Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadits terhadap hadits serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadits, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian sejarah hadits?
b. Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW?
c. Sejarah hadits pada masa sahabat dan Tabi’in
d. Hadits pada abad ke-II, III, dan IV H
e. Sejarah pada abad ke-V sampai sekarang perkembangan hadits
Bab 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Sejarah Hadits
Sejarah hadits terdiri dua kata yaitu kata “sejarah” dan kata “hadits”. Kata sejarah sendiri yang digunakan pada masa sekarang ini bersumber dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Dari sisi lain, istilah history merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni histories yang memberikan arti suatu pengkajian. Dalam sebuah tulisan yang berjudul definisi sejarah (2007) mengutip pandangan Bapak Sejarah Herodotus yang menurutnya sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh masyarakat dan peradaban.
Sedangkan menurut Aristoteles sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekam-rekam atau bukti-bukti yang kukuh.
Hadits secara Lughowi (Harfiyah) adalah ism masdar yang fi’il madhi dan mudhori’nya hadatsa-yahdutsu yang berarti baru. Hadits secara istilah ialah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah hadits ialah suatu kajian peristiwa-peristiwa masa lalu dari segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits Pada masa Nabi Muhammad SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarak
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadits terhadap hadits serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadits, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian sejarah hadits?
b. Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW?
c. Sejarah hadits pada masa sahabat dan Tabi’in
d. Hadits pada abad ke-II, III, dan IV H
e. Sejarah pada abad ke-V sampai sekarang perkembangan hadits
Bab 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Sejarah Hadits
Sejarah hadits terdiri dua kata yaitu kata “sejarah” dan kata “hadits”. Kata sejarah sendiri yang digunakan pada masa sekarang ini bersumber dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Dari sisi lain, istilah history merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni histories yang memberikan arti suatu pengkajian. Dalam sebuah tulisan yang berjudul definisi sejarah (2007) mengutip pandangan Bapak Sejarah Herodotus yang menurutnya sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh masyarakat dan peradaban.
Sedangkan menurut Aristoteles sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekam-rekam atau bukti-bukti yang kukuh.
Hadits secara Lughowi (Harfiyah) adalah ism masdar yang fi’il madhi dan mudhori’nya hadatsa-yahdutsu yang berarti baru. Hadits secara istilah ialah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah hadits ialah suatu kajian peristiwa-peristiwa masa lalu dari segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits Pada masa Nabi Muhammad SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarak
HADITH ADALAH SATU ILMU YANG KRANG DIKENALI MASYARAKAT. ALLAH SWT TELAH MENYELAMATKAN UMMAH DENGAN ADANYA HADITH2 NABI SAW. ANTARA BEDA UGAMA2 SAMAWI LAIN DENGAN ISLAM ADALAH PENGAJIAN DAN PENYAMPAIAN HADITH HINGGA KE HARI INI
HADITH ADALAH SATU ILMU YANG KRANG DIKENALI MASYARAKAT. ALLAH SWT TELAH MENYELAMATKAN UMMAH DENGAN ADANYA HADITH2 NABI SAW. ANTARA BEDA UGAMA2 SAMAWI LAIN DENGAN ISLAM ADALAH PENGAJIAN DAN PENYAMPAIAN HADITH HINGGA KE HARI INI
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
juga anugerah kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (LKP) dengan judul
“Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil (Nisbah) Tabungan BSM
pada Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Ulee Kareng”, yang
merupakan salah satu tugas wajib guna menyelesaikan studi pada
Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Shalawat dan Salam tak lupa pula penulis sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
juga anugerah kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (LKP) dengan judul
“Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil (Nisbah) Tabungan BSM
pada Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Ulee Kareng”, yang
merupakan salah satu tugas wajib guna menyelesaikan studi pada
Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Shalawat dan Salam tak lupa pula penulis sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
juga anugerah kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (LKP) dengan judul
“Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil (Nisbah) Tabungan BSM
pada Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Ulee Kareng”, yang
merupakan salah satu tugas wajib guna menyelesaikan studi pada
Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Shalawat dan Salam tak lupa pula penulis sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan
PENULISAN HADITS NABI PRAKODIFIKASI
(Masa Nabi, Sahabat, dan Tabi’in)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ulumul Hadits
DOSEN:
Prof. Dr. H. Utang Ranuwijaya, M.A
Oleh:
Liseu Taqillah
NIM: 182420106
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI (UIN)
“SULTAN MAULANA HASANUDIN”
BANTEN
TAHUN 2019
2. KLARIFIKASI ISTILAH
• Kata kenabian dapat dipahami dan
direfleksikan ke dalam dua arah yang berbeda,
meskipun tentu saja tetap saling terkait satu
sama lain.
• Yang pertama adalah kenabian dalam arti
prophecy, yaitu pengetahuan akan masa
depan dan biasanya diperoleh dari sumber
ilahi, atau prediksi yang disampaikan di bawah
inspirasi ilahi. Proses kenabian melibatkan
komunikasi timbal balik antara nabi dan
sumber pemberi pesan ilahi.
3. STATUS QUAESTIONIS
• Yang kedua adalah kenabian dalam arti
prophethood, yaitu kualitas atau keadaan atau
kondisi atau sifat-sifat tertentu yang menjadikan
seorang nabi mampu untuk berbicara atau
menginterpretasikan kehendak Ilahi, atau juga
mampu untuk memberikan bimbingan ke arah
masa depan!
• Tulisan ini lebih didasarkan pada makna kedua –
kenabian (prophethood)!
• Duduk permasalahannya adalah: “Bagaimana ke-
nabi-an Nabi Muhammad dipahami dalam Islam?”
4. MUHAMMAD: SEORANG NABI?
Oleh kaum pagan Arab, Nabi Muhammad
dianggap sebagai seorang penyair yang
memiliki kemampuan untuk melakukan sihir.
• “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-
orang yang sesat” (Q. 26: 224)
• “Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang
laki-laki yang kena sihir"(Q. 17: 47)
• “Orang-orang kafir berkata: ‘Sesungguhnya
orang ini (Muhammad) benar-benar adalah
tukang sihir yang nyata’.” (Q. 10: 2)
5. • “Bahkan mereka mengatakan: ‘Dia adalah
seorang penyair yang kami tunggu-tunggu (agar)
kecelakaan menimpanya’.” (Q. 52: 30)
• “Bahkan mereka mengatakan: ‘Dia (Muham-
mad) telah mengada-adakannya (Al-Qur'an)’.”
(Q. 46: 8)
• “Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami
mengingkari agama yang tentangnya kamu
diutus untuk menyampaikannya’." (Q. 43: 24)
• “Dan mereka (orang-orang musyrik Mekah)
berkata: ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya
(Muhammad) suatu mu'jizat dari Tuhannya?’.”
(Q. 6: 37)
6. PEMBELAAN ALLAH
ATAS KENABIAN MUHAMMAD
• Tentu saja ada banyak ayat al-Qur’an yang
menunjukkan pembelaan Allah akan ke-nabi-an
Muhammad.
• “Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu
oleh karena ni'mat Tuhanmu bukanlah seorang
tukang tenun dan bukan pula seorang gila.” (Q.
52: 29)
• “Dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan seorang
penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya,
dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit
sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.”
(Q. 69: 41-42)
• “Dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan syaitan
yang terkutuk” (Q. 81: 25)
7. TANDA KE-NABI-AN MUHAMMAD
• Tanda yang menunjukkan bahwa ke-nabi-an
Muhammad berhubungan erat dengan al-Qur’an.
• Di dalam keyakinan umat Muslim, al-Qur’an
memuat dimensi kemukjizatan, karena nyatanya
para musuh Muhammad tidak mampu membuat
sesuatu yang dapat menandingi al-Qur’an!
"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka
tidak akan dapat membuat yang serupa dengan itu,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain". (Q. 17: 88)
• Kemukjizatan al-Qur’an terkait terutama dengan
nilai kesusasteraannya!
8. MUKJIZAT DARI ALLAH DAN
KOMUNIKASINYA DENGAN PARA NABI
• Dalam keyakinan Islam, para Nabi diberi mukjizat
oleh Allah sebagai tanda akan ke-nabi-an dalam
bentuk-bentuk yang sesuai dengan jaman ketika
para Nabi hidup.
• Mukjizat Nabi Musa terkait dengan ‘sihir dan
tenung’, Nabi ‘Isa dengan ‘kedokteran’,
Muhammad dengan ‘kesusasteraan’.
• Tidak seperti Ibrahim, Musa dan Dawud yang
mengalami komunikasi langsung dengan Allah,
cara komunikasi Allah dengan Muhammad
sebagai nabi terjadi lewat mediasi
9. ANTARA SUNAH DAN HADITH
• Kata-kata dan tindakan Nabi Muhammad yang
menunjukkan ke-nabi-annya terangkum dalam
apa yang terkait dengan istilah Hadith dan Sunna!
• Hadith secara harafiah berarti perkataan atau
percakapan, tetapi secara lebih khusus mengacu
pada laporan atau catatan tentang pernyataan
dan tingkah laku dari Nabi Muhammad.
• Sementara Sunnah adalah pernyataan dan
tingkah laku Nabi itu sendiri, segala perkataan
atau sabda dan perbuatan atau tindakan dari
Nabi Muhammad yang selanjutnya dijadikan
ketetapan ataupun hukum.
10. PEREDAKSIAN HADITH
• Ketika Nabi masih hidup, Hadith belum ditulis.
Alasannya adalah karena kata dan tindakan Nabi
masih masih melekat pada sumber pertama yaitu
Nabi sendiri. Nabi masih mudah dihubungi untuk
dimintai keterangan-keterangan tentang segala
sesuatu.
• Setelah Nabi Muhammad wafat (632) masalah
belum muncul. Para sahabat Nabi (sahaba) masih
memiliki ingatan yang tajam tentang kata dan
perbuatan Nabi.
• Setelah periode para sahabat Nabi, penulisan
tentang sabda dan perbuatan Nabi pun dirasa
belum mendesak. Masih ada kelompok pengikut
Nabi (tabi’un) yang dapat dimintai keterangan.
11. TANTANGAN YANG MELAHIRKAN
DAMBAAN AKAN PENULISAN HADITH
• Seiring dengan perkembangan Islam, mulailah bermunculan persoalan
baru. Dalam masa kekhalifahan Umar bin Khaththab (634 – 644)
perkembangan agama dan kekuasaan Islam mulai meluas hingga ke
Jazirah Arab.
• Selain al-Qur’an, umat Muslim merasa memerlukan juga teladan Nabi
Muhammad dalam bentuk kata-kata dan tindakan-tindakannya.
Lahirlah kemudian dambaan untuk menulis Hadith.
• Lagi pula, di masa awal Kekhalifahan Ali b. Abu Thalib (656-661) terjadi
permusuhan di antara sebagian umat Islam yang memakan korban
jiwa. Keadaan menjadi semakin runyam dengan terbunuhnya Husain
b. Ali yang terkenal dengan nama “Tragedi Karbala” (681).
• Semula persoalan lebih menyangkut kedudukan kekhalifahan, tetapi
kemudian bergeser menjadi bidang syari’at dan aqidah. Tidak jarang
ada upaya untuk membuat pembenaran dengan menyusun Hadith-
hadith palsu. Jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung.
• Masa penggalian dan penyusunan Hadith yang benar dilakukan pada
abad 2 H (700-an). Apa yang terkumpul masih bersifat sangat umum,
dan belum dapat dikatakan sudah terbakukan.
12. MASA PENYUSUNAN HADITH
DAN TOKOH-TOKOHNYA
• Umar b. Abdul Aziz dari kekhalifahan Umayah (717 – 720) termasuk
angkatan tabi’in yang memiliki jasa besar dalam penyusunan hadith.
Seorang tokoh terkemuka yang banyak membantu untuk melaksanakan
tugas tersebut adalah Al-Zuhri (671 – 742).
• Di tempat lain, pada masa-masa ini, muncul juga upaya untuk
pengumpulan dan penyusunan hadith-hadith, antara lain di:
Mekkah – Ibnu Juraid (699 – 767)
Madinah – Ibnu Ishaq (m. 767)
Madinah – Sa’id b. ‘Arubah (m. 773)
Madinah – Malik bin Anas (712 – 798)
Madinah – Rabi’in b. Shabih (m. 777)
Yaman – Ma’mar Al Ardi (m. 768)
Syam – Abu ‘Amar Al Auzai (707 – 773)
Kufa – Sufyan Al-Tsauri (m. 778)
Bashra – Hammad b. Salamah (m. 773)
Khurasan – ‘Abdullah b. Mubarrak (735 – 798)
• Lahirlah, pada abad 2 Hijriah, kompilasi hadith-hadith yang diterima
sebagai terpercaya, seperti Al-Muwatta karya Malik b. Anas (712 – 798 ),
dan Al-Musnad karya Al-Syafi’i (767 – 820)
13. KATEGORI HADITH
Selanjutnya ada upaya untuk membedakan antara
hadith-hadith yang dapat dipertanggung-jawabkan
ke-akuratan-nya (sahih) dan hadith-hadith yang
kurang akurat (da’if), sedemikian rupa sampai
tersusunlah 3 kategori hadith:
o Kitab Sahih yang berisi hadith-hadith sahih
o Kitab Sunan yang berisi hadith-hadith sahih dan
da’if (tetapi tidak sesat)
o Kitab Musnad yang berisi hadith-hadith tanpa
penelitian dan penyaringan. Kalau demikian,
lalu apa fungsinya? Dikatakan bahwa perannya
adalah sebagai bahan perbandingan.
14. HADITH-HADITH ACUAN
• Berikut adalah tokoh-tokoh dari abad 3 & 4 Hijriah yang
menyusun hadith-hadith dan selanjutnya dijadikan sebagai
acuan umum.
Ahmad b. Hanbal (780-855)
Al-Bukhari (810-870)
Al-Muslim (820-875)
Ibn Majah (824-887)
Abu Dawud (817-889)
Al-Tirmidzi (825-892)
Al-Nasai (839-915)
Darimi (797-869)
Al-Thabarani (873-952)
• Kitab-kitab hadith yang tersusun di abad-abad selanjutnya
merupakan hasil dari perbaikan atau penyempurnaan atas
hadith-hadith klasik, sekaligus untuk mengkategorikannya
menurut bidang-bidang tertentu, seperti Hadith Hukum, Hadith
Akhlaq, Hadith Ibadah, dsb.
15. KOMPONEN HADITH
• DUA komponen utama hadith adalah: sanad/isnad (rantai
penutur) dan matan (redaksi isi).
• Sanad adalah rantai penutur/pemberi riwayat hadits. Sanad
terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat
hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga
mencapai Rasul Muhammad. Contoh: Al-Bukhari >
Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi
Muhammad. Apa yang perlu dicermati dalam memahami Al
Hadits terkait dengan sanadnya ialah: 1) Keutuhan sanadnya,
2) Jumlahnya, 3) Perawi akhirnya.
• Matan ialah isi dari hadits. Terkait dengan matan, apa yang
perlu dicermati dalam mamahami hadist ialah: 1) ujung
sanad sebagai sumber redaksi – sampai berujung pada Nabi
Muhammad, 2) hubungannya dengan hadist lain yang lebih
dapat dipertanggungjawabkan dan selanjutnya juga
kaitannya dengan ayat dalam Al-Quran.
16. KLASIFIKASI HADITH
• Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni:
A. bermulanya ujung sanad, B. keutuhan rantai sanad, C. jumlah
penutur (periwayat), dan D. tingkat keaslian hadith.
• A. Berdasarkan ujung sanad; dalam klasifikasi ini hadits dibagi
menjadi 3 golongan yakni:
1) Hadith yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad
2) Hadith yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi
3) Hadith yang sanadnya berujung pada para Tabi’un
Klasifikasi ini berguna untuk membedakan ucapan dan tindakan
Nabi dari ucapan para sahabat maupun tabi’un dalam area
perdebatan tentang fikih.
• B. Berdasarkan keutuhan rantai sanad; maksudnya ialah setiap
penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan
kondisi untuk mendengar dari penutur di atasnya. Pencatat Hadits >
penutur 4 > penutur 3 > penutur 2 (tabi’un) > penutur 1 (para
sahabat) > Nabi
Urutan sanad dalam hadith bisa bersifat lengkap (musnad) dan bisa
juga melompati penutur 1 (mursal) atau penutur 2&1 (munqad)
atau penutur 3&2&1 (mu’dal) atau penutur 4&3&2&1 (muallaq).
17. KLASIFIKASI HADITH
• C. Berdasarkan jumlah penutur, hadith terbagi menjadi 2
golongan.
1) Hadith mutawatir adalah hadith yang diriwayatkan
oleh sekelompok orang sebagai bagian dari sanad-
sanad. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah
sanad minimum untuk hadith mutawatir adalah 20
orang dan sebagian yang lain mengatakan 40 orang.
2) Hadith ahad adalah hadith yang diriwayatkan oleh
satu atau sekelompok orang yang tidak mencapai
tingkatan mutawatir.
• D. Berdasarkan tingkat keasliannya, hadith terbagi
menjadi 4 tingkatan, yaitu: sahih (75-100 % akurat), hasan
(baik – 50-75 % akurat), da’if (lemah – 25-50 % akurat)
dan mawdu’ (palsu – 0 % akurat)
18. PIHAK YANG MEMPERSOALKAN HADITH
• JAMAN KLASIK
Menurut kaum Sunni, pihak-pihak yang mempersoalkan
kedudukan hadith dapat dikelompokkan:
1) Kaum Khawarij – menerima hadith dengan syarat
terbatas (yaitu 2 pengganti pertama Nabi)
2) Kaum Shiah – menerima hadith dengan syarat
tertentu (yaitu melalui ‘Ali dan keturunannya)
3) Kaum Mu’tazila – menerima hadith secara
terbatas
• JAMAN MODERN
Menurut Ali Mustafa Yaqub, mereka yang mempersoalkan
kedudukan hadith adalah: Muhammad Abduh (?), Rasyid
Ridha (?), Ahmad Amin (?), Ismail Adham (?), Abu Rayyah (?)
19. KRITIK HADITH
• Ada pendapat bahwa sejauh ini apa yang telah
berkembang dalam kaitannya dengan Ilmu Kritik Hadith
adalah apa yang terkait dengan sanad/isnad (rantai
penutur). Keyakinan yang dipegang adalah bahwa kalau
sebuah hadith dapat dipertanggungjawabkan dalam
hal penuturnya, maka hadith tersebut dianggap akurat.
• Apa yang perlu mendapat perhatian juga di dalam Ilmu
Kritik Hadith adalah pertimbangan yang dibangun atas
dasar matan (isi).
• Boleh jadi sebuah hadith – yang berisi kata atau tindak
kenabian Rasul Muhammad – dipandang sahih karena
memiliki penutur yang dapat dipertanggungjawabkan,
sementara isinya tidak terlalu sesuai dengan apa yang
dikatakan di dalam al-Qur’an! Maka?
20. ANTARA HADITH DAN AL-QUR’AN
• Hadith: “Mayat akan disiksa karena tangisan
keluarganya .....” ddipersoalkan karena tampak
bertentangan dengan sabda Allah di dalam al-Qur’an:
“.....dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa
orang lain......” (Q. 6: 164)
• Hadith perlu juga dipahami dalam kaitannya dengan
konteks, baik di belakang maupun di depan, dan selaras
pula dengan maksud fikih yang melatarbelakanginya –
seperti misalnya seputar kata-kata Nabi tentang
larangan untuk melakukan ziarah kubur.
• Pun pula, harus diingat bahwa Nabi Muhammad, dalam
hidupnya memiliki banyak peran: sebagai rasul,
panglima perang, suami, sahabat, dll.
21. CONTOH MASALAH PERDEBATAN
• Artinya:“Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, namun kini
berziarahlah kalian!. Dalam riwayat lain; ...‘[Maka siapa yang ingin
berziarah kekubur, hendaknya berziarah], karena sesungguhnya
[ziarah kubur] itu mengingatkan kepada akhirat.’ (HR. Muslim)
• “Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.
(Q. 39: 3).
Berdo’a kepada Allah dengan menjadikan penghuni kubur sebagai
perantara merupakan bid’ah muharrama dan pengantar menuju
ke-shirk. Bahkan jika diiringi keyakinan bahwa Allah perlu
perantara, maka itu berstatus shirk besar dan sama dengan
keyakinan kaum mushrik di zaman jahiliyah dulu.
22. KESIMPULAN
• Tradisi kata dan tindakan kenabian Nabi Muhammad perlu
dipahami dengan melihat beberapa point:
Memahami konteks di balik kata dan tindakan Nabi, serta
memperhatikan sejarah perumusannya lewat para penutur.
Menarik pesan moral dasar dari kata-kata atau tindakan
seperti yang dikisahkan di dalam Hadith dan sekaligus juga
menatapkannya pada al-Qur’an.
Selalu menghubungkannya dengan konteks di mana Muslim
sekarang hidup.
• JADI ada TIGA elemen dasar yang harus tetap selalu diingat:
1. Dunia Teks
2. Dunia di belakang Teks atau Konteks Penulis di balik Teks
3. Dunia di depan Teks atau Konteks Pembaca di muka Teks.
23. CONTOH KUTIPAN HADITH
YANG SELARAS DENGAN ALKITAB
Narrated Abu Darda': I heard the Apostle of God
(pbuh) say: If any of you is suffering from anything
or his brother is suffering, he should say: Our Lord is
God Who is in the heaven, holy is Thy name, Thy
command reigns supreme in the heaven and the
earth, as Thy mercy in the heaven, make Thy mercy
in the earth; forgive us our sins, and our errors;
Thou art the Lord of good men; send down mercy
from Thy mercy, and remedy, and remedy from Thy
remedy on this pain so that it is healed up.
(Sunan Abu Dawud, Book 28, Hadith, No. 3883)
24. CONTOH KUTIPAN HADITH
YANG SELARAS DENGAN ALKITAB
“God will say on the Day of Judgment, ‘O son of Adam, I was sick and you did not visit
Me.’ He will say, ‘O my Lord, how could I visit You, when you are the Lord of the
Worlds.’ God will say, ‘Did you not know that My servant so-and-so was sick and you
did not visit him? Did you not know that if you had visited him, you would have found
Me there?’ God will say, ‘O son of Adam, I asked you for food and you fed Me not.’ He
shall say, ‘O my Lord, how could I feed you and you are the Lord of the Worlds?’ And
God will say, ‘Did you not know that My servant so-and-so was in need of food and you
did not feed him? Did you not know that if you had fed him, you would have found that
to have been for Me?’ ‘O son of Adam, I asked you for water and you did not give Me
to drink.’ The man shall say, ‘O my Lord, how could I give You water, when You are the
Lord of the Worlds?’ God will say, ‘My servant so-and-so asked you for water and you
did not give him to drink water. Did you not know that if you had given him to drink,
you would have found that to have been for Me.’ (Sahih Muslim, Hadith, No. 4661)
(God will then say) 'O son of Adam, I asked you for food but you did not feed Me.' The
person will say: 'My Lord, how could I feed Thee when Thou art the Lord of the worlds?'
(God) will say: 'Didn't you know that a servant of Mine asked you for food but you did
not feed him, and were you not aware that if you had fed him you would have found
him by My side?' (Sahih Muslim, Hadith, No. 1172)
25. CONTOH KUTIPAN HADITH
YANG SELARAS DENGAN ALKITAB
God's Apostle said, ''Your example and the example of
Jews and Christians is like the example of a man who
employed some laborers to whom he said, Who will work
for me up to midday for one Qirat each?' The Jews carried
out the work for one Qirat each; and then the Christians
carried out the work up to the Asr prayer for one Qirat
each; and now you Muslims are working from the Asr
prayer up to sunset for two Qirats each. The Jews and
Christians got angry and said, We work more and are paid
less.' The employer (God) asked them, Have I usurped
some of your right?' They replied in the negative. He said,
That is My Blessing, I bestow upon whomever I wish'.''
(Sahih Bukhari, Vol. 3, Hadith, No. 469)