HADITH ADALAH SATU ILMU YANG KRANG DIKENALI MASYARAKAT. ALLAH SWT TELAH MENYELAMATKAN UMMAH DENGAN ADANYA HADITH2 NABI SAW. ANTARA BEDA UGAMA2 SAMAWI LAIN DENGAN ISLAM ADALAH PENGAJIAN DAN PENYAMPAIAN HADITH HINGGA KE HARI INI
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Hadis berisi perkataan, perbuatan, dan penetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat. Proses pengumpulan dan penyusunan hadis melewati berbagai fase hingga abad ke-7 Masehi untuk memisahkan hadis yang asli dari yang palsu. Kriteria hadis shahih meliputi sanad perawinya yang terpercaya dan matannya yang tidak bertentangan den
Dokumen tersebut memberikan penjelasan singkat tentang pengenalan dasar ilmu hadis, termasuk definisi hadis marfu', mauquf, maqthu', beberapa jenis kelemahan sanad seperti mursal dan munqathi', serta klasifikasi hadis berdasarkan sanadnya, jumlah perawi, dan cara pelaporannya seperti mutawatir dan mudallas.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan sejarah Ulumul Hadits serta cabang-cabang ilmu hadits. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan definisi Ulumul Hadits, periode sejarah perkembangannya, serta beberapa cabang ilmu hadits seperti ilmu rijal hadits, ilmu jarh wa ta'dil, dan ilmu gharib hadits.
1. Bab 1 membahas unsur-unsur hadis yaitu sanad, matan, dan rawi. Sanad adalah rantai para periwayat, matan adalah isi pesan hadis, dan rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis.
2. Bab 2 membahas jenis-jenis hadis berdasarkan bentuknya, yaitu qauliyah (berupa ucapan Nabi), fi'liyah (perbuatan Nabi), taqririyah (penetapan tertentu di depan Nabi tanpa sangg
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAHFarra Shahirra
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Ulum Hadis merujuk kepada kaedah-kaedah yang digunakan untuk menilai sanad dan matan hadis, manakala Hadis Dirayah adalah ilmu untuk mengetahui keadaan sanad dan matan serta perkara berkaitan untuk menerima atau menolak hadis. Ilmu ini berkembang seiring dengan perkembangan Hadis Riwayah untuk membendung pemalsuan hadis.
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Hadis berisi perkataan, perbuatan, dan penetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat. Proses pengumpulan dan penyusunan hadis melewati berbagai fase hingga abad ke-7 Masehi untuk memisahkan hadis yang asli dari yang palsu. Kriteria hadis shahih meliputi sanad perawinya yang terpercaya dan matannya yang tidak bertentangan den
Dokumen tersebut memberikan penjelasan singkat tentang pengenalan dasar ilmu hadis, termasuk definisi hadis marfu', mauquf, maqthu', beberapa jenis kelemahan sanad seperti mursal dan munqathi', serta klasifikasi hadis berdasarkan sanadnya, jumlah perawi, dan cara pelaporannya seperti mutawatir dan mudallas.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan sejarah Ulumul Hadits serta cabang-cabang ilmu hadits. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan definisi Ulumul Hadits, periode sejarah perkembangannya, serta beberapa cabang ilmu hadits seperti ilmu rijal hadits, ilmu jarh wa ta'dil, dan ilmu gharib hadits.
1. Bab 1 membahas unsur-unsur hadis yaitu sanad, matan, dan rawi. Sanad adalah rantai para periwayat, matan adalah isi pesan hadis, dan rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis.
2. Bab 2 membahas jenis-jenis hadis berdasarkan bentuknya, yaitu qauliyah (berupa ucapan Nabi), fi'liyah (perbuatan Nabi), taqririyah (penetapan tertentu di depan Nabi tanpa sangg
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAHFarra Shahirra
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Ulum Hadis merujuk kepada kaedah-kaedah yang digunakan untuk menilai sanad dan matan hadis, manakala Hadis Dirayah adalah ilmu untuk mengetahui keadaan sanad dan matan serta perkara berkaitan untuk menerima atau menolak hadis. Ilmu ini berkembang seiring dengan perkembangan Hadis Riwayah untuk membendung pemalsuan hadis.
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah Ilmu Rijal al-Hadits. Secara singkat, Ilmu Rijal al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari biografi para perawi hadits, seperti tempat kelahiran, wafat, guru dan murid mereka, untuk mengetahui kredibilitas sanad hadits."
Makalah ini membahas tentang pengertian, sejarah perkembangan, dan cabang-cabang ilmu hadis. Secara garis besar, pengertian ilmu hadis adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan hadis Nabi Muhammad SAW. Sejarah perkembangannya meliputi zaman Rasul, khulafaur rasysidin, masa sahabat dan tabi'in, pembukuan hadis, hingga kodefikasi hadis dewasa ini. Cabang-cabang ilmu hadis antara
Dokumen tersebut membahas tentang istilah-istilah penting dalam ilmu mustalah hadith seperti hadith, musnad, muhadits, ilmu gharib al-hadith, dan beberapa karya terkenal dalam bidang ini. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan ilmu mustalah hadith dan beberapa konsep penting seperti nasikh, ta'addud riwayat al-hadith, dan ilmu asbab al-wurud.
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Ilmu hadits berkembang sejak awal untuk memvalidasi sanad dan matan hadits. Perkembangannya meliputi penghimpunan hadits, pembukuan, penyaringan, dan sistematisasi hadits. Ilmu hadits dirayah membahas validitas hadits sementara riwayah membahas isi hadits.
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang sabda, perbuatan, dan sifat Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah membantu umat Islam memahami ajaran agamanya dengan standar keilmuan tinggi. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta menentukan status hadis apakah shahih atau lemah.
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah completeAngah Rahim
Hadis Hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung dari perawi-perawi yang adil tetapi kurang mantap dalam ingatan berbanding perawi hadis sahih. Hadis Hasan dibahagikan kepada dua jenis iaitu Hasan Lizatihi dan Hasan Lighairihi. Walaupun kedudukannya lebih rendah berbanding Hadis Sahih, namun sebahagian ulama mengatakan wajib beramal dengan Hadis Hasan.
Presentasi ini membahas tiga ilmu yang berkaitan dengan perkembangan riwayat hadis, yaitu ilmu rijalul hadits, ilmu tarikh ar-ruwah, dan ilmu thabaqoh. Ilmu-ilmu ini bertujuan mengetahui kualitas para perawi hadis dan menilai keotentikan sanad hadis.
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadits terhadap hadits serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadits, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian sejarah hadits?
b. Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW?
c. Sejarah hadits pada masa sahabat dan Tabi’in
d. Hadits pada abad ke-II, III, dan IV H
e. Sejarah pada abad ke-V sampai sekarang perkembangan hadits
Bab 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Sejarah Hadits
Sejarah hadits terdiri dua kata yaitu kata “sejarah” dan kata “hadits”. Kata sejarah sendiri yang digunakan pada masa sekarang ini bersumber dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Dari sisi lain, istilah history merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni histories yang memberikan arti suatu pengkajian. Dalam sebuah tulisan yang berjudul definisi sejarah (2007) mengutip pandangan Bapak Sejarah Herodotus yang menurutnya sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh masyarakat dan peradaban.
Sedangkan menurut Aristoteles sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekam-rekam atau bukti-bukti yang kukuh.
Hadits secara Lughowi (Harfiyah) adalah ism masdar yang fi’il madhi dan mudhori’nya hadatsa-yahdutsu yang berarti baru. Hadits secara istilah ialah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah hadits ialah suatu kajian peristiwa-peristiwa masa lalu dari segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits Pada masa Nabi Muhammad SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarak
Teks tersebut membahas tentang ilmu rijal al-hadits yang mencakup definisi, urgensitas, munculnya, cabang-cabang, dan kitab-kitab terkait ilmu ini. Ilmu rijal al-hadits membahas keadaan para periwayat hadis meliputi kelahiran, kematian, guru, murid, dan lainnya yang berkaitan dengan sejarah mereka. Ilmu ini muncul untuk mengetahui kebenaran hadis-hadis Nabi karena maraknya fitnah dan penye
Pada masa ke-4 H, hadits mulai dikumpulkan dan dibukukan secara sistematis. Umar bin Abd al-Aziz memerintahkan pengumpulan hadits dari para ulama. Banyak kitab hadits muncul seperti Muwaththa' karya Imam Malik dan karya-karya ulama besar lainnya seperti Ibnu Ishaq, Abd ar-Razzaq asy-Syan'ani, dan Sufyan bin Uyainah. Kondisi hadits pada masa ini bertambah
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah Ilmu Rijal al-Hadits. Secara singkat, Ilmu Rijal al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari biografi para perawi hadits, seperti tempat kelahiran, wafat, guru dan murid mereka, untuk mengetahui kredibilitas sanad hadits."
Makalah ini membahas tentang pengertian, sejarah perkembangan, dan cabang-cabang ilmu hadis. Secara garis besar, pengertian ilmu hadis adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan hadis Nabi Muhammad SAW. Sejarah perkembangannya meliputi zaman Rasul, khulafaur rasysidin, masa sahabat dan tabi'in, pembukuan hadis, hingga kodefikasi hadis dewasa ini. Cabang-cabang ilmu hadis antara
Dokumen tersebut membahas tentang istilah-istilah penting dalam ilmu mustalah hadith seperti hadith, musnad, muhadits, ilmu gharib al-hadith, dan beberapa karya terkenal dalam bidang ini. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan ilmu mustalah hadith dan beberapa konsep penting seperti nasikh, ta'addud riwayat al-hadith, dan ilmu asbab al-wurud.
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Ilmu hadits berkembang sejak awal untuk memvalidasi sanad dan matan hadits. Perkembangannya meliputi penghimpunan hadits, pembukuan, penyaringan, dan sistematisasi hadits. Ilmu hadits dirayah membahas validitas hadits sementara riwayah membahas isi hadits.
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang sabda, perbuatan, dan sifat Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah membantu umat Islam memahami ajaran agamanya dengan standar keilmuan tinggi. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta menentukan status hadis apakah shahih atau lemah.
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah completeAngah Rahim
Hadis Hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung dari perawi-perawi yang adil tetapi kurang mantap dalam ingatan berbanding perawi hadis sahih. Hadis Hasan dibahagikan kepada dua jenis iaitu Hasan Lizatihi dan Hasan Lighairihi. Walaupun kedudukannya lebih rendah berbanding Hadis Sahih, namun sebahagian ulama mengatakan wajib beramal dengan Hadis Hasan.
Presentasi ini membahas tiga ilmu yang berkaitan dengan perkembangan riwayat hadis, yaitu ilmu rijalul hadits, ilmu tarikh ar-ruwah, dan ilmu thabaqoh. Ilmu-ilmu ini bertujuan mengetahui kualitas para perawi hadis dan menilai keotentikan sanad hadis.
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadits terhadap hadits serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadits, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian sejarah hadits?
b. Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW?
c. Sejarah hadits pada masa sahabat dan Tabi’in
d. Hadits pada abad ke-II, III, dan IV H
e. Sejarah pada abad ke-V sampai sekarang perkembangan hadits
Bab 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Sejarah Hadits
Sejarah hadits terdiri dua kata yaitu kata “sejarah” dan kata “hadits”. Kata sejarah sendiri yang digunakan pada masa sekarang ini bersumber dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Dari sisi lain, istilah history merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni histories yang memberikan arti suatu pengkajian. Dalam sebuah tulisan yang berjudul definisi sejarah (2007) mengutip pandangan Bapak Sejarah Herodotus yang menurutnya sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh masyarakat dan peradaban.
Sedangkan menurut Aristoteles sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekam-rekam atau bukti-bukti yang kukuh.
Hadits secara Lughowi (Harfiyah) adalah ism masdar yang fi’il madhi dan mudhori’nya hadatsa-yahdutsu yang berarti baru. Hadits secara istilah ialah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah hadits ialah suatu kajian peristiwa-peristiwa masa lalu dari segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits Pada masa Nabi Muhammad SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarak
Teks tersebut membahas tentang ilmu rijal al-hadits yang mencakup definisi, urgensitas, munculnya, cabang-cabang, dan kitab-kitab terkait ilmu ini. Ilmu rijal al-hadits membahas keadaan para periwayat hadis meliputi kelahiran, kematian, guru, murid, dan lainnya yang berkaitan dengan sejarah mereka. Ilmu ini muncul untuk mengetahui kebenaran hadis-hadis Nabi karena maraknya fitnah dan penye
Pada masa ke-4 H, hadits mulai dikumpulkan dan dibukukan secara sistematis. Umar bin Abd al-Aziz memerintahkan pengumpulan hadits dari para ulama. Banyak kitab hadits muncul seperti Muwaththa' karya Imam Malik dan karya-karya ulama besar lainnya seperti Ibnu Ishaq, Abd ar-Razzaq asy-Syan'ani, dan Sufyan bin Uyainah. Kondisi hadits pada masa ini bertambah
Dokumen tersebut membahas sejarah singkat ilmu tafsir Al-Qur'an, mulai dari masa Nabi Muhammad SAW dan sahabat hingga masa modern. Terdapat beberapa metode tafsir yang dijelaskan seperti tafsir bil ma'tsur yang mengutip Al-Qur'an dan hadis, serta tafsir bir-ra'yi yang bersumber dari pemahaman pribadi. Dokumen ini juga membedakan tafsir yang diperbolehkan dan yang dilarang.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas sejarah kodifikasi hadis, mulai dari upaya awal sampai abad ke-7 Masehi.
2. Pada abad pertama Hijriah, hadis ditransmisikan secara lisan. Upaya pertama untuk menuliskannya adalah pada masa Umar bin Khattab.
3. Periode kedua (abad ke-2) menandai awal kodifikasi resmi di bawah Khalifah Umar bin Abdul Az
Hadis merupakan ucapan, perbuatan, atau penetapan Nabi Muhammad SAW. Sejarah perkembangannya melalui 5 periode: 1) Masa Nabi larang penulisan, 2) Masa Khulafa' al-Rasyidin sederhanaan periwayatan, 3) Masa Tabi'in penghimpunan hadis, 4) Masa Tabi' al-Tabi'in kejayaan kodifikasi, 5) Masa berikutnya penghimpunan secara sistematis.
Periode keemasan tasyri' pada abad ke-2 hingga ke-4 Masehi ditandai dengan tumbuhnya kajian ilmiah, kebebasan berpendapat, dan kodifikasi ilmu-ilmu agama seperti fiqh, ushul fiqh, hadis, dan tafsir. Lahirlah karya-karya klasik dan imam-imam madzhab utama seperti Imam Malik, Syafi'i, Hanafi, dan Ahmad bin Hambal.
Tulisan ini membahas pentingnya memahami kehidupan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat Islam. Sumber-sumber sejarah awal tentang kehidupan Nabi SAW dibahas, termasuk penulis-penulis terkemuka. Penerbit berargumen bahwa memahami kehidupan Nabi SAW harus menjadi bagian penting dalam pendidikan umat Islam.
PENULISAN HADITS NABI PRAKODIFIKASI
(Masa Nabi, Sahabat, dan Tabi’in)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ulumul Hadits
DOSEN:
Prof. Dr. H. Utang Ranuwijaya, M.A
Oleh:
Liseu Taqillah
NIM: 182420106
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI (UIN)
“SULTAN MAULANA HASANUDIN”
BANTEN
TAHUN 2019
Ilmu Rijal al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari biografi dan sejarah hidup para perawi hadits, mulai dari generasi sahabat hingga generasi-generasi berikutnya. Ilmu ini muncul untuk mengetahui keadaan para perawi hadits karena semakin banyaknya pertanyaan mengenai sanad hadits. Ilmu Rijal membahas latar belakang para perawi, guru mereka, dan keadaan mereka menerima hadits.
Dokumen tersebut membahas tentang istilah-istilah yang digunakan dalam pengajian hadis. Terdapat penjelasan mengenai istilah sanad, isnad, musnad, musnid, rawi, matan, dan istilah-istilah lainnya. Juga disebutkan beberapa kitab hadis utama seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta para perawi hadis terkenal.
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)annisa berliana
Ringkasan singkat dokumen tersebut adalah:
Kodifikasi hadis dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Aziz untuk menyelamatkan hadis-hadis dari kepunahan akibat hilangnya para ulama dan bercampurnya hadis sahih dan palsu. Proses kodifikasi meliputi pengumpulan, penyeleksian, dan penyusunan hadis ke dalam kitab-kitab hadis oleh para ulama. Hal ini membantu melestarikan dan mengemb
Dokumen tersebut merupakan bab pertama dari kitab Fiqh Al-Sirah karya Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buti yang menerangkan tentang pentingnya mempelajari riwayat hidup Nabi Muhammad SAW untuk memahami Islam secara mendalam. Dokumen tersebut juga menyebutkan sumber-sumber sejarah awal mengenai Rasulullah SAW dan usaha para ulama dalam menulis kitab-kitab sirah sejak zaman tabi'in hingga modern.
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas hadis apakah bisa dijadikan hujah agama atau tidak. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta kaidah untuk menentukan status hadis. Cabang-cabangnya antara lain membahas sanad, rawi, matan, serta kaidah untuk menilai status hadis.
Similar to Pengenalan awalan kepada kajian hadis pt 1 (20)
Syeikh Muhamad Mutawalli al-Sya'rawi adalah tokoh tafsir Mesir abad ke-21. Beliau menulis banyak buku tentang tafsir Al-Quran, Islam, dan fatwa-fatwa. Salah satu fatwanya menyatakan bahwa mayat akan mendapat manfaat dari sedekah dan dapat merasakan doa dan bacaan Al-Quran dari orang hidup. Beliau juga menjelaskan tentang siksa kubur yang dialami mayat.
Berikut beberapa jawaban yang mungkin diberikan:
1. Penolak kereta sorong mungkin akan menjelaskan alasan kenapa dia menolak kereta sorong, misalnya karena menurutnya kereta sorong tidak sesuai dengan prinsip kehidupan yang diyakini, atau karena alasan kesehatan.
2. Saya sebagai pembicara akan mendengarkan alasan penolak dan mencoba memahami perspektifnya, walaupun belum tentu setuju. S
Keusahawanan 3 perspektif islam dan pengalamanAmiruddin Ahmad
1. Kisah Rasulullah dan para sahabat memecah monopoli ekonomi Yahudi di Madinah dengan strategi berikut: Abdul Rahman bin Auf memulakan perniagaan di pasar Yahudi dengan menjual unta pada harga lebih murah dari pedagang Yahudi, menarik lebih pelanggan walaupun keuntungan kecil. Ini memecah kendali monopoli ekonomi Yahudi di Madinah.
Produk tepat untuk pasaran yang betul, perkembangan syarikat pantas, dan kejayaan syarikat tidak bergantung kepada nasib tetapi kepada faktor-faktor seperti kualiti produk, khidmat pelanggan, dan konsep pemasaran.
Tiga orang pengusaha yang berjaya meskipun tidak tamat kuliah adalah Bill Gates (Microsoft), Mark Zuckerberg (Facebook), dan Larry Ellison (Oracle). Mereka semua memulai perusahaan teknologi besar yang berhasil secara komersial meskipun meninggalkan kuliah untuk fokus pada bisnis mereka.
PEMBINAAN ROHANI - BERSYUKUR TANDA PENGABDIANAmiruddin Ahmad
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat syukur sebagai ungkapan rasa terima kasih seorang hamba kepada Allah atas nikmat-Nya. Dokumen tersebut juga menyoroti sifat keserakahan manusia terhadap dunia serta memuji sifat qanaah dan zuhud sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."
Dokumen tersebut membahas pentingnya merahsiakan amalan kebaikan agar terhindar dari riya'. Beberapa tokoh salaf menganjurkan untuk menyembunyikan amalan sholih agar terhindar dari niat campur aduk. Imam al-Iz bin Abdus Salam membedakan tiga jenis amalan - yang wajib ditampakkan, yang lebih utama disembunyikan, dan yang boleh disembunyikan maupun ditampakkan tergantung kondisi. Dokumen juga
Maqasid Syariah merupakan tujuan atau maksud syariah yang menjurus kepada tujuan pensyariatan untuk menghasilkan kebaikan dan mencegah kemudaratan. Ia telah dibincangkan oleh ulama sejak zaman dahulu dengan pandangan berbeza mengenai objektifnya seperti lima objektif utama menurut Imam al-Ghazali iaitu pemeliharaan agama, nyawa, akal, keturunan dan harta. Perbincangan terus berke
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai nama-nama sahabat Nabi Muhammad SAW yang terlibat dalam Perang Badar dan kaum Muhajirin secara umum. Termasuk di antaranya adalah nama-nama sahabat dari suku Quraisy, Bani Hasyim, Bani Abdu Syams, Bani Asad, dan suku-suku lainnya."
Fiqh Aulawiyyat atau Prinsip Keutamaan melibatkan pertimbangan keutamaan antara berbagai masalah hukum berdasarkan tingkat kepentingannya. Dokumen ini menjelaskan hubungan Fiqh Aulawiyyat dengan jenis fiqh lain seperti Fiqh Muwazanah dan Fiqh Maqasid serta menyoroti beberapa pedoman penting seperti memberi prioritas kepada kebutuhan dasar manusia.
Prinsip 'Fiqh Al-Aulawiyyat' berdasarkan kepada prinsip-prinsip tertentu dalam Syariat Islam yang menyatakan bahawa nilai-nilai hukum dan amalan mempunyai kategori yang berbeza mengikut pandangan syarak. Ia penting untuk diamalkan dalam Syariah Islam dengan mengikuti garis panduan seperti Fiqh al-Muwazanat dan Fiqh al-Maqasid."
Khalid ibn al-Walid was a renowned Muslim general known for his military strategies and leadership. Some of his notable quotes include:
1) Advising against underestimating an enemy based on numbers alone, saying "An army's strength lies not in numbers of men but in Allah's help, and its weakness lies in being forsaken by Allah."
2) Telling his commander "We shall take this route; let not your resolve be weakened. Know that the help of Allah comes according to your desire." when faced with taking a dangerous path.
3) Expressing obedience to political authority, saying "If Abu Bakr is dead and Umar is Caliph, then we
Johann Adam Weishaupt was a German philosopher who founded the Order of the Illuminati, a secret society, in the late 18th century. He was born in 1748 in Ingolstadt, Germany and died in 1830 in Gotha, Germany.
Qawaribun najah .. BAHTERA PENYELAMAT UNTUK DUAT - FATHI YAKANAmiruddin Ahmad
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang rintangan yang dihadapi pendakwah dalam menjalankan dakwahnya. Ada beberapa rintangan utama yang disebutkan yaitu:
1. Dikritik oleh orang-orang mukmin yang iri dan dengki
2. Dibenci oleh orang-orang munafik yang ingin merusak dakwah
3. Diperangi oleh orang-orang kafir yang menentang kebenaran agama
4. Diserang oleh sy
The document outlines 10 golden rules for dealing with complacent employees. The rules suggest that complacency can occur when employees feel too settled in their jobs due to a lack of communication, challenge, or variety. The rules advise managers to provide challenges, encourage efficiency, give rewards for good work, rotate jobs and provide cross-training to prevent complacency.
2. POWERPOINT TELAH DISEDIAKAN UNTUK ISMA
CAW. KUANTAN UNTUK DIMANFAATKAN OLEH
MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG MERASAKAN
BAHAWA ILMU YANG DISAMPAIKAN INI
BERMANFAAT .
TERUSKAN USAHA GIGIH BERDAKWAH SECARA
SUNNAH , BERJEMAAH , TELUS , DAN
BERSISTEMATIK
TERIMA KASIH KEPADA
SAHABAT-SHABAT YANG TELAH MEMBERI
SEMANGAT DAN KEINGINAN
UNTUK MENCARI HIKMAH YANG HILANG
3. • Hadith Riwayah dan Hadis Dirayah
• A brief history of Mustalah al-Hadith
• Pengenalan Pengajian Hadis Ringkas
• Klasifikasi Hadith
• Disciplines Of Hadith
• History of Hadith in the time of Prophet(pbuh)
• History of Hadith in the time of Companions
• History of Hadith in the time of Successors
• Number of Hadith narrated by Sahabahs
• Background on Imam al Bukhari
• Sanad going back to the Prophet Muhammad
3
4. • Category of Hadiths compilations in general
• Sanad (chain of narrators)
• Matan (text)
• Ranking of Hadith
• Sunnah
• Ilmu Rijal al-Hadits
• Jenis2 Kitab2 Hadith
• Istilah2 Hadith
• The Classification of Hadith
• Graphical Representation Of Classification
• Category of Hadiths compilations in general
4
7. HADIS RIWAYAH
Suatu pengetahuan
yang disandarkan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad S.A.W secara khusus sama ada
perkataan, perbuatan, taqrir, sifat dan
tingkah laku.
8. HADIS DIRAYAH
Suatu ilmu untuk mengetahui
keadaan sanad dan matan
sama ada diterima atau ditolak
serta perkara yang berhubung
kait dengannya.
9. SEJARAH PERKEMBANGAN
ILMU HADIS RIWAYAH
Zaman Rasulullah
Segala perkataan, perbuatan dan taqrir baginda merupakan
pengakuan pengajaran.
Apa jua yang disampaikan oleh Rasulullah adalah benar
kerana baginda ma’sum.
Para sahabat menghafal hadis-hadis Rasulullah kerana
masyarakat arab pada masa itu buta huruf dan mempunyai
daya ingatan yang kuat.
10. Zaman Sahabat
Selepas Rasulullah wafat kebanyakan para sahabat yang masih
tidak melaksanakan penulisan dan pembukuan secara formal.
Namun ada dikalangan para sahabat yang pandai menulis.
Bermula kegiatan para sahabat dalam penulisan dengan cara
mengajar serta mempelajari
11. Zaman Tabi’en
Kemunculan hadis palsu disebabkan pengikut-pengikut
mazhab seperti Syiah, Mu’tazilah dan khawarij.
Kekurangan penghafaz hadis yg berpindah ke negeri2 lain atau
mati syahid.
Timbul inisiatif ulama’ hadis untuk menyelidik hadis
12. Khalifah Umar b. Abdul Aziz mengarahkan Muhammad b.
Hazam (Gabenor Madinah) untuk mengumpul dan mencatat
hadis daripada Huffaz seperti ‘Amrah bt abd Rahman.
Usaha diteruskan oleh Ahmad b. Muslim b. Syihab AzZuhri -
mengumpul, membukukan dan mengedar ke seluruh pelusuk
negara2 Islam.
Usaha berterusan hingga Zaman Bani Abbasiyyah - Abu
Jaafar Al-Mansur
13. Usaha diteruskan oleh Ahmad b. Muslim b. Syihab AzZuhri -
mengumpul, membukukan dan mengedar ke seluruh pelusuk negara2
Islam.
Beliau mengarahkan Imam Malik b. Anas menyusun buku hadis -
Hasilnya- Kitab “Al-Muwatta”
Awal kurun ketiga berlaku ledakan pembukuan hadis.
Kitab-kitab tersebut dikenali sebagai “Sunan As-sittah”
14.
15. HADIS DIRAYAH
Suatu ilmu untuk mengetahui
keadaan
sanad dan matan sama ada
diterima atau ditolak serta perkara
yang berhubung kait dengannya.
16. NAMA LAIN BAGI HADIS DIRAYAH
Ulum Al-Hadis
Usul Al-Hadis
Mustalah Al-Hadis
18. Berkembang seiring dengan perkembangan hadis riwayah
Sekitar 40 Tahun selepas Hijrah telah timbul fitnah dipelopori
golongan syiah dan golongan assabaiyyah
Perselisihan pendapat antara mereka dan ASWJ mendorong mereka
mencari hujah berdasarkan syarak menyokong pendapat mereka tetapi
gagal.
Ini menyebabkan mereka cuba memalsukan hadis sehingga
keperingkat kritikal. Ulama’ hadis yang menyedari hal itu berusaha
untuk membendungnya.
19. Usaha yang dijalankan oleh ulama hadis menyebabkan
berlakunya pembukuan buku hadis yang menggunakan prinsip2,
kaedah2 serta istilah2 ilmu hadis seperti istilah hadis marfuk,
maukuf, maktuk, mursal mankotok’ dan syaz.
Antara ulama hadis yang dianggap sebagai orang pertama
memperkenalkan ilmu hadis ialah imam Azzuhra’(124H). Dalam
kitab Arrisalah dan Alam yang dikarang oleh imam syafie(204H).
Terdapat juga istilah2 ilmu hadis serta pengkaedahannya.
Gelombang penulisan ilmu hadis terus berkembang dari masa ke
semasa dan terhasillah kitab2.
20. FAEDAH ILMU HADIS
DIRAYAH Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadis dan ilmu hadis dari masa ke
masa sejak Rasulullah SAW sampai masa sekarang.
Mengetahui tokoh-tokoh dan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam
mengumpulkan, memelihara, dan meriwayatkan hadis
Mengetahui kaedah-kaedah yang digunakan oleh para ulama dalam
mengklasifikasikan hadis.
Mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai dan kriteria-kriteria hadis sebagai pedoman
dalam menetapkan suatu hukum syara’
22. Introduction
• The next generation to Tabi’een
(successors) used to follow their steps and
quote the Prophet (peace be upon him )
directly, while others would still mention
the link. ( he is usually a Sahabi or senior
Tabi’ee)
• After the Fitnah (civil war) happened ,
some sects appeared within the Muslim
nation.
23. Introduction
• These sects with personal interest
supported their views by fabricating some
ahadeeth after the coming of yhe
munafiqins.
• The need for verification of each Hadith
arose.
• Imam Malik (d.179) said : “ The first one to
utilize the Isnad/sanad was Ibn Shihab
Alzuhri (d.124)
24. Introduction
• A hadith is composed of two parts: the
matn (text) and the isnad / sanad ( chain
of reporters)
• A text may seem to be logical and
reasonable but needs an authentic isnad
with reliable reporters to be acceptable.
25. Introduction
• Imam Abdullah ibn Al-
Mubarak (d.181).H said: “The
isnad is part of the religion,
had it not been for the isnad,
whoever wished to, would
have said what ever he likes.”
26. Introduction
• Ibn Sireen (d.110) said:” They would not
ask about the isnad, but when the fitnah
happened they said: Name to us your
men. So the narrations of Ahla-alsunnah
would be accepted, while those of Ahl-
albida’h would not be accepted.”
27. A brief history of Mustalah al-Hadith
• As time passed, more reporters were
involved in each isnad / sanad.
• The situation demanded strict discipline in
the acceptance of Ahadith.
• The set of rules governing this area of
knowledge is called “Mustalah al-Hadith.”
28. A brief history of Mustalah al-Hadith
• Among the early writing about these rules,
the work of
• Al-Imam AsShafie (d.204) in his book called Al-
Risalah,
• Imam Muslim (d.261) in his introduction to his
sahih and
• At Tirmidzi (d.279) the notes found in his
Jami’
29. A brief history of Mustalah al-Hadith
• The first work that was comprehensive
and purely dedicated to the rules of
Mustalah Al-Hadith is what was written
by Al-Ramahurmuzi (d.360)
[والسامع الراوي بين الفاصل المحدث.]
30. A brief history of Mustalah al-Hadith
• The next major contribution was Ma’rifat
Ulum Al-hadeeth by Al-Hakim (d.405) H.
He covered fifty classifications of Hadith,
but still he left some points untouched.
• Abu Nu’aim Al-asbahani (d.430)
completed some of the missing work.
31. A brief history of Mustalah al-Hadith
• Then came Al-Khateeb Al-Baghdadi
(d.463) with his work Al-Kifayah fi ilm
Al-Riwayah.
(الرواية علم في الكفاية)
and his 2nd work (Al-Jami’ Li-Akhlaaq
Al-raawy wa Adab Al-sami’)
(السامع وآداب الراوي ألخالق الجامع)
32. A brief history of Mustalah al-Hadith
• Then came Al-Qadi Iyad (d.544)
with his work
(اإللماعفيضبطالروايةوقوانينالسماع)
“ Al-lma’ Fi thabth Al-riwayah wa
Kawaneen Al-sama’ “
33. A brief history of Mustalah al-Hadith
• Then came Ibn salaah (d.643) with
his famous work ”علومالحديث“
“ the science of Hadith” commonly
known as Muqadimah Ibn al-salah, it
contained series of lessons taught by
Ibn Alsalah in Al-Ashrafiyah School in
Damascus.
34. A brief history of Mustalah al-Hadith
• Imam Al-nawawi (d.774) summarized Al-
muqqadimah in a book called Al-Irshad,
and then he summarized Al-Irshad in his
book Al-taqrib (التقريب)
• Imam As-suyouti wrote a commentary
on Al-taqrib and called it Tadrib al-
Rawy
35. Classification of Hadith
According to the reference to a particular authority
Hadith
Marfu’
(Elevated)
Mawquf
(Stopped)
Maqtu’
(Severed)
37. Persoalannya: Bagaimana kita mengatakan bahawa hadits di atas adalah dha’if sedangkan hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam
Muslim rahimahullah dalam kitab shahihnya?
Aku [Muhammad ‘Amru ‘Abdu Al-Latif] katakan: Tiada keraguan lagi bahawa yang tepat adalah riwayat ini cacat, tetapi tidak boleh
disandarkan riwayat ini sebagai hadits Muslim [rahimahullah], sesungguhnya hadits-hadits dalam “Muqaddimah” [yakni
Muqaddimah Shahih Muslim] bukanlah hadits yang mengikut syarat Imam Muslim dalam kitab shahihnya, apatah lagi Imam Muslim
telah mengisyaratkan kecacatan hadits ini dengan mendahulukan sanad yang mursal daripada dua jalan [yang dimaksudkan di sini
adalah dua sanad yang dibawakan oleh Imam Muslim, sanad pertama adalah sanad yang mursal, sedangkan sanad kedua yang
dibawakan oleh Imam Muslim adalah sanad muttashil].
Berkata syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah dalam komentarnya atas hadits ini: Justifikasi Imam Muslim adalah jelas,
sesunguhnya beliau mendahulukan riwayat yang mursal kemudian beliau menyebutkan riwayat yang musnad (muttashil), ditambah
lagi beliau hanya menyebutkan hadith ini dalam “Muqaddimah” sahaja, dan bukan dalam kitab shahihnya sebagaimana yang
disebut Al-Hakim.”
BERIKUT adalah contoh sanad hadits mursal yang
tercantum dalam Sunan Abi Dawud bagi hadits yang
berbunyi: “Cukuplah seseorang itu berdosa apabila dia
menceritakan setiap perkara yang didengarinya.” [HR
Abu Dawud, no. hadits 4340].
Imam Abu Dawud rahimahullah telah membawakan
dua sanad bagi hadits ini, salah satunya adalah sanad
yang muttashil [bersambung] iaitu sanad A, dan sanad
yang kedua adalah sanad mursal [tanpa perawi
daripada kalangan sahabat, dalam kes ini Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu] iaitu sanad B.
38. Pembagian Hadits Mutawatir
Hadits mutawatir terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Mutawatir Lafdzy yaitu hadits mutawatir yang lafadz dan maknannya
sama. Misalnya hadits (yang artinya). Menurut Ibnu Sholah yang
pendapatnya diikuti Imam An-Nawawi bahwa hadits mutawatir lafdzi
sedikit sekali jumlahnya dan sulit diberikan contohnya kecuali hadits :
النار في مقعده فليتبوأ متعمدا علي كذب من
”Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku (Rasulullah SAW.)
maka hendaknya menempati tempat duduknya di api neraka”.
Urutan perawi hadits diatas antara lain adalah sebagai berikut :
Menurut Zainuddin Al-Iraqi, hadits ini (selafadz) telah diriwayatkan lebih
dari 70 orang shahabat, tapi yang semakna dengan hadits ini
diriwayatkan oleh 200 orang sahabat sebagaimana yang dikatakan Imam
An-Nawawi.
39. 2. Mutawatir Ma’nawy adalah hadits mutawatir yang berasal dari beberapa hadits yang diriwayatkan
dengan lafadz berbeda tetapi apabila dikumpulkan mempunyai makna umum yang sama. Misalnya,
hadits-hadits tentang mengangkat tangan ketika berdoa.
االستسقاء في اال دعائه من شيئ في ابطيه بياض رؤي حتى يديه وسلم عليه هللا صلى هللا رسول رفع ما
Artinya:
Rasulullah tidak mengangkat kedua tangan beliau sampai nampak putih putih kedua ketiak beliau
dalam doa-doa beliau, kecuali doa shalat istisqa’ (HR. Bukhari Muslim)
Menurut penelitian al-Syuyuti Hadits yang semakna dengan hadits ini telah diriwayatkan dari Nabi
sekitar 100 macam hadits tentang mengangkat tangan ketika berdo’a dalam berbagai kesempatan.
Dan setiap hadits tersebut berbeda caranya dari hadits yang lain. Sedangkan setiap cara belum
mencapai derajat mutawatir. Namun bisa menjadi mutawatir karena adanya beberapa jalan dan
persamaan antara hadits-hadits tersebut, yaitu tentang mengangkat tangan ketika berdo’a.
3. Hadits Mutawatir Amali adalah : Amalan agama yang dapat diketahui dengan mudah, dan telah
mutawatir diantara kaum muslimin (mulai dari para sahabat, tabi’in dan seterusnya sampai pada
generasi kita sekarang) bahwa nabi mengerjakannya atau memerintahkannya. Misalnya tentang
jumlah rakaat dalam shalat fardhu yang lima, sholat janazah dan shalat aid adalah merupakan hal hal
yang diperintahkan agama dan selalu dikerjakan sejak masa nabi, para sahabat dan dilanjutkan dari
generasi ke generasi berikutnya
4. Hukum Hadits Mutawatir : Mayoritas ulama’ berpendapat bahwa keyakinan yang diperoleh dari
hadits mutawatir, sama kedudukannya dengan keyakinan yang diperoleh melalui kesaksian langsung
dengan panca indra, oleh karena itu ia berfaidah sebagai ilmu dharuri (pengetahuan yang mesti
diterima), sehingga membawa keyakinan yang qat’i. oleh karena itu petunjuk yang diperoleh dari
hadits mutawatir wajib dilaksanakan.
40. النار في مقعده فليتبوأ متعمدا علي كذب من
”Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku maka
hendaknya menempati tempat duduknya di api neraka”.
HADIS YANG TERMASYHUR DAN BANYAK PERIWAYATANNYA
41.
42. ُةَ
ِاِلَّالص ُةَأْرَْملا اَيْنُّالد ِاعَتَم ُرْيَخَو ،ٌعاَتَم اَهَّلُكاَيْنُّالد َّنِإ
“Sungguh, dunia itu seluruhnya adalah perhiasan, dan sebaik-baik
perhiasan dunia adalah wanita salihah.” (HR. Ahmad no. 6567, dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash )
Keterangan:
Semua rawi (periwayat hadits) di atas adalah tsiqah. Mereka adalah
periwayat hadits Shahih Muslim, kecuali ‘Abdullah bin Lahi’ah. Dia dha’if,
(setelah khutubkhanaknya terbakar 4 tahun sebelum dia meninggal), tetapi
periwayatannya telah dikuatkan oleh Haiwah bin Syuraih. Lebih dari itu, Abu
‘Abdirrahman al-Muqri’ dan Haiwah bin Syuraih adalah periwayat
hadits Shahih al-Bukhari.
Oleh karena itu, disimpulkan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai dengan
syarat al-Imam Muslim. (Lihat Musnad Ahmad, tahqiq Mu’assasah ar-Risalah)
43. Abdullah bin Lahi’ah لهيعة ابن) ) adalah salah seorang periwayat hadits yang
dikategorikan sebagai perawi yang lemah hafalannya dan riwayat yang
berasal darinya ditinggalkan. Kisahnya dikenal karena rumahnya terbakar dan
membakar habis semua kitab catatannya. Sebagian ulama menerima
riwayatnya sebelum buku-bukunya terbakar, terutama yang diriwayatkan oleh
Al-Abadillah (Para Abdullah). Sebagian lagi menganggapnya memang lemah
pada asalnya, dan kebakaran rumahnya menambah kelemahan
periwayatannya sehingga tidak dapat diterima riwayatnya.
Telah berkata Al-Bukhari dalam kitabnya, "Tarikh al-Kabir" yang
menulis sejumlah rijal hadits, bahwa antara 169 H/170 H,
rumahnya terbakar. Adapun, 4 orang yang meriwayatkan
haditsnya yang paling "lurus" -yaitu, orang-orang yg
meriwayatkan darinya sebelum dia ikhtilath - adalah Abdullah
bin Maslamah Al-Qa'nabi, Abdullah bin Wahb, Abdullah bin
Mubarak, Abdullah bin Yazid Al-Muqri'. Ishaq bin Isa berkata, "4
tahun sebelum kematiannya, rumah Ibnu Lahi'ah terbakar yang
menyebabkan dia ikhtilath." Bahkan, sebelum
mengalami ikhtilath, dia "shaduq" (jujur) atau bahkan "tsiqah"
(terpercaya).
44. Al-Hakim dikatakan menyatakan: “Ia bukan sengaja berdusta,
akan tetapi ia meriwayatkan dari ingatannya setelah buku-
bukunya terbakar, jadilah ia berbuat banyak kesalahan.”
Ibnu Ma’in berkata: “Ia lemah (baik) sebelum kitab-kitabnya
terbakar maupun setelah terbakarnya
Ibnu Hibban berkata, “Teman-teman kita (ahli-hadits) berkata,
Jika periwayat mendengar darinya sebelum buku-bukunya
terbakar, seperti para Abdullah, maka riwayat darinya sah, dan
siapapun yang meriwayatkan darinya setelah terbakarnya buku-
bukunya, maka mendengar darinya tidak ada apa-apanya (tidak
dianggap).
Ibnul Qayyim berkata, “Ada penguat dari riwayatnya apabila
para Abdullah meriwayatkan darinya..
45. SEBAB-SEBAB PEMALSUAN HADITS YANG
TIDAK DISENGAJAKAN
Periwayat Yang Diuji Dengan Orang-orang Yang Khianat
Pada Penulisan Mereka Atau Orang-orang Itu Menyebutkan
(secara Talqin) Apa yang Sebenarnya Bukan Hadits Mereka
Terdapat sebahagian periwayat hadits yang diuji kerana kurang
prihatin terhadap mereka yang bermasalah di sekililingnya, sama
ada ahli keluarga, jiran, tukang tulis, dan lain-lain.
Lalu, orang-orang ini dengan liciknya memasukkan hadits-hadits
palsu di dalam kitab-kitab mereka atau mereka menyebutkan
hadits-hadits palsu disandarkan kepada mereka, dalam keadaan
mereka tidak menyedari akan apa yang berlaku, sehingga mereka
menyangkakan hadits-hadits itu adalah hadits mereka.
Di antara periwayat-periwayat tersebut, ialah:
1. Hammad ibn Salamah ibn Diinaar al-Bashriy (w.167H)
merupakan seorang yang tsiqah, dan hafalannya berubah di hujung
usianya. Ibnul Jauzi menukilkan dari Ibn ‘Adiy, bahawa Ibn Abi al-
‘Awja yang merupakan anak tiri kepada Hammad ibn Salamah; dia
dahulu sering menyelitkan ke dalam kitab-kitabnya, hadits-hadits.
[al-Mawdhu’aat]
46. 2. Qays ibn al-Rabi’ al-Kuufi (w.167H@168H) dinilai sebagai Shoduq (yakni: boleh
diterima) tetapi berubah hafalannya.
Ibn Hibban menyebutkan, “Aku melihat dia seorang yang Shoduq ketika dia masih
muda, tetapi apabila dia tua, hafalannya menjadi kacau.
Ditambah pula dia diuji dengan seorang anaknya yang bermasalah, di mana dia
memasukkan (tambahan-tambahan) ke dalam hadits, lalu dia menyebutkan ia adalah
hadits-haditsnya kerana yakin dengan anaknya” [al-Majruhiin]
3. ‘Abdullah ibn Muhammad ibn Rabi’ah al-Khurasaani, dia disebutkan oleh Ibn
Hibban, mempunyai seorang anak yang bermasalah, menambah-nambah hadits pada
periwayatannya dari Malik, Ibrahim ibn Sa’d dan selain mereka.
Dan katanya lagi, ابنه آفته كان فيها فيجيب األخبار له تقلب كان
Periwayatan hadits-haditsnya diubah-ubah, kemudian dia menjawab (menyetujui
bacaan hadits tersebut), sedangkan punca penyakit (bercampurnya hadits palsu)
adalah anaknya. [al-Majruhiin]
47. 4. ‘Abdullah ibn Salih (w.223H), merupakan salah seorang penulis kepada al-Layts
ibn Sa’d, dia diterima tetapi banyak tersilap. Berlaku kesalahan pada hadits-
haditsnya dari jalur periwayatan melalui salah seorang jirannya yang bermasalah.
Ibn Khuzaimah menyebutkan mengenai periwayat ini,
صالح بن هللا عبد شيخ على الحديث يضع فكان ، عداوة وبينه بينه جار له كان،
Dahulu Abdullah seorang jiran yang mempunyai permusuhan di antara mereka
berdua, lalu dia suka mereka-reka hadits yang disandarkan kepada guru kepada
‘Abdullah ibn Salih
كتبه وسط في داره في ويطرح ، صالح بن هللا عبد خط يشبه بخط قرطاس في ويكتب،
Dia tuliskan (hadits tersebut) di atas sehelai kertas dengan tulisan menyerupai
tulisan ‘Abdullah ibn Salih dan meletakkannya di rumah ‘Abdullah, di tengah-
tengah buku-bukunya.
وسماعه خطه أنه فيتوهم به فيحدث ، هللا عبد .فيجده
Lalu ‘Abdullah menemuinya dan menyampaikan hadits itu dengan sangkaan itu
adalah tulisannya dan (hadits itu adalah) dari pendengarannya (dari gurunya)
[al-Mawdhu’aat]
48. Ulama hadits dari kalangan mutaqadimin (ulama hadits sampai
abad ke-3 H) mengemukakan persyaratan yang tertuju kepada
standard dan kapasiti perawi sebagai berikut :
1. Tidak boleh diterima suatu riwayat hadits, terkecuali yang berasal dari orang-
orang yang tsiqah.
2. Orang yang akan meriwayatkan hadits itu sangat memperhatikan ibadah
shalatnya, perilaku dan keadaan dirinya. Apabla shalat, prilaku dan keadaan
orang itu tidak baik, riwayat haditsnya tidak diterima.
3. Tidak boleh diterima riwayat hadits dari orang yang suka berdusta,
mengikuti hawa nafsunya dan tidak mengerti hadits yang diriwayatkannya.
4. Tidak boleh diterima riwayat hadits dari orang yang ditolak kesaksiannya.
49. Ulama hadits dari kalangan mutaqadimin (ulama hadits sampai abad
ke-3 H) mengemukakan persyaratan yang tertuju kepada standard dan
kualiti perawi sebagai berikut :
Sedangkan kualiti rawi terbagi ke dalalm Sembilan tingkatan yaitu:
1. Perawi yang mencapai derajat yang paling tinggi baik mengenai keadilan maupun
mengenai ke-dhabith-nya.
2. Perawi yang mencapai derajat keadilan yang paling tinggi dan derajat ke-
dhabith-an yang menengah
3. Perawi yang mencapai derajat keadilan yang paling tinggi dan derajajt ke-
dhabith-an yang paling rendah
4. Perawi yang derajat keadilan yang menengah dan derajat ke-dhabithan ynag
paling tinggi
5. Perawi yang mencapai derajat menengah dalam keduanya.
6. Perawi ynag mencapai derajat keadilan yang menengah dan derajat ke-dhabith-
an yang paling rendah
7. Perawi yang mencapai derajat keadilan yang paling renda dan derajat
ke0dhabith-an yang paling tinggi
8. Perawi yang mencapai derajat keadilan yang paling rendah dan derajajt ke-
dhabith-an yan menengah
9. Perawi yang mencapai derajat keadilan yang paling rendah dalam hal keduanya.
51. 1. Qudsi
Qudsi ialah Secara bahasa (Etimologis), kata Qudsi dinisbahkan kepada
kata Al-Quds (Suci). Artinya, hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang
Maha suci, yaitu Allah Ta'ala. Dan secara istilah (terminologis) definisinya
adalah: Sesuatu (hadits) yang dinukil dari Nabi Saw yang disandarkan beliau
kepada Rabb-ny
PEMBAHAGIAN HADITH BERDASARKAN KLASIFIKASI
A. Penyandaran
52. 2. Marfu.
Marfu' ialah sabda atau perbuatan, taqrir atau sifat yang disandarkan
kepada Rasulullah Saw
53. 3. Mauquf
Mauquf ialah perkataan, perbuatan atau taqrir yang
disandarkan kepada seorang sahabat.
54. 4. Maqthu
Maqthu' ialah perkataan atau taqrir yang disandarkan kepada
tabi'in atau generasi berikutnya.
55. 1. Mursal
Mursal ialah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi langsung
disandarkan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, tanpa menyebutkan
nama orang (sahabat) yang menceritakan kepadanya.
B. Gugurnya Sanad / Permasalahan Sanad
56. 2. Mu’dhal
Mu'dhal ialah hadits/berita yang dua orang perawi atau lebih
gugur/putus dalam satu tempat secara berurutan.
57. 3. Munqathi
Munqathi' ialah hadits/berita yang di tengah sanadnya
gugur/terputus seorang rawi atau beberapa rawi, tetapi tidak
berturut-turut.
58. 4. Mu’allaq
Mu’allaq ialah hadits/berita yang di tengah sanadnya gugur/terputus
seorang rawi atau beberapa rawi, tetapi tidak berturut-turut.
59. 1. Gharib
Gharib ialah hadits yang diriwayatkan hanya dengan satu
sanad.
C. Banyaknya Jalan Periwayatan
61. 3. Masyhur
Masyhur ialah hadits yang diriwayatkan lebih
dari dua jalan, dan belum mencapai derajat
mutawatir.
62. 4. Mutawatir
Mutawatir ialah hadits yang diriwayatkan
dengan banyak sanad yang berlainan perawinya,
dan mustahil mereka bisa berkumpul untuk
berdusta membuat hadits itu.
65. What is the definition of Hadith?
1) Arabic meaning is Modern or Contemporary.
Opposite of Ancient.
2) It also means News or Talking.
3) In Islamic literature it means the sayings of
Prophet Muhammad (pbuh).
65
66. What is the definition of Hadith?
Continue….
Nevertheless, the term Hadith has been used in Qur’an as well. There
are 3 categories are the most notable usages in Holy Qur’an. It has
been used to mean:
1. The Qur’an itself, and hadith. i.e. Q.S. Al-Qalam 44:
[.. ا اَذٰـَهِب ُبِِّذَكُي نَم َو يِن ْرَذَفِثِيدَحْلۖ ] --
“Then leave Me alone [O’Muhammad] with those who reject this
communication:”
2. A historical story. i.e. Q.S. Thaaha 9: [
َاكَتَأ ْلَه َوُِيثدَحىَسوُم ] -- “ Has the story of Moses reached you”
3. A general Conversation. i.e. Q.S. At-Tahriim 3:
[… ِه ِاج َو ْزَأ ِضْعَب ٰىَلِإ ُّيِبَّنال َّرَسَأ ْذِإ َوِيثدَح ] –
“ When the Prophet confided in one of his wives….”
66
67. Difference between Quran and Hadith
Qudsi
1) Quran is verbatim word of Allah to Prophet through Angel Jibrail.
Quran starts with Surah Fatihah and ends with Surah Naas.Quran was
written at the time of prophet Muhammad. As it was revealed it was
dictated. It was verified in house of Hafsa and compiled in the form of
book at the time of Omar Ibn Khattab. Quran is protected from any
distortion by Almighty God himself.
[15:9] Absolutely, we have revealed the reminder, and, absolutely, we will preserve it.
2) Hadith Qudsi is the word of God revealed to prophet through the
language of Prophet. Qudsi does not necessarily mean it is confirmed
or authentic. It can also be forgery, or it’s Isnad are questionable.
It is not stated that Hadith is also protected from distortion by Almighty.
67
68. History of Hadith in Prophets Time
1) Interestingly we have a documented Hadith that states
that Prophet said not to write Hadith which is in the
most reliable sources of Hadith.
• The Prophet said, "Do not write down anything from
me except the Quran." [Ahmad, Vol. 1, Page 171, and
Sahih Muslim]
• Ibn Saeed Al-Khudry reported that the messenger of
God had said:
The Prophet said, "Do not write anything from me
EXCEPT QURAN. Anyone who wrote anything other
than the Quran shall erase it."
68
70. History of Hadith in the time of
Prophet(pbuh)
The speculated reasons are:
1. High rate of illiteracy. People were illiterate at the time and
writing loses its value.
2. To prevent any diversion from the Qur’an or any mix up with the
gradually trickling revelation and not have 2 texts to follow.
There was no standard at the time to write Context of the
Hadith.
3. Except in the case for Abdullah Amr Ibn As & Ali ibn Abi Thalib.
These 2 people are allowed to write hadith by the Prophet
because the Prophet knows that these 2 people will not get the
sayings of the Prophet SAW (personal statements) mixed up with
the Qur’anic Revelations (God’s statements sent down from on
high to the Prophet by His Almighty’s courier the angele Gabriel).
70
72. History of Hadith in the time of
Companions
• All of the 4 caliphs (30 years after prophet)
refused to record the Hadith.
• Strict even in verbal narration of Hadith and
required 2 witnesses to verify the Hadith.
• It was not until the Caliph Omar Ibn Abdul Aziz
99-101 H that he decided collecting and
writing of hadith for the integrity of the
teachings, and in the face of inaccuracies and
outright forgery.
72
74. History of Hadith in the time of Successors
• After the companions of prophet there was a gush of recording of Hadith by
Successors which lacked Organization and Verification.
• Some 250 years after the fact, some efforts were made to separate the sayings of
the Prophet (pbuh) from other sayings by the following scholars:
- Al Bukhari died year 256H/870AD. – “Sahih Bukhari”
- Muslim ibn al-Hajjaj died year 261H/875AD. – “Sahih Muslim”
- Al-Tirmidhi died 279H/892AD. – “Jami al-Tirmidhi”
- Abu Daud died year 275 H/888AD. – “Sunan Abu Daud”
- Ibn Majah died year 273 H/887AD. – “Sunan Ibn Majah”
- Al Nasaie died year 303 H/915AD. – “Sunan al-Sughra”
• The above Compilers of Hadiths and their works are known in the Sunni Muslims
Circle as the 6 Canonical Collections (as-Sihah as-Sittah; The Sound Six)
74
76. Number of Hadith Narrated
• The number of hadiths collected and attributed to the prophet
Muhammad is in the hundreds of thousands, as much as 700,000.
• As much as 99% of all these hundreds of thousands hadiths were
rejected by the early Muslim scholars who thought they can not
figure out which hadith is authentic and which is not.
• The ranking of Hadith below is based on the number quoted by each
person:
1. Abu Hurairah 5374
4. 'Aisha Umm al-Mu'minin 2210
10. Umar Ibn al-Khattab 537
11. Ali Ibn Abi Talib 536
31. Abu Bakr al-Siddiq 142
Compare the numbers of Hadiths given by Abu Bakr by that of Abu
Hurairah while keeping in mind that Abu Bakr accompanied the
Prophet for about 23 years, while Abu Hurairah accompanied the
Prophet for less than 2 years but remained by his side everyday. 76
77. 77
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN HADIS DAN ILMU2NYA
ASHAB AL ULUF – PERAWI BERIBU – RIBU HADITS
•Abu Hurairah RA : 5,374 hadits
ASHAB ALFAIN – PERAWI 2000 HADITS
•Abdullah bin Umar al Khatab RA : 2,630 Hadits
•Anas bin Malik RA : 2, 296 Hadits.
•Siti ‘Aisyah RA : 2,210 Hadits
ASHAB ALFIN – PERAWI SERIBU HADITS
•‘Abdullah bin Abbas RA : 1,660 Hadits
•Jabir bin Abdillah RA : 1,540 Hadits
•Abu Sa’id Al Khudri RA : 1,170 Hadits
78. 78
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN HADIS DAN ILMU2NYA
ASHAB AL MI-INA – PERAWI BERATUS – RATUS HADITS
•Abudllah bin Mas’ud RA : 848 Hadits
•Abdullah bin Umar bin al ‘Ashi RA : 700 Hadits
•Umar bin Khatab RA : 537 Hadits
•‘Ali bin Abi Thalib RA : 536 Hadits
•Ummu Salamah Umil Muminin Ra : 378 Hadits
•Abu Musa al ‘Asy’ary RA : 360 Hadits
•Al Bara bin ‘Azib : 350 Hadits
ASHAB AL MIATAIN – PERAWI 200 HADITS
•Abu Dzar al Ghifari RA : 281 Hadits
•Sa’ad bin Abi Waqash RA : 271 Hadits
•Abu Umamah al Bahili RA : 270 Hadits
•Hudzaifah bin al Yamani RA : 225 Hadits.
79. 79
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN HADIS DAN ILMU2NYA
ASHAB AL MIATAIN – PERAWI 100 HADITS
•Sahl bin Sa’d RA : 188 Hadits
•‘Ubadah bin Shomit RA : 181 Hadits
•Imran bin Hashin RA : 180 Hadits
•Abu Darda RA : 167 Hadits
•Abu Qatadah Ra : 170 Hadits
•Buraidah bin al Hasyib al Aslamiy Ra : 167 Hadits
•Ubay bin Ka’ab RA meriwa: 164 Hadits
•Muawiyah bin Abi Sufyan RA : 163 Hadits
•Muadz bin Jabal RA : 157 Hadits
•Abu Ayyub al Anshori RA : 155 Hadits
•Usman bin Affan RA : 146 Hadits
•Jabir bin Samroh al Anshori RA : 146 Hadits
•Abu Bakar as Shidiq RA : 142 Hadits
•Mughirah bin Syu’bah RA : 136 Hadits
•Abu Bakrah RA : 132 Hadits
•Usamah bin Zaed Ra : 128 Hadits
•Tsauban RA : 128 Hadits
•Nu’man bin Basyir RA : 114 Hadits
•Abu Mas’ud al Anshari Ra : 102 Hadits
•Jarir bin Abdillah al Bajli RA : 100 Hadits
80. 80
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN HADIS DAN ILMU2NYA
ASHAB AL ASYARAT – PERAWI BERPULUH –PULUH HADITS
1. Abdullah bin Abi Aufa RA : 95 Hadits
2. Zaid bin Khalid RA : 81 Hadits
3. Asma binti Zaed bin as Sakan RA : 81 Hadits
4. Ka’ab bin Malik RA : 80 Hadits
5. Rafi’ bin Khudaij RA : 78 Hadits
6. Salmah bin Aqwa’ RA : 77 Hadits
7. Maimunah, Ummul muminin RA : 76 Hadits
8. Wail bin Hajar RA : 71 Hadits
9. Zaed bin Arqam al Anshari RA : 70 hadits
10. Abu Rafi’ RA : 68 Hadits
11. ‘Auf bin Malik RA : 67 Hadits
12. ‘Adiy bin Hatim Ra : 66 Hadits
13. Ummu Habibah, Ummul Mu’minin RA me: 65 Hadits
14. ‘Abdurrahman bin ‘Auf RA : 65 Hadits
15. ‘Ammar bin Yasir RA : 62 Hadits
16. Salman al Farisi RA : 60 Hadits
17. Hafsah Ummul Mu’minin RA : 60 Hadits
18. Asma’ binti Umais RA : 60 Hadits
19. Jubair bin Muth’am RA : 60 hadits
20. Asma’ binti Abi Bakar RA : 58 Hadits
81. 81
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN HADIS DAN ILMU2NYA
ASHAB AL ASYARAT – PERAWI BERPULUH –PULUH HADITS
21. Wailah bin al Asqa’ RA : 56 Hadits
22. Uqbah bin ‘Amir al Juhni RA : 55 Hadits
23. Syadad bin Aus Ra : 50 Hadits
24. Fudhalah bin Ubaid Ra : 50 Hadits
25. Abdullah bin Basyir RA : 50 Hadits
26. Sa’id bin Zaed bin Amr bin Nufail RA : 48 Hadits
27. Abdullah bin Zaed RA : 48 Hadits
28. Al Miqdam bin Ma’dikarib RA : 47 Hadits
29. Ummu Hani bin Abi Thalib RA : 46 Hadits
30. Abu Barzah RA : 46 Hadits
31. Abu Juhaifah RA : 45 Hadits
32. Bilal al Muadzin RA : 44 Hadits
33. Jundab bin Abdullah bin Sufyan RA : 43 Hadits
34. Abdullah bin Mughaffal RA : 43 Hadits
35. Al Miqdad RA : 42 Hadits
36. Mu’awiyah bin Haidah RA : 42 Hadits
37. Sahl bin Hunaif RA : 40Hadits
38. Hakim bin Hazam RA : 40 Hadits
39. Ummu Sa’labah al Khusni RA : 40 Hadits
40. Ummu Athiyah RA : 40 Hadits
82. 82
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN HADIS DAN ILMU2NYA
ASHAB AL ASYARAT – PERAWI BERPULUH –PULUH HADITS
41. Amr bin al Ashi RA : 39 Hadits
42. Huzaimah bin Tsabit RA : 38 Hadits
43. Zubair bin Awam RA : 38 Hadits
44. Talhah bin Ubaidillah RA : 38 Hadits
45. Amr bin Abasah RA : 38 Hadits
46. Abbas bin Abdul Muthalib RA : 35 Hadits
47. Muaqil RA : 34 Hadits
48. Fatimah binti Qais RA : 34 Hadits
49. Khabbab bin Arut RA : 32 Hadits
50. Al Irbad bin Sariyah RA : 31 Hadits
51. Mu’adz bin Anas RA : 30 Hadits
52. Iyadh bin Amar al Majasyi’i RA : 30 Hadits
53. Shuheb RA : 30 Hadits
54. Ummul Fadl binti Haris RA : 30 Hadits
55. Usman bin Abi al Ashi as Saqafi RA :29 Hadits
56. Ya’la bin Umayyah RA : 28 Hadits
57. Utbah bin Abd RA : 28 Hadits
58. Abu Usaid as Sa’idi RA : 28 Hadits
59. Abdullah Malik bin Buhainah RA : 27 Hadits
60. Abu Malik al Asy’ary RA : 27 Hadits
83. 83
PEMBUKUAN AL – QURAN DAN HADIS DAN ILMU2NYA
ASHAB AL ASYARAT – PERAWI BERPULUH –PULUH HADITS
61. Abu Hamid as Sa’idy RA : 26 Hadits
62. Ya’la bin Murroh RA : 26 Hadits
63. Abdullah bin Ja’far RA : 25 Hadits
64. Abu Thalhah al Anshari RA : 25 Hadits
65. Abdullah bin Salam RA : 25 Hadits
66. Sahl bin Abi Husamah RA : 25 Hadits
67. Abu al Mulih al Hudzily RA : 25 Hadits
68. Al Fadl bin Abbas RA : 24 Hadits
69. Abu Waqid al Laisy RA : 24 Hadits
70. Rifa’ah bin Rafi’ RA : 24 Hadits
71. Abdullah bin Unais RA : 24 Hadits
72. Aus bin Aus RA : 24 Hadits
73. As Syarid RA : 24 Hadits
74. Laqith bin Amir RA : 24 Hadits
75. Ummu Qais binti Muhsin RA : 24 Hadits
76. ‘Amir bin Ruabai’ah RA : 22 Hadits
77. Qurrah RA : 22 Hadits
78. As Sa’ib RA : 22 Hadits
79. Sa’ad bin Ubadah RA : 21 Hadits
86. Background on Imam al Bukhari
• Al Bukhari is the compiler of Sahih Al Bukhari (al-Jami’ as-Saheeh).– This is
the most famous and only Authentic source of Hadiths that he compiled.
He also had many other compilations that are not thoroughly authentic.
• Bukhari has tested his collection of narrations genuineness based on his
own canons of criticism. Some says that he only managed to find 9,082
hadiths out of some 600,000 narrations. However, if repetitions are
excluded the actual number of hadiths goes down to about 2,062 hadiths.
• Nevertheless, it would be a mistake in Sahih Bukhari’s compilation to
suppose that the each hadith in Sahih are free from defects. Rather,
according to as-Suyuti, there are criticism showed that the hadiths in Sahih
Bukhari were not mistaken or false but they did not just measure up to the
high standard which Bukhari had set.
• Some Muslims consider it more sacred after the Quran and some take it
more important than Quran. For Example: In Egypt they swear by Bukhari
and recite Bukhari in ships. Ulama has said it is the second source for
Muslims after the Holy Quran
86