SlideShare a Scribd company logo
TESIS

IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK
    AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
  GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
  WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI
          KABUPATEN GIANYAR




             I KETUT PUTRA




        PROGRAM PASCASARJANA
         UNIVERSITAS UDAYANA
              DENPASAR
                 2012
TESIS

IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK
    AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
  GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
  WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI
          KABUPATEN GIANYAR




              I KETUT PUTRA
               NIM 0991261001




           PROGRAM MAGISTER
     PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
         PROGRAM PASCASARJANA
          UNIVERSITAS UDAYANA
               DENPASAR
                  2012




                     i
IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK
    AKUMULASI LINDI DENGAN METODE
  GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI
  WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI
          KABUPATEN GIANYAR




           Tesis untuk memperoleh Gelar Magister
   pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan
         Program Pascasarjana Universitas Udayana




                    I KETUT PUTRA
                     NIM 0991261001




           PROGRAM MAGISTER
      PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN




                            ii
PROGRAM PASCASARJANA
                         UNIVERSITAS UDAYANA
                              DENPASAR
                                 2012



                         Lembar Persetujuan Pembimbing

                           TESIS INI TELAH DISETUJUI
                        PADA TANGGAL 25 JANUARI 2012




                Pembimbing I                                   Pembimbing II


  Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD   Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH
     NIP: 195611021983031001                        NIP:194911021976031001




                                       Mengetahui


     Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan                Direktur Program Pascasarjana
         Program Pascasarjana                              Universitas Udayana
          Universitas Udayana




Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD     Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp, S(K)
           NIP: 195611021983031001                     NIP: 195902151985102001




                                          iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji




                           Tesis ini telah diuji pada
                            tanggal 17 Januari 2012
                 Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor
               Universitas Udayana No : 0163/un.14.4/hk/2012




Panitia Penguji Tesis adalah :

Ketua        : Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD
Anggota      :
1.    Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc, SH
2.     Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS
3.     Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc




                                      iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT




Yang bertanda tangan di bawah ini :
NAMA                 : I Ketut Putra
NIM                  : 0991261001
PROGRAM STUDI : Program Magister Ilmu Lingkungan
JUDUL TESIS          : Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi
                      Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas
                      Konfigurasi Wenner-Schlumberger di TPA Temesi
                      Kabupaten Gianyar


Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila
dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun
2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.




                                           Denpasar, 25 Januari 2012
                                           Hormat Saya,




                                           I Ketut Putra
                                           NIM 0991261001




                                       v
UCAPAN TERIMA KASIH


Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas Anugrah dan RahkmatNYA-lah penulis dapat menyelesaikan tesis dalam
rangka menyelesaikan studi di Program Studi Magister Lingkungan Universitas
Udayana .
Dalam menyusun tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dan
bantuan yang tak terhingga harganya dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
       1. Bapak Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD selaku
            Pembimbing I yang dengan ketelitian dan kesabaran serta penuh
            keiklasan telah membimbing, mengarahkan dan memberikan
            semangat dalam penyusunan tesis ini.
       2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH. selaku
            Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi
            dalam penulisan tesis ini.
       3. Bapak Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS selaku anggota tim
            penguji yang banyak memberikan masukkan dan saran dari segi
            penulisan dan isi demi kesempurnaan tesis ini.
       4. Bapak Prof. Dr. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc selaku anggota tim
            penguji yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran memerikan
            revisi baik dari segi penulisan dan isi dari tesis ini.
       5. Bapak Dr. Arianto (Alm) yang telah memberikan ide awal dan
            pengarahan dalam penulisan tesis ini.
       6. Bapak Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor
            Universitas Udayana yang telah memberikkan kesempatan dan
            fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program
            Magister Pascasarjana di Universitas Udayana.




                                          vi
7. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar yang
          telah memberikan ijin dan sarana selama penulis melakukan
          penelitian.
       8. Seluruh staff di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan
          Universitas Udayana yang telah banyak membantu dari segi
          administrasi hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada
          waktunya.
       9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan masukan dan
kritikan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.




                                                     Denpasar, 25 Januari 2012




                                     vii
ABSTRACT


Garbage Dump (GD) of Temesi which is located at Temesi village within 6.5
km south east of Gianyar city, which is geographically located at a point 8 0 33

south latitude and 1150 east longitude with an altitude ± 191 - ± 196 meters
above sea level. The area of GD of Temesi is about 4 ha. GD of Temesi
Gianyar has been collecting garbage about 198.52 m 2 /day. GD of Temesi
operates with open dumping technique, so that the leachate produced from
garbage pollutes the enviorment and shallows ground water around the GD.
This study was conducted to identity the direction of seepage and location of
accumulation point of leachate at GD of Temesi Gainyar.
       This study was conducted by measuring soil layer values at GD of
Temesi Gianyar, and eight tracks measurement was taken. The method used in
this study was using the geoelectric resistivity with Wenner configuration and
Schlumberger configuration. The eight tracks were taken as representative of
the overall soil layer condition in GD of Temesi Gianyar.
       The result of study showed that tracks 1st to 7 th , indicated leachate seep
in each track, however, in 8 th track leachate was not identified ( 8 th tracks is
located far from the GD and it’s contours are higher than the tracks of
garbage). Value of leachate resistivity ranged from 3.98 – 8.91 Ωm with a
depth ranging from 1.55 – 6.91 meters. Most of leachate spreaded out to
southward of GD as far as more than 400 meters. Accumulation of leachate
was widely available at a distance of 20, 50, and 400 meters toward the south
part of the GD of Temesi. The main factor is the south part of the GD has a
lower contour. Another factor affecting the leachate seeped into the south part
is the present of some field irrigation water from north to south across the
garbage stacks.

Key words: Garbage Dump of Temesi, Garbage Leachate Water,Resistivity
Geoelectric,Wenner Configuration, Schlumberger Configuration.




                                       viii
ABSTRAK


Sistem pemrosesan akhir di TPA Temesi Gianyar masih menerapkan sistem
open dumping, sehingga lindi dari tumpukan sampah berpotensi mencemari
lingkungan dan sumber air tanah dangkal di sekitar areal TPA. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak titik akumulasi lindi di
TPA Temesi Gianyar.
Penelitian dilakukan dengan mengukur nilai resistivitas lapisan tanah di TPA
Temesi Gianyar melalui lintasan yang sudah ditentukan yaitu sebanyak delapan
lintasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Geolistrik
Resistivitas dengan konfigurasi Wenner - Schlumberger. Kedelapan lintasan
tersebut diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di
TPA Temesi Gianyar.
Hasil penelitian menunjukkan Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah
barat timbunan sampah (L4) dan lindi         yang berada sebelah selatan dekat
dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur
tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah
selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7)
lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari
timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah
selatan. Titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada
koordinat : 8033’076” LS - 115021’016” BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada
koordinat 8033’689” LS - 115020’363” BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di
sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033’746” LS - 115021’013”
BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033’719” LS - 115021’018” BT di
kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033’641” - LS 115020’977” BT di
kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang
terletak pada koordinat8033’756” LS - 115021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.


Kata Kunci : TPA Sampah, Air Lindi Sampah, Geolistrik Resistivitas,
Konfigurasi Wenner, Konfigurasi Schlumberger




                                        ix
RINGKASAN


TPA Temesi Gianyar pada awalnya dirancang sebagai Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah yang menerapkan Sistem Sanitary Landfill, namun pada
kenyataannya    menerapkan      Sistem    open   dumping.     Hal   ini   tentunya
mengakibatkan adanya lindi merembes ke luar areal TPA dan mencemari
sumber air tanah dangkal di sekitar TPA. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui arah rembesan dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA. Metode
yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas
konfigurasi Wenner-Schlumberger yaitu pemanfaatan variasi nilai resistivitas
akibat arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi.
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni sampai Nopember 2011 di TPA
Temesi Kabupaten Gianyar. Pengukuran dilakukan dengan mengambil delapan
lintasan pengukuran dan diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi
lapisan tanah di sekitar TPA.
Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah dipadukan
dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan bahwa : Lindi
yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi
yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke
arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan
untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran
yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah
selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai
kontur tanah yang miring ke arah selatan.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi lindi
berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033’076” LS - 115021’016”
BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033’689” LS - 115020’363” BT
di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada
koordinat : 8033’746” LS - 115021’013” BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada
koordinat 8033’719” LS - 115021’018” BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada




                                         x
koordinat 8033’641” - LS 115020’977” BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah
tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033’756” LS -
115021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m.
Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat timbunan
sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari lingkungan
TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa
dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak
yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open
dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap
lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada
kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA.




                                       xi
DAFTAR ISI
Lembar Sampul Dalam ........................................................................ i
Lembar Prasyarat Gelar Magister ...................................................... ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ....................................................... iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji ...................................................... iv
Surat Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................ viii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
RINGKASAN ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xx


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
          1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
          1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
          1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
          1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5
          2.1 Sampah .................................................................................. 5
          2.2 Pengaruh sampah terhadap lingkungan ................................. 6
                 2.2.1 Pengaruh positif .......................................................... 6
                 2.2.2 Pengaruh Negatif ........................................................ 7
          2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah ....................................... 9
          2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar................. 13
          2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 15




                                                      xii
2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan .................................... 17
        2.7 Pencemaran Lingkungan ....................................................... 21
        2.8    Pencemaran Air ................................................................... 21
        2.9    Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah ............... 23
        2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah .................. 25
        2.11 Metode Geolistrik Resistivitas ............................................ 27
              2.11.1 Konfigurasi Wenner ................................................. 29
              2.11.2 Konfigurasi Schlumberger ........................................ 31


BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................... 34


BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................... 38
        4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 38
              4.1.1 Lokasi penelitian........................................................ 38
              4.1.2 Waktu penelitian ........................................................ 39
        4.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 39
              4.2.1 Alat ............................................................................ 39
              4.2.2 Bahan .......................................................................... 40
        4.3 Jenis Data ............................................................................. 40
        4.4 Penentuan Lokasi Pengukuran ............................................. 40
        4.5 Metode Pengukuran ............................................................. 42
        4.6 Pengumpulan Data ............................................................... 42
        4.7 Pengolahan dan Analisa Data............................................... 44
              4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner ................. 44
              4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger ....... 48


BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 52
        5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar ..................... 52
        5.2. Data Hasil Pengukuran ......................................................... 53
              5.2.1      Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner ...... 53




                                                  xiii
5.2.2     Data Hasil Pengukuran dengan Metode
                        Schlumberger ............................................................ 54

5.3 Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv .......................... 54
5.3.1    Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
         Schlumberger pada Lintasan 1 ..................................................... 54
5.3.2    Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
             Schlumberger pada Lintasan 2 ............................................. 55
5.3.3    Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-

              Schlumberger pada Lintasan 3 ............................................. 56
5.3.4    Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
             Schlumberger pada Lintasan 4 ............................................. 58
5.3.5    Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
             Schlumberger pada Lintasan 5 ............................................. 59
5.3.6    Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
             Schlumberger pada Lintasan 6 ............................................. 60
5.3.7    Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
             Schlumberger pada Lintasan 7 ............................................. 61
5.3.8    Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner-
             Schlumberger pada Lintasan 8 ............................................. 62


BAB VI PEMBAHASAN....................................................................... 63
         6.1 Anaslisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
              Schlumberger ........................................................................ 63
              6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
                    Schlumberger pada Lintasan 1. ................................. 63
              6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
                    Schlumberger pada Lintasan 2. ................................. 64
              6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
                    Schlumberger pada Lintasan 3. ................................. 64
              6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
                    Schlumberger pada Lintasan 4. ................................. 65
              6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
                    Schlumberger pada Lintasan 5. ................................. 66




                                                  xiv
6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
                     Schlumberger pada Lintasan 6. ................................. 66
               6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
                     Schlumberger pada Lintasan 7. ................................. 67
               6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner-
                     Schlumberger pada Lintasan 8. ................................. 67
6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA
    Temesi Kabupaten Gianyar .............................................................. 68
6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan ....................................... 70


BAB VII SIMPULAN- SARAN ............................................................ 73
         7.1 Simpulan .............................................................................. 73
         7.2 Saran ..................................................................................... 74


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75
LAMPIRAN




                                                     xv
DAFTAR TABEL


Tabel        ..............................................................................................
Halaman
2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 ....... 14
2.2. Komposisi Lindi dari TPA Secara Umum………………………... 24
2.3. Variasi Kualitas Lindi di beberapa TPA di Indonesia ..................... 24
4.1. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner ............................ 43
4.2. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger .................. 43
6.1. Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan
     pengukuran konfigurasi Wenner-Schlumberger .............................. 70




                                                      xvi
DAFTAR GAMBAR


Gambar          ..............................................................................................
Halaman
2.1. Peta Geologi Pulau Bali .................................................................... 16
2.2. Skema proses terjadinya lindi ........................................................... 26
2.3. Elektroda arus- potensial pada konfigurasi Wenner.......................... 29
2.4. Elektroda arus- potensial Schlumberger homogen isotropis
     dengan tahanan jenis (ρ) (Reynolds, 1997 dalam Bahri, 2005) ........ 31
3.1. Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian....................................... 37
4.1. Peta wilayah Desa Temesi Gianyar................................................... 38
4.2. Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data ..... 41
4.3. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 45
4.4. Tampilan awal program Res2dinv..................................................... 47
4.5. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan
     Konfigurasi Wenner .......................................................................... 47
4.6. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 49
4.7. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan
     Konfigurasi Schlumberger ................................................................ 50
4.8. Diagram alir pengolahan data hasil penelitian .................................. 51
5.1. Peta kontur TPA Temesi Gianyar ..................................................... 52
5.2. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi
      Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 1
      dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 55
5.3. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi
      Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 2
      dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 56
5.4. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi
      Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 3
      dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 57
5.5. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi
      Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 4
      dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 58
5.6. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi




                                                        xvii
Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 5
       dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 59
5.7. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi
      Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 6
      dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 60
5.8. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi
      Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 7
      dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 61
5.9. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi
      Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 8
      dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 62
6.1. Arah rembesan- titik akumulasi lindi di TPA
     Temesi Gianyar ................................................................................. 68




                                                   xviii
DAFTAR SINGKATAN


BOD    : Biochemical Oxygen Demand
B3     : Bahan Berbahaya- Beracun
COD    : Chemical Oxygen Demand
DHL    : Daya Hantar Listrik
DKP    : Dinas Kebersihan- Pertamanan
DP     : Datum Point
FTSL   : Fakultas Teknik Sipil- Lingkungan
GPS    : General Positioning System
KLH    : Kementrian Lingkungan Hidup
LSM    : Lembaga Swadaya Masyarakat
NAB    : Nilai Ambang Batas
SNI    : Standar Nasional Indonesia
TPA    : Tempat Pemrosesan Akhir
TPST   : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
VES    : Vertical Electric Sounding
LONG   : Longitude
LAT    : Latitude
H      : High




                                 xix
DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran                                                                                Halaman
1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar ....... 79
2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner ........... 84
3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger . 94
4. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Wenner
   ke dalam program notepad ................................................................. 118
5. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger
   ke dalam program notepad .................................................................. 122




                                                 xx
BAB I

                              PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

       Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa

yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang

buangan, yaitu sampah dan limbah (Widyatmoko dan Sintorini, 2002). Sampah

adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat

menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis

penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran

air dan berbagai akibat negatif lainnya (Bahar, 1985).

       Di negara berkembang, sampah umumnya ditampung pada lokasi

pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill (Johanis, 2002).

Sanitary landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan

lahan cekungan dengan syarat tertentu yaitu jenis dan porositas tanah, dimana

pada dasar cekungan dilapisi geotekstil untuk menahan peresapan lindi pada

tanah serta dilengkapi dengan saluran lindi. TPA-TPA yang ada di Indonesia

belum sepenuhnya menerapkan sistem sanitary landfill dan kebanyakan masih

menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa

ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran

air tanah dan udara di sekitar TPA (Widyatmoko dan Sintorini, 2002).




                                       1
Depkes (1987) dalam Guntar (1999), menyatakan bahwa keberadaan

suatu TPA sebagai suatu wadah pembuangan sampah diharapkan mampu

menjadi suatu sarana pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan.

Suatu program pengelolaan sampah belum dapat dikatakan berhasil tanpa

menyelesaikan permasalahan hingga ke tahap pemrosesan akhir dengan baik.

Tahapan ini merupakan hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah dalam

hubungannya dengan masalah pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu,

keberhasilan suatu program pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh

pengelolaan sampah di TPA.

      Slamet (1994) dalam Arbain (2008), menyebutkan bahwa pengelolaan

sampah belum dapat disebut berhasil secara keseluruhan dengan baik, tanpa

menyelesaikan persoalannya atau mengatasi permasalahan sampah hingga ke

tahap pembuangan akhir dengan baik. Upaya pengelolaan sampah baik skala

besar maupun skala kecil, harus mencapai tujuan pengelolaan sampah yang

ramah lingkungan.

      Pembangunan TPA seharusnya mempertimbangkan aspek kondisi fisik

TPA, jenis dan karakteristik sampah, kemampuan pendanaan, dan prasarana

pendukungnya (Notoatmodjo, 1997). Tanpa mempertimbangkan aspek-aspek

tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan di sekitarnya, seperti

terbentuknya rembesan lindi yang dapat mencemari air permukaan dan

pencemaran tanah serta pencemaran air bawah tanah. Indikasi tersebut lebih

dipertegas dari penelitian terdahulu yang dilakukan di TPA Tamangapa

Makasar (Arifin, 2001), yang menyimpulkan bahwa rembesan lindi yang




                                    2
keluar dari timbunan sampah membentuk alur yang mencemari air bawah tanah

di sekitar TPA.

       Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi di Kabupaten Gianyar

merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping.

Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan

sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah

organik yang berasal dari pasar-pasar dan sampah rumah tangga. Hal ini

menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang

dapat mencemari air tanah. Air yang ada pada sampah hasil dari proses

pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri dan kotoran lainnya

yang dapat merembes masuk ke dalam tanah dan akhirnya akan mencemari air

bawah tanah. Mengingat sebagian masyarakat di sekitar TPA Temesi

Kabupaten Gianyar masih memanfaatkan air sungai untuk mandi dan sumur

gali untuk keperluan sehari-hari, maka kiranya sangat perlu dilakukan suatu

kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai arah sebaran dan letak akumulasi

lindi di sekitar TPA Temesi Gianyar.



1.2 Rumusan Masalah

              Metode Geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode

   geofisika yang memanfaatkan variasi resistivitas, dapat digunakan untuk

   mendeteksi polutan cair dalam tanah yang sering diasosiasikan sebagai

   fluida konduktif. Di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar diduga

   terdapat akumulasi rembesan lindi (leachate) yang dapat mencemari air




                                       3
tanah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

   maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

       1. Kemananakah arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi

          Kabupaten Gianyar ?

       2. Dimanakah letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan

          sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar ?



1.3 Tujuan Penelitian

       Tujuan dari penelitian ini adalah:

       1. Untuk mengetahui arah       rembesan lindi di sekitar TPA Temesi

          Kabupaten Gianyar.

       2. Mengidentifikasi letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari

          pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar.



1.4 Manfaat Penelitian

       Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, hasil dari penelitian ini

diharapkan:

   1. Dapat memberikan gambaran aplikasi geofisika dalam bidang

       lingkungan terutama untuk menggambarkan arah sebaran dan letak

       akumulasi lindi.

   2. Bermanfaat     sebagai   peringatan   awal   dalam   upaya   memantau

       pencemaran air tanah dangkal dan dapat dijadikan sebagai bahan

       pertimbangan dalam pengelolaan dan evaluasi TPA.




                                       4
BAB II

                          TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Sampah

       Pengertian sampah dikemukakan oleh Azwar (1990), yang menyatakan

bahwa sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia

dan bersifat padat. Definisi lain yang dikemukakan Kodoatie (2003),

menyebutkan bahwa sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat,

setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau

siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Demikian pula

menurut Mustofa (2005), menyatakan sampah adalah bahan yang tidak

mempunyai nilai atau tidak berharga dalam pembikinan atau pemakaian,

barang rusak atau bercacat dalam pembikinan atau materi berkelebihan.

       Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990, yang

dimaksud dengan sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat

organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola

agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi bangunan.

Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak termasuk

sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).

       Berdasarkan definisi dan pengertian tentang sampah seperti yang

dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah

adalah benda atau sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau sesuatu yang




                                     5
harus dibuang, dan umumnya bersifat padat yang dapat mencemari lingkungan

dan tidak/belum bersifat ekonomis, yang berasal dari kegiatan yang dilakukan

oleh manusia atau proses alam baik yang bersifat zat organik dan zat anorganik

(tidak termasuk limbah berbahaya dan beracun) yang dianggap tidak berguna

lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan.



2.2 Pengaruh Sampah terhadap Lingkungan

       Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi

masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri, baik berpengaruh positif

maupun negatif.



2.2.1 Pengaruh Positif

       Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti : 1) sampah dapat

dimanfaatkan untuk menimbun lahan seperti rawa-rawa dan dataran rendah, 2)

sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, 3) sampah dapat diberikan untuk

makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan

lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak,

4)   pengelolaan   sampah     menyebabkan     berkurangnya    tempat    untuk

berkembangbiak serangga dan binatang pengerat, 5) menurunkan insidensi

kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah, 6) keadaan

estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat, 7)

keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat,




                                      6
8) keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan

suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra,

2007).



2.2.2 Pengaruh Negatif

         Menurut Depkes (1997) dalam Guntar (1999), menyebutkan bahwa

sampah yang tidak dikelola dengan baik, maka akan mengganggu kelestarian

lingkungan hidup baik terhadap komponen abiotik, komponen biotik maupun

komponen sosial budaya masyarakat.

         Bahar (1985), mengatakan sampah adalah buangan berupa bahan padat

merupakan polutan umum yang menyebabkan turunnya nilai estetika

lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunnya nilai sumber daya,

menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif

lainnya.

         Menurut Chandra (2007) dalam Arbain (2008), menyatakan bahwa

pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif

bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan

budaya masyarakat sebagai berikut:

a.       Pengaruh terhadap kesehatan, antara lain : 1) pengelolaan sampah yang

kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan

vektor penyakit, 2) insidensi penyakit demam berdarah (dengue fever) akan

meningkat karena vektor penyakit akan hidup dan berkembangbiak dalam

sampah kaleng atau ban bekas yang berisi air hujan, 3) terjadinya kecelakaan




                                       7
akibat pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, misalnya luka akibat

benda tajam seperti pecahan kaca, potongan besi dan lain-lain, 4) gangguan

psikologis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain.

b.     Pengaruh terhadap lingkungan, antara lain : 1) estetika lingkungan

menjadi kurang sedap dipandang mata, 2) proses pembusukan sampah oleh

mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau

busuk, 3) pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan

bahaya kebakaran yang lebih luas, 4) pembuangan sampah ke dalam saluran

pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air

menjadi dangkal, 5) apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk

dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air

permukaan atau sumur dangkal, 6) air banjir dapat mengakibatkan kerusakan

pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan dan saluran air.

c.     Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain:

1) pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya

masyarakat setempat, 2) keadaan lingkungan kurang baik dan jorok, akan

menurunkan daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah tersebut,

3) dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan

pihak pengelola karena bau busuk yang sangat mengganggu (misalnya kasus

TPA Bantargebang, Bekasi), 4) angka kesakitan meningkat dan mengurangi

hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun, 5) kegiatan perbaikan

lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk

sektor lain akan berkurang, 6) menurunnya pemasukan daerah (devisa) akibat




                                        8
penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung sehingga akan berdampak pada

penurunan penghasilan masyarakat setempat, 7) penurunan mutu dan sumber

daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai

ekonomis, 8) penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan

lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.

       Berdasarkan pendapat tentang pengaruh negatif sampah tersebut di atas

dapat dikatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat

memberikan pengaruh negatif yaitu menimbulkan dampak pencemaran

terhadap     lingkungan,   terutama   apabila   keberadaannya   dekat   dengan

pemukiman penduduk. Komponen-komponen yang dapat dipengaruhi akibat

pencemaran sampah adalah semua komponen lingkungan (abiotic, biotic dan

cultural).

       Bila ditinjau dari komponen abiotik, sampah dapat menimbulkan

pencemaran terhadap udara, air dan tanah. Dari segi komponen biotik, sampah

dapat menjadi sarang berbagai vektor penyakit yang mengancam kesehatan

manusia. Apabila ditinjau dari segi sosial budaya, sampah dapat mengganggu

kebersihan dan keindahan lingkungan. Sampah yang menumpuk dan dibiarkan

pada tempat terbuka (open dumping), menyebabkan rendahnya nilai estetika di

sekitar tempat tersebut.



2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah

       Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap

sampah yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah




                                        9
yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu

pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi

tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara

penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak

mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak

menimbulkan kebakaran.

         Menurut Sidik dkk. (1985) dalam Feranie (2008), pengolahan sampah

adalah metode pemrosesan akhir yang dilakukan dengan teknik penimbunan

sampah. Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat

dengan     cara-cara   yang   tepat   dan   menjamin   keamanan    lingkungan,

menstabilkan sampah (mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam

siklus metabolisme alam. Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria sebagai

berikut: 1) ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan, 2)

mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah, 3) aman

terhadap lingkungan di sekitarnya.

         Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan kegiatan akhir dalam

mengelola sampah. Tempat pemrosesan akhir ini harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut : 1) tercakup dalam tata ruang kota, 2) jenis tanah harus kedap

air, 3) tanah yang tidak produktif untuk pertanian, 4) dapat digunakan minimal

5-10 tahun, 5) bukan daerah yang potensial untuk mencemari sumber air, 6)

jarak dari daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km, 7) merupakan daerah

bebas banjir (KLH, 2004).




                                       10
Supanca (2003), menyatakan ada tiga (3) sistem pemrosesan akhir

sampah antara lain :

1. Sistem Open Dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia

dalam pemrosesan sampah. Sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu

tempat tanpa ada perlakukan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan

terhadap lingkungan. Pada saat sekarang sebenarnya metode ini tidak

direkomendasikan lagi di Indonesia, karena tingkat dan beban pencemaran

terahadap lingkungan sekitar yang dihasilkan sangat tinggi. Demikian juga

halnya dengan TPA Temesi Gianyar yang pada awalnya dirancang dengan

metode Sanitary Landfill tetapi pada kenyataannya metode yang diterapkan

adalah metode Open Dumping. Metode Open Dumping akan menyebabkan : 1)

terjadi pencemaran udara berupa gas, bau dan debu, 2) terjadi pencemaran

terhadap air tanah dengan terbentunya air lindi (leachate), 3) resiko kebakaran

cukup besar, 4) mudah terjadi kabut yang ditimbulkan oleh asap, 5) mendorong

tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain),

6) mengurangi estetika lingkungan, 7) lahan tidak dapat digunakan kembali

untuk waktu yang cukup lama.

2. Sistem Control Landfill (urug terkendali) adalah sampah dihamparkan pada

lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada

ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik.

3. Sistem Sanitary Landfill adalah penutupan sampah dengan lapisan tanah

yang dilakukan sedemikian rupa sesuai petunjuk yang ditetapkan, sehingga

tidak lagi terlihat sampah yang terbuka. Metode ini harus memenuhi teknik




                                      11
perancangan yang berwawasan lingkungan meliputi : 1) pembentukan dasar

TPA Sampah. Lapisan dasar TPA Sampah harus kedap air sehingga air lindi

terhambat meresap ke dalam tanah dan tidak mencemari air tanah, dapat

dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA sampah dengan tanah lempung

yang dipadatkan atau menggunakan geomembran, 2) saluran dan pengolahan

air lindi yang dihasilkan oleh dekomposisi sampah harus diolah sebelum

dibuang ke lingkungan karena memiliki Biochemical Oxygen Demand (BOD)

dan parameter-parameter lainnya, 3) ventilasi gas. Ventilasi gas dibangun atau

dipersiapkan sebelum area TPA sampah digunakan untuk penimbunan sampah,

tujuannya adalah untuk memudahkan pelepasan gas-gas (COx, Metan dan

lainnya) ke udara bebas dan untuk mencegah terbakarnya sampah akibat panas

dan gas yang dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme, 4)

tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya

kebakaran, timbulnya lalat, perkembangbiakan lalat atau binatang pengerat dan

mengurangi timbulnya air lindi, 5) daerah penyanggah atau zona penyanggah

berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan

pemrosesan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya, 6) sumur

monitoring berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air

lindi terhadap air tanah di sekitar TPA sampah.

       Ditjen Ciptakarya (1997), menyebutkan bahwa tempat pemrosesan

akhir sampah yang pernah atau masih dipergunakan di Indonesia adalah

metode open dumping, control landfill dan Sanitary Landfill. Lebih lanjut

dikatakan bahwa dalam perencanaannya, perhitungan lahan untuk TPA




                                      12
Sanitary Landfill mencakup perhitungan produksi sampah dan kapasitas TPA.

Produksi sampah ditentukan oleh jumlah penduduk dan laju pertambahannya.

Kapasitas tampung TPA sampah tergantung pada luas lokasi, ketebalan lapisan

sampah dan tanah penutup yang direncanakan, laju pertambahan jumlah

sampah, dan faktor pemadatan sampah.

       Menurut KLH (2004), kondisi TPA sampah di kota-kota di Indonesia

menunjukkan kondisi fisik rata-rata kurang baik, terkait dengan sarana dan

prasarana yang ada di TPA sampah, antara lain: sistem drainase, pengolahan

lindi, penanganan gas, pengaturan lahan, sumur monitoring dan penutupan

lahan karena timbunan sampah yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak

sebanding dengan kapasitas dan kualitas TPA sampah yang ada.



2.4   Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar

       Pengelolaan sampah di kota Gianyar saat ini dilakukan oleh DKP

(Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Ginyar) yang melayani sekitar

54.116 jiwa penduduk. Dengan asumsi per orang menghasilkan 0,0045 m3/hari,

maka diperkirakan jumlah timbunan sampah rata-rata penduduk Kabupaten

Gianyar adalah sekitar 198,52 m3/hari. Komposisi timbunan sampah di

Kabupaten Gianyar telah diidentifikasi bersumber dari : 1) sampah rumah

tangga, 2) sampah hasil sapuan jalan, 3) sampah pasar, 4) sampah dari aktivitas

perkantoran dan lain-lain (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar,

2010). Berdasarkan hasil pencatatan harian pada Dinas Kebersihan dan




                                      13
Pertamanan Kabupaten Gianyar, volume timbunan sampah pada Tahun 2010 di

Kabupaten Gianyar disajikan pada Tabel 2.1.

   Tabel 2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010

              No. Bulan          Volume Sampah (m3/hr)
              1    Januari                174.38
              2    Pebruari               170.45
              3    Maret                  193.20
              4    April                  196.89
              5    Mei                    168.25
              6    Juni                   175.35
              7    Juli                   167.24
              8    Agustus                172.71
              9    September              178.23
              10 Oktober                  173.43
              11 November                 172.23
              12 Desember                 170.66
                Sumber: DKP Kabupaten Gianyar, (2010)

       Teknik operasional pengelolaan persampahan dimulai dari pewadahan

atau penyimpanan di tempat sumber sampah, pengumpulan dan pengangkutan

ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Jenis pewadahan yang digunakan untuk

penampungan sementara meliputi berbagai jenis, baik yang disediakan secara

swadaya oleh masyarakat, maupun bantuan pewadahan yang disediakan oleh

Pemerintah. Jenis pewadahan yang digunakan adalah meliputi : i) Kantong

plastik, ii) Drum plastik atau drum logam, iii) Bak dari kayu, iv) Keranjang, v)

Bak Pasang Bata/batako permanen, vi) Steel Container dan lain-lain.

       Cara pengumpulan dan pengangkutan dilakukan dengan peralatan yang

tersedia seperti: 1) gerobak dilakukan pada daerah yang tidak bisa dilalui oleh

kendaran dump truck seperti: permukiman, pasar, tempat-tempat umum,

pertokoan dan jalan-jalan protokol yang selanjutnya dibuang ke tempat




                                      14
pemrosesan sementara (Transfer Depo), kemudian dari Depo ini sampah

diangkut dengan kendaraan lalu dibuang ke TPA Temesi, 2) strategi lain yang

dilakukan oleh DKP adalah pengumpulan dan pengangkutan langsung dengan

kendaraan dump truck pada rute-rute yang dapat dilalui oleh kendaraan tersebut

dan selanjutnya dibuang ke TPA Temesi (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Gianyar, 2009-2010).



2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


       Untuk gambaran umum lokasi penelitian di Tempat Pemrosesan Akhir

Sampah Temesi Gianyar terletak di Desa Temesi berjarak 6,5 Km arah

tenggara kota Gianyar, yang secara geografis terletak pada titik 8o33’70”

Lintang Selatan dan 115o20’40” Bujur Timur dengan ketinggian ± 68 m hingga

± 85 m di atas permukaan laut. Luas TPA Temesi Gianyar mencapai 4 hektar,

dengan batas-batas: Sebelah utara: sawah; Sebelah timur: Sawah dan

pemukiman penduduk; Sebelah selatan: sawah; dan Sebelah barat: Sawah.

       Di lokasi TPA Temesi terdapat incinerator dan tungku pembakaran

sampah, namun fasilitas tersebut sudah tidak difungsikan lagi oleh DKP. Kini

di TPA Temesi telah beroperasi usaha pemilahan sampah yang diresmikan

Pemerintah Daerah pada Tahun 2004. Pengadaan pemilahan sampah tersebut

dibiayai oleh LSM Rotary Club International – Bali Focus – Borda yang

bekerjasama dengan Desa Adat setempat yang dibentuk melalui kelembagaan

pengelola (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).




                                     15
Gambar 2.1
                        Peta Geologi Pulau Bali
(Sumber : http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)




                                  16
Ditinjau dari jenis batuan, sebagian besar batuan di daerah Desa Temesi

Kabupaten Gianyar terdiri dari batuan jenis regosol. Pada Gambar 2.1 terlihat

peta geologi yang menunjukkan jenis batuan di pulau Bali. Tanah regosol

dicirikan dengan tekstur kasar dengan pH 6-7. Jenis tanah regosol belum jelas

membentuk diferensiasi horisontal.

       Tanah regosol umumnya berasal dari endapan abu vulkanik. Ketika

sebuah gunung api meletus, dikeluarkan berbagai material dari dalam perut

bumi. Material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Itu

Sebabnya tanah regosol terdapat hanya di daerah yang memiliki aktivitas

gunung api.

       Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan

coklat kekuningan. Itu karena bergantung pada material dominan yang

dikandungnya. Tanah regosol dimanfaatkan untuk pertanian, khususnya

tanaman padi, tebu, tembakau, kelapa, tembakau, sayuran dan palawija.

(http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/)



2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan

       Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar pada awalnya

dirancang dengan metode Sanitary Landfill, namun pada pelaksanaan

operasionalnya menerapkan metode Open Dumping. Metode Open Dumping

yang merupakan sistem pemrosesan yang sederhana dan mudah dilakukan

tetapi akibatnya tikus, lipas, lalat, nyamuk, dan bakteri tumbuh dengan subur

pada timbunan sampah. Penanganan          TPA yang tidak bijaksana tersebut




                                     17
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karena bau yang tidak sedap

mengundang banyak lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular

(Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010).

       Armen (1987) dalam Tanauma (2000), menyebutkan bahwa metode

Open Dumping      dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap

lingkungan hidup di sekitar lokasi TPA yaitu menimbulkan dampak

pencemaran air, tanah, udara, dan bau yang tidak sedap serta gangguan lalat

yang sangat banyak sampai ke rumah-rumah penduduk. Salah satu faktor

menurunnya kualitas air tanah dangkal pada pemukiman penduduk di sekitar

lokasi TPA disebabkan terkontaminasinya air tanah yang bersumber dari

penimbunan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur pemrosesan sampah

(metode Open Dumping). Bila sampah tersebut ditimbun pada suatu daerah

yang kondisi geologinya rawan, maka akan terjadi pencemaran air tanah

dangkal di daerah tersebut. Kondisi geologi disebut rawan jika batuan dasar

tempat menimbun sampah bersifat porus atau banyak mengandung retakan.

Keadaan seperti itu akan memudahkan meresapnya air lindi, selanjutnya akan

mencapai muka air tanah dangkal, sehingga air tanah dangkal menjadi

terkontaminasi.

       Chandra (2007), menyatakan bahwa sistem pemrosesan akhir sampah di

beberapa kota di Indonesia masih melakukan secara Open Dumping tanpa ada

pengelolaan lebih lanjut. Sistem pemrosesan semacam itu selain memerlukan

lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan




                                    18
air serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit

menular.

       KLH (2004), menyatakan bahwa semakin meningkatnya jumlah kasus

penyakit yang ditularkan oleh tikus (leptospirosis) akibat penimbunan sampah,

selain itu polusi udara dari pembakaran sampah, bau dari sampah yang

membusuk, merembesnya air lindi dari TPA ke sumber air penduduk (air

tanah) dan pencemaran air sungai.

       Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan dampak

atau pengaruh TPA terhadap lingkungan diantaranya: Penelitian Sudarningsih

(1996), menunjukkan bahwa tingginya kadar Cadmium (Cd) dan Sulfida (S)

telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), kandungan zat-zat seperti bahan

berbahaya dan beracun (B3), BOD, COD, NO3 dalam air tanah telah melampaui

baku mutu serta air sumur yang berbau agak amis karena tercemar oleh air

lindi sampah (leachate).

       Sundra dkk. (1997), juga melakukan penelitian tentang pengaruh

pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali di sekitar tempat

pemrosesan akhir sampah Suwung, Denpasar, Bali. Penelitian tersebut

mengenai pengaruh TPA Suwung Denpasar terhadap kualitas air sumur

penduduk sekitarnya. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh air

sumur penduduk selanjutnya dianalisis sifat fisik, kimia, dan biologinya.

Disamping itu dilakukan pula pengambilan data sosial ekonomi masyarakat

yang tinggal di sekitar TPA untuk mengetahui karakteristik pengaruh

pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali.




                                     19
Rudianto (2003), melakukan penelitian tentang perbedaan jarak

perumahan ke TPA sampah Open Dumping dengan indikator tingkat kepadatan

lalat dan kejadian diare di Kabupaten Kenep Kecamatan Beji Kabupaten

Pasuruhan. Kesimpulan yang mereka dapatkan setelah melakukan penelitian

adalah terdapat perbedaan tingkat kepadatan lalat dari beberapa area yang

diteliti. Semakin dekat letak perumahan dengan TPA maka semakin tinggi

tingkat kepadatan lalatnya. Arbain (2008), meneliti pengaruh air lindi tempat

pemrosesan sampah Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal di sekitar

kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa

parameter kualitas air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung

konsentrasinya telah melampaui ambang batas baku mutu air. Air lindi sampah

(leachate) dari TPA Sampah Suwung berpengaruh terhadap kualitas air tanah

dangkal.

       Feranie, dkk. (2008), melakukan penelitian mengenai zona migrasi

pencemaran air di sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan

menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini disimpulkan

bahwa aliran atau rembesan lindi mengarah ke daerah pemukiman penduduk

yang tinggal di sekitar TPA Babakan Ciparay Bandung. Wijaya (2009),

melakukan penelitian pencemaran air tanah di wilayah Ngringo Jaten

Karanganyar dengan metode geolistrik. Pada penelitian ini dilakukan survei

geolistrik resistivitas sounding dengan konfigurasi Schlumberger sebanyak 4

titik. Hasil penelitian yaitu persebaran pencemaran air tanah di Desa Ngringo




                                     20
tidak merata. Pencemaran diidentifikasi pada kedalaman 13,6 - 23,6 meter

dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan daerah persebaran di selatan.

       Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti yang disebut di

atas semuanya menyimpulkan bahwa selama ini pengelolaan sampah

khususnya yang dilakukan di TPA sebagian besar masih berdampak negatif

terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan fisik, kimia maupun biologis.



2.7 Pencemaran Lingkungan

       Odum (1996), mengatakan bahwa pencemaran adalah suatu perubahan

fisik, biologis, kimia yang tidak dikehendaki pada perairan, udara, tanah

sehingga membahayakan kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya,

proses produksi, lingkungan hidup dan tatanan budaya.

       Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup disebutkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke

dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku

mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran lingkungan hidup

dapat berupa pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.

Berikut ini akan diuraikan tentang pencemaran air saja.



2.8 Pencemaran Air

       Air merupakan salah satu sumber daya alam terbaharui (renewabel)

yang utama bagi kelangsungan hidup manusia, bahkan semua organisme hidup




                                      21
akan mati jika tidak tersedia cukup air di dalam melakukan proses

pertumbuhan dan perkembangan. Peranan yang sangat penting tersebut

disebabkan sifat-sifat air diantaranya sebagai pelarut berbagai senyawa kimia,

membantu proses metabolisme organisme hidup baik makroorganisme maupun

mikroorganisme.

       Pada dasarnya pencemaran air dapat dibedakan menjadi dua sumber

sampah yaitu sampah degradable dan nondegradable. Sampah degradable

yaitu sampah yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan

dengan proses biologis alamiah, seperti sampah domestik, dan sampah

makanan. Sedangkan sampah nondegradable adalah sampah yang tidak dapat

dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah

radiologi, senyawa organik (Slamet, 1994).

       Wardhana (2001), menyatakan bahwa air merupakan sumber daya alam

yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup.

Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

dengan baik oleh manusia dan mahluk hidup lainnya.

       Menurut KLH (2004), secara umum hampir sebagai besar kualitas air

telah tercemar sampah industri maupun sampah domestik, karena semakin

berkembangnya industri dan jumlah penduduk maka semakin meningkatnya

jumlah sampah yang dihasilkan, akibatnya semakin tinggi tingkat pencemaran.

Pencemaran air tanah adalah berubahnya tatanan air di bawah permukaan tanah

oleh kegiatan manusia atau proses alam, yang mengakibatkan kualitas air tanah

turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan pemanfaatannya.




                                     22
Widyatmiko, dkk. (2004) dalam Armadi (2005), menyatakan bahwa air

sumur gali merupakan salah satu bentuk air tanah. Kualitas air sumur gali

sangat dipengaruhi oleh kualitas air permukaan melalui proses infiltrasi,

dispersi dan perkolasi air permukaan yang mengandung bahan-bahan pencemar

akan masuk ke dalam air tanah. Apabila air permukaan tercemar dan didukung

oleh jenis tanah yang porous maka air tanah dangkal di wilayah tersebut akan

mudah mengalami pencemaran.



2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah.

         Keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) memiliki fungsi

yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan

didaur ulang sebagai kompos ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh

pemulung. Jumlah sampah di TPA yang sangat besar akan menyebabkan

proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses

dekomposisi tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan

menimbulkan hasil samping yaitu air lindi (leachate). Penumpukan sampah

selain    mengganggu    estetika,   sanitasi,   kelestarian   lingkungan   juga

mengakibatkan pencemaran air, tanah, dan udara.

         Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil

dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan

akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi akibat

proses degradasi sampah dari TPA merupakan sumber yang mempengaruhi

perubahan sifat fisik, kimia maupun biologi (Husin dan Kustaman, 1992).




                                      23
Air lindi disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari

resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat

toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari

buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah

tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada

sampah.

              Tabel 2.2 Komposisi lindi dari TPA secara umum
           Parameter                    Kisaran
           pH                           6,2 – 7,4
           COD                          66 – 11.600 mg/l
           BOD                          < 2 – 8.000 mg/l
           Sulfat                       56 – 456 mg/l
           Cadium (Cd)                  < 0,005 – 0,01 mg/l
           Plumbum (Pb)                 < 0,05 – 0,22 mg/l
           Chromim (Cr)                 < 0,05 – 0,14 mg/l
          Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).

       Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan

proporsi komponen sampah yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur

timbunan, pola operasional, waktu dilakukannya sampling. Gambaran variasi

kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia ditampilkan dalam Tabel 2.3.

       Tabel 2.3. Variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia.

       Kota             pH        COD        N-NH4        N-NO2        DHL
 Bogor               7,5        28723       770          0           40480
 Cirebon             7          3648        395          0,225       10239
 Jakarta             7          413         240          0,075       3823
 Bandung             6          58661       1356         6,1         26918
 Solo                6          6166        162          0,225       3540
Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008).

       Fachruddin (1989) dalam Tanauma (2000), menyatakan bahwa air lindi

dicirikan oleh komponen fisika dan kimia berkadar tinggi dan mengandung




                                      24
logam berat berbahaya. Air tanah terkontaminasi air lindi sejauh 174 meter dari

pusat penimbunan sampah.

        Menurut Slamet (1994), air lindi (leachate) adalah cairan yang

mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dari hasil penguraian

mikroba, biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida, Sulfat, Fosfat, Zn,

Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, Asam organik dan H2, tergantung dari kualitas

sampah, maka di dalam leachate biasanya pula terdapat mikroba pathogen,

logam berat dan zat lainnya yang berbahaya.

        Berdasarkan hasil penelitian Tanauma di TPA Sampah Yogyakarta

(2000), air lindi sampah mengandung senyawa-senyawa kimia anorganik

antara lain: nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan,

klorida, sulfat, BOD, COD, pH dan mikrobiologi (total koliform) yang

konsentrasinya sangat tinggi .



2.10    Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah

       Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak

karena adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah

yang terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai

air tanah. Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi

didukung oleh kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir,

kerikil dan batu pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi

sehingga air lindi dapat dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air




                                      25
lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah

curah hujan di TPA, dan kondisi spesifik tempat.




                               Gambar 2.2
             Skema Proses Terjadinya Lindi (Hendrajaya, 1990)

     Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa

pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah

terbentuk dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke

lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai

berikut : 1) Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai

Open Dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah, 2)

Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera

permukaan tanah dijenuhi air, 3) Akibat adanya faktor seperti air hujan,

mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang

mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah, 4) Akibat

banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air




                                     26
tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh, 5) Pada lapisan tanah jenuh

tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana air tanah

dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur

dangkal.

      Apparao (1997), menyatakan bahwa potensial gravitasi sangat penting

dalam tanah-tanah yang jenuh air. Potensial gravitasi merupakan gaya utama

yang mengakibatkan terjadinya aliran. Hal ini diperhitungkan terutama untuk

gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada umumnya bergerak dari

elevasi tinggi ke elevasi rendah.



2.11 Metode Geolistrik Resistivitas

       Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari

sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya. Pendeteksian

meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi

baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi.

       Menurut Hendrajaya dan Idam (1990), metode geolistrik resistivitas

merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis)

listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus listrik

diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan

pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil

pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga

resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point).

Pada metode geolistrik dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang




                                      27
sering digunakan adalah : konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger,

konfigurasi Dipol-dipol dan lain-lain.

       Menurut Telford, dkk. (1988), terkait dengan sifat resistivitas listrik,

lapisan akuifer merupakan lapisan batuan yang memiliki rentang nilai tahanan
          8
jenis 1-10 Ωm. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: komposisi litologi,

kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung, kandungan benda cair. Air

alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-

garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah.

Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan

pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat.

       Menurut Reynolds (1997), konduktivitas atau lebih dikenal dengan

sebutan Daya Hantar Listrik (DHL) adalah suatu besaran yang menunjukkan

banyaknya ion-ion terlarut dalam air yang dapat menghantarkan arus listrik
                                                       2
sebesar 1µvolt pada bidang lapisan metal seluas 1 cm . Sifat ini dipengaruhi

oleh jumlah kandungan yang disebut sebagai ion bebas. Metode geolistrik

resistivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen

isotropis. Pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan bebatuan dengan

nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur

dipengaruhi oleh lapisan-lapisan tersebut dan menyebabkan nilai tahanan jenis

yang terukur tergantung pada jarak elektroda. Nilai tahanan jenis yang terukur

bukanlah tahanan jenis yang sebenarnya melainkan tahanan jenis semu (ρa).




                                         28
Nilai tahanan jenis dari bahan atau material berbanding terbalik dengan daya

hantar listrik (conductivity).



                                  △𝑉
                             𝑅=               …………………………………….(2.1)
                                     𝐼

dimana ;

                  R = tahanan (resistance) dalam ohm

                △V = beda potensial listrik dalam volt

                   I = arus listrik yang mengalir dalam ampere.



2.11.1 Konfigurasi Wenner

           Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner

merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi

geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang                    (r1 = r4 = a dan

r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus (C1 dan C2) adalah tiga kali jarak

elektroda potensial, jarak potensial dengan titik souding-nya adalah a / 2 ,

maka jarak masing-masing elektroda arus dengan titik sounding-nya adalah

3a / 2 .
                  C1                                                     C2
                                                   I
                                  P1                   P2
                                                V
                 A               M            VES           N                 B


                           a                       a              a
                          r<
                           1                                    r2
                                         r3                      r4
                           "



                                              29
Gambar 2.3
              Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner
Target kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah a / 2 . Pada

konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial adalah

sama (AM = NB = a dan jarak AN = MB = 2a) seperti yang terlihat pada

Gambar 2.3.

       Suyarto, dkk. (2003), menjelaskan bahwa pengukuran resistivitas secara

umum dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan

menggunakan dua elektroda arus (C1 dan C2), dan pengukuran beda potensial

dengan menggunakan dua elektroda tegangan (P1 dan P2). Dari data harga arus

(I) dan beda potensial (V), dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρa) seperti

pada persamaan 2.2.

                                           ΔV
                                𝜌𝑎 = 𝑘                …….……………...……..(2.2)
                                             𝐼

k   adalah faktor geometri yang bergantung pada penempatan elektroda di

permukaan yang besarnya :

                                2π
                   𝑘𝑤 =    1   1    1   1        ………….………….….……..(2.3)
                             −   −    −
                          AM BM    AN BN


dengan AM = MN = NB = a

Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah:

                                     𝑘 𝑤 = 2𝜋𝑎

                dan                  𝜌 𝑤 = 𝑘 𝑤 𝑅.............................................(2.4)

dengan R adalah besar nilai hambatan yang terukur.




                                          30
2.11.2 Konfigurasi Schlumberger

       Menurut Todd (1959) dalam Broto (2008), pengaturan letak elektroda-

elektroda atau disebut dengan konfigurasi elektroda dapat bermacam-macam

variasi, salah satunya adalah konfigurasi elektrode Schlumberger. Prinsip

konfigurasi Schlumberger jarak elektroda potensial MN dibuat tetap sedangkan

jarak AB yang diubah-ubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur,

maka ketika jarak AB dirubah pada jarak yang relatif lebih besar maka jarak

MN hendaknya dirubah pula. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar

dari 1/5 jarak AB seperti Gambar 2.4.



                  C1                                              C2
                                         I

                                 V1               V2
                                         V
              A                 M                  N                   B
                                        VES


                           n             a              n
                           a                            a
                                 Gambar 2.4
                         <                          <
  Elektroda arus dan potensial konfigurasi Schlumberger homogen isotropis
                         "                          "
       dengan tahanan jenis (ρ) (Reynolds, 1997 dalamBahri, 2005).

       Sama seperti persamaan (2.4), untuk konfigurasi Schlumberger dapat

dihitung nilai resistivitas semu (ρScl) seperti pada persamaan 2.5.

                                             ΔV
                                 𝜌 𝑆𝑐𝑙 = 𝑘        …….…………...………..(2.5)
                                              𝐼




                                        31
k adalah faktor geometri yang tergantung penempatan elektroda di permukaan
yang besarnya :

                                                 2π
                                𝑘 𝑆𝑐𝑙 =     1   1    1   1   …….………..(2.6)
                                              −   −    −
                                           AM BM    AN BN


       Metode geolistrik terbukti merupakan metode sederhana yang terkenal

dalam pendeteksian kualitas air tanah. Metode ini dapat memecahkan banyak

masalah tentang pendeteksian air tanah dan berbagai kondisi dalam tanah

(Kalinski, dkk., 1993 dalam Lanskaripour, 2003). Beberapa penelitian terkait

dengan pendeteksian kondisi dalam tanah               diantaranya: 1) pemetaan

pencemaran air tanah oleh minyak tanah pada suatu area di Utah AS dengan

menggunakan konfigurasi elektroda Wenner (Bahri, 2005), 2) pendeteksian

aliran air tanah yang mengandung polutan pada daratan Seri Petaling Malaysia

(Muktar, dkk., 2002), 3) pendeteksian kualitas air tanah di daerah Korin,

bagian tenggara Iran dengan menggunakan metode geolistrik Vertical Electric

Sounding (VES) (Lanshkaripour, 2003).

       Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan di beberapa wilayah di

Indonesia, menunjukan bahwa metode geolistrik bisa memetakan pencemaran

air tanah diantaranya:

       Grandis dan Yudistira (2002), melakukan penelitian di bekas TPA Pasir

Impun Bandung dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair

dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali

konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm) menunjukkan akumulasi rembesan

lindi yang dapat mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut.




                                          32
Penelitian yang dilakukan oleh Johanis (2002), yang menggunakan

metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan

mengambil tiga lintasan sebagai titik-titik pengukuran, yaitu lintasan A terletak

pada timbunan sampah, lintasan B berada antara timbunan sampah dan tanah,

lintasan C berada di luar timbunan sampah. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat resistivitas rendah pada ketiga lintasan tersebut yang diduga

merupakan daerah yang tercemar polutan cair yang dihasilkan oleh

pembusukan sampah.

       Ngadimin dan Handayani (2000), melakukan penelitian monitoring

rembesan limbah model fisik di laboratorium dan berhasil memperkirakan

penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida

konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm)

menunjukkan akumulasi rembesan limbah yang dapat mencemari air tanah.




                                       33
BAB III

                 KERANGKA KONSEP PENELITIAN



     Baik di negara maju maupun di negara berkembang, sampah menjadi

suatu permasalahan yang tidak ada habis-habisnya. Aktivitas manusia dalam

memenuhi kebutuhannya melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan

produk yang dapat dimanfaatkan dan sekaligus akan selalu meninggalkan sisa

yang dianggap sudah tidak berguna lagi yaitu sampah dan limbah. Sampah

merupakan polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, air dan tanah

serta menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai

jenis penyakit. Sampah merupakan masalah bagi semua orang, sehingga

manusia menyingkirkan sampah sejauh mungkin dari aktivitas manusia dan

jauh dari pemukiman yaitu yang disebut dengan Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA).

     Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar merupakan salah satu

contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping, walaupun pada awalnya

TPA ini dirancang dengan metode Sanitary Landfill. TPA Temesi yang

berlokasi di Desa Temesi Kabupaten Gianyar merupakan satu-satunya TPA

yang berada di Kabupaten ini. Layanan TPA Temesi mencakup seluruh

sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di

tempat ini kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar

dan rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah jenis ini lebih cepat

membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Sampah




                                   34
yang dibuang pada lokasi TPA akan mengalami pembusukan terutama pada

sampah basah yang umumnya terdiri dari sampah organik, apalagi negara

Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai iklim panas dan

kelembaban tinggi. Hal ini merupakan faktor yang mempercepat terjadinya

reaksi kimia, sehingga sampah lebih cepat membusuk. Air hasil pembusukan

sampah disebut lindi (leachate). Air lindi tersusun atas zat- zat kimia, baik

organik maupun anorganik dan sejumlah bakteri pathogen dan parasitik,

sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika ada air hujan yang melewati

timbunan sampah maka akan mempercepat proses masuknya lindi ke dalam

tanah, sehingga hal ini dapat menimbulkan pencemaran air tanah. Lindi atau

polutan sampah diketahui mempunyai konduktivitas yang berbeda dengan air

tanah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya

misalnya penelitian yang dilakukan oleh Hendrajaya dan Idam (1990), Telford,

dkk. (1988) dan lain-lain menunjukkan bahwa polutan ini mempunyai

konduktivitas yang lebih tinggi dari pada air tanah. Dengan demikian nilai

resistivitas polutan ini lebih rendah dari pada air tanah. Berdasarkan sifat inilah

bisa dilakukan penelitian untuk mengetahui letak akumulasi rembesan polutan

cair di sekitar TPA Temesi Gianyar dengan memanfaatkan perbedaan

resistivitas tersebut.

        Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode geolistrik

resistivitas konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Dengan

menggunakan metode ini diperoleh suatu nilai variasi resistivitas bawah

permukaan, sehingga dengan memanfaatkan variasi nilai resistivitas bawah




                                        35
permukaan tersebut, dapat diketahui adanya anomali bawah permukaan tanah

yang diteliti. Anomali yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai

resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan polutan sampah yang

diasumsikan sebagai fluida konduktif.

       Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal

dari pembusukan sampah. Lindi ini berada di bawah permukaan tanah dan

dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya. Seperti penelitian yang dilakukan

sebelumnya, nilai resistivitas dari polutan sampah yang berasal dari

pembusukan sampah adalah         berkisar di bawah 10 Ohm (Grandis dan

Yudistira, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Tim Asisten Geofisika ITS

(2004), di daerah Keputih Sukolilo, telah berhasil mendeteksi adanya anomali

konduktif berkisar antara 0.28-3.45 Ωm yang dicitrakan dengan warna biru dan

biru muda dengan resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan cairan

konduktif yang dalam hal ini adalah rembesan polutan sampah hasil dari

pembusukan sampah.

       Letak akumulasi rembesan lindi akan dijawab secara kuantitatif,

berdasarkan angka dari hasil pengukuran dan perhitungan yaitu nilai

resistivitas (Ωm) dan kedalaman dari permukaan tanah yang diukur (m).

Sedangkan arah rembesan air lindi ini akan dijawab secara kualitatif, dalam hal

ini akan diuraikan lindi yang merembes pada masing-masing lintasan yang

diambil. Dari lintasan yang diambil ini, diharapkan dapat mewakili seluruh

daerah lokasi penelitian. Alur atau konsep penelitian ditunjukkan oleh Gambar

3.1.




                                        36
Dinas Kebersihan                                                  Masyarakat
dan Pertamanan                   TPA Sampah



             Pengelolaan Sampah dengan Metode Open Dumping



                           Pencemaran Lingkungan




  Pencemaran Udara             Pencemaran Air            Pencemaran Tanah


                                             Pencemaran
                                     Air Tanah oleh Lindi Sampah




   Parameter Kimia             Parameter Fisika            Parameter Biologi



                       Analisa Rembesan Lindi dengan
                        Metode Geolistrik Resistivitas
                      Konfigurasi Wenner - Schlumberger



                             Kesimpulan dan Saran

                                     Gambar 3.1
                       Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian

          Keterangan :
                     : Pengelolaan TPA
                     : Tindakan yang dilakukan dalam penelitian
                     : Tidak dilakukan tindakan penelitian
                     : Pengaruh TPA terhadap Lingkungan




                                         37
BAB IV

                          METODE PENELITIAN



4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.1.1 Lokasi Penelitian

       Penelitian telah dilakukan di TPA Temesi Desa Temesi Kabupaten

Gianyar. Secara geografis Desa Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar

yaitu terletak pada koordinat 8o33’70” Lintang Selatan dan 115o20’40” Bujur

Timur dengan ketinggian ± 68 m hingga ± 85 m di atas permukaan laut,

seperti yang nampak pada Gambar 4.1.




                               Gambar 4.1
               Peta wilayah Desa Temesi Kabupaten Gianyar.




                                    38
4.1.2 Waktu Penelitian

       Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai bulan Juli

sampai dengan bulan Nopember 2011 dengan tahapan sebagai berikut:

-   Bulan I     : Dilakukan survei ke TPA Temesi Kabupaten Gianyar untuk

    persiapan penelitian.

-   Bulan II : Dilakukan pengambilan, pengolahan dan analisis data yang

    diperoleh dari penelitian di TPA Temesi Kabupaten Gianyar.

-   Bulan III - V : Penyelesaian Tesis.



4.2. Alat dan Bahan Penelitian

4.2.1 Alat

       Peralatan yang diperlukan dalam pengambilan data penelitian adalah:

            Peta daerah penelitian

            Peta kontur TPA Temesi Gianyar

            Empat (4) buah batang besi sebagai elektroda

            Kabel sebagai penghubung elektroda dan alat resistivitymeter

            Resistivitymeter

            Radio komunikasi

            Laptop/komputer

            Software Res2Dinv

            Meteran

            Palu




                                       39
   Alat tulis

          Kompas

          Tali

          Tongkat

          GPS

4.2.2 Bahan

       Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal

dari pembusukan sampah di sekitar TPA Temesi Gianyar. Lindi ini berada di

bawah permukaan tanah dan dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya.



4.3 Jenis Data

       Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui suatu pengukuran langsung di sekitar TPA Temesi

Gianyar. Pengukuran tersebut berupa pengukuran arus listrik (I) yang

diijeksikan ke dalam bumi dan tegangan (V) yang timbul akibat beda potensial

yang terjadi pada titik-titik pengukuran di sekitar TPA Temesi Gianyar. Data

sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data pengukuran. Data

sekunder diperoleh dari instansi/lembaga terkait serta literatur atau hasil-hasil

penelitian sebelumnya.



4.4 Penentuan Lintasan Pengukuran

       Letak lintasan berada di sekitar TPA dan di dekat pemukiman

pemulung yang berada tidak jauh dari TPA. Penentuan lintasan tersebut




                                       40
ditentukan dan didasari atas pertimbangan: 1) lintasan pengukuran haruslah

pada tanah yang tidak tergenang air karena dalam pengukuran diinjeksikan arus

sebesar 200 mA dengan tegangan 500 V ke dalam tanah, 2) memprediksi atau

memperkirakan dimana terdapat akumulasi lindi berdasarkan kondisi tanah.
                                                       L8
                   L8




                                          L5
  L5
                                                                                U
                                           L4 TPA
    L4


                                                    L1
                                               L2        L3
              L1
         L2         L3

                                               L6
         L6



                           L7     Gambar 4.2                        L7
          Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data

Keterangan:
       1) L1 = lintasan 1 berwarna kuning dengan panjang 36 m,
       2) L2 = lintasan 2 berwarna biru tua dengan pangjang 50 m,
       3) L3 = lintasan 3 berwarna biru muda dengan panjang 40 m,
       4) L4 = lintasan 4 berwarna ungu dengan panjang 30 m,
       5) L5 = lintasan 5 berwarna putih dengan panjang 30 m,
       6) L6 = lintasan 6 berwarna merah dengan panjang 30 m.
       7) L7 = lintasan 7 berwarna hijau dengan panjang 40 m,
       8) L8 = lintasan 8 berwarna hitam dengan panjang 30 m.

         Pada prinsipnya semakin panjang lintasan yang dibuat maka semakin

dalam objek yang dapat terindentifikasi di bawah permukaan tanah. Panjang

lintasan yang berbeda-beda tersebut bukanlah merupakan hal yang harus




                                     41
ditentukan melainkan panjang lintasan itu dibuat karena pada lintasan itu sudah

maksimal untuk di masing-masing tempat.



4.5 Metode Pengukuran

       Metode pengukuran yang dilakukan dalam pengukuran resistivitas lindi

adalah dengan dua cara, yaitu : 1) dengan metode geolistrik konfigurasi

Wenner dan 2) metode geolistrik konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi

Wenner spasi/jarak semua elektroda dibuat sama sedangkan pada konfigurasi

Schlumberger spasi antara dua elektroda potensial dibuat sama akan tetapi

dua   elektroda     arus   jaraknya    diubah-ubah   (diperbesar).   Tahap-tahap

pengambilan data pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut : 1)

menancapkan elektroda pada permukaan tanah dengan spasi yang telah

ditentukan sesuai dengan konfigurasinya, 2) kabel dibentangkan sebagai

penghatar arus dan potensial yang menghubungkan antar elektroda dengan alat

resistivitymeter.   3)     setelah    keempat   elektroda   terhubung    dengan

resistivitymeter, maka pengukuran sudah siap dilakukan. 4) mencatat arus

listrik dan tegangan yang timbul setelah arus diinjeksikan ke dalam tanah.



4.6 Pengumpulan Data

       Tahap pengumpulan data yang dimaksud adalah pengumpulan data

primer yang didapat melalui suatu pengukuran. Besaran pengukuran yang

diukur adalah tegangan (V) dan arus (I). Data-data hasil pengukuran tersebut




                                         42
kemudian ditabulasikan ke dalam bentuk tabel seperti yang tertera pada Tabel

4.1 dan Tabel 4.2.

               Tabel 4.1 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner
 No        n    AB/2     MN/2     Tegangan V    Arus I   Dp       Faktor         Resistivitas
                (m)       (m)        (mV)       (mA)     (m)   Geometri k (m)       𝝆 (Ωm)
  1        1        3        1                            3
  2        1        3        1                            5
  3        1        3        1                            7
  4        1        3        1                            9
  5        1        3        1                           11
  6        1        3        1                           13
  7        1        3        1                           15
  8        1        3        1                           17
 dst       -      -          -                            -
 35        5     15          5                           15
Keterangan:
n   : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda
AB : Jarak/ spasi elektroda arus
MN : Jarak/spasi elektroda potensial


       Tabel 4.2 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger
 No    n       AB/2     MN/2     Tegangan V    Arus I    Dp    Faktor Geometri   Resistivitas.
               (m)       (m)        (mV)       (mA)      (m)        k (m)           𝝆 (Ωm)
  1    1        3        1                                3
  2    1        3        1                                5
  3    1        3        1                                7
  4    1        3        1                                9
  5    1        3        1                               11
  6    1        3        1                               13
  7    1        3        1                               15
  8    1        3        1                               17
  9    1        3        1                               19
 10    1        3        1                               21
dst    -        -        -                                -
49     7       15        1                               15
Keterangan:
n   : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda
AB : Jarak elektroda arus
MN : Jarak elektroda potensial




                                                43
4.7 Pengolahan Data

       Data yang diperoleh dari hasil penelitian pada seperti pada Tabel 4.1

selanjutnya dimasukkan ke dalam program notepad kemudian disimpan dalam

format file *.dat.

4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner

       Data hasil penelitian dengan konfigurasi Wenner seperti pada Tabel 4.1

selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

   1. Data resistivitas semu (  s ) hasil perhitungan, data datum point (dp),

       dan spasi elektroda (a) dimasukkan ke program notepad dalam bentuk

       file text dimana program notepad berfungsi untuk merekap data (datum

       point, spasi elektroda dan resistivitas) dan disimpan dalam format file

       *.dat (data yang compatible dengan software res2dinv) seperti yang

       ditampilkan pada Gambar 4.3.

Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut :

       a. Line 1 adalah Nama Survey.

       b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan

       c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan ( Wenner

           =1).

       d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points)

       e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik angka 1

           karena datum point diketahui.

       f. Line 6 Ketik 0 untuk data resistivitas.




                                      44
Gambar 4.3
Format data yang ditulis pada program notepad.




                     45
g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu jarak

       elektroda arus (jarak antara titik pusat dengan elektroda arus), Jarak

       antara dua elektoda potensial, Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan

       n=4) dan Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis

       berurutan).

   h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line.

       Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format

file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi

Wenner terlampir pada Lampiran 4.

2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data

   Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar

   sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai

   berikut:

   a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada

       Gambar 4.4.

   b. kemudian klik file  Read data file.

   c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara

       klik Inversion  Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan

       hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.5.




                                       46
Gambar 4.4
            Tampilan awal program Res2dinv




                         Gambar 4.5
Hasil interpretasi software Res2dinv pada lintasan 1 dengan
                     konvigurasi Wenner




                            47
Hasil interpretasi dari software Res2dinv      di atas   memberikan informasi

mengenai keberadaan lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada

lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada

lintasan 1.

4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger

        Data hasil penelitian dengan konfigurasi Schlumberger seperti pada

Tabel 4.2 selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Data resistivitas semu (  s ) hasil perhitungan, data datum point (dp),

        dan spasi elektroda potensial (MN) dan nilai n (n= 1, 2, 3, . .)

        dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text seperti yang

        ditampilkan pada Gambar 4.6.

       Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut :

        a. Line 1 adalah Nama Survey.

        b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan

        c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan

              (Schlumberger = 7 ).

        d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points)

        e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik 1 karena

              datum point diketahui.

        f. Line 6 ketik 0 untuk data resistivitas




                                       48
Gambar 4.6
           Format data yang ditulis pada program notepad.

g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu

   jarak dp (datum points), Jarak antara dua elektoda potensial,

   Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan n=4) dan Nilai resistivitas

   semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis berurutan).




                              49
h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line.

       Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format

file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi

Schlumberger terlampir pada Lampiran 5.

2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data

   Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar

   sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai

   berikut:

   a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada

       Gambar 4.4.

   b. kemudian buka file  Read data file.

   c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara

       klik Inversion  Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan

       hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.7.




                                  Gambar 4.7
         Hasil interpretasi Software Res2dinv pada lintasan 1 dengan
                           konfigurasi Schlumberger




                                       50
Hasil interpretasi dari Software Res2dinv ini menunjukan keberadaan

lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7,

dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada lintasan 1.

Adapun alur dari pengolahan data hasil penelitian tersebut di atas adalah

seperti Gambar 4.8.

                           Data Hasil Pengukuran




      Data Konfigurasi Wenner                Data Konfigurasi Schlumberger




                         Dengan Software Res2Dinv




                 Interpretasi Data             Interpretasi Data



                            Analisis arah rembesan
                           dan letak akumulasi lindi




                                   Kesimpulan



                                Gambar 4.8
                Diagram alir pengolahan data hasil penelitian




                                      51
BAB V

                           HASIL PENELITIAN



5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar

       Setelah dilakukan pengukuran dengan GPS map 60 CS pada tanggal 12

Juli 2011, didapatkan data GPS untuk menentukan Peta Kontur TPA Temesi

Gianyar. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara geografis posisi

TPA Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar yaitu terletak pada

koordinat 8o33’70” LS dan 115o20’40” BT dengan ketinggian ±68 m hingga

±85 m di atas permukaan laut. Peta Kontur TPA Temesi Gianyar disajikan

dalam bentuk Gambar 5.1.




                           A
  C       D
                                   U




                                              Keterangan :
                                              A : Dataran tinggi
                                              B : Dataran yang sangat rendah
                                              C : Tempat Pengomposan
                                              D : Areal tempat penimbunan sampah
                                                  : Jalan
                 B


                                Gambar 5.1
                      Peta kontur TPA Temesi Gianyar




                                       52
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko

More Related Content

Similar to Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko

Alat peraga
Alat peragaAlat peraga
Alat peraga
blue light
 
Hambatan belajar bio
Hambatan belajar bioHambatan belajar bio
Hambatan belajar bioHeppiNiwer
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
08552723782
 
RPS_R116_000637_15U00012_20160822203829_30235552.pdf
RPS_R116_000637_15U00012_20160822203829_30235552.pdfRPS_R116_000637_15U00012_20160822203829_30235552.pdf
RPS_R116_000637_15U00012_20160822203829_30235552.pdf
DIMASWICAKSONO53
 
6469
64696469
Rekomendasi Kesesuaian lahan.pdf
Rekomendasi Kesesuaian lahan.pdfRekomendasi Kesesuaian lahan.pdf
Rekomendasi Kesesuaian lahan.pdf
musakhadim2
 
Pengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranPengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranrsd kol abundjani
 
Melani wuwungan
Melani wuwunganMelani wuwungan
Melani wuwungan
Fathur Marah
 
Uswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanahUswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanah
yogisaka1
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsih
Yeni Oktarina
 
Pemikiran kritis guru_besar_bidang_sastra
Pemikiran kritis guru_besar_bidang_sastraPemikiran kritis guru_besar_bidang_sastra
Pemikiran kritis guru_besar_bidang_sastra
Devi Dinanti
 
Mari belajar rawa bersama kami
Mari belajar rawa bersama kamiMari belajar rawa bersama kami
Mari belajar rawa bersama kami
pdatarawa
 
Visi dan Misi Calon Lektor Kepala - Dasapta Erwin
Visi dan Misi Calon Lektor Kepala - Dasapta ErwinVisi dan Misi Calon Lektor Kepala - Dasapta Erwin
Visi dan Misi Calon Lektor Kepala - Dasapta Erwin
Dasapta Erwin Irawan
 
sekripsi
sekripsisekripsi
sekripsiboiys
 
Eva Binsasi_Prosiding Nasional
Eva Binsasi_Prosiding NasionalEva Binsasi_Prosiding Nasional
Eva Binsasi_Prosiding Nasional
Eva Binsasi
 
Doc
DocDoc

Similar to Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko (20)

Alat peraga
Alat peragaAlat peraga
Alat peraga
 
Hambatan belajar bio
Hambatan belajar bioHambatan belajar bio
Hambatan belajar bio
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
 
RPS_R116_000637_15U00012_20160822203829_30235552.pdf
RPS_R116_000637_15U00012_20160822203829_30235552.pdfRPS_R116_000637_15U00012_20160822203829_30235552.pdf
RPS_R116_000637_15U00012_20160822203829_30235552.pdf
 
4 d5f81c1d01
4 d5f81c1d014 d5f81c1d01
4 d5f81c1d01
 
6469
64696469
6469
 
Rekomendasi Kesesuaian lahan.pdf
Rekomendasi Kesesuaian lahan.pdfRekomendasi Kesesuaian lahan.pdf
Rekomendasi Kesesuaian lahan.pdf
 
Pengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaranPengembangan multimedia pembelajaran
Pengembangan multimedia pembelajaran
 
doc
docdoc
doc
 
Melani wuwungan
Melani wuwunganMelani wuwungan
Melani wuwungan
 
Uswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanahUswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanah
 
Pujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsihPujiati setyaningsih
Pujiati setyaningsih
 
Pemikiran kritis guru_besar_bidang_sastra
Pemikiran kritis guru_besar_bidang_sastraPemikiran kritis guru_besar_bidang_sastra
Pemikiran kritis guru_besar_bidang_sastra
 
amdal
amdalamdal
amdal
 
Mari belajar rawa bersama kami
Mari belajar rawa bersama kamiMari belajar rawa bersama kami
Mari belajar rawa bersama kami
 
Visi dan Misi Calon Lektor Kepala - Dasapta Erwin
Visi dan Misi Calon Lektor Kepala - Dasapta ErwinVisi dan Misi Calon Lektor Kepala - Dasapta Erwin
Visi dan Misi Calon Lektor Kepala - Dasapta Erwin
 
sekripsi
sekripsisekripsi
sekripsi
 
Eva Binsasi_Prosiding Nasional
Eva Binsasi_Prosiding NasionalEva Binsasi_Prosiding Nasional
Eva Binsasi_Prosiding Nasional
 
Doc
DocDoc
Doc
 

Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi dengan metode geolistrik resistivitas ko

  • 1. TESIS IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK AKUMULASI LINDI DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR I KETUT PUTRA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
  • 2. TESIS IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK AKUMULASI LINDI DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR I KETUT PUTRA NIM 0991261001 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 i
  • 3. IDENTIFIKASI ARAH REMBESAN DAN LETAK AKUMULASI LINDI DENGAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER – SCHLUMBERGER DI TPA TEMESI KABUPATEN GIANYAR Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana I KETUT PUTRA NIM 0991261001 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN ii
  • 4. PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 Lembar Persetujuan Pembimbing TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 25 JANUARI 2012 Pembimbing I Pembimbing II Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH NIP: 195611021983031001 NIP:194911021976031001 Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp, S(K) NIP: 195611021983031001 NIP: 195902151985102001 iii
  • 5. Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis ini telah diuji pada tanggal 17 Januari 2012 Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 0163/un.14.4/hk/2012 Panitia Penguji Tesis adalah : Ketua : Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc, SH 2. Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS 3. Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc iv
  • 6. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Yang bertanda tangan di bawah ini : NAMA : I Ketut Putra NIM : 0991261001 PROGRAM STUDI : Program Magister Ilmu Lingkungan JUDUL TESIS : Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger di TPA Temesi Kabupaten Gianyar Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 25 Januari 2012 Hormat Saya, I Ketut Putra NIM 0991261001 v
  • 7. UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas Anugrah dan RahkmatNYA-lah penulis dapat menyelesaikan tesis dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Magister Lingkungan Universitas Udayana . Dalam menyusun tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dan bantuan yang tak terhingga harganya dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MAppSc, PhD selaku Pembimbing I yang dengan ketelitian dan kesabaran serta penuh keiklasan telah membimbing, mengarahkan dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Putu Gede Ardhana, MAgrSc. SH. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi dalam penulisan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. I Wayan Budiarsa Suyasa, MS selaku anggota tim penguji yang banyak memberikan masukkan dan saran dari segi penulisan dan isi demi kesempurnaan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc selaku anggota tim penguji yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran memerikan revisi baik dari segi penulisan dan isi dari tesis ini. 5. Bapak Dr. Arianto (Alm) yang telah memberikan ide awal dan pengarahan dalam penulisan tesis ini. 6. Bapak Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor Universitas Udayana yang telah memberikkan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program Magister Pascasarjana di Universitas Udayana. vi
  • 8. 7. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar yang telah memberikan ijin dan sarana selama penulis melakukan penelitian. 8. Seluruh staff di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Udayana yang telah banyak membantu dari segi administrasi hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis sadar sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Denpasar, 25 Januari 2012 vii
  • 9. ABSTRACT Garbage Dump (GD) of Temesi which is located at Temesi village within 6.5 km south east of Gianyar city, which is geographically located at a point 8 0 33 south latitude and 1150 east longitude with an altitude ± 191 - ± 196 meters above sea level. The area of GD of Temesi is about 4 ha. GD of Temesi Gianyar has been collecting garbage about 198.52 m 2 /day. GD of Temesi operates with open dumping technique, so that the leachate produced from garbage pollutes the enviorment and shallows ground water around the GD. This study was conducted to identity the direction of seepage and location of accumulation point of leachate at GD of Temesi Gainyar. This study was conducted by measuring soil layer values at GD of Temesi Gianyar, and eight tracks measurement was taken. The method used in this study was using the geoelectric resistivity with Wenner configuration and Schlumberger configuration. The eight tracks were taken as representative of the overall soil layer condition in GD of Temesi Gianyar. The result of study showed that tracks 1st to 7 th , indicated leachate seep in each track, however, in 8 th track leachate was not identified ( 8 th tracks is located far from the GD and it’s contours are higher than the tracks of garbage). Value of leachate resistivity ranged from 3.98 – 8.91 Ωm with a depth ranging from 1.55 – 6.91 meters. Most of leachate spreaded out to southward of GD as far as more than 400 meters. Accumulation of leachate was widely available at a distance of 20, 50, and 400 meters toward the south part of the GD of Temesi. The main factor is the south part of the GD has a lower contour. Another factor affecting the leachate seeped into the south part is the present of some field irrigation water from north to south across the garbage stacks. Key words: Garbage Dump of Temesi, Garbage Leachate Water,Resistivity Geoelectric,Wenner Configuration, Schlumberger Configuration. viii
  • 10. ABSTRAK Sistem pemrosesan akhir di TPA Temesi Gianyar masih menerapkan sistem open dumping, sehingga lindi dari tumpukan sampah berpotensi mencemari lingkungan dan sumber air tanah dangkal di sekitar areal TPA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak titik akumulasi lindi di TPA Temesi Gianyar. Penelitian dilakukan dengan mengukur nilai resistivitas lapisan tanah di TPA Temesi Gianyar melalui lintasan yang sudah ditentukan yaitu sebanyak delapan lintasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas dengan konfigurasi Wenner - Schlumberger. Kedelapan lintasan tersebut diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di TPA Temesi Gianyar. Hasil penelitian menunjukkan Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah selatan. Titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033’076” LS - 115021’016” BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033’689” LS - 115020’363” BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033’746” LS - 115021’013” BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033’719” LS - 115021’018” BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada koordinat 8033’641” - LS 115020’977” BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033’756” LS - 115021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m. Kata Kunci : TPA Sampah, Air Lindi Sampah, Geolistrik Resistivitas, Konfigurasi Wenner, Konfigurasi Schlumberger ix
  • 11. RINGKASAN TPA Temesi Gianyar pada awalnya dirancang sebagai Tempat Pemrosesan Akhir Sampah yang menerapkan Sistem Sanitary Landfill, namun pada kenyataannya menerapkan Sistem open dumping. Hal ini tentunya mengakibatkan adanya lindi merembes ke luar areal TPA dan mencemari sumber air tanah dangkal di sekitar TPA. Penelitian dilakukan untuk mengetahui arah rembesan dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger yaitu pemanfaatan variasi nilai resistivitas akibat arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni sampai Nopember 2011 di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Pengukuran dilakukan dengan mengambil delapan lintasan pengukuran dan diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan kondisi lapisan tanah di sekitar TPA. Dari hasil pengukuran pada beberapa lintasan kemudian setelah dipadukan dengan kondisi/kontur tanah di sekitar TPA, dapat disimpulkan bahwa : Lindi yang terbentuk dan berada di sebelah barat timbunan sampah (L4) dan lindi yang berada sebelah selatan dekat dengan timbunan sampah (L2) merembes ke arah barat yang kondisi kontur tanahnya miring ke sungai/kali. Sedangkan untuk lindi yang berada di sebelah selatan TPA sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan (L1, L3, L6, L7) lindi cenderung merembes ke arah selatan, dimana di sebelah selatan dari timbunan sampah tersebut mempunyai kontur tanah yang miring ke arah selatan. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan titik- titik akumulasi lindi berada di sebelah barat TPA yaitu pada koordinat : 8033’076” LS - 115021’016” BT di kedalaman 1,55 - 5,40m dan pada koordinat 8033’689” LS - 115020’363” BT di kedalaman 2,70 - 4,37m. Sedangkan di sebelah selatan TPA lindi terakumulasi pada koordinat : 8033’746” LS - 115021’013” BT di kedalaman 4,00 - 7,50m dan pada koordinat 8033’719” LS - 115021’018” BT di kedalaman 2,00 - 4,50m serta pada x
  • 12. koordinat 8033’641” - LS 115020’977” BT di kedalaman 2,00 - 5,37m. Di sebelah tenggara juga terdapat akumulasi lindi yang terletak pada koordinat8033’756” LS - 115021’015” BT di kedalaman 5,37 - 6,9m. Rembesan lindi yang sudah mencapai lebih dari 400 m dari pusat timbunan sampah menunjukkan betapa cepatnya lindi tersebut mencemari lingkungan TPA kalau dilihat dari awal berdirinya TPA yaitu Tahun 2004. Bisa dibayangkan kalau Pemerintah dan Instansi terkait tidak tanggap atas dampak yang telah ditimbulkan oleh adanya TPA yang masih menerapkan sistem open dumping, maka sudah barang tentu akan berdampak negatif terhadap lingkungan baik terhadap sifat fisik-kimia-biologis maupun berdampak pada kesehatan masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar TPA. xi
  • 13. DAFTAR ISI Lembar Sampul Dalam ........................................................................ i Lembar Prasyarat Gelar Magister ...................................................... ii Lembar Persetujuan Pembimbing ....................................................... iii Lembar Penetapan Panitia Penguji ...................................................... iv Surat Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. vi ABSTRACT ............................................................................................ viii ABSTRAK .............................................................................................. ix RINGKASAN ......................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................... xii DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xx BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5 2.1 Sampah .................................................................................. 5 2.2 Pengaruh sampah terhadap lingkungan ................................. 6 2.2.1 Pengaruh positif .......................................................... 6 2.2.2 Pengaruh Negatif ........................................................ 7 2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah ....................................... 9 2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar................. 13 2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 15 xii
  • 14. 2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan .................................... 17 2.7 Pencemaran Lingkungan ....................................................... 21 2.8 Pencemaran Air ................................................................... 21 2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah ............... 23 2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah .................. 25 2.11 Metode Geolistrik Resistivitas ............................................ 27 2.11.1 Konfigurasi Wenner ................................................. 29 2.11.2 Konfigurasi Schlumberger ........................................ 31 BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................... 34 BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................... 38 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 38 4.1.1 Lokasi penelitian........................................................ 38 4.1.2 Waktu penelitian ........................................................ 39 4.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................... 39 4.2.1 Alat ............................................................................ 39 4.2.2 Bahan .......................................................................... 40 4.3 Jenis Data ............................................................................. 40 4.4 Penentuan Lokasi Pengukuran ............................................. 40 4.5 Metode Pengukuran ............................................................. 42 4.6 Pengumpulan Data ............................................................... 42 4.7 Pengolahan dan Analisa Data............................................... 44 4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner ................. 44 4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger ....... 48 BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 52 5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar ..................... 52 5.2. Data Hasil Pengukuran ......................................................... 53 5.2.1 Data Hasil Pengukuran dengan Metode Wenner ...... 53 xiii
  • 15. 5.2.2 Data Hasil Pengukuran dengan Metode Schlumberger ............................................................ 54 5.3 Hasil Interpretasi Data dengan Software Res2dinv .......................... 54 5.3.1 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 1 ..................................................... 54 5.3.2 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 2 ............................................. 55 5.3.3 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 3 ............................................. 56 5.3.4 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 4 ............................................. 58 5.3.5 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 5 ............................................. 59 5.3.6 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 6 ............................................. 60 5.3.7 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 7 ............................................. 61 5.3.8 Hasil interpretasi data dengan Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 8 ............................................. 62 BAB VI PEMBAHASAN....................................................................... 63 6.1 Anaslisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner- Schlumberger ........................................................................ 63 6.1.1 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 1. ................................. 63 6.1.2 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 2. ................................. 64 6.1.3 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 3. ................................. 64 6.1.4 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 4. ................................. 65 6.1.5 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 5. ................................. 66 xiv
  • 16. 6.1.6 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 6. ................................. 66 6.1.7 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 7. ................................. 67 6.1.8 Analisa Hasil Penelitian Konfigurasi Wenner- Schlumberger pada Lintasan 8. ................................. 67 6.2 Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi di TPA Temesi Kabupaten Gianyar .............................................................. 68 6.3 Pengaruh Air Lindi terhadap Lingkungan ....................................... 70 BAB VII SIMPULAN- SARAN ............................................................ 73 7.1 Simpulan .............................................................................. 73 7.2 Saran ..................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75 LAMPIRAN xv
  • 17. DAFTAR TABEL Tabel .............................................................................................. Halaman 2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 ....... 14 2.2. Komposisi Lindi dari TPA Secara Umum………………………... 24 2.3. Variasi Kualitas Lindi di beberapa TPA di Indonesia ..................... 24 4.1. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner ............................ 43 4.2. Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger .................. 43 6.1. Arah rembesan dan rentang akumulasi lindi dari semua lintasan pengukuran konfigurasi Wenner-Schlumberger .............................. 70 xvi
  • 18. DAFTAR GAMBAR Gambar .............................................................................................. Halaman 2.1. Peta Geologi Pulau Bali .................................................................... 16 2.2. Skema proses terjadinya lindi ........................................................... 26 2.3. Elektroda arus- potensial pada konfigurasi Wenner.......................... 29 2.4. Elektroda arus- potensial Schlumberger homogen isotropis dengan tahanan jenis (ρ) (Reynolds, 1997 dalam Bahri, 2005) ........ 31 3.1. Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian....................................... 37 4.1. Peta wilayah Desa Temesi Gianyar................................................... 38 4.2. Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data ..... 41 4.3. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 45 4.4. Tampilan awal program Res2dinv..................................................... 47 4.5. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan Konfigurasi Wenner .......................................................................... 47 4.6. Format data yang ditulis pada program Notepad .............................. 49 4.7. Hasil interpretasi software Res2dinv pada Lintasan 1 dengan Konfigurasi Schlumberger ................................................................ 50 4.8. Diagram alir pengolahan data hasil penelitian .................................. 51 5.1. Peta kontur TPA Temesi Gianyar ..................................................... 52 5.2. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 55 5.3. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 2 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 56 5.4. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 3 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 57 5.5. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 4 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 58 5.6. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi xvii
  • 19. Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 5 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 59 5.7. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 6 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 60 5.8. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 7 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 61 5.9. (a) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Wenner- (b) Hasil interpretasi pada lintasan 8 dengan konfigurasi Schlumberger................................................... 62 6.1. Arah rembesan- titik akumulasi lindi di TPA Temesi Gianyar ................................................................................. 68 xviii
  • 20. DAFTAR SINGKATAN BOD : Biochemical Oxygen Demand B3 : Bahan Berbahaya- Beracun COD : Chemical Oxygen Demand DHL : Daya Hantar Listrik DKP : Dinas Kebersihan- Pertamanan DP : Datum Point FTSL : Fakultas Teknik Sipil- Lingkungan GPS : General Positioning System KLH : Kementrian Lingkungan Hidup LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat NAB : Nilai Ambang Batas SNI : Standar Nasional Indonesia TPA : Tempat Pemrosesan Akhir TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu VES : Vertical Electric Sounding LONG : Longitude LAT : Latitude H : High xix
  • 21. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Data GPS untuk menentukan peta Kontur TPA Temesi Gianyar ....... 79 2. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Wenner ........... 84 3. Tabulasi Data Hasil Pengukuran dengan Konfigurasi Schlumberger . 94 4. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Wenner ke dalam program notepad ................................................................. 118 5. Pengolahan data penelitian dengan Konfigurasi Schlumberger ke dalam program notepad .................................................................. 122 xx
  • 22. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu sampah dan limbah (Widyatmoko dan Sintorini, 2002). Sampah adalah buangan berupa padat merupakan polutan umum yang dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya (Bahar, 1985). Di negara berkembang, sampah umumnya ditampung pada lokasi pembuangan dengan menggunakan sistem sanitary landfill (Johanis, 2002). Sanitary landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu yaitu jenis dan porositas tanah, dimana pada dasar cekungan dilapisi geotekstil untuk menahan peresapan lindi pada tanah serta dilengkapi dengan saluran lindi. TPA-TPA yang ada di Indonesia belum sepenuhnya menerapkan sistem sanitary landfill dan kebanyakan masih menerapkan sistem open dumping, yaitu sampah ditumpuk menggunung tanpa ada lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi pencemaran air tanah dan udara di sekitar TPA (Widyatmoko dan Sintorini, 2002). 1
  • 23. Depkes (1987) dalam Guntar (1999), menyatakan bahwa keberadaan suatu TPA sebagai suatu wadah pembuangan sampah diharapkan mampu menjadi suatu sarana pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan. Suatu program pengelolaan sampah belum dapat dikatakan berhasil tanpa menyelesaikan permasalahan hingga ke tahap pemrosesan akhir dengan baik. Tahapan ini merupakan hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah dalam hubungannya dengan masalah pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, keberhasilan suatu program pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh pengelolaan sampah di TPA. Slamet (1994) dalam Arbain (2008), menyebutkan bahwa pengelolaan sampah belum dapat disebut berhasil secara keseluruhan dengan baik, tanpa menyelesaikan persoalannya atau mengatasi permasalahan sampah hingga ke tahap pembuangan akhir dengan baik. Upaya pengelolaan sampah baik skala besar maupun skala kecil, harus mencapai tujuan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Pembangunan TPA seharusnya mempertimbangkan aspek kondisi fisik TPA, jenis dan karakteristik sampah, kemampuan pendanaan, dan prasarana pendukungnya (Notoatmodjo, 1997). Tanpa mempertimbangkan aspek-aspek tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan di sekitarnya, seperti terbentuknya rembesan lindi yang dapat mencemari air permukaan dan pencemaran tanah serta pencemaran air bawah tanah. Indikasi tersebut lebih dipertegas dari penelitian terdahulu yang dilakukan di TPA Tamangapa Makasar (Arifin, 2001), yang menyimpulkan bahwa rembesan lindi yang 2
  • 24. keluar dari timbunan sampah membentuk alur yang mencemari air bawah tanah di sekitar TPA. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi di Kabupaten Gianyar merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping. Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar dan sampah rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Air yang ada pada sampah hasil dari proses pembusukan umumnya mengandung bahan kimia, bakteri dan kotoran lainnya yang dapat merembes masuk ke dalam tanah dan akhirnya akan mencemari air bawah tanah. Mengingat sebagian masyarakat di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar masih memanfaatkan air sungai untuk mandi dan sumur gali untuk keperluan sehari-hari, maka kiranya sangat perlu dilakukan suatu kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai arah sebaran dan letak akumulasi lindi di sekitar TPA Temesi Gianyar. 1.2 Rumusan Masalah Metode Geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan variasi resistivitas, dapat digunakan untuk mendeteksi polutan cair dalam tanah yang sering diasosiasikan sebagai fluida konduktif. Di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar diduga terdapat akumulasi rembesan lindi (leachate) yang dapat mencemari air 3
  • 25. tanah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Kemananakah arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar ? 2. Dimanakah letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui arah rembesan lindi di sekitar TPA Temesi Kabupaten Gianyar. 2. Mengidentifikasi letak akumulasi lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah TPA Temesi Kabupaten Gianyar. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, hasil dari penelitian ini diharapkan: 1. Dapat memberikan gambaran aplikasi geofisika dalam bidang lingkungan terutama untuk menggambarkan arah sebaran dan letak akumulasi lindi. 2. Bermanfaat sebagai peringatan awal dalam upaya memantau pencemaran air tanah dangkal dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan dan evaluasi TPA. 4
  • 26. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Pengertian sampah dikemukakan oleh Azwar (1990), yang menyatakan bahwa sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia dan bersifat padat. Definisi lain yang dikemukakan Kodoatie (2003), menyebutkan bahwa sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Demikian pula menurut Mustofa (2005), menyatakan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga dalam pembikinan atau pemakaian, barang rusak atau bercacat dalam pembikinan atau materi berkelebihan. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990, yang dimaksud dengan sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi bangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak termasuk sampah bahan berbahaya dan beracun (B3). Berdasarkan definisi dan pengertian tentang sampah seperti yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah adalah benda atau sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau sesuatu yang 5
  • 27. harus dibuang, dan umumnya bersifat padat yang dapat mencemari lingkungan dan tidak/belum bersifat ekonomis, yang berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau proses alam baik yang bersifat zat organik dan zat anorganik (tidak termasuk limbah berbahaya dan beracun) yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan. 2.2 Pengaruh Sampah terhadap Lingkungan Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri, baik berpengaruh positif maupun negatif. 2.2.1 Pengaruh Positif Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti : 1) sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan seperti rawa-rawa dan dataran rendah, 2) sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, 3) sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak, 4) pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembangbiak serangga dan binatang pengerat, 5) menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah, 6) keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat, 7) keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat, 6
  • 28. 8) keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra, 2007). 2.2.2 Pengaruh Negatif Menurut Depkes (1997) dalam Guntar (1999), menyebutkan bahwa sampah yang tidak dikelola dengan baik, maka akan mengganggu kelestarian lingkungan hidup baik terhadap komponen abiotik, komponen biotik maupun komponen sosial budaya masyarakat. Bahar (1985), mengatakan sampah adalah buangan berupa bahan padat merupakan polutan umum yang menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunnya nilai sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya. Menurut Chandra (2007) dalam Arbain (2008), menyatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat sebagai berikut: a. Pengaruh terhadap kesehatan, antara lain : 1) pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, 2) insidensi penyakit demam berdarah (dengue fever) akan meningkat karena vektor penyakit akan hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng atau ban bekas yang berisi air hujan, 3) terjadinya kecelakaan 7
  • 29. akibat pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, misalnya luka akibat benda tajam seperti pecahan kaca, potongan besi dan lain-lain, 4) gangguan psikologis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain-lain. b. Pengaruh terhadap lingkungan, antara lain : 1) estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata, 2) proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk, 3) pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas, 4) pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal, 5) apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal, 6) air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan dan saluran air. c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat, antara lain: 1) pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat setempat, 2) keadaan lingkungan kurang baik dan jorok, akan menurunkan daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah tersebut, 3) dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola karena bau busuk yang sangat mengganggu (misalnya kasus TPA Bantargebang, Bekasi), 4) angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun, 5) kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain akan berkurang, 6) menurunnya pemasukan daerah (devisa) akibat 8
  • 30. penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung sehingga akan berdampak pada penurunan penghasilan masyarakat setempat, 7) penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis, 8) penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa. Berdasarkan pendapat tentang pengaruh negatif sampah tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif yaitu menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan, terutama apabila keberadaannya dekat dengan pemukiman penduduk. Komponen-komponen yang dapat dipengaruhi akibat pencemaran sampah adalah semua komponen lingkungan (abiotic, biotic dan cultural). Bila ditinjau dari komponen abiotik, sampah dapat menimbulkan pencemaran terhadap udara, air dan tanah. Dari segi komponen biotik, sampah dapat menjadi sarang berbagai vektor penyakit yang mengancam kesehatan manusia. Apabila ditinjau dari segi sosial budaya, sampah dapat mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan. Sampah yang menumpuk dan dibiarkan pada tempat terbuka (open dumping), menyebabkan rendahnya nilai estetika di sekitar tempat tersebut. 2.3 Sistem Pemrosesan Akhir Sampah Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah 9
  • 31. yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan kebakaran. Menurut Sidik dkk. (1985) dalam Feranie (2008), pengolahan sampah adalah metode pemrosesan akhir yang dilakukan dengan teknik penimbunan sampah. Tujuan utama penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat dengan cara-cara yang tepat dan menjamin keamanan lingkungan, menstabilkan sampah (mengkonversi menjadi tanah), dan merubahnya kedalam siklus metabolisme alam. Lokasi penimbunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan, 2) mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah, 3) aman terhadap lingkungan di sekitarnya. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan kegiatan akhir dalam mengelola sampah. Tempat pemrosesan akhir ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) tercakup dalam tata ruang kota, 2) jenis tanah harus kedap air, 3) tanah yang tidak produktif untuk pertanian, 4) dapat digunakan minimal 5-10 tahun, 5) bukan daerah yang potensial untuk mencemari sumber air, 6) jarak dari daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km, 7) merupakan daerah bebas banjir (KLH, 2004). 10
  • 32. Supanca (2003), menyatakan ada tiga (3) sistem pemrosesan akhir sampah antara lain : 1. Sistem Open Dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam pemrosesan sampah. Sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu tempat tanpa ada perlakukan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Pada saat sekarang sebenarnya metode ini tidak direkomendasikan lagi di Indonesia, karena tingkat dan beban pencemaran terahadap lingkungan sekitar yang dihasilkan sangat tinggi. Demikian juga halnya dengan TPA Temesi Gianyar yang pada awalnya dirancang dengan metode Sanitary Landfill tetapi pada kenyataannya metode yang diterapkan adalah metode Open Dumping. Metode Open Dumping akan menyebabkan : 1) terjadi pencemaran udara berupa gas, bau dan debu, 2) terjadi pencemaran terhadap air tanah dengan terbentunya air lindi (leachate), 3) resiko kebakaran cukup besar, 4) mudah terjadi kabut yang ditimbulkan oleh asap, 5) mendorong tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat, nyamuk dan lain-lain), 6) mengurangi estetika lingkungan, 7) lahan tidak dapat digunakan kembali untuk waktu yang cukup lama. 2. Sistem Control Landfill (urug terkendali) adalah sampah dihamparkan pada lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi tanah pada ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik. 3. Sistem Sanitary Landfill adalah penutupan sampah dengan lapisan tanah yang dilakukan sedemikian rupa sesuai petunjuk yang ditetapkan, sehingga tidak lagi terlihat sampah yang terbuka. Metode ini harus memenuhi teknik 11
  • 33. perancangan yang berwawasan lingkungan meliputi : 1) pembentukan dasar TPA Sampah. Lapisan dasar TPA Sampah harus kedap air sehingga air lindi terhambat meresap ke dalam tanah dan tidak mencemari air tanah, dapat dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA sampah dengan tanah lempung yang dipadatkan atau menggunakan geomembran, 2) saluran dan pengolahan air lindi yang dihasilkan oleh dekomposisi sampah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan karena memiliki Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan parameter-parameter lainnya, 3) ventilasi gas. Ventilasi gas dibangun atau dipersiapkan sebelum area TPA sampah digunakan untuk penimbunan sampah, tujuannya adalah untuk memudahkan pelepasan gas-gas (COx, Metan dan lainnya) ke udara bebas dan untuk mencegah terbakarnya sampah akibat panas dan gas yang dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme, 4) tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya kebakaran, timbulnya lalat, perkembangbiakan lalat atau binatang pengerat dan mengurangi timbulnya air lindi, 5) daerah penyanggah atau zona penyanggah berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan akhir sampah terhadap lingkungan sekitarnya, 6) sumur monitoring berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air lindi terhadap air tanah di sekitar TPA sampah. Ditjen Ciptakarya (1997), menyebutkan bahwa tempat pemrosesan akhir sampah yang pernah atau masih dipergunakan di Indonesia adalah metode open dumping, control landfill dan Sanitary Landfill. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam perencanaannya, perhitungan lahan untuk TPA 12
  • 34. Sanitary Landfill mencakup perhitungan produksi sampah dan kapasitas TPA. Produksi sampah ditentukan oleh jumlah penduduk dan laju pertambahannya. Kapasitas tampung TPA sampah tergantung pada luas lokasi, ketebalan lapisan sampah dan tanah penutup yang direncanakan, laju pertambahan jumlah sampah, dan faktor pemadatan sampah. Menurut KLH (2004), kondisi TPA sampah di kota-kota di Indonesia menunjukkan kondisi fisik rata-rata kurang baik, terkait dengan sarana dan prasarana yang ada di TPA sampah, antara lain: sistem drainase, pengolahan lindi, penanganan gas, pengaturan lahan, sumur monitoring dan penutupan lahan karena timbunan sampah yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak sebanding dengan kapasitas dan kualitas TPA sampah yang ada. 2.4 Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gianyar Pengelolaan sampah di kota Gianyar saat ini dilakukan oleh DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Ginyar) yang melayani sekitar 54.116 jiwa penduduk. Dengan asumsi per orang menghasilkan 0,0045 m3/hari, maka diperkirakan jumlah timbunan sampah rata-rata penduduk Kabupaten Gianyar adalah sekitar 198,52 m3/hari. Komposisi timbunan sampah di Kabupaten Gianyar telah diidentifikasi bersumber dari : 1) sampah rumah tangga, 2) sampah hasil sapuan jalan, 3) sampah pasar, 4) sampah dari aktivitas perkantoran dan lain-lain (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2010). Berdasarkan hasil pencatatan harian pada Dinas Kebersihan dan 13
  • 35. Pertamanan Kabupaten Gianyar, volume timbunan sampah pada Tahun 2010 di Kabupaten Gianyar disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Jumlah timbunan sampah di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 No. Bulan Volume Sampah (m3/hr) 1 Januari 174.38 2 Pebruari 170.45 3 Maret 193.20 4 April 196.89 5 Mei 168.25 6 Juni 175.35 7 Juli 167.24 8 Agustus 172.71 9 September 178.23 10 Oktober 173.43 11 November 172.23 12 Desember 170.66 Sumber: DKP Kabupaten Gianyar, (2010) Teknik operasional pengelolaan persampahan dimulai dari pewadahan atau penyimpanan di tempat sumber sampah, pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Jenis pewadahan yang digunakan untuk penampungan sementara meliputi berbagai jenis, baik yang disediakan secara swadaya oleh masyarakat, maupun bantuan pewadahan yang disediakan oleh Pemerintah. Jenis pewadahan yang digunakan adalah meliputi : i) Kantong plastik, ii) Drum plastik atau drum logam, iii) Bak dari kayu, iv) Keranjang, v) Bak Pasang Bata/batako permanen, vi) Steel Container dan lain-lain. Cara pengumpulan dan pengangkutan dilakukan dengan peralatan yang tersedia seperti: 1) gerobak dilakukan pada daerah yang tidak bisa dilalui oleh kendaran dump truck seperti: permukiman, pasar, tempat-tempat umum, pertokoan dan jalan-jalan protokol yang selanjutnya dibuang ke tempat 14
  • 36. pemrosesan sementara (Transfer Depo), kemudian dari Depo ini sampah diangkut dengan kendaraan lalu dibuang ke TPA Temesi, 2) strategi lain yang dilakukan oleh DKP adalah pengumpulan dan pengangkutan langsung dengan kendaraan dump truck pada rute-rute yang dapat dilalui oleh kendaraan tersebut dan selanjutnya dibuang ke TPA Temesi (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010). 2.5 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Untuk gambaran umum lokasi penelitian di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Temesi Gianyar terletak di Desa Temesi berjarak 6,5 Km arah tenggara kota Gianyar, yang secara geografis terletak pada titik 8o33’70” Lintang Selatan dan 115o20’40” Bujur Timur dengan ketinggian ± 68 m hingga ± 85 m di atas permukaan laut. Luas TPA Temesi Gianyar mencapai 4 hektar, dengan batas-batas: Sebelah utara: sawah; Sebelah timur: Sawah dan pemukiman penduduk; Sebelah selatan: sawah; dan Sebelah barat: Sawah. Di lokasi TPA Temesi terdapat incinerator dan tungku pembakaran sampah, namun fasilitas tersebut sudah tidak difungsikan lagi oleh DKP. Kini di TPA Temesi telah beroperasi usaha pemilahan sampah yang diresmikan Pemerintah Daerah pada Tahun 2004. Pengadaan pemilahan sampah tersebut dibiayai oleh LSM Rotary Club International – Bali Focus – Borda yang bekerjasama dengan Desa Adat setempat yang dibentuk melalui kelembagaan pengelola (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010). 15
  • 37. Gambar 2.1 Peta Geologi Pulau Bali (Sumber : http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/) 16
  • 38. Ditinjau dari jenis batuan, sebagian besar batuan di daerah Desa Temesi Kabupaten Gianyar terdiri dari batuan jenis regosol. Pada Gambar 2.1 terlihat peta geologi yang menunjukkan jenis batuan di pulau Bali. Tanah regosol dicirikan dengan tekstur kasar dengan pH 6-7. Jenis tanah regosol belum jelas membentuk diferensiasi horisontal. Tanah regosol umumnya berasal dari endapan abu vulkanik. Ketika sebuah gunung api meletus, dikeluarkan berbagai material dari dalam perut bumi. Material ini kaya akan zat hara yang penting untuk kesuburan tanah. Itu Sebabnya tanah regosol terdapat hanya di daerah yang memiliki aktivitas gunung api. Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan coklat kekuningan. Itu karena bergantung pada material dominan yang dikandungnya. Tanah regosol dimanfaatkan untuk pertanian, khususnya tanaman padi, tebu, tembakau, kelapa, tembakau, sayuran dan palawija. (http://mbojo.wordpress.com/2007/09/28/peta-jenis-tanah-bali/) 2.6 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar pada awalnya dirancang dengan metode Sanitary Landfill, namun pada pelaksanaan operasionalnya menerapkan metode Open Dumping. Metode Open Dumping yang merupakan sistem pemrosesan yang sederhana dan mudah dilakukan tetapi akibatnya tikus, lipas, lalat, nyamuk, dan bakteri tumbuh dengan subur pada timbunan sampah. Penanganan TPA yang tidak bijaksana tersebut 17
  • 39. menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karena bau yang tidak sedap mengundang banyak lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, 2009-2010). Armen (1987) dalam Tanauma (2000), menyebutkan bahwa metode Open Dumping dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap lingkungan hidup di sekitar lokasi TPA yaitu menimbulkan dampak pencemaran air, tanah, udara, dan bau yang tidak sedap serta gangguan lalat yang sangat banyak sampai ke rumah-rumah penduduk. Salah satu faktor menurunnya kualitas air tanah dangkal pada pemukiman penduduk di sekitar lokasi TPA disebabkan terkontaminasinya air tanah yang bersumber dari penimbunan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur pemrosesan sampah (metode Open Dumping). Bila sampah tersebut ditimbun pada suatu daerah yang kondisi geologinya rawan, maka akan terjadi pencemaran air tanah dangkal di daerah tersebut. Kondisi geologi disebut rawan jika batuan dasar tempat menimbun sampah bersifat porus atau banyak mengandung retakan. Keadaan seperti itu akan memudahkan meresapnya air lindi, selanjutnya akan mencapai muka air tanah dangkal, sehingga air tanah dangkal menjadi terkontaminasi. Chandra (2007), menyatakan bahwa sistem pemrosesan akhir sampah di beberapa kota di Indonesia masih melakukan secara Open Dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pemrosesan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan 18
  • 40. air serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular. KLH (2004), menyatakan bahwa semakin meningkatnya jumlah kasus penyakit yang ditularkan oleh tikus (leptospirosis) akibat penimbunan sampah, selain itu polusi udara dari pembakaran sampah, bau dari sampah yang membusuk, merembesnya air lindi dari TPA ke sumber air penduduk (air tanah) dan pencemaran air sungai. Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan dampak atau pengaruh TPA terhadap lingkungan diantaranya: Penelitian Sudarningsih (1996), menunjukkan bahwa tingginya kadar Cadmium (Cd) dan Sulfida (S) telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), kandungan zat-zat seperti bahan berbahaya dan beracun (B3), BOD, COD, NO3 dalam air tanah telah melampaui baku mutu serta air sumur yang berbau agak amis karena tercemar oleh air lindi sampah (leachate). Sundra dkk. (1997), juga melakukan penelitian tentang pengaruh pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali di sekitar tempat pemrosesan akhir sampah Suwung, Denpasar, Bali. Penelitian tersebut mengenai pengaruh TPA Suwung Denpasar terhadap kualitas air sumur penduduk sekitarnya. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh air sumur penduduk selanjutnya dianalisis sifat fisik, kimia, dan biologinya. Disamping itu dilakukan pula pengambilan data sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar TPA untuk mengetahui karakteristik pengaruh pengelolaan sampah terhadap kualitas air sumur gali. 19
  • 41. Rudianto (2003), melakukan penelitian tentang perbedaan jarak perumahan ke TPA sampah Open Dumping dengan indikator tingkat kepadatan lalat dan kejadian diare di Kabupaten Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruhan. Kesimpulan yang mereka dapatkan setelah melakukan penelitian adalah terdapat perbedaan tingkat kepadatan lalat dari beberapa area yang diteliti. Semakin dekat letak perumahan dengan TPA maka semakin tinggi tingkat kepadatan lalatnya. Arbain (2008), meneliti pengaruh air lindi tempat pemrosesan sampah Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal di sekitar kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa parameter kualitas air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung konsentrasinya telah melampaui ambang batas baku mutu air. Air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung berpengaruh terhadap kualitas air tanah dangkal. Feranie, dkk. (2008), melakukan penelitian mengenai zona migrasi pencemaran air di sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa aliran atau rembesan lindi mengarah ke daerah pemukiman penduduk yang tinggal di sekitar TPA Babakan Ciparay Bandung. Wijaya (2009), melakukan penelitian pencemaran air tanah di wilayah Ngringo Jaten Karanganyar dengan metode geolistrik. Pada penelitian ini dilakukan survei geolistrik resistivitas sounding dengan konfigurasi Schlumberger sebanyak 4 titik. Hasil penelitian yaitu persebaran pencemaran air tanah di Desa Ngringo 20
  • 42. tidak merata. Pencemaran diidentifikasi pada kedalaman 13,6 - 23,6 meter dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan daerah persebaran di selatan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti yang disebut di atas semuanya menyimpulkan bahwa selama ini pengelolaan sampah khususnya yang dilakukan di TPA sebagian besar masih berdampak negatif terhadap lingkungan, baik terhadap lingkungan fisik, kimia maupun biologis. 2.7 Pencemaran Lingkungan Odum (1996), mengatakan bahwa pencemaran adalah suatu perubahan fisik, biologis, kimia yang tidak dikehendaki pada perairan, udara, tanah sehingga membahayakan kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya, proses produksi, lingkungan hidup dan tatanan budaya. Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup disebutkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran lingkungan hidup dapat berupa pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air. Berikut ini akan diuraikan tentang pencemaran air saja. 2.8 Pencemaran Air Air merupakan salah satu sumber daya alam terbaharui (renewabel) yang utama bagi kelangsungan hidup manusia, bahkan semua organisme hidup 21
  • 43. akan mati jika tidak tersedia cukup air di dalam melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan. Peranan yang sangat penting tersebut disebabkan sifat-sifat air diantaranya sebagai pelarut berbagai senyawa kimia, membantu proses metabolisme organisme hidup baik makroorganisme maupun mikroorganisme. Pada dasarnya pencemaran air dapat dibedakan menjadi dua sumber sampah yaitu sampah degradable dan nondegradable. Sampah degradable yaitu sampah yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah domestik, dan sampah makanan. Sedangkan sampah nondegradable adalah sampah yang tidak dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti sampah radiologi, senyawa organik (Slamet, 1994). Wardhana (2001), menyatakan bahwa air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Menurut KLH (2004), secara umum hampir sebagai besar kualitas air telah tercemar sampah industri maupun sampah domestik, karena semakin berkembangnya industri dan jumlah penduduk maka semakin meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan, akibatnya semakin tinggi tingkat pencemaran. Pencemaran air tanah adalah berubahnya tatanan air di bawah permukaan tanah oleh kegiatan manusia atau proses alam, yang mengakibatkan kualitas air tanah turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan pemanfaatannya. 22
  • 44. Widyatmiko, dkk. (2004) dalam Armadi (2005), menyatakan bahwa air sumur gali merupakan salah satu bentuk air tanah. Kualitas air sumur gali sangat dipengaruhi oleh kualitas air permukaan melalui proses infiltrasi, dispersi dan perkolasi air permukaan yang mengandung bahan-bahan pencemar akan masuk ke dalam air tanah. Apabila air permukaan tercemar dan didukung oleh jenis tanah yang porous maka air tanah dangkal di wilayah tersebut akan mudah mengalami pencemaran. 2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Tanah. Keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan didaur ulang sebagai kompos ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh pemulung. Jumlah sampah di TPA yang sangat besar akan menyebabkan proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses dekomposisi tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan menimbulkan hasil samping yaitu air lindi (leachate). Penumpukan sampah selain mengganggu estetika, sanitasi, kelestarian lingkungan juga mengakibatkan pencemaran air, tanah, dan udara. Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi akibat proses degradasi sampah dari TPA merupakan sumber yang mempengaruhi perubahan sifat fisik, kimia maupun biologi (Husin dan Kustaman, 1992). 23
  • 45. Air lindi disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada sampah. Tabel 2.2 Komposisi lindi dari TPA secara umum Parameter Kisaran pH 6,2 – 7,4 COD 66 – 11.600 mg/l BOD < 2 – 8.000 mg/l Sulfat 56 – 456 mg/l Cadium (Cd) < 0,005 – 0,01 mg/l Plumbum (Pb) < 0,05 – 0,22 mg/l Chromim (Cr) < 0,05 – 0,14 mg/l Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008). Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti variasi dan proporsi komponen sampah yang ditimbun, curah hujan dan musim, umur timbunan, pola operasional, waktu dilakukannya sampling. Gambaran variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia ditampilkan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Variasi kualitas lindi dari beberapa TPA di Indonesia. Kota pH COD N-NH4 N-NO2 DHL Bogor 7,5 28723 770 0 40480 Cirebon 7 3648 395 0,225 10239 Jakarta 7 413 240 0,075 3823 Bandung 6 58661 1356 6,1 26918 Solo 6 6166 162 0,225 3540 Sumber: Diklat Landfilling Limbah-FTSL ITB (2008). Fachruddin (1989) dalam Tanauma (2000), menyatakan bahwa air lindi dicirikan oleh komponen fisika dan kimia berkadar tinggi dan mengandung 24
  • 46. logam berat berbahaya. Air tanah terkontaminasi air lindi sejauh 174 meter dari pusat penimbunan sampah. Menurut Slamet (1994), air lindi (leachate) adalah cairan yang mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dari hasil penguraian mikroba, biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida, Sulfat, Fosfat, Zn, Ni, CO2, H2O, N2, NH3, H2S, Asam organik dan H2, tergantung dari kualitas sampah, maka di dalam leachate biasanya pula terdapat mikroba pathogen, logam berat dan zat lainnya yang berbahaya. Berdasarkan hasil penelitian Tanauma di TPA Sampah Yogyakarta (2000), air lindi sampah mengandung senyawa-senyawa kimia anorganik antara lain: nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH dan mikrobiologi (total koliform) yang konsentrasinya sangat tinggi . 2.10 Mekanisme Masuknya Air Lindi ke Air Tanah Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak karena adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah yang terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai air tanah. Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi didukung oleh kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir, kerikil dan batu pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi sehingga air lindi dapat dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air 25
  • 47. lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di TPA, dan kondisi spesifik tempat. Gambar 2.2 Skema Proses Terjadinya Lindi (Hendrajaya, 1990) Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah terbentuk dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai berikut : 1) Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai Open Dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah, 2) Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera permukaan tanah dijenuhi air, 3) Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah, 4) Akibat banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air 26
  • 48. tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh, 5) Pada lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Apparao (1997), menyatakan bahwa potensial gravitasi sangat penting dalam tanah-tanah yang jenuh air. Potensial gravitasi merupakan gaya utama yang mengakibatkan terjadinya aliran. Hal ini diperhitungkan terutama untuk gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada umumnya bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah. 2.11 Metode Geolistrik Resistivitas Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya. Pendeteksian meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi. Menurut Hendrajaya dan Idam (1990), metode geolistrik resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point). Pada metode geolistrik dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang 27
  • 49. sering digunakan adalah : konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Dipol-dipol dan lain-lain. Menurut Telford, dkk. (1988), terkait dengan sifat resistivitas listrik, lapisan akuifer merupakan lapisan batuan yang memiliki rentang nilai tahanan 8 jenis 1-10 Ωm. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung, kandungan benda cair. Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam- garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Menurut Reynolds (1997), konduktivitas atau lebih dikenal dengan sebutan Daya Hantar Listrik (DHL) adalah suatu besaran yang menunjukkan banyaknya ion-ion terlarut dalam air yang dapat menghantarkan arus listrik 2 sebesar 1µvolt pada bidang lapisan metal seluas 1 cm . Sifat ini dipengaruhi oleh jumlah kandungan yang disebut sebagai ion bebas. Metode geolistrik resistivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen isotropis. Pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan bebatuan dengan nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur dipengaruhi oleh lapisan-lapisan tersebut dan menyebabkan nilai tahanan jenis yang terukur tergantung pada jarak elektroda. Nilai tahanan jenis yang terukur bukanlah tahanan jenis yang sebenarnya melainkan tahanan jenis semu (ρa). 28
  • 50. Nilai tahanan jenis dari bahan atau material berbanding terbalik dengan daya hantar listrik (conductivity). △𝑉 𝑅= …………………………………….(2.1) 𝐼 dimana ; R = tahanan (resistance) dalam ohm △V = beda potensial listrik dalam volt I = arus listrik yang mengalir dalam ampere. 2.11.1 Konfigurasi Wenner Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang (r1 = r4 = a dan r2 = r3 = 2a). Jarak antara elektroda arus (C1 dan C2) adalah tiga kali jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan titik souding-nya adalah a / 2 , maka jarak masing-masing elektroda arus dengan titik sounding-nya adalah 3a / 2 . C1 C2 I P1 P2 V A M VES N B a a a r< 1 r2 r3 r4 " 29
  • 51. Gambar 2.3 Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner Target kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah a / 2 . Pada konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial adalah sama (AM = NB = a dan jarak AN = MB = 2a) seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. Suyarto, dkk. (2003), menjelaskan bahwa pengukuran resistivitas secara umum dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan menggunakan dua elektroda arus (C1 dan C2), dan pengukuran beda potensial dengan menggunakan dua elektroda tegangan (P1 dan P2). Dari data harga arus (I) dan beda potensial (V), dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρa) seperti pada persamaan 2.2. ΔV 𝜌𝑎 = 𝑘 …….……………...……..(2.2) 𝐼 k adalah faktor geometri yang bergantung pada penempatan elektroda di permukaan yang besarnya : 2π 𝑘𝑤 = 1 1 1 1 ………….………….….……..(2.3) − − − AM BM AN BN dengan AM = MN = NB = a Sehingga faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah: 𝑘 𝑤 = 2𝜋𝑎 dan 𝜌 𝑤 = 𝑘 𝑤 𝑅.............................................(2.4) dengan R adalah besar nilai hambatan yang terukur. 30
  • 52. 2.11.2 Konfigurasi Schlumberger Menurut Todd (1959) dalam Broto (2008), pengaturan letak elektroda- elektroda atau disebut dengan konfigurasi elektroda dapat bermacam-macam variasi, salah satunya adalah konfigurasi elektrode Schlumberger. Prinsip konfigurasi Schlumberger jarak elektroda potensial MN dibuat tetap sedangkan jarak AB yang diubah-ubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB dirubah pada jarak yang relatif lebih besar maka jarak MN hendaknya dirubah pula. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB seperti Gambar 2.4. C1 C2 I V1 V2 V A M N B VES n a n a a Gambar 2.4 < < Elektroda arus dan potensial konfigurasi Schlumberger homogen isotropis " " dengan tahanan jenis (ρ) (Reynolds, 1997 dalamBahri, 2005). Sama seperti persamaan (2.4), untuk konfigurasi Schlumberger dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρScl) seperti pada persamaan 2.5. ΔV 𝜌 𝑆𝑐𝑙 = 𝑘 …….…………...………..(2.5) 𝐼 31
  • 53. k adalah faktor geometri yang tergantung penempatan elektroda di permukaan yang besarnya : 2π 𝑘 𝑆𝑐𝑙 = 1 1 1 1 …….………..(2.6) − − − AM BM AN BN Metode geolistrik terbukti merupakan metode sederhana yang terkenal dalam pendeteksian kualitas air tanah. Metode ini dapat memecahkan banyak masalah tentang pendeteksian air tanah dan berbagai kondisi dalam tanah (Kalinski, dkk., 1993 dalam Lanskaripour, 2003). Beberapa penelitian terkait dengan pendeteksian kondisi dalam tanah diantaranya: 1) pemetaan pencemaran air tanah oleh minyak tanah pada suatu area di Utah AS dengan menggunakan konfigurasi elektroda Wenner (Bahri, 2005), 2) pendeteksian aliran air tanah yang mengandung polutan pada daratan Seri Petaling Malaysia (Muktar, dkk., 2002), 3) pendeteksian kualitas air tanah di daerah Korin, bagian tenggara Iran dengan menggunakan metode geolistrik Vertical Electric Sounding (VES) (Lanshkaripour, 2003). Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia, menunjukan bahwa metode geolistrik bisa memetakan pencemaran air tanah diantaranya: Grandis dan Yudistira (2002), melakukan penelitian di bekas TPA Pasir Impun Bandung dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm) menunjukkan akumulasi rembesan lindi yang dapat mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut. 32
  • 54. Penelitian yang dilakukan oleh Johanis (2002), yang menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan mengambil tiga lintasan sebagai titik-titik pengukuran, yaitu lintasan A terletak pada timbunan sampah, lintasan B berada antara timbunan sampah dan tanah, lintasan C berada di luar timbunan sampah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat resistivitas rendah pada ketiga lintasan tersebut yang diduga merupakan daerah yang tercemar polutan cair yang dihasilkan oleh pembusukan sampah. Ngadimin dan Handayani (2000), melakukan penelitian monitoring rembesan limbah model fisik di laboratorium dan berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm) menunjukkan akumulasi rembesan limbah yang dapat mencemari air tanah. 33
  • 55. BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN Baik di negara maju maupun di negara berkembang, sampah menjadi suatu permasalahan yang tidak ada habis-habisnya. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan dan sekaligus akan selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi yaitu sampah dan limbah. Sampah merupakan polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, air dan tanah serta menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit. Sampah merupakan masalah bagi semua orang, sehingga manusia menyingkirkan sampah sejauh mungkin dari aktivitas manusia dan jauh dari pemukiman yaitu yang disebut dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar merupakan salah satu contoh TPA yang menerapkan sistem Open Dumping, walaupun pada awalnya TPA ini dirancang dengan metode Sanitary Landfill. TPA Temesi yang berlokasi di Desa Temesi Kabupaten Gianyar merupakan satu-satunya TPA yang berada di Kabupaten ini. Layanan TPA Temesi mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. Sampah yang dibuang di tempat ini kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar dan rumah tangga. Hal ini menyebabkan sampah jenis ini lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat mencemari air tanah. Sampah 34
  • 56. yang dibuang pada lokasi TPA akan mengalami pembusukan terutama pada sampah basah yang umumnya terdiri dari sampah organik, apalagi negara Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai iklim panas dan kelembaban tinggi. Hal ini merupakan faktor yang mempercepat terjadinya reaksi kimia, sehingga sampah lebih cepat membusuk. Air hasil pembusukan sampah disebut lindi (leachate). Air lindi tersusun atas zat- zat kimia, baik organik maupun anorganik dan sejumlah bakteri pathogen dan parasitik, sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika ada air hujan yang melewati timbunan sampah maka akan mempercepat proses masuknya lindi ke dalam tanah, sehingga hal ini dapat menimbulkan pencemaran air tanah. Lindi atau polutan sampah diketahui mempunyai konduktivitas yang berbeda dengan air tanah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya misalnya penelitian yang dilakukan oleh Hendrajaya dan Idam (1990), Telford, dkk. (1988) dan lain-lain menunjukkan bahwa polutan ini mempunyai konduktivitas yang lebih tinggi dari pada air tanah. Dengan demikian nilai resistivitas polutan ini lebih rendah dari pada air tanah. Berdasarkan sifat inilah bisa dilakukan penelitian untuk mengetahui letak akumulasi rembesan polutan cair di sekitar TPA Temesi Gianyar dengan memanfaatkan perbedaan resistivitas tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Dengan menggunakan metode ini diperoleh suatu nilai variasi resistivitas bawah permukaan, sehingga dengan memanfaatkan variasi nilai resistivitas bawah 35
  • 57. permukaan tersebut, dapat diketahui adanya anomali bawah permukaan tanah yang diteliti. Anomali yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan polutan sampah yang diasumsikan sebagai fluida konduktif. Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal dari pembusukan sampah. Lindi ini berada di bawah permukaan tanah dan dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya. Seperti penelitian yang dilakukan sebelumnya, nilai resistivitas dari polutan sampah yang berasal dari pembusukan sampah adalah berkisar di bawah 10 Ohm (Grandis dan Yudistira, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Tim Asisten Geofisika ITS (2004), di daerah Keputih Sukolilo, telah berhasil mendeteksi adanya anomali konduktif berkisar antara 0.28-3.45 Ωm yang dicitrakan dengan warna biru dan biru muda dengan resistivitas rendah yang menunjukkan keberadaan cairan konduktif yang dalam hal ini adalah rembesan polutan sampah hasil dari pembusukan sampah. Letak akumulasi rembesan lindi akan dijawab secara kuantitatif, berdasarkan angka dari hasil pengukuran dan perhitungan yaitu nilai resistivitas (Ωm) dan kedalaman dari permukaan tanah yang diukur (m). Sedangkan arah rembesan air lindi ini akan dijawab secara kualitatif, dalam hal ini akan diuraikan lindi yang merembes pada masing-masing lintasan yang diambil. Dari lintasan yang diambil ini, diharapkan dapat mewakili seluruh daerah lokasi penelitian. Alur atau konsep penelitian ditunjukkan oleh Gambar 3.1. 36
  • 58. Dinas Kebersihan Masyarakat dan Pertamanan TPA Sampah Pengelolaan Sampah dengan Metode Open Dumping Pencemaran Lingkungan Pencemaran Udara Pencemaran Air Pencemaran Tanah Pencemaran Air Tanah oleh Lindi Sampah Parameter Kimia Parameter Fisika Parameter Biologi Analisa Rembesan Lindi dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner - Schlumberger Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1 Diagram Alir Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : : Pengelolaan TPA : Tindakan yang dilakukan dalam penelitian : Tidak dilakukan tindakan penelitian : Pengaruh TPA terhadap Lingkungan 37
  • 59. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian telah dilakukan di TPA Temesi Desa Temesi Kabupaten Gianyar. Secara geografis Desa Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar yaitu terletak pada koordinat 8o33’70” Lintang Selatan dan 115o20’40” Bujur Timur dengan ketinggian ± 68 m hingga ± 85 m di atas permukaan laut, seperti yang nampak pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Peta wilayah Desa Temesi Kabupaten Gianyar. 38
  • 60. 4.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai bulan Juli sampai dengan bulan Nopember 2011 dengan tahapan sebagai berikut: - Bulan I : Dilakukan survei ke TPA Temesi Kabupaten Gianyar untuk persiapan penelitian. - Bulan II : Dilakukan pengambilan, pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari penelitian di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. - Bulan III - V : Penyelesaian Tesis. 4.2. Alat dan Bahan Penelitian 4.2.1 Alat Peralatan yang diperlukan dalam pengambilan data penelitian adalah:  Peta daerah penelitian  Peta kontur TPA Temesi Gianyar  Empat (4) buah batang besi sebagai elektroda  Kabel sebagai penghubung elektroda dan alat resistivitymeter  Resistivitymeter  Radio komunikasi  Laptop/komputer  Software Res2Dinv  Meteran  Palu 39
  • 61. Alat tulis  Kompas  Tali  Tongkat  GPS 4.2.2 Bahan Obyek dari penelitian ini adalah polutan sampah atau lindi yang berasal dari pembusukan sampah di sekitar TPA Temesi Gianyar. Lindi ini berada di bawah permukaan tanah dan dapat terdeteksi dari nilai resistivitasnya. 4.3 Jenis Data Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui suatu pengukuran langsung di sekitar TPA Temesi Gianyar. Pengukuran tersebut berupa pengukuran arus listrik (I) yang diijeksikan ke dalam bumi dan tegangan (V) yang timbul akibat beda potensial yang terjadi pada titik-titik pengukuran di sekitar TPA Temesi Gianyar. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data pengukuran. Data sekunder diperoleh dari instansi/lembaga terkait serta literatur atau hasil-hasil penelitian sebelumnya. 4.4 Penentuan Lintasan Pengukuran Letak lintasan berada di sekitar TPA dan di dekat pemukiman pemulung yang berada tidak jauh dari TPA. Penentuan lintasan tersebut 40
  • 62. ditentukan dan didasari atas pertimbangan: 1) lintasan pengukuran haruslah pada tanah yang tidak tergenang air karena dalam pengukuran diinjeksikan arus sebesar 200 mA dengan tegangan 500 V ke dalam tanah, 2) memprediksi atau memperkirakan dimana terdapat akumulasi lindi berdasarkan kondisi tanah. L8 L8 L5 L5 U L4 TPA L4 L1 L2 L3 L1 L2 L3 L6 L6 L7 Gambar 4.2 L7 Denah penentuan lintasan pengukuran dalam pengambilan data Keterangan: 1) L1 = lintasan 1 berwarna kuning dengan panjang 36 m, 2) L2 = lintasan 2 berwarna biru tua dengan pangjang 50 m, 3) L3 = lintasan 3 berwarna biru muda dengan panjang 40 m, 4) L4 = lintasan 4 berwarna ungu dengan panjang 30 m, 5) L5 = lintasan 5 berwarna putih dengan panjang 30 m, 6) L6 = lintasan 6 berwarna merah dengan panjang 30 m. 7) L7 = lintasan 7 berwarna hijau dengan panjang 40 m, 8) L8 = lintasan 8 berwarna hitam dengan panjang 30 m. Pada prinsipnya semakin panjang lintasan yang dibuat maka semakin dalam objek yang dapat terindentifikasi di bawah permukaan tanah. Panjang lintasan yang berbeda-beda tersebut bukanlah merupakan hal yang harus 41
  • 63. ditentukan melainkan panjang lintasan itu dibuat karena pada lintasan itu sudah maksimal untuk di masing-masing tempat. 4.5 Metode Pengukuran Metode pengukuran yang dilakukan dalam pengukuran resistivitas lindi adalah dengan dua cara, yaitu : 1) dengan metode geolistrik konfigurasi Wenner dan 2) metode geolistrik konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi Wenner spasi/jarak semua elektroda dibuat sama sedangkan pada konfigurasi Schlumberger spasi antara dua elektroda potensial dibuat sama akan tetapi dua elektroda arus jaraknya diubah-ubah (diperbesar). Tahap-tahap pengambilan data pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut : 1) menancapkan elektroda pada permukaan tanah dengan spasi yang telah ditentukan sesuai dengan konfigurasinya, 2) kabel dibentangkan sebagai penghatar arus dan potensial yang menghubungkan antar elektroda dengan alat resistivitymeter. 3) setelah keempat elektroda terhubung dengan resistivitymeter, maka pengukuran sudah siap dilakukan. 4) mencatat arus listrik dan tegangan yang timbul setelah arus diinjeksikan ke dalam tanah. 4.6 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data yang dimaksud adalah pengumpulan data primer yang didapat melalui suatu pengukuran. Besaran pengukuran yang diukur adalah tegangan (V) dan arus (I). Data-data hasil pengukuran tersebut 42
  • 64. kemudian ditabulasikan ke dalam bentuk tabel seperti yang tertera pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Tabel 4.1 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Wenner No n AB/2 MN/2 Tegangan V Arus I Dp Faktor Resistivitas (m) (m) (mV) (mA) (m) Geometri k (m) 𝝆 (Ωm) 1 1 3 1 3 2 1 3 1 5 3 1 3 1 7 4 1 3 1 9 5 1 3 1 11 6 1 3 1 13 7 1 3 1 15 8 1 3 1 17 dst - - - - 35 5 15 5 15 Keterangan: n : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda AB : Jarak/ spasi elektroda arus MN : Jarak/spasi elektroda potensial Tabel 4.2 Tabel data hasil pengukuran konfigurasi Schlumberger No n AB/2 MN/2 Tegangan V Arus I Dp Faktor Geometri Resistivitas. (m) (m) (mV) (mA) (m) k (m) 𝝆 (Ωm) 1 1 3 1 3 2 1 3 1 5 3 1 3 1 7 4 1 3 1 9 5 1 3 1 11 6 1 3 1 13 7 1 3 1 15 8 1 3 1 17 9 1 3 1 19 10 1 3 1 21 dst - - - - 49 7 15 1 15 Keterangan: n : variabel yang menunjukkan jarak spasi elektroda AB : Jarak elektroda arus MN : Jarak elektroda potensial 43
  • 65. 4.7 Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian pada seperti pada Tabel 4.1 selanjutnya dimasukkan ke dalam program notepad kemudian disimpan dalam format file *.dat. 4.7.1 Pengolahan Data dengan Metode Wenner Data hasil penelitian dengan konfigurasi Wenner seperti pada Tabel 4.1 selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Data resistivitas semu (  s ) hasil perhitungan, data datum point (dp), dan spasi elektroda (a) dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text dimana program notepad berfungsi untuk merekap data (datum point, spasi elektroda dan resistivitas) dan disimpan dalam format file *.dat (data yang compatible dengan software res2dinv) seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.3. Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut : a. Line 1 adalah Nama Survey. b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan ( Wenner =1). d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points) e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik angka 1 karena datum point diketahui. f. Line 6 Ketik 0 untuk data resistivitas. 44
  • 66. Gambar 4.3 Format data yang ditulis pada program notepad. 45
  • 67. g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu jarak elektroda arus (jarak antara titik pusat dengan elektroda arus), Jarak antara dua elektoda potensial, Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan n=4) dan Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis berurutan). h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line. Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi Wenner terlampir pada Lampiran 4. 2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4.4. b. kemudian klik file  Read data file. c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara klik Inversion  Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.5. 46
  • 68. Gambar 4.4 Tampilan awal program Res2dinv Gambar 4.5 Hasil interpretasi software Res2dinv pada lintasan 1 dengan konvigurasi Wenner 47
  • 69. Hasil interpretasi dari software Res2dinv di atas memberikan informasi mengenai keberadaan lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada lintasan 1. 4.7.2 Pengolahan Data dengan Metode Schlumberger Data hasil penelitian dengan konfigurasi Schlumberger seperti pada Tabel 4.2 selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Data resistivitas semu (  s ) hasil perhitungan, data datum point (dp), dan spasi elektroda potensial (MN) dan nilai n (n= 1, 2, 3, . .) dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.6. Penjelasan dari masing-masing baris (line) adalah sebagai berikut : a. Line 1 adalah Nama Survey. b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan c. Line 3 adalah Jenis susunan konfigurasi yang digunakan (Schlumberger = 7 ). d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran (datum points) e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik 1 karena datum point diketahui. f. Line 6 ketik 0 untuk data resistivitas 48
  • 70. Gambar 4.6 Format data yang ditulis pada program notepad. g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu jarak dp (datum points), Jarak antara dua elektoda potensial, Lintasan pengukuran (n=1, n=2, n=3 dan n=4) dan Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari perhitungan (ditulis berurutan). 49
  • 71. h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line. Setelah semua data dimasukkan, selanjutnya disimpan dalam format file *.dat. Data notepad untuk lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan konfigurasi Schlumberger terlampir pada Lampiran 5. 2. Data yang sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data Res2dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar sebaran bawah permukaan daerah penelitian, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Jalankan program Res2dinv, maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4.4. b. kemudian buka file  Read data file. c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara klik Inversion  Least-squares inversion, maka akan muncul tampilan hasil inversi software Res2dinv seperti pada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Hasil interpretasi Software Res2dinv pada lintasan 1 dengan konfigurasi Schlumberger 50
  • 72. Hasil interpretasi dari Software Res2dinv ini menunjukan keberadaan lindi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data pada lintasan 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dilakukan sama seperti pengolahan data pada lintasan 1. Adapun alur dari pengolahan data hasil penelitian tersebut di atas adalah seperti Gambar 4.8. Data Hasil Pengukuran Data Konfigurasi Wenner Data Konfigurasi Schlumberger Dengan Software Res2Dinv Interpretasi Data Interpretasi Data Analisis arah rembesan dan letak akumulasi lindi Kesimpulan Gambar 4.8 Diagram alir pengolahan data hasil penelitian 51
  • 73. BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Peta Kontur TPA Temesi Kabupaten Gianyar Setelah dilakukan pengukuran dengan GPS map 60 CS pada tanggal 12 Juli 2011, didapatkan data GPS untuk menentukan Peta Kontur TPA Temesi Gianyar. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara geografis posisi TPA Temesi terletak di arah tenggara kota Gianyar yaitu terletak pada koordinat 8o33’70” LS dan 115o20’40” BT dengan ketinggian ±68 m hingga ±85 m di atas permukaan laut. Peta Kontur TPA Temesi Gianyar disajikan dalam bentuk Gambar 5.1. A C D U Keterangan : A : Dataran tinggi B : Dataran yang sangat rendah C : Tempat Pengomposan D : Areal tempat penimbunan sampah : Jalan B Gambar 5.1 Peta kontur TPA Temesi Gianyar 52