2. Dewa gereja selalu menyiapkan para misionaris yang siap berbaur dan menggunakan topeng Islam untuk membuat perpecahan di kalangan Islam. Para misionaris tersebut ada yang terang-terangan megajak langsung, berpura-pura masuk Islam agar mudah diterima dan mempengaruhi umat Islam, atau membuat aliran-aliran baru yang menyesatkan muslim yang lembek aqidahnya salah satunya adalah JIL(jaringan Islam Liberal). Dengan modal pengetahuan mereka tentang Islam, karena mereka mempelajari islamologi sehingga mereka sering kali memelintir makna kandungan al-Qur’an yang mana disebutkan dalam bahasa al-Qur’an; yuharrifuna alkalima ‘an mawaadli’ihi. Tanpa disadari umat Islam, tumbuh suburnya berbagai aliran baru yang mengaku diri sebagai Islam tetapi bertentangan dengan ajaran Islam pada hakikatnya adalah virus yang ditebarkan nasrani untuk melemahkan Islam.
4. Media massa baik media yang di satu sisi merupakan wujud kemajuan teknologi dapat member manfaat besar bagi kemajuan suatu bangsa, akan tetapi di pihak lain media tersebut merupakan senjata paling produktif yang digunakan Nasrani untuk menghancurkan moralitas generasi muslim. Berbagai sajian di televisi mulai dari film, infotainment bahkan iklan sekalipun, kenyataannya membawa pengaruh besar terhadap perubahan perilaku para penontonnya. Yang paling menghawatirkan adalah akses internet tanpa batas. Pada kenyataannya pemerintah belum mampu memblokir situs-situs perusak moral generasi bangsa. Wajar adanya jika kini semakin meningkat bentuk penyimpangan perilaku generasi muda. Dekadensi moral generasi muda saat ini tidak terlepas dari pengaruh dakwah orang-orang kafir yang hendak menghancurkan Islam.
6. Manakala umat Islam belum mampu melakukan pembenahan ekonomi umat dengan adanya Lembaga-lembaga Amil Zakat, justeru kesolidan nasrani dalam menggalang dana social yang dilakukan dewan gereja mampu mendorong para misionaris untuk melakukan manuver-manuver kristenisasi. Korban-korban bencana alam dan kemiskinan adalah sasaran empuk bagi para misionaris untuk pemurtadan. Para dhuafa tersebut mereka beri bantuan selanjutnya mereka giring penerima bantuan itu menuju pintu kemurtadan.
7. Tidak hanya kaum dhuafa harta dan aqidahnya, umat Islam yang relative masih memiliki pondasi keimanan kuat pun tidak ketinggalan dijadikan sasaran tembak para misionaris. Pondok-pondok Pesantren Salafiyah yang giat melakukan pembinaan terhadap aqidah dan ibadah umat kini sedikit-demi sedikit mulai meredup. Terhadap golongan Islam fundamentalis, mereka tidak melakukan serangan secara frontal melainkan dengan pendekatan yang sangat halus. Dengan menggunakan baju USAID, mereka sediakan dana bantuan pembangunan yang nilainya ratusan juta sampai milyar untuk pesantren dengan sarat utama harus ada sekolah formal di dalamnya. Sekilas persyaratan tersebut wajar dan tidak membahayakan, akan tetapi jika dikaji secara politik justeru itulah bahan pokok racun yang dapat merusak sel-sel pesantren salafiyah. Ketika pondok pesantren salafiyah yang sudah teruji menggunakan kurikulum berbasis wahyu lalu kemudian sistemnya diganti dengan kurikulum nasional maka disaat itu pula kalangan tokoh pengasuh pondok pesantren tersebut telah melepaskan ciri khas pendidikan Islam dan melemparkan diri pada perangkap nasrani.
8. Hal tersebut bisa dibuktikan, manakala sebuah Pesantren Salafiyah membuka sekolah formal di dalamnya, maka kenyataan akan menjadi terbalik, yang akan mendominasi bukan lagi sisi kepesantrenannya melainkan sisi pendidikan formalnya sementara diakui atau tidak, warna kurikulum pendidikan nasional yang dominan adalah pendidikan sekuler yang merupakan impor dari Negara barat. Wal hasil yang terjadi kemudian di lembaga pesantren tersebut adalah ‘cul dog-dog tinggal igel’ tugas utama terabaikan sementara tugas tambahan menjadi prioritas. Padahal Nabi saw memberikan isyarat melalui sebuah do’a;
15. Pertahankan ciri khas Pondok Pesantren Salafiyah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang istiqomah dalam pembenahan aqidah, ibadah dan moralitas umat jangan terkontaminasi virus sekularisme.
17. Tingkatkan pembinaan multi aspek bagi generasi muda hingga terbentuk menjadi khoiru ummah yang siap menghadapi al-Gazwu al Fikru Ketahuilah bahwa kekuatan Allah senantiasa menyertai kita selama kita berada dalam tuntunan Al-Qur-an dan Assunah. Kekalahan adalah hal mustahil bagi Islam karena Allah telah memberikan jaminan bagi Islam sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Asshaf:8<br /> <br />“mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinyaquot;
.<br />Inilah garansi yang Allah berikan agar kita senantiasa percaya diri dan yakin akan kemenangan Islam tetapi selalu waspada terhadap berbagai ancaman yang dapat membahayakan Islam kapan saja. Wallahu a’lam<br />