Dokumen tersebut membahas konsep carrying capacity perairan terbuka terkait fosfat (P) sebagai nutrient pembatas pertumbuhan algae. Dokumen menjelaskan pentingnya P bagi pertumbuhan ikan dan mekanisme kerugian P akibat budidaya perikanan intensif di jaring apung, serta menghitung jumlah P yang hilang ke lingkungan. Dokumen juga membahas model untuk memprediksi respons ekosistem perairan terhadap peningkatan beban P.
1. Dokumen membahas sistem perikanan alami dan kombinasi jaring apung dan perikanan alami di danau.
2. Metode perhitungan daya dukung meliputi menghitung produksi primer, konversi ke hasil ikan, dan menentukan muatan maksimum berdasarkan peningkatan fosfor.
3. Kasus contoh menunjukkan daya dukung perikanan alami sebesar 399 ton ikan/tahun dan kombinasi jaring apung 38,5 ton ikan/tahun, sehingga total 194
Aturan, Regulasi: Perlindungan dan Pemanfaatan Hiu di IndonesiaDidi Sadili
Baru satu jenis hiu yang telah memiliki status dilindungi yang berarti penangkapan, pemanfaatan, dan perdagangannya diatur secara khusus. demikian juga, ada 5 jenis hiu indonesia yang masuk dalam daftar apendiks CITES dimana perdagangan internasionalnya harus mengikuti ketentuan CITES yang berlaku
Maaf, saya bukan manusia. Saya adalah asisten virtual yang dibuat oleh Anthropic untuk membantu manusia. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang membutuhkan diskusi kelompok atau menggambar skema. Semoga obrolan kita bisa membantu Anda memahami konsep-konsep yang diajarkan. Silakan bertanya lagi jika ada hal lain yang bisa saya jelaskan.
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode StoretYahya M Aji
Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air, yang tentunya mengacu pada baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya. Materi mata kuliah pengolahan kualitas air.
Teknik sampling plankton meliputi pengambilan sampel secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan jaring plankton dengan ukuran mata jaring yang sesuai. Pengambilan sampel dilakukan secara horizontal dan vertikal, kemudian sampel dipertahankan dalam formalin untuk analisis lebih lanjut di laboratorium.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit dan hama pada budidaya ikan. Penjelasan meliputi pengertian penyakit ikan, penyebabnya, jenis penyakit, gejala, dan cara pencegahannya. Jenis hama yang dijelaskan adalah predator, kompetitor, dan perusak beserta penyebab munculnya hama dan cara pengendaliannya secara kimiawi dan nonkimiawi.
1. Dokumen membahas sistem perikanan alami dan kombinasi jaring apung dan perikanan alami di danau.
2. Metode perhitungan daya dukung meliputi menghitung produksi primer, konversi ke hasil ikan, dan menentukan muatan maksimum berdasarkan peningkatan fosfor.
3. Kasus contoh menunjukkan daya dukung perikanan alami sebesar 399 ton ikan/tahun dan kombinasi jaring apung 38,5 ton ikan/tahun, sehingga total 194
Aturan, Regulasi: Perlindungan dan Pemanfaatan Hiu di IndonesiaDidi Sadili
Baru satu jenis hiu yang telah memiliki status dilindungi yang berarti penangkapan, pemanfaatan, dan perdagangannya diatur secara khusus. demikian juga, ada 5 jenis hiu indonesia yang masuk dalam daftar apendiks CITES dimana perdagangan internasionalnya harus mengikuti ketentuan CITES yang berlaku
Maaf, saya bukan manusia. Saya adalah asisten virtual yang dibuat oleh Anthropic untuk membantu manusia. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang membutuhkan diskusi kelompok atau menggambar skema. Semoga obrolan kita bisa membantu Anda memahami konsep-konsep yang diajarkan. Silakan bertanya lagi jika ada hal lain yang bisa saya jelaskan.
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode StoretYahya M Aji
Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air, yang tentunya mengacu pada baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya. Materi mata kuliah pengolahan kualitas air.
Teknik sampling plankton meliputi pengambilan sampel secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan jaring plankton dengan ukuran mata jaring yang sesuai. Pengambilan sampel dilakukan secara horizontal dan vertikal, kemudian sampel dipertahankan dalam formalin untuk analisis lebih lanjut di laboratorium.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit dan hama pada budidaya ikan. Penjelasan meliputi pengertian penyakit ikan, penyebabnya, jenis penyakit, gejala, dan cara pencegahannya. Jenis hama yang dijelaskan adalah predator, kompetitor, dan perusak beserta penyebab munculnya hama dan cara pengendaliannya secara kimiawi dan nonkimiawi.
Dokumen tersebut membahas tentang subsistem budidaya yang mencakup kegiatan pembenihan, pembesaran, dan peningkatan mutu biota akuatik untuk memperoleh keuntungan. Budidaya dapat dilakukan di darat maupun di laut dengan sumber air tawar, payau, atau asin bergantung pada lokasi dan sistem yang digunakan.
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sumber air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air, air sungai, danau, dan air laut. Sumber air di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air dimana tenaga matahari merupakan sumber panas yang mampu menguapkan air. Air baik yang berada didarat maupun d laut akan menguapa oleh panas matahari. Uap kemudian naik berkumpul menjadi awan. Awan mengalami kondensasi dan pendinginan akan membentuk titik-titik air dan akhirnya akan menjadi hujan. Air hujan jatuh ke bumi sebagian mengalir meresap kedalam tanah menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir melalui saluran yang disebut air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danau/rawa dan sebagian lagi kembali ke laut.
Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Sumber Daya Air dikelola berdasarkan asas kelestarian, kesimbangan, kemanfaat umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas
Menurut UU.No 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa, Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Secara umum, Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi ; perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan, penganggaran dan keuangan.
Pengeloaan Sumber Daya Air juga dapat didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan non-struktural, untuk mengendalikan system sumber daya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan. Tindakan-tindakan struktur (structural measure) untuk pengelolaan air adalah fasilitas-fasilitas terbangun (constructed facilities) yang digunakan untuk mengendalikan aliran air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Tindakan-tindakan non-struktural (non-structual measure) untuk pengelolaan air adalah program-program atau aktifitas-aktifitas yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas terbangun. (Grigg, 1996)
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Kepala Pelayanan Kesehatan Hewan PT. CP Prima pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Detail instalasi pengolahan air limbah sistem setempat (on site sanitation) s...Sahno Hilhami
Dokumen tersebut membahas berbagai sistem pengolahan air limbah rumah tangga secara on site, antara lain tangki septik, biofilter, wetland, kolam stabilisasi, komposting, dan beerput. Dokumen ini juga menjelaskan persyaratan dan keuntungan masing-masing sistem pengolahan limbah cair on site.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya pakan alami untuk ikan dan udang. Pakan alami seperti spirulina, artemia, dan tubifex memiliki kandungan protein tinggi dan bergizi untuk pertumbuhan larva dan benih. Dokumen ini juga menjelaskan cara budidaya plankton seperti Moina secara massal untuk dijadikan pakan. Keuntungan budidaya pakan alami antara lain hemat pakan dan sumber gizi yang tinggi.
Dokumen ini membahas tentang fekunditas ikan, yaitu jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan. Fekunditas dapat diukur secara individu, total, atau relatif terhadap berat atau panjang ikan. Fekunditas dipengaruhi oleh faktor seperti umur, keturunan, lingkungan, dan ketersediaan makanan. Ada beberapa metode untuk menghitung jumlah telur seperti secara langsung, volumetrik, dan gravimetrik.
Laporan ekoper nur aini a 175080507111025 fixNur Aini Azizah
Laporan praktikum ini menganalisis parameter fisika, kimia, dan biologi untuk menentukan kualitas perairan di Bedengan, Selorejo, Dau, Malang. Parameter yang diukur meliputi suhu, kecepatan arus, pH, DO, CO2, TOM, amonia, nitrat, ortofosfat, benthos, dan perifiton. Hasil pengukuran digunakan untuk menilai kondisi perairan dan memberikan saran terkait budidaya perikanan.
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Monitoring pertumbuhan dan populasi udang diperlukan untuk mengetahui laju pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, sekaligus untuk membandingkan pertumbuhan antar kolam. Monitoring pertumbuhan dilakukan dengan sampling udang di kolam menggunakan jala. Udang yang terjala kemudian disortir sesuai ukuran yang seragam kemudian ditimbang dan dihitung jumlahnya. Sampling mulai dapat dilakukan pada usia 40 hari dan kemudian dapat dilakukan setiap minggu sekali.
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Hama dan penyakit merupakan factor penyebab kegagalan budidaya yang bila tidak ditangani dengan baik akan menrugikan budidaya. Hama adalah organisme yang dapat mengganggu budidaya dan kemungkinan besar membawa penyakit yang dapat menyerang udang. Penyakit adalah kondisi terjadinya abnormalitas dari struktur, fungsi dan tingkah laku maupun abnormalitas pada metabolisme.
Dokumen tersebut menjelaskan berbagai jenis organisme yang dapat digunakan sebagai bioindikator untuk menilai kualitas lingkungan, termasuk hewan makrozoobentos, tumbuhan seperti lamun dan bunga sepatu, mikroorganisme air tawar, insekta seperti capung dan kupu-kupu, lumut kerak, ikan duyung, berang-berang, dan terumbu karang. Organisme-organisme ini dapat menunjukkan kondisi
Turut serta dalam gerakan kolektif yang bertujuan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh melalui pendirian kembali Khilafah Islamiyyah, dengan mengikuti manhaj dakwah Nabi dan mematuhi aturan administrasi gerakan.
Dokumen tersebut membahas tentang subsistem budidaya yang mencakup kegiatan pembenihan, pembesaran, dan peningkatan mutu biota akuatik untuk memperoleh keuntungan. Budidaya dapat dilakukan di darat maupun di laut dengan sumber air tawar, payau, atau asin bergantung pada lokasi dan sistem yang digunakan.
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sumber air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air, air sungai, danau, dan air laut. Sumber air di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air dimana tenaga matahari merupakan sumber panas yang mampu menguapkan air. Air baik yang berada didarat maupun d laut akan menguapa oleh panas matahari. Uap kemudian naik berkumpul menjadi awan. Awan mengalami kondensasi dan pendinginan akan membentuk titik-titik air dan akhirnya akan menjadi hujan. Air hujan jatuh ke bumi sebagian mengalir meresap kedalam tanah menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir melalui saluran yang disebut air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danau/rawa dan sebagian lagi kembali ke laut.
Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Sumber Daya Air dikelola berdasarkan asas kelestarian, kesimbangan, kemanfaat umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas
Menurut UU.No 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa, Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Secara umum, Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi ; perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan, penganggaran dan keuangan.
Pengeloaan Sumber Daya Air juga dapat didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan non-struktural, untuk mengendalikan system sumber daya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan. Tindakan-tindakan struktur (structural measure) untuk pengelolaan air adalah fasilitas-fasilitas terbangun (constructed facilities) yang digunakan untuk mengendalikan aliran air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Tindakan-tindakan non-struktural (non-structual measure) untuk pengelolaan air adalah program-program atau aktifitas-aktifitas yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas terbangun. (Grigg, 1996)
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Kepala Pelayanan Kesehatan Hewan PT. CP Prima pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Detail instalasi pengolahan air limbah sistem setempat (on site sanitation) s...Sahno Hilhami
Dokumen tersebut membahas berbagai sistem pengolahan air limbah rumah tangga secara on site, antara lain tangki septik, biofilter, wetland, kolam stabilisasi, komposting, dan beerput. Dokumen ini juga menjelaskan persyaratan dan keuntungan masing-masing sistem pengolahan limbah cair on site.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya pakan alami untuk ikan dan udang. Pakan alami seperti spirulina, artemia, dan tubifex memiliki kandungan protein tinggi dan bergizi untuk pertumbuhan larva dan benih. Dokumen ini juga menjelaskan cara budidaya plankton seperti Moina secara massal untuk dijadikan pakan. Keuntungan budidaya pakan alami antara lain hemat pakan dan sumber gizi yang tinggi.
Dokumen ini membahas tentang fekunditas ikan, yaitu jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan. Fekunditas dapat diukur secara individu, total, atau relatif terhadap berat atau panjang ikan. Fekunditas dipengaruhi oleh faktor seperti umur, keturunan, lingkungan, dan ketersediaan makanan. Ada beberapa metode untuk menghitung jumlah telur seperti secara langsung, volumetrik, dan gravimetrik.
Laporan ekoper nur aini a 175080507111025 fixNur Aini Azizah
Laporan praktikum ini menganalisis parameter fisika, kimia, dan biologi untuk menentukan kualitas perairan di Bedengan, Selorejo, Dau, Malang. Parameter yang diukur meliputi suhu, kecepatan arus, pH, DO, CO2, TOM, amonia, nitrat, ortofosfat, benthos, dan perifiton. Hasil pengukuran digunakan untuk menilai kondisi perairan dan memberikan saran terkait budidaya perikanan.
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Monitoring pertumbuhan dan populasi udang diperlukan untuk mengetahui laju pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, sekaligus untuk membandingkan pertumbuhan antar kolam. Monitoring pertumbuhan dilakukan dengan sampling udang di kolam menggunakan jala. Udang yang terjala kemudian disortir sesuai ukuran yang seragam kemudian ditimbang dan dihitung jumlahnya. Sampling mulai dapat dilakukan pada usia 40 hari dan kemudian dapat dilakukan setiap minggu sekali.
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Hama dan penyakit merupakan factor penyebab kegagalan budidaya yang bila tidak ditangani dengan baik akan menrugikan budidaya. Hama adalah organisme yang dapat mengganggu budidaya dan kemungkinan besar membawa penyakit yang dapat menyerang udang. Penyakit adalah kondisi terjadinya abnormalitas dari struktur, fungsi dan tingkah laku maupun abnormalitas pada metabolisme.
Dokumen tersebut menjelaskan berbagai jenis organisme yang dapat digunakan sebagai bioindikator untuk menilai kualitas lingkungan, termasuk hewan makrozoobentos, tumbuhan seperti lamun dan bunga sepatu, mikroorganisme air tawar, insekta seperti capung dan kupu-kupu, lumut kerak, ikan duyung, berang-berang, dan terumbu karang. Organisme-organisme ini dapat menunjukkan kondisi
Turut serta dalam gerakan kolektif yang bertujuan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh melalui pendirian kembali Khilafah Islamiyyah, dengan mengikuti manhaj dakwah Nabi dan mematuhi aturan administrasi gerakan.
Tolak Obama (Presiden Negara Penjajah)Kafi Hidonis
kunjungan obama ke indonesia adalah bagian dari kebijakan politik luar negeri AS
kepada dunia Islam diwakili Indonesia
sekaligus pengukuhan terhadap penjajahan AS
secara modern kepada Indonesia
Model Pengelolaan Kekayaan Alam dan Energi dalam IslamErwin Wahyu
Sebagai agama yang sempurna, yang diturunkan dari Allah SWT, Pencipta alam semesta beserta seluruh isinya, secara jelas Islam mengatur bagaimana kekayaan alam dan energi sehingga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk manusia. Simak materi lengkapnya pada presentasi berikut...
Indonesia Menjadi Negara yang Sejahtera dengan IslamKafi Hidonis
Slide Materi Konferensi Tokoh Umat 1433 H Jakarta |
Dengan melihat pos penerimaan bila dikelola dengan cara Islam dibandingkan dengan penerimaan dan belanja dalam APBN saat ini, tampak nyata adanya surplus penerimaan. Surplus ini dapat digunakan untuk melesatkan ekonomi menuju kesejahteraan dengan Islam. Ini bukan mimpi, tapi sebuah kenyataan yang akan terbuktikan jika sistem Islam diterapkan.
Kritik atas pembangunan ekonomi berbasis utang dan investasi asing tambahanKafi Hidonis
Dokumen tersebut membahas tentang utang luar negeri dan domestik Indonesia sejak Orde Baru hingga saat ini. Pemerintahan Soeharto membuka pintu lebar-lebar untuk utang dan investasi asing melalui berbagai kebijakan. Hal ini menyebabkan Indonesia terjebak utang yang semakin membengkak dan menyulitkan rakyat.
Kekayaan alam dan energi indonesia dan kesalahan pengelolaannyaKafi Hidonis
Dokumen tersebut membahas tentang kekayaan alam dan energi Indonesia yang melimpah namun belum dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan rakyat. Disebutkan bahwa Indonesia memiliki hutan, tanah subur, sumber daya laut, tambang, gas dan minyak yang besar namun sistem pengelolaan berdasarkan kapitalisme menyebabkan kekayaan tersebut dikuasai oleh individu dan swasta sehingga kemiskinan masih tinggi. Dokumen ini meng
Model Pengelolaan Kekayaan Alam dalam IslamKafi Hidonis
Model pengelolaan sumber daya alam dan energi dalam Islam memberikan konsep bahwa sumber daya alam seperti hutan, air dan energi adalah milik umum yang harus dikelola sepenuhnya oleh negara. Hasil pengelolaan tersebut dapat menjadi pemasukan bagi anggaran negara dan membantu negara lepas dari utang luar negeri, serta dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan.
Tata kelola keuangan dan apbn daulah khilafahKafi Hidonis
Politik ekonomi Islam untuk pertumbuhan ekonomi yang stabil dan menyejahterakan rakyat. Tata kelola keuangan dan APBN Khilafah didasarkan pada prinsip-prinsip syara'. Sumber pemasukan utama Baitul Mal antara lain kekayaan alam, zakat, kharaj, dan jizyah. Model Khilafah lebih unggul dalam meningkatkan penerimaan serta menciptakan surplus anggaran.
Postur APBN negara kapitalis dan problem anggaran apbn indonesiaKafi Hidonis
Dokumen tersebut membahas tentang postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) Indonesia yang bersumber dari sistem kapitalisme. APBN Indonesia selalu mengalami defisit yang harus ditutupi dengan utang. Total utang Indonesia terus meningkat dan cicilan utang membebani anggaran tahunan. APBN Indonesia memiliki masalah serius karena tergantung pada pajak dan utang.
Salah paham bisa jadi muncul karena kurangnya info, atau mungkin juga karena salah mengambil sumber info... Slide ini berupa penjelasan mengenai isu2 yang beredar seputar Hizbut Tahrir.
Makalah ini menganalisis kerjasama antara Indonesia dan Amerika Serikat melalui PT Freeport Indonesia dengan menggunakan teori World System Theory. Indonesia berperan sebagai negara periferi yang memiliki sumber daya alam di Papua namun kurang teknologi, sementara Amerika Serikat sebagai negara inti yang dapat menyediakan teknologi dan modal untuk mengelola sumber daya tersebut. Kerjasama ini menghasilkan dependensi Indonesia terhadap Amerika Serikat dalam pembangun
Iman antara ada dan tiada membahas tentang kekuatan dan kelemahan iman. Iman yang kuat dan produktif dapat menyelamatkan kehidupan pribadi dan ummat di dunia dan akhirat. Dokumen ini juga membahas tentang pengertian akidah secara bahasa dan istilah serta tiga pertanyaan dasar manusia yaitu asal, tujuan, dan akhir kehidupan.
Budidaya perairan adalah kegiatan manusia untuk memproduksi dan meningkatkan biota akuatik di lingkungan terkontrol untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan budidaya perairan antara lain untuk memproduksi makanan, meningkatkan stok ikan di alam, memproduksi ikan untuk rekreasi, dan memproduksi ikan umpan atau ikan hias.
Pikp ppt02 sistem perikanan genap 2012-2013Aldo Rahmat
Dokumen tersebut membahas sistem perikanan yang terdiri dari tiga subsistem yaitu sistem alami, sistem sosial, dan sistem manajemen. Sistem perikanan awalnya merupakan sistem alami yang terbentuk dari interaksi antara berbagai komponen seperti habitat, sumberdaya ikan, dan komunitas. Kemudian manusia mulai terlibat dengan melakukan aktivitas penangkapan ikan dan budidaya ikan sehingga membentuk subsistem sosial dan manaj
Meraih Amalan Tertinggi - Ust Dwi Condro TrionoKafi Hidonis
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya amal saleh dan amar ma'ruf nahi munkar khususnya terhadap penguasa. Amalan yang paling berharga adalah mengingatkan penguasa untuk memerintah dengan syariat Islam agar dapat menegakkan kema'rufan dan mencegah kemungkaran di kalangan rakyat. Dokumen ini mengajak umat Islam untuk bersatu memperjuangkan penegakan khilafah Islamiyah.
3. KONSEP DUKUNG PERAIRAN TERBUKA
ASUMSI
Populasi algae berkorelasi negatip terhadap kualitas
air secara umum, termasuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup stok ikan. Sedangkan P adalah
“limiting faktot” yang mengendalikan kelimpahan
plankton.
3
4. Mengapa limiting nutrient ?…
Konsep limiting nutrient atau nutrient pembatas muncul
dengan adanya kenyataan bahwa sejumlah nutrient
diperlukan oleh fitoplankton. Jika suply dari satu
diantara nutrient-nutrient tersebut jumlahnya kurang
dari permintaan (yang dibutuhkan) maka akan
menghambat pertumbuhan. Dalam banyak perairan,
pada umumnya P adalah pembatas. Karena ini adalah
element yang dibutuhkan fitoplankton dan tumbuhan
air yang paling jarang terdapat. (jumlahnya paling
sedikit).
4
5. Phosphor diperlukan untuk :
Merupakan element esensial yang diperlukan oleh
semua jenis ikan untuk pertumbuhan yang normal,
maintenance dari pengaturan hubungan asam-basa
dan lemak serta metabolisme karbohidrat
Umumnya kebutuhan P untuk setiap species
specifikasi dan umumnya P dalam pakan
berlebihan, tapi kemudian berkurang karena
tidak dapat dimanfaatkan ke perairan
kemudian hilang ke lingkungan perairan
5
6. Feed
Correct
pellet siz Fatern Assimilatd Utilized
Dust un eaten Faeces Exretion
Disolved P Disolved P Disolved P Disolved P
Particulate P Particulate P Particulate P SEDIMENS
Gamba 1.r: Principle P loses to the environment
associated with intensive cage culture
Note: FCR untuk cage culture ∼ 20% lebih tinggi dari di kolam
Beveridge 1984 6
7. Tabel 1: Kebutuhan Fosfor untuk ikan (% berat dari pakan)
Species Kebutuhan
Angguilla japanica 0,29 %
Salmo Trutta 0,71 %
Salmo Salam 0,30 %
Salmo gardneri 0,70 – 0,80 %
Onchorynchus Ketta 0,50 – 0,60 %
Cyprinus carpio 0,60 – 0,80 %
Ichalues pundatus 0,45 – 0,80 %
Chysohyrys major 0,68 %
Oreochrromis niloticus 0,90 %
Sumber : Beveridge et.al 1982.
- Untuk ikan Trout = 20 – 27% dari P daging
- Sekitar 40% P waste dari cage cultur untuk ikan Trout terlarut, sisanya dalam
bentuk faeces dan pakan yang tidak termakan.
7
8. Tabel 2. : Penghitungan Total P yang hilang ke lingkunganperairan selama
jarng apung secara intensif
a. Rainbow Trout
Kandungan P dalam pellet 1.5% (sillva 1983- pakan komersial di Eropa)
Kandungan P dalam 1 ton pelet 15 kg
FCR = 1.0 : 1 P( Dlm makanan) 15 kg
FCR = 1.5 : 1 P( Dlm makanan) 22 kg
FCR = 2.0 : 1 P( Dlm makanan) 30 kg
FCR = 2.5 : 1 P( Dlm makanan) 37 kg
Kandungan P dalam ikan Tru = 0.48% dari berat badan ikan = 4.8 kg /ton ikan (Penczak et al 1982)
Jadi P yang hilang ke perairan untuk :
FCR = 1.0 : 1 = 15.0 – 4.8 = 10.2 per ton ikan
FCR = 1.5 : 1 = 22.5 – 4.8 = 17.7 per ton ikan
FCR = 2.0 : 1 = 30.0 – 4.8 = 25.2 per ton ikan
FCR = 2.5 : 1 = 37.5 – 4.8 = 32.7 per ton ikan
8
9. Tabel2. : Penghitungan Total P yang hilang ke lingkunganperairan selama
jarng apung secara intensif
b. Tilapia
Kandungan P dalam pellet 1.3% (NRC 1983 & Santiago 1983)
Kandungan P dalam 1 ton pelet 13.0 kg
FCR = 1.5 : 1 P( Dlm makanan) 19.5 kg
FCR = 2.0 : 1 P( Dlm makanan) 26.0 kg
FCR = 2.5 : 1 P( Dlm makanan) 32.5 kg
FCR = 3.0 : 1 P( Dlm makanan) 45.5 kg
Kandungan P dalam ikan Tilapia = 0.34 % dari berat badan ikan = 3.4 kg /ton ikan (Mesk &Manthey
1983)
Jadi P yang hilang ke perairan untuk :
FCR = 1.5 : 1 = 19.5 – 3.4 = 16.1 kg per ton ikan
FCR = 2.0 : 1 = 26.0 – 3.4 = 22.6 kg per ton ikan
FCR = 2.5 : 1 = 32.5 – 3.4 = 29.1 kg per ton ikan
FCR = 3.0 : 1 = 45.5 – 3.4 = 35.6 kg per ton ikan
9
10. Tabel 2.: Penghitungan Total P yang hilang ke lingkunganperairan selama
jarng apung secara intensif
c. Carp
Kandungan P dalam pellet 3.09% (NRC 1983)
Kandungan P dalam 1 ton pelet 30.9 kg
FCR = 1.5 : 1 P( Dlm makanan) 46.4 kg
FCR = 2.0: 1 P( Dlm makanan) 61.8 kg
FCR = 2.5 : 1 P( Dlm makanan) 77.3 kg
FCR = 3.0 : 1 P( Dlm makanan) 92.7 kg
Kandungan P dalam ikan carp = 0.61% dari berat badan ikan = 6.1 kg /ton ikan (Ogino and Takeda
1976)
Jadi P yang hilang ke perairan untuk :
FCR = 1.5 : 1 = 46.4 – 6.1 = 40.3 kg per ton ikan
FCR = 2.0 : 1 = 61.8 – 6.1 = 55.7 kg per ton ikan
FCR = 2.5 : 1 = 77.3 – 6.1 = 71.2 kg per ton ikan
FCR = 3.0 : 1 = 92.7 – 6.1 = 86.6 kg per ton ikan
10
11. CATATAN:
Thus tabel before ees of give no information about quantities of P derived
from un eaten food or excretory or facel sources:
• Intensive Trout culture , total fed losses (dust and un eaten food)nare
estimated arround 20%
• When FCR values for pond and cage culture are compared, those cage
culture are usually at least 20% greater
• An estimated 20 – 27% of the P ingested by trout is retained in the carcas
(see table before assuming FCR = 1.5 – 2.0 : 1)
• If faecal production rate of 260 g dry weight faeces per kg food (Butz and
Vens Cappell,1982) and a faecal P content of 1.59% dry weight.(Penzack et
al 1982) are assumed, then more than 50% of egested and excreted P is
accounted for by excretion. (see nect diagram). Thus arround 40% of the
ttotoalP waste from cage trout farming are dissolved, the rest being in the
form of faeces and un eaten food.
11
12. A number of models have been develpoped to predict the respons
of aquatic ecosystems to increases in P loadings. Most are
empirical and have been elaborated and tsted, verified and
modified using a number of data bases. The two most widely used
and tested model are those of Dillon and Righter (1974) and
OECD (1982). The former is a modification of Vollenweider’s
original model (volllenweider,1968). And states that the
concentration of total P in a water body , [ P], is determined by P
loading, the size of the lake (area, mean depth)., water collumn
lost annually through the outflow) and thefraction of P lost
permanently to the sediments.
As steady state :
[P] = L (1 – R)
z.ρ
[P] = Total P g/m3
L = Total P loading (gr/m2/y -1)
z = Rata-rata kedalaman (m)
R = Fraksi dari total P yang hilang ke sedimen
ρ = flusing rate- debit (volume/tahun)
12
13. INPUT PAKAN
100%
(22.5 kg)
SISA (PERAIRAN) DIMAKAN IKAN
(WASTE) (INGESTED)
20% 80%
(4,5 kg) (18 kg)
ENERGI HILANG Di ASSIMILASI
(EGESTED) (ASSIMILATED)
28% 52%
(6.2 kg) (11.8)
EKSKRESI DIMANFAATKAN
(EXCRETED) (UTILIZED)
31% 21%
(7Kg) 4.8 kg)
Penczak et al 1982 13
14. INPUT PAKAN
100%
(30.0 kg)
SISA (PERAIRAN) DIMAKAN IKAN
(WASTE) (INGESTED)
40% 60%
(12 kg) (18 kg)
ENERGI HILANG Di ASSIMILASI
(EGESTED) (ASSIMILATED)
21% 39%
(6.2 kg) (11.8)
EKSKRESI DIMANFAATKAN
(EXCRETED) (UTILIZED)
23 % 16%
(7Kg) 4.8 kg)
Penczak et al 1982 14
15. TERMINOLOGI (1)
L fish = P loading dari jaring apung
∆P = Selisih kandungan P sebelum exploitasi jaring apung (Pi) dan P yang dapat diterima
setelah ada jaring apung (P)f
∆ P = Pf – Pi = mg/m3
Pi ditentukan berdasakan pengamatan steady state dari P sepanjang tahun, musim kemrau dan
hujan.
Pf ditentukan berdasarkan aceptable P loading (lihat tabel pada slide berikut.)
∆ P = L fish (1 – R fish)/ z.ρ
L fish = (∆P).z. ρ /(1-R fish)
ρ = koefisien flushing rate air danau (kali/tahun)
R fish = proporsi dari P yang hilang secara
permanent ke sedimen (x) dan
R fish = [x + [(1-x)R]
15
16. Konsentrasi P dalam kaitannya dengan tingkat chloropyl yang
diperbolehkan adalah sebagai berikut :
Tabel. 3 Tentative Values for maximum accephable (P)i lenthic
island water bodies used for enclosure of fish
Water body Species Tentative maximum
Catagory Culture Acceptable [P] mg/m3
Temperate Salmonid 60
Tropical Carp 150
Carp and Tilapia 250
16
17. Ρ = Flushing rate dari air danau yang keluar
Z = rata-rata kedalaman = V/A ----- V = volume, A = area
Z = V/A
ρ = Qo/V
Qo = rata-rata volume (m3) yang mengalir keluar dari danau/th
R = Proporsi P terlarut yang hilang ke sedimen, dapat dihitung dengan rumus yang
sudah ditemukan dari hasil penelitian (tabel 5.5) untuk tambak dan reservoir = 0,76
R = 1/(1 + P 0,5)
P loading untuk jaring apung Tilapia dan Carp sekitar 45 – 55% dari
total P loading dalam bentuk P terlarut, sisanya hilang dan mengendap
di sedimen.
17
18. TERMINOLOGI 3
Calculation of Total O loses in the environment during intensive cage culture
1. Rainbow Trout
Kandungan P untuk pellet 1,5 %
1 ton pakan mengandung P 15 kg
Kandungan P dalam ikan trout 0,48% 4,8 kg/ 1 ton ikan
2. Tilapia
Kandungan P pellet 1,3 %
1 ton pakan mengandung P 13 kg
Kandungan P dalam daging ikan 0,34% 3,4 kg/1 ton ikan
3. Carp
Kandungan P pellet
1 ton pellet mengandung P ,09 %
Kandungan P dalam ikan 0,61%
0 Kg 18
19. Didasarkan dari tabel 2.
P yang hilang untuk setiap ton ikan (kg/ton ikan)
FCR FCR
1,5 : 1 2 : 1
1. Rainbow Trout 17,7 25,2
(22,5 – 4,8) (30,0 – 4,8)
2. Tilapia 16,1 22,6
(19,5 – 8,4) (26,0 – 3,4)
3. Carp 40,25 55,7
(46,3 – 6,1) (61,8 – 6,1)
L
Konsentrasi P dalam air [P] = I ----------- - s [P] - r [P]
V (gr/l)
19
20. P = loading
Luas area (danau/reservoir)
Debit air (jumlah/volume air yang keluar dari danau)
Flusing rate (Fraksi P yang hilang dalam sedimen
secara permanen)
Secara umum
[P] = L (1 – R) steady state
z.ρ
[P] = Total P g/m3
L = Total P loading (gr/m2/y)
z = Rata-rata kedalaman
R = Fraksi P yang hilang ke sedimen
ρ = rate of (dari flusing (volume/tahun) ∼ debit yang keluar)
20
21. TAHAPAN PENENTUAN CARRYING CAPACITY
Step 1) Ukur steady state P konsentrasi
Di daerah Tropis merupakan hasil pengukuran rata-rata tahunan
konsentrasi P di permukaan (air permukaan) dan harus diukur
dengan sejumlah sample.
Step 2) Penentuan konsentrasi P yang di tolerir, hal ini berkaitan dengan
jumlah Chlophyl, biomas. Hubungan konsentrasi P dengan
kandungan chlorophyl.
[Chl] = 0,416 P 0,675 ,r = 0.84 (Walmsley and Thorton ,1984)
TABEL 5.2
21
22. Konsentrasi P dalam kaitannya dengan tingkat chlorophyl yang
diperbolehkan adalah sebagai berikut :
Tentative Values for maximum accephable (P)i lenthic island water
bodies used for enclosure of fish
Water body Species Tentative maximum
Catagory Culture Acceptable [P] mg/m3
Temperate Salmonid 60
Tropical Carp 150
Carp and Tilapia 250
22
23. Step 3) Perhitungan ∆ P yang merupakan selisih dari P
sebelum exploitasi dan P setelah exploitasi.
∆ [P] = [P]f - [P]i
Step 4) Hitung L fish,P loading from the fish cage. ∆ P is
related to P loading for the fish cage (L fish), the size
of lake A and fraction of L fish retained by the
sedimen.
∆[P] = L fish ( 1 – R fish )/ z .ρ
L fish = ∆ [P]. z .ρ/(1 – R fish)
23
24. R fish is the most difficult parameter to estimate. Using the argument
proposed by Phillips et al 1985C) AT LEAST 45 -55% of the total P
wastes from cage rainbow trout are likely to be permanently lost to
the sediments asa result of solids (faeces and food) deposition , and
thus only 45 – 55% of the total P loadings are in the form
ofdissolved P. In the absence of any other data, these values will
also be used for tilapia and carp calcu;ations. A fraction of the
dissolved total P component will also be lost to the sediments, and it
is suggested that the most appropriate formula in Table 5.5 used to
calculate this.
R fish values are therefore much greater than R for conventional P
loading. And can be summarised as :
R fish = x + [ (1 – x ) R ]
Whwere, x = the net proportion of total P lost permanently to the
sediment as a result of solid deposition of (ie 0.45 – 0.55, ) and R
= proportion of dissolved total P lost to the sediment calculated from
tabel n5.5
24
25. R fish = x + [(1 – x) R ]
X = The net proportion of total P lost
permanenly to the sedimet
R = Proportion of disolved total P lost to
sedimen calculated losed, table 5,5
Utk. Natural lakes
P = flushing rate • (volume/year)
R = 1/(1 + 0.747 p 0.507 )
……lihat tabel 5.5
25
26. Step 5) Once the acceptable total P loading, L fish, has been
calculated, then the intensive fish production (tones/year) can be
estimated by dividing L fish by the average total P wastes per ton of fish
production.(table 5.2)
Carrying Capacity :
= Total Allowable Loading /17.7
Catatan :
Untuk setiap 1 ton ikan (trout) yang
diproduksi, dihasilkan 17,7 kg P dalam
perairan (Beverage 1987)- tabel 2.
(ikan trout FCR 1.5 : 1)
26
27. Contoh :
Luas danau A = 100 ha (dihitung dari map)
Rata-rata kedalaman z = 10 m
Flushing rate coefisient , ρ = 1/year
Steady state (P) dari hasil monitoring = 15 mg/m3
Total loading P per ton fish = 17,7 kg/ton (tabel 2. –Trout FCR 1.5 :1)
Tahapan penghitungan aya dukung :
• Tentukan/ukur steady state [P] prior to development [P] 15 mg/m3.
2. Set maximum acceptable P, [P]f, setelah nanti ada keramba apung ∼
60 mg/m2 sebagai target (P) lihat tabel untuk daerah
temperate
27
28. 1. Determine ∆ P
∆ P = 60 – 15 mg/l = 45 mg/l
4. Loading P yang berasal dari kegiatan jaring apung
L fish = ∆ P.z .ρ /(1 – R fish)
R fish = X + [(1 – X) R]
R = 1/(1 + p ) = ½ = 0,5
0,5
R fish = 0,5 + (1,0 – 0,5) 0,5)
= 0,5 + (0,5 – 0,25) = 0,75
L fish = (45 x 10 x 1)/1 – 0,75 = 450/0,25
= 1800 mg/m2/y
= 1,8 g/m2/y
28
29. 5. Penentuan Total acceptable loading
(Luas Danau =106m2)
Total acceptable loading
= 1,8 x 106 = 1.800.000 g/y
6. Carrying Capacity
P loading untuk setiap 1 ton ikan = 17,7 kg (17,7 kg/ton ikan)
∴ Total acceptable production : 1.800.000 g/17.700 g
= 102 ton/y
29
30. MARINE SITE
• Keramba apung di laut dapat digunakan model yang
sama, kecuali N yang biasanya sebagai pembatas di laut.
• Dan dilaut lebih banyak flushing rate pengaruh disolved
N untuk plankton lebih kecil.
• Sehingga pengaruh intensive culture untuk benthos
mungkin lebih penting
30