SlideShare a Scribd company logo
BAB I
                              PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang Masalah
            Formasi geologi Kota Balikpapan terdiri dari Meosin Atas dan
      Alluvial Undak Terumbu Koral. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa
      Meosin Atas mencapai luas 20.937 Ha, dan Alluvial Undak Terumbu Koral
      mencapai luas 31.743 Ha. Jenis batuan yang ada terdiri dari endapan
      permukaan dan batuan sedimen dan gunung api. Endapan permukaan berupa
      endapan alluvium, terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan lumpur, umumnya
      tersebar disepanjang pantai timur di sekitar Tanah Grogot, Teluk Adang dan
      Teluk Balikpapan. Sedangkan jenis batuan sedimen dan gunung api, terdiri
      dari tiga formasi batuan yaitu Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan
      dan Formasi Kampung Baru. Mengingat sebagian besar lahan di Kota
      Balikpapan berjenis podsolik merah kuning dan pasir kwarsa dan bertekstur
      kasar serta ikatan batuan yang lemah, disebabkan tanah tersebut dibentuk
      dari jenis batuan yang berumur relatif muda. Sedangkan sifat tanahnya
      sangat mudah tererosi dan jenuh akan air. Sedangkan pembentukan jenis-
      jenis tanah ditentukan oleh beberapa faktor batuan induk, topografi, umur,
      iklim dan vegetasi/biologi serta pengaruh faktor lainnya, sehingga
      mengalami proses lebih lanjut secara terus menerus.
            Dalam rangka pengaplikasian sejumalah teori diatas, dan sebagai aspek
      dalam terjun kelapangan serta merupakan penerapan suatu disiplin ilmu
      secara langsung. Maka pihak yang bersangkutan mengadakan praktikum
      pengenalan geologi. Guna menepatkan sasaran dan tujuan serta sebagai
      pembuktian secara langsung antara lapangan dengan teori yang telah terurai.
            Praktek pengenalan lapangan geologi merupakan bagian dari
      kurikulum dari semester V STT MIGAS Balikpapan tahun 2012/2013.
      Praktek pengenalan lapangan berlokasi di KM 8 kampus STT-MIGAS
      Balikpapan dan di Balikpapan regency provinsi Kalimantan timur.



                                         1
2




            Praktek pengenalan lapangan geologi ini Dalam rangka penerapan
      teori yang telah disampaikan oleh dosen, karena sebelum mengenal
      lingkungan atau lapangan Geologi kemungkinan teori yang di dapat tidak
      mudah dipelajari apabila tidak langsung melakukan peraktek dilapangan.
      Hal ini dimaksud untuk membandingkan dan membuktikan apakah teori
      tersebut ada persamaan atau perbedaannya dengan ilmu yang didapatkan
      secara langsung pada waktu praktek dilapangan.
            Praktek    tersebut   sangat   penting     dilaksanakan   karena   bagi
      mahasiswa/i dapat mengenal dan melihat bentuk suatu lapisan batauan dan
      mengetahui strike dan dip sebuah batuan secara langsung untuk menambah
      ilmu pengetahuan di Bidang Geologi yang nantinya diharapkan dapat
      diandalkan sebagai tenaga enginer yang siap pakai.
            Hasil pemikiran tersebut dapat menjadikan tantangan dimasa yang
      akan datang. Khususnya bagi para mahasiswa/i stt-migas sendiri dan
      lingkungannya. Tanpa adanya praktek Sangatlah sulit megetahui hal-hal
      yang terdapat pada teori-teori tersebut, karena praktek merupakan penerapan
      suatu disiplin mengetahui hal-hal yang terdapat pada teori-teori tersebut,
      karena praktek merupakan penerapan suatu disiplin ilmu secara langsung,


1.2   Maksud dan Tujuan.
      Maksud dari pelaksanaan kegiatan filtrip pengenalan lapangan geologi S1
      teknik perminyakan, stt-migas yaitu meliputi :
      1. Melatih mahasiswa/i dalam mengenal suatu lapangan geologi.
      2. Untuk melatih dalam menganalisa persoalan – persoalan geologi yang
         ada di lapangan.
      3. Untuk mahasiswa/i terampil dan mahir dalam menggunakan perlatan
         geologi di lapangan.
      Serta, adapun tujuan dari tinjauan lapangan ini ialah:
      1. untuk mengetahui kondisi lapangan geologi kota Balikpapan.
      2. untuk mengetahui fungsi dari kompas geologi.
3




      3. Untuk mengetahui arah penyebaran, stretigrafi, formasi, geometri unsur
        struktur, struktur garis, struktur bidang, kedalaman dan ketebalan batuan
      4. Mengetahui jenis – jenis perlapisan


1.3   Kesampaian Daerah
      a. Waktu dan Tempat Pada Lokasi pertama :
        Hari, tanggal        : Minggu, 28 Oktober 2012
        Tempat                : Kampus 2 STT MIGAS Balikpapan km 8 dan
                                lokasi pembuatan jalan tol Balikpapan-Samarinda
                                km 14 Karang Joang
        Waktu pelaksanaan : 11.00 – 12.00 WITA
        Kelompok             : Mas Rahmat Hidayat
                               Ayu Nurwahyuni
                               Aliffian Gembong Putra Makmur
                               Deniy Fatryanto Edisyoh Eko Widodo
                               Eka Almas Yuslim
                               Achmad Syamsul Rizal
                               Anis
                               Damianus Mario Ricky Fernando
        Proses perjalanan     : Saya berangkat dari rumah (Graha Indah) pukul
                                09.35 menuju kampus 2 STT MIGAS km 8.
                                Sesampai di sana pukul 10.55 saya bertemu
                                dengan teman-teman kelompok saya dan Ibu
                                Rohima (dosen pembimbing). Pada pukul 11.00-
                                12.00     saya    dan     teman-teman      belajar
                                menggunakan kompas geologi dan di bimbing
                                langsung oleh Ibu Rohima. Pukul 11.00-12.00
                                saya dan teman- teman melakukan tinjauan lokasi
                                yang berada di depan keseketariatan stt migas km
                                8 yang selanjutnya kami belajar mengukur arah
                                penyebaran perlapisan batuan (strike and dip)
4




 mengunakan kompas geologi yang dibimbing
 oleh dosen pembimbing kami. Pukul 12.00
 praktikum lapangan selesai. Pukul 12.30 saya tiba
 di rumah.




 Gambar 1.1. Lokasi Kampus 2 STT-MIGAS
          Balikpapan Kilometer 8




Gambar 1.2. Kampus 2 STT-MIGAS Balikpapan
                Kilometer 8
5




b. Waktu dan Tempat pada Lokasi kedua.
   Hari, tanggal       : Minggu, 4 November 2012
   Tempat              : Balikpapan Regency
   Waktu               : 09.00 – 11.00
   Kelompok            : Vergilius Massora
                        Mas Rahmad Hidayat
                        Deniy Fatryanto Edisyoh Eko Widodo
                        Eka Almas Yuslim
                        Achmad Syamsul Rizal
                        Anis
                        Ayu Nurwahyuni
                        Damianus Mario Ricky Fernando
   Proses Perjalanan    : Berangkat dari rumah pukul 08.30. Perjalanan
                        cukup menguras waktu dikarenakan tempat tinggal
                        yang cukup jauh dari Lokasi. Sesampai dilokasi
                        tepat pukul 09.00, sembari menunggu praktikan
                        yang belum datang praktikum dilaksanakan 30
                        menit kemudian. Peninjauan lokasi dari praktikum
                        kedua berjalan lancar, pengamatan, pemotretan,
                        pengambilan sample, serta mengamati lapisan-
                        lapisan serta singkapannya berlangsung sekitar 1
                        jam setengah. Tepat pada pukul 11.00, praktikum
                        peninjauan lapangan operasi di Regency ditutup.
                        Dan, kami meninggalkan lokasi secara tertib ke
                        tujuan / rumah masing – masing.
6




                             Gambar. 1.3. Lokasi Pengamatan kedua di Balikpapan
                                                  Regency




                             Gambar. 1.4. Object yang akan mendapat perlakuan di
                                      Lokasi kedua Balikpapan Regency


1.4   Metodologi
             Adapun metode peninjauan lapangan ialah mengukur peyebaran
      lapisan (stike and dip) dari suatu sampel lapisan dan kekar menggunakan
      kompas giologi serta mencatat hasil dari pengukurannya.
             Serta melakukan pengamatan secara saksama.
7




                                   BAB II
                        GEOLOGI REGIONAL


2.1   Kerangka Tektonik
              Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang
      kompleks. Adanya interaksi konvergen atau kolisi antara 3 lempeng utama,
      yakni lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Asia yang
      membentuk daerah timur Kalimantan (Hamilton, 1979).Evolusi tektonik
      dari Asia Tenggara dan sebagian Kalimantan yang aktif menjadi bahan
      perbincangan antara ahli-ahli ilmu kebumian. Pada jaman Kapur Bawah,
      bagian dari continental passive margin di daerah Barat daya Kalimantan,
      yang terbentuk sebagai bagian dari lempeng Asia Tenggara yang dikenal
      sebagai Paparan Sunda.
8




               Gambar 2.1. Fisiografi Pulau Kalimantan (Nuey, 1987).


      Pada   jaman    Tersier,     terjadi   peristiwa   interaksi     konvergen   yang
      menghasilkan beberapa formasi akresi, pada daerah Kalimantan.Selama
      jaman Eosen, daerah Sulawesi berada di bagian timur kontinen dataran
      Sunda. Pada pertengahan Eosen, terjadi interaksi konvergen ataupun kolisi
      antara lempeng utama, yaitu lempeng India dan lempeng Asia yang
      mempengaruhi makin terbukanya busur belakang samudra, Laut Sulawesi
      dan Selat Malaka.


2.2   Geomorfologi
              Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan yang dihasilkan
      oleh perkembangan          regangan cekungan       yang    besar    pada daerah
      Kalimantan.Pada Pra-Tersier, Pulau Kalimantan ini merupakan salah satu
      pusat pengendapan, yang kemudian pada awal tersier terpisah menjadi 6
      cekungan sebagai berikut :1 Cekungan Barito, yang terletak di Kalimantan
      Selatan, 2.Cekungan Kutai, yang terletak di Kalimantan Timur,3. Cekungan
      Tarakan, yang terletak di timur laut Kalimantan,4 Cekungan Sabah, yang
      terletak di utara Kalimantan,5.Cekungan Sarawak, yang terletak di barat laut
9




Kalimantan,6. Cekungan Melawai dan Ketungau, yang terletak di
Kalimantan Tengah




                Gambar 2.2 Elemen tektonik Kalimantan


        Kerangka tektonik di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh
perkembangan tektonik regional yang melibatkan interaksi antara Lempeng
Samudera Philipina, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasian yang
terjadi sejak Jaman Kapur sehingga menghasilkan kumpulan cekungan
samudera dan blok mikro kontinen yang dibatasi oleh adanya zona
subduksi, pergerakan menjauh antar lempeng, dan sesar-sesar mayor.
        Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada Kala
Eosen Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang
berakhir pada Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan karena tumbukan
lempeng mengakibatkan pengangkatan dasar cekungan ke arah Barat Laut
yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi klastik di Cekungan
Kutai, dan tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang.
        Pada Kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai
dari bagian barat Cekungan Kutai yang bergerak secara progresif ke arah
Timur sepanjang waktu dan bertindak sebagai pusat pengendapan. Selain itu
10




juga terjadi susut laut yang berlangsung terus menerus sampai Miosen
Akhir. Bahan yang terendapkan berasal dari bagian Selatan, Barat dan Utara
cekungan menyusun Formasi Warukin, Formasi Pulubalang dan Formasi
Balikpapan.
        Formasi Pamaluan (Tomp), Batupasir kuarsa dengan sisipan
batulempung, serpih batugamping dan batulanau; berlapis sangat baik. Batu
pasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitam-kecoklatan, berbutir
halus-sedang, terpilah baik, butiran membulat-bulat tanggung, padat,
karbonan dan gamping. Setempat dijumpai struktur sedimen seilang-silang
dan perlapisan sejajar. Tebal lapisan antara 1-2 meter. Batu lempung tebal
rata-rata 45 cm, serpih, kelabu kecoklatan-kelabu tua, padat, tebal sisipan
antara 10 -20 cm. Batu gamping kelabu pejal, berbutir sedang kasar,
setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar. Batu lanau tua
kehitaman. Formasi Pemaluan merupakan batuan palling bawah yang
tersinggkap di lembar Samarinda dan bagian atas formasi ini berhubungan
menjemari dengan Formasi Bebuluh. Tebal formasi lebih kurang 2000
meter. Berumur Oligosen sampai awal Miosen.
        Formasi Bebuluh (Tomb), Batugamping terumbu dengan sisipan
batu gamping pasiran dan serpih, warna kelabu padat, mengandung
foraminifera besar, berbutir sedang. Setempat batu gamping menghablur,
terkekar tak beraturan. Serpih kelabu kecoklatan berseling dengan batupasir
halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain :
Lepidocyclina Sumatraensis Brady, Miogypsina Sp. Miogupsinaides SPP.
Operculina Sp., menunjukan umur Miosen awal – Miosen Tengah.
Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 meter.
Formasi Bebuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulau Balang.
        Formasi Pulau Balang (Tmpb), Perselingan antara graywacke dan
batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batu lempung, batubara, dan
tuf dasit. Batupasir graywacke, kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara
50 – 100 cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan, setempat tufan muda
kekuningan, mengandung foraminifera besar. Batugamping, coklat muda
11




      kekuningan, mengandung foraminifera besar, batugamping ini terdapat
      sebagai sisipan atau lensa dalalm batupasir kuarsa, tebal lapisan 10 – 40 cm.
      di S. Loa Haur, mengandung foraminifera besar antara lain Austrotrilina
      howchina, Borelis sp., Lepidocyclina sp., Myogypsina sp., menunjukan
      umur Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal.
      Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2 cm. Setempat
      berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih
      merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.




Gambar 2.3. Peta Formasi Balikpapan


               Formasi Balikpapan (Tmbp), perselingan batupasir dan lempung
      dengan sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa,
      putih kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 0,5 –
      5 m. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan
      silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung Foraminifera kecil,
      disisipi lapisan tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat
12




      mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan
      setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan,
      berlapis tipis; serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran,
      mengandung Foraminifera besar, moluska, menunjukan umur Miosen Akhir
      bagian bawah – Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan
      delta, dengan ketebalan 1000 – 1500 m..


                Formasi Kampungbaru (Tpkb), Batu pasir kuarsa dengan sisipan
      lempung, serpih; lanau dan lignit; pada umumnya lunak, mudah hancur.
      Batupasir kuarsa putih, setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis,
      mudah hancur, setempat mengandung lapisan tipis oksida besi atau
      kongkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir konglomeratan atau
      konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah dan
      lempung, diameter 0.5 – 1 cm, mudah lepas. Lempung, kelabu kehitaman
      mengandung sisa tumbuhan, batubara/ lignit dengan tebal 0,5 – 3 m, koral.
      Lanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi, teballl 1 – 2 m. Diduga berumur
      Miosen Akhir – Pilo Plistosen, lingkungan pengendapan delta – laut
      dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat
      tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan. Endapan Alluvium, Kerikil,
      pasir dan lumpur terendapkan dalam lingkungan sungai, rawa, delta dan
      pantai.


2.3   Struktur
                Secara ringkas Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang
      yang terdiri dari perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan dan
      serpih dengan sisipan napal , batu gamping dan batu bara, berumur Miosen
      tengah-akhir. Formasi tersebut ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi
      Kampung Baru terdiri dari batu lempung pasiran, batu pasir kuarsa, batu
      lanau, sisipan batubara, napal, batu gamping dan batu bara muda, berumur
      Miosen Akhir . Kedua Formasi diatas mengalami perlipatan jenis Antiklin
      dan Sinklin,    mempunyai sumbu       kearah Timur Laut – Barat Daya.
13




Sedangkan Formasi lebih tua terdiri dari Pamaluan dan Bebuluh berumur
Miosen Awal-tengah terdiri        dari batupasir, serpih, batu lanau, batu
gamping. Ketebalan seam batu bara berkisar 0.5 meter sampai 6.0 meter,
dengan ketebalan seam rata-rata berkisar 2 meter pada batuan batu lanau
dan serpih mengalami kompaksi. Struktur geologi yang berkembang di
daerah pendataan adalah struktur lipatan yang termasuk kedalam antiklin
Tenggarong, yang menerus kearah Timur Laut antiklin Segihan, sedangkan
kearag barat daya antiklin Gitan. Struktur antklin dan sinklin terdapat pada
batuan Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang, masing-masing
sayap tidak simetris . Struktur sesar terdapat pada melalui Formasi
Balikpapan, berarah timur laut-barat daya, jenisnya sementara belum dapat
ditentukan karena terbatasnya data.


         Tabel 2.1. Struktur Formasi Geologi lembar Samarinda-Kaltim
14




      Sumber: Peta Geologi Lembar Samarinda - Kalimantan Timur (S.Supriatna,
      Sukardi, & E.Rustandi)


2.4   Stratigrafi

               Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur
      relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan
      batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau
      korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi
      mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur
      relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk
      mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.

               Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya
      pada abad ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia
      mengamati beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki
      urutan perlapisan yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya,
      kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang terbawah
      merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena
      banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang
      berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat
      lainnya pada suatu wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan
      ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku
      umum untuk periode-periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu
      belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William
      Smith dan kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan,
      hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi.

               Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku
      kata, yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan
      dan kata “grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya
      gambar atau lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat
      dinyatakan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang
15




lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan
di alam dalam ruang dan waktu.

- Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi
  stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi
  ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun
  pengertian nama-nama tersebut seperti misalnya: Formasi/formasi,
  Zona/zona, Sistem dan sebagainya.
- Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap
  lapis batuan dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan
  batuan tersebut. Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan
  lainnya    adalah      “selaras”   (conformity)   atau   “tidak   selaras”
  (unconformity).
- Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis
  batuan memiliki genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh,
  facies sedimen marin, facies sedimen fluvial, facies sedimen delta, dsb.
- Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau
  diendapkan pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa
  batuan sedimen: Darat (Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi (Pasang-
  surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut (Marine: Lithoral, Neritik,
  Bathyal, atau Hadal)
- Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut
  dan biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping
  formasi Rajamandala terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa
  formasi Bayah terbentuk pada kala Eosen Akhir


        Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan
kejadian geologi adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Superposisi
16




     Prinsip ini sangat sederhana, yaitu
     pada      kerak       bumi      tempat
     diendapkannya sedimen, lapisan yang
     paling tua akan diendapkan paling
     bawah, kecuali pada lapisan-lapisan
     yang telah mengalami pembalikan.


                                               Gambar 2.4. Umur Relatif Batuan
                                                          Sedimen




2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)
     Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh
     gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi
     dari pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan,
     terjadi setelah proses pengendapan.
     Pengecualian : Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai,
     batugamping, terumbu, dll) dapat terjadi pengendapan miring yang
     disebut Kemiringan Asli (Original Dip) dan disebut Clinoform.


3.   Azas Pemotongan (Cross Cutting)
     Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia
     lebih muda dari batuan yang diterobosnya.


4.   Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)
     Lapisan     sedimen     diendapkan       secara   terus    menerus     dan
     berkesinambungan sampai batas cekungan sedimentasinya. Penerusan
     bidang perlapisan adalah penerusan
     bidang    kesamaan      waktu     atau
     merupakan dasar dari prinsip korelasi
     stratigrafi. Dalam keadaan normal
     suatu lapisan sedimen tidak mungkin
17




terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab
yang menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral, yaitu:
                                         Gambar 2.5. Lapisan Sedimen yang
                                                 Berkesinambungan




- Pembajian
  Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya




  Gambar 2.6. Penipisan Lapisan Sedimen pada Tepian Cekungan


- Perubahan Fasies
  Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang
  sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama
  (menjemari).




                   Gambar 2.7. Penghilangan Lapisan Secara Lateral


- Pemancungan atau Pemotongan karena Ketidakselarasan
  Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di
  mana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk
  sudut dengan batuan diatasnya. Pemancungan atau pemotongan
  terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang ketidakselarasan.
18




                           Gambar 2.8 Pemancungan




     - Dislokasi karena sesar
        Pergeseran      lapisan   batuan
        karena gaya tektonik yang
        menyebabkan terjadinya sesar
        atau patahan.
                                                    Gambar 2.9. Dislokasi


5.   Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)
     Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua
     asumsi dalam evolusi organik. Asumsi pertama adalah organisme
     senantiasa berubah sepanjang waktu dan perubahan yang telah terjadi
     pada organise tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga dapat
     dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah geologi adalah jumlah dari
     seluruh kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Asumsi kedua adalah
     kenampakan-kenampakan anatomis dapat ditelusuri melalui catatan
     fosil pada lapisan tertua yang mewakili kondisi primitif organisme
     tersebut.


6.   Teori Katastrofisme (Catastrophism)
     Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang kebangsaan Perancis pada
     tahun 1830. Ia berpendapat bahwa flora dan fauna dari setiap zaman itu
     berjalan tidak berubah, dan sewaktu terjadinya revolusi maka hewan-
     hewan ini musnah. Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul
19




          hewan dan tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih umum disebut
          dengan teori Malapetaka.


     7.   Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)
          Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The
          Present is The Key to The Past “, yang berarti kejadian yang
          berlangsung sekarang adalah cerminan atau hasil dari kejadian pada
          zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang ada sekarang ini,
          terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang berkesinambungan
          seragam dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal ini
          menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-pegunungan besar, lembah
          serta tebing curam tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba,
          akan tetapi melalui proses alam yang berjalan dengan sangat lambat.
          Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :
          • Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan.

          • Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula pada masa

            lampau namun dengan intensitas yang berbeda.

~ Alat Pengukur Stratigrafi (Kompas Geologi)
           Kompas, klinometer dan “hand level” merupakan alat-alat yang
  dipakai dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur
  kedudukan unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan
  kombinasi dari ketiga fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas
  disini adalah tipe Brunton dari berbagai merek.


  Bagian-Bagian utama kompas geologi
           Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton diperlihatkan
  dalam. Yang terpenting diantaranya adalah :
20




                            Gambar 2.10. Kompas Geologi


1.    Jarum Magnet
              Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet
       bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan
       dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya
       deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat
       menunjuk posisi geografi yang benar maka “graduated circle” harus
       diputar.
              Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat
       tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu.
       Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih).


 2.    Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)
              Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi,
       yaitu kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah
       utara (N) sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum
       jam dan kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah
       utara (N) dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat
       (W). (Gambar II.2)
21




  3.    Klinometer
                  Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau
        kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas
        dan dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian
        skala (Gb. II.3A). Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan
        persen.




                                     BAB III
                                 PEMBAHASAN


3.1    Lokasi

                  Secara geografis wilayah Kota Balikpapan berada antara 1.0 LS –
       1.5 LS dan 16,5 BT– 117,5 BT dengan luas wilayah 503,35 Km².Dilihat
       dari topografinya sekitar 70% wilayah Kota Balikpapan merupakan daerah
       yang berbukit-bukit, sedangkan sisanya berupa dataran landai yang berada
       di tepi laut. Perbukitan berada di daerah utara, Kecamatan Balikpapan Barat,
       Balikpapan Tengah, dan Balikpapan Timur. Daerah ini menjadi daerah
       penyangga kota, diantaranya hutan lindung kota di Kecamatan Balikpapan
       Selatan, lokasi konservasi alam di Kecamatan Balikpapan Utara dan
       Balikpapan Selatan, serta hutan lindung Sungai Wain di wilayah Balikpapan
       Utara dan Balikpapan Barat.

                  Sedangkan bagian selatan, tepatnya di sepanjang tepi Teluk
       Balikpapan, terbentang dataran landai di Kecamatan Balikpapan Selatan dan
       Tengah. Disinilah detak jantung kegiatan perekonomian Kota Balikpapan
22




      berdenyut. Pusat perdagangan, pusat jasa, pusat permukiman, bahkan
      industri pengolahan terutama minyak dan gas bumi terkonsentrasi di
      wilayah ini.

               Kota balikapan bemiliki beberapa formasi diantaranya formasi pulo
      balang, formasi kampung baru dan formasi Balikpapan. Pada studi lapangan
      1 yang dilakukan di kampus 2 stt migas yang berjarak 10 km dari pusat kota
      Balikpapan adalah wilayah Balikpapan yang termaksut dalam formasi
      Balikpapan. Lokasi ini terletak di RT 38 KM 09 Karang Joang. Sedangkan
      pada lokasi lapangan 2 terletak di area perumahan dengan luas lebih dari
      100HA, dengan lokasi yang cukup strategis di Jl. Kol. Syarifudin Yoes,
      yang dapat ditempuh sekitar 15 menit dari bandara sepinggan atau berada di
      lahan pengembangan perumahan yang terletak di Balikpapan Regency dan
      juga masih termasuk dalam formasi Balikpapan.

3.2   Studi Lapangan 1 ( kampus 2 STT MIGAS, KM 9)

               Pada studi lapangan 1 batuan yang mendominasi adalah batu
      lempung serta terdapat lapisan batu pasir kompak yang meyebar merata
      diantara batu lembung tersebut




         Gambar 3.1 Lokasi 1               Gambar 3.2 Penampang Lapisan
23




Gambar 3.3 Proses Pengukuran   Gambar 3.4 Peserta Studi Lapangan
24




Pada studi lapangan ini kami melakukan kegiatan pengukuran azimuth ,
lereng pengukuran arah perlapisan dan penyebaran lapisannnya (strike dan
dip)     batu      pasir   menggunakan    kompas     giologi.   Adapun    proses
pengukurannya ialah sebagai berikut:
A. Menentukan arah azimuth
       Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke
       tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak
       bukti, patok yang sengaja dipasang, dan lain-lain. Untuk mendapatkan
       hasil pembacaan yang baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai
       berikut :
       1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang.
       2. Kompas dibuat horizontal (dengan bantuan “mata lembu” ) dan
           dipertahankan demikian selama pengamatan.
       3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135° menghadap ke depan dan
           sighting arm dibuka horizontal dengan peep sight ditegakkan.
       4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang
           dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung sighting
           arm dan garis tengah dan garis tengah pada cermin. Sangat penting
           diingat bahwa : bukan hanya tangan dengan kompas yang berputar
           tetapi seluruh badan.
       5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil
           bacaan adalah arah yang dimaksud


       Hasil pembacaan arah dapat dipakai untuk menentukan lokasi dimana
       pengamat berdiri, dengan dibantu peta topografi. Pembidikan dapat
       dilakukan ke beberapa obyek yang lokasinya diketahui dengan pasti di
       peta (biasanya tiga obyek) kemudian arah-arah tersebut ditarik pada
       peta dengan menggunakan busur derajat dan segitiga. Titik potong
       ketiganya, yang bila pembacaannya tepat, akan hanya berpotongan di
       satu titik. Titik tersebut adalah titik dimana pengamat berdiri.
25




   Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan
   menempatkan kompas pada posisi mata. Kompas dipegang horizontal
   dengan cermin dilipat 45° dan menghadap ke mata. Arah yang
   ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui cermin. Karena tangan
   penunjuk arah terbalik (menghadap kita), maka yang dibaca adalah
   ujung selatan jarum kompas. Yang mana dari kedua cara ini yang
   paling baik adalah tergantung dari kebiasaan kita dan keadaan medan.

B. Mengukur besarnya sudut suatu lereng
   Untuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai
   berikut :
   1. Tutup kompas dibuka kurang lebih 45°, sighting arm dibuka dan
       ujungnya di tekuk 90°.
   2. Kompas dipegang dengan posisi seperti yang diperlihatkan dalam
       Skala klinometer harus di sebelah bawah.
   3. Melalui lubang peep-sight dan sighting-window dibidik titik yang
       dituju. Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi yang sama
       dengan jarak antara mata pengamat dengan tanah tempat berdiri.
   4. Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur di
       bagian belakang kompas, sehingga gelembung udara dalam
       “clinometer level” berada tepat di tengah .
   5. Baca skala yang ditunjukkan klinometer seperti yang ditunjukkan
       dalam. Satuan kemiringan dapat dinyatakan dalam derajat maupun
       dalam persen.
   Apabila jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui,
   misalnya dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara
   kedua titik tersebut dapat dihitung. Perbedaan tinggi tersebut dapat juga
   diketahui dengan cara seperti yang diperlihatkan dalam. Dalam hal ini,
   ikutilah prosedur sebagai berikut :
26




   1. Letakkan angka 0 klinometer berimpit dengan angka 0 pada skala.
   2. Pegang kompas seperti, gerakan dalam arah vertikal sedemikian
       rupa sehingga gelembung udara berada di tengah .
   3. Bidiklah melalui lubang pengintip sehingga mata, lubang pengintip
       dan garis pada jendela panjang berada dalam satu garis lurus.
       Perpanjangan     dari   garis   lurus   tersebut   akan   “menembus”
       permukaan tanah di depan pada suatu titik tertentu. Ingat-ingatlah
       titik “tembus” ini.
   4. Beda tinggi antara pengamat berdiri dan “titik tembus” tadi sama
       dengan tinggi pengamat dari telapak sepatu sampai mata.
   5. Berpindahlah ke “titik tembus” tadi dan ulanglah prosedur no. 2 dan
       3 di atas sampai daerah yang akan anda ukur selesai.
   Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dalam pengukuran arah dan
   sudut lereng, dapat digunakan kaki –tiga (tripod).

C. Mengukur kedudukan unsur struktur
   Dalam geologi kita hanya mengenal adanya 2 (dua) jenis unsur struktur,
   yaitu struktur bidang dan struktur garis.
   • Mengukur kedudukan bidang

      Yang dimaksud dengan struktur bidang adalah bidang perlapisan,
      kekar, sesar, foliasi, dan sebagainya. Kedudukannya             dapat
      dinyatakan dengan jurus dan kemiringan atau dengan arah
      kemiringan dan kemiringan.
      Mengukur jurus dan kemiringan dengan kompas azimuth, ikutilah
      prosedur sebagai berikut :
      1. Bukalah cermin kompas > 90o
      2. Letakkan salah satu sisi kompas yang bertanda E atau W (bukan
         N atau S) pada bidang yang akan diukur.
27




3. Aturlah posisi kompas sedemikian rupa sampai horizontal
   dengan bantuan “mata lembu”. Tetapi harus dijaga agar sisi
   kompas tetap menempel pada bidang yang diukur (bila
   bidangnya renjul, lakukanlah itu dengan bantuan clipboard atau
   yang semacamnya).
4. Bacalah jarum utara dan segera catat agar tidak lupa (bila
   kompas diangkat, jarum akan bergerak). Angka yang anda baca
   adalah jurus bidang yang diukur.
5. Tandailah garis potong antara : bidang yang diukur dengan
   bidang dasar kompas (= bidang horizontal). Biasanya dengan
   menekan angka keras atau menggeser agak keras.
6. Ubahlan posisi kompas sehingga bidang dasar komp;as tegak
   lurus terhadap garis potong (= jurus) pada nomor 5.
7. Aturlah klinometer sehingga gelembung pengatur horizontal
   terletak di tengah. Kemudian bacalah angka yang ditunjukkan
   (dalam hal ini kompas dapat diangkat). Hasil yang diperoleh
   adalah besarnya kemiringan.
8. Putarlah kompas sedemikian rupa. Buatlah horizontal dan
   bacalah arah yang ditunjukkan jarum utara : misalnya N, NE, E,
   SE, S, SW, W, NW. Angkanya tidak perlu dicatat. Hasil
   pembacaan adalah arah kemiringan.

Pada lokasi ini selain ditemukan penyebaran lapisan batu pasir juga
ditemukan beberapa sesar normal atau sesar turun.
28




                     Gambar 3.5 sesar               Gambar 3.6 pengukuran deep
           Kedudukan struktur bidang yang diukur dapat dicatat sebagai berikut :
           N340°E/4°W, artinya : jurus bidang adalah timur laut dan miring atau
           condong 4° ke arah barat. Bidang N340°E/4°W bisa juga dibaca dan
           dicatat sebagai N353°E/4°W. Angka yang pertama diperoleh karena
           yang ditempel adalah sisi yang bertanda E sedang angka yang kedua
           karena yang ditempel adalah sisi yang bertanda W. Serta nilai strike
           and dip dari sesar ialah N357°E/9°W.

3.3   Studi Lapangan 2 (Balikpapan Regency)
29




        Setelah kita melakukan studi lapangan di kampus 2 STT MIGAS
km 8 kita melakukan studi lapangan di Balikapapn Regency. Disana kami
menemukan lahan luas yang telah diratakan yang rencananya akan di
laksanakan pembangunan beberapa perumahan. Disana kami menemukan
galian lahan yang telah di keruk sehingga lokasi tersebut membentuk tebing
setinggi ±10 meter. Pada lokasi tersebut dominan dipenuhi lapisan batu
lempung , batu lempung pasiran, batu bara serta batu pasir yang telah
tersedimentasi. Serta perlapisan di lokasinya pun terlihat cukup jelas, walau
mungkin agak sedikit pemudaran yang diakibatkan oleh beberapa faktor.
Misalnya : Gerusan air hujan dan Angin. Dalam faktor pembentukan tanah
dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor pembentukan tanah secara
pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif adalah bagian-bagian
yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang
meliputi bahan induk, tofografi dan waktu atau umur. Sedangkan faktor
pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan energi yang
bekerja pada massa tanah, yaitu iklim, (hidrofer dan atmosfer) dan
makhkluk hidup (biosfer). Adapun pembentukan tanah di pengaruhi oleh
lima faktor yang bekerjasama dalam berbagai proses, baik reaksi fisik
(disintregrasi) maupun kimia (dekomposisi). Semula dianggap sebagai
faktor pembentukan tanah hanyalah bahan induk, iklim, dan makhluk hidup.
Setelah diketahui bahwa tanah berkembang terus, maka faktornya ditambah
dengan waktu. Tofografi (relief) yang mempengaruhi tata air dalam tanah
dan erosi tanah juga merupakan faktor pembentukan tanah.
         Di lokasi tersebut kita bisa melihat batuan sedimen / endapan.
Batuan endapan terjadi karena proses pengendapan bahan yang diangkut
oleh air atau udara dalam waktu yang lama. Ciri untuk membedakan batuan
endapan dan batuan lainnya yaitu, batuan endapan biasanya berlapis,
mengandung jasad (fosil) atau bekas-bekasnya dan adanya keseragaman
yangnyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang menyusun.
         Adanya lapisan dalam batuan ini disebabkan karena timbunan
lapisan pengendapan yang masing-masing berbeda bahan, tekstur, warna
30




   dan tebalnya. Perbedaan ini terutama di sebabkan oleh karena perbedaan
   waktu pengendapan dan bahan yang diendapkannya.jika bahan yang
   diendapkannya seragam maka ciri akan terlihat kurang jelas. Batuan
   endapan dari bahan-bahan yang diendapkan dari hasil pecahan batuan yang
   telah ada sebelumnya. Proses pelapukan batuan endapan dapat terjadi
   melalui gerakan bumi, seperti gempa bumi, patahan,timbulan,bahkan
   lipatan, dan tekanan akibat temperartur, juga bisa diakibatkan oleh tenaga
   mahkluk hidup saeperti akar dan hewan, maupun gaya kimia yang di
   sebabkan oleh gaya kimia seperti CO2, O2 asam organik dan sebagainya.
             Dilokasi kita pun dapat menemukan batuan sedimen yang telah
   melewati proses Litifikasi. Lithifikasi itu sendiri adalah proses perubahan
   material sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Seperti yang
   terlihat pada gambar di bawah (gambar 3.9) pasir mengalami lithifikasi
   manjadi batu pasir. Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada
   sedimen selama terpendam dan terlithifikasi disebut sebagai diagnesis .
   Diagnesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada
   proses pelapukan.




Gambar 3.7 Peserta praktikum lokasi 2    Gambar 3.8 Lokasi lapangan 2
31




Gambar 3.9 batu pasir    yang terlitifikasi            Gambar 3.10 batu lempung
                  Selain itu juga di lokasi tersebut kita bisa melihat lapisan batuan
         batubara . Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil, merupakan
         batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
         utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
         pembatubaraan.
                        Batu bara umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
         Namun dewasa ini penggunaan batu bara semakin dikurangi, di samping
         merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, penggunaan
         batu bara juga menimbulkan pencemaran.




  Gambar 3.11. Perlapisan Batu Bara 1         Gambar 3.12. Perlapisan Batu Bara 2
32




                       Gambar. 3.13 Batu Bara

         Secara skematis kemungkinan didaerah Regency Balikpapan
memiliki struktur stratigrafi / perlapisan dengan batuan yang lebih tua
ialah batu bara, dengan menerpakan prinsip superposisi. Dengan, urutan
Batu bara, lempung, serta pasir. Dimana, ada intrusi yang dialami
perlapisan kemungkinan bisa terjadi. Hal, ini dikarenakan di satu tempat,
sekitar jarak yang kurang-lebih 4 meter dari lokasi awal perlapisan
batubara tersebut menghilang, dan di 4 meter Selanjutnya lapisan batu
bara tersebut muncul kembali. Ini, kemungkinan telah terjadi intrusi dari
batuan dasar yang mendesak keatas. Sehingga, terjadi beberapa lapisan
yang hilang. Berikut gambar skematis perlapisannya.




        Gambar 3.14 Skematis pelapisan lokasi 2
33




                                     BAB IV
                                KESIMPULAN


Dari data di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.   Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
     distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
     menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan
     yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
     (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
     absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
     penyebaran lapisan batuan.
2.   Kota Balikpapan merupakan bagian dari cekungan kutai ( kutai basin).
3.   Kota Balikpapan mempuyai beberapa formasi batuan, diantaranya formasi
     Balikpapan, formasi pulo balang dan formasi kampung baru.
4.   Pada studi lapangan kampus 2 stt migas ditemukan 2 jenis lapisan batuan
     yaitu batu pasir kompak dan batu lempung
5.   Nilai strike pada studi lapangan 1 ialah 347 dan nilai dipnya ialah 6’
6.   Pada studi lapangan 2 ditemukan beberapa jenis lapisan batuan yaitu batu
     pasir, batu lempung, baru lempung pasiran, baru pasir kompak dan batu bara.
34
35




                             DAFTAR PUSTAKA


Gabro.M.2009.kompas geologi.makassar

Hartono.2012. http://psdg.bgl.esdm.go.id/tenggarong.

Herdy.2010. http://herdyborgir.blogspot.com/geology-regional.

PT.PerencanaDjajaCiptalaras2011.http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/timur/ka

ltim/balikpapan.pdf.

Wahyudia.AS.2011.Stratigrafi Geometri.Kalsel

www.google.com

www.wikipedia.com
36




                                         LAMPIRAN

           Praktikum Lapangan 1 @ Kampus 2 STT-MIGAS KM 8




                                                Gambar lokasi tempat yang akan diamati
Gambar sisi lain kampus 2 STT-MIGAS KM 8




   Gmabar perlapisan yang akan diamati              Gambar persiapan sebelum melakukan
                                                            perhitungan strike
37




         Gambar kompas geologi              Gambar Praktikan melakukan pengukuran strike




 Gambar Kompas Geologi serta hasil yang     Gambar praktikan melakukan pengukuran Deep
     didapatkan dari pengamatan




Gambar Mahasiswa mendapatkan mentoring        Gambar kegiatan mentoring dosen terhadap
tentang penggunaan kompas oleh dosen yang                   Mahasiswa
              bersangkutan
38




Gambar seluruh praktikan pada Praktikum Lapangan 1 @ Kampus 2 STT-MIGAS Balikpapan
39




                                 LAMPIRAN

             Praktikum Lapangan II @ Balikpapan Regency




                                       Gambar salah seorang praktikan melakukan observasi
Gambar lokasi praktikum ke dua                     awal pada lapisan pasiran




                                        Gambar salah seorang praktikan yang menujukkan
  Gmabar lapisan batu pasir                      adanya singkapan perlapisan
40




Gambar saat pengambilan sample batuan          Gambar seluruh peserta praktikan




Gambar lapisan batu bara yang terlihat   Gambar beberapa sample yang berhasil didapat
41




Praktikan Tim A (Alpha)                             Praktikan Tim B (Beta)




                          Praktikum Telah Selesai
                             ( 1Direction + 1 )
42

More Related Content

What's hot

Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Wachidatin N C
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
bramantiyo marjuki
 
pci geomatica
pci geomaticapci geomatica
pci geomatica
Rizqi Umi Rahmawati
 
Laporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta TematikLaporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta Tematik
Sally Indah N
 
8. diskripsi kekar
8. diskripsi kekar8. diskripsi kekar
8. diskripsi kekar
La Ode Dzakir
 
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang PertambanganPertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Wachidatin N C
 
02_Peta Topografi dan Tematik
02_Peta Topografi dan Tematik02_Peta Topografi dan Tematik
02_Peta Topografi dan Tematik
Hamida ID
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
Nopye Mariki
 
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
oriza steva andra
 
Sistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi PetaSistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi Peta
Laili Aidi
 
Laporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengLaporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lereng
andini rambe
 
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
feronika purba
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Mgs Zulfikar Rasyidi
 
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung 2
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung 2Modul penggunaan kompas geologi agp bandung 2
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung 2
Muhammad Faisal Latif
 
Laporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan ThachymetriLaporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan Thachymetri
lia anggraini
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri DasarLaporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Ahmad Dani
 
Laporan geoteknik-gerakan-tanah
Laporan geoteknik-gerakan-tanahLaporan geoteknik-gerakan-tanah
Laporan geoteknik-gerakan-tanah
ChairulHuda03
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran Peledakan
Muhammad Nafis
 
Laporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGisLaporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGis
Mf Dewantara AlMismary
 
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstoneResume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
'Oke Aflatun'
 

What's hot (20)

Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
 
pci geomatica
pci geomaticapci geomatica
pci geomatica
 
Laporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta TematikLaporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta Tematik
 
8. diskripsi kekar
8. diskripsi kekar8. diskripsi kekar
8. diskripsi kekar
 
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang PertambanganPertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
 
02_Peta Topografi dan Tematik
02_Peta Topografi dan Tematik02_Peta Topografi dan Tematik
02_Peta Topografi dan Tematik
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
PENGENALAN ArcMAP dan PENGANTAR ArcCATALOG pada ARCGIS 10.0
 
Sistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi PetaSistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi Peta
 
Laporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengLaporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lereng
 
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
 
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung 2
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung 2Modul penggunaan kompas geologi agp bandung 2
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung 2
 
Laporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan ThachymetriLaporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan Thachymetri
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri DasarLaporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
 
Laporan geoteknik-gerakan-tanah
Laporan geoteknik-gerakan-tanahLaporan geoteknik-gerakan-tanah
Laporan geoteknik-gerakan-tanah
 
Bab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran PeledakanBab II Pemboran Peledakan
Bab II Pemboran Peledakan
 
Laporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGisLaporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGis
 
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstoneResume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
Resume batu conglomerate, breksi, sandstone, dan mudstone
 

Viewers also liked

Mencari Solusi Problem Air Baku di Balikpapan: Air tanah?
Mencari Solusi Problem Air Baku di Balikpapan: Air tanah?Mencari Solusi Problem Air Baku di Balikpapan: Air tanah?
Mencari Solusi Problem Air Baku di Balikpapan: Air tanah?
Dasapta Erwin Irawan
 
World Oil and Gas Review 2014
World Oil and Gas Review 2014 World Oil and Gas Review 2014
World Oil and Gas Review 2014
Eni
 
Pratikum operator
Pratikum operatorPratikum operator
Pratikum operator
Carvalho Bento
 
Astronomy in Timor- Leste, Transit of Venus 2012, A Universe Awareness Studen...
Astronomy in Timor- Leste, Transit of Venus 2012, A Universe Awareness Studen...Astronomy in Timor- Leste, Transit of Venus 2012, A Universe Awareness Studen...
Astronomy in Timor- Leste, Transit of Venus 2012, A Universe Awareness Studen...
unawe
 
Programa Supervisao 08 09 Sobre Tic
Programa Supervisao 08 09 Sobre TicPrograma Supervisao 08 09 Sobre Tic
Programa Supervisao 08 09 Sobre TicTEODORO SOARES
 
Sejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiSejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiDian Ulfa
 
GEOLOGIA DO TIMOR 3
GEOLOGIA DO TIMOR 3GEOLOGIA DO TIMOR 3
GEOLOGIA DO TIMOR 3
TEODORO SOARES
 
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandungModul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
Muhammad Faisal Latif
 
BAB 3 (Geologi Struktur)
BAB 3 (Geologi Struktur)BAB 3 (Geologi Struktur)
BAB 3 (Geologi Struktur)
Riadi
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Gutit
 
Bab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologiBab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologiDimaz Gunawan
 
Fuelling tl (gamckee)
Fuelling tl (gamckee)Fuelling tl (gamckee)
Fuelling tl (gamckee)
Geoffrey McKee
 
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTEINTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
Dhy Ganny
 
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Mario Yuven
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Mario Yuven
 

Viewers also liked (17)

Mencari Solusi Problem Air Baku di Balikpapan: Air tanah?
Mencari Solusi Problem Air Baku di Balikpapan: Air tanah?Mencari Solusi Problem Air Baku di Balikpapan: Air tanah?
Mencari Solusi Problem Air Baku di Balikpapan: Air tanah?
 
World Oil and Gas Review 2014
World Oil and Gas Review 2014 World Oil and Gas Review 2014
World Oil and Gas Review 2014
 
Pratikum operator
Pratikum operatorPratikum operator
Pratikum operator
 
Tugas pratikum
Tugas pratikumTugas pratikum
Tugas pratikum
 
Listing1 pratikum
Listing1 pratikumListing1 pratikum
Listing1 pratikum
 
Astronomy in Timor- Leste, Transit of Venus 2012, A Universe Awareness Studen...
Astronomy in Timor- Leste, Transit of Venus 2012, A Universe Awareness Studen...Astronomy in Timor- Leste, Transit of Venus 2012, A Universe Awareness Studen...
Astronomy in Timor- Leste, Transit of Venus 2012, A Universe Awareness Studen...
 
Programa Supervisao 08 09 Sobre Tic
Programa Supervisao 08 09 Sobre TicPrograma Supervisao 08 09 Sobre Tic
Programa Supervisao 08 09 Sobre Tic
 
Sejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiSejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumi
 
GEOLOGIA DO TIMOR 3
GEOLOGIA DO TIMOR 3GEOLOGIA DO TIMOR 3
GEOLOGIA DO TIMOR 3
 
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandungModul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
 
BAB 3 (Geologi Struktur)
BAB 3 (Geologi Struktur)BAB 3 (Geologi Struktur)
BAB 3 (Geologi Struktur)
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
 
Bab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologiBab 4+proses+proses+geologi
Bab 4+proses+proses+geologi
 
Fuelling tl (gamckee)
Fuelling tl (gamckee)Fuelling tl (gamckee)
Fuelling tl (gamckee)
 
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTEINTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
 
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesar
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 

Similar to Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

Laporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsamLaporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsam4211410001
 
Laporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi strukturLaporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi struktur
Aswan M
 
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosferX geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
jopiwildani
 
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupanX geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
jopiwildani
 
X geografi kd 3.5_final
X geografi kd 3.5_finalX geografi kd 3.5_final
X geografi kd 3.5_final
jopiwildani
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamFajar Perdana
 
Bab 1 perpetaan
Bab 1 perpetaanBab 1 perpetaan
Bab 1 perpetaan
Ilham Zainal
 
SOAL PREDIKSI GEOGRAFI UN 2012
SOAL PREDIKSI GEOGRAFI UN 2012SOAL PREDIKSI GEOGRAFI UN 2012
SOAL PREDIKSI GEOGRAFI UN 2012Kasmadi Rais
 
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...achiii19
 
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxPotensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
GustianRipi
 
Rpp
RppRpp
Makalah seminar fisika seismik refraksi
Makalah seminar fisika seismik refraksiMakalah seminar fisika seismik refraksi
Makalah seminar fisika seismik refraksi
Sulistiyo Wibowo
 
Materi mengenai prinsip dan konsep geografi
Materi mengenai prinsip dan konsep geografiMateri mengenai prinsip dan konsep geografi
Materi mengenai prinsip dan konsep geografi
citraaryanti4
 
Laporan praktikum lapangan(fisika kebumian dan antariksa)
Laporan praktikum lapangan(fisika kebumian dan antariksa)Laporan praktikum lapangan(fisika kebumian dan antariksa)
Laporan praktikum lapangan(fisika kebumian dan antariksa)
Rahmi Elzulfiah
 
Laporan kkl jogja semarang 11-17 maret 2013
Laporan kkl jogja  semarang 11-17 maret 2013Laporan kkl jogja  semarang 11-17 maret 2013
Laporan kkl jogja semarang 11-17 maret 2013Lilis indah Kurniawati
 
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunanOperator Warnet Vast Raha
 
RPP IPA
RPP IPARPP IPA
RPP IPA
Ghian Velina
 

Similar to Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada (20)

Laporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsamLaporan fieldtrip karsam
Laporan fieldtrip karsam
 
Laporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi strukturLaporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi struktur
 
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosferX geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
 
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupanX geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
 
X geografi kd 3.5_final
X geografi kd 3.5_finalX geografi kd 3.5_final
X geografi kd 3.5_final
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi Karsam
 
Bab 1 perpetaan
Bab 1 perpetaanBab 1 perpetaan
Bab 1 perpetaan
 
SOAL PREDIKSI GEOGRAFI UN 2012
SOAL PREDIKSI GEOGRAFI UN 2012SOAL PREDIKSI GEOGRAFI UN 2012
SOAL PREDIKSI GEOGRAFI UN 2012
 
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
 
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxPotensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
 
Rpp 4 geo litosfer
Rpp 4 geo litosferRpp 4 geo litosfer
Rpp 4 geo litosfer
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 
Bab 2 tata surya
Bab 2  tata suryaBab 2  tata surya
Bab 2 tata surya
 
hlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip kuhlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip ku
 
Makalah seminar fisika seismik refraksi
Makalah seminar fisika seismik refraksiMakalah seminar fisika seismik refraksi
Makalah seminar fisika seismik refraksi
 
Materi mengenai prinsip dan konsep geografi
Materi mengenai prinsip dan konsep geografiMateri mengenai prinsip dan konsep geografi
Materi mengenai prinsip dan konsep geografi
 
Laporan praktikum lapangan(fisika kebumian dan antariksa)
Laporan praktikum lapangan(fisika kebumian dan antariksa)Laporan praktikum lapangan(fisika kebumian dan antariksa)
Laporan praktikum lapangan(fisika kebumian dan antariksa)
 
Laporan kkl jogja semarang 11-17 maret 2013
Laporan kkl jogja  semarang 11-17 maret 2013Laporan kkl jogja  semarang 11-17 maret 2013
Laporan kkl jogja semarang 11-17 maret 2013
 
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
55422614 an-jauh-dasar-kontribusi-penginderaan-jauh-dalam-pembangunan
 
RPP IPA
RPP IPARPP IPA
RPP IPA
 

Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Formasi geologi Kota Balikpapan terdiri dari Meosin Atas dan Alluvial Undak Terumbu Koral. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa Meosin Atas mencapai luas 20.937 Ha, dan Alluvial Undak Terumbu Koral mencapai luas 31.743 Ha. Jenis batuan yang ada terdiri dari endapan permukaan dan batuan sedimen dan gunung api. Endapan permukaan berupa endapan alluvium, terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan lumpur, umumnya tersebar disepanjang pantai timur di sekitar Tanah Grogot, Teluk Adang dan Teluk Balikpapan. Sedangkan jenis batuan sedimen dan gunung api, terdiri dari tiga formasi batuan yaitu Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru. Mengingat sebagian besar lahan di Kota Balikpapan berjenis podsolik merah kuning dan pasir kwarsa dan bertekstur kasar serta ikatan batuan yang lemah, disebabkan tanah tersebut dibentuk dari jenis batuan yang berumur relatif muda. Sedangkan sifat tanahnya sangat mudah tererosi dan jenuh akan air. Sedangkan pembentukan jenis- jenis tanah ditentukan oleh beberapa faktor batuan induk, topografi, umur, iklim dan vegetasi/biologi serta pengaruh faktor lainnya, sehingga mengalami proses lebih lanjut secara terus menerus. Dalam rangka pengaplikasian sejumalah teori diatas, dan sebagai aspek dalam terjun kelapangan serta merupakan penerapan suatu disiplin ilmu secara langsung. Maka pihak yang bersangkutan mengadakan praktikum pengenalan geologi. Guna menepatkan sasaran dan tujuan serta sebagai pembuktian secara langsung antara lapangan dengan teori yang telah terurai. Praktek pengenalan lapangan geologi merupakan bagian dari kurikulum dari semester V STT MIGAS Balikpapan tahun 2012/2013. Praktek pengenalan lapangan berlokasi di KM 8 kampus STT-MIGAS Balikpapan dan di Balikpapan regency provinsi Kalimantan timur. 1
  • 2. 2 Praktek pengenalan lapangan geologi ini Dalam rangka penerapan teori yang telah disampaikan oleh dosen, karena sebelum mengenal lingkungan atau lapangan Geologi kemungkinan teori yang di dapat tidak mudah dipelajari apabila tidak langsung melakukan peraktek dilapangan. Hal ini dimaksud untuk membandingkan dan membuktikan apakah teori tersebut ada persamaan atau perbedaannya dengan ilmu yang didapatkan secara langsung pada waktu praktek dilapangan. Praktek tersebut sangat penting dilaksanakan karena bagi mahasiswa/i dapat mengenal dan melihat bentuk suatu lapisan batauan dan mengetahui strike dan dip sebuah batuan secara langsung untuk menambah ilmu pengetahuan di Bidang Geologi yang nantinya diharapkan dapat diandalkan sebagai tenaga enginer yang siap pakai. Hasil pemikiran tersebut dapat menjadikan tantangan dimasa yang akan datang. Khususnya bagi para mahasiswa/i stt-migas sendiri dan lingkungannya. Tanpa adanya praktek Sangatlah sulit megetahui hal-hal yang terdapat pada teori-teori tersebut, karena praktek merupakan penerapan suatu disiplin mengetahui hal-hal yang terdapat pada teori-teori tersebut, karena praktek merupakan penerapan suatu disiplin ilmu secara langsung, 1.2 Maksud dan Tujuan. Maksud dari pelaksanaan kegiatan filtrip pengenalan lapangan geologi S1 teknik perminyakan, stt-migas yaitu meliputi : 1. Melatih mahasiswa/i dalam mengenal suatu lapangan geologi. 2. Untuk melatih dalam menganalisa persoalan – persoalan geologi yang ada di lapangan. 3. Untuk mahasiswa/i terampil dan mahir dalam menggunakan perlatan geologi di lapangan. Serta, adapun tujuan dari tinjauan lapangan ini ialah: 1. untuk mengetahui kondisi lapangan geologi kota Balikpapan. 2. untuk mengetahui fungsi dari kompas geologi.
  • 3. 3 3. Untuk mengetahui arah penyebaran, stretigrafi, formasi, geometri unsur struktur, struktur garis, struktur bidang, kedalaman dan ketebalan batuan 4. Mengetahui jenis – jenis perlapisan 1.3 Kesampaian Daerah a. Waktu dan Tempat Pada Lokasi pertama : Hari, tanggal : Minggu, 28 Oktober 2012 Tempat : Kampus 2 STT MIGAS Balikpapan km 8 dan lokasi pembuatan jalan tol Balikpapan-Samarinda km 14 Karang Joang Waktu pelaksanaan : 11.00 – 12.00 WITA Kelompok : Mas Rahmat Hidayat Ayu Nurwahyuni Aliffian Gembong Putra Makmur Deniy Fatryanto Edisyoh Eko Widodo Eka Almas Yuslim Achmad Syamsul Rizal Anis Damianus Mario Ricky Fernando Proses perjalanan : Saya berangkat dari rumah (Graha Indah) pukul 09.35 menuju kampus 2 STT MIGAS km 8. Sesampai di sana pukul 10.55 saya bertemu dengan teman-teman kelompok saya dan Ibu Rohima (dosen pembimbing). Pada pukul 11.00- 12.00 saya dan teman-teman belajar menggunakan kompas geologi dan di bimbing langsung oleh Ibu Rohima. Pukul 11.00-12.00 saya dan teman- teman melakukan tinjauan lokasi yang berada di depan keseketariatan stt migas km 8 yang selanjutnya kami belajar mengukur arah penyebaran perlapisan batuan (strike and dip)
  • 4. 4 mengunakan kompas geologi yang dibimbing oleh dosen pembimbing kami. Pukul 12.00 praktikum lapangan selesai. Pukul 12.30 saya tiba di rumah. Gambar 1.1. Lokasi Kampus 2 STT-MIGAS Balikpapan Kilometer 8 Gambar 1.2. Kampus 2 STT-MIGAS Balikpapan Kilometer 8
  • 5. 5 b. Waktu dan Tempat pada Lokasi kedua. Hari, tanggal : Minggu, 4 November 2012 Tempat : Balikpapan Regency Waktu : 09.00 – 11.00 Kelompok : Vergilius Massora Mas Rahmad Hidayat Deniy Fatryanto Edisyoh Eko Widodo Eka Almas Yuslim Achmad Syamsul Rizal Anis Ayu Nurwahyuni Damianus Mario Ricky Fernando Proses Perjalanan : Berangkat dari rumah pukul 08.30. Perjalanan cukup menguras waktu dikarenakan tempat tinggal yang cukup jauh dari Lokasi. Sesampai dilokasi tepat pukul 09.00, sembari menunggu praktikan yang belum datang praktikum dilaksanakan 30 menit kemudian. Peninjauan lokasi dari praktikum kedua berjalan lancar, pengamatan, pemotretan, pengambilan sample, serta mengamati lapisan- lapisan serta singkapannya berlangsung sekitar 1 jam setengah. Tepat pada pukul 11.00, praktikum peninjauan lapangan operasi di Regency ditutup. Dan, kami meninggalkan lokasi secara tertib ke tujuan / rumah masing – masing.
  • 6. 6 Gambar. 1.3. Lokasi Pengamatan kedua di Balikpapan Regency Gambar. 1.4. Object yang akan mendapat perlakuan di Lokasi kedua Balikpapan Regency 1.4 Metodologi Adapun metode peninjauan lapangan ialah mengukur peyebaran lapisan (stike and dip) dari suatu sampel lapisan dan kekar menggunakan kompas giologi serta mencatat hasil dari pengukurannya. Serta melakukan pengamatan secara saksama.
  • 7. 7 BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Kerangka Tektonik Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang kompleks. Adanya interaksi konvergen atau kolisi antara 3 lempeng utama, yakni lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Asia yang membentuk daerah timur Kalimantan (Hamilton, 1979).Evolusi tektonik dari Asia Tenggara dan sebagian Kalimantan yang aktif menjadi bahan perbincangan antara ahli-ahli ilmu kebumian. Pada jaman Kapur Bawah, bagian dari continental passive margin di daerah Barat daya Kalimantan, yang terbentuk sebagai bagian dari lempeng Asia Tenggara yang dikenal sebagai Paparan Sunda.
  • 8. 8 Gambar 2.1. Fisiografi Pulau Kalimantan (Nuey, 1987). Pada jaman Tersier, terjadi peristiwa interaksi konvergen yang menghasilkan beberapa formasi akresi, pada daerah Kalimantan.Selama jaman Eosen, daerah Sulawesi berada di bagian timur kontinen dataran Sunda. Pada pertengahan Eosen, terjadi interaksi konvergen ataupun kolisi antara lempeng utama, yaitu lempeng India dan lempeng Asia yang mempengaruhi makin terbukanya busur belakang samudra, Laut Sulawesi dan Selat Malaka. 2.2 Geomorfologi Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan yang dihasilkan oleh perkembangan regangan cekungan yang besar pada daerah Kalimantan.Pada Pra-Tersier, Pulau Kalimantan ini merupakan salah satu pusat pengendapan, yang kemudian pada awal tersier terpisah menjadi 6 cekungan sebagai berikut :1 Cekungan Barito, yang terletak di Kalimantan Selatan, 2.Cekungan Kutai, yang terletak di Kalimantan Timur,3. Cekungan Tarakan, yang terletak di timur laut Kalimantan,4 Cekungan Sabah, yang terletak di utara Kalimantan,5.Cekungan Sarawak, yang terletak di barat laut
  • 9. 9 Kalimantan,6. Cekungan Melawai dan Ketungau, yang terletak di Kalimantan Tengah Gambar 2.2 Elemen tektonik Kalimantan Kerangka tektonik di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh perkembangan tektonik regional yang melibatkan interaksi antara Lempeng Samudera Philipina, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasian yang terjadi sejak Jaman Kapur sehingga menghasilkan kumpulan cekungan samudera dan blok mikro kontinen yang dibatasi oleh adanya zona subduksi, pergerakan menjauh antar lempeng, dan sesar-sesar mayor. Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada Kala Eosen Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan karena tumbukan lempeng mengakibatkan pengangkatan dasar cekungan ke arah Barat Laut yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai, dan tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang. Pada Kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai dari bagian barat Cekungan Kutai yang bergerak secara progresif ke arah Timur sepanjang waktu dan bertindak sebagai pusat pengendapan. Selain itu
  • 10. 10 juga terjadi susut laut yang berlangsung terus menerus sampai Miosen Akhir. Bahan yang terendapkan berasal dari bagian Selatan, Barat dan Utara cekungan menyusun Formasi Warukin, Formasi Pulubalang dan Formasi Balikpapan. Formasi Pamaluan (Tomp), Batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih batugamping dan batulanau; berlapis sangat baik. Batu pasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitam-kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik, butiran membulat-bulat tanggung, padat, karbonan dan gamping. Setempat dijumpai struktur sedimen seilang-silang dan perlapisan sejajar. Tebal lapisan antara 1-2 meter. Batu lempung tebal rata-rata 45 cm, serpih, kelabu kecoklatan-kelabu tua, padat, tebal sisipan antara 10 -20 cm. Batu gamping kelabu pejal, berbutir sedang kasar, setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar. Batu lanau tua kehitaman. Formasi Pemaluan merupakan batuan palling bawah yang tersinggkap di lembar Samarinda dan bagian atas formasi ini berhubungan menjemari dengan Formasi Bebuluh. Tebal formasi lebih kurang 2000 meter. Berumur Oligosen sampai awal Miosen. Formasi Bebuluh (Tomb), Batugamping terumbu dengan sisipan batu gamping pasiran dan serpih, warna kelabu padat, mengandung foraminifera besar, berbutir sedang. Setempat batu gamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih kelabu kecoklatan berseling dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain : Lepidocyclina Sumatraensis Brady, Miogypsina Sp. Miogupsinaides SPP. Operculina Sp., menunjukan umur Miosen awal – Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 meter. Formasi Bebuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulau Balang. Formasi Pulau Balang (Tmpb), Perselingan antara graywacke dan batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batu lempung, batubara, dan tuf dasit. Batupasir graywacke, kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara 50 – 100 cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan, setempat tufan muda kekuningan, mengandung foraminifera besar. Batugamping, coklat muda
  • 11. 11 kekuningan, mengandung foraminifera besar, batugamping ini terdapat sebagai sisipan atau lensa dalalm batupasir kuarsa, tebal lapisan 10 – 40 cm. di S. Loa Haur, mengandung foraminifera besar antara lain Austrotrilina howchina, Borelis sp., Lepidocyclina sp., Myogypsina sp., menunjukan umur Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2 cm. Setempat berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa. Gambar 2.3. Peta Formasi Balikpapan Formasi Balikpapan (Tmbp), perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 0,5 – 5 m. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung Foraminifera kecil, disisipi lapisan tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat
  • 12. 12 mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan, berlapis tipis; serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran, mengandung Foraminifera besar, moluska, menunjukan umur Miosen Akhir bagian bawah – Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan delta, dengan ketebalan 1000 – 1500 m.. Formasi Kampungbaru (Tpkb), Batu pasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih; lanau dan lignit; pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir kuarsa putih, setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung lapisan tipis oksida besi atau kongkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter 0.5 – 1 cm, mudah lepas. Lempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, batubara/ lignit dengan tebal 0,5 – 3 m, koral. Lanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi, teballl 1 – 2 m. Diduga berumur Miosen Akhir – Pilo Plistosen, lingkungan pengendapan delta – laut dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan. Endapan Alluvium, Kerikil, pasir dan lumpur terendapkan dalam lingkungan sungai, rawa, delta dan pantai. 2.3 Struktur Secara ringkas Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang yang terdiri dari perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan dan serpih dengan sisipan napal , batu gamping dan batu bara, berumur Miosen tengah-akhir. Formasi tersebut ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Kampung Baru terdiri dari batu lempung pasiran, batu pasir kuarsa, batu lanau, sisipan batubara, napal, batu gamping dan batu bara muda, berumur Miosen Akhir . Kedua Formasi diatas mengalami perlipatan jenis Antiklin dan Sinklin, mempunyai sumbu kearah Timur Laut – Barat Daya.
  • 13. 13 Sedangkan Formasi lebih tua terdiri dari Pamaluan dan Bebuluh berumur Miosen Awal-tengah terdiri dari batupasir, serpih, batu lanau, batu gamping. Ketebalan seam batu bara berkisar 0.5 meter sampai 6.0 meter, dengan ketebalan seam rata-rata berkisar 2 meter pada batuan batu lanau dan serpih mengalami kompaksi. Struktur geologi yang berkembang di daerah pendataan adalah struktur lipatan yang termasuk kedalam antiklin Tenggarong, yang menerus kearah Timur Laut antiklin Segihan, sedangkan kearag barat daya antiklin Gitan. Struktur antklin dan sinklin terdapat pada batuan Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang, masing-masing sayap tidak simetris . Struktur sesar terdapat pada melalui Formasi Balikpapan, berarah timur laut-barat daya, jenisnya sementara belum dapat ditentukan karena terbatasnya data. Tabel 2.1. Struktur Formasi Geologi lembar Samarinda-Kaltim
  • 14. 14 Sumber: Peta Geologi Lembar Samarinda - Kalimantan Timur (S.Supriatna, Sukardi, & E.Rustandi) 2.4 Stratigrafi Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya pada suatu wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk periode-periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William Smith dan kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan, hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi. Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata, yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata “grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya gambar atau lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang
  • 15. 15 lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu. - Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun pengertian nama-nama tersebut seperti misalnya: Formasi/formasi, Zona/zona, Sistem dan sebagainya. - Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap lapis batuan dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan batuan tersebut. Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan lainnya adalah “selaras” (conformity) atau “tidak selaras” (unconformity). - Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan memiliki genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh, facies sedimen marin, facies sedimen fluvial, facies sedimen delta, dsb. - Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau diendapkan pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa batuan sedimen: Darat (Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi (Pasang- surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut (Marine: Lithoral, Neritik, Bathyal, atau Hadal) - Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut dan biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping formasi Rajamandala terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa formasi Bayah terbentuk pada kala Eosen Akhir Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian geologi adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Superposisi
  • 16. 16 Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak bumi tempat diendapkannya sedimen, lapisan yang paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali pada lapisan-lapisan yang telah mengalami pembalikan. Gambar 2.4. Umur Relatif Batuan Sedimen 2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality) Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi setelah proses pengendapan. Pengecualian : Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai, batugamping, terumbu, dll) dapat terjadi pengendapan miring yang disebut Kemiringan Asli (Original Dip) dan disebut Clinoform. 3. Azas Pemotongan (Cross Cutting) Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia lebih muda dari batuan yang diterobosnya. 4. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity) Lapisan sedimen diendapkan secara terus menerus dan berkesinambungan sampai batas cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi. Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin
  • 17. 17 terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral, yaitu: Gambar 2.5. Lapisan Sedimen yang Berkesinambungan - Pembajian Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya Gambar 2.6. Penipisan Lapisan Sedimen pada Tepian Cekungan - Perubahan Fasies Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama (menjemari). Gambar 2.7. Penghilangan Lapisan Secara Lateral - Pemancungan atau Pemotongan karena Ketidakselarasan Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity di mana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan batuan diatasnya. Pemancungan atau pemotongan terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang ketidakselarasan.
  • 18. 18 Gambar 2.8 Pemancungan - Dislokasi karena sesar Pergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang menyebabkan terjadinya sesar atau patahan. Gambar 2.9. Dislokasi 5. Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions) Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua asumsi dalam evolusi organik. Asumsi pertama adalah organisme senantiasa berubah sepanjang waktu dan perubahan yang telah terjadi pada organise tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah geologi adalah jumlah dari seluruh kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Asumsi kedua adalah kenampakan-kenampakan anatomis dapat ditelusuri melalui catatan fosil pada lapisan tertua yang mewakili kondisi primitif organisme tersebut. 6. Teori Katastrofisme (Catastrophism) Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang kebangsaan Perancis pada tahun 1830. Ia berpendapat bahwa flora dan fauna dari setiap zaman itu berjalan tidak berubah, dan sewaktu terjadinya revolusi maka hewan- hewan ini musnah. Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul
  • 19. 19 hewan dan tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih umum disebut dengan teori Malapetaka. 7. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism) Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The Present is The Key to The Past “, yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang adalah cerminan atau hasil dari kejadian pada zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang ada sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang berkesinambungan seragam dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal ini menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-pegunungan besar, lembah serta tebing curam tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba, akan tetapi melalui proses alam yang berjalan dengan sangat lambat. Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah : • Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan. • Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula pada masa lampau namun dengan intensitas yang berbeda. ~ Alat Pengukur Stratigrafi (Kompas Geologi) Kompas, klinometer dan “hand level” merupakan alat-alat yang dipakai dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan kombinasi dari ketiga fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas disini adalah tipe Brunton dari berbagai merek. Bagian-Bagian utama kompas geologi Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton diperlihatkan dalam. Yang terpenting diantaranya adalah :
  • 20. 20 Gambar 2.10. Kompas Geologi 1. Jarum Magnet Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat menunjuk posisi geografi yang benar maka “graduated circle” harus diputar. Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu. Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih). 2. Lingkaran pembagian derajat (graduated circle) Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N) sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N) dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat (W). (Gambar II.2)
  • 21. 21 3. Klinometer Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala (Gb. II.3A). Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Lokasi Secara geografis wilayah Kota Balikpapan berada antara 1.0 LS – 1.5 LS dan 16,5 BT– 117,5 BT dengan luas wilayah 503,35 Km².Dilihat dari topografinya sekitar 70% wilayah Kota Balikpapan merupakan daerah yang berbukit-bukit, sedangkan sisanya berupa dataran landai yang berada di tepi laut. Perbukitan berada di daerah utara, Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan Tengah, dan Balikpapan Timur. Daerah ini menjadi daerah penyangga kota, diantaranya hutan lindung kota di Kecamatan Balikpapan Selatan, lokasi konservasi alam di Kecamatan Balikpapan Utara dan Balikpapan Selatan, serta hutan lindung Sungai Wain di wilayah Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat. Sedangkan bagian selatan, tepatnya di sepanjang tepi Teluk Balikpapan, terbentang dataran landai di Kecamatan Balikpapan Selatan dan Tengah. Disinilah detak jantung kegiatan perekonomian Kota Balikpapan
  • 22. 22 berdenyut. Pusat perdagangan, pusat jasa, pusat permukiman, bahkan industri pengolahan terutama minyak dan gas bumi terkonsentrasi di wilayah ini. Kota balikapan bemiliki beberapa formasi diantaranya formasi pulo balang, formasi kampung baru dan formasi Balikpapan. Pada studi lapangan 1 yang dilakukan di kampus 2 stt migas yang berjarak 10 km dari pusat kota Balikpapan adalah wilayah Balikpapan yang termaksut dalam formasi Balikpapan. Lokasi ini terletak di RT 38 KM 09 Karang Joang. Sedangkan pada lokasi lapangan 2 terletak di area perumahan dengan luas lebih dari 100HA, dengan lokasi yang cukup strategis di Jl. Kol. Syarifudin Yoes, yang dapat ditempuh sekitar 15 menit dari bandara sepinggan atau berada di lahan pengembangan perumahan yang terletak di Balikpapan Regency dan juga masih termasuk dalam formasi Balikpapan. 3.2 Studi Lapangan 1 ( kampus 2 STT MIGAS, KM 9) Pada studi lapangan 1 batuan yang mendominasi adalah batu lempung serta terdapat lapisan batu pasir kompak yang meyebar merata diantara batu lembung tersebut Gambar 3.1 Lokasi 1 Gambar 3.2 Penampang Lapisan
  • 23. 23 Gambar 3.3 Proses Pengukuran Gambar 3.4 Peserta Studi Lapangan
  • 24. 24 Pada studi lapangan ini kami melakukan kegiatan pengukuran azimuth , lereng pengukuran arah perlapisan dan penyebaran lapisannnya (strike dan dip) batu pasir menggunakan kompas giologi. Adapun proses pengukurannya ialah sebagai berikut: A. Menentukan arah azimuth Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak bukti, patok yang sengaja dipasang, dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut : 1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang. 2. Kompas dibuat horizontal (dengan bantuan “mata lembu” ) dan dipertahankan demikian selama pengamatan. 3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135° menghadap ke depan dan sighting arm dibuka horizontal dengan peep sight ditegakkan. 4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung sighting arm dan garis tengah dan garis tengah pada cermin. Sangat penting diingat bahwa : bukan hanya tangan dengan kompas yang berputar tetapi seluruh badan. 5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil bacaan adalah arah yang dimaksud Hasil pembacaan arah dapat dipakai untuk menentukan lokasi dimana pengamat berdiri, dengan dibantu peta topografi. Pembidikan dapat dilakukan ke beberapa obyek yang lokasinya diketahui dengan pasti di peta (biasanya tiga obyek) kemudian arah-arah tersebut ditarik pada peta dengan menggunakan busur derajat dan segitiga. Titik potong ketiganya, yang bila pembacaannya tepat, akan hanya berpotongan di satu titik. Titik tersebut adalah titik dimana pengamat berdiri.
  • 25. 25 Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan menempatkan kompas pada posisi mata. Kompas dipegang horizontal dengan cermin dilipat 45° dan menghadap ke mata. Arah yang ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui cermin. Karena tangan penunjuk arah terbalik (menghadap kita), maka yang dibaca adalah ujung selatan jarum kompas. Yang mana dari kedua cara ini yang paling baik adalah tergantung dari kebiasaan kita dan keadaan medan. B. Mengukur besarnya sudut suatu lereng Untuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai berikut : 1. Tutup kompas dibuka kurang lebih 45°, sighting arm dibuka dan ujungnya di tekuk 90°. 2. Kompas dipegang dengan posisi seperti yang diperlihatkan dalam Skala klinometer harus di sebelah bawah. 3. Melalui lubang peep-sight dan sighting-window dibidik titik yang dituju. Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi yang sama dengan jarak antara mata pengamat dengan tanah tempat berdiri. 4. Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur di bagian belakang kompas, sehingga gelembung udara dalam “clinometer level” berada tepat di tengah . 5. Baca skala yang ditunjukkan klinometer seperti yang ditunjukkan dalam. Satuan kemiringan dapat dinyatakan dalam derajat maupun dalam persen. Apabila jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui, misalnya dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara kedua titik tersebut dapat dihitung. Perbedaan tinggi tersebut dapat juga diketahui dengan cara seperti yang diperlihatkan dalam. Dalam hal ini, ikutilah prosedur sebagai berikut :
  • 26. 26 1. Letakkan angka 0 klinometer berimpit dengan angka 0 pada skala. 2. Pegang kompas seperti, gerakan dalam arah vertikal sedemikian rupa sehingga gelembung udara berada di tengah . 3. Bidiklah melalui lubang pengintip sehingga mata, lubang pengintip dan garis pada jendela panjang berada dalam satu garis lurus. Perpanjangan dari garis lurus tersebut akan “menembus” permukaan tanah di depan pada suatu titik tertentu. Ingat-ingatlah titik “tembus” ini. 4. Beda tinggi antara pengamat berdiri dan “titik tembus” tadi sama dengan tinggi pengamat dari telapak sepatu sampai mata. 5. Berpindahlah ke “titik tembus” tadi dan ulanglah prosedur no. 2 dan 3 di atas sampai daerah yang akan anda ukur selesai. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dalam pengukuran arah dan sudut lereng, dapat digunakan kaki –tiga (tripod). C. Mengukur kedudukan unsur struktur Dalam geologi kita hanya mengenal adanya 2 (dua) jenis unsur struktur, yaitu struktur bidang dan struktur garis. • Mengukur kedudukan bidang Yang dimaksud dengan struktur bidang adalah bidang perlapisan, kekar, sesar, foliasi, dan sebagainya. Kedudukannya dapat dinyatakan dengan jurus dan kemiringan atau dengan arah kemiringan dan kemiringan. Mengukur jurus dan kemiringan dengan kompas azimuth, ikutilah prosedur sebagai berikut : 1. Bukalah cermin kompas > 90o 2. Letakkan salah satu sisi kompas yang bertanda E atau W (bukan N atau S) pada bidang yang akan diukur.
  • 27. 27 3. Aturlah posisi kompas sedemikian rupa sampai horizontal dengan bantuan “mata lembu”. Tetapi harus dijaga agar sisi kompas tetap menempel pada bidang yang diukur (bila bidangnya renjul, lakukanlah itu dengan bantuan clipboard atau yang semacamnya). 4. Bacalah jarum utara dan segera catat agar tidak lupa (bila kompas diangkat, jarum akan bergerak). Angka yang anda baca adalah jurus bidang yang diukur. 5. Tandailah garis potong antara : bidang yang diukur dengan bidang dasar kompas (= bidang horizontal). Biasanya dengan menekan angka keras atau menggeser agak keras. 6. Ubahlan posisi kompas sehingga bidang dasar komp;as tegak lurus terhadap garis potong (= jurus) pada nomor 5. 7. Aturlah klinometer sehingga gelembung pengatur horizontal terletak di tengah. Kemudian bacalah angka yang ditunjukkan (dalam hal ini kompas dapat diangkat). Hasil yang diperoleh adalah besarnya kemiringan. 8. Putarlah kompas sedemikian rupa. Buatlah horizontal dan bacalah arah yang ditunjukkan jarum utara : misalnya N, NE, E, SE, S, SW, W, NW. Angkanya tidak perlu dicatat. Hasil pembacaan adalah arah kemiringan. Pada lokasi ini selain ditemukan penyebaran lapisan batu pasir juga ditemukan beberapa sesar normal atau sesar turun.
  • 28. 28 Gambar 3.5 sesar Gambar 3.6 pengukuran deep Kedudukan struktur bidang yang diukur dapat dicatat sebagai berikut : N340°E/4°W, artinya : jurus bidang adalah timur laut dan miring atau condong 4° ke arah barat. Bidang N340°E/4°W bisa juga dibaca dan dicatat sebagai N353°E/4°W. Angka yang pertama diperoleh karena yang ditempel adalah sisi yang bertanda E sedang angka yang kedua karena yang ditempel adalah sisi yang bertanda W. Serta nilai strike and dip dari sesar ialah N357°E/9°W. 3.3 Studi Lapangan 2 (Balikpapan Regency)
  • 29. 29 Setelah kita melakukan studi lapangan di kampus 2 STT MIGAS km 8 kita melakukan studi lapangan di Balikapapn Regency. Disana kami menemukan lahan luas yang telah diratakan yang rencananya akan di laksanakan pembangunan beberapa perumahan. Disana kami menemukan galian lahan yang telah di keruk sehingga lokasi tersebut membentuk tebing setinggi ±10 meter. Pada lokasi tersebut dominan dipenuhi lapisan batu lempung , batu lempung pasiran, batu bara serta batu pasir yang telah tersedimentasi. Serta perlapisan di lokasinya pun terlihat cukup jelas, walau mungkin agak sedikit pemudaran yang diakibatkan oleh beberapa faktor. Misalnya : Gerusan air hujan dan Angin. Dalam faktor pembentukan tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor pembentukan tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang meliputi bahan induk, tofografi dan waktu atau umur. Sedangkan faktor pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah, yaitu iklim, (hidrofer dan atmosfer) dan makhkluk hidup (biosfer). Adapun pembentukan tanah di pengaruhi oleh lima faktor yang bekerjasama dalam berbagai proses, baik reaksi fisik (disintregrasi) maupun kimia (dekomposisi). Semula dianggap sebagai faktor pembentukan tanah hanyalah bahan induk, iklim, dan makhluk hidup. Setelah diketahui bahwa tanah berkembang terus, maka faktornya ditambah dengan waktu. Tofografi (relief) yang mempengaruhi tata air dalam tanah dan erosi tanah juga merupakan faktor pembentukan tanah. Di lokasi tersebut kita bisa melihat batuan sedimen / endapan. Batuan endapan terjadi karena proses pengendapan bahan yang diangkut oleh air atau udara dalam waktu yang lama. Ciri untuk membedakan batuan endapan dan batuan lainnya yaitu, batuan endapan biasanya berlapis, mengandung jasad (fosil) atau bekas-bekasnya dan adanya keseragaman yangnyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang menyusun. Adanya lapisan dalam batuan ini disebabkan karena timbunan lapisan pengendapan yang masing-masing berbeda bahan, tekstur, warna
  • 30. 30 dan tebalnya. Perbedaan ini terutama di sebabkan oleh karena perbedaan waktu pengendapan dan bahan yang diendapkannya.jika bahan yang diendapkannya seragam maka ciri akan terlihat kurang jelas. Batuan endapan dari bahan-bahan yang diendapkan dari hasil pecahan batuan yang telah ada sebelumnya. Proses pelapukan batuan endapan dapat terjadi melalui gerakan bumi, seperti gempa bumi, patahan,timbulan,bahkan lipatan, dan tekanan akibat temperartur, juga bisa diakibatkan oleh tenaga mahkluk hidup saeperti akar dan hewan, maupun gaya kimia yang di sebabkan oleh gaya kimia seperti CO2, O2 asam organik dan sebagainya. Dilokasi kita pun dapat menemukan batuan sedimen yang telah melewati proses Litifikasi. Lithifikasi itu sendiri adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah (gambar 3.9) pasir mengalami lithifikasi manjadi batu pasir. Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlithifikasi disebut sebagai diagnesis . Diagnesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada proses pelapukan. Gambar 3.7 Peserta praktikum lokasi 2 Gambar 3.8 Lokasi lapangan 2
  • 31. 31 Gambar 3.9 batu pasir yang terlitifikasi Gambar 3.10 batu lempung Selain itu juga di lokasi tersebut kita bisa melihat lapisan batuan batubara . Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil, merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Batu bara umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Namun dewasa ini penggunaan batu bara semakin dikurangi, di samping merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, penggunaan batu bara juga menimbulkan pencemaran. Gambar 3.11. Perlapisan Batu Bara 1 Gambar 3.12. Perlapisan Batu Bara 2
  • 32. 32 Gambar. 3.13 Batu Bara Secara skematis kemungkinan didaerah Regency Balikpapan memiliki struktur stratigrafi / perlapisan dengan batuan yang lebih tua ialah batu bara, dengan menerpakan prinsip superposisi. Dengan, urutan Batu bara, lempung, serta pasir. Dimana, ada intrusi yang dialami perlapisan kemungkinan bisa terjadi. Hal, ini dikarenakan di satu tempat, sekitar jarak yang kurang-lebih 4 meter dari lokasi awal perlapisan batubara tersebut menghilang, dan di 4 meter Selanjutnya lapisan batu bara tersebut muncul kembali. Ini, kemungkinan telah terjadi intrusi dari batuan dasar yang mendesak keatas. Sehingga, terjadi beberapa lapisan yang hilang. Berikut gambar skematis perlapisannya. Gambar 3.14 Skematis pelapisan lokasi 2
  • 33. 33 BAB IV KESIMPULAN Dari data di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. 2. Kota Balikpapan merupakan bagian dari cekungan kutai ( kutai basin). 3. Kota Balikpapan mempuyai beberapa formasi batuan, diantaranya formasi Balikpapan, formasi pulo balang dan formasi kampung baru. 4. Pada studi lapangan kampus 2 stt migas ditemukan 2 jenis lapisan batuan yaitu batu pasir kompak dan batu lempung 5. Nilai strike pada studi lapangan 1 ialah 347 dan nilai dipnya ialah 6’ 6. Pada studi lapangan 2 ditemukan beberapa jenis lapisan batuan yaitu batu pasir, batu lempung, baru lempung pasiran, baru pasir kompak dan batu bara.
  • 34. 34
  • 35. 35 DAFTAR PUSTAKA Gabro.M.2009.kompas geologi.makassar Hartono.2012. http://psdg.bgl.esdm.go.id/tenggarong. Herdy.2010. http://herdyborgir.blogspot.com/geology-regional. PT.PerencanaDjajaCiptalaras2011.http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/timur/ka ltim/balikpapan.pdf. Wahyudia.AS.2011.Stratigrafi Geometri.Kalsel www.google.com www.wikipedia.com
  • 36. 36 LAMPIRAN Praktikum Lapangan 1 @ Kampus 2 STT-MIGAS KM 8 Gambar lokasi tempat yang akan diamati Gambar sisi lain kampus 2 STT-MIGAS KM 8 Gmabar perlapisan yang akan diamati Gambar persiapan sebelum melakukan perhitungan strike
  • 37. 37 Gambar kompas geologi Gambar Praktikan melakukan pengukuran strike Gambar Kompas Geologi serta hasil yang Gambar praktikan melakukan pengukuran Deep didapatkan dari pengamatan Gambar Mahasiswa mendapatkan mentoring Gambar kegiatan mentoring dosen terhadap tentang penggunaan kompas oleh dosen yang Mahasiswa bersangkutan
  • 38. 38 Gambar seluruh praktikan pada Praktikum Lapangan 1 @ Kampus 2 STT-MIGAS Balikpapan
  • 39. 39 LAMPIRAN Praktikum Lapangan II @ Balikpapan Regency Gambar salah seorang praktikan melakukan observasi Gambar lokasi praktikum ke dua awal pada lapisan pasiran Gambar salah seorang praktikan yang menujukkan Gmabar lapisan batu pasir adanya singkapan perlapisan
  • 40. 40 Gambar saat pengambilan sample batuan Gambar seluruh peserta praktikan Gambar lapisan batu bara yang terlihat Gambar beberapa sample yang berhasil didapat
  • 41. 41 Praktikan Tim A (Alpha) Praktikan Tim B (Beta) Praktikum Telah Selesai ( 1Direction + 1 )
  • 42. 42