SlideShare a Scribd company logo
KOMPLIKASI
DIABETES
MELLITUS
Dini Lintangsari
2008.031.0115
Komplikasi
Diabetes Mellitus
Akut
- Koma
Hipoglikemia
- KAD
- Koma
Hiperosmolar
Non-Ketotic
Kronik
Vascular
Microangiopathi Macroangiopathi
Non –
Vascular
Diabetic
Ulcer
Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
Definisi
• Adalah dekompensasi kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, acidosis dan
ketosis.
• Sebab
defisiensi insulin absolut atau relatif
• Umumnya pada diabetes tipe 1
Faktor Pencetus
Infeksi
Infark miokard akut
Pankreatis akut
Steroid
Menghentikan/ menggurangi pengobatan
insulin
Glukagon
Insulin
Jaringan
lemak
Lipolisis

acidosis
(ketosis)
Hati
Ketogenesis 
Hati
glukoneogenesis

Jaringan
tepi
Pengggunaan glukosa 
Acidosis
(ketosis)
Diuresis osmotik
hipovolemia
dehidras
i
Lanjutan KAD , , ,
Diagnosis
Ax
• Dikenali sebagai penderita DM terutama tipe 1
• Riwayat stop insulin, demam (jika ada infeksi).
• Polidipsi dan poliuri mendahului KAD
• Mual, muntah dan nyeri abdomen
• Bau aceton dari hawa nafas
Px
• Kesadaran dari CM, delirium, hingga koma.
• Pernafasan cepat dan dalam (kussmaul)
• Dehidrasi turgor berkurang, lidah dan bibir kering
• Hipovolemia
• Syok
Px penunjang
• Kenaikan angka leukosit dengan pergeseran kekiri
• Kenaikan non spesifik serum amylase
• Kriteria Diagnosis
Kadar glukosa > 250 mg%
 Ph < 7,35
 HCO3 rendah
 Anion gap yang tinggi
 Keton serum positif
Prinsip Terapi KAD
Rehidrasi cairan yang hilang
Insulin untuk menekan lipolisis dan
glukoneogenesis
Mengatasi stress
Pemantauan hingga tercapai fisiologi normal
IV
• Akses
intravena ( iv )
2 jalur ,salah
satunya
dicabang
dengan 3 way
cairan
•Jumlah cairan yang
diberikan dalam 15 jam
sekitar 5 L.
•NaCl 0,9% diberikan:
•1jam pertama + 1-2 L
•Jam kedua + 1L
•Jam ketiga & keempat +
0,5L
•Jam kelima, keenam, dan
selanjutnya sesuai
kebutuhan
•Jika Na+ > 155 mEg/L 
ganti cairan dengan NaCl
0,45%
•Jika GD < 200 mgdL  ganti
cairan dengan Dextrose 5%
Insulin regular
• Diberikan setelah
2 jam rehidrasi
cairan
• RI bolus 180
mU/kgBB IV
,dilanjutkan :
• RI drip 90
mU/kgBB/jam
dalam NaCl 0,9 %
• Jika GD < 200
mg/dL : kecepatan
dikurangi  RI
drip 45
mU/kgBB/jam
dalam NaCl 0,9%
Lanjutan KAD , , ,
Hiperosmolar hiperglikemik
non-ketotik
Definisi
Suatu sindrom yang ditandai dengan
hiperglikemia berat, hiperosmolar,
dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai
penurunan kesadaran.
 Biasanya pada penderita DM tipe 2
Faktor Pencetus
 Infeksi
 Pengobatan
 DM tidak terdagnosis
 Penyalah gunaan obat
 Dan penyakit penyerta (AMI, serebrovaskular, chusing
sindrom, gagal ginjal. dll)
Diuresis
glukosuria
Volume intravaskular
Laju filtrasi glomerulus
Kadar glukosa
HIPERGLIKEMIA
Timbul diuresis
osmotik
Menurunnya
cairan tubuh total
Cairan intravaskular
hilang
Hiperosmolar
Memicu sekresi hormon antidiuretik
Memicu timbul rasa haus
Jika tidak dikompensasi
 dehidrasi
Hipovolemia
Hipotensi
Gangguan perfusi
jaringan
Lanjutan HHNK , , ,
Gejala
• Pada orang tua dan DM tipe 2
• Lemah, gangguan penglihatan, kaki kejang
• Mual, muntah tetapi lebih jarang dari KAD
• Keluhansyaraf : letargi, hemiparesis,
disorientasi, kejang, koma.
• Tanda dehidrasi berat : turgor buruk, mukosa
bibir kering, mata cekung, ekstrimitas dingin
dan nadi cepat lemah
Penatalaksanaan
 Rehidrasi intravena agresif
 Elektrolit
 Pemberian insulin intravena
Cairan Rehidrasi
 Cairan intravena 100-200ml/Kg atau rata-rata 9 liter
 Awalnya diberikan normal saline 1liter/ jam ( jika
isotonik overload cairan, jika hipotonik dapat
mengkoreksi defisit cairan terlalu cepat)
 Jika shok hipovolemik ditambahkan plasma expander
 Pada awalnya kadar glukosa akan menurun walau
tanpa insulin, normal penurunnyanya 75-100 mg/dL/jam
jika tidak tercapai dapat dikarenakan cairan yang kurang
atau kelaian ginjal
Elektrolit
Perlu dipantau terus karena peru bahan
terutama kadar kalium dapat rendah, normal
atau naik.
 Kalium <3.3 maka pemberian insulin ditunda
dan diberikan kalium (2/3 kalium klorida atau 1/3
kalium fosfat)
 Kalium> 5 maka perlu dikurangi
INSULIN
 Yang terpenting cairan yang adekuat terlebih dahulu =
menyebabkan cairan masuk intra sel hingga hipotensi,
kolaps vaskular dan kematian
 Pertama bolus 0,15 U/KgBB IV dan diikuti drip 0,1
U/kgBB hingga glukosa turun 250-300 mg/Dl
 Jika kadar glukosa<300 diberikan dextrosa iv dan dosis
dititrasi secara sliding scale.
KOMA HIPOGLIKEMIA
Definisi
• Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah dibawah
normal.
Respon regulasi non-pankreas terhadap hipoglikemia
dimulai pada kadar glukosa darah 63-65mg% (3,5-
3,6mmol/L). Oleh sebab itu pada konteks diabetes,
diagnosis hipoglikemia ditegakkan jika kadar glukosa
plasma <63 mg%.
Trias hipoglikemia (Triad Whipple)
Keluhan yang menunjukan kadar glukosa plasma
yang rendah.
Kadar glukosa darah yang rendah (<3mmol/L pd
diabetes)
Hilangnya keluhan setelah kelainan biokimiawi
dikoreksi.
Penyebab
Peningkatan kadar insulin yang kurang tepat,
setelah pemberian insulin atau sulfonilurea.
 Pemberian insulin masih belum bisa menirukan
insulin fisiologis.
 Makan glukosa 1 jam. Insulin mencapai
puncak konsentrasi 1-2 jam = rentan
hipoglikemia 2 jam setelah makan hingga
makan selanjutnya.
Faktor Predisposisi
 Kadar insulin berlebihan
Dosis berlebihan
Peningkat anbioavabilitas insulin
 Peningkatan sensitifitas insulin
Defisiensi hormon counter-regulatory : addison,
hipopituarisme
Penurunan BB
Latihan jasmani, postpartum
 Asupan karbohidrat kurang
Makan tertunda atau kurang
Diet sliming, anoreksia nervosa
Muntah
menyusui
 Lain-lain
Absorbsi yang cepat
Alkohol, obat ( salisilat, sulfonamid, penyekat beta,
pentamidin)
Hormon Kontra Regulator
 Glukagon : glikogenolisis, glukoneogenesis
 Epinefrin : glikogenolisis, glukoneogenesis dihati dan
ginjal. Lipolisis dijaringan lemak.
 Kortisol dan growth hormone : melawan kerja insulin
dijaringan perifer serta meningkatkan glukoneogenesis.
 Sel beta pankreas bereaksi terhadap hipoglikemi.
 Neuron hipotalamus ventromedial (VMH): percobaan
pada hewan. Neuron tersebut berkaitan dengan pituitari-
adrenal
Gejala Hipoglikemia
• Klasifikasi Klinis hipoglikemia akut
Lanjutan Hipoglikemia , , ,
Derajat Klinis
Ringan Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata
Sedang Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata
Berat Sering (tidak selalu) tidak simtomatik, karena
gangguan kognitif pasien tidak mampu mengatasi
sendiri
Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak
memerlukan terapi parenteral
Membutuhkan terapi parenterqal (glukagon
intramuskular atau glukosa intravena
Disertai dengan koma atau kejang
Terapi Hipoglikemia
Glukosa oral : 10-20 g. dalam bentuk tablet,
jelly, minuman, madu, dll.
 Glukagon intramuskular : 1 mg. bila pasien
sadar diikuti 20 g oral, dan 40 g karbohidrat
dalam bentuk tepung.
 Glukosa intravena : 75-100ml glukosa 20% atau
150-200ml glukosa 10%. Glukosa 50%
dianggap toksik untuk jaringan.
Komplikasi Kronis
Diabetes Mellitus
Retinopati DM
• Kerusakan retina pada penderita diabetes karena
obstruksi vaskuler , aliran darah yang tak adekuat,
maupun perdarahan.
• Onset > 5 th menderita DM.
• Klasifikasi :
– NPDR
mikroangiopati progresif
pembuluh darah halus,
gejala minimal,
asimptomatis.
– PDR
neovaskularisasi, rapuh >
floaters (+)
5 proses dasar patofisiologi retinopati :
• Pembentukan mikroaneurisma
• Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
• Penyumbatan pembuluh darah
• Proliferasi pembuluh darah baru dan jaringan fibrosa di retina
• Kontraksi dari jaringan fibrosis kapiler dan humor vitreous
Stadium Retinopati Diabetik :
– Stadium nonproliferatif, apabila hanya ditemukan
perubahan mikrovaskular dalam retina.
– Stadium preproliferatif, ditandai dengan
penyumbatan kapiler retina yang akan
menimbulkan perdarahan, kelainan vena dan
kelainan intraretina.
– Stadium proliferatif, ditandai dengan proliferasi
pembuluh darah baru (neovaskular).
TERAPI & PENCEGAHAN
 Kontrol gula darah
Kontrol tekanan darah
 Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi
 Fotokoagulasi dengan sinar laser
 Vitrektomi untuk pendarahan vitreus atau ablasio retina.
Nefropati DM
 Sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai
albuminuria menetap (>300mg/24 jam atau>ig/menit)
dalam kurun waktu 3-6 bln.
 Dinegara maju penyebab GGK no 1.
 Insidens lebih sering pada DM tipe 2
Etiologi
 Gula darah yang tidak terkendali
 Faktorgenetis
 Peningkatan aliran darah ginjal
 Hipertensi
 Sindrom resistensi insulin
 Peradangan
 Perubahan permeabiltas pembuluh darah
 Asupan protein berlebih
• Perubahan fungsi filtrasi
> gangguan eksresi-
reabsorbsi molekul >
proteinuria, albuminuria,
hematuria, dll.
• Ditandai dengan :
– Proteinuria persisten
(> 5 gr/hari)
– Retinopati
– Hipertensi
Terapi
 Pengendalian gula darah
 Pengendalian tekanan darah
 Perbaikan fungsi ginjal ( diet rendah protein, ACE I,
ARB)
 Pengendalian faktor komorbid ( lemak, obes)
 Non farmakologis
Olahraga
Diet
Stop rokok
Penyakit Jantung Koroner
 Belum diketahui secara pasti
 Angka atherosklerosis lebih
tinggi pada DM
 Pasien DM resiko tinggi
trombosis, penurunan
fibrinolisis, peningkatan respon
inflamasi
 Terjadi glikosilasi protein yg
mempengaruhi integritas
dinding pembuluh darah
Terapi
 Pengobatan hyperglikemia dengan diet dan obat-obatan
 Pengobatan dislipidemia
 MONACO ( Morphin, Oksigen, Nitrat, Aspirin, CPG )
 Pengobatan hipertensi dengan ACE I, ARB, beta bloker
dan diuretik
 Stop rokok
PAD (Peripheral Arterial Disease)
↓ perfusi darah
↓
↓ vaskularisasi perifer
CVD (CerebroVascular Disease)
Obstruksi maupun
pecahnya pembuluh
darah karena
tegangan vaskuler
yang meningkat,
tromboemboli, dll
↓
Menyebabkan SNH /
SH
Diabetic Neuropathy
• Neuropati sensoris
– Parestesia
– Hiperalgesia
– hipestesia
• Neuropati motoris
– Cepat lelah
– ↓ tenaga
• Penumpulan saraf
sensoris
– ↓pendengaran,
pengecapan
Diabetic Ulcer (Ulcus diabeticum)
• Patofisiologi :
– Angiopati
angiopati > sumbatan > gangren
> gangren kering.
- pulsasi arteri dorsalis pedis (-)
- sensibilitas (+)
– Neuropati
neuropati > disuse atropi >
tekanan berlebih > nekrosis >
gangren basah.
- pulsasi arteri dorsalis pedis (+)
- sensibilitas (-)
Cont’d
• Klasifikasi Wagner :
– Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus”
– Derajat I : ulkus superficial terbatas pada kulit
– Derajat II : ulkus dalam menembus tendon dan tulang
– Derajat III : abses dalam dengan atau tanpa osteomyelitis
– Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis
– Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
• Tindakan pengobatan :
– Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada
– Derajat I-IV : pengelolaan medik dan tindakan bedah minor
– Derajat V : tindakan bedah minor, bila gagal dilanjutkan bedah mayor
seperti amputasi di atas lutut atau dibawah lutut
Cont’d
• Pada penderita DM sebaiknya pemasangan
IVFD tidak di kaki karena end artery.
• Terapi DM dengan komplikasi ulcus adalah
insulin > karena insulin adalah agen anabolik
sehingga baik untuk pembentukan jaringan,
apalagi bila disertai underweight.
Mengapa luka tak mudah sembuh?
• Imunitas ↓
• Penurunan fungsi leukosit :
– Fagositosis
– Kemotaksis
– Antibodi intrasel
• Kerentanan
– Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah
– Keton bodies
• mikro/makroangiopati : RBC, WBC, dan O2 sulit mencapai jaringan.
Terima Kasih

More Related Content

Similar to 267768431.ppt

ASKEP ENDOKRIN LANSIA.ppt
ASKEP ENDOKRIN LANSIA.pptASKEP ENDOKRIN LANSIA.ppt
ASKEP ENDOKRIN LANSIA.ppt
AliefresahElFazri
 
Asuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusAsuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusYesi Tika
 
Konsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
Konsiderasi Perioperatif Diabetes MellitusKonsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
Konsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
TezarAndrean1
 
Diabetes mellitus
Diabetes mellitusDiabetes mellitus
Diabetes mellitusmateri-x2
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dmLaporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Yabniel Lit Jingga
 
Tijauan pustaka hipoglikemi
Tijauan pustaka hipoglikemiTijauan pustaka hipoglikemi
Tijauan pustaka hipoglikemi
ariefyats
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
Aulia Kauri
 
Diabetes Militus
Diabetes MilitusDiabetes Militus
Diabetes Militus
Fransiska Oktafiani
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Materi “dm(diabetes melitus)
Materi “dm(diabetes melitus)Materi “dm(diabetes melitus)
Materi “dm(diabetes melitus)
Chudy KeDai
 
how it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitushow it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitus
SofiaNofianti
 
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptxGANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
DreyDrey9
 
Chronic kidney disease
Chronic kidney diseaseChronic kidney disease
Chronic kidney disease
Ani Nuraeni
 
ketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikumketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikum
Letitia Kale
 
ASKEP DIABETES MELITUS.ppt
ASKEP DIABETES MELITUS.pptASKEP DIABETES MELITUS.ppt
ASKEP DIABETES MELITUS.ppt
klinikkimiafarmalore
 
HIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptx
HIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptxHIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptx
HIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptx
AminahtunLatifah2
 

Similar to 267768431.ppt (20)

ASKEP ENDOKRIN LANSIA.ppt
ASKEP ENDOKRIN LANSIA.pptASKEP ENDOKRIN LANSIA.ppt
ASKEP ENDOKRIN LANSIA.ppt
 
Asuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusAsuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitus
 
Konsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
Konsiderasi Perioperatif Diabetes MellitusKonsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
Konsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
 
Eklamsia 1
Eklamsia 1Eklamsia 1
Eklamsia 1
 
Diabetes mellitus
Diabetes mellitusDiabetes mellitus
Diabetes mellitus
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dmLaporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
 
Tijauan pustaka hipoglikemi
Tijauan pustaka hipoglikemiTijauan pustaka hipoglikemi
Tijauan pustaka hipoglikemi
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Diabetes Militus
Diabetes MilitusDiabetes Militus
Diabetes Militus
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
Materi “dm(diabetes melitus)
Materi “dm(diabetes melitus)Materi “dm(diabetes melitus)
Materi “dm(diabetes melitus)
 
how it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitushow it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitus
 
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptxGANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Chronic kidney disease
Chronic kidney diseaseChronic kidney disease
Chronic kidney disease
 
Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus Tipe 1Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus Tipe 1
 
ketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikumketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikum
 
ASKEP DIABETES MELITUS.ppt
ASKEP DIABETES MELITUS.pptASKEP DIABETES MELITUS.ppt
ASKEP DIABETES MELITUS.ppt
 
HIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptx
HIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptxHIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptx
HIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptx
 

Recently uploaded

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 

267768431.ppt

  • 2. Komplikasi Diabetes Mellitus Akut - Koma Hipoglikemia - KAD - Koma Hiperosmolar Non-Ketotic Kronik Vascular Microangiopathi Macroangiopathi Non – Vascular Diabetic Ulcer
  • 4. Definisi • Adalah dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, acidosis dan ketosis. • Sebab defisiensi insulin absolut atau relatif • Umumnya pada diabetes tipe 1
  • 5. Faktor Pencetus Infeksi Infark miokard akut Pankreatis akut Steroid Menghentikan/ menggurangi pengobatan insulin
  • 6.
  • 8. Diagnosis Ax • Dikenali sebagai penderita DM terutama tipe 1 • Riwayat stop insulin, demam (jika ada infeksi). • Polidipsi dan poliuri mendahului KAD • Mual, muntah dan nyeri abdomen • Bau aceton dari hawa nafas Px • Kesadaran dari CM, delirium, hingga koma. • Pernafasan cepat dan dalam (kussmaul) • Dehidrasi turgor berkurang, lidah dan bibir kering • Hipovolemia • Syok
  • 9. Px penunjang • Kenaikan angka leukosit dengan pergeseran kekiri • Kenaikan non spesifik serum amylase • Kriteria Diagnosis Kadar glukosa > 250 mg%  Ph < 7,35  HCO3 rendah  Anion gap yang tinggi  Keton serum positif
  • 10. Prinsip Terapi KAD Rehidrasi cairan yang hilang Insulin untuk menekan lipolisis dan glukoneogenesis Mengatasi stress Pemantauan hingga tercapai fisiologi normal
  • 11. IV • Akses intravena ( iv ) 2 jalur ,salah satunya dicabang dengan 3 way cairan •Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5 L. •NaCl 0,9% diberikan: •1jam pertama + 1-2 L •Jam kedua + 1L •Jam ketiga & keempat + 0,5L •Jam kelima, keenam, dan selanjutnya sesuai kebutuhan •Jika Na+ > 155 mEg/L  ganti cairan dengan NaCl 0,45% •Jika GD < 200 mgdL  ganti cairan dengan Dextrose 5% Insulin regular • Diberikan setelah 2 jam rehidrasi cairan • RI bolus 180 mU/kgBB IV ,dilanjutkan : • RI drip 90 mU/kgBB/jam dalam NaCl 0,9 % • Jika GD < 200 mg/dL : kecepatan dikurangi  RI drip 45 mU/kgBB/jam dalam NaCl 0,9% Lanjutan KAD , , ,
  • 13. Definisi Suatu sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran.  Biasanya pada penderita DM tipe 2
  • 14. Faktor Pencetus  Infeksi  Pengobatan  DM tidak terdagnosis  Penyalah gunaan obat  Dan penyakit penyerta (AMI, serebrovaskular, chusing sindrom, gagal ginjal. dll)
  • 15. Diuresis glukosuria Volume intravaskular Laju filtrasi glomerulus Kadar glukosa HIPERGLIKEMIA Timbul diuresis osmotik Menurunnya cairan tubuh total Cairan intravaskular hilang Hiperosmolar Memicu sekresi hormon antidiuretik Memicu timbul rasa haus Jika tidak dikompensasi  dehidrasi Hipovolemia Hipotensi Gangguan perfusi jaringan Lanjutan HHNK , , ,
  • 16. Gejala • Pada orang tua dan DM tipe 2 • Lemah, gangguan penglihatan, kaki kejang • Mual, muntah tetapi lebih jarang dari KAD • Keluhansyaraf : letargi, hemiparesis, disorientasi, kejang, koma. • Tanda dehidrasi berat : turgor buruk, mukosa bibir kering, mata cekung, ekstrimitas dingin dan nadi cepat lemah
  • 17. Penatalaksanaan  Rehidrasi intravena agresif  Elektrolit  Pemberian insulin intravena
  • 18. Cairan Rehidrasi  Cairan intravena 100-200ml/Kg atau rata-rata 9 liter  Awalnya diberikan normal saline 1liter/ jam ( jika isotonik overload cairan, jika hipotonik dapat mengkoreksi defisit cairan terlalu cepat)  Jika shok hipovolemik ditambahkan plasma expander  Pada awalnya kadar glukosa akan menurun walau tanpa insulin, normal penurunnyanya 75-100 mg/dL/jam jika tidak tercapai dapat dikarenakan cairan yang kurang atau kelaian ginjal
  • 19. Elektrolit Perlu dipantau terus karena peru bahan terutama kadar kalium dapat rendah, normal atau naik.  Kalium <3.3 maka pemberian insulin ditunda dan diberikan kalium (2/3 kalium klorida atau 1/3 kalium fosfat)  Kalium> 5 maka perlu dikurangi
  • 20. INSULIN  Yang terpenting cairan yang adekuat terlebih dahulu = menyebabkan cairan masuk intra sel hingga hipotensi, kolaps vaskular dan kematian  Pertama bolus 0,15 U/KgBB IV dan diikuti drip 0,1 U/kgBB hingga glukosa turun 250-300 mg/Dl  Jika kadar glukosa<300 diberikan dextrosa iv dan dosis dititrasi secara sliding scale.
  • 22. Definisi • Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah dibawah normal. Respon regulasi non-pankreas terhadap hipoglikemia dimulai pada kadar glukosa darah 63-65mg% (3,5- 3,6mmol/L). Oleh sebab itu pada konteks diabetes, diagnosis hipoglikemia ditegakkan jika kadar glukosa plasma <63 mg%.
  • 23. Trias hipoglikemia (Triad Whipple) Keluhan yang menunjukan kadar glukosa plasma yang rendah. Kadar glukosa darah yang rendah (<3mmol/L pd diabetes) Hilangnya keluhan setelah kelainan biokimiawi dikoreksi.
  • 24. Penyebab Peningkatan kadar insulin yang kurang tepat, setelah pemberian insulin atau sulfonilurea.  Pemberian insulin masih belum bisa menirukan insulin fisiologis.  Makan glukosa 1 jam. Insulin mencapai puncak konsentrasi 1-2 jam = rentan hipoglikemia 2 jam setelah makan hingga makan selanjutnya.
  • 25. Faktor Predisposisi  Kadar insulin berlebihan Dosis berlebihan Peningkat anbioavabilitas insulin  Peningkatan sensitifitas insulin Defisiensi hormon counter-regulatory : addison, hipopituarisme Penurunan BB Latihan jasmani, postpartum
  • 26.  Asupan karbohidrat kurang Makan tertunda atau kurang Diet sliming, anoreksia nervosa Muntah menyusui  Lain-lain Absorbsi yang cepat Alkohol, obat ( salisilat, sulfonamid, penyekat beta, pentamidin)
  • 27. Hormon Kontra Regulator  Glukagon : glikogenolisis, glukoneogenesis  Epinefrin : glikogenolisis, glukoneogenesis dihati dan ginjal. Lipolisis dijaringan lemak.  Kortisol dan growth hormone : melawan kerja insulin dijaringan perifer serta meningkatkan glukoneogenesis.  Sel beta pankreas bereaksi terhadap hipoglikemi.  Neuron hipotalamus ventromedial (VMH): percobaan pada hewan. Neuron tersebut berkaitan dengan pituitari- adrenal
  • 29. • Klasifikasi Klinis hipoglikemia akut Lanjutan Hipoglikemia , , , Derajat Klinis Ringan Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata Sedang Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata Berat Sering (tidak selalu) tidak simtomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak mampu mengatasi sendiri Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak memerlukan terapi parenteral Membutuhkan terapi parenterqal (glukagon intramuskular atau glukosa intravena Disertai dengan koma atau kejang
  • 30. Terapi Hipoglikemia Glukosa oral : 10-20 g. dalam bentuk tablet, jelly, minuman, madu, dll.  Glukagon intramuskular : 1 mg. bila pasien sadar diikuti 20 g oral, dan 40 g karbohidrat dalam bentuk tepung.  Glukosa intravena : 75-100ml glukosa 20% atau 150-200ml glukosa 10%. Glukosa 50% dianggap toksik untuk jaringan.
  • 32.
  • 33. Retinopati DM • Kerusakan retina pada penderita diabetes karena obstruksi vaskuler , aliran darah yang tak adekuat, maupun perdarahan. • Onset > 5 th menderita DM.
  • 34. • Klasifikasi : – NPDR mikroangiopati progresif pembuluh darah halus, gejala minimal, asimptomatis. – PDR neovaskularisasi, rapuh > floaters (+)
  • 35. 5 proses dasar patofisiologi retinopati : • Pembentukan mikroaneurisma • Peningkatan permeabilitas pembuluh darah • Penyumbatan pembuluh darah • Proliferasi pembuluh darah baru dan jaringan fibrosa di retina • Kontraksi dari jaringan fibrosis kapiler dan humor vitreous
  • 36. Stadium Retinopati Diabetik : – Stadium nonproliferatif, apabila hanya ditemukan perubahan mikrovaskular dalam retina. – Stadium preproliferatif, ditandai dengan penyumbatan kapiler retina yang akan menimbulkan perdarahan, kelainan vena dan kelainan intraretina. – Stadium proliferatif, ditandai dengan proliferasi pembuluh darah baru (neovaskular).
  • 37. TERAPI & PENCEGAHAN  Kontrol gula darah Kontrol tekanan darah  Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi  Fotokoagulasi dengan sinar laser  Vitrektomi untuk pendarahan vitreus atau ablasio retina.
  • 38. Nefropati DM  Sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai albuminuria menetap (>300mg/24 jam atau>ig/menit) dalam kurun waktu 3-6 bln.  Dinegara maju penyebab GGK no 1.  Insidens lebih sering pada DM tipe 2
  • 39. Etiologi  Gula darah yang tidak terkendali  Faktorgenetis  Peningkatan aliran darah ginjal  Hipertensi  Sindrom resistensi insulin  Peradangan  Perubahan permeabiltas pembuluh darah  Asupan protein berlebih
  • 40. • Perubahan fungsi filtrasi > gangguan eksresi- reabsorbsi molekul > proteinuria, albuminuria, hematuria, dll. • Ditandai dengan : – Proteinuria persisten (> 5 gr/hari) – Retinopati – Hipertensi
  • 41. Terapi  Pengendalian gula darah  Pengendalian tekanan darah  Perbaikan fungsi ginjal ( diet rendah protein, ACE I, ARB)  Pengendalian faktor komorbid ( lemak, obes)  Non farmakologis Olahraga Diet Stop rokok
  • 42. Penyakit Jantung Koroner  Belum diketahui secara pasti  Angka atherosklerosis lebih tinggi pada DM  Pasien DM resiko tinggi trombosis, penurunan fibrinolisis, peningkatan respon inflamasi  Terjadi glikosilasi protein yg mempengaruhi integritas dinding pembuluh darah
  • 43.
  • 44. Terapi  Pengobatan hyperglikemia dengan diet dan obat-obatan  Pengobatan dislipidemia  MONACO ( Morphin, Oksigen, Nitrat, Aspirin, CPG )  Pengobatan hipertensi dengan ACE I, ARB, beta bloker dan diuretik  Stop rokok
  • 45. PAD (Peripheral Arterial Disease) ↓ perfusi darah ↓ ↓ vaskularisasi perifer
  • 46. CVD (CerebroVascular Disease) Obstruksi maupun pecahnya pembuluh darah karena tegangan vaskuler yang meningkat, tromboemboli, dll ↓ Menyebabkan SNH / SH
  • 47. Diabetic Neuropathy • Neuropati sensoris – Parestesia – Hiperalgesia – hipestesia • Neuropati motoris – Cepat lelah – ↓ tenaga • Penumpulan saraf sensoris – ↓pendengaran, pengecapan
  • 48. Diabetic Ulcer (Ulcus diabeticum) • Patofisiologi : – Angiopati angiopati > sumbatan > gangren > gangren kering. - pulsasi arteri dorsalis pedis (-) - sensibilitas (+) – Neuropati neuropati > disuse atropi > tekanan berlebih > nekrosis > gangren basah. - pulsasi arteri dorsalis pedis (+) - sensibilitas (-)
  • 49. Cont’d • Klasifikasi Wagner : – Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus” – Derajat I : ulkus superficial terbatas pada kulit – Derajat II : ulkus dalam menembus tendon dan tulang – Derajat III : abses dalam dengan atau tanpa osteomyelitis – Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis – Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah • Tindakan pengobatan : – Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada – Derajat I-IV : pengelolaan medik dan tindakan bedah minor – Derajat V : tindakan bedah minor, bila gagal dilanjutkan bedah mayor seperti amputasi di atas lutut atau dibawah lutut
  • 50. Cont’d • Pada penderita DM sebaiknya pemasangan IVFD tidak di kaki karena end artery. • Terapi DM dengan komplikasi ulcus adalah insulin > karena insulin adalah agen anabolik sehingga baik untuk pembentukan jaringan, apalagi bila disertai underweight.
  • 51. Mengapa luka tak mudah sembuh? • Imunitas ↓ • Penurunan fungsi leukosit : – Fagositosis – Kemotaksis – Antibodi intrasel • Kerentanan – Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah – Keton bodies • mikro/makroangiopati : RBC, WBC, dan O2 sulit mencapai jaringan.