SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
1
PENGAJIAN MALAM SELASA
MAJELIS TABLIGH MUHAMMADIYAH
DI AULA MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Jadilah Al-Utrujjah:
Purwarupa Ideal Pembaca al-Qur’an
Protoptype (Purwarupa) pembaca al-Qur’an, dalam kajian hadits
Nabi Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, terpilah menjadi 4 (empat) macam. Yang
pertama, disebut dengan al-Utrujjah1
; yang kedua, disebut dengan at-Tamrah2
;
yang ketiga, disebut dengan ar-Raihanah3
; dan yang keempat, disebut dengan
al-Hanzhalah4
. Masing-masing sebutan, mencirikan masing-masing
‘purwarupa’ pembaca al-Qur’an itu, dengan kualifikasi masing-masing. Al-
Utrujjah dan at-Tamrah berkenaan dengan pribadi mukmin (orang yang
beriman); sementara itu, ar-Raihanah dan al-Hanzhalah berkenaan dengan
pribadi munafik.
Abu Musa al-Asy’ari mengisahkan, bahwa Rasulullah Shallalâhu
‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
1
Al-Utrujah ialah: “buah yang aroma (bau)-nya harum, rasanya lezat,
warnanya indah dan memiliki banyak manfaat. Lihat: Abû ath-Thayyib Muhammad
Syams al-Haq al-‘Azhîm Ābadiy, Aun al-Ma’bûd Sunan Abî Dâwud, juz IX, hal. 2114.
2
At-Tamrah ialah: “buah yang yang rasanya manis, tetapi tidak
mengeluarkan aroma (bau) harum. Lihat: ‘Abd al-Muhsin al-‘Abbâd, Syarh Sunan Abî
Dâwud, juz XXVII, hal. 496.
3
Ar-Raihanah ialah: “buah yang rasanya pahit, tetapi aroma (bau)-nya
harum”; Lihat: Muhammad ibn Hibbân ibn Ahmad ibn Hibbân ibn Mu’âdz ibn
Ma’bad at-Tamîmiy, Shahîh ibn Hibbân, juz I, hal. 329.
4
Al-Hanzhalah ialah: “buah yang rasanya pahit dan beraroma busuk. Lihat:
Muhammad ‘Abd ar-Rahmân ibn ‘Abd ar-Rahîm al-Mubârakfûriy Abû al-‘Alâ, Tuhfah
al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidziy, juz VII, hal. 184.
2
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Qur`an adalah seperti buah
Utrujjah, baunya harum dan rasanya juga enak. Dan perumpamaan orang mukmin
yang tidak membaca al-Qur`an adalah seperti buah kurma, baunya tidak semerbak,
namun rasanya manis. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca al-
Qur`an adalah laksana buah Raihanah yang baunya harum namun rasanya pahit.
Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Qur`an adalah seperti
buah Hanzhalah, baunya tidak wangi dan rasanya juga pahit.” (Hadits Riwayat
al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz IX, hal. 198, hadits no. 7560; Al-Jâmi’ ash-
Shahîh al-Mukhtashar, juz V, hal. 2070, hadits no. 5111; Al-Jâmi’ ash-Shahîh,
juz XVII, hal. 48, hadits no. 5007; Shahîh al-Bukhâriy, juz XVIII, hal. 182,
hadits no. 5427; Muslim, Shahîh Muslim, juz II, hal. 194, hadits no. 1896; At-
Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, juz V, hal. 150, hadits no. 2865; An-Nasâi,
Sunan an-Nasâi, juz IV, hal. 168, hadits no. 6733; Ibnu Majah, Sunan ibn
Mâjah, juz I, hal. 145, hadits no. 214; Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibn
Hanbal, juz IV, hal. 403, hadits no. 19630; Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud,
juz IV, hal. 259, hadits no. 4829; Al-Bazzar, Musnad al-Bazzâr, juz VIII, hal.
14, hadits no. 2985; Al-Baihaqi, Syu’ab al-Îmân, juz III, hal. 361, hadits no.
1821; Ibnu Hibban, Shahîh ibn Hibbân, juz III, hal. 47, hadits no. 770 dari
Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallâhu ‘Anhu)
Begitu indahnya bunyi (teks) hadits di atas. Di dalamnya
menjelaskan kepada kita tentang perumpamaan manusia berkaitan dengan
aktivitasnya dalam membaca al-Qur’an. Sadar atau tidak sadar, sebagai
seorang pembaca al-Quran, ternyata diri kita masing-masing memiliki ‘rasa
dan aroma’ tersendiri di hadapan al-Qur’an. Dalam arti, pada setiap
kehidupan ini, di mana pun kita dan kapan pun serta bersama siapa pun kita,
sebagai pembaca al-Qur’an -- masing-masing -- memiliki ‘pancaran’ yang
berbeda-beda.
Bila dilihat dari bunyi (teks) hadits shahih di atas, setidaknya akhlak
dan perilaku setiap pembaca al-Qur’an bisa dianalogikan dari interaksinya
bersama al-Qur’an.
Secara eksplisit (lahiriah), kandungan hadits di atas memuat
beberapa prototype (purwarupa) manusia – pembaca al-Qur’an -- yang perlu
kita ketahui bersama, yaitu:
1. Orang mukmin (beriman) yang senantiasa beraktivitas untuk membaca
al-Qur’an dengan fondasi imannya, diumpakan di dalam hadits
tersebut seperti buah utrujjah.
Sudah selayaknya setiap mukmin (orang yang beriman) selalu
bersedia, berkemampuan, memiliki kecintaan yang dalam dan pandai
(untuk) membaca al-Qur’an dalam setiap desah nafasnya. Mengapa? Karena
ibadah (dengan cara) membaca al-Qur’an setiap hari adalah bagian dari
3
salah satu bentuk ibadah utama yang akan mengakibatkan kekokohan diri
kita. Ketika seseorang rajin dalam melakukan tilâwah (membaca) al-Qur’an
dalam jumlah ayat, surat dan juz yang cukup, maka efek positif dari tilâwah
itu -- insyâallâh -- akan memberikan pancaran cahaya bagi setiap desahan
nafasnya. Tilâwahnya dinilai ibadah dengan pahala yang berlipat-lipat,
hatinya selalu connected (tersambung) dengan Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ,
jiwanya sejuk dengan siraman kelembutannya, pikirannya penuh dengan
pesan-pesan ilahi dan dirinya selalu ada bersama makhluk-makhluk Allah
lainnya dalam tasbîh dan tahmîd (memuji Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ). Tentu
saja dari ketekunannya dalam membaca al-Qur’an ini, dirinya akan menjadi
semakin baik, mudah mengingat Allah, sigap dan berhati-hati dari segala
godaan penyimpangan dan maksiat, dan penuh harap dan cemas kepada
ridha-Nya. Maka dari itu, Rasulullah Shallalâhu ‘Alaihi wa Sallam
mengumpamakan mukmin yang seperti ini dengan buah utrujjah. Atau
dengan bahasa familiarnya bagi kita -- di Indonesia -- adalah seperti ‘buah
durian’, yang sangat lezat. Baunya harum dan rasanya lezat sekali. Inilah
karakteristik ‘Muslim ideal’.
2. Orang mukmin (beriman) yang tidak berkemauan kuat untuk membaca
al-Qur’an, diumpakan di dalam hadits tersebut seperti buah tamrah
(kurma). Tidak beraroma harum, tetapi rasanya manis.
Karena keimanan setiap muslim itu bertingkat-tingkat di hadapan
Allah, maka ada juga mukmin yang tidak mecintai aktivitas tilâwah al-Qurân
(membaca al-Qur’an). Dirinya, bahkan merasa cukup beraktivitas (sekadar)
dengan beraktiwas tilâwah al-Quran apa adanya (sekadar – memenuhi
kegiatan rutin -- membaca), sehingga sedikit pun tidak merasakan
kenikmatan dalam membacanya. Akibatnya, kewajiban tilâwah al-Qur’ân-nya
pun berada pada tingkatan terendah. Na’ûzubillâh min dzâlik. Padahal
Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam -- sebagai guru al-Qur’an bagi
umatnya -- ‘mewanti-wanti’ (menasihati) diri kita -- umatnya -- untuk
menjadikan tilâwah al-Qur’ân ‘harian’ (rutin) sebagai indikator keimanan kita
kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ.
Perhatikan, misalnya, firman Allah pada QS al-Baqarah/2: 121
yang seringkali dibacakan oleh para ustadz,
َ‫ين‬ِ
‫ذ‬
‫اَّل‬ََُ‫م‬
ُ
‫اه‬‫ن‬
ْ
‫ي‬‫آت‬ََ‫اب‬‫ت‬ِ‫ك‬
ْ
‫ال‬ََ
ُ
‫ه‬‫ون‬
ُ
‫ل‬
ْ
‫ت‬‫ي‬ََ‫ذ‬‫ق‬‫ح‬ََِ‫ه‬ِ‫ت‬‫و‬‫َل‬ِ‫ت‬ََٰ‫ـ‬‫ول‬
ُ
‫أ‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ََ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬
ْ
‫ؤ‬ُ‫ي‬ََِ‫ه‬ِ‫ب‬ۗ‫ن‬‫م‬‫و‬َ
َْ‫ر‬
ُ
‫ف‬
ْ
‫ك‬‫ي‬ََِ‫ه‬ِ‫ب‬ََٰ‫ـ‬‫ول‬
ُ
‫أ‬‫ف‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ََُ‫م‬
ُ
‫ه‬ََ‫ون‬ُ ِ‫اِس‬
ْ
‫اْل‬
“Orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab kepadanya, mereka membacanya
dengan bacaan yang sebenarnya [maksudnya: “tidak mengubah dan menakwilkan
4
al-kitab itu dengan sekehendak hatinya”], mereka itu beriman kepadanya. Dan
barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.”
Kita perlu menyadari, walaupun amalan ibadah kita yang lain
sudah cukup baik, namun apabila pada sisi tilâwah al-Qur’ân ini terlupakan,
maka bisa jadi ‘aroma’ keimanan kita pun akan menjadi berkurang dalam
seluruh aspek kehidupan kita. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi
wa Sallam menyamakannya seperti buah at-tamrah (kurma)’. Rasanya manis,
tetapi tidak mengeluarkan aroma keharuman.
3. Orang munafik yang bersedia untuk membiasakan diri ‘membaca al-
Qur’an’, diumpamakan dalam hadits tersebut seperti buah raihanah.
Aromanya harum, tetapi rasanya pahit.
Kaum munâfiqîn (komunitas munafik) adalah ‘satu’ bagian dari
ketiga golongan manusia yang diklasifikasikan dalam al-Qur’an, selain
orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Jumlah kaum munafik ini selalu
saja berada pada populasi yang besar disbandingkan dengan kedua golongan
lainnya. Munafik adalah orang yang diasumsikan beriman secara lahiriah,
tetapi ‘kafir’ secara batiniah. Erat kaitannya persoalan mu’amalah dengan al-
Qur’an, ada orang munafik yang sangat antusias dan pandai dalam
membaca al-Qur’an. Tetapi, sayang, tilâwah al-Qur’ânnya itu dilakukan
hanya sekadar (sebagai) pemoles bibir (lip-service) dan unjuk –suara saja,
layaknya sebuah pentas hiburan yang semata-mata bernilai seni. Sementara
isinya yang indah tidak sampai ke dalam lubuk hatinya, tidak
terimplementasi pada praktik kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain,
‘ia’ pandai mengaji (melantunkan tilâwah al-Qur’ân), tetapi – seiring dengan
aktivitas tilâwah al-Qur’ân, beragam kemaksiatan pun dia jalani secara terus-
menerus dalam beragam aktivitas kehidupannya. Dalam pandangan
Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, orang munafik semacam ini tak
ubahnya bagaikan buah Raihanah, yang aromanya harum, tetapi rasanya
pahit. Pancaran keindahan ayat-ayat al-Qur’an yang ia baca itulah yang
menjadikannya dirinya ‘beraroma‘ harum. Tetapi, ‘sayang’, keharuman
aroma al-Qur’an itu hanya tersimpul di bibir saja, sementara isin
(kandungan)-nya tidak diamalkan olehnya. Karenanya, jadilah dirinya terasa
‘pahit’.
4. Yang terakhir, orang munafik yang tidak memiliki antusisme untuk
membaca al-Qur’an, yang dalam hadits tesebut dumpamakan seperti
buah hanzhalah. Tidak beraroma harum dan rasanya pun pahit.
Inilah sejelek-jelek karateristik manusia. Orang yang telah memiliki
sifat munafik, tentu saja akan selalu dibenci oleh Allah; dan ‘ternyata’ –
dengan kemunafikannya -- dia juga sama sekali tidak memiliki kesediaan
untuk membaca al-Qur’an, sehingga sempurnalah keburukannya. Bisa jadi
5
akibat dari kemunafikannya itulah ‘ia’ sama sekali tidak bersedia untuk
‘beriman’ terhadap al-Qur’an, sehingga mengakibatkan dirinya sama sekali
tidak memiliki pancaran Islam dan kelembutan al-Qur’an, karena
ketidakbersedianya untuk berinteraksi dengan al-Qur’an. Aromanya pun
(menjadi) ‘nihil’ (kosong) dan rasanya pun pahit sekali. Semua ragam
penampilannya pun terkesan ‘buruk’ di hadapan setiap mukmin (orang yang
beriman). Apalagi di hadapan Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ. Sehingga
wajarlah, jika Allah mengancamnya, dengan menyediakan tempat akhir
mereka kelak di hari akhir pada ‘kerak neraka’ yang paling dalam.
Na’ûzubillâh min dzâlik. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat yang satu
ini.
Bercermin dari sabda Rasullullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam
tersebut di atas, marilah kita ‘mulai’ merenung dan melakukan muhâsabah
(introspeksi) bersama, yang manakah di antara keempat sifat manusia di atas
yang melekat pada diri kita? Untuk selanjutnya berbenah diri untuk
menyiapkan diri kita agar berkemampuan untuk berinteraksi secara
berkelanjutan dengan al-Qur’an. Menjadi pembaca setia al-Quran, yang
selalu hadir untuk membaca al-Quran dengan fondasi iman yang kokoh.
Akhirnya mari kita berdoa kepada Allah, dengan harapan ‘semoga’
Allah selalu berkenan untuk memberikan hidayah dan taufiqNya kepada
diri kita, agar kita bisa memerbaiki diri dalam berinteraksi dengan al-Qur’an
ini, sehingga diri kita memili ‘aroma dan rasa’ buah “utrujjah” yang
menyedapkan, bukan hanya bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi lingkungan
sosial dan kehidupan kita, dari dunia fana ini sampai di akhirat kelak.
Jadilah – mulai saat ini -- seeorang yang diumpamakan oleh Allah
seperti buah ‘Utrujjah’; seseorang yang selalu bersedia untuk berinteraksi
dengan al-Quran dengan fondasi iman yang kokoh. Sehingga ‘diri kita’ bisa
menjadi manusia yang senantiasa berguna, bukan saja pada diri sendiri,
tetapi juga bagi setiap orang dan komunitas yang berinteraksi dengan diri
kita, di mana pun dan kapan pun.
Āmîn Yâ Mujîbas Sâilîn.
Yogyakarta, 4 Mei 2015

More Related Content

What's hot

Agar Al-Quran Menjadi Teman
Agar Al-Quran Menjadi TemanAgar Al-Quran Menjadi Teman
Agar Al-Quran Menjadi TemanFeby FauziahS
 
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-QuranWhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-QuranRidlo Abelian
 
rahasia indah-al-fatihah
rahasia indah-al-fatihahrahasia indah-al-fatihah
rahasia indah-al-fatihahhafidz cahya
 
Quran is our guidance
Quran is our guidanceQuran is our guidance
Quran is our guidanceMuhamad Yusuf
 
Peringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banPeringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banMuhsin Hariyanto
 
Peringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banPeringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banMuhsin Hariyanto
 
Presentation agama
Presentation agamaPresentation agama
Presentation agama16juni98
 
Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Marhamah Saleh
 
Ihya ulumuddin dalam pandangan para ulama
Ihya ulumuddin dalam pandangan para ulamaIhya ulumuddin dalam pandangan para ulama
Ihya ulumuddin dalam pandangan para ulamaSrijb Mms
 
Resume ulumul qur'n
Resume ulumul qur'nResume ulumul qur'n
Resume ulumul qur'nAman Kenting
 
Bacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBob Arrio
 

What's hot (16)

Kunci tadabbur al qur'an
Kunci tadabbur al qur'anKunci tadabbur al qur'an
Kunci tadabbur al qur'an
 
Agar Al-Quran Menjadi Teman
Agar Al-Quran Menjadi TemanAgar Al-Quran Menjadi Teman
Agar Al-Quran Menjadi Teman
 
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-QuranWhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
 
rahasia indah-al-fatihah
rahasia indah-al-fatihahrahasia indah-al-fatihah
rahasia indah-al-fatihah
 
Quran is our guidance
Quran is our guidanceQuran is our guidance
Quran is our guidance
 
Peringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banPeringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'ban
 
Peringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banPeringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'ban
 
Makalah al qur'an
Makalah al qur'anMakalah al qur'an
Makalah al qur'an
 
Tasyri' masa sahabat
Tasyri'  masa sahabatTasyri'  masa sahabat
Tasyri' masa sahabat
 
Presentation agama
Presentation agamaPresentation agama
Presentation agama
 
Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3
 
Ihya ulumuddin dalam pandangan para ulama
Ihya ulumuddin dalam pandangan para ulamaIhya ulumuddin dalam pandangan para ulama
Ihya ulumuddin dalam pandangan para ulama
 
Resume ulumul qur'n
Resume ulumul qur'nResume ulumul qur'n
Resume ulumul qur'n
 
ulumul qur'an
ulumul qur'anulumul qur'an
ulumul qur'an
 
Tahlil dan dalilnya
Tahlil dan dalilnyaTahlil dan dalilnya
Tahlil dan dalilnya
 
Bacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyah
 

Similar to MAJELIS AL-QURAN

Asas Adab-Adab Al-Quran.pptx
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptxAsas Adab-Adab Al-Quran.pptx
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptxubadahlokman1
 
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.pptKeutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.pptZielMahqwaSunarto
 
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.pptKeutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.pptAkuTahu1
 
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.pptKeutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.pptAhibSadam
 
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )Eja Fahreza
 
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquranBab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquranwildiaekafutikha
 
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docxKhutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docxWollKopones
 
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'anIsalzone Faisal
 
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptxHADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptxHayatiSyafri2
 
Asment tajwid
Asment tajwidAsment tajwid
Asment tajwidCik BaCo
 
Fadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofi
Fadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofiFadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofi
Fadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofialfan bainofi
 
Menghias Keseharian Kita dengan Al-Qur'an (Rev).pptx
Menghias Keseharian Kita dengan Al-Qur'an (Rev).pptxMenghias Keseharian Kita dengan Al-Qur'an (Rev).pptx
Menghias Keseharian Kita dengan Al-Qur'an (Rev).pptxMaulaAzies
 
Resume Ulumul Qur'an
Resume Ulumul Qur'anResume Ulumul Qur'an
Resume Ulumul Qur'anSuya Yahya
 
Pengertian al quran
Pengertian al quranPengertian al quran
Pengertian al quranYatie Emkay
 
Presentasi kelompok 3 studi hadis.pptx
Presentasi kelompok 3 studi hadis.pptxPresentasi kelompok 3 studi hadis.pptx
Presentasi kelompok 3 studi hadis.pptxAlfanNur3
 

Similar to MAJELIS AL-QURAN (20)

Asas Adab-Adab Al-Quran.pptx
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptxAsas Adab-Adab Al-Quran.pptx
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptx
 
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.pptKeutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
 
Panduan menghafaz al
Panduan menghafaz alPanduan menghafaz al
Panduan menghafaz al
 
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.pptKeutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
 
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.pptKeutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
Keutamaan_Membaca_Al_Quran.ppt
 
Adab 2
Adab 2Adab 2
Adab 2
 
Al qur'an uinsu '16
Al qur'an uinsu '16Al qur'an uinsu '16
Al qur'an uinsu '16
 
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
 
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquranBab 8 adab berdoa dan membaca alquran
Bab 8 adab berdoa dan membaca alquran
 
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docxKhutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
 
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
1.5 syuruthul intifa' bil qur'an
 
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptxHADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
HADIS_TENTANG_NIAT_UNTUK_MENDAPAT_A.pptx
 
Asment tajwid
Asment tajwidAsment tajwid
Asment tajwid
 
Fadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofi
Fadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofiFadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofi
Fadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofi
 
Tafsir al-fatihah
Tafsir al-fatihahTafsir al-fatihah
Tafsir al-fatihah
 
Menghias Keseharian Kita dengan Al-Qur'an (Rev).pptx
Menghias Keseharian Kita dengan Al-Qur'an (Rev).pptxMenghias Keseharian Kita dengan Al-Qur'an (Rev).pptx
Menghias Keseharian Kita dengan Al-Qur'an (Rev).pptx
 
Resume Ulumul Qur'an
Resume Ulumul Qur'anResume Ulumul Qur'an
Resume Ulumul Qur'an
 
Pengertian al quran
Pengertian al quranPengertian al quran
Pengertian al quran
 
Memelihara keikhlasan
Memelihara keikhlasanMemelihara keikhlasan
Memelihara keikhlasan
 
Presentasi kelompok 3 studi hadis.pptx
Presentasi kelompok 3 studi hadis.pptxPresentasi kelompok 3 studi hadis.pptx
Presentasi kelompok 3 studi hadis.pptx
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

MAJELIS AL-QURAN

  • 1. 1 PENGAJIAN MALAM SELASA MAJELIS TABLIGH MUHAMMADIYAH DI AULA MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Jadilah Al-Utrujjah: Purwarupa Ideal Pembaca al-Qur’an Protoptype (Purwarupa) pembaca al-Qur’an, dalam kajian hadits Nabi Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, terpilah menjadi 4 (empat) macam. Yang pertama, disebut dengan al-Utrujjah1 ; yang kedua, disebut dengan at-Tamrah2 ; yang ketiga, disebut dengan ar-Raihanah3 ; dan yang keempat, disebut dengan al-Hanzhalah4 . Masing-masing sebutan, mencirikan masing-masing ‘purwarupa’ pembaca al-Qur’an itu, dengan kualifikasi masing-masing. Al- Utrujjah dan at-Tamrah berkenaan dengan pribadi mukmin (orang yang beriman); sementara itu, ar-Raihanah dan al-Hanzhalah berkenaan dengan pribadi munafik. Abu Musa al-Asy’ari mengisahkan, bahwa Rasulullah Shallalâhu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda: 1 Al-Utrujah ialah: “buah yang aroma (bau)-nya harum, rasanya lezat, warnanya indah dan memiliki banyak manfaat. Lihat: Abû ath-Thayyib Muhammad Syams al-Haq al-‘Azhîm Ābadiy, Aun al-Ma’bûd Sunan Abî Dâwud, juz IX, hal. 2114. 2 At-Tamrah ialah: “buah yang yang rasanya manis, tetapi tidak mengeluarkan aroma (bau) harum. Lihat: ‘Abd al-Muhsin al-‘Abbâd, Syarh Sunan Abî Dâwud, juz XXVII, hal. 496. 3 Ar-Raihanah ialah: “buah yang rasanya pahit, tetapi aroma (bau)-nya harum”; Lihat: Muhammad ibn Hibbân ibn Ahmad ibn Hibbân ibn Mu’âdz ibn Ma’bad at-Tamîmiy, Shahîh ibn Hibbân, juz I, hal. 329. 4 Al-Hanzhalah ialah: “buah yang rasanya pahit dan beraroma busuk. Lihat: Muhammad ‘Abd ar-Rahmân ibn ‘Abd ar-Rahîm al-Mubârakfûriy Abû al-‘Alâ, Tuhfah al-Ahwadziy bi Syarh Jâmi’ at-Tirmidziy, juz VII, hal. 184.
  • 2. 2 “Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Qur`an adalah seperti buah Utrujjah, baunya harum dan rasanya juga enak. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Qur`an adalah seperti buah kurma, baunya tidak semerbak, namun rasanya manis. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca al- Qur`an adalah laksana buah Raihanah yang baunya harum namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah, baunya tidak wangi dan rasanya juga pahit.” (Hadits Riwayat al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz IX, hal. 198, hadits no. 7560; Al-Jâmi’ ash- Shahîh al-Mukhtashar, juz V, hal. 2070, hadits no. 5111; Al-Jâmi’ ash-Shahîh, juz XVII, hal. 48, hadits no. 5007; Shahîh al-Bukhâriy, juz XVIII, hal. 182, hadits no. 5427; Muslim, Shahîh Muslim, juz II, hal. 194, hadits no. 1896; At- Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, juz V, hal. 150, hadits no. 2865; An-Nasâi, Sunan an-Nasâi, juz IV, hal. 168, hadits no. 6733; Ibnu Majah, Sunan ibn Mâjah, juz I, hal. 145, hadits no. 214; Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz IV, hal. 403, hadits no. 19630; Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, juz IV, hal. 259, hadits no. 4829; Al-Bazzar, Musnad al-Bazzâr, juz VIII, hal. 14, hadits no. 2985; Al-Baihaqi, Syu’ab al-Îmân, juz III, hal. 361, hadits no. 1821; Ibnu Hibban, Shahîh ibn Hibbân, juz III, hal. 47, hadits no. 770 dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallâhu ‘Anhu) Begitu indahnya bunyi (teks) hadits di atas. Di dalamnya menjelaskan kepada kita tentang perumpamaan manusia berkaitan dengan aktivitasnya dalam membaca al-Qur’an. Sadar atau tidak sadar, sebagai seorang pembaca al-Quran, ternyata diri kita masing-masing memiliki ‘rasa dan aroma’ tersendiri di hadapan al-Qur’an. Dalam arti, pada setiap kehidupan ini, di mana pun kita dan kapan pun serta bersama siapa pun kita, sebagai pembaca al-Qur’an -- masing-masing -- memiliki ‘pancaran’ yang berbeda-beda. Bila dilihat dari bunyi (teks) hadits shahih di atas, setidaknya akhlak dan perilaku setiap pembaca al-Qur’an bisa dianalogikan dari interaksinya bersama al-Qur’an. Secara eksplisit (lahiriah), kandungan hadits di atas memuat beberapa prototype (purwarupa) manusia – pembaca al-Qur’an -- yang perlu kita ketahui bersama, yaitu: 1. Orang mukmin (beriman) yang senantiasa beraktivitas untuk membaca al-Qur’an dengan fondasi imannya, diumpakan di dalam hadits tersebut seperti buah utrujjah. Sudah selayaknya setiap mukmin (orang yang beriman) selalu bersedia, berkemampuan, memiliki kecintaan yang dalam dan pandai (untuk) membaca al-Qur’an dalam setiap desah nafasnya. Mengapa? Karena ibadah (dengan cara) membaca al-Qur’an setiap hari adalah bagian dari
  • 3. 3 salah satu bentuk ibadah utama yang akan mengakibatkan kekokohan diri kita. Ketika seseorang rajin dalam melakukan tilâwah (membaca) al-Qur’an dalam jumlah ayat, surat dan juz yang cukup, maka efek positif dari tilâwah itu -- insyâallâh -- akan memberikan pancaran cahaya bagi setiap desahan nafasnya. Tilâwahnya dinilai ibadah dengan pahala yang berlipat-lipat, hatinya selalu connected (tersambung) dengan Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ, jiwanya sejuk dengan siraman kelembutannya, pikirannya penuh dengan pesan-pesan ilahi dan dirinya selalu ada bersama makhluk-makhluk Allah lainnya dalam tasbîh dan tahmîd (memuji Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ). Tentu saja dari ketekunannya dalam membaca al-Qur’an ini, dirinya akan menjadi semakin baik, mudah mengingat Allah, sigap dan berhati-hati dari segala godaan penyimpangan dan maksiat, dan penuh harap dan cemas kepada ridha-Nya. Maka dari itu, Rasulullah Shallalâhu ‘Alaihi wa Sallam mengumpamakan mukmin yang seperti ini dengan buah utrujjah. Atau dengan bahasa familiarnya bagi kita -- di Indonesia -- adalah seperti ‘buah durian’, yang sangat lezat. Baunya harum dan rasanya lezat sekali. Inilah karakteristik ‘Muslim ideal’. 2. Orang mukmin (beriman) yang tidak berkemauan kuat untuk membaca al-Qur’an, diumpakan di dalam hadits tersebut seperti buah tamrah (kurma). Tidak beraroma harum, tetapi rasanya manis. Karena keimanan setiap muslim itu bertingkat-tingkat di hadapan Allah, maka ada juga mukmin yang tidak mecintai aktivitas tilâwah al-Qurân (membaca al-Qur’an). Dirinya, bahkan merasa cukup beraktivitas (sekadar) dengan beraktiwas tilâwah al-Quran apa adanya (sekadar – memenuhi kegiatan rutin -- membaca), sehingga sedikit pun tidak merasakan kenikmatan dalam membacanya. Akibatnya, kewajiban tilâwah al-Qur’ân-nya pun berada pada tingkatan terendah. Na’ûzubillâh min dzâlik. Padahal Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam -- sebagai guru al-Qur’an bagi umatnya -- ‘mewanti-wanti’ (menasihati) diri kita -- umatnya -- untuk menjadikan tilâwah al-Qur’ân ‘harian’ (rutin) sebagai indikator keimanan kita kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ. Perhatikan, misalnya, firman Allah pada QS al-Baqarah/2: 121 yang seringkali dibacakan oleh para ustadz, َ‫ين‬ِ ‫ذ‬ ‫اَّل‬ََُ‫م‬ ُ ‫اه‬‫ن‬ ْ ‫ي‬‫آت‬ََ‫اب‬‫ت‬ِ‫ك‬ ْ ‫ال‬ََ ُ ‫ه‬‫ون‬ ُ ‫ل‬ ْ ‫ت‬‫ي‬ََ‫ذ‬‫ق‬‫ح‬ََِ‫ه‬ِ‫ت‬‫و‬‫َل‬ِ‫ت‬ََٰ‫ـ‬‫ول‬ ُ ‫أ‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ََ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ؤ‬ُ‫ي‬ََِ‫ه‬ِ‫ب‬ۗ‫ن‬‫م‬‫و‬َ َْ‫ر‬ ُ ‫ف‬ ْ ‫ك‬‫ي‬ََِ‫ه‬ِ‫ب‬ََٰ‫ـ‬‫ول‬ ُ ‫أ‬‫ف‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ََُ‫م‬ ُ ‫ه‬ََ‫ون‬ُ ِ‫اِس‬ ْ ‫اْل‬ “Orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya [maksudnya: “tidak mengubah dan menakwilkan
  • 4. 4 al-kitab itu dengan sekehendak hatinya”], mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.” Kita perlu menyadari, walaupun amalan ibadah kita yang lain sudah cukup baik, namun apabila pada sisi tilâwah al-Qur’ân ini terlupakan, maka bisa jadi ‘aroma’ keimanan kita pun akan menjadi berkurang dalam seluruh aspek kehidupan kita. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam menyamakannya seperti buah at-tamrah (kurma)’. Rasanya manis, tetapi tidak mengeluarkan aroma keharuman. 3. Orang munafik yang bersedia untuk membiasakan diri ‘membaca al- Qur’an’, diumpamakan dalam hadits tersebut seperti buah raihanah. Aromanya harum, tetapi rasanya pahit. Kaum munâfiqîn (komunitas munafik) adalah ‘satu’ bagian dari ketiga golongan manusia yang diklasifikasikan dalam al-Qur’an, selain orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Jumlah kaum munafik ini selalu saja berada pada populasi yang besar disbandingkan dengan kedua golongan lainnya. Munafik adalah orang yang diasumsikan beriman secara lahiriah, tetapi ‘kafir’ secara batiniah. Erat kaitannya persoalan mu’amalah dengan al- Qur’an, ada orang munafik yang sangat antusias dan pandai dalam membaca al-Qur’an. Tetapi, sayang, tilâwah al-Qur’ânnya itu dilakukan hanya sekadar (sebagai) pemoles bibir (lip-service) dan unjuk –suara saja, layaknya sebuah pentas hiburan yang semata-mata bernilai seni. Sementara isinya yang indah tidak sampai ke dalam lubuk hatinya, tidak terimplementasi pada praktik kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain, ‘ia’ pandai mengaji (melantunkan tilâwah al-Qur’ân), tetapi – seiring dengan aktivitas tilâwah al-Qur’ân, beragam kemaksiatan pun dia jalani secara terus- menerus dalam beragam aktivitas kehidupannya. Dalam pandangan Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, orang munafik semacam ini tak ubahnya bagaikan buah Raihanah, yang aromanya harum, tetapi rasanya pahit. Pancaran keindahan ayat-ayat al-Qur’an yang ia baca itulah yang menjadikannya dirinya ‘beraroma‘ harum. Tetapi, ‘sayang’, keharuman aroma al-Qur’an itu hanya tersimpul di bibir saja, sementara isin (kandungan)-nya tidak diamalkan olehnya. Karenanya, jadilah dirinya terasa ‘pahit’. 4. Yang terakhir, orang munafik yang tidak memiliki antusisme untuk membaca al-Qur’an, yang dalam hadits tesebut dumpamakan seperti buah hanzhalah. Tidak beraroma harum dan rasanya pun pahit. Inilah sejelek-jelek karateristik manusia. Orang yang telah memiliki sifat munafik, tentu saja akan selalu dibenci oleh Allah; dan ‘ternyata’ – dengan kemunafikannya -- dia juga sama sekali tidak memiliki kesediaan untuk membaca al-Qur’an, sehingga sempurnalah keburukannya. Bisa jadi
  • 5. 5 akibat dari kemunafikannya itulah ‘ia’ sama sekali tidak bersedia untuk ‘beriman’ terhadap al-Qur’an, sehingga mengakibatkan dirinya sama sekali tidak memiliki pancaran Islam dan kelembutan al-Qur’an, karena ketidakbersedianya untuk berinteraksi dengan al-Qur’an. Aromanya pun (menjadi) ‘nihil’ (kosong) dan rasanya pun pahit sekali. Semua ragam penampilannya pun terkesan ‘buruk’ di hadapan setiap mukmin (orang yang beriman). Apalagi di hadapan Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ. Sehingga wajarlah, jika Allah mengancamnya, dengan menyediakan tempat akhir mereka kelak di hari akhir pada ‘kerak neraka’ yang paling dalam. Na’ûzubillâh min dzâlik. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat yang satu ini. Bercermin dari sabda Rasullullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam tersebut di atas, marilah kita ‘mulai’ merenung dan melakukan muhâsabah (introspeksi) bersama, yang manakah di antara keempat sifat manusia di atas yang melekat pada diri kita? Untuk selanjutnya berbenah diri untuk menyiapkan diri kita agar berkemampuan untuk berinteraksi secara berkelanjutan dengan al-Qur’an. Menjadi pembaca setia al-Quran, yang selalu hadir untuk membaca al-Quran dengan fondasi iman yang kokoh. Akhirnya mari kita berdoa kepada Allah, dengan harapan ‘semoga’ Allah selalu berkenan untuk memberikan hidayah dan taufiqNya kepada diri kita, agar kita bisa memerbaiki diri dalam berinteraksi dengan al-Qur’an ini, sehingga diri kita memili ‘aroma dan rasa’ buah “utrujjah” yang menyedapkan, bukan hanya bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sosial dan kehidupan kita, dari dunia fana ini sampai di akhirat kelak. Jadilah – mulai saat ini -- seeorang yang diumpamakan oleh Allah seperti buah ‘Utrujjah’; seseorang yang selalu bersedia untuk berinteraksi dengan al-Quran dengan fondasi iman yang kokoh. Sehingga ‘diri kita’ bisa menjadi manusia yang senantiasa berguna, bukan saja pada diri sendiri, tetapi juga bagi setiap orang dan komunitas yang berinteraksi dengan diri kita, di mana pun dan kapan pun. Āmîn Yâ Mujîbas Sâilîn. Yogyakarta, 4 Mei 2015