Tugas individu perspektif pendidikan Modul 10Septi Dewi
Â
SARANA PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN WILAYAH
Seperti yang telah kita ketahui bersama, selain terbatasnya tenaga guru, kendala proses belajar-mengajar yang selama ini ditemukan adalah kurang memadainya sarana dan prasarana penunjang yang ada. Bagi yang kebetulan mengajar di daerah yang secara geografis terpencil, mungkin saat ini Anda merasakan bahwa apa yang disampaikan merupakan kenyataan yang setiap hari Anda temukan. Bagi yang mengajar di tempat yang telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang, berikut adalah contoh yang layak untuk direnungkan bagaimana proses pembelajaran yang semestinya dilakukan. Untuk memperjelas pemahaman Anda, perhatikan contoh-contoh berikut ini
METODE PEMBELAJARAN
Beberapa guru mengajarkan bukan bidang yang dikuasainya. Misalnya guru Agama mengajarkan Bahasa Inggris
Masih banyak guru yang mengajar hanya menggunakan model yang itu-itu saja, karena kurang menguasai berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak
Guru mengajar lebih senang dengan caranya sendiri dan kurang memperhatikan yang disenangi anak
Ketidakmerataan Guru
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah salah satu strategi pembelajaran yang berhubungan dengan:
PAKEM
Pembelajaran Kooperatif dan Kolaboratif
Tujuan pembelajaran ini adalah hasil belajar akademik siswa meningkat, siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya dan pengembangan keterampilan sosial
Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku
Tugas individu perspektif pendidikan Modul 10Septi Dewi
Â
SARANA PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN WILAYAH
Seperti yang telah kita ketahui bersama, selain terbatasnya tenaga guru, kendala proses belajar-mengajar yang selama ini ditemukan adalah kurang memadainya sarana dan prasarana penunjang yang ada. Bagi yang kebetulan mengajar di daerah yang secara geografis terpencil, mungkin saat ini Anda merasakan bahwa apa yang disampaikan merupakan kenyataan yang setiap hari Anda temukan. Bagi yang mengajar di tempat yang telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang, berikut adalah contoh yang layak untuk direnungkan bagaimana proses pembelajaran yang semestinya dilakukan. Untuk memperjelas pemahaman Anda, perhatikan contoh-contoh berikut ini
METODE PEMBELAJARAN
Beberapa guru mengajarkan bukan bidang yang dikuasainya. Misalnya guru Agama mengajarkan Bahasa Inggris
Masih banyak guru yang mengajar hanya menggunakan model yang itu-itu saja, karena kurang menguasai berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak
Guru mengajar lebih senang dengan caranya sendiri dan kurang memperhatikan yang disenangi anak
Ketidakmerataan Guru
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah salah satu strategi pembelajaran yang berhubungan dengan:
PAKEM
Pembelajaran Kooperatif dan Kolaboratif
Tujuan pembelajaran ini adalah hasil belajar akademik siswa meningkat, siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya dan pengembangan keterampilan sosial
Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku Makalah model pengawasan laku
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Â
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. pendahuluan
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda
dengan strategi pembelajaran kognitif dalam
keterampilan. Afektif berhubungan dengan
nilai (value), yang sulit di ukur, oleh karena
menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh
dari dalam.
3. Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap
Nilai adalah suatu konsep
yang berada dalam pikiran
manusia yang sifatnya
tersembunyi, tidak berada
di dalam dunia yang
empiris.
oleh karena itulah nilai
pada dasarnya standar
perilaku, ukuran yang
menentukan atau kriteria
seseorang tentang baik &
tidak baik, indah & tidak
indah, layak & tidak layak,
dlsbg, sehingga standar itu
yang akan mewarnai
perilaku seseorang.
Sikap (afektif) erat
kaitannya dengan nilai
yang dimiliki seseorang.
Sikap merupakan refleksi
dari nilai yang dimiliki.
Oleh karenannya,
pendidikan sikap pada
dasarnya adalah
pendidikan nilai.
4. 4 faktor kepatuhan seseorang terhadap nilai
Douglas Graham melihat 4 faktor yang merupakan dasar
kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu, yaitu:
1. Normativist. Biasanya kepatuhan kepada norma-norma
hukum. Kepatuhan ini terdapat dalam 3 bentuk, yaitu: (1)
kepatuhan pada nilai atau norma itu sendiri. (2) kepatuhan
pada proses tanpa memedulikan normanya sendiri; (3)
kepatuhan kepada hasilnya atau tujuan yang diharapkannya
dari peraturan itu.
2. Integralist, yaitu kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran
dengan pertimbangan-pertimbangan yang rasional.
3. Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasarkan suara hati atau
sekedar basa-basi.
4. Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan diri sendiri.
5. Nilai yang disimpulkan
Golu menyimpulkan nilai sebagai berikut:
 Nilai tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari
penampilannya.
 Pengembangan domain efektif pada nilai tidak bisa
dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik.
 Masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu
dapat berubah, berkembang, sehingga bisa dibina.
 Perkembangan nilai atau moral tidak terjadi sekaligus,
tetapi melalui tahap tertentu.
6. Proses Pembentukan Sikap
Pola Pembiasaan
dalam proses pembelajaran di sekolah, baik
secara disadari maupun tidak, guru dapat
menanamkan sikap tertentu kepada siswa
melalui proses pembiasaan.
Modeling
modeling adalah proses peniruan anak
terhadap orang lain yang menjadi idolanya
atau orang yang dihormatinya.
proses penanaman sikap anak terhadap
sesuatu objek melalui proses modeling pada
7. Model strategi pembelajaran sikap
Model Konsiderasi
model konsiderasi (the consideration model) dikembangkan
oleh Mc. Paul, seorang humanis. Paul menganggap bahwa
pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan kognitif yang
rasional. Oleh sebab itu, model ini menekankan kepada strategi
pembelajaran yang membentuk kepribadian. Tujuannya adalah agar
siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain.
Model pengembangan kognitif
model ini banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey dan
Jean Piaqet yang berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi
sebagi proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara
berangsur-angsur menurut uruttan tertentu.
8. Teknik Mengklarifikasi Nilai
teknik mengklarifikasi nilai (value clarification technique) atau
sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk
membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang
dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai
atau sikap adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh
guru, artinya guru menanmkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa
memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya,
sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena
ketidakcocokan antara nilai yang lama yang sudah terbentuk dengan
nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa seringkali mengalami
kesulitan dalam menyelaraskan nilai lama dannilai baru.
salah satu karakteristik VCT sebagai suatu modal dalam
strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan
melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalama diri
siswa kenmudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang
hendak ditanamkan.
9. Kesulitan dalam pembelajaran afektif
Di samping aspek pembentukan kemampuan intelektual
untuk membentuk kecerdasan peserta didik dan pembentukan
keterampilan untuk mengembangkan kompetensi agar peserta
didik memiliki kemampuan motorik, maka pembentukan
kemampuan peserta didik merupakan aspek yang tidak kalah
pentingnya.
Namun demikian, dalam proses pendidikan di sekolah
proses pembelajaran sikap kadang-kadang terabaikan. Hal ini
disebabkanproses pembelajaran dan pembentukan akhlak
memiliki beberapa kesulitan.
10. 1. Selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual
(kemampuan kognitif). Akibatnya, upaya yang dilakukan
setiap guru diarahkan kepada bagaimana agar anak dapat
menguasai sejumlah pengetahuan sesuai dengan standar isi
kurikulum yang berlaku, oleh karena kemampuan intelektual
identik dengan penguasaan materi pelajaran.
2. Sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang
dapat memengaruhi perkembangan sikap seseorang. Artinya,
walaupun disekolah guru berusaha memberikan contoh yang
baik, akan tetapi manakala tidak di dukung oleh lingkungan
anak baik lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat, maka pembentukan sikap akan sulit
dilaksanakan.
11. 3. Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa di evaluasi
dengan segera. Berbeda dengan pembentukan aspek
kognitif dan aspek keterampilan yang hasilnya dapat
diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, maka
keberhasilan dari pembentukan sikap baru dapat dilihat
pada rentang waktu yang cukup panjang. hal ini
disebabkan sikap berhubungan dengan internalisasi nilai
yang memerlukan proses yang lama.
4. Pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi
informasi yang menyugukan aneka pilihan program acara,
berdampak pada pembentukan karakter anak. Secar
perlahan tapi pasti budaya asing yang belum tentu cocok
dengan budaya lokal merembes dalam setiap relung
kehidupan, menggeser nilai-nilai lokal sebagai nilai luhur
yang mestinya ditumbuhkembangkan, sehingga pada
akhirnya membentuk karakter baru yang mungkin tidak