:
1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang
diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.
Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan
mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
No
Masalah yang telah
diidentifikasi
Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
1 Rendahnya kemampuan
siswa dalam memahami
bacaan a pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia
terutama teks narasi
(Pedagogik)
Minat baca siswa yang kurang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
disebabkan karena :
1. Guru Kurana pembiasaan literasi di awal pembelajaran.
2. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang
berkaitan dengan teks narasi
3. Guru tidak memahami metode pembelajaran digunakan
1.1 Kajian Literatur :
A. Menurut Masduki (1997 : 36 ) Faktor penyebab rendahnya
kemampuan membaca siswa (1) kemampuan berbahasa
Indonesia yang kurang, (2) minat baca yang rendah, (3) kondisi
perpustakaan sekolah kurang menunjang, (4) dorongan orang
tua yang juga lemah. (Buku Elektronik Minat Baca Siswa
Halaman 3)
B. Mubarok (2018: 207) mengemukakan bahwa minat baca
adalah “perhatian, kemauan, dorongan, dan rasa senang untuk
membaca, perhatian bisa dilihat dari perhatiannya terhadap
kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang tinggi untuk
membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari dalam
diri maupun dari pengaruh orang lain.
1.2 Hasil Wawancara :
A. Kepala Sekolah
Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku
kepala sekolah SDN 09 Kepahiang Minat baca siswa yang
kurang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia itu di karenakan :
a. Kurangnya pembiasaan kegiatan literasi (membaca)
Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli
Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami
bacaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
terutama teks narasi dipengaruhi oleh permasalahan :
1. Kurangnya pembiasaan kegiatan literasi
(membaca).
2. Siswa belum lancar membaca sehingga kesulitan
dalam memahami soal.
3. Siswa kurang mampu berfikir abstrak sehingga
kesulitan memahami makna kalimat
4. Kurang pemanfaatan paojok baja.
5. Keterbatasan Sumber Daya:
6. Pelatihan dan Pendidikan Guru:
b. Kondisi perpustakaan yang kurang mendukung
c. Guru tidak aktif mengajak anak berkunjung ke
perpustakaan
d. Kurangnya Pembiasaan literasi
e. Siswa kurang lancar dalam membaca
f. Siswa lebih senang menggunakan media sosial di HP dari
pada membaca buku.
g. Orang tua sibuk bekerja
h. Faktor lingkungan yang kurang mendukung untuk gemar
membaca.
https://drive.google.com/file/d/1jfyX-
inpcT7nF5hmobGcRDPqWEFIzyzm/view?usp=drive_link
B. Wawancara Pakar Ahli
Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd Rendahnya minat baca
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.:
a. Pembiasaan literasi yang kurang dari guru
b. Kurangnya guru dalam mengganti referensi buku yang ada
disudut baca
c. Pemanfaatan perpustakaan misalnya penjadwalan
kunjungan keperpustakaan, pengelompokan buku sesuai
dengan pase.
2 Kemampuan belajar
matematika siswa masih
rendah pada materi operasi
hitung bilangan (Perkalian
dan Pembagian)
Kurangnya minat belajar siswa pada pokok bahasan perkalian dan
pembagian dengan cara bersusun kebawah disebabkan oleh :
1. Guru masih kurang dalam memberikan bimbingan kepada siswa
dalam pembelajaran matematika
2. Guru kurang tepat dalam menerapkan metode pembelajaran yang
inovatif .
3. Guru kurang memberikan bimbingan dalam pembelajaran yang ada
di kelas
2.1 Kajian Literatur
A. Kurangnya keaktifan siswa didalam proses belajar mengajar
dan kurangnya keterampilan guru dalam memberikan materi
pembelajaran. Ketidaktepatan guru dalam merancang dan
Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli
Kurangnya minat belajar siswa pada pokok bahasan
perkalian dan pembagian dengan cara bersusun
kebawah dipengaruhi oleh permasalahan :
1. Guru masih kurang dalam memberikan bimbingan
kepada siswa dalam pembelajaran matematika.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor, antara
lain:
1. Faktor internal dari siswa dan faktor eksternal
dari guru.
melaksanakan pembelajaran menjadi salah satu factor
penyebab prestasi belajar siswa rendah. Nabillah (2019 :661)
B. Rendahnya hasil belajar matematika adalah kurangnya minat
siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini
disebabkan adanya anggapan bahwa matematika adalah salah
satu mata pelajaranyan paling sulit dan menakutkan dibanding
dengan mata pelajaran lain. Abdurrahman (2012:20)
C. Sebagian besar siswa juga mengatakan tidak menyukai
pelajaran matematika dengan alasan matematika dianggap
pelajaran yang rumit, banyak rumus yang dihapal, serta penuh
dengan angka-angka. Sehingga siswa kurang berminat terhadap
pelajaran matematika mengakibatkan ketika guru menjelaskan
materi sebagian siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Ardilla (2017:177)
2.2 Hasil Wawancara :
A. Kepala Sekolah
Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku
kepala sekolah SDN 09 Kepahiang. Kurangnya minat belajar
siswa pada pokok bahasan perkalian dan pembagian dengan
cara bersusun kebawah. (Numerasi) dikarenakan :
a. Siswa belum hapal perkalian
b. Kurangnya penyampaian materi oleh guru.
c. Siswa kurang menguasai materi operasi hitung
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
d. Mata pelajaran matematika di anggap sulit bagi siswa.
e. Siswa lebih tertarik dengan gejet (Hp)
B. Pakar Ahli
Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd Kurangnya minat
belajar siswa pada pokok bahasan perkalian dan pembagian
dengan cara bersusun kebawah dikarenakan :
a. Siswa kurang hapal perkaliann
2. Siswa tidak memahami materi prasyarat
seperti operasi hitung penjumlahan,
pengurangan, perkalian.
3. Siswa belum hapal perkalian
4. Kurangnya penyampaian materi oleh guru.
5. Anggapan mata pelajaran matematika itu
sebagai mata pelajaran yang sulit
b. Guru tidak mengelopokkan siswa pada awal pembelajaran
sesuai dengan kemampuannya.
c. Guru kurang menarik dalam memberikan pelajaran
sehingga siswa terkesan bosan
3 Tidak terbiasanya siswa
memamfaatkan TIK dalam
kegiatan pembelajaran IPA
Tidak terbiasanya siswa memanfaatkan TIK dalam kegiatan
pembelajran IPA
1. Guru masih belum mengoptimalkan pemanfataan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran
2. Guru belum mampu mengembangkan media pembelajaran yang
bervariasi
3. Guru belum mengoptimalkan model pembelajaran yang inovatif
sesuai dengan karakteristik materi
1.1 Kajian Literatur
A. Briggs dalam Trini Prastati (2005:4) mengatakan media
sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi
pembelajaran. Sarana fisik tersebut dapat berupa buku, tape
rekorder, kaset, kamera video, film, slide, foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer.
B. Bretz dalamTrini Prastati (2005:9) membagi media menjadi
tiga macam yaitu media yang dapat didengar (audio), media
yang dapat dilihat (video), dan media yang dapat bergerak.
C. Menurut Heinich et al (2002) multimedia interaktif adalah
suatu media yang terdiri gambar, suara, dan bahan-bahan video
yang disajikan di bawah kontrol komputer untuk peserta didik,
sehingga peserta didik tidak hanya melihat gambar dan
mendengar suara tetapi juga membuat respon aktif.
D. Willmot (2011) juga menyatakan bahwa keberadaan media
pembelajaran audio visual dapat merangsang siswa menjadi
lebih termotivasi untuk mempelajari materi pelajaran dan
keterampilan penting yang dapat ditransfer.
E. Sudjana & Rivai (1992:2), menyebutkan bahwa media
pembelajaran dalam proses belajar bermanfaat agar:
Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli
Tidak terbiasanya siswa memamfaatkan TIK dalam
kegiatan pembelajaran IPA:
a. Kesiapan guru dalam melakukan proses
pembelajaran dikelas masih kurang
b. Kemampuan guru dalam menggunakan TIK
masih rendah.
c. Kesadaran diri guru untuk berkembang itu masih
kurang.
d. Sarana dan prasarana yang masih kurang
e. Kurangnya pelatihan untuk melatih kemampuan
guru dalam penggunaan TIK dalam pembelajaran.
Selain itu juga dapat kita lihat dari:
1. Guru masih belum mengoptimalkan pemanfataan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dalam pembelajaran
Seperti kita ketahui, kecenderungan teknologi
informasi dan komunikasi pada era globalisasi
saat ini telah memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hampir keseluruhan sendi-
sendi kehidupan sehari-hari termasuk dunia
Guru belum mampu mengembangkan media
pembelajaran yang bervariasi
.
Rusman (2013) berpendapat bahwa penggunaan
media dalam pembelajaran berfungsi sebagai
1. Pembelajaran lebih menarik perhatian sehingga
menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2. Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa.
3. Metode mengajar menjadi lebih variatif sehingga dapat
mengurangi kebosanan belajar.
4. Siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar.
1.2 Hasil Wawancara :
A. Kepala Sekolah
Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku
kepala sekolah SDN 09 Kepahiang siswa kurang memahami
model pembelajaran TPACK disebabkan karena:
a. Kurangnya kemampuan anak dalam literasi sehingga
kesulitan memecahkan masalah
b. Kurangnya kesiapan guru dalam menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah
c. Guru belum memahami model-model pembelajaran berbasis
masalah
B. Pakar Ahli
Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd siswa kurang
memahami model pembelajaran TPACK disebabkan karena:
a. Guru belum maksimal dalam memasukkan unsur TPACK
dalam proses pembelajaran
b. Guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas.
pendorong motivasi belajar siswa, memperjelas
dan mempermudah konsep yang abstrak, dan
mempertinggi daya serap.
 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
guru dalam menggunakan media
pembelajaran. Guru yang belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai
dalam menggunakan media pembelajaran
akan merasa kesulitan untuk mengembangkan
media pembelajaran yang bervariasi.
 Kurangnya motivasi guru untuk
mengembangkan media pembelajaran. Guru
yang tidak memiliki motivasi yang tinggi
untuk mengembangkan media pembelajaran
akan cenderung menggunakan media
pembelajaran yang konvensional dan tidak
inovatif.
 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung. Kurangnya ketersediaan sarana
dan prasarana pendukung, seperti komputer,
laptop, proyektor, dan internet, akan
menyulitkan guru untuk mengembangkan
media pembelajaran yang bervariasi.
4 Hasil belajar siswa masih
rendah dalam
menyelesaikan soal-soal
HOTS
Faktor- faktor yang melatarbelakangi hasil belajar siswa yang masih
rendah dalam menyelesaikan sosl-soal HOTS adalah:
1. Guru belum terbiasa menerapkan pembelajaran berbasis HOTS
2. Guru belum terbiasa dalam memberikan soal-soal HOTS
kepada peserta didiknya
3. Guru hanya menerikan soal evaluasi yang ada di buku paket
Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli
Faktor- faktor yang melatarbelakangi hasil belajar
siswa yang masih rendah dalam menyelesaikan sosl-
soal HOTS adalah:
a. Kemampuan berfikir rata-rata siswa masih rendah
b. Sebagian guru belum mengikuti pelatihan/diklat
c. Guru mengandalkan soal evaluasi yang ada
3.1 Kajian Literatur
Ayuningtyas (2013) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran
disekolah guru cenderung menggunakan soal pada buku penunjang
yang didominasi dengan indikator mengingat, memahami serta
aplikasi dalam Taksonomi Bloom. Soal dengan indikator
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6)
merupakan soal yang termasuk dalam kriteria HOTS jarang
ditemui dalam buku penunjang.
Sumber:https://jurnal.stkipalmaksum.ac.id/index.php/jpkm
5.2 Hasil Wawancara :
A. Kepala Sekolah
Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku
kepala sekolah SDN 09 Kepahiang Hasil belajar siswa masih
rendah dalam menyelesaikan soal-soal HOTS disebabkan
karena:
a. Guru kurang memahami pembuatan soal HOTS.
b. Kemampuan literasi siswa yang rendah sehingga belum
mampu menjawab soal HOTS.
c. Sebagian besar guru belum mengikuti pelatihan dan diklat
tentang pembuatan soal berbasis HOTS.
d. Kemampuan berpikir siswa terbatas pada berpikir tingkat
rendah.
B. Pakar Ahli :
Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd Hasil belajar siswa
masih rendah dalam menyelesaikan soal-soal HOTS
disebabkan
a. Guru belum terbiasa dalam memberikan soal-soal hot
kepada peserta didiknya
b. Daya berpikir siswa yang masih rendah
c. Guru hanya terfokus pada soal latihan yang ada pada buku
bupena saja.
dibuku paket.
d. Daya berpikir siswa yang masih rendah
Selain itu dapat juga dilihat dari :
1. Guru belum terbiasa menerapkan pembelajaran
berbasis HOTS dan kurang memahami teknik
pembuatan soal berbasis HOTS.
Dalam pembelajaran guru dituntut untuk dapat
memberikan pembelajaran menantang bagi
siswa , hal ini dapat dilakukan guru dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
memerlukan penalaran sehingga guru dapat
melatih siswa berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran yang menerapkan
kurikulum 2013 siswa diharapkan memiliki
kemampuan berfikir tingkat tinggi atau yang
dikenal juga dengan istilah HOTS (High Order
Thinking Skills) karena dengan penerapan
HOTS dalam pembelajaran dapat meningkatkan
hal positif seperti keberanian menghadapi soal
sulit, terbentuknya kerjasama antar siswa yang
baik, adanya interaksi siswa dengan siswa
maupun siswa dengan guru yang lebih tinggi,
aktivitas belajar yang lebih baik, serta karakter
siswa yang baik dalam hal disilpin, ketekunan,
tanggung jawab, teliti dan sikap terbuka
(Widodo & Srikadarwati, 2013).
2. Kemampuan rata-rata siswa di sekolah masih
rendah dalam menyelesaikan soal HOTS.
Siswa dituntut tidak hanya memiliki
kemampuan berpikir tingkat rendah atau LOTs
(Lower Order Thinking skill), tetapi juga sampai
pada kemampuan berpikir tingkat tinggi atau
HOTs (Higher Order Thinking skill).
Sebagaiman kita ketahu siswa dalam belajar
sering merasa putus asa apabila seorang guru
memberikan soal yang meraka belum pahami
hal ini juga berpengaruh dengan hasil yang
mereka peroleh pada proses pembelajaran.
Berdasarkan teori tahapan belajar oleh Jean
Piaget menjelaskaan penyebab sulitnya siswa
menjawab soal HOTS dalam pembelajaran
disebabkan karena siswa yang tidak memahami
materi dan siswa yang tidak mengerti perintah
soal. Kompetensi pedagogik merupakan
kompetensi awal yang harus dimiliki oleh setiap
guru karena dalam kompetensi pedagogik
memberikan gambaran guru dalam bagaimana
guru harus berbuat dalam proses belajar
mengajar dikelas. Sub kompetensi dalam
kompetensi pedagogik yaitu memahami peserta
didik, merancang pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, ,valuasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik.
3. Guru hanya menerikan soal evaluasi yang ada di
buku paket
Evaluasi merupakan usaha untuk memperoleh
informasi tentang perolehan belajar siswa secara
menyeluruh, baik pengetahuan, konsep, sikap,
nilai, maupun keterampilan proses. Hal ini dapat
digunakan oleh guru sebagai keputusan yang
sangat diperlukan dalam menentukan strategi
belajar mengajar. Untuk maksud tersebut guru
perlu mengadakan penilaian, baik terhadap
proses maupun terhadap hasil belajar siswa.
5 Hasil belajar siswa rendah
pada saat dihadapkan
dengan permasalahan pada
pokok bahasan organ
peredaran darah pada
manusia dan fungsinya.
Kurangnya siswa memahami model pembelajaran berbasis
masalah pada pokok bahasan alat gerak hewan dan manusia di
sebabkan karena :
1. Guru kurang memahami model pembelajaran berbasis masalah.
2. Guru kurang memahami langkah-langkah dalam pelaksanaan
model pembelajaran berbasis masalah.
3. Guru lebih sering menggunakan model cramah dalam
pembelajaran sehingga siswa merasa bosan.
A. Kajian Literartur :
A. Amir (2009:21) memberikan pendapat bahwa pembelajaran
berbasis masalah juga dimaknai sebagai “model pembelajaran
yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama
dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata”.
Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu
menyelesaikan masalah secara sitematis.
B. Menurut Sudrajat (2011) Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi
pengetahuan baru.
C. Menurut Johnson, D. dan Johnson langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kegiatan kelompok yaitu:
a. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari
peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga
siswa menjadi jelas masalah apa yang sedang dikaji dalam
kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam kegiatan ini guru
bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu
hangat yang menarik untuk dipecahkan,
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab
terjadinya masalah serta menganalisis berbagai faktor yang
dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini
bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga siswa
pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan
prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis
Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli.
Kurangnya siswa memahami model pembelajaran
berbasis masalah pada pokok bahasan alat gerak
hewan dan manusia di sebabkan karena :
1. Pemahaman guru mengenai model
pembelajaran berbasis masalah.
2. Kurangnya kesiapan guru dalam menerapkan
pembelajaran berbasis masalah.
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah.
4. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat
pada guru.
5. .Kesiapan guru dalam melakukan proses
pembelajaran dikelas masih kurang
Selain hal di atas dapat juga di lihat dari:
1. Guru kurang memahami model pembelajaran
berbasis masalah.
Sebagaimana kita ketahui model pembelajaran
terkadang sudah kita ketahui sebagai seorang
pendidik. Namun pada kenyataan banyak guru
yang belum memahami model pembelaran
bebasis masalah yang akan ditepakan pada saat
proses pembelajarn.
Menurut Margetson (1994) mengemukakan
bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah
membantu untuk meningkatkan perkembangan
keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola
pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar
aktif. Pembelajaran Berbasis Masalah
memfasilitasi keberhasilan memecahkan
penghambat yang diperkirakan;
c. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap
tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada
tahapan ini setiap siswa didorong untuk berfikir dan
mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang
kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah.
d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu
pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat
dilakukan;
e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi
hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh
kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran; sedangkan
evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari
penerapan strategi yang diterapkan (Sanjaya, 2009).
5.2. Hasil Wawancara
A. Kepala Sekolah
Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku
kepala sekolah SDN 09 Kepahiang. Siswa kurang memahami
model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan alat
gerak hewan dan manusia disebabkan karena :
a. Kurangnya kemampuan anak dalam literasi sehingga
kesulitan memecahkan masalah
b. Kurangnya kesiapan guru dalam menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah
c. Guru belum memahami model-model pembelajaran
berbasis masalah
B. Pakar Ahli
Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd Siswa kurang
memahami model pembelajaran berbasis masalah pada pokok
bahasan alat gerak hewan dan manusia disebabkan karena :
a. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru.
b. Kesiapan guru dalam melakukan proses pembelajaran
masalah, komunikasi, kerja kelompok dan
keterampilan interpersonal dengan lebih baik
dibanding pendekatan yang lain
2. Guru kurang memahami langkah-langkah dalam
pelaksanaan model pembelajaran berbasis
masalah.
Menurut Ivor K.Davis (2000) mengemukakan
bahwa “salah satu kecenderungan yang sering
dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat
pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan
mengajarnya guru. Penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dalam proses
pembelajaran yang pembelajaran menuntut
kesiapan baik dari pihak guru yang harus
berperan sebagai fasilitator sekaligus
pembimbing. Guru dituntut dapat memamhami
secara utuh dari setiap bagian dari konsep model
pembelajaran berbasis masalah dan menjadi
penengah yang mampu merangsang
kemampuan berpikir siswa.
3. Guru lebih sering menggunakan model cramah
dalam pembelajaran sehingga siswa merasa
bosan.
Menjadi guru tidak semudah yang dibayangkan.
Karena guru dituntut untuk memiliki keterampilan
dalam mengelola kelas, agar kegiatan
pembelajaran yang kita lakukan tidak monoton.
Pembelajaran yang monoton memiliki dampak
yang tidak baik untuk perkembangan belajar
siswa, karena jika siswa sudah merasa bosan atau
tidak tertarik lagi dengan pembelajaran ia akan
semakin malas dengan pembelajaran.
Menurut Wina Sanjaya, metode ceramah dapat
dikelas masih kurang
c. Guru belummemanfaatkan media secara maksimal
diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran
melalui penuturan secara lisan atau penjelasan
langsung kepada sekelompok siswa
Lampiran
Hasil Wawancara dengan kepala sekolah dan Pakar Ahli
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Link video
https://drive.google.com/file/d/1jfyX-inpcT7nF5hmobGcRDPqWEFIzyzm/view?usp=drive_link
Wawancara Pakar Ahli
Wawancara Pakar Ahli

More Related Content

Similar to LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - .docx

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
YANUARIZAI
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (1)Josu.pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (1)Josu.pdfLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (1)Josu.pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (1)Josu.pdf
AndyJs2
 
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docxLK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
TukanARYS
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah contoh 1.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah contoh 1.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah contoh 1.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah contoh 1.docx
ErbiSuwanto1
 
PERMASALAHAN DALAM PTK.ppt
PERMASALAHAN DALAM PTK.pptPERMASALAHAN DALAM PTK.ppt
PERMASALAHAN DALAM PTK.ppt
RandiElpadri
 
1.1 rpp mate st data dan diagram
1.1 rpp mate st data dan diagram1.1 rpp mate st data dan diagram
1.1 rpp mate st data dan diagram
sayaisis123
 

Similar to LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - .docx (20)

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMA.pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMA.pdfLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMA.pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik SMA.pdf
 
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.pdfLK 1.2 Eksplorasi Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.pdf
 
LK 1.2 Eksplorasi Masalah-2.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Masalah-2.pdfLK 1.2 Eksplorasi Masalah-2.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Masalah-2.pdf
 
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.pdfLK 1.2 Eksplorasi Masalah.pdf
LK 1.2 Eksplorasi Masalah.pdf
 
lk-1-2-eksplorasi-penyebab-masalah-pgsd.pdf
lk-1-2-eksplorasi-penyebab-masalah-pgsd.pdflk-1-2-eksplorasi-penyebab-masalah-pgsd.pdf
lk-1-2-eksplorasi-penyebab-masalah-pgsd.pdf
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - maimunah.docx
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - maimunah.docxLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - maimunah.docx
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - maimunah.docx
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
 
LK 1.2 Ekplorasi Masaalah siklus 2 Kosmas.pdf
LK 1.2 Ekplorasi Masaalah siklus 2 Kosmas.pdfLK 1.2 Ekplorasi Masaalah siklus 2 Kosmas.pdf
LK 1.2 Ekplorasi Masaalah siklus 2 Kosmas.pdf
 
LK 1.2 EXPLORASI PENYEBAB MASALAH SIKLUS 2_MERSIANA YUNIATI, S.Pd.pdf
LK 1.2 EXPLORASI PENYEBAB MASALAH SIKLUS 2_MERSIANA YUNIATI, S.Pd.pdfLK 1.2 EXPLORASI PENYEBAB MASALAH SIKLUS 2_MERSIANA YUNIATI, S.Pd.pdf
LK 1.2 EXPLORASI PENYEBAB MASALAH SIKLUS 2_MERSIANA YUNIATI, S.Pd.pdf
 
Presentasi Pakar.pptx
Presentasi Pakar.pptxPresentasi Pakar.pptx
Presentasi Pakar.pptx
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah_Kusniati.docx
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah_Kusniati.docxLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah_Kusniati.docx
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah_Kusniati.docx
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (1)Josu.pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (1)Josu.pdfLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (1)Josu.pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (1)Josu.pdf
 
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docxLK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
 
LK 1.1 Identifikasi Masalah (SUSILO WARDANI, 201699612379).docx
LK 1.1 Identifikasi Masalah (SUSILO WARDANI, 201699612379).docxLK 1.1 Identifikasi Masalah (SUSILO WARDANI, 201699612379).docx
LK 1.1 Identifikasi Masalah (SUSILO WARDANI, 201699612379).docx
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah contoh 1.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah contoh 1.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah contoh 1.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah contoh 1.docx
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Apriyanti.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Apriyanti.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi_Apriyanti.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Apriyanti.pdf
 
LK. 1.2 corat coret road to lk 1.3.pdf
LK. 1.2 corat coret road to lk 1.3.pdfLK. 1.2 corat coret road to lk 1.3.pdf
LK. 1.2 corat coret road to lk 1.3.pdf
 
PERMASALAHAN DALAM PTK.ppt
PERMASALAHAN DALAM PTK.pptPERMASALAHAN DALAM PTK.ppt
PERMASALAHAN DALAM PTK.ppt
 
1.1 rpp mate st data dan diagram
1.1 rpp mate st data dan diagram1.1 rpp mate st data dan diagram
1.1 rpp mate st data dan diagram
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdf
 

LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - .docx

  • 1. LK 1. 2 Eksplorasi Penyebab Masalah Nama Mahasiswa : HERY ISWAHYUDI Asal Institusi : SDN 09 KEPAHIANG KAB. KEPAHIANG Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah: 1. Kajian Literatur  Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.  Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.  Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur. 2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:  Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.  Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.  Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah. 3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:  Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.  Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.  Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.  Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam. Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
  • 2. Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah No Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah 1 Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan a pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama teks narasi (Pedagogik) Minat baca siswa yang kurang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia disebabkan karena : 1. Guru Kurana pembiasaan literasi di awal pembelajaran. 2. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang berkaitan dengan teks narasi 3. Guru tidak memahami metode pembelajaran digunakan 1.1 Kajian Literatur : A. Menurut Masduki (1997 : 36 ) Faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca siswa (1) kemampuan berbahasa Indonesia yang kurang, (2) minat baca yang rendah, (3) kondisi perpustakaan sekolah kurang menunjang, (4) dorongan orang tua yang juga lemah. (Buku Elektronik Minat Baca Siswa Halaman 3) B. Mubarok (2018: 207) mengemukakan bahwa minat baca adalah “perhatian, kemauan, dorongan, dan rasa senang untuk membaca, perhatian bisa dilihat dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang tinggi untuk membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari dalam diri maupun dari pengaruh orang lain. 1.2 Hasil Wawancara : A. Kepala Sekolah Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku kepala sekolah SDN 09 Kepahiang Minat baca siswa yang kurang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia itu di karenakan : a. Kurangnya pembiasaan kegiatan literasi (membaca) Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama teks narasi dipengaruhi oleh permasalahan : 1. Kurangnya pembiasaan kegiatan literasi (membaca). 2. Siswa belum lancar membaca sehingga kesulitan dalam memahami soal. 3. Siswa kurang mampu berfikir abstrak sehingga kesulitan memahami makna kalimat 4. Kurang pemanfaatan paojok baja. 5. Keterbatasan Sumber Daya: 6. Pelatihan dan Pendidikan Guru:
  • 3. b. Kondisi perpustakaan yang kurang mendukung c. Guru tidak aktif mengajak anak berkunjung ke perpustakaan d. Kurangnya Pembiasaan literasi e. Siswa kurang lancar dalam membaca f. Siswa lebih senang menggunakan media sosial di HP dari pada membaca buku. g. Orang tua sibuk bekerja h. Faktor lingkungan yang kurang mendukung untuk gemar membaca. https://drive.google.com/file/d/1jfyX- inpcT7nF5hmobGcRDPqWEFIzyzm/view?usp=drive_link B. Wawancara Pakar Ahli Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd Rendahnya minat baca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.: a. Pembiasaan literasi yang kurang dari guru b. Kurangnya guru dalam mengganti referensi buku yang ada disudut baca c. Pemanfaatan perpustakaan misalnya penjadwalan kunjungan keperpustakaan, pengelompokan buku sesuai dengan pase. 2 Kemampuan belajar matematika siswa masih rendah pada materi operasi hitung bilangan (Perkalian dan Pembagian) Kurangnya minat belajar siswa pada pokok bahasan perkalian dan pembagian dengan cara bersusun kebawah disebabkan oleh : 1. Guru masih kurang dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam pembelajaran matematika 2. Guru kurang tepat dalam menerapkan metode pembelajaran yang inovatif . 3. Guru kurang memberikan bimbingan dalam pembelajaran yang ada di kelas 2.1 Kajian Literatur A. Kurangnya keaktifan siswa didalam proses belajar mengajar dan kurangnya keterampilan guru dalam memberikan materi pembelajaran. Ketidaktepatan guru dalam merancang dan Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli Kurangnya minat belajar siswa pada pokok bahasan perkalian dan pembagian dengan cara bersusun kebawah dipengaruhi oleh permasalahan : 1. Guru masih kurang dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor, antara lain: 1. Faktor internal dari siswa dan faktor eksternal dari guru.
  • 4. melaksanakan pembelajaran menjadi salah satu factor penyebab prestasi belajar siswa rendah. Nabillah (2019 :661) B. Rendahnya hasil belajar matematika adalah kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaranyan paling sulit dan menakutkan dibanding dengan mata pelajaran lain. Abdurrahman (2012:20) C. Sebagian besar siswa juga mengatakan tidak menyukai pelajaran matematika dengan alasan matematika dianggap pelajaran yang rumit, banyak rumus yang dihapal, serta penuh dengan angka-angka. Sehingga siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika mengakibatkan ketika guru menjelaskan materi sebagian siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Ardilla (2017:177) 2.2 Hasil Wawancara : A. Kepala Sekolah Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku kepala sekolah SDN 09 Kepahiang. Kurangnya minat belajar siswa pada pokok bahasan perkalian dan pembagian dengan cara bersusun kebawah. (Numerasi) dikarenakan : a. Siswa belum hapal perkalian b. Kurangnya penyampaian materi oleh guru. c. Siswa kurang menguasai materi operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. d. Mata pelajaran matematika di anggap sulit bagi siswa. e. Siswa lebih tertarik dengan gejet (Hp) B. Pakar Ahli Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd Kurangnya minat belajar siswa pada pokok bahasan perkalian dan pembagian dengan cara bersusun kebawah dikarenakan : a. Siswa kurang hapal perkaliann 2. Siswa tidak memahami materi prasyarat seperti operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian. 3. Siswa belum hapal perkalian 4. Kurangnya penyampaian materi oleh guru. 5. Anggapan mata pelajaran matematika itu sebagai mata pelajaran yang sulit
  • 5. b. Guru tidak mengelopokkan siswa pada awal pembelajaran sesuai dengan kemampuannya. c. Guru kurang menarik dalam memberikan pelajaran sehingga siswa terkesan bosan 3 Tidak terbiasanya siswa memamfaatkan TIK dalam kegiatan pembelajaran IPA Tidak terbiasanya siswa memanfaatkan TIK dalam kegiatan pembelajran IPA 1. Guru masih belum mengoptimalkan pemanfataan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran 2. Guru belum mampu mengembangkan media pembelajaran yang bervariasi 3. Guru belum mengoptimalkan model pembelajaran yang inovatif sesuai dengan karakteristik materi 1.1 Kajian Literatur A. Briggs dalam Trini Prastati (2005:4) mengatakan media sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Sarana fisik tersebut dapat berupa buku, tape rekorder, kaset, kamera video, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. B. Bretz dalamTrini Prastati (2005:9) membagi media menjadi tiga macam yaitu media yang dapat didengar (audio), media yang dapat dilihat (video), dan media yang dapat bergerak. C. Menurut Heinich et al (2002) multimedia interaktif adalah suatu media yang terdiri gambar, suara, dan bahan-bahan video yang disajikan di bawah kontrol komputer untuk peserta didik, sehingga peserta didik tidak hanya melihat gambar dan mendengar suara tetapi juga membuat respon aktif. D. Willmot (2011) juga menyatakan bahwa keberadaan media pembelajaran audio visual dapat merangsang siswa menjadi lebih termotivasi untuk mempelajari materi pelajaran dan keterampilan penting yang dapat ditransfer. E. Sudjana & Rivai (1992:2), menyebutkan bahwa media pembelajaran dalam proses belajar bermanfaat agar: Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli Tidak terbiasanya siswa memamfaatkan TIK dalam kegiatan pembelajaran IPA: a. Kesiapan guru dalam melakukan proses pembelajaran dikelas masih kurang b. Kemampuan guru dalam menggunakan TIK masih rendah. c. Kesadaran diri guru untuk berkembang itu masih kurang. d. Sarana dan prasarana yang masih kurang e. Kurangnya pelatihan untuk melatih kemampuan guru dalam penggunaan TIK dalam pembelajaran. Selain itu juga dapat kita lihat dari: 1. Guru masih belum mengoptimalkan pemanfataan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran Seperti kita ketahui, kecenderungan teknologi informasi dan komunikasi pada era globalisasi saat ini telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hampir keseluruhan sendi- sendi kehidupan sehari-hari termasuk dunia Guru belum mampu mengembangkan media pembelajaran yang bervariasi . Rusman (2013) berpendapat bahwa penggunaan media dalam pembelajaran berfungsi sebagai
  • 6. 1. Pembelajaran lebih menarik perhatian sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa. 2. Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa. 3. Metode mengajar menjadi lebih variatif sehingga dapat mengurangi kebosanan belajar. 4. Siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar. 1.2 Hasil Wawancara : A. Kepala Sekolah Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku kepala sekolah SDN 09 Kepahiang siswa kurang memahami model pembelajaran TPACK disebabkan karena: a. Kurangnya kemampuan anak dalam literasi sehingga kesulitan memecahkan masalah b. Kurangnya kesiapan guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah c. Guru belum memahami model-model pembelajaran berbasis masalah B. Pakar Ahli Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd siswa kurang memahami model pembelajaran TPACK disebabkan karena: a. Guru belum maksimal dalam memasukkan unsur TPACK dalam proses pembelajaran b. Guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. pendorong motivasi belajar siswa, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi daya serap.  Kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran. Guru yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam menggunakan media pembelajaran akan merasa kesulitan untuk mengembangkan media pembelajaran yang bervariasi.  Kurangnya motivasi guru untuk mengembangkan media pembelajaran. Guru yang tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk mengembangkan media pembelajaran akan cenderung menggunakan media pembelajaran yang konvensional dan tidak inovatif.  Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, seperti komputer, laptop, proyektor, dan internet, akan menyulitkan guru untuk mengembangkan media pembelajaran yang bervariasi. 4 Hasil belajar siswa masih rendah dalam menyelesaikan soal-soal HOTS Faktor- faktor yang melatarbelakangi hasil belajar siswa yang masih rendah dalam menyelesaikan sosl-soal HOTS adalah: 1. Guru belum terbiasa menerapkan pembelajaran berbasis HOTS 2. Guru belum terbiasa dalam memberikan soal-soal HOTS kepada peserta didiknya 3. Guru hanya menerikan soal evaluasi yang ada di buku paket Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli Faktor- faktor yang melatarbelakangi hasil belajar siswa yang masih rendah dalam menyelesaikan sosl- soal HOTS adalah: a. Kemampuan berfikir rata-rata siswa masih rendah b. Sebagian guru belum mengikuti pelatihan/diklat c. Guru mengandalkan soal evaluasi yang ada
  • 7. 3.1 Kajian Literatur Ayuningtyas (2013) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran disekolah guru cenderung menggunakan soal pada buku penunjang yang didominasi dengan indikator mengingat, memahami serta aplikasi dalam Taksonomi Bloom. Soal dengan indikator menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) merupakan soal yang termasuk dalam kriteria HOTS jarang ditemui dalam buku penunjang. Sumber:https://jurnal.stkipalmaksum.ac.id/index.php/jpkm 5.2 Hasil Wawancara : A. Kepala Sekolah Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku kepala sekolah SDN 09 Kepahiang Hasil belajar siswa masih rendah dalam menyelesaikan soal-soal HOTS disebabkan karena: a. Guru kurang memahami pembuatan soal HOTS. b. Kemampuan literasi siswa yang rendah sehingga belum mampu menjawab soal HOTS. c. Sebagian besar guru belum mengikuti pelatihan dan diklat tentang pembuatan soal berbasis HOTS. d. Kemampuan berpikir siswa terbatas pada berpikir tingkat rendah. B. Pakar Ahli : Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd Hasil belajar siswa masih rendah dalam menyelesaikan soal-soal HOTS disebabkan a. Guru belum terbiasa dalam memberikan soal-soal hot kepada peserta didiknya b. Daya berpikir siswa yang masih rendah c. Guru hanya terfokus pada soal latihan yang ada pada buku bupena saja. dibuku paket. d. Daya berpikir siswa yang masih rendah Selain itu dapat juga dilihat dari : 1. Guru belum terbiasa menerapkan pembelajaran berbasis HOTS dan kurang memahami teknik pembuatan soal berbasis HOTS. Dalam pembelajaran guru dituntut untuk dapat memberikan pembelajaran menantang bagi siswa , hal ini dapat dilakukan guru dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan penalaran sehingga guru dapat melatih siswa berpikir tingkat tinggi. Dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum 2013 siswa diharapkan memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi atau yang dikenal juga dengan istilah HOTS (High Order Thinking Skills) karena dengan penerapan HOTS dalam pembelajaran dapat meningkatkan hal positif seperti keberanian menghadapi soal sulit, terbentuknya kerjasama antar siswa yang baik, adanya interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru yang lebih tinggi, aktivitas belajar yang lebih baik, serta karakter siswa yang baik dalam hal disilpin, ketekunan, tanggung jawab, teliti dan sikap terbuka (Widodo & Srikadarwati, 2013). 2. Kemampuan rata-rata siswa di sekolah masih rendah dalam menyelesaikan soal HOTS. Siswa dituntut tidak hanya memiliki kemampuan berpikir tingkat rendah atau LOTs (Lower Order Thinking skill), tetapi juga sampai pada kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTs (Higher Order Thinking skill).
  • 8. Sebagaiman kita ketahu siswa dalam belajar sering merasa putus asa apabila seorang guru memberikan soal yang meraka belum pahami hal ini juga berpengaruh dengan hasil yang mereka peroleh pada proses pembelajaran. Berdasarkan teori tahapan belajar oleh Jean Piaget menjelaskaan penyebab sulitnya siswa menjawab soal HOTS dalam pembelajaran disebabkan karena siswa yang tidak memahami materi dan siswa yang tidak mengerti perintah soal. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi awal yang harus dimiliki oleh setiap guru karena dalam kompetensi pedagogik memberikan gambaran guru dalam bagaimana guru harus berbuat dalam proses belajar mengajar dikelas. Sub kompetensi dalam kompetensi pedagogik yaitu memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, ,valuasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik. 3. Guru hanya menerikan soal evaluasi yang ada di buku paket Evaluasi merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan, konsep, sikap, nilai, maupun keterampilan proses. Hal ini dapat digunakan oleh guru sebagai keputusan yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar mengajar. Untuk maksud tersebut guru perlu mengadakan penilaian, baik terhadap proses maupun terhadap hasil belajar siswa.
  • 9. 5 Hasil belajar siswa rendah pada saat dihadapkan dengan permasalahan pada pokok bahasan organ peredaran darah pada manusia dan fungsinya. Kurangnya siswa memahami model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan alat gerak hewan dan manusia di sebabkan karena : 1. Guru kurang memahami model pembelajaran berbasis masalah. 2. Guru kurang memahami langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. 3. Guru lebih sering menggunakan model cramah dalam pembelajaran sehingga siswa merasa bosan. A. Kajian Literartur : A. Amir (2009:21) memberikan pendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah juga dimaknai sebagai “model pembelajaran yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata”. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sitematis. B. Menurut Sudrajat (2011) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. C. Menurut Johnson, D. dan Johnson langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kegiatan kelompok yaitu: a. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang sedang dikaji dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan, b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah serta menganalisis berbagai faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga siswa pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis Berdasarkan analisis kajian literatur dan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan Pakar Ahli. Kurangnya siswa memahami model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan alat gerak hewan dan manusia di sebabkan karena : 1. Pemahaman guru mengenai model pembelajaran berbasis masalah. 2. Kurangnya kesiapan guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah. 3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 4. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru. 5. .Kesiapan guru dalam melakukan proses pembelajaran dikelas masih kurang Selain hal di atas dapat juga di lihat dari: 1. Guru kurang memahami model pembelajaran berbasis masalah. Sebagaimana kita ketahui model pembelajaran terkadang sudah kita ketahui sebagai seorang pendidik. Namun pada kenyataan banyak guru yang belum memahami model pembelaran bebasis masalah yang akan ditepakan pada saat proses pembelajarn. Menurut Margetson (1994) mengemukakan bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Pembelajaran Berbasis Masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan
  • 10. penghambat yang diperkirakan; c. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berfikir dan mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah. d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan; e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan (Sanjaya, 2009). 5.2. Hasil Wawancara A. Kepala Sekolah Menurut Narasumber Bapak ROHMAN AIDI, M. Pd selaku kepala sekolah SDN 09 Kepahiang. Siswa kurang memahami model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan alat gerak hewan dan manusia disebabkan karena : a. Kurangnya kemampuan anak dalam literasi sehingga kesulitan memecahkan masalah b. Kurangnya kesiapan guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah c. Guru belum memahami model-model pembelajaran berbasis masalah B. Pakar Ahli Menurut ibu ALEHA MIRANTI, S. Pd Siswa kurang memahami model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan alat gerak hewan dan manusia disebabkan karena : a. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru. b. Kesiapan guru dalam melakukan proses pembelajaran masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain 2. Guru kurang memahami langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Menurut Ivor K.Davis (2000) mengemukakan bahwa “salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran yang pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus berperan sebagai fasilitator sekaligus pembimbing. Guru dituntut dapat memamhami secara utuh dari setiap bagian dari konsep model pembelajaran berbasis masalah dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berpikir siswa. 3. Guru lebih sering menggunakan model cramah dalam pembelajaran sehingga siswa merasa bosan. Menjadi guru tidak semudah yang dibayangkan. Karena guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam mengelola kelas, agar kegiatan pembelajaran yang kita lakukan tidak monoton. Pembelajaran yang monoton memiliki dampak yang tidak baik untuk perkembangan belajar siswa, karena jika siswa sudah merasa bosan atau tidak tertarik lagi dengan pembelajaran ia akan semakin malas dengan pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya, metode ceramah dapat
  • 11. dikelas masih kurang c. Guru belummemanfaatkan media secara maksimal diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa
  • 12. Lampiran Hasil Wawancara dengan kepala sekolah dan Pakar Ahli Wawancara dengan Kepala Sekolah