SlideShare a Scribd company logo
BAB I

                                     PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
   Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda
secara kualitatif maupun kuantitatif.Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu
berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis.Masalah kuantitatif lebih umum memiliki
wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi
masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang
rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.
   Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan
pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell,
1998:15).Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
     Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.Dalam
penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci.Oleh karena itu, peneliti harus memiliki
bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi
obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan
terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui
makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.


   1.2 Tujuan
           o Untuk memudahkan kita menganalisis suaru fenomena social dan masalah
                masyarakat
           o Untuk memahami teori-teori penelitian kualitatif
           o Untuk melengkapi nilai tugas kelompok Metode Penelitian Kualitatif II




                                              1
1.3 Rumusan Masalah




                      2
BAB II
                                                   ISI

        Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan
manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini
berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian
dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran
pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku
individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak
merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di
kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas
makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi
secara eksplisit.
        Paradigma kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku
manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga
harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Sebab tingkah laku
(sebagai fakta) tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari setiap konteks yang
melatarbelakanginya, serta tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum tunggal yang
deterministik dan bebas konteks.
                Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif, seperti
Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi, Hermeneutik, Teori sistem,
dan Grounded Theory.


    A. HERMENEUTIK

           Secara etimologis, akar kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani
hermeneuein yang berarti ‗menafsirkan‘. Maka, kata benda hermeneia secara harfiah dapat
diartikan sebagai ―penafsiran‖ atau interpretasi (Sumaryono,1999:23). Di dalam istilah itu
secara langsung terkandung unsur-unsur penting yaitu: mengungkapkan, menjelaskan, dan
menerjemahkan.      Adapun     asal-usul   hermeneutika    sendiri   yakni   ketika   Hermes
menyampaikan pesan para dewa kepada manusia. Dan hermeneutika pada akhirnya diartikan
sebagai ‗proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti‘.

       Secara etimologis, akar kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein
yang berarti ‗menafsirkan‘. Maka, kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan

                                               3
sebagai ―penafsiran‖ atau interpretasi (Sumaryono,1999:23). Di dalam istilah itu secara
langsung terkandung unsur-unsur penting yaitu: mengungkapkan, menjelaskan, dan
menerjemahkan.     Adapun    asal-usul   hermeneutika    sendiri   yakni   ketika   Hermes
menyampaikan pesan para dewa kepada manusia. Dan hermeneutika pada akhirnya diartikan
sebagai ‗proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti‘.




             Wilhelm Dilthey, seorang filusuf jerman, mengembangkan teori serta metode ini
di pertengahan abad ke-19 guna meneliti, bukan hanya naskah-naskah penting, melainkan
adalah segala bentuk tindakan manusia serta hasil dari tindakan manusia, termasuk sejarah
dan penafsiran terhadap kehidupan manusia, misalnya karya-karya sastra dan filsafat. Dilthey
menyarankan agar di buat pemisahan yang jelas antara human science (meliputi semua ilmu-
ilmu sosial, ilmu perilaku, dan humaniora) di satu pihak dengan natural science (meliputi
ilmu-ilmu kealaman seperti fisika, kimia. Biologi, astronomi, dan kedokteran) di pihak lain.
Hal demikian bagi Dilthey sangat di perlukan karena human science melibatkan pikiran dan
perasaan manusia yang mustahil untuk di ketahui dengan melakukan pengamatan secara
obyektif .

       Hermeneutika mendalam dapat memberikan kerangka metodologis bagi arah
pelaksanaan analisa budaya dalam konteks pemahaman. Selain itu juga dapat digunakan oleh
Thompson dalam analisa ideologi seperti yang Thompson definisikan, juga memperhatikan
bentuk-bentuk simbol hubungannya dengan konteks sosial-historis; karena itu analisa
ideologi secara metodologis dapat dianggap sebagai bentuk partikular dari hermeneutika-
mendalam. Tapi, dengan memfokuskan perhatian kita pada interelasi antara makna dan
kekuasaan. Pada cara-cara bagaimana bentuk-bentuk simbol digunakan untuk membangun
dan mempertahankan relasi dominasi, maka analisa ideologi mengasumsikan sesuatu yang
berbeda, yang memiliki karakter kritis. Ia memunculkan pertanyaan baru tentang penggunaan
bentuk-bentuk simbol dan keterkaitan antara interpretasi, refleksi-diri dan kritik.
Hermenautik adalah teori sekaligus metode yang lazim digunakan untuk menafsirkan injil
serta manuskrip penting lainnya.




                                             4
Hermeneutika dapat didefinisikan secara longgar sebagai suatu teori atau filsafat
interpretasi makna. Kesadaran bahwa ekspresi-ekspresi manusia berisi sebuah komponen
penuh makna, yang harus disadari sedemikian rupa oleh subjek dan yang diubah menjadi
system nilai dan maknanya sendiri, telah memunculkan persoalan-persoalan hermeneutika.
Dalam pandangan klasik, hermeneutik mengingatkan kita pada apa yang ditulis Aristoteles
dalam Peri Hermeneias atau De Interpretatione. Yaitu bahwa kata-kata yang kita ucapkan
adalah simbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari
kata-kata yang kita ucapkan itu. Bahasa tidak boleh kita pikirkan sebagai yang mengalami
perubahan. Menurut Gadamer bahasa harus kita pahami sebagai sesuatu yang memiliki
ketertujuan (teleologi) di dalam dirinya. Karena kata-kata ataupun ungkapan mempunyai
tujuan (telos) tersendiri atau penuh dengan maksud, demikian dikatakan Wilhelm Dilthey.
Setiap kata tidak pernah tidak bermakna.

       Hermenautik adalah teori sekaligus metode yang lazim digunakan untuk menafsirkan
injil serta manuskrip penting lainnya.

       Hermeneutika mendalam dapat memberikan kerangka metodologis bagi arah
pelaksanaan analisa budaya dalam konteks pemahaman. Selain itu juga dapat digunakan oleh
Thompson dalam analisa ideologi seperti yang Thompson definisikan, juga memperhatikan
bentuk-bentuk simbol hubungannya dengan konteks sosial-historis; karena itu analisa
ideologi secara metodologis dapat dianggap sebagai bentuk partikular dari hermeneutika-
mendalam. Tapi, dengan memfokuskan perhatian kita pada interelasi antara makna dan
kekuasaan. Pada cara-cara bagaimana bentuk-bentuk simbol digunakan untuk membangun
dan mempertahankan relasi dominasi, maka analisa ideologi mengasumsikan sesuatu yang
berbeda, yang memiliki karakter kritis. Ia memunculkan pertanyaan baru tentang penggunaan
bentuk-bentuk simbol dan keterkaitan antara interpretasi, refleksi-diri dan kritik.

       .

            Dari sini kemudian tampak bahwa tampak bahwa apa yang di upayakan dilthey
sebenarnya memiliki nuansa sekularisasi atas apa yang telah di rintis oleh Friedrich Ernst
Schleirmacher. Keduanya sama-sama bekerja memberikan makna-makana dan/ interpretasi.
Perbedaan mencolok terletak pada kenyataan bahwa Schleiermacher, sebagaimana dengan
hanya George Hegel, bekerja berkenaan dengan teks dan/ naskah-naskah penting, karya seni,
sastra dan mengangap bahwa tindakan manusia berkembang dari manifestasi perasaan serta

                                               5
pikiran yang tertanam sejak lahir, sementara Dilthey lebih berkeyakinan bahwa perasaan dan
pikiran serta pengetahuan diri (self knowledge) di konstruksikan dari totalitas pengalaman
hidup yang pada akhirnya manusia harus mengupayakan interpretasi-interpretasi terhadap
kondisi eksternalnya.

            Setelah Dilthey muncul lah weber seorang tokoh kenamaan di awal anad ke-20
yang telah banyak berjasa dalam upaya rintisan dan pengembangan hermeneutika.

            Weber menggunakan hermeneutika dalam berbagai analisis yang di lakukannya
terhadap gejala-gejala sosiologis dan historis, terutama dari perspektif materialis (Woodward,
1998: 556). Weber tertarik pada keterkaitan antara kebudayaan, dan perubahan sosial dengan
tindakan-tindakan atau perilaku ekonomi.

       Tujuan akhir dari pendekatan hermeneutik adalah kemampuan memahami penulis
atau pengarang melebihi pemahamanm terhadap diri kita sendiri. Seorang sejarawan yang
menuliskan segala peristiwa sejarah, tidak jauh dari zaman di mana ia hidup, tidak akan
mempunyai pandangan yang lebih jernih jika dibandingkan dengan sejarawan yang hidup
sekian abad sesudahnya. Namun pandangan semacam ini dapat juga dianggap keliru. Sejauh
prasangka dan keikutsertaan penulis yang bersifat subjektif dijauhkan, maka ia dapat melihat
segala peristiwa dalam kebenarannya yang objektif atau sebagaimana mestinya terjadi.
Dalam pendekatan hermeneutik, seseorang menempatkan dirinya dalam konteks ruang dan
waktu, maka visinya juga mengalami berbagai macam perubahan.Ia menggunakan apa saja
yang mungkin untuk ditafsirkan. Ini berbeda dengan metode ilmiah yang lebih mementingkan
fenomena.

   B. TEORI SISTEM (SYSTEM THEORY)

            Teori sistem memilki akar pada filsafat dialektika yang di kembangkan oleh
George Hegel di abad ke-19. George Hegel memahami proses-proses yang ada atau terjadi di
dunia (terutama dalam konteks ekonomi, politik, sosial, dean budaya) di atur oleh hukum
dialektika bahwa keberadaan suatu (sebagai tesa) kemudian segera disusul oleh suatu
keberadaan lain sebagai lawan atau oposisi (antitesa). Setelah keduanya terjadi pergumulan
atau tarik-menarik yang yang berujung pada kemunculan suatu keberadaan yang lain lagi
(keberadaan ketiga selain     sintesa) yang sekaligus menjadi tesa baru, dan demikian
seterusnya. Esensi dari filsafat dialektika adalah:self-regulation dan kontrol serta



                                              6
kemenyatuan (wholeness) dan saling ketergantungan (interdependence) yang semuanya
menjadi pokok dari pijakan teori sistem.

       Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai hubungan diantara
variabel dependen dan independen yang diasumsikan berinteraksi satu sama lain. Artinya
perubahan dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan atau disusul dengan perubahan
variabel lain atau kombinasi variabel.
       4   unsur pokok teori sistem yaitu:
a. Objek, yakni bagian atau unsur dari sistem
b. Attributes, yakni kualitas properti dari sistem, kualitas atau properti dari objek
c. Hubungan internal antar objek
d. Lingkungan (environtment) yang melingkupi objek

       Teori sistem memberikan konstribusi bagi pengembangan penelitian komunikasi
kualitatif karena prinsip-prinsip di atas. Self-regulation dan kontrol membawa implikasi
tentang keniscayaan-keniscayaan interaksi, tarik-menarik atau pergumulan, dan pergumulan
antara elemen-elemen kekuatan dalam masyarakat beserta nilai-nilai sosial budaya yang ada
di dalamnya. Kemudian prinsip kemenyatuan dan saling ketergantungan membawa
konsekuensi di tolakn ya kecendrungan reduksionisme, isolasi variabel, cara pandang
atomistis terhadap khalayak, dan cara pandang linier-mekanistis dalam memandang
pengaruh(effect) variabel terhadap variabel lain.

   C. GROUNDED THEORY
       Pendekatan grounded teori (Grounded Theory Approach) adalah metode penelitian
kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori dari
kancah. Pendekatan ini pertama kali disusun oleh dua orang sosiolog; Barney Glaser dan
Anselm Strauss. Untuk maksud ini keduanya telah menulis 4 (empat) buah buku, yaitu; "The
Discovery of Grounded Theory" (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis
for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory
Procedures and Techniques (1990). Menurut kedua ilmuwan ini, pendekatan Grounded
Theory merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara cermat
sehingga memenuhi keriteria metode ilmiah. Keriteria dimaksud adalah adanya signikansi,
kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti ulang, adanya
ketepatan dan ketelitian, serta bisa dibuktikan.



                                                   7
Sesuai dengan nama yang disandangnya, tujuan dari Grounded Theory Approach
adalah teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi
tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap perilaku. Penelitian
ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti paradigma penelitian
kuantitatif), melainkan bertolak dari data menuju suatu teori. Untuk maksud itu, yang
diperlukan dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur
(sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan Grounded Theory Approach
adalah teoritisasi data (Grounded Theory).

       Pada dasarnya Grounded Theory dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu-ilmu
sosial, namun demikian seorang peneliti tidak perlu ahli dalam bidang ilmu yang sedang
ditelitinya. Hal yang lebih penting adalah bahwa dari awal peneliti telah memiliki
pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang ditelitinya, supaya ia paham jenis dan format data
yang dikumpulkannya.

       -       Perumusan Masalah

       rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun secara bertahap. Pada tahap awal –
sebelum pengumpulan data, dikemukan rumusan masalah yang bersifat luas (tetapi tidak
terlalu terbuka), yang kemudian nanti –setelah data yang bersifat umum dikumpulkan—
rumusan masalahnya semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang
dikumpulkan. Intinya adalah, bahwa rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun lebih
dari satu kali. Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai
panduan dalam mengumpul data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap
berikutnya dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah yang
disebut terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian. Inti   dari   pendekatan
grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks
peristiwa dipelajari.

       Ciri rumusan masalah yang disarankan dalam Grounded Theory adalah; (a)
berorientasi pada pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (b) mengungkap secara tegas
tentang obyek (formal dan material) yang akan diteliti, serta (c) berorientasi pada proses dan
tindakan. Contoh rumusan masalah awal pada Grounded Theory; "Bagaimanakah wanita
yang berpenyakit kronis mengatasi kehamilan?" Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan
masalah ini bermaksud untuk; (a) mengenali secara tepat dan mendalam perilaku wanita yang

                                               8
sedang berpenyakit kronis dalam mengatasi kehamilannya, (b) obyek formal penelitian
adalah wanita yang berpenyakit kronis yang sedang hamil; sedangkan obyek materialnya
adalah cara-cara yang dilakukan oleh wanita itu dalam mengatasi persoalan kehamilan dalam
kondisi sakit, dan (c) orientasi utama yang disoroti adalah tahapan tindakan si wanita dan
jenis-jenis atau bentuk-bentuk tindakan yang dipilih.

       -         penggunaan literatur

       penelitian Grounded Theory tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan
menutupi kreativitas dalam mengumpul, memahami dan menganalisis data. Inilah yang
dimaksudkan dalam pendekatan Grounded Theory, bahwa sesungguhnya peneliti belum
memiliki pengetahuan tentang obyek yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori
yang mungkin ditemukan.

       -         Pengumpulan Data
       Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory adalah peneliti
sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama yang dapat
digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview).
Metode observasi dan wawancara dalam Grounded Theory tidak berbeda dengan observasi
dan wawncara pada jenis penelitian kualitatif lainnya.

       Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded
Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang
dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk menggali data
perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan
untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu
mempertanyakan "mengapa suatu kondisi terjadi?", "apa konsekwensi yang timbul dari suatu
tindakan/reaksi?", dan "seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu
berlangsung"?.

       Dalam Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah
populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik. Penyampelan teoritik
adalah pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan secara
teoritik dengan teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel


                                              9
peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung
menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti sedang meneliti "warna kuning"
yang di dimensinya terdiri atas "intensitas corak" dan "kecerahan", maka peneliti
memutuskan untuk mendalami "intensitas corak" saja (tidak lagi membahas tentang
'kecerahan"), berarti ia sudah melakukan penyampelan. Penegasan ini memberi makna,
bahwa pada dasarnya yang di sampel itu bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-
benda), melainkan obyek material yang berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan.
Namun demikian, karena fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau benda), maka
dengan sendirinya obyek formal juga ikut di sampel dalam peroses pengumpulan atau
penggalian fenomena.

        Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:
a. Mengorganisir data.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa yang dipelajari.
d. Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi- kondisi yang
menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa
tersebut.
e. Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan
kategori di dalam model axial coding.

       Teori yang merupakan hasil dari kajian data, yang merumuskan keterkaitan fenomena
yang dapat menjelaskan kondisi yang relevan di lapangan, dilakukan pengulangan sejak pada
proses pengumpulan data sampai menghasilkan proposisi, hingga merasa jenuh (data baru
tidak ditemukan). Dengan kata lain, adalah mengkonfirmasi, memperluas, dan mempertajam
kerangka kerja teoritik, serta mengakhiri proses penelitian bilamana, peningkatan atau
penambahan yang diperoleh tidak berarti.

       Kualitas grounded theory sangat ditentukan oleh langkah-langkah yang dilakukan
secara baik, benar, dan disiplin. Proses yang benar akan menjamin ditemukannya teori yang
benar pula. Dengan demikian, ada semacam koherensi antara input, proses, dan output.
Disamping itu, seperti pada penelitian lainnya, pengujian ditentukan oleh validitas,
reliabilitas, dan kredibilitas dari data, juga ditentukan oleh proses penelitian dimana teori
dihasilkan, serta data empirisnya sebagai bagian integral dari penemuan atau teori yang
dihasilkan
                                             10
BAB III

PENUTUP

 1.1 Kesimpulan




DAFTAR PUSTAKA

Cazeaux, C., 2000, The Continental Aesthetics Reader, London, New York: TJ.

International Ltd.

Gadamer, H.G., 1976, Philosophical Hermeneutics, Berkeley, CA.: University of

California Press.

Howard, Roy J., 1982, Three Faces of Hermeneutics, Berkley and Los Angeles:

University of California Press. Ltd.

Pawito. 2007. Penelitian komunikasi kuakitatif. PT. Lkis pelangi aksara. Yogyakarta.




                                             11

More Related Content

What's hot

Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
University of Andalas
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi KomunikasiGadis Octory
 
Ppt 7 hermeneutika dan invasi budaya
Ppt 7 hermeneutika dan invasi budayaPpt 7 hermeneutika dan invasi budaya
Ppt 7 hermeneutika dan invasi budayaPrasetiyo Eko Laksono
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 1
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 1Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 1
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 1
Kaer Bikers
 
Hermeneutika
HermeneutikaHermeneutika
Hermeneutika
HARISA MARDIANA
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Alfis Khisoli
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
University of Andalas
 
Aksiologi pba kelompok 3
Aksiologi pba kelompok 3Aksiologi pba kelompok 3
Aksiologi pba kelompok 3
raghibazrik
 
Filsafat paradigama komunikasi
Filsafat paradigama komunikasiFilsafat paradigama komunikasi
Filsafat paradigama komunikasi
Febrityas Soedibjo
 
Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3
Reny Shinta Shinta
 
Kajian Hermeneutika
Kajian HermeneutikaKajian Hermeneutika
Kajian Hermeneutika
Safrihady ady
 
Sejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat KomunikasiSejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat KomunikasiEm Tibyan
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
University of Andalas
 
Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu Pendidikan
META GUNAWAN
 
perspektif ontologi, epistemologi, dan aksiologi
 perspektif ontologi, epistemologi, dan aksiologi perspektif ontologi, epistemologi, dan aksiologi
perspektif ontologi, epistemologi, dan aksiologi
islam daroini
 
Seven Tradition of Communications
Seven Tradition of Communications Seven Tradition of Communications
Seven Tradition of Communications
AdePutraTunggali
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 2
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 2Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 2
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 2
Kaer Bikers
 
Kapita selekta
Kapita selektaKapita selekta
Kapita selekta
Arib Anang Ma'ruf
 
Filsafat ilmu aksiologi
Filsafat ilmu aksiologiFilsafat ilmu aksiologi
Filsafat ilmu aksiologi
imas lusyani
 

What's hot (20)

Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
 
Ppt 7 hermeneutika dan invasi budaya
Ppt 7 hermeneutika dan invasi budayaPpt 7 hermeneutika dan invasi budaya
Ppt 7 hermeneutika dan invasi budaya
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 1
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 1Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 1
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 1
 
Pelaku komunikasi
Pelaku komunikasiPelaku komunikasi
Pelaku komunikasi
 
Hermeneutika
HermeneutikaHermeneutika
Hermeneutika
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
 
Aksiologi pba kelompok 3
Aksiologi pba kelompok 3Aksiologi pba kelompok 3
Aksiologi pba kelompok 3
 
Filsafat paradigama komunikasi
Filsafat paradigama komunikasiFilsafat paradigama komunikasi
Filsafat paradigama komunikasi
 
Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3
 
Kajian Hermeneutika
Kajian HermeneutikaKajian Hermeneutika
Kajian Hermeneutika
 
Sejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat KomunikasiSejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat Komunikasi
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
 
Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu Pendidikan
 
perspektif ontologi, epistemologi, dan aksiologi
 perspektif ontologi, epistemologi, dan aksiologi perspektif ontologi, epistemologi, dan aksiologi
perspektif ontologi, epistemologi, dan aksiologi
 
Seven Tradition of Communications
Seven Tradition of Communications Seven Tradition of Communications
Seven Tradition of Communications
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 2
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 2Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 2
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 2
 
Kapita selekta
Kapita selektaKapita selekta
Kapita selekta
 
Filsafat ilmu aksiologi
Filsafat ilmu aksiologiFilsafat ilmu aksiologi
Filsafat ilmu aksiologi
 

Similar to Kelompok 3

Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Kaer Bikers
 
Makalah filsafat or soni
Makalah filsafat or soniMakalah filsafat or soni
Makalah filsafat or soni
soni eka prasetia
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)UIN Surabaya
 
Ringkasan Definisi sosiologi
Ringkasan Definisi sosiologiRingkasan Definisi sosiologi
Ringkasan Definisi sosiologiNaiya Naiya
 
Interpretivist Hermeneutic
Interpretivist HermeneuticInterpretivist Hermeneutic
Interpretivist Hermeneutic
sulton arfiansyah
 
Teori ilmu sosial dasar
Teori ilmu sosial dasarTeori ilmu sosial dasar
Teori ilmu sosial dasar
Muhammad Al Asrori
 
DIALOG ANTAR PEMIKIR: EKSPLORASI HERMENEUTIKA STRUKTURAL DALAM PEMIKIRAN BUL...
DIALOG ANTAR PEMIKIR: EKSPLORASI HERMENEUTIKA STRUKTURAL  DALAM PEMIKIRAN BUL...DIALOG ANTAR PEMIKIR: EKSPLORASI HERMENEUTIKA STRUKTURAL  DALAM PEMIKIRAN BUL...
DIALOG ANTAR PEMIKIR: EKSPLORASI HERMENEUTIKA STRUKTURAL DALAM PEMIKIRAN BUL...
AuliaRahmi342642
 
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosialMemahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosialM fazrul
 
Book report kontek budaya
Book report kontek budayaBook report kontek budaya
Book report kontek budayairursururi
 
Definisi hermeneutika
Definisi hermeneutikaDefinisi hermeneutika
Definisi hermeneutika
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah filsafat kelompok 2
Makalah filsafat kelompok 2Makalah filsafat kelompok 2
Makalah filsafat kelompok 2
yustikaastari
 
Teori teori komunikasi
Teori teori komunikasiTeori teori komunikasi
Teori teori komunikasi
Hafiza .h
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
DIANTO IRAWAN
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
Warnet Raha
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
Warnet Raha
 

Similar to Kelompok 3 (20)

Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa
Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisaMetode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa
Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa
 
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - WordPresentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
Presentasi Teori Komunikasi Kelompok 3 - Word
 
Makalah filsafat or soni
Makalah filsafat or soniMakalah filsafat or soni
Makalah filsafat or soni
 
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
Resume (hakikat komunikasi dan asumsi ontologi)
 
Ringkasan Definisi sosiologi
Ringkasan Definisi sosiologiRingkasan Definisi sosiologi
Ringkasan Definisi sosiologi
 
Interpretivist Hermeneutic
Interpretivist HermeneuticInterpretivist Hermeneutic
Interpretivist Hermeneutic
 
Teori ilmu sosial dasar
Teori ilmu sosial dasarTeori ilmu sosial dasar
Teori ilmu sosial dasar
 
DIALOG ANTAR PEMIKIR: EKSPLORASI HERMENEUTIKA STRUKTURAL DALAM PEMIKIRAN BUL...
DIALOG ANTAR PEMIKIR: EKSPLORASI HERMENEUTIKA STRUKTURAL  DALAM PEMIKIRAN BUL...DIALOG ANTAR PEMIKIR: EKSPLORASI HERMENEUTIKA STRUKTURAL  DALAM PEMIKIRAN BUL...
DIALOG ANTAR PEMIKIR: EKSPLORASI HERMENEUTIKA STRUKTURAL DALAM PEMIKIRAN BUL...
 
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosialMemahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial
 
Book report kontek budaya
Book report kontek budayaBook report kontek budaya
Book report kontek budaya
 
Definisi hermeneutika
Definisi hermeneutikaDefinisi hermeneutika
Definisi hermeneutika
 
Makalah filsafat kelompok 2
Makalah filsafat kelompok 2Makalah filsafat kelompok 2
Makalah filsafat kelompok 2
 
Teori teori komunikasi
Teori teori komunikasiTeori teori komunikasi
Teori teori komunikasi
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 

More from University of Andalas

Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
University of Andalas
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
University of Andalas
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
University of Andalas
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
University of Andalas
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
University of Andalas
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
University of Andalas
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
University of Andalas
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
University of Andalas
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
University of Andalas
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
University of Andalas
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
University of Andalas
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaUniversity of Andalas
 
Teknik presentasi dan negosiasi 4
Teknik presentasi dan negosiasi 4Teknik presentasi dan negosiasi 4
Teknik presentasi dan negosiasi 4University of Andalas
 
Teknik persentasi dan negosiasi ppt
Teknik persentasi dan negosiasi pptTeknik persentasi dan negosiasi ppt
Teknik persentasi dan negosiasi pptUniversity of Andalas
 
Tekhnik negosiasi dan presentase
Tekhnik negosiasi dan presentaseTekhnik negosiasi dan presentase
Tekhnik negosiasi dan presentaseUniversity of Andalas
 

More from University of Andalas (20)

Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
 
Bahan 1
Bahan 1Bahan 1
Bahan 1
 
Teknik presentasi dan negosiasi 4
Teknik presentasi dan negosiasi 4Teknik presentasi dan negosiasi 4
Teknik presentasi dan negosiasi 4
 
Teknik persentasi dan negosiasi ppt
Teknik persentasi dan negosiasi pptTeknik persentasi dan negosiasi ppt
Teknik persentasi dan negosiasi ppt
 
Tekhnik negosiasi dan presentase
Tekhnik negosiasi dan presentaseTekhnik negosiasi dan presentase
Tekhnik negosiasi dan presentase
 
Negosiasi
NegosiasiNegosiasi
Negosiasi
 
Mengorganisasikan presentasi
Mengorganisasikan presentasiMengorganisasikan presentasi
Mengorganisasikan presentasi
 
Memahami pola pikir orang
Memahami pola pikir orangMemahami pola pikir orang
Memahami pola pikir orang
 

Recently uploaded

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 

Recently uploaded (20)

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 

Kelompok 3

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif.Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis.Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci.Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. 1.2 Tujuan o Untuk memudahkan kita menganalisis suaru fenomena social dan masalah masyarakat o Untuk memahami teori-teori penelitian kualitatif o Untuk melengkapi nilai tugas kelompok Metode Penelitian Kualitatif II 1
  • 3. BAB II ISI Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit. Paradigma kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Sebab tingkah laku (sebagai fakta) tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari setiap konteks yang melatarbelakanginya, serta tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum tunggal yang deterministik dan bebas konteks. Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif, seperti Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi, Hermeneutik, Teori sistem, dan Grounded Theory. A. HERMENEUTIK Secara etimologis, akar kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein yang berarti ‗menafsirkan‘. Maka, kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan sebagai ―penafsiran‖ atau interpretasi (Sumaryono,1999:23). Di dalam istilah itu secara langsung terkandung unsur-unsur penting yaitu: mengungkapkan, menjelaskan, dan menerjemahkan. Adapun asal-usul hermeneutika sendiri yakni ketika Hermes menyampaikan pesan para dewa kepada manusia. Dan hermeneutika pada akhirnya diartikan sebagai ‗proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti‘. Secara etimologis, akar kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein yang berarti ‗menafsirkan‘. Maka, kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan 3
  • 4. sebagai ―penafsiran‖ atau interpretasi (Sumaryono,1999:23). Di dalam istilah itu secara langsung terkandung unsur-unsur penting yaitu: mengungkapkan, menjelaskan, dan menerjemahkan. Adapun asal-usul hermeneutika sendiri yakni ketika Hermes menyampaikan pesan para dewa kepada manusia. Dan hermeneutika pada akhirnya diartikan sebagai ‗proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti‘. Wilhelm Dilthey, seorang filusuf jerman, mengembangkan teori serta metode ini di pertengahan abad ke-19 guna meneliti, bukan hanya naskah-naskah penting, melainkan adalah segala bentuk tindakan manusia serta hasil dari tindakan manusia, termasuk sejarah dan penafsiran terhadap kehidupan manusia, misalnya karya-karya sastra dan filsafat. Dilthey menyarankan agar di buat pemisahan yang jelas antara human science (meliputi semua ilmu- ilmu sosial, ilmu perilaku, dan humaniora) di satu pihak dengan natural science (meliputi ilmu-ilmu kealaman seperti fisika, kimia. Biologi, astronomi, dan kedokteran) di pihak lain. Hal demikian bagi Dilthey sangat di perlukan karena human science melibatkan pikiran dan perasaan manusia yang mustahil untuk di ketahui dengan melakukan pengamatan secara obyektif . Hermeneutika mendalam dapat memberikan kerangka metodologis bagi arah pelaksanaan analisa budaya dalam konteks pemahaman. Selain itu juga dapat digunakan oleh Thompson dalam analisa ideologi seperti yang Thompson definisikan, juga memperhatikan bentuk-bentuk simbol hubungannya dengan konteks sosial-historis; karena itu analisa ideologi secara metodologis dapat dianggap sebagai bentuk partikular dari hermeneutika- mendalam. Tapi, dengan memfokuskan perhatian kita pada interelasi antara makna dan kekuasaan. Pada cara-cara bagaimana bentuk-bentuk simbol digunakan untuk membangun dan mempertahankan relasi dominasi, maka analisa ideologi mengasumsikan sesuatu yang berbeda, yang memiliki karakter kritis. Ia memunculkan pertanyaan baru tentang penggunaan bentuk-bentuk simbol dan keterkaitan antara interpretasi, refleksi-diri dan kritik. Hermenautik adalah teori sekaligus metode yang lazim digunakan untuk menafsirkan injil serta manuskrip penting lainnya. 4
  • 5. Hermeneutika dapat didefinisikan secara longgar sebagai suatu teori atau filsafat interpretasi makna. Kesadaran bahwa ekspresi-ekspresi manusia berisi sebuah komponen penuh makna, yang harus disadari sedemikian rupa oleh subjek dan yang diubah menjadi system nilai dan maknanya sendiri, telah memunculkan persoalan-persoalan hermeneutika. Dalam pandangan klasik, hermeneutik mengingatkan kita pada apa yang ditulis Aristoteles dalam Peri Hermeneias atau De Interpretatione. Yaitu bahwa kata-kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan itu. Bahasa tidak boleh kita pikirkan sebagai yang mengalami perubahan. Menurut Gadamer bahasa harus kita pahami sebagai sesuatu yang memiliki ketertujuan (teleologi) di dalam dirinya. Karena kata-kata ataupun ungkapan mempunyai tujuan (telos) tersendiri atau penuh dengan maksud, demikian dikatakan Wilhelm Dilthey. Setiap kata tidak pernah tidak bermakna. Hermenautik adalah teori sekaligus metode yang lazim digunakan untuk menafsirkan injil serta manuskrip penting lainnya. Hermeneutika mendalam dapat memberikan kerangka metodologis bagi arah pelaksanaan analisa budaya dalam konteks pemahaman. Selain itu juga dapat digunakan oleh Thompson dalam analisa ideologi seperti yang Thompson definisikan, juga memperhatikan bentuk-bentuk simbol hubungannya dengan konteks sosial-historis; karena itu analisa ideologi secara metodologis dapat dianggap sebagai bentuk partikular dari hermeneutika- mendalam. Tapi, dengan memfokuskan perhatian kita pada interelasi antara makna dan kekuasaan. Pada cara-cara bagaimana bentuk-bentuk simbol digunakan untuk membangun dan mempertahankan relasi dominasi, maka analisa ideologi mengasumsikan sesuatu yang berbeda, yang memiliki karakter kritis. Ia memunculkan pertanyaan baru tentang penggunaan bentuk-bentuk simbol dan keterkaitan antara interpretasi, refleksi-diri dan kritik. . Dari sini kemudian tampak bahwa tampak bahwa apa yang di upayakan dilthey sebenarnya memiliki nuansa sekularisasi atas apa yang telah di rintis oleh Friedrich Ernst Schleirmacher. Keduanya sama-sama bekerja memberikan makna-makana dan/ interpretasi. Perbedaan mencolok terletak pada kenyataan bahwa Schleiermacher, sebagaimana dengan hanya George Hegel, bekerja berkenaan dengan teks dan/ naskah-naskah penting, karya seni, sastra dan mengangap bahwa tindakan manusia berkembang dari manifestasi perasaan serta 5
  • 6. pikiran yang tertanam sejak lahir, sementara Dilthey lebih berkeyakinan bahwa perasaan dan pikiran serta pengetahuan diri (self knowledge) di konstruksikan dari totalitas pengalaman hidup yang pada akhirnya manusia harus mengupayakan interpretasi-interpretasi terhadap kondisi eksternalnya. Setelah Dilthey muncul lah weber seorang tokoh kenamaan di awal anad ke-20 yang telah banyak berjasa dalam upaya rintisan dan pengembangan hermeneutika. Weber menggunakan hermeneutika dalam berbagai analisis yang di lakukannya terhadap gejala-gejala sosiologis dan historis, terutama dari perspektif materialis (Woodward, 1998: 556). Weber tertarik pada keterkaitan antara kebudayaan, dan perubahan sosial dengan tindakan-tindakan atau perilaku ekonomi. Tujuan akhir dari pendekatan hermeneutik adalah kemampuan memahami penulis atau pengarang melebihi pemahamanm terhadap diri kita sendiri. Seorang sejarawan yang menuliskan segala peristiwa sejarah, tidak jauh dari zaman di mana ia hidup, tidak akan mempunyai pandangan yang lebih jernih jika dibandingkan dengan sejarawan yang hidup sekian abad sesudahnya. Namun pandangan semacam ini dapat juga dianggap keliru. Sejauh prasangka dan keikutsertaan penulis yang bersifat subjektif dijauhkan, maka ia dapat melihat segala peristiwa dalam kebenarannya yang objektif atau sebagaimana mestinya terjadi. Dalam pendekatan hermeneutik, seseorang menempatkan dirinya dalam konteks ruang dan waktu, maka visinya juga mengalami berbagai macam perubahan.Ia menggunakan apa saja yang mungkin untuk ditafsirkan. Ini berbeda dengan metode ilmiah yang lebih mementingkan fenomena. B. TEORI SISTEM (SYSTEM THEORY) Teori sistem memilki akar pada filsafat dialektika yang di kembangkan oleh George Hegel di abad ke-19. George Hegel memahami proses-proses yang ada atau terjadi di dunia (terutama dalam konteks ekonomi, politik, sosial, dean budaya) di atur oleh hukum dialektika bahwa keberadaan suatu (sebagai tesa) kemudian segera disusul oleh suatu keberadaan lain sebagai lawan atau oposisi (antitesa). Setelah keduanya terjadi pergumulan atau tarik-menarik yang yang berujung pada kemunculan suatu keberadaan yang lain lagi (keberadaan ketiga selain sintesa) yang sekaligus menjadi tesa baru, dan demikian seterusnya. Esensi dari filsafat dialektika adalah:self-regulation dan kontrol serta 6
  • 7. kemenyatuan (wholeness) dan saling ketergantungan (interdependence) yang semuanya menjadi pokok dari pijakan teori sistem. Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai hubungan diantara variabel dependen dan independen yang diasumsikan berinteraksi satu sama lain. Artinya perubahan dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan atau disusul dengan perubahan variabel lain atau kombinasi variabel. 4 unsur pokok teori sistem yaitu: a. Objek, yakni bagian atau unsur dari sistem b. Attributes, yakni kualitas properti dari sistem, kualitas atau properti dari objek c. Hubungan internal antar objek d. Lingkungan (environtment) yang melingkupi objek Teori sistem memberikan konstribusi bagi pengembangan penelitian komunikasi kualitatif karena prinsip-prinsip di atas. Self-regulation dan kontrol membawa implikasi tentang keniscayaan-keniscayaan interaksi, tarik-menarik atau pergumulan, dan pergumulan antara elemen-elemen kekuatan dalam masyarakat beserta nilai-nilai sosial budaya yang ada di dalamnya. Kemudian prinsip kemenyatuan dan saling ketergantungan membawa konsekuensi di tolakn ya kecendrungan reduksionisme, isolasi variabel, cara pandang atomistis terhadap khalayak, dan cara pandang linier-mekanistis dalam memandang pengaruh(effect) variabel terhadap variabel lain. C. GROUNDED THEORY Pendekatan grounded teori (Grounded Theory Approach) adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori dari kancah. Pendekatan ini pertama kali disusun oleh dua orang sosiolog; Barney Glaser dan Anselm Strauss. Untuk maksud ini keduanya telah menulis 4 (empat) buah buku, yaitu; "The Discovery of Grounded Theory" (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques (1990). Menurut kedua ilmuwan ini, pendekatan Grounded Theory merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara cermat sehingga memenuhi keriteria metode ilmiah. Keriteria dimaksud adalah adanya signikansi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta bisa dibuktikan. 7
  • 8. Sesuai dengan nama yang disandangnya, tujuan dari Grounded Theory Approach adalah teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap perilaku. Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti paradigma penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari data menuju suatu teori. Untuk maksud itu, yang diperlukan dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur (sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan Grounded Theory Approach adalah teoritisasi data (Grounded Theory). Pada dasarnya Grounded Theory dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, namun demikian seorang peneliti tidak perlu ahli dalam bidang ilmu yang sedang ditelitinya. Hal yang lebih penting adalah bahwa dari awal peneliti telah memiliki pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang ditelitinya, supaya ia paham jenis dan format data yang dikumpulkannya. - Perumusan Masalah rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun secara bertahap. Pada tahap awal – sebelum pengumpulan data, dikemukan rumusan masalah yang bersifat luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang kemudian nanti –setelah data yang bersifat umum dikumpulkan— rumusan masalahnya semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan. Intinya adalah, bahwa rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun lebih dari satu kali. Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai panduan dalam mengumpul data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap berikutnya dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari. Ciri rumusan masalah yang disarankan dalam Grounded Theory adalah; (a) berorientasi pada pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (b) mengungkap secara tegas tentang obyek (formal dan material) yang akan diteliti, serta (c) berorientasi pada proses dan tindakan. Contoh rumusan masalah awal pada Grounded Theory; "Bagaimanakah wanita yang berpenyakit kronis mengatasi kehamilan?" Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah ini bermaksud untuk; (a) mengenali secara tepat dan mendalam perilaku wanita yang 8
  • 9. sedang berpenyakit kronis dalam mengatasi kehamilannya, (b) obyek formal penelitian adalah wanita yang berpenyakit kronis yang sedang hamil; sedangkan obyek materialnya adalah cara-cara yang dilakukan oleh wanita itu dalam mengatasi persoalan kehamilan dalam kondisi sakit, dan (c) orientasi utama yang disoroti adalah tahapan tindakan si wanita dan jenis-jenis atau bentuk-bentuk tindakan yang dipilih. - penggunaan literatur penelitian Grounded Theory tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan menutupi kreativitas dalam mengumpul, memahami dan menganalisis data. Inilah yang dimaksudkan dalam pendekatan Grounded Theory, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki pengetahuan tentang obyek yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori yang mungkin ditemukan. - Pengumpulan Data Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory adalah peneliti sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama yang dapat digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Metode observasi dan wawancara dalam Grounded Theory tidak berbeda dengan observasi dan wawncara pada jenis penelitian kualitatif lainnya. Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu mempertanyakan "mengapa suatu kondisi terjadi?", "apa konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan "seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung"?. Dalam Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik. Penyampelan teoritik adalah pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan secara teoritik dengan teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel 9
  • 10. peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti sedang meneliti "warna kuning" yang di dimensinya terdiri atas "intensitas corak" dan "kecerahan", maka peneliti memutuskan untuk mendalami "intensitas corak" saja (tidak lagi membahas tentang 'kecerahan"), berarti ia sudah melakukan penyampelan. Penegasan ini memberi makna, bahwa pada dasarnya yang di sampel itu bukan obyek formal penelitian (orang atau benda- benda), melainkan obyek material yang berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan. Namun demikian, karena fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan sendirinya obyek formal juga ikut di sampel dalam peroses pengumpulan atau penggalian fenomena. Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu: a. Mengorganisir data. b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode. c. Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa yang dipelajari. d. Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi- kondisi yang menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut. e. Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori di dalam model axial coding. Teori yang merupakan hasil dari kajian data, yang merumuskan keterkaitan fenomena yang dapat menjelaskan kondisi yang relevan di lapangan, dilakukan pengulangan sejak pada proses pengumpulan data sampai menghasilkan proposisi, hingga merasa jenuh (data baru tidak ditemukan). Dengan kata lain, adalah mengkonfirmasi, memperluas, dan mempertajam kerangka kerja teoritik, serta mengakhiri proses penelitian bilamana, peningkatan atau penambahan yang diperoleh tidak berarti. Kualitas grounded theory sangat ditentukan oleh langkah-langkah yang dilakukan secara baik, benar, dan disiplin. Proses yang benar akan menjamin ditemukannya teori yang benar pula. Dengan demikian, ada semacam koherensi antara input, proses, dan output. Disamping itu, seperti pada penelitian lainnya, pengujian ditentukan oleh validitas, reliabilitas, dan kredibilitas dari data, juga ditentukan oleh proses penelitian dimana teori dihasilkan, serta data empirisnya sebagai bagian integral dari penemuan atau teori yang dihasilkan 10
  • 11. BAB III PENUTUP 1.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA Cazeaux, C., 2000, The Continental Aesthetics Reader, London, New York: TJ. International Ltd. Gadamer, H.G., 1976, Philosophical Hermeneutics, Berkeley, CA.: University of California Press. Howard, Roy J., 1982, Three Faces of Hermeneutics, Berkley and Los Angeles: University of California Press. Ltd. Pawito. 2007. Penelitian komunikasi kuakitatif. PT. Lkis pelangi aksara. Yogyakarta. 11