Dokumen tersebut membahas latar belakang kasus siswa bernama M yang sering membolos sekolah. Informasi diperoleh dari guru BK SMA Wachid Hasyim berdasarkan data yang menyebutkan M rata-rata membolos 4-5 kali dalam sebulan. Wawancara dan observasi dilakukan untuk mengetahui latar belakang perilaku membolos dan menentukan penanganannya, serta hasilnya akan digunakan untuk mengurangi prevalensi perilaku
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan emosi pada masa remaja. Ada beberapa poin penting yang diangkat, yaitu: (1) Emosi pada masa remaja cenderung lebih tinggi dibandingkan masa lain, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja antara lain perubahan fisik, hubungan sosial, dan lingkungan keluarga. (3) Jenis-jenis emosi yang sering muncul pada remaja diant
Teori pembelajaran sosial Albert Bandura menyatakan bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi antara lingkungan, karakteristik individu, dan perilaku, serta melibatkan proses kognitif seperti perhatian dan peniruan. Eksperimen Bobo Doll menunjukkan anak-anak belajar perilaku agresif dari orang dewasa sekitar melalui pengamatan. Teori ini memberikan penekanan pada pentingnya model dan penguatan dalam pembelajaran.
Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran. Adapun teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
A Latar Belakang
Banyak orang menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan itu sama, akan tetapi pada dasarnya keduanya berbeda. Meskipun memiliki hubungan yang saling terkait, keduanya dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dalam ilmu psikologi yang menjadi objek di dalamnya adalah perkembangan manusia sebagai pribadi (sebagai perilakunya). Pada hakikatnya perkembangan adalah suatu perubahan psikologis atau mental yang dialami oleh suatu individu dalam proses menuju kedewasaan. Selain itu faktor lingkunganpun sangatlah berpengaruh terhadap perilaku perkembangan atau perilaku seorang anak karena dengan itulah baik buruknya seseorang dapat ditentukan oleh bawaan atau lingkungan tersebut.
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatMichaelLee1007
Dokumen tersebut membahas model dan strategi pembelajaran untuk siswa berbakat, termasuk strategi pembelajaran yang berfokus pada belajar bagaimana belajar, menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, dan menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Juga dibahas model pembelajaran seperti model struktur intelek Guilford dan taksonomi Bloom serta model belajar kreatif Treffinger.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan emosi pada masa remaja. Ada beberapa poin penting yang diangkat, yaitu: (1) Emosi pada masa remaja cenderung lebih tinggi dibandingkan masa lain, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja antara lain perubahan fisik, hubungan sosial, dan lingkungan keluarga. (3) Jenis-jenis emosi yang sering muncul pada remaja diant
Teori pembelajaran sosial Albert Bandura menyatakan bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi antara lingkungan, karakteristik individu, dan perilaku, serta melibatkan proses kognitif seperti perhatian dan peniruan. Eksperimen Bobo Doll menunjukkan anak-anak belajar perilaku agresif dari orang dewasa sekitar melalui pengamatan. Teori ini memberikan penekanan pada pentingnya model dan penguatan dalam pembelajaran.
Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi dan pembelajaran. Adapun teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
A Latar Belakang
Banyak orang menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan itu sama, akan tetapi pada dasarnya keduanya berbeda. Meskipun memiliki hubungan yang saling terkait, keduanya dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dalam ilmu psikologi yang menjadi objek di dalamnya adalah perkembangan manusia sebagai pribadi (sebagai perilakunya). Pada hakikatnya perkembangan adalah suatu perubahan psikologis atau mental yang dialami oleh suatu individu dalam proses menuju kedewasaan. Selain itu faktor lingkunganpun sangatlah berpengaruh terhadap perilaku perkembangan atau perilaku seorang anak karena dengan itulah baik buruknya seseorang dapat ditentukan oleh bawaan atau lingkungan tersebut.
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatMichaelLee1007
Dokumen tersebut membahas model dan strategi pembelajaran untuk siswa berbakat, termasuk strategi pembelajaran yang berfokus pada belajar bagaimana belajar, menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, dan menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Juga dibahas model pembelajaran seperti model struktur intelek Guilford dan taksonomi Bloom serta model belajar kreatif Treffinger.
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Teori belajar Bruner menekankan tiga proses kognitif utama dalam belajar: perolehan informasi baru, transformasi informasi, dan pengujian pengetahuan. Ia menganjurkan pendekatan penemuan (discovery learning) yang melibatkan stimulasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, dan verifikasi. Bruner juga menyarankan penggunaan representasi untuk memahami konsep matematika abstrak.
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Ali Murfi
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Terdapat berbagai jenis kelainan pada ABK, seperti kelainan fisik, mental, emosi, dan sosial. Faktor penyebabnya dapat berasal dari dalam diri anak maupun lingkungan sekitarnya.
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademikEkta Lifiana
Dokumen tersebut membahas tentang klasifikasi anak berkebutuhan khusus yang meliputi:
1. Klasifikasi anak tunagrahita, tunalaras, autis, berbakat, dan berkesulitan belajar.
2. Penjelasan mengenai ciri-ciri dan gejala setiap klasifikasi.
3. Berbagai pandangan yang digunakan dalam mengklasifikasi masing-masing kategori seperti pandangan medis, pendidikan, sosiologis dan lainnya.
Listrik Statis fisika SMAN 7 TANGERANG kelas 12 MIPA 4nurul izza
Dokumen tersebut membahas tentang listrik statis dan medan listrik. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang muatan listrik, hukum Coulomb, medan listrik dan sifat-sifatnya, serta konsep fluks listrik.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum-hukum perkembangan anak, yang meliputi:
1) Pengertian hukum perkembangan sebagai kaidah tentang realitas kehidupan anak yang disepakati kebenarannya berdasarkan penelitian.
2) Beberapa hukum perkembangan seperti hukum kesatuan organis, tempo, irama, masa peka, dan rekapitulasi.
3) Perkembangan terjadi dari umum ke khusus,
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini membahas teori evolusi dan implikasinya pada salingkaitan dengan tujuan agar siswa memahami teori, prinsip, dan mekanisme evolusi melalui diskusi kelompok dan presentasi. Materi pembelajaran meliputi teori evolusi, bukti evolusi seperti fosil, dan hubungan antara mutasi dan evolusi. Metode pembelajarannya meliputi diskusi, presentasi, dan tugas.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian moral, perkembangan moral menurut Piaget dan Kohlberg, serta pengaruh teori perkembangan moral tersebut dalam dunia pendidikan. Piaget membagi perkembangan moral menjadi tahap pra-operasional, konkret, dan formal. Sedangkan Kohlberg membaginya menjadi tingkat prekonvensional, konvensional, dan postkonvensional. Kedua teori tersebut berpengaruh dalam pendidikan dengan menekankan pengemb
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ?
2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?
1.3 TUJUAN
Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.
Aspek-Aspek Perkembangan Sosial dan Emosi Masa Kanak-Kanak Awal (Psikologi Pe...atone_lotus
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan sosial dan emosi pada masa kanak-kanak awal. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengalaman sosial awal. Emosi yang umum pada masa kanak-kanak awal dijelaskan beserta perbedaannya dengan emosi orang dewasa.
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniAisyahTamara
Makalah ini membahas perkembangan psikologi pada masa usia dini. Ia menjelaskan definisi masa usia dini, ciri-ciri perkembangan pada masa tersebut yang meliputi rasa ingin tahu yang besar, pribadi unik, berpikir konkret, egosentris, suka berfantasi, aktif, jiwa petualang, belajar menggunakan tubuh, konsentrasi pendek, dan sosial. Selanjutnya membahas fungsi psikologi dan tug
Kenakalan remaja (Psikologi Perkembangan 2)IniniSlide .
Kenakalan remaja terjadi karena faktor internal seperti krisis identitas dan kontrol diri yang lemah, serta faktor eksternal seperti masalah keluarga, lingkungan, dan teman sebaya. Perilaku menyimpang remaja dapat diatasi dengan pendidikan karakter yang baik dari keluarga dan sekolah beserta sosialisasi dari pihak terkait.
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamjaMarulituazalukhu
Makalah Henry Praherdhiono Disajikan dalam Prapascasarjana UM 9
penciptaan konsep mereka tetapi juga dalam pengujian mereka. Dalam menguji
hipotesis, pebelajar harus bereksperimen untuk menciptakan pembentukan konsep
baru. Pengetahuan baru ini nantinya akan menjadi bagian dari pembuatan
hipotesis masa depan.
Sumber (“Google Maps,” n.d.)
Gambar 5. Letak nasi goreng jawa di Malang
Tema Terintegrasi
Relevansi koneksi menjadi jelas bagi pebelajar saat tema dan konsep
diintegrasikan secara holistik. Misalnya, pebelajar yang membangun makna
tentang gaya hidup belanja secara online. Bagaimana berfikir tentang, apa yang
harus dibeli?, mengapa itu harus dibeli?, bagaimana harus dibeli? Kapan harus
Makalah Henry Praherdhiono Disajikan dalam Prapascasarjana UM 10
dibeli? dll. Namun tema terintegrasi ini sulit untuk diterapkan pada kampus atau
sekolah yang menganggap dosen atau guru adalah subjek mandiri dan parsial.
Masing-masing dosen adalah unik dan masing-masing mata kuliah atau mata
pelajaran berdiri sendiri berlandaskan keilmuan masing-masing
Sumber (“Jual Beli Online Aman dan Nyaman - Tokopedia,” n.d.)
Gambar 6. Informasi tematik dari bumbu nasi goreng
Jurnal
Journaling adalah proses merefleksikan sebuah pernyataan atau pertanyaan
yang diberikan untuk memahaminya dalam hal pengalaman masa lalu dan
pengalaman pebelajar. Misalnya, pebelajar mungkin memulai sebuah jurnal di
awal sebuah unit perjalanan luar angkasa. Di awal jurnal pebelajar mungkin
diminta untuk merefleksikan dan menulis tentang bagaimana rasanya
meninggalkan planet yang mereka kenal untuk perjalanan menuju kehidupan baru
yang disertai ketidakpastian. Seiring kemajuan pebelajar melalui unit ini, lebih
baik secara tematik, mereka diminta untuk merenungkan perjalanan mereka saat
mereka menempuh perjalanan jauh dan jauh dari planet Bumi. Bagaimana
MakalahHenryPraherdhionoDisajikandalamPrapascasarjanaUM11
bertahanhidupmerekaterpenuhi?membantuapayangmerekahadapi?Apa
perbaikankualitashidupmerekayangmerekatemukan?Sepertipengujian
hipotesis,analogi,danmetafora,jenispengalamaninimemaksapebelajaruntuk
kembalikepembelajaransebelumnyamempebelajarimaknamembangunbersama.
Sumber(Sains,dan)
Gambar7.Perjalanankeluarluar angkasa
Portofolio
Portofolioadalahsistempengorganisasianberbagaidokumensehingga
hubunganantardokumendanmaknakonteksnyadapatdilakukan.Portofolio
mungkinberisipernyataanparadigmaataudeklarasitentangapayangdipahami
pebelajartentangsebuahkonsepditempatdanwaktudalamkehidupanmereka.
Misalnya,mulaipebelajartatabogadimintauntukmendokumentasikancara
masakhinggajadisebuahmasakandanuntukmeninjaukembalipernyataan
tersebutsaatmerekatumbuhdalamprofesijurumasak.Denganitudi
manamerekaberada?,perbedaanhasilwaktudibangkukuliahhinggamenjadi
profesional?koneksidapatdilakukanantarapengetahuandanpengalaman
sebelumnya,sekarang,danmasadepan.
Instrumenlaindapatdigunakanuntukmenganalisiskonsepsisaatini.
Kuesioner,pengawasan,dandaftarperiksadapatterselesaikandanmemperbaruisecara
secara
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Teori belajar Bruner menekankan tiga proses kognitif utama dalam belajar: perolehan informasi baru, transformasi informasi, dan pengujian pengetahuan. Ia menganjurkan pendekatan penemuan (discovery learning) yang melibatkan stimulasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, dan verifikasi. Bruner juga menyarankan penggunaan representasi untuk memahami konsep matematika abstrak.
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Ali Murfi
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Terdapat berbagai jenis kelainan pada ABK, seperti kelainan fisik, mental, emosi, dan sosial. Faktor penyebabnya dapat berasal dari dalam diri anak maupun lingkungan sekitarnya.
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademikEkta Lifiana
Dokumen tersebut membahas tentang klasifikasi anak berkebutuhan khusus yang meliputi:
1. Klasifikasi anak tunagrahita, tunalaras, autis, berbakat, dan berkesulitan belajar.
2. Penjelasan mengenai ciri-ciri dan gejala setiap klasifikasi.
3. Berbagai pandangan yang digunakan dalam mengklasifikasi masing-masing kategori seperti pandangan medis, pendidikan, sosiologis dan lainnya.
Listrik Statis fisika SMAN 7 TANGERANG kelas 12 MIPA 4nurul izza
Dokumen tersebut membahas tentang listrik statis dan medan listrik. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang muatan listrik, hukum Coulomb, medan listrik dan sifat-sifatnya, serta konsep fluks listrik.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum-hukum perkembangan anak, yang meliputi:
1) Pengertian hukum perkembangan sebagai kaidah tentang realitas kehidupan anak yang disepakati kebenarannya berdasarkan penelitian.
2) Beberapa hukum perkembangan seperti hukum kesatuan organis, tempo, irama, masa peka, dan rekapitulasi.
3) Perkembangan terjadi dari umum ke khusus,
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini membahas teori evolusi dan implikasinya pada salingkaitan dengan tujuan agar siswa memahami teori, prinsip, dan mekanisme evolusi melalui diskusi kelompok dan presentasi. Materi pembelajaran meliputi teori evolusi, bukti evolusi seperti fosil, dan hubungan antara mutasi dan evolusi. Metode pembelajarannya meliputi diskusi, presentasi, dan tugas.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian moral, perkembangan moral menurut Piaget dan Kohlberg, serta pengaruh teori perkembangan moral tersebut dalam dunia pendidikan. Piaget membagi perkembangan moral menjadi tahap pra-operasional, konkret, dan formal. Sedangkan Kohlberg membaginya menjadi tingkat prekonvensional, konvensional, dan postkonvensional. Kedua teori tersebut berpengaruh dalam pendidikan dengan menekankan pengemb
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ?
2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?
1.3 TUJUAN
Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.
Aspek-Aspek Perkembangan Sosial dan Emosi Masa Kanak-Kanak Awal (Psikologi Pe...atone_lotus
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan sosial dan emosi pada masa kanak-kanak awal. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengalaman sosial awal. Emosi yang umum pada masa kanak-kanak awal dijelaskan beserta perbedaannya dengan emosi orang dewasa.
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniAisyahTamara
Makalah ini membahas perkembangan psikologi pada masa usia dini. Ia menjelaskan definisi masa usia dini, ciri-ciri perkembangan pada masa tersebut yang meliputi rasa ingin tahu yang besar, pribadi unik, berpikir konkret, egosentris, suka berfantasi, aktif, jiwa petualang, belajar menggunakan tubuh, konsentrasi pendek, dan sosial. Selanjutnya membahas fungsi psikologi dan tug
Kenakalan remaja (Psikologi Perkembangan 2)IniniSlide .
Kenakalan remaja terjadi karena faktor internal seperti krisis identitas dan kontrol diri yang lemah, serta faktor eksternal seperti masalah keluarga, lingkungan, dan teman sebaya. Perilaku menyimpang remaja dapat diatasi dengan pendidikan karakter yang baik dari keluarga dan sekolah beserta sosialisasi dari pihak terkait.
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamjaMarulituazalukhu
Makalah Henry Praherdhiono Disajikan dalam Prapascasarjana UM 9
penciptaan konsep mereka tetapi juga dalam pengujian mereka. Dalam menguji
hipotesis, pebelajar harus bereksperimen untuk menciptakan pembentukan konsep
baru. Pengetahuan baru ini nantinya akan menjadi bagian dari pembuatan
hipotesis masa depan.
Sumber (“Google Maps,” n.d.)
Gambar 5. Letak nasi goreng jawa di Malang
Tema Terintegrasi
Relevansi koneksi menjadi jelas bagi pebelajar saat tema dan konsep
diintegrasikan secara holistik. Misalnya, pebelajar yang membangun makna
tentang gaya hidup belanja secara online. Bagaimana berfikir tentang, apa yang
harus dibeli?, mengapa itu harus dibeli?, bagaimana harus dibeli? Kapan harus
Makalah Henry Praherdhiono Disajikan dalam Prapascasarjana UM 10
dibeli? dll. Namun tema terintegrasi ini sulit untuk diterapkan pada kampus atau
sekolah yang menganggap dosen atau guru adalah subjek mandiri dan parsial.
Masing-masing dosen adalah unik dan masing-masing mata kuliah atau mata
pelajaran berdiri sendiri berlandaskan keilmuan masing-masing
Sumber (“Jual Beli Online Aman dan Nyaman - Tokopedia,” n.d.)
Gambar 6. Informasi tematik dari bumbu nasi goreng
Jurnal
Journaling adalah proses merefleksikan sebuah pernyataan atau pertanyaan
yang diberikan untuk memahaminya dalam hal pengalaman masa lalu dan
pengalaman pebelajar. Misalnya, pebelajar mungkin memulai sebuah jurnal di
awal sebuah unit perjalanan luar angkasa. Di awal jurnal pebelajar mungkin
diminta untuk merefleksikan dan menulis tentang bagaimana rasanya
meninggalkan planet yang mereka kenal untuk perjalanan menuju kehidupan baru
yang disertai ketidakpastian. Seiring kemajuan pebelajar melalui unit ini, lebih
baik secara tematik, mereka diminta untuk merenungkan perjalanan mereka saat
mereka menempuh perjalanan jauh dan jauh dari planet Bumi. Bagaimana
MakalahHenryPraherdhionoDisajikandalamPrapascasarjanaUM11
bertahanhidupmerekaterpenuhi?membantuapayangmerekahadapi?Apa
perbaikankualitashidupmerekayangmerekatemukan?Sepertipengujian
hipotesis,analogi,danmetafora,jenispengalamaninimemaksapebelajaruntuk
kembalikepembelajaransebelumnyamempebelajarimaknamembangunbersama.
Sumber(Sains,dan)
Gambar7.Perjalanankeluarluar angkasa
Portofolio
Portofolioadalahsistempengorganisasianberbagaidokumensehingga
hubunganantardokumendanmaknakonteksnyadapatdilakukan.Portofolio
mungkinberisipernyataanparadigmaataudeklarasitentangapayangdipahami
pebelajartentangsebuahkonsepditempatdanwaktudalamkehidupanmereka.
Misalnya,mulaipebelajartatabogadimintauntukmendokumentasikancara
masakhinggajadisebuahmasakandanuntukmeninjaukembalipernyataan
tersebutsaatmerekatumbuhdalamprofesijurumasak.Denganitudi
manamerekaberada?,perbedaanhasilwaktudibangkukuliahhinggamenjadi
profesional?koneksidapatdilakukanantarapengetahuandanpengalaman
sebelumnya,sekarang,danmasadepan.
Instrumenlaindapatdigunakanuntukmenganalisiskonsepsisaatini.
Kuesioner,pengawasan,dandaftarperiksadapatterselesaikandanmemperbaruisecara
secara
Makalah ini membahas tentang kenakalan remaja, mulai dari pengertian kenakalan remaja, bentuk-bentuknya seperti kenakalan biasa hingga kenakalan khusus, penyebabnya yang terkait faktor internal maupun eksternal seperti keluarga dan lingkungan sekolah, serta cara mengatasinya.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas tentang pengertian remaja, kenakalan remaja, sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja, dan upaya penanggulangan kenakalan remaja melalui pendidikan agama, peran orang tua, serta pengisiian waktu luang remaja.
Dokumen tersebut membahas tentang kenakalan remaja, termasuk penyebabnya (internal dan eksternal) serta cara mengatasinya. Kenakalan remaja disebabkan oleh berbagai faktor seperti gagalnya perkembangan identitas, kontrol diri yang lemah, keluarga yang tidak harmonis, dan lingkungan yang tidak mendukung. Untuk mengatasinya perlu adanya teladan orang dewasa yang baik, dukungan keluarga, pemilihan teman sebaya yang
JURNAL UPAYA PENDIDIK MEMBANTU PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA USIA SEKOLAH MENENGA...MuhammadAmran12
Dokumen ini membahas upaya pendidik dalam membantu perkembangan emosi remaja SMA di MAN 1 Medan tahun 2018. Penelitian ini mengkaji upaya guru mata pelajaran, wali kelas, kepala sekolah, PKS III, dan orang tua dalam mengendalikan perkembangan emosi. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap pendidik telah melakukan upaya maksimal untuk mendukung perkembangan emosi remaja, seperti memberikan contoh tel
Revisi makalah Psikologi Perkembangan dengan tema "Periode Perkembangan Masa Remaja Awal" kelas PAI II Siang
diupload oleh:
1. Nurul Awwalina
2. Ahmad Mubarok P.
3. Khoirul Anam
4. Wahyu Hidayat
Remaja; Perkembangan Fisik, Psikis dan KognitifIwan Wahidin
Makalah ini membahas tentang potensi yang dimiliki remaja dan kerentanan mereka terjerumus ke dalam perilaku buruk. Remaja memiliki potensi besar berdasarkan kematangan kognitif, fisik, dan emosional mereka pada masa remaja. Namun potensi ini rawan terancam oleh lingkungan sekitar dan perilaku buruk jika tidak dibimbing dengan baik.
Dokumen tersebut membahas tentang kenakalan remaja, termasuk definisi, jenis, faktor penyebab, dampak negatif, dan cara menanggulanginya. Kenakalan remaja disebabkan oleh faktor internal seperti krisis identitas dan faktor eksternal seperti lingkungan yang kurang baik. Dampak negatifnya antara lain penyalahgunaan narkoba dan pelanggaran hukum. Peran orang tua sangat penting dalam mencegah kenak
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kenakalan remaja, faktor-faktor penyebabnya, gejala-gejalanya, contoh perilakunya, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menangani kenakalan remaja seperti pembinaan, pendidikan karakter, dan pengawasan lingkungan sekolah.
1. Masa remaja adalah masa transisi antara anak-anak hingga dewasa yang terjadi pada usia 10-22 tahun.
2. Pada masa ini terdapat tugas perkembangan seperti memperluas komunikasi, menerima peran sosial, dan memilih pekerjaan.
3. Ciri khas remaja antara lain perubahan emosi dan fisik yang cepat serta mulai menentukan nilai-nilai hidup.
Teks tersebut membahas permasalahan yang dihadapi remaja pada masa kini. Remaja mengalami perubahan fisik dan psikis yang cepat selama masa perkembangan. Mereka juga dihadapkan pada tekanan dari lingkungan sosial, teknologi, dan harapan masyarakat yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan emosi dan perilaku pada remaja. Keluarga dan sekolah yang tidak harmonis juga dapat mempengaruhi perkembangan ps
Makalah ini membahas permasalahan remaja seperti bahaya merokok, penyimpangan seks, dan penyalahgunaan narkoba/minuman keras. Remaja rentan mengalami masalah psikososial karena perubahan biologis, kognitif, moral, dan psikologis yang terjadi selama masa pubertas dan remaja. Perubahan-perubahan ini dapat memengaruhi perilaku mereka dan menimbulkan resiko.
Paper Landasan Pendidikan: Landasan Psikologi dalam Pendidikan//Nurul Hasanah...
Laporan wawancara observasi kasus pendidikan
1. LAPORAN HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI KASUS PENDIDIKAN DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS (SMA) WACHID HASYIM
PARENGAN – MADURAN – LAMONGAN
BAGIAN I
LATAR BELAKANG MASALAH
A. IDENTITAS SISWA
Nama :M
Tempat & Tanggal Lahir : Lamongan 22 Desember 1990
Alamat : Jl. Mangga 28 Maduran
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 18 Tahun
Agama : Islam
Kelas :2A
Orang tua :H
Pekerjaan : Petani
B. PELANGGARAN YANG DILAKUKAN
Sering membolos sekolah
1
2. C. SUMBER INFORMASI
Informasi diperoleh dari guru BK SMA Wachid Hasyim. Berdasar data dari
guru BK. Saudara As’ad tercatat rata-rata membolos 4 -5 kali dalam satu
bulan.
D. TUJUAN DILAKUKANNYA WAWANCARA DAN OBSERVASI
1. Tujuan khusus : Untuk mengetahui latar belakang perilaku membolos
saudara As’ad dan untuk menentukan langkah-langkah penanganannya.
2. Tujuan umum : Hasil wawancara dan observasi ini, nantinya akan
digunakan sebagai dasar dalam menentukan sebuah program yang
bertujuan untuk meminimalisasi prevalensi perilaku membolos sekolah
pada siswa-siswi SMA Wahid Hasyim. Mengingat sebagai suatu
komunitas, tentunya antara siswa yang satu dengan siswa yang lain
banyak memiliki kesamaan, baik dari segi fase perkembangan, status
sosial orang tua, dan tingkat ekonomi. Sehingga hasil wawancara dan
observasi terhadap saudara As’ad ini nantinya akan dapat digunakan
sebagai dasar yang relevan dalam menentukan sebuah program
penanganan untuk mengurangi prevalensi perilaku membolos pada
siswa-siswi SMA Wachid Hasyim.
1
3. BAGIAN II
TEORI RUJUKAN
REMAJA
Masa remaja sebagai masa penuh kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan
merupakan periode yang paling berat (Hurlock, 1993). Calon (1953) dalam
Monks (2002) mengatakan masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat
masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi
tidak lagi memiliki status anak-anak, karena secara fisik mereka sudah seperti
orang dewasa. Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan
dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode
sturm und drung dan akan membawah akibat yang tidak sedikit terhadap sikap,
perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja (Monsk, 2002). Lebih jelas pada
tahun 1974, WHO memberiikan definisi tentang remaja secara lebih konseptual,
sebagai berikut (Sarwono, 2001):
Remaja adalah suatu masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
1
4. 2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
DELINKUEN
Ada beberapa pengertian tentang perilaku delinkuen, M. Gold dan J. Petronio
dalam (Sarwono, 2001) mengartikan kenakalan remaja sebagai tindakan oleh
seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang
diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatan itu sempat diketahui oleh
petugas hukum ia bisa dikenai hukuman. Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos
RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan anak nakal adalah anak yang berperilaku
menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama, merugikan
keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan ketenteraman dan
ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat (Pusda
Depsos RI, 1999). B. Simanjutak dalam (Sudarsono, 1995) memberii tinjauan
secara sosiokultural tentang arti Juvenile Delinquency atau kenakalan remaja,
suatu perbuatan itu disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut
bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia
hidup, atau suatu perbuatan yang anti-sosial dimana didalamnya terkandung
unsur-unsur normatif. Psikolog Bimo Walgito dalam (Sudarsono, 1995)
merumuskan arti selengkapnya dari Juvenile Delinquency sebagai tiap perbuatan,
jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu
merupakan kejahatan, jadi merupakan berbuatan yang melawan hukum yang
dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja. Sementara John W. Santrock
(1995) mendefinisikan, kenakalan remaja (Juvenile Delinquency) mengacu pada
suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial (seperti bertindak berlebihan disekolah), pelanggaran (seperti
melarikan diri dari rumah), hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri).
1
5. BENTUK- BENTUK KENAKALAN
William C. Kvaraceus dalam (Mulyono, 1995) membagi bentuk kenakalan
menjadi dua, yaitu:
1. Kenakalan bisaa seperti: Berbohong, membolos sekolah, meninggalkan
rumah tanpa izin (kabur), keluyuran, memiliki dan membawa benda
tajam, bergaul dengan teman yang memberii pengaruh buruk, berpesta
pora, membaca buku-buku cabul, turut dalam pelacuran atau melacurkan
diri, berpakaian tidak pantas dan minum minuman keras.
2. Kenakalan Pelanggaran Hukum, seperti: berjudi, mencuri, mencopet,
menjambret, merampas, penggelapan barang, penipuan dan pemalsuan,
menjual gambar-gambar porno dan film-film porno, pemerkosaan,
pemalsuan uang, perbuatan yang merugikan orang lain, pembunuhan dan
pengguguran kandungan.
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU DELINKUEN
Menurut Kartini Kartono (1998), Juvenile Delinquency adalah perilaku jahat
(dursila), atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala
sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh
suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangakan tingkah
laku yang menyimpang.
Kartini Kartono (1998) membagi faktor penyebab perilaku delinkuen menjadi dua
bagian sebagai berikut:
FAKTOR INTERNAL
Perilaku delinkuen pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri
anak terhadap dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu
1
6. mengendalikan dorongan-dorongan instingtifnya dan menyalurkan kedalam
perbuatan yang bermanfaat. Pandangan psikoanalisa menyatakan bahwa
sumber semua gangguan psikiatris, termasuk gangguan pada perkembangan
anak menuju dewasa serta proses adaptasinya terhadap tuntutan lingkungan
sekitar ada pada individu itu sendiri, barupa:
1. Konflik batiniah, yaitu pertentangan antara dorongan infatil kekanak-
kanakan melawan pertimbangan yang lebih rasional.
2. Pemasakan intra psikis yang keliru terhadap semua pengalaman,
sehingga terjadi harapan palsu, fantasi, ilusi, kecemasan (sifatnya semu
tetapi dihayati oleh anak sebagai kenyataan). Sebagai akibatnya anak
mereaksi dengan pola tingkah laku yang salah, berupa: apatisme, putus
asa, pelarian diri, agresi, tindak kekerasan, berkelahi dan lain-lain.
3. Menggunakan reaksi frustrasi negatif (mekanisme pelarian dan
pembelaan diri yang salah), lewat cara-cara penyelesaian yang tidak
rasional, seperti: agresi, regresi, fiksasi, rasionalisasi dan lain-lain.
Selain sebab-sebab diatas perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh:
1. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak-anak remaja.
2. Gangguan berfikir dan inteligensi pada diri remaja, hasil penelitian
menunjukkan bahwa kurang lebih 30% dari anak-anak yang terbelakang
mentalnya menjadi kriminal.
3. Gangguan emosional pada anak-anak remaja, perasaan atau emosi
memberiikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar
kecilnya kebagahiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan
dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia,
jika semua terpuaskan orang akan merasa senang dan sebaliknya jika
tidak orang akan mengalami kekecewaan dan frustrasi yang dapat
mengarah pada tindakan-tindakan agresif. Gangguan-gangguan fungsi
emosi ini dapat berupa: inkontinensi emosional (emosi yang tidak
1
7. terkendali), labilitas emosional (suasana hati yang terus menerus
berubah, ketidak pekaan dan menumpulnya perasaan.
4. Cacat tubuh, faktor bakat yang mempengaruhi temperamen, dan ketidak
mampuan untuk menyesuaikan diri (Philip Graham, 1983 dalam Sarwono,
2001).
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, perilaku
delinkuen merupakan kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin
karena ketidak matangan remaja dalam merespon stimuli yang ada diluar
dirinya. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka
mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak
peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang
kuat (Tambunan, 2008).
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku delinkuen diatas dapat
digambarkan sebagai berikut:
faktor-faktor internal penyebab perilaku delinkuen
1). Reaksi frustrasi negatif
2). Gangguan pengamatan dan tanggapan
Faktor internal
3). Gangguan cara berfikir
4). Gangguan emosional atau perasaan
Sumber: Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Radja Grafindo Persada,1998), cet 3, hal.
120.
FAKTOR EKSTERNAL
Disamping faktor-faktor internal, perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh
faktor-faktor yang berada diluar diri remaja, seperti (Kartono, 1998):
1. Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah pembentukan peribadi
anggota keluarga terutama bagi remaja yang sedang dalam masa
1
8. peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan
terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal
kondisi disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua,
rejected child, dll.
2. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang tidak
menguntungkan, semisal: kurikulum yang tidak jelas, guru yang kurang
memahawi kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang memadai
sering menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja.
Walaupun demikian faktor yang berpengaruh di sekolah bukan hanya
guru dan sarana serta perasarana pendidikan saja. Lingkungan pergaulan
antar teman pun besar pengaruhnya.
3. Faktor milieu, lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan
bagi pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni
oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan anti-sosial, yang
bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak
puber dan adolesen yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak
remaja ini mudah terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial.
4. Kemiskinan di kota-kota besar, gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan
lalu lintas, bencana alam dan lain-lain (Graham, 1983).
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku delinkuen diatas
dapat digambarkan sebagai berikut:
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku delinkuen
1.1. Broken home
1.2. Perlindungan lebih
1). Faktor keluarga
1.3. Penolakan orang tua
Faktor eksternal 1.4. Pengaruh buruk dari
1
9. orang tua
2). Faktor sekolah
3). Milieu
Sumber: Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, (Jakarta:Radja Grafindo Persada,1998), cet 3, hal.
126.
Faktor keluarga memang sangat berperan dalam pembentukan perilaku
menyimpang pada remaja, gangguan-gangguan atau kelainan orang tua
dalam menerapkan dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen
secara konsisten diketahui berkaitan dengan perilaku anti sosial anak-anak
remaja , semidal overproteksi, rejected child dan lain=lain(Santrock, 1995).
Sebagai akibat sikap orang tua yang otoriter menurut penelitian Santrock &
Warshak (1979) di Amerika Serikat maka anak-anak akan terganggu
kemampuannya dalam tingkah laku sosial. Kempe & Helfer menamakan
pendidikan yang salah ini dengan WAR (Wold of Abnormal Rearing), yaitu
kondisi dimana lingkungan tidak memungkinkan anak untuk mempelajari
kemampuan-kemampuan yang paling dasar dalam hubungan antar manusia
(Sarwono, 2001.
Selain faktor keluarga dan sekolah, faktor milieu juga sangat berpengaruh
terhadap perilaku kenakalan, karena milieu-milieu yang ada dalam
masyarakat akan turut mempengaruhi perkembangan perilaku remaja.
Menurut Sutherland perilaku menyimpang yang dilakukan remaja
sesungguhnya merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Asumsi yang
melandasinya adalah 'a criminal act occurs when situation apropriate for it,
as defined by the person, is present' (Rose Gialombardo; 1972). Lebih lanjut
menurutnya (Gialombardo, 1972 dalam Suyatno, 2008):
1. Perilaku remaja merupakan perilaku yang dipelajari secara negatif
dan berarti perilaku tersebut tidak diwarisi (genetik). Jika ada salah
1
10. satu anggota keluarga yang berposisi sebagai pemakai maka hal
tersebut lebih mungkin disebabkan karena proses belajar dari obyek
model dan bukan hasil genetik.
2. Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja dipelajari melalui proses
interaksi dengan orang lain dan proses komunikasi dapat berlangsung
secara lisan dan melalui bahasa isyarat.
3. Proses mempelajari perilaku bisaanya terjadi pada kelompok dengan
pergaulan yang sangat akrab. Remaja dalam pencarian status
senantiasa dalam situasi ketidaksesuaian baik secara biologis maupun
psikologis. Untuk mengatasi gejolak ini bisaanya mereka cenderung
untuk kelompok di mana ia diterima sepenuhnya dalam kelompok
tersebut. Termasuk dalam hal ini mempelajari norma-norma dalam
kelompok. Apabila kelompok tersebut adalah kelompok negatif
niscaya ia harus mengikuti norma yang ada.
a. Apabila perilaku menyimpang remaja dapat dipelajari maka yang
dipelajari meliputi: teknik melakukannya, motif atau dorangan
serta alasan pembenar termasuk sikap.
b. Arah dan motif serta dorongan dipelajari melalui definisi dari
peraturan hukum
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan psikologis anak digambarkan
oleh Hasbullah M. Saad (2003) dalam bukunya Perkelahian Pelajar seperti
dibawah ini:
Model umum pengaruh kondisi lingkungan terhadap
Perkembangan psikologis anak
Lingkungan makro
Karakter anak
Atensi
1
11. Karakter keluarga Interaksi antar perhatian ibu dengan anak
Mainutris
Perkembangan psikologis
Sumber: Hasbullah M. Saad, Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di DKI Jakarta,
(Yogyakarta:Galang Press, 2003), hal. 32.
BAGIAN III
WAWANCARA & OBSERVASI UNTUK TUJUAN ASSESMENT
Dasar-dasar teori diatas kemudian dijadikan sebagai acuan untuk membuat guide
interview & check-List untuk mendapatkan informasi mengenahi latar belakang
masalah yang sedang dihadapi oleh saudara As’ad (Perilaku membolos).
1. HASIL OBSERVASI
CHECK LIST UNTUK OBSERVASI KONDISI SUBJEK SAAT INI
No. Aspek Yang diobservasi Penilaian
1. Cara berpakaian sangat rapi cukup Tdk rapi
2. Sopan Santun baik cukup kurang
3. Pergaulan baik cukup kurang
4. Keseriusan dalam mengikuti baik cukup kurang
pelajaran
5. Mencatat materi pelajaran selalu kadang2 tdk pernah
6. Membolos sekolah sering kadang 2 tdk pernah
7. Mengikuti kegiatan ekstra selalu kadang 2 tdk pernah
8. Mematuhi peraturan sekolah selalu kadang 2 tdk pernah
9. Cara berinteraksi dengan baik cukup kurang
teman.
10. Menggunakan bahasa yang selalu kadang 2 tdk pernah
positif.
11. Duduk di barisan depan selalu kadang 2 tdk pernah
12. Ikut serta dalam diskusi kelas selalu kadang 2 tdk pernah
Keterangan:
• Berilah tanda check list pada kotak penilaian yang sesuai dengan kondisi
siswa saat ini.
1
12. • Untuk penilaian membolos sekolah:
1. Sering (setiap dua minggu ada 1 hari yang tidak masuk).
2. Kadang-kadang (dalam 1 bulan ada 1 hari yang membolos).
CHECK LIST UNTUK OBSERVASI HUBUNGAN
SUBJEK DENGAN ORANG TUA
No. Aspek Yang diobservasi Penilaian
1. Perhatian orang tua baik cukup kurang
2. Komunikasi baik cukup kurang
3. Cara orang tua berinteraksi baik cukup kurang
dengan anak.
4. Cara anak berinteraksi dengan baik cukup kurang
orang tua.
5. Patuh terhadap aturan orang selalu kadang2 tdk pernah
tua.
6. Menghormati orang tua selalu kadang 2 tdk pernah
7. Penghargaan orang tua baik cukup kurang
terhadap pendapat anak.
8. Model pendidikan ortu otoriter demokratis
Keterangan:
• Beri tanda check list pada kotak penilaian yang sesuai dengan kondisi
siswa saat ini.
Observasi disekolah dilakukan pada tanggal 24, 31 Mei & 7 Juni dan observasi
rumah dilakukan pada tanggal 25 Mei, 1 Juni dan 8 Juni, adapun untuk aspek
penilaian membolos sekolah digunakan data absensi kelas. Hasil observasi
menunjukkan As’ad adalah termasuk siswa yang tidak begitu disukai oleh teman-
teman temannya karena As’ad dalam berkomunikasi dengan teman-temannya
selalu menggunakan bahasa-bahasa yang tidak positif seperti kata “jancuk” dan
lain sebagainya. Cara berpakaian As’ad juga tidak rapi, bajunya tidak pernah
dimasukkan dan rambutnya panjang. Selain itu As’ad juga tidak memiliki sopan
1
13. santun terhadap guru, ketika berada di dalam kelas A’ad selalu membuat gaduh
saat pelajaran sedang berlangsung, tidak pernah mencatat materi yang diberikan
oleh guru, tidak pernah mengikuti diskusi dan selalu duduk paling belakang. As’at
juga terkenal sebagai siswa yang tidak pernah patuh terhadap peraturan-
oeraturan sekolah, seperti tidak pernah mengikuti kegiatan ekstra, selalu
membolos dan tidak pernah serius dalam mengikuti pelajaran.
Orang tua As’ad terlalu bersikap otoriter dalam mendidik anak-anaknya terlebih
terhadap As’ad karena As’ad tidak pernah patuh dan menghormati aturan-aturan
yang ada dalam keluarga. Cara berinteraksi As’ad dengan orang tua atau
sebaliknya orang tua dengan As’ad tergolong kurang baik. Dalam lingkungan
keluarga As’ad kurang mendapat penghargaan dari orang tua dan kurang
diperhatikan, karena orang tua As’ad tidak pernah mau tau terhadap masalah
As’ad, yang ada As’ad selalu mendapat marah dari orang tua.
2. HASIL WAWANCARA
Wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juni, karena keterbatasan waktu
wawancara hanya dilakukan kepada As’ad untuk melengkapi hasil observasi.
Adapun hasil wawancara dengan As’ad secara verbatim disajikan dibawah ini:
Masalah Yang
Baris Isi wawancara Baris Ditemukan
1 + Selamat siang mas As’ad
++ Siang pak! (agak tidak suka)
+ maaf mengganggu belajar mas As’ad sebentar
++ tidak apa-apa pak
5 + terima kasih. Kalau boleh tau sepulang dari
sekolah bisaanya apa kegiatan mas As’ad? 5–9 Keluyuran
++ bisaanya saya tidak langsung pulang pak,
1
14. mampir kewarung kopi dulu, baru pulang
10 + kenapa mas As’ad tidak langsung pulang dan
lebih memilih kewarung kopi dulu?
++ dari pada di rumah dimarahi terus sama 12 Selalu dimarahi ortu
orang tua pak, lebih baik kewarung kopi bisa
kumpul dengan teman-teman yang lain.
15 + bisaanya kewarung kopi mana dan apa yang
mas As’ad lakukan di sana?
++ warung kopinya di Maduran Pak di desa saya
sendiri, ya Cuma nongkrong saja Pak, kadang-
kadang ya sambil main remi (main kartu).
20
+ sepulang dari warung kopi, apa As’ad juga ikut
mengaji di mushollah, saya dapat informasi dari 21 – 26 Tidak mau mengikuti aturan
sekolah katanya bapak anda pak haji? orang tua.
++ yang haji kan orang tua saya pak. Bisaanya ya
tidur pak kalau tidak ada acara keluar dengan
25
teman.
+ kalau begitu kapan As’ad belajar?
++ tidak pernah belajar pak, belajar juga buat 26 – 28 Tidak pernah belajar
apa, wong saya ini tidak pernah diperhatikan
30 oleh orang tua saya kok.
+ masuk As’ad tidak memperhatikan?
++ saya itu sebenarnya kepingin masuk ke STM 31 -34 Tidak suka dengan
(Sekolah Teknik Mesin), tapi orang tua tidak sekolahnya.
pernah mau mendengarkan keinginan saya dan
35 akhirnya saya sekolah di SMA Wachid Hasyim ini
pak.
+ kalau boleh tau apa yang menjadi alasan orang
tua As’ad lebih memilih SMA daripada STM?
++ orang tua saya itu kepinginnya saya jadi guru
40 agama, saya pernah dipondokkan di pesantren
Langitan Tuban tapi saya tidak kerasan. 40 – 45 Membolos sekolah
+ apa karena tidak boleh masuk STM itu yang Tidak bisa mengikuti
membuat As’ad selalu membolos sekolah? pelajaran.
++ iya pak, lawong saya itu tidak berminat
1
15. 45 sekolah diselain STM, ya mau bagaimana lagi
pak, saya itu tidak bisa mengikuti pelajaran
dengan baik.
+ As’ad bisa bertanya pada teman-teman yang
lain kan?
50 ++ teman-teman tidak ada yang suka dengan
saya pak, soalnya kata teman-teman saya itu 50 -53 Tidak disukai oleh teman
kalau bicara arogan. Makanya saya sering bolos
karena saya tidak punya teman di sekolah, lebih
baik saya kewarung kopi banyak yang
55
menghargai saya.
+ apa As’ad tidak merasa rugi kalau As’ad selalu 55 – 60 Tidak punya motivasi
membolos sekolah?
++ tidak pak buat apa wong saya memang sudah
tidak suka sekolah disini. Kalau orang tua saya
60
mau memindahkan ke STM ya saya akan rajin
sekolah pak.
+ belajar mesin kan tidak hanya di sekolah,
As’ad bisa ambil kursus mesin sambil tetap
65 sekolah. Selain As’ad senang orang tua As’ad
juga senang. Apa As’ad tidak pernah coba
membicarakan kepada orang tua As’ad? 65-70 Komunikasi dengan orang
++ saya itu jarang bicara dengan orang tua saya tua tidak baik.
pak, begitu juga dengan orang tua saya. Paling-
70 paling kalau mau marahi atau menyuruh saya
saja baru bicara. Mereka itu tidak pernah mau
tau dengan keinginan anak-naknya. Makanya
kakak saya dulu juga sering dapat masalah di
sekolah seperti saya ini.
75 + jadi komunikasi As’ad dengan orang tua
selama ini bagaimana?
++ ya seperti yang saya bilang tadi pak.
+ menurut informasi dari guru BK, As’ad juga
tidak punya sopan santun pada guru dan tidak
80
pernah ikut kegiatan ekstra kulikuler, apa benar
1
16. demikian? 80 -84 Tidak pernah ikut ekstra
++ saya tidak pernah mengikuti kegiatan ekstra kulikuler
kulikuler karena tidak ada yang saya sukai pak,
jadi buat apa saya ikut. Kalau tidak sopan
85 dengan para guru….saya sopan kok pak (defend)
+ pernah tidak As’ad bicara sendiri saat 85 – 89 Tidak mendengarkan guru
pelajaran berlangsung?
++ sering pak, saya tidak suka dengan
pelajarannya makanya saya tidak mau
90
mendengarkan pak.
+ apa As’ad selalu mengerjakan Pekerjaan
Rumah (PR) yang diberikan oleh pak guru? 90 – 93 Tidak pernah mengrjakan
++ tidak pak. PR
+ baik, apa alasan As’ad tidak pernah
95
memasukkan baju dan berambut panjang?
++ biar keren pak, biar kelihatan macho, kalau 95-100 Tidak pernah berpakaian
tidak begini tidak ada cewek yang naksir saya rapi
donk pak, sudah bodoh dan tidak keren. Kalau
100
begini kan keren pak.
+ lalu apa yang membuat As’ad tidak pernah
mematuhi peraturan orang tua?
++ mereka juga tidak pernah memperhatikan 103-105 Tidak diperhatikan orang
105 saya pak. tua
+ maksud As’ad?
++ mereka kan maunya menang sendiri. Mereka
juga tidak pernah memberii penghargaan atas
prestasi saya. Saya pernah menag juara 1 dalam
110 lomba menggambar tingkat kecamatan. Semua
teman memberii ucapan selama. Tapi orang tua 105-110 Tidak pernah dihargai orang
saya bisaa saja dan tidak menghargai saya. tua
+ baik, kalau begitu untuk sementara cukup
dulu. Terima kasih dan minggu depan saya akan
115 memanggil As’ad lagi untuk mendengarkan
keinginan-keinginana As’ad yang nanti akan saya
sampaikan kepada orang tua As’ad. Bagaimana
1
17. anda bersedia.
119 ++ asalkan untuk saya pak.
+ baik.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa perilaku membolos sekolah saudara As’ad
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Faktor internal
Faktor emosi, dalam hal ini adalah ketidak mampuan subjek secara emosi
dalam mensikapi perlakuan orang tua yang terlalu otoriter dan tidak
memberi ruang diskusi pada subjek. Sehingga subjek merespon sikap
orang tua yang demikian dengan melakukan perilaku-perilaku yang
melanggar aturan-aturan keluarga dan aturan-aturan sekolah. Ini senada
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kartini Kartono (1998), bahwa
gangguan emosional pada anak-anak remaja, perasaan atau emosi
memberiikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar
kecilnya kebagahiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan
dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia,
jika semua terpuaskan orang akan merasa senang dan sebaliknya jika
tidak orang akan mengalami kekecewaan dan frustrasi yang dapat
mengarah pada tindakan-tindakan agresif. Gangguan-gangguan fungsi
emosi ini dapat berupa: inkontinensi emosional (emosi yang tidak
terkendali), labilitas emosional (suasana hati yang terus menerus
berubah, ketidak pekaan dan menumpulnya perasaan.
Ketidak mampuan subjek dalam melakukan penyesuaian diri dengan
lingkungan sekolah. Philip Graham (1983) menjelaskan bahwa factor
1
18. ketidak mampuan subjek dalam menyesuaikan diri juga dapat
menyebabkan perilaku delinkuen.
Reaksi frustrasi. Dalam hal ini adalah ketidak puasan subjek terhadap
keputusan memasukkan dirinya ke sekolah SMA, yang kemudian direspon
secara negative oleh subjek, seperti tidak mau memperhatikan guru dan
membolos.
2. Faktor eksternal
Pola asuh keluarga yang otoriter. Hal ini senada dengan yang
dikemukakan oleh Santrock, menurutnya faktor keluarga memang sangat
berperan dalam pembentukan perilaku menyimpang pada remaja,
gangguan-gangguan atau kelainan orang tua dalam menerapkan
dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen secara konsisten
diketahui berkaitan dengan perilaku anti sosial anak-anak remaja ,
semidal overproteksi, rejected child dan lain=lain(Santrock, 1995). Sebagai
akibat sikap orang tua yang otoriter menurut penelitian Santrock &
Warshak (1979) di Amerika Serikat maka anak-anak akan terganggu
kemampuannya dalam tingkah laku sosial. Kempe & Helfer menamakan
pendidikan yang salah ini dengan WAR (Wold of Abnormal Rearing), yaitu
kondisi dimana lingkungan tidak memungkinkan anak untuk mempelajari
kemampuan-kemampuan yang paling dasar dalam hubungan antar
manusia (Sarwono, 2001).
Lingkungan sekolah. Kondisi sekolah yang belum memiliki tenaga
Psikolog membuat As’ad cuma menjadi bahan cemoohan dan tidak
mendapat problem solving yang tepat, akibatnya As’ad cenderung
1
19. menarik diri dari pergaulan sekolah dan lebih memilih bergaul dengan
remaja-remaja yang nongkrong diwarung kopi.
BAGIAN IV
PENANGANAN KASUS
UNTUK TUJUAN PENYELESAIAN MASALAH AS’AD
Untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh As’ad. Dapat dilakukan
konseling kepada As’ad yang berorientasi pada menumbuhkan kesadaran pada
diri subjek bahwa cara dirinya mensikapi pendidikan orang tuanya yang terlalu
otoriter itu kurang tepat, karena langkah yang diambil oleh subjek justeru
merugikan diri subjek sendiri. Selain itu konseling juga diarahkan pada
menjadikan subjek sebagai orang yang mampu bertanggung jawab terhadap
dirinya. Dengan teknik-teknik konfrontasi dengan pendekatan RET (Rational
Emotif) dan Pendekatan Realitas akan mampu membantu subjek menyelesaikan
masalahnya secara positif dan konstruktif.
Selain itu, konseling juga dilakukan kepada kedua orang tua As’ad, untuk
memberii pengertian kepada mereka akan pentingnya komunikasi dalam
keluarga. Selain itu konseling ditujukan untuk memberi pengertian kepada orang
tua, bahwa sangat disarankan kepada orang tua untuk menempatkan anak pada
pendidikan yang sesuai dengan minat anak. Berkaitan dengan masalah As’ad
1
20. orang tua dapat disarankan untuk mencarikan solusi alternative untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki As’ad, dengan memasukkan As’ad pada
kursus Teknik Mesin.
UNTUK TUJUAN MEMINIMALISASI PREVALENSI MEMBOLOS PADA SISWA SMA
WACHID HASYIM
Untuk tujuan diatas, dapat dibuat program kegiatan semisal seminar tentang
pendidikan anak yang diperuntukkan untuk para orang tua yang anaknya
memiliki masalah di sekolah dan dapat dibuat program seminar tentang
pentingnya management diri untuk mencapai kesuksesan dimasa depan yang
diperuntukkan bagi para siswa yang bermasalah.
Catatan:
Sebagai bentuk tanggung jawab professional, karena telah melakukan
assessment penulis telah melakukan konseling kepada As’ad dan orang tua.
Namun demikian penulis belum bisa menyertakan dalam laporan ini. Karena
proses konseling belum selesai dan baru berjalan satu sesi saja.
1
21. DAFTAR PUSTAKA
Hurlock., E. B., 1993, Psikologi Perkembangan Edisi ke-5, Jakarta:Erlangga.
Kartono., Kartini, 1998, Patologi Sosial 2, Jakarta:Radja Grafindo Persada.
Monks., F.J., dkk, 2002, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press.
Mulyono., Y. Bambang, 1995, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya, Yogyakarta:Kanisius.
Saad., Hasbullah M., 2003, Perkelahian Pelajar;Potret Siswa SMU di DKI Jakarta,
Yogyakarta:Galang Press.
Santrock., John W., 1995, Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda
Damanika & Ach. Chusairi, Jakarta:Erlangga.
Sarwono., Sarlito Wirawan, 2001, Psikologi Remaja, Jakarta:Radja Grafindo
Persada.
Sudarsono, 1995, Kenakalan Remaja, Jakarta:Rineka Cipta.
Tambunan., Raimon, Perkelahian Pelajar, http// e-psikologi.com, diakses 20 Mei 2008.
Suyatno., Bagong, Memahami Remaja Dari Berbagai Perspektif Kajian Sosiologis,
http://bkkbn.go.id, diakses 20 Mei 2008.
1