Organ reproduksi jantan terdiri dari organ primer (testis), organ pelengkap (epididimis, vas deferens), dan organ luar (penis). Testis berfungsi memproduksi sperma dan menghasilkan hormon testosteron, sedangkan epididimis berperan dalam transportasi, konsentrasi, maturasi, dan penyimpanan sperma.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai kelompok V yang terdiri dari 5 orang siswa dan ciri-ciri umum burung (aves). Aves memiliki kemampuan terbang dengan sayap dan bulu, serta berbagai adaptasi seperti paruh dan kaki yang bervariasi untuk mendukung gaya hidupnya.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen kesehatan ternak, yang meliputi biosecurity atau kebersihan lingkungan, pakan, dan sanitasi kandang untuk mencegah penyakit pada ternak. Program kesehatan ternak juga mencakup vaksinasi, pemberian vitamin dan obat cacing, serta kontrol parasit. Tujuan manajemen kesehatan ternak adalah untuk memaksimalkan produktivitas dan kesehatan ternak.
Gastrulasi adalah proses transformasi blastula menjadi gastrula dengan tiga lapisan sel (ektoderm, mesoderm, endoderm). Proses ini melibatkan invaginasi dan migrasi sel dari permukaan ke dalam untuk membentuk lapisan baru. Hasil akhir gastrulasi adalah embrio dengan tiga lapisan sel yang akan berkembang menjadi jaringan dan organ.
Organ reproduksi jantan terdiri dari organ primer (testis), organ pelengkap (epididimis, vas deferens), dan organ luar (penis). Testis berfungsi memproduksi sperma dan menghasilkan hormon testosteron, sedangkan epididimis berperan dalam transportasi, konsentrasi, maturasi, dan penyimpanan sperma.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai kelompok V yang terdiri dari 5 orang siswa dan ciri-ciri umum burung (aves). Aves memiliki kemampuan terbang dengan sayap dan bulu, serta berbagai adaptasi seperti paruh dan kaki yang bervariasi untuk mendukung gaya hidupnya.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen kesehatan ternak, yang meliputi biosecurity atau kebersihan lingkungan, pakan, dan sanitasi kandang untuk mencegah penyakit pada ternak. Program kesehatan ternak juga mencakup vaksinasi, pemberian vitamin dan obat cacing, serta kontrol parasit. Tujuan manajemen kesehatan ternak adalah untuk memaksimalkan produktivitas dan kesehatan ternak.
Gastrulasi adalah proses transformasi blastula menjadi gastrula dengan tiga lapisan sel (ektoderm, mesoderm, endoderm). Proses ini melibatkan invaginasi dan migrasi sel dari permukaan ke dalam untuk membentuk lapisan baru. Hasil akhir gastrulasi adalah embrio dengan tiga lapisan sel yang akan berkembang menjadi jaringan dan organ.
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagian-bagian tubuh burung dan mengajarkan mahasiswa cara mengidentifikasi jenis burung menggunakan kunci identifikasi. Mahasiswa mempelajari morfologi burung merpati, bebek, dan pipit serta mengukur dan mengamati ciri-cirinya seperti paruh, mata, kaki, sayap dan bulu. Mereka juga mempelajari anatomi dan fungsi bagian-bagian tubuh dan bulu burung.
Dokumen tersebut membahas tentang kelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati) yang meliputi ciri-ciri anatomi, sistem tubuh, klasifikasi, habitat, dan manfaatnya bagi manusia. Kelas ini mencakup ikan-ikan air tawar dan laut dengan rangka tulang seperti ikan mas, lele, dan belut. Osteichthyes merupakan kelas ikan yang paling banyak jumlah spesiesnya.
Aves memiliki ciri khas berbulu dan berdarah panas. Habitatnya di darat dengan pembuahan internal dan bertelur. Terbagi atas Archaeornithes purba dan Neornithes modern yang terdiri dari berbagai ordo seperti Struthioniformes, Casuariiformes, Apterygiformes, Pelecaniformes, dan Falconiformes. Burung berperan dalam penyerbukan dan sebagai sumber protein bagi manusia.
Terumbu karang adalah endapan kalsium karbonat yang dihasilkan oleh karang dan organisme lain. Ekosistem terumbu karang dibangun oleh berbagai biota penghasil kapur seperti karang dan alga. Karang bersimbiosis dengan zooxanthellae dan memiliki berbagai bentuk tubuh serta klasifikasi. Terumbu karang memiliki peran penting namun juga dapat merusak peralatan nelayan.
Dokumen tersebut membahas struktur integumen atau ekoskeleton luar serangga. Sistem integumen terdiri atas empat lapisan utama yaitu epidermis, membran basal, kutikula, dan epikutikula. Epidermis berperan memproduksi kutikula dan membran basal sebagai pemisah antara epidermis dengan rongga tubuh. Kutikula merupakan lapisan paling tebal yang terdiri atas epikutikula, prokutikula, dan endokutikula, dimana
Sistem informasi fitness center dirancang untuk mendata anggota, pegawai, alat, dan paket yang tersedia. Sistem ini dapat menghasilkan laporan statistik tentang data yang dimasukkan seperti penambahan anggota, alat, dan paket.
Dokumen tersebut merangkum fisiologi serangga, termasuk sistem pencernaan, pernapasan, ekskresi, sirkulasi, saraf, otot, dan reproduksi. Sistem pencernaan serangga terdiri dari saluran depan, tengah, dan belakang. Sistem pernapasan dilakukan secara pasif melalui spirakel dan trakea. Sistem ekskresi dan sirkulasi berperan dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh.
[Ringkasan]
Buku teks ini membahas lima kegiatan pembelajaran tentang reproduksi hewan, yaitu organ reproduksi, siklus reproduksi, hormon reproduksi, penampungan semen, dan penanganan semen. Tujuannya agar siswa dapat menjelaskan dan memahami proses reproduksi hewan serta dapat melakukan penampungan dan penanganan semen hewan. Materi ini mencakup anatomi, fisiologi, dan tata cara reproduksi beberapa jenis hewan seperti sapi, ayam,
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi reptil. Terdapat tiga kelas reptil utama yaitu kura-kura, kadal, dan buaya. Dokumen menjelaskan ciri-ciri morfologi masing-masing kelas tersebut seperti struktur tubuh, sistem skeleton, ekstremitas, mata, mulut, dan kloaka. Hal ini berguna untuk melatih kemampuan mengidentifikasi jenis reptil menggunakan kunci identifikasi.
Mikrobiologi mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil seperti bakteri dan virus. Dokumen ini menjelaskan sejarah perkembangan teori tentang asal usul kehidupan, seperti teori abiogenesis dan biogenesis, serta ilmuwan penting seperti Redi, Spallanzani, dan Pasteur yang membuktikan teori biogenesis melalui eksperimen. Dokumen ini juga menjelaskan kontribusi ilmuwan seperti Leeuwenhoek dan Koch terhadap perkembangan m
Dokumen ini membahas tentang sistem pernapasan pada burung, meliputi struktur anatomi dan fungsi organ-organ pernapasan seperti paru-paru, trakea, siring, dan kantong udara. Juga dibahas tentang proses inspirasi dan ekspirasi pada burung saat terbang dan tidak terbang. Selain itu, dokumen ini menjelaskan gangguan pernapasan yang sering terjadi pada burung seperti penyakit pernapasan kronis dan kolibasilosis beserta gejala dan cara
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan jenis dan anatomi ternak unggas. Secara garis besar membahas tentang klasifikasi ternak unggas berdasarkan tujuan pemeliharaan seperti petelur, pedaging, dan dwiguna. Juga membahas tentang anatomi sistem pencernaan ternak unggas mulai dari mulut hingga usus.
1) The document summarizes human reproductive systems and processes. It describes the key organs involved in male and female reproduction like testes, ovaries, and reproductive tracts.
2) It explains processes like spermatogenesis in males and oogenesis in females which produce gametes. It also describes the menstrual cycle and events of fertilization, implantation, pregnancy and childbirth.
3) Diagrams and descriptions are provided of stages of embryo and fetal development as well as the functions of the placenta and stages of labor.
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagian-bagian tubuh burung dan mengajarkan mahasiswa cara mengidentifikasi jenis burung menggunakan kunci identifikasi. Mahasiswa mempelajari morfologi burung merpati, bebek, dan pipit serta mengukur dan mengamati ciri-cirinya seperti paruh, mata, kaki, sayap dan bulu. Mereka juga mempelajari anatomi dan fungsi bagian-bagian tubuh dan bulu burung.
Dokumen tersebut membahas tentang kelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati) yang meliputi ciri-ciri anatomi, sistem tubuh, klasifikasi, habitat, dan manfaatnya bagi manusia. Kelas ini mencakup ikan-ikan air tawar dan laut dengan rangka tulang seperti ikan mas, lele, dan belut. Osteichthyes merupakan kelas ikan yang paling banyak jumlah spesiesnya.
Aves memiliki ciri khas berbulu dan berdarah panas. Habitatnya di darat dengan pembuahan internal dan bertelur. Terbagi atas Archaeornithes purba dan Neornithes modern yang terdiri dari berbagai ordo seperti Struthioniformes, Casuariiformes, Apterygiformes, Pelecaniformes, dan Falconiformes. Burung berperan dalam penyerbukan dan sebagai sumber protein bagi manusia.
Terumbu karang adalah endapan kalsium karbonat yang dihasilkan oleh karang dan organisme lain. Ekosistem terumbu karang dibangun oleh berbagai biota penghasil kapur seperti karang dan alga. Karang bersimbiosis dengan zooxanthellae dan memiliki berbagai bentuk tubuh serta klasifikasi. Terumbu karang memiliki peran penting namun juga dapat merusak peralatan nelayan.
Dokumen tersebut membahas struktur integumen atau ekoskeleton luar serangga. Sistem integumen terdiri atas empat lapisan utama yaitu epidermis, membran basal, kutikula, dan epikutikula. Epidermis berperan memproduksi kutikula dan membran basal sebagai pemisah antara epidermis dengan rongga tubuh. Kutikula merupakan lapisan paling tebal yang terdiri atas epikutikula, prokutikula, dan endokutikula, dimana
Sistem informasi fitness center dirancang untuk mendata anggota, pegawai, alat, dan paket yang tersedia. Sistem ini dapat menghasilkan laporan statistik tentang data yang dimasukkan seperti penambahan anggota, alat, dan paket.
Dokumen tersebut merangkum fisiologi serangga, termasuk sistem pencernaan, pernapasan, ekskresi, sirkulasi, saraf, otot, dan reproduksi. Sistem pencernaan serangga terdiri dari saluran depan, tengah, dan belakang. Sistem pernapasan dilakukan secara pasif melalui spirakel dan trakea. Sistem ekskresi dan sirkulasi berperan dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh.
[Ringkasan]
Buku teks ini membahas lima kegiatan pembelajaran tentang reproduksi hewan, yaitu organ reproduksi, siklus reproduksi, hormon reproduksi, penampungan semen, dan penanganan semen. Tujuannya agar siswa dapat menjelaskan dan memahami proses reproduksi hewan serta dapat melakukan penampungan dan penanganan semen hewan. Materi ini mencakup anatomi, fisiologi, dan tata cara reproduksi beberapa jenis hewan seperti sapi, ayam,
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi reptil. Terdapat tiga kelas reptil utama yaitu kura-kura, kadal, dan buaya. Dokumen menjelaskan ciri-ciri morfologi masing-masing kelas tersebut seperti struktur tubuh, sistem skeleton, ekstremitas, mata, mulut, dan kloaka. Hal ini berguna untuk melatih kemampuan mengidentifikasi jenis reptil menggunakan kunci identifikasi.
Mikrobiologi mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil seperti bakteri dan virus. Dokumen ini menjelaskan sejarah perkembangan teori tentang asal usul kehidupan, seperti teori abiogenesis dan biogenesis, serta ilmuwan penting seperti Redi, Spallanzani, dan Pasteur yang membuktikan teori biogenesis melalui eksperimen. Dokumen ini juga menjelaskan kontribusi ilmuwan seperti Leeuwenhoek dan Koch terhadap perkembangan m
Dokumen ini membahas tentang sistem pernapasan pada burung, meliputi struktur anatomi dan fungsi organ-organ pernapasan seperti paru-paru, trakea, siring, dan kantong udara. Juga dibahas tentang proses inspirasi dan ekspirasi pada burung saat terbang dan tidak terbang. Selain itu, dokumen ini menjelaskan gangguan pernapasan yang sering terjadi pada burung seperti penyakit pernapasan kronis dan kolibasilosis beserta gejala dan cara
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan jenis dan anatomi ternak unggas. Secara garis besar membahas tentang klasifikasi ternak unggas berdasarkan tujuan pemeliharaan seperti petelur, pedaging, dan dwiguna. Juga membahas tentang anatomi sistem pencernaan ternak unggas mulai dari mulut hingga usus.
1) The document summarizes human reproductive systems and processes. It describes the key organs involved in male and female reproduction like testes, ovaries, and reproductive tracts.
2) It explains processes like spermatogenesis in males and oogenesis in females which produce gametes. It also describes the menstrual cycle and events of fertilization, implantation, pregnancy and childbirth.
3) Diagrams and descriptions are provided of stages of embryo and fetal development as well as the functions of the placenta and stages of labor.
Siklus menstruasi wanita terdiri dari 3 fase: fase menstruasi (2-8 hari), fase proliferasi (hari ke-14), dan fase sekresi (setelah hari ke-14). Fase menstruasi melibatkan pelepasan lapisan endometrium. Fase proliferasi melibatkan pertumbuhan kembali endometrium. Fase sekresi mempersiapkan endometrium untuk kehamilan.
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi reproduksi pada hewan, termasuk hibridisasi, inseminasi buatan, dan kloning. Metode-metode tersebut digunakan untuk meningkatkan mutu genetik ternak dan memperbanyak bibit unggul.
Dokumen tersebut membahas proses gametogenesis dan fertilisasi. Gametogenesis adalah pembentukan gamet, meliputi spermatogenesis pada laki-laki dan oogenesis pada perempuan. Fertilisasi dimulai dengan reaksi akrosom sperma dan fusi membran sperma dan sel telur, yang memicu reaksi kortekal untuk mencegah polispermi. Ini menandai dimulainya organisme baru.
Dokumen tersebut merangkum sistem saraf manusia, meliputi:
1. Definisi neuron sebagai unit terkecil sistem saraf dan bagian-bagiannya seperti dendrit, soma, dan akson
2. Jenis-jenis sel saraf seperti sel saraf dan sel neuroglia serta fungsinya
3. Mekanisme konduksi impuls saraf dan tipe-tipe neuron
4. Komponen sistem saraf pusat dan perifer seperti otak, medula spinalis, dan saraf cranial serta
Dokumen tersebut membahas tentang fungi (jamur) yang merupakan organisme heterotrof yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Jamur memiliki ciri-ciri seperti eukariotik, tidak memiliki klorofil, dan dapat hidup secara uniseluler atau multiseluler. Jamur dapat hidup sebagai saprofit, parasit, atau simbiosis dan terbagi ke dalam empat divisi yaitu Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota
Hipotalamus merupakan pusat kontrol utama sistem endokrin dan otonom tubuh. Ia mengatur berbagai fungsi penting seperti suhu tubuh, nafsu makan, tidur, tekanan darah, dan respon emosi melalui koordinasi dengan kelenjar hipofisis dan sistem saraf.
Dokumen tersebut membahas sistem endokrin, termasuk definisi, fungsi, dan jenis-jenis kelenjar endokrin yang ada dalam tubuh manusia seperti kelenjar hipofisis, tiroid, paratiroid, timus, pienalis, pankreas, dan kelenjar kelamin. Kelenjar-kelenjar tersebut menghasilkan hormon yang berperan mengatur berbagai fungsi fisiologi tubuh.
Modul ini membahas sistem endokrin dan anatomi fisiologi kelenjar endokrin utama seperti hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, timus, pankreas dan suprarenal. Sistem endokrin terdiri dari berbagai kelenjar yang saling berinteraksi dan mengontrol berbagai fungsi tubuh melalui pelepasan hormon.
Teks tersebut membahas sistem endokrin dan hormon. Secara singkat, teks tersebut menjelaskan bahwa sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar yang menghasilkan hormon. Kelenjar hipotalamus dan hipofisis berperan mengontrol kelenjar endokrin lainnya dengan memproduksi hormon. Kelenjar tiroid, salah satu kelenjar endokrin utama, menghasilkan hormon tiroksin yang mengontrol metabolisme.
Sistem endokrin terdiri atas kelenjar-kelenjar yang memproduksi hormon untuk mengatur aktivitas tubuh, seperti kelenjar tiroid, hipofisa, pankreas, kelamin, suprarenal, dan paratiroid. Hormon-hormon ini bekerja melalui sirkulasi darah dan umpan balik untuk menjaga keseimbangan dalam tubuh.
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA (SISTEM ENDOKRIN)RizkiPrasetio2
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon untuk mengatur berbagai fungsi tubuh. Kelenjar-kelenjar tersebut meliputi kelenjar hipofisis, tiroid, paratiroid, pankreas, adrenal, dan gonad. Hormon-hormon tersebut bekerja untuk menjaga keseimbangan cairan dan gula darah, serta berperan dalam pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme energi.
Endokrinologi Hewan
Dokumen ini membahas tentang endokrinologi pada hewan, meliputi pengertian endokrinologi, organ endokrin utama seperti hipofisis, tiroid, paratiroid, timus, pankreas dan adrenal, serta sistem endokrin pada invertebrata seperti coelenterata, platyhelminthes, nematoda, annelida, moluska, crustacea dan insekta.
Makalah ini membahas tentang sistem endokrinologi yang meliputi definisi kerja hormon, pengertian kelenjar endokrin, dan jenis-jenis hormon reproduksi. Juga dibahas kelenjar endokrin apa saja yang terdapat pada janin.
Dokumen tersebut membahas tentang mekanisme sistem hormonal tubuh yang terdiri dari berbagai kelenjar endokrin yang saling berkoordinasi melalui hormon untuk mengontrol berbagai fungsi organ. Kelainan sistem hormonal dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
1. Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja sama untuk mengontrol dan mengkoordinasikan fungsi tubuh serta mempertahankan homeostasis. 2. Hipotalamus mengontrol sistem endokrin dengan mengatur sintesis dan sekresi hormon hipofisis. 3. Hipofisis mengontrol kelenjar endokrin lain melalui hormon tropiknya.
Sistem endokrin membantu tubuh dalam pengaturan homeostasis metabolisme melalui produksi dan sekresi hormon. Hormon-hormon ini berkomunikasi melalui sirkulasi darah atau secara lokal untuk mengontrol fungsi organ dan jaringan. Kelenjar-kelenjar endokrin utama meliputi kelenjar pituitari, tiroid, paratiroid, dan adrenal yang bekerja sama untuk mengontrol berbagai proses fisiologis seperti pertumbuhan, perkembangan, metabolisme
Dokumen tersebut membahas sistem endokrin yang meliputi anatomi dan fisiologi kelenjar endokrin, jenis hormon yang dihasilkan, mekanisme kerja hormon, dan peran hipotalamus dan hipofisis dalam pengaturan sistem endokrin.
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon untuk mengatur proses fisiologis tubuh seperti pertumbuhan, metabolisme, dan reproduksi. Hormon bekerja lebih lambat dibandingkan sistem saraf dan mempengaruhi seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Kelenjar endokrin utama meliputi kelenjar pituitari, tiroid, pankreas, gonad, adrenal, dan timus.
Tiga kalimat:
Dokumen ini membahas sistem endokrin, termasuk definisi, jenis kelenjar endokrin seperti pituitari dan tiroid, mekanisme kerja hormon, dan sistem endokrin pada invertebrata. Hormon berperan mengatur berbagai aktivitas tubuh melalui reseptor dan mekanisme transkripsi DNA. Sistem endokrin penting untuk proses seperti pertumbuhan, reproduksi, dan homeostasis.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Penelitian ini menguji penggunaan berbagai level Azolla microphylla dalam ransum ayam Arab petelur dan dampaknya terhadap retensi kalsium dan fosfor serta kualitas cangkang telur. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian Azolla microphylla 6% dapat meningkatkan retensi kalsium dan fosfor tanpa mempengaruhi massa mineral dalam cangkang telur.
The song expresses that saying "I love you" is not enough and that love is better shown through actions. It questions what the person would do if their heart was broken or the words "I love you" were taken away, suggesting that simply saying those words cannot prove or renew love on its own. More than words is needed to truly show someone that you care.
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK Ilmianisa Azizah
Dokumen tersebut membahas tentang analisis proksimat yang dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam daun katuk. Metode analisis proksimat meliputi pengukuran kadar air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam daun katuk dengan menggunakan metode analisis proksimat.
Harga daging mengalami kenaikan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2013. Naiknya permintaan daging sapi, kambing, dan ayam selama masa perayaan menyebabkan kenaikan harga daging. Pedagang mengambil kesempatan untuk menaikkan harga dengan alasan permintaan yang tinggi.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
ILMU REPRODUKSI TERNAK
1. 1
BAB I
MATERI DAN METODE
Praktikum Kelenjar Endokrin dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 12
April 2013 pada pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Genetika, Pemuliaan
dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang.
1.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum Kelenjar Endokrin yaitu nampan
yang berfungsi untuk tempat peletakkan kepala ayam, gergaji digunakan untuk
membelah kepala ayam, pisau untuk memotong leher ayam dan alat tulis untuk
menggambar kelenjar hipotalamus dan hipofisa, juga digunakan untuk menulis
keterangan dan bagian yang ada di kepala ayam. Bahan yang digunakan untuk
praktikum ini adalah kepala ayam, yang akan diamati kelenjar endokrinnya.
1.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum Kelenjar Endokrin adalah
meletakkan kepala ayam yang sebelumnya telah dicuci bersih. Kuliti kepala ayam
dan menggergaji bagian tengah kepala ayam sampai bawah tetapi tidak sampai
putus. Mengamati kelenjar hipotalamus dan hipofisa yang ada dibagian kepala,
dan menggambar hasil pengamatan dalam buku praktikum.
2. 2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Kepala Ayam
Berdasarkan hasil praktikum kelenjar endokrin, diperoleh hasil
pengamatan sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak, 2013.
Ilustrasi 1. Kelenjar Endokrin Kepala Ayam
Keterangan: (1). Hipotalamus (2). Ventrikel: a. Ventrikel I. b. Ventrikel II. c.
Ventrikel III. d. Ventrikel IV (3). Hipofisa (4). Tulang sphenoid
2.1.1. Hipotalamus
Hipotalamus adalah kelenjar endokrin yang menghasilkan Releasing
Factor (RF) dan Inhibitor (IH) dari hormon LH dan FSH yang mempengaruhi
aktivasi hormon tersebut pada sistem reproduksi ternak. Hipotalamus terletak
pada bagian tengah bawah dari otak besar. Hipotalamus yang berfungsi sebagai
pengatur atau mengotrol semua kerja hormon. Campbell et al. (2004) menyatakan
1
4
3
2a
aa
aa
aa
a
2d
2c
2b
3. 3
bahwa hipotalamus terletak di didi inferior thalamus dan membentuk dasar serta
bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga. Hipotalamus memproduksi hormon
yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofis sehingga
mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin. Hal ini diperkuat oleh Hernawati
(2007) yang menyatakan bahwa hormon trofik adalah hormon perangsang thyroid
(TSH), hormon perangsang folikel (FSH), hormon penguning (LH), hormon
adenocortikotrofik (ACTH) yang merangsang korteks kelenjar adrenal untuk
menghasilkan hormon glucocorticoid dan hormon-hormon yang dihasilkan oleh
hipotalamus (hypothalamic releasing hormone atau hypothalamic releasing
factor).
2.1.2. Hipofisa
Hipofisa atau hipofisis adalah cairan dalam tulang spenoid yang terdiri
dari adenohipofisa dan neurohipofisa. Fungsi dari hipofisa adalah untuk
mensekresikan berbagai macam hormon misalnya hormon hipofisa yang berfungsi
untuk mensekesikan semua hormon-hormon reproduksi. Letak hipofisa adalah
pada rongga tengah dalam tulang spenoid. Hal ini sesuai dengan pendapat
Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa hipofisa mensekresikan sejumlah besar
hormon-hormon, beberapa diantaranya berhubungan langsung dengan reproduksi
dan yang lain tidak langsung, disamping itu hormon-hormon lain seperti MSH
(melanophore stimulating hormone) dan vasopressin juga disekresikan oleh
kelenjar hipofisa. MSH mengatur sintesa dan penyebaran melanin sedangkan
vasopressin mempengaruhi tekanan darah dan keseimbangan air dalam tubuh.
4. 4
Campbell et al. (2004) menambahkan bahwa kelenjar hipofisis merupakan suatu
kelenjar yang sangat penting pada hampir setiap fungsi tubuh. Kelenjar ini
mengatur seluruh mekanisme yang dapat menyelamatkan keturunan makhluk
hidup.
2.1.3. Ventrikel Lateral
Ventrikel lateral terdiri dari ventrikel I dan II. Ventrikel 1 atau yang biasa
disebut dengan otak besar berfungsi sebagai pusat pengatur pengelihatan dan
penciuman.Ventrikel 2 atau otak tengah mempunyai fungsi sebagai pusat pengatur
pendengaran dan perasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Japardi (2002) yang
menyatakan bahwa Kedua ventrikel lateralis ini dihubungkan dengan ventrikel III
melalui foramen Monroe (foramen intervertebrale). Muttaqim (2008) menyatakan
bahwa ventrikel merupakan rangkaian dari 4 rongga yang saling menghubungkan
dan dibatasi oleh ependimal (semacam sel epitel yang membatasi semua rongga
otak dan medula spinalis dan mengandung CSS. Ventrikel 1 atau yang biasa di
sebut dengan otak besar berfungsi sebagai pusat pengelihatan dan penciuman.
Ventrikel 2 atau otak tengah mempunyai fungsi sebagai pusat pendengaran.
2.1.4. Ventrikel III
Ventrikel 3 atau oblongata berfungsi sebagai pusat pengatur koordinasi.
Ventrikel ketiga berhubungan dengan ventrikel keempat melalui saluran yang
disebut akueduk sylvius, yang disebut akueduk serebral. Hal ini sesuai dengan
pendapat Japardi (2002) yang menyatakan bahwa ventrikel III berhubungan
5. 5
dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii. Muttaqim (2008) menyatakan
bahwa Ventrikel III berfungsi sebagai pusat koordinasi.
2.1.5. Ventrikel IV
Ventrikel 4 (otak kecil) berfungsi sebagai pusat pengatur keseimbangan.
Ventrikel keempat terletak diantara serebelum dibagian atas, serta pons dan
medula dibagian bawah, berhubungan dengan celah subaraknoid melalui foramen
magendia dan luschka. Hal ini sesuai dengan pendapat Muttaqim (2008) yang
menyatakan bahwa Ventrikel 4 atau otak kecil berfungsi sebagai pusat
keseimbangan. Menurut Musana (2010) ventrikel 4 terletak diantara brainstern
dan cereblum pada dorsal medulla oblongata.
6. 6
2.2. Mekanisme Timbal Balik
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Hipotalamus
Hipofisa
Feedback
Positif
Adenohipofisa Neurohipofisa Feedback
Negatif
FSH LH
Folikel Folikel de Graff Corpus Lutheum
Estrogen Ovulasi Progesteron
Estrus Ovum
Fertilisasi
Bunting
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak, 2013.
Ilustrasi 2. Mekanisme Umpan Balik pada Ternak
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa mekanisme umpan
balik dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu mekanisme umpan balik positif dan
mekanisme umpan balik negatif.
2.2.1. Feedback mechanism positif
Mekanisme umpan balik positif adalah mekanisme yang terjadi saat
hormon sasaran naik dan hormon perangsang juga ikut naik, ternak terjadi ketika
7. 7
hormon estrogen naik akibat pertumbuhan folikel untuk persiapan masa estrus,
ketika hormon estrogen mengirim respon ke hipotalamus, hipotalamus
melepaskan RF/RH FSH yang kemudian disekresi oleh hipofisa dan
mengirimkannya ke adenohipofisa sehingga akan meningkatkan FSH yang akan
mempengaruhi perkembangan folikel, peningkatan hormon FSH membuat
hormon LH juga naik untuk menyeimbangkan. Sehingga ketika konsentrasi
hormon estrogen naik, maka FSH naik, serta LH naik dengan sendirinya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Partodiharjo (1982) bahwa Umpan balik positif adalah
LH (Luteinizing Hormone) yang ikut merangsang produksi estrogen,setelah kadar
estrogen meninggi dalam darah produksi LH menjadi meningkat, LH akhirnya
menyebabkan ovulasi. Praseno et al. (2003) menambahkan bahwa kontrol sekresi
dengan mekanisme umpan balik positif salah satunya adalah sekresi hormon seks
dimana keberadaannya harus tetap stabil di dalam tubuh hewan karena tanda-
tanda seks sekunder harus tetap terpelihara selama hewan tersebut hidup,
kehadiran hormon estrogen maupun endrokrin tetap stabil pada hewan betina dan
jantan, tercapainya target regulasi hormon tersebut akan memacu sekresi hormon
LH oleh hipofisis agar sekresi hormon estrogenik atau endrogenk tetap
terpelihara, stabilitas tersebut mengakibatkan stabilitas tanda seks sekunder.
2.2.2 Feedback mechanism negatif
Mekanisme umpan balik negatif adalah mekanisme yang terjadi ketika
hormon sasaran naik tetapi hormon perangsang turun. Mekanisme umpan balik
negatif terjadi setelah berkembangnya folikel menjadi folikel de Graaff. Folikel de
8. 8
Graaff merupakan folikel yang matang dan siap untuk proses ovulasi. Proses
ovulasi menghasilkan ovum, ketika ternak bunting maka hormon progesteron
naik, ketika hormon progesteron naik maka ada proses penghantaran impuls ke
hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan IH-FSH yang menyebabkan turunnya
sekresi FSH, selain menghasilkan IH-FSH hipotalamus juga menghasilkan IH-LH
yang menyebabkan menurunnya sekresi LH. Menurut pendapat Toelihere (1981)
yang menyatakan bahwa pengaturan sekresi hormon-hormon sangat berbeda-beda
dan dapat meliputi beberapa mekanisme, yang pertama adalah “ mekanisme
umpan balik negatif ”, Negative feedback mechanism atau servo mechanism yang
terutama meliputi hormon tropik dari kelenjar hipofisa dan hormon-hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar sasaran. Praseno et al. (2003) yang menyatakan
sebagian besar sekresi hormon dikendalikan dengan mekanisme umpan balik
negatif, selesainya atau tercapainya target regulasi suatu hormon merupakan
inhibitor sekresi hormon tersebut.
9. 9
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa di dalam organ
kepala ayam terdapat beberapa bagian yang berfungsi sebagai organ pengendali
tubuh ternak. Pertama Ventrikel, kedua Hipotalamus, ketiga Hipofisa. Ventrikel I
berfungsi sebagai pusat penglihatan dan penciuman. Ventrikel II berfungsi
sebagai pusat pendengaran dan perasa. Ventrikel III berfungsi sebagai pusat
koordinasi. Ventrikel IV berfungsi sebagai pusat keseimbangan. Hipotalamus
yang berfungsi sebagai pengatur atau mengotrol semua kerja hormon. Hipofisa
berfungsi untuk mensekresikan berbagai macam hormon. Mekanisme umpan balik
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu mekanisme umpan balik positif dan
mekanisme umpan balik negatif. Mekanisme umpan balik positif adalah
mekanisme yang terjadi saat hormon sasaran naik dan hormon perangsang juga
ikut naik. Mekanisme umpan balik negatif adalah mekanisme yang terjadi ketika
hormon sasaran naik tetapi hormon perangsang turun.
3.2. Saran
Praktikum ini harus dilakukan secara teliti agar dapat mengerti dan
memahami bagian-bagian dari kelenjar endokrin.
10. 10
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2004. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Hernawati. 2007. Aspek fisiologis kelenjar endokrin. FMIPA UPI, Bandung.
Japardi. I. 2002. Tumor Ventrikel. USU Digital library.
Musana.D.K. 2010. Enchepalan dan Nern Cranialis. Yogyakarta. Presentasi
Kuliah Pengantar 6 April 2010 Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
Muttaqim, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistim
Persyarafan. Salemba Medika, Jakarta.
Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta
Praseno, K., Isroli, dan B. Sudarmoyo. 2003. Fisiologi Ternak. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.
11. 11
BAB I
MATERI DAN METODE
Praktikum Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Ternak dilaksanakan
pada hari Jum’at tanggal 19 April 2013 pada pukul 07.00-09.00 WIB di
Laboratorium Genetika, Pemuliaan dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan
dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
1.2. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum Anatomi dan Fisiologi Organ
Reproduksi Ternak yaitu nampan yang berfungsi untuk tempat peletakkan organ
reproduksi jantan dan betina baik itu organ reproduksi sapi, domba dan babi, dan
alat tulis untuk menggambar organ reproduksi jantan dan betina, juga digunakan
untuk menulis keterangan dan bagian yang ada pada organ reproduksi jantan dan
betina. Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah organ reproduksi jantan
ternak sapi dan babi, dan organ reproduksi betina ternak sapi, domba dan babi.
1.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum Anatomi dan Fisiologi Organ
Reproduksi Ternak adalah mengamati saluran reproduksi baik itu jantan dan
betina pada ternak sapi, domba dan babi, menggambar hasil pengamatan dalam
buku praktikum, menjelaskan letak serta fungsi saluran reproduksi pada ternak
jantan maupun betina.
12. 12
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Jantan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Reproduksi Ternak, 2013.
Sumber : Toelihere, 1981.
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Reproduksi Ternak, 2013.
Sumber : Toelihere, 1981.
Ilustrasi 3. Anatomi Organ Reproduksi Jantan
Keterangan : 1. Testis; 2. Epididimis; 3. Vas deferens; 4. Kelenjar asesories
a.vesicularis, b. Prostata, c. Cowper; 5. Penis
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa anatomi organ reproduksi
pada ternak jantan terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, ampula, kelenjar
aksesoris, uretra dan penis. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf (2012) bahwa
sistem reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder, dan assesori.
1
2
3
4
5
2
1
4
4
2
3
1
5
2
4
3
1
13. 13
Organ kelamin primer adalah testis yang berlokasi di dalam skrotum yang
menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Oran kelamin sekunder terdiri
dari jaringan-jaringan duktus sebagai transportasi spermatozoa dari testis ke
bagian luar, dan termasuk didalamnya duktus efferent, epididimis, vas deferentia,
urethra dan penis. Sedangkan organ asesoris terdiri dari kelenjar prostat, seminal
vesicles, dan kelenjar bulbourethral (cowper’s). Penis merupakan alat reproduksi
bagian luar ternak yang berfungsi untuk pengeluaran urine dan peletakkan semen
pada saluran reproduksi ternak betina. Menurut pendapat Blakely and Bade (1998)
bahwa sistem reproduksi sapi jantan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu testes
yang juga disebut gonad, testikel atau organ primer, kelenjar kelamin sekunder
atau kelenjar aksesoris dan organ kopulasi eksternal yaitu penis.
2.1.1. Testis
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa testis pada ternak jantan
memiliki fungsi untuk menghasilkan hormone testosterone dan menghasilkan sel
sperma.Testis berbentuk bulat, terbungkus oleh skrotum dan memiliki tekstur
padat tetapi tidak keras. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang
menyatakan bahwa testes terletak didaerah prebubis dan terbungkus oleh skrotum,
pada keadaan normal, kedua testis adalah besar dan berjumlah sepasang.
Mempunyai konsistensi padat akan tetapi tidak keras dan dapat dengan bebas
bergerak ke atas dan kebawah didalam skrotum. Ditambahkan oleh Blakely and
Bade (1998) bahwa testes terletak didalam skrotum yang merupakan suatu
struktur untuk mengatur panas didalamnya. Dalam perkembangan yang normal,
14. 14
testis berfungsi dengan cara memproduksi sperma didalam tubulus konvolusi
(saluran berkelok) yang sangat kecil yang membentuk keseluruhan struktur testis.
Testis terbentuk karena adanya struktur tunika albugenia, septum testis, duktus
fungsi, testis efferentis, caput epididimis, corpus epididimis, cauda epididimis,
dan vas deferens.
2.1.2. Epididimis
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa fungsi dari epididimis
adalah sebagai tempat penyimpanan spermatozoa, transportasi, konsentrasi
sperma, maturasi, dan reabsorbsi). Menurut Toelihere (1981) epididimis
merupakan suatu struktur memanjang yang bertaut rapat dengan testis.
Mengandung ductus epididimis yang sangat berliku-liku dan panjang mencapai 40
meter pada jantan dewasa, kurang lebih 60 meter pada babi dan 80 meter pada
kuda.Epididimis terdiri atas kepala, badan dan ekor. Selain itu epididimis
memiliki fungsi utama sebagai transport, konsentrasi, maturasi dan penyimpana
sperma. Ditambahkan oleh Blakely and Bade (1998) bahwa epididimis memiliki 4
fungsi yaitu pengangkutan, penyimpanan, pemasakan dan pengentalan
(konsentrasi sperma). Struktur ini yang panjangnya diperkirakan sekitar 40 meter
berperan untuk menyalurkan sperma dari testes ke kelenjar kelamin aksesoris.
2.1.3. Vas Deferens
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa vas deferens berfungsi
sebagai alat transportasi spermatozoa. Mengalirkan sperma dari bagian ekor
15. 15
epididimis kedalam ampula. Menurut pendapat Toelihere (1981) yang
menyatakan bahwa vas deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke
uretra, dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi
pengangkutan semen waktu ejakulasi. Partodiharjo (1982) menambahkan bahwa
vas deferens terlentang mulai dari ekor ductus epididimis sampai ke uretra,
dindingnya tebal mengandung serabut-serabut urat daging licin, dan diameter
lumennya 2 mm.
2.1.4. Kelenjar Asesories
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
Accessories gland / kelenjar asasories terdiri dari kelenjar vesikularis, kelenjar
prostata, dan kelenjar cowper. Kelenjar Vesikularis, Kelenjar vesicular seminalis
dapat bersekresi dengan mudah di post mortern dan merupakan suatu cairan keruh
dan lengket. Sekresi tersebut mengandung protein, kalium, asam sitrat, fruktosa
dan beberapa enzim. Toelihere (1981) menyatakan bahwa kelenjar vesikularis
terdapat sepasang pada sapi jantan, lobulasinya berada didalam lipatan-lipatan
urogenital lateral dari ampula. Kelenjar-kelenjar vesiculares berbeda-beda dalam
ukuran dan lobulasi antara individu hewan. Pada sapi kelenjar tersebut berukuran
panjang 10 sampai 15 cm dan diameter 2 sampai 4 cm. Saluran sekretori dari
lobuli membentuk satu saluran ekskretoris utama yang terletak pada pertengahan
kelenjar dan membentang ke kaudal dibawah kelenjar prostata. Setiap saluran
ekskretoris bersatu dengan vas deferens pada jalan keluarnya ke uretra
membentuk dua ostia ejaculatoria. Hubungan anatomik antara ampula dan
16. 16
kelenjar vesiculares berbeda-beda antara individu dalam bangsa hewan yang
sama. Rianto dan Purbowati (2009) menambahakan bahwa kelenjar vesikularis
jumlahnya sepasang, jelas lobulasinya dan berada didalam lipatan lateral ampula.
Kelenjar Prostat, Kelenjar prostat berfungsi sebagai kontribusi cairan dan
ion anorganik terhadap semen. Sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) Kelenjar
prostate sapi mengelilingi uretra dan terdiri dari dua bagian yaitu badan prostat
(corpus prostatae) dan prostate disseminate atau prostate yang cryptic (pars
disseminate prostatae). Badan prostate berukuran lebar 2,5 sampai 4 cm dan tebal
1,0 sampai 1,5 cm. Pars disseminata mengelilingi uretra pelvis. Ditambahkan oleh
Partodiharjo (1982) yang menyatakan bahwa Kelenjar prostate merupakan sumber
anta glutinin. Kelenjar ini menghasilkan cairan yang mengandung mineral yang
berkadar tinggi.
Kelenjar Cowper, Kelenjar cowper terletak di sepanjang urethra, terdiri
dari 2 buah (sepasang), memiliki bentuk yang bundar, dan tebal. Fungsi kelenjar
cowper adalah membersihkan dan menetralisir uretra dari bekas urin dan kotoran-
kotoran lain sebelum ejakulasi berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Toelihere (1981) bahwa kelenjar cowper terdapat sepasang, berbentuk bundar,
kompak, berselubung tebal. Terletak di atas uretra dekat jalan keluarnya dari
cavum pelvis. Ditambahkan Partodiharjo (1982) yang menyatakan bahwa kelenjar
cowper mengeluarkan cairan yang disalurkan ke penis. Semua kelenjar accessoris
bersifat apokrine, artinya sebagian dari isi sel sekretorisnya ikut keluar pada saat
sel itu mengeluarkan eksresinya.
17. 17
2.1.5. Urethra
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa urethra merupakan
saluran yang menghubungkan antara ampula dengan penis. Tujuannya sebagai
saluran eksretori urin dan semen. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf (2012)
bahwa urethra adalah saluran tunggal yang memanjang dari persimpangan
ampulla ke ujung penis. Ini berfungsi sebagai saluran ekskretoris baik urin
maupun semen.
2.1.6. Penis
Penis mempunyai tugas yaitu pengeluaran urin dan perletakan semen
kedalam saluran reproduksi betina. Penis terdiri dari kepala, badan dan ekor yang
berakhir pada gland penis. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang
menyatakan bahwa penis membentang kedepan dari arcus ishciadicus pelvis
sampai ke daerah umbilicus pdaa dinding ventral perut. Penis ditunjang oleh
vaskia dan kulit. Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relatif
besar diselaputi oleh suatu selubung fibrosa tebal berwarna putih, tunica
albuginea. Tomaszeskwka et al. (1991) menambahkan bahwa penis bentuknya
kurang lebih silinder pada semua spesies ternak. Penis memanjang kedepan dari
ischial arch kedaerah umbilical pada dinding perut dan disokong oleh fascia penis
dan kulit. Didepan skrotum, penis terletak didalam prepusium. Bagian ujung penis
disebut glands penis yang terletak bebas didalam prepusium.
18. 18
2.2. Perbedaan Organ Reproduksi jantan pada Sapi, Babi dan Domba
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
Penis Sapi Penis Babi Penis Domba
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak, 2013.
Ilustrasi 4. Perbedaan Organ Reproduksi Jantan pada Sapi, Babi, dan Domba
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa organ
reproduksi jantan pada sapi dan babi memiliki perbedaan, perbedaan tersebut
terletak pada bagian penis. Penis pada babi memiliki bentuk berkelok, bagian
kepala agak runcing. Sedangkan pada penis sapi dan domba bentuknya tidak
berkelok. Ukuran penis sapi lebih kecil dibandingkan dengan ukuran penis babi,
karena menyesuaikan bentuk vagina pada ternak betina. Menurut pendapat
Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa ukuran penis babi yaitu sekitar 45-55
cm sedangkan ukuran penis sapi sekitar 15-35 cm. Tomaszewska et al. (1991)
menambahkan bahwa penis sapi mempunyai lekukan berbentuk sigmoid dibagian
belakang atas skrotum, sedangkan pada babi mempunyai lekukan sigmoid didepan
skrotum. Lekukan sigmoid ini akan hilang dan berubah menjadi lurus apabila
terjadi ereksi.
19. 19
2.3. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Betina
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Reproduksi Ternak, 2013.
Sumber : Toelihere, 1981.
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Reproduksi Ternak, 2013.
Sumber : Toelihere, 1981.
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Reproduksi Ternak, 2013.
Sumber : Toelihere, 1981.
Ilustrasi 5. Perbedaan Organ Reproduksi Betina
Keterangan: 1. Ovarium; 2. Oviduct;3. Uterus; 4. Serviks; 5. Vagina; 6. Vulva
1
2
3
4
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
20. 20
2.3.1. Ovarium
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa Ovarium
berada di cavum abdominasi yang berfungsi sebagai organ eksokrin yang
menghasilkan sel telur atau ovum, selain itu ovarium berfungsi untuk
memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Menurut Partodihardjo (1982)
yang menyatakan bahwa ovarium merupakan alat kelamin yang utama, ovarium
menghasilkan telur oleh karena itu dalam bahasa Indonesia sering kali disebut
induk telur. Indung telur atau ada pula yang memberi nama pangarang telur.
Diperkuat oleh Hafez dalam Kusnandar (2001) bahwa ovarium merupakan organ
reproduksi primer hewan betina yang mempunyai fungsi dasar yaitu sebagai organ
eksokrin yang memproduksi sel telur dan sebagai organ endokrin yang
memproduksi hormon kelamin betina yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Ovarium terdiri dari medulla dan cortex, dikelilingi oleh epitel kecambah
dan pada umumnya bertambah berat 4-7 kali berat sewaktu lahir pada waktu
hewan menjelang pubertas. Medulla ovary terdiri dari jaringan ikat fibrio elastic
yang tidak teratur dan sistem syaraf serta pembuluh darah yang memasuki
ovarium melalui hilus (pertautan antara ovarium dan mesovarium), cortex
mengandung folikel-folikel ovary, bakat-bakat dan hasil akhirnya. Cortex
merupakan tempat pembentuk ovum dan hormon. Hal ini sesuai dengan pendapat
Partodihardjo (1982) bahwa ovarium digantung oleh alat penggantung
mesovarium dan ligamentum utero ovarika. Pada sapi dan domba, ovarium
berbentuk oval sedangkan pada babi ovarium berupa gumpalan anggur, folikel –
folikel dan corpora lutea menutupi jaringan-jaringan ovarial dibawahnya, dan
21. 21
hasil akhirnya Cortex merupakan tempat pembentuk ovum dan hormone. Menurut
Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa bentuk dan ukuran ovarium pada ternak
berbeda-beda menurut spesies dan siklus birahi. Menurut Hafez (1972) ovarium
tidak seperti testis, tetap dalam rongga perut. Ini performans kedua eksokrin dan
sebuah fungsi endokrin. Bentuk dan ukuran ovarium pada sapi dan domba
ovarium ini berbentuk almond. Pada babi ovarium menyerupai sekelompok
anggur, folikel nyata menonjol dan corpora lutea.
2.3.2. Oviduk
Oviduk berfungsi sebagai alat transportasi antara gamet jantan dan betina
(spermatozoa dan ovum), selain itu oviduk sebagai tempat fertilisasi. Menurut
Toelihere (1981) menyatakan bahwa oviduk merupakan saluran kelamin paling
anterior, kecil, berliku-liku, dan terasa keras seperti kawat terutama pada
pangkalnya. Panjang dan derajat liku-likunya berbeda-beda menurut spesies.
Antara ovarium dan oviduk terdapat suatu hubungan anatomik yang intim
walaupun tidak bersambung dalam arti kata yang sebenarnya. Oviduk tergantung
dalam mesosalpinx, oviduk dapat dibagi atas infundibulum dengan infimbriaenya,
ampula dan istmus. Menurut Hafez (1993) yang menyatakan bahwa Oviduk
sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus. Pada
masing-masing bagian memiliki keunikan tersendiri, seperti misalnya bagian
infundibulum, bagian ujung infundibulum terdapat jumbai-jumbai yang disebut
fimbria. Bagian isthmus dengan ampula dibatasi oleh suatu ampulari ismic
22. 22
junction yang berperan dalam pembuahan, sedangkan batas antara isthmus dengan
uterus adalah uteri tubal junction.
2.3.3. Uterus
Uterus berfungsi untuk mempertahankan embrio, serta pertumbuhan
embrio sampai masa kelahiran. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981)
yang menyatakan bahwa uterus memiliki sejumlah fungsi. Sewaktu perkawinan
kerja kontraksi uterus mempermudah pengangkutan sperma ke tuba falopii.
Uterus sanggup menjalani perubahan-perubahan besar dalam ukuran struktur dan
posisi agar dapat menampung kebutuhan konseptus yng bertumbuh. Uterus dan
ovarium memiliki hubungan kerja timbal balik dimana corpus luteum merangsang
uterus untuk menghasilkan suatu substansi dan sebaliknya melisiskan corpus
luteum. Substansi luteolitik ini yang dibentuk oleh endometerium, adalah
prostaglandin F2α yang berdifusi dari vena uterus langsung ke dalam arteri
ovarim, jadi adanya uterus penting untuk regresi corpus luteum secara normal.
Tomaszewska et al. (1991) menambahkan bahwa uterus terdriri atas bagian-
bagian badan yang pendek 3-4 cm dan 2 cornua (tanduk) yang menggulung
dengan panjang kira-kira 10 cm, kedua cornua kelihatannya agak lebih panjang.
Uterus digambarkan terdiri dari indometrium yaitu mucosa dan sub mucosa, mio
metrium/lapisan urat daging dan perimetrium/serosa yaitu sebuah membran yang
terus menjadi ligamentum lebar.
23. 23
2.3.4. Serviks
Serviks berfungsi untuk menghindari kontaminasi mikroba terhadap
uterus, penyimpanan sprerma yang telah masuk dan sebagai alat transportasi
spermatozoa. Toelihere (1981) menyatakan bahwa serviks adalah suatu struktur
berupa sphincter yang menonjol ke caudal kedalam vagina. Ia dikenal dari
dindingnya yang tebal dan lumen yang merapat walaupun struktur servik yang
berbeda antar ternak mamalia, dindingnya ditandai oleh berbagai penonjolan-
penonjolan. Pada ruminansia penonjolan ini terdapat bentuk lereng transfersal dan
saling menyilang disebut cincin anular. Tomaszewska et al. (1991) menambahkan
bahwa mukosa pada serviks mempunyai epitel columnar tinggi dengan banyak sel
goblet, mukosa ini menghasilkan musin. Lendir dari serviks menjadi lebih cair
pada waktu birahi dan membentuk sumbatan selama bunting. Mukosa serviks
terbentuk dari lipatan-lipatan melingkar (gelaang-gelang) sehingga membentuk
legokan dalam sehingga kelihatan seperti kelenjar tetapi tidak terdapat kelenjar
pada serviks. Fungsi serviks adalah menutp lumen uterus sehingga tak member
kemungkinan untuk jasad miroskopik maupan makrokospik ke dalam uterus
(Partodiharjo, 1982).
2.3.5. Vagina
Vulva memiliki fungsi sebagai tempat kopulasi pada saat perkawinan dan
sebagai saluran kelahiran. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang
menyatakan bahwa vagina merupakan organ kelamin betina dengan struktur
selubung muscular yang terletak di dalam rongga dorsal dari vesika urinaria, dan
24. 24
berfungsi sebagai alat kopulatoris dan sebagai tempat berlalu bagi foetus
sewaktu.Vagina mempunyai kesanggupan berkembang yang cukup besar. Dinding
vaginaterdiri dari mukosa, muskularis dan serosa. Ditambahkan oleh
Tomaszewska et al. (1991) yang menyatakan bahwa vagina dan vestibula terletak
dalam pelvis. Vagina dan vestibula terletak memanjang dari depan dari mulut
serviks luar sampai kebelakang pada vulva. Vagina merupakan bagian dari saluran
alat kelamin yang memanjang dari mulut serviks luar sampai tepat di bagian
depan (cranial) dari munculnya ureter. Vagina terbagi atas bagian vestibulum
yaitu bagian kesebelah luar yang berhubungan dengan vulva dan portio vaginalis
cervicis yaitu bagian kesebelah serviks bats dari kedua bagian itu ialah tepat ke
cranial, daripada munculnya uretra. Jadi muara uretra itu ikut vertibulum vagina
(Partodiharjo, 1982).
2.3.6. Vulva
Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil bahwa didalam vulva terdapat
klitoris yang akan bereaksi pada waktu kopulsi, bagian luar organ reproduksi
betina. Menurt pendapat Toelihere (1981) bahwa labia atau vulva secara normal
selalu berdampingan tidak menganga dan lubang vulva terletak tegak luru
terhadap lantai pelvis. Dinding labia majora banyak mengandung kelenjar-
kelenjar sebaseus dan tubuler, deposit-deposit lemak, jaringan elastik dan selapis
tipis otot licin yang mempunyai struktur permukaan luar yang sama seperti kulit.
Ditambahkan oleh Tomaszewska et al. (1991) yang menyatakan bahwa labia
vulva ditutupi oleh bulu-bulu yang jarang dan menjaga lubang luar saluran
25. 25
reproduksi. Labia dan again sentral tepat di sebelah dalam lubang luar ureter
terdapat klistoris (homolog dengan penis pada jantan). Klistoris kecil tapi
mempnyai krura seperti halnya pada jantan, dan akan bereksi pada waktu
kopulasi.
2.4. Perbedaan Anatomi Organ Reproduksi Ternak Betina Pada Sapi,
Domba dan Babi
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
Ovarium Sapi Ovarium Domba Ovarium Babi
Ilustrasi 6. Perbedaan Anatomi Organ Reproduksi Betina pada Sapi, Domba, dan
Babi
Berdasarkan hasil pengamatan anatomi organ reproduksi betina pada sapi
dan babi diperoleh hasil bahwa pada ukuran organ reproduksi betina pada sapi
lebih kecil dari pada ukuran organ reproduksi pada babi. Ovarium babi berkelok-
kelok sedangkan pada sapi dan domba tidak berkelok-kelok.Babi memiliki
ovarium berkelok-kelok karena memiliki folikel yang banyak. Sedangkan pada
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak, 2013.
26. 26
sapi hanya memiliki satu folikel. Serviks pada sapi tidak terlalu kuat dan tebal
karena hanya dapat menghasilkan satu anak, sedangkan pada babi memiliki
serviks yang tebal dan kuat karena dapat memiliki jumlah anak yang banyak.Hal
ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa bentuk dan
ukuran ovarium berbeda-beda menurut spesies dan siklus birahi pada sapi dan
domba ovarium berbentuk oval, sedangkan pada babi ovarium bagaikan setangkai
buah anggur karena banyaknya folikel corpora lutea. Menurut Hafez (1972) Sapi
dan domba memiliki tipe uterus bipartitus. Dangkal tubuh rahim pada sapi dan
domba tampak lebih besar daripada sebenarnya bisa karena bagian-bagian ekor
dari tanduk terikat bersama oleh ligamentum intercounal. Pada ruminansia, tanduk
uterus secara khusus berkembang dengan baik karena ini adalah di mana janin
berada. Bentuk serviks pada sapi dan domba yaitu berbentuk spiral. Pada sapi,
spiral ini berbentuk seperti cincin dan terdiri dari empat buah.Sedangkan pada
Babi bentuknya seperti pembuka botol (setengah spiral).
27. 27
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Organ reproduksi ternak jantan meliputi testis, epididimis, vas deferens,
ampula, kelenjar aksesoris, uretra dan penis. Anatomi organ reproduksi betina
pada sapi dan babi pada ukuran organ reproduksi betina pada sapi lebih kecil dari
pada ukuran organ reproduksi pada babi. Ovarium babi berkelok-kelok sedangkan
pada sapi dan domba tidak berkelok-kelok. Babi memiliki ovarium berkelok-
kelok karena memiliki folikel yang banyak.Sedangkan pada sapi hanya memiliki
satu folikel. Serviks pada sapi tidak terlalu kuat dan tebal karena hanya dapat
menghasilkan satu anak, sedangkan pada babi memiliki serviks yang tebal dan
kuat karena dapat memiliki jumlah anak yang banyak.
3.2 Saran
Praktikum ini harus dilakukan secara teliti agar dapat mengerti dan
memahami bagian-bagian dari anatomi dan fisiologi organ reproduksi.
28. 28
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. and Bade, D. 1998. Ilmu Peternakan Edisi Keempat. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
E.S.E.Hafez. 1972. Reproduction in Farm Animal (second edition). Washington
State University Pullman, Washington.
Kusnandar, D. 2001. Morfologi dan Struktur Fungsional Ovarium Kambing serta
Kualitas Oosit pada Saru Periode Siklus Estrus. Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Partodihardjo,S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa,
Bandung (diterjemahkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan, IPB).
Tomaszewska, M.W., I.K. Sutama., I.G. Putu., dan T.D. Chaniago. 1991.
Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yusuf, M. 2012. Ilmu Reproduksi Ternak. Universitas Hasanudin, Makasar.
29. 29
BAB I
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak dengan materi Sel Gamet
dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 26 april 2013 pukul 07.00 - 09.00 WIB di
Laboratorium Genetika, Pemuliaan dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan
dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.
1.1. Materi
Alat yang digunakan adalah mikroskop untuk mengamati sel spermatozoa,
kaca preparat digunakan untuk tempat pengamatan sel spermatozoa dan alat tulis
untuk menggambar sel spermatozoa. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
semen beku untuk diamati sel spermatozoa.
1.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah mengambil semen
beku dari container, mencairkan kedalam air bersuhu 27°C selama 29 detik,
mengambil dengan menggunakan pinset, menempatkan ke dalam tabung reaksi,
menyiapkan sel spermatozoa, menempatkannya diatas kaca preparat, diamati
dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x.
30. 30
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Spermatogenesis
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil
bahwa spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma yang ada pada
ternak. Spermatogenesis diawali dari spermatogonium mengalami pembelahan
mitosis menjadi spermatosit primer. Selanjutnya, Spermatosit primer mengalami
pembelahan meiosis menjadi spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder
kemudian akan mengalami pembelahan secara meiosis sehingga menjadi
spermatid. Spermatid akan mengalami proses maturasi (pematangan) dan pada
akhirnya akan menjadi sperma. Hal ini sesuai dengan pendapat Praseno et al.
(2003) yang menyatakan bahwa spermatogenesis merupakan proses diferensiasi
spermatogonium sehingga dihasilkan sel spermatozoon. Proses diferensiasi ini
terjadi dalam tubulus contortus seminiferus, bersifat hormonal dan melalui
beberapa tahap yaitu tahap prolirefatif, tahap pertumbuhan dan tahap
metamorphosis. Ditambahkan oleh Toelihere (1981) bahwa selama proses
diferensiasi tersebut jumlah kromosom direduksi dari haploid (2n) menjadi
haploid (n) pada setiap sel.
Proses pembelahan dari diploid (2n) menjadi haploid (n) berada pada saat
spermatosit primer membelah menjadi spermatosit sekunder, inilah yang
dinamakan pembelahan secara miosis, sedangkan pembelahan mitosis hasil
pembelahannya tetap sama dengan induknya (diploid atau 2n). Hal ini sesuai
31. 31
dengan pendapat Frandson (1996) bahwa spermatogenesis merupakan serangkaian
tahapan dalam pembentukan spermatozoa yang terdiri dari spermatogonia yang
jumlahnya bertambah secara mitosis (pembelahan sel yang menghasilkan anakan,
hasil pembelahan memiliki sel yang jumlah kromosom maupun gen sama dengan
induknya), spermatosit primer yang dihasilkan oleh spermatogonia yang
mengalami pembelahan miosis (pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan
yang jumlah kromosom dan gen 0,5 dari sel induk), dua spermatosit sekunder
yang terbentuk dari masing-masing spermatosit primer terbagi secara mitosis
menjadi empat spermatid, dan masing-masing spermatid mengalami serangkaian
perubahan nucleus dan sitoplasma (sperrmiogenesis) dari sel yang bersifat non
motil menjadi sel motil (sel yang mampu bergerak) dengan membentuk flagellum
(ekor) untuk membentuk spermatozoa.
2.2. Sel Gamet Jantan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Reproduksi Ternak, 2013.
http://planetsehat.com
Ilustrasi 7. Sel Gamet Jantan
Keterangan: 1. Membran plasma 2. Akrosom 3. Sentriol 4. Badan sperma 5. Ekor
32. 32
2.2.1. Kepala dan leher sperma
Kepala sperma terdiri dari membran plasma, akrosom dan nukleus.
Membran plasma berfungsi untuk melindungi bagian dalam sperma. Akrosom
berfungsi untuk mensekresi enzim hyaluronidase dan akrosin, enzim ini yang
akan membantu sperma menembus ovum. Sedangkan nukleus berisi materi
genetik yang berfungsi untuk mengatur aktivitas sperma dan informasi genetik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell et al. (2004) bahwa akrosom merupakan
tudung bagian kepala sperma yang mengandung enzim untuk membantu sperma
menembus sel telur. Ditambahkan oleh Toelihere (1981) bahwa kepala sperma
terisi sepenuhnya dengan materi inti, chromosom, terdiri dari DNA yang
bersenyawa dengan protein. Informasi genetik yang dibawa oleh spermatozoa
diterjemahkan dan disimpan di dalam molekul DNA yang tersusun oleh banyak
nukleotida. Bagian leher terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai sumber
energi bagi sperma. Toelihere (1981) memperkuat bahwa mitokondria
mengandung enzim-enzim yang berhubungan dengan metabolisme spermatozoa.
Plasmalogen yang terdapat dalam mitokondria berhubungan dengan gliserol.
Asam lemak ini dapat dioksidasi dan dijadikan sumber energi.
2.2.2. Ekor sperma
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa ekor sperma
dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 fibril yang pada akhirnya membentuk
suatu cilia dan flagelata, sehingga ekor sperma ini berfungsi sebagai alat
penggerak hingga sperma dapat mencapai ovum. Hal ini sesuai dengan pendapat
33. 33
Toelihere (1981) bahwa inti ekor terdiri atas dua serabut sentral yang dikelilingi
oleh suatu cincin yang terdiri dari 9 fibril yang berjalan hingga akhirnya
membentuk suatu pola yang umum ditemukan pada cilia dan flagelata. Sepanjang
bagian utama fibril-fibril dibungkus oleh suatu selubung ekor fibrosa. Bagian
utama ekor mengandung sebagian besar mekanisme daya gerak spermatozoa.
Sperma tidak hidup dalam waktu yang lama, dan untuk membuatnya
bertahan hidup lebih lama yaitu dengan diawetkan dalam container dan disimpan
dalam kondisi 1000
C untuk membuat sperma dorman. Blakely dan Bade (1991)
menyatakan bahwa sperma yang disimpan dalam container yang suhu dalamnya
dipertahankan sangat rendah yaitu -194ºC dengan bantuan nitrogen cair. Satu
tangki yang dimanfaatkan untuk keperluan dilapangan dapat menyimpan 600 atau
1200 straw palstik yang berisi semen yang telah diproses yang telah diencer.
Apabila container penyimpanan itu diisi kembali dengan nitrogen cair tiap 60-90
hari maka cara simpan ini dapat mengawetkan semen untuk jangka waktu yang
tidak terbatas. Satu ampul atau straw plastik digunakan setiap kali inseminasi dan
masing-masing mengandung sedikitnya 10.000 sel seprma yang hidup.
34. 34
2.3. Perbedaan Sperma pada Sapi, Kambing dan Ayam
Berdasarkan data praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Sel sperma sapi Sel sperma kambing Sel sperma ayam
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak, 2013.
Ilustrasi 8. Gambar sel sperma jantan pada Sapi, Kambing, dan Ayam
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
adanya perbedaan bentuk dan ukuran sperma dari masing-masing ternak. Pada
sapi ukuran kepala sperma lebih besar dibandingkan dengan sperma kambing dan
sperma ayam, dan juga panjang ekornya lebih panjang dan terlihat gerakannya
saat berada dalam mikroskop sedangkan pada ayam pergerakannya sangat cepat,
dan bentuk kepala sperma sapi berbentuk bulat dengan ukuran lebih besar
dibandingkan pada kambing dan ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere
(1981) yang menyatakan bahwa kepala spermatozoa berbentuk oval memanjang,
lebar, dan datar pada satu pandangan sempit pada pandanga lain dengan bagian
paling tebal pada pangkal yang melangsing ke apex yang tipis. Panjang dan lebar
kepala kira-kira 8,0 sampai 10,0 mikron kali 4,0 sampai 4,5 mikron pada sapi,
domba, dan babi. Sperma akan bertahan hidup hingga lama apabila ada proses
pembekuan dengan tambahan bahan pengencer. Hal ini sesuai dengan pendapat
35. 35
Minitub dalam Suharyanti dan Hartono (2011) bahwa komposisi kimia bahan
pengencer Andromed tersusun dari beberapa bahan yang dibutuhkan oleh
spermatozoa selama proses pembekuan, diantaranya natrium dan kalium yang
berperan dalam menjaga integritas fungsional membran plasma spermatozoa.
Kalium juga perperan dalam menginduksi motilitas dan hiperaktivasi
spermatozoa, serta dapat memengaruhi daya tahan hidup spermatozoa.
2.4. Oogenesis
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa Oogenesis
merupakan proses pematangan ovum dalam ovarium. Hal ini sesuai dengan
pendapat Praseno et al. (2003) bahwa proses produksi ovum dinamakan oogenesis
dan fenomena oogenesis terdapat dalam follikuli ovari berbagai tahap, yang
terdapat pada korteks ovari. Pada tahap awal sel oogonium akan membelah secara
mitosis hingga menjadi oosit primer (2n) dan badan polar I, kemudian oosit
primer akan membelah secara miosis (n) dan menghasilkan oosit sekunder dan
badan polar II, selanjutnya oosit sekunder akan berkembang menjadi ootid (n).
Ootid ini akan mengalami proses pematangan hingga terbentuknya ovum. Hal ini
sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa dalam proses oogenesis terdapat
oogonium (diploid) memperbanyak diri dengan sangat cepat melalui pembelahan
mitosis berkali-kali, dan akhirnya berdeferensiasi menjadi oosit primer yang
masih diploid juga. Ooosit primer kemudian mengalami proses miosis I dan
menghasilkan 2 buah sel haploid yang masing-masing mengandung satu anggota
pasangan kromosom homolog dalam keadaan mengganda yaitu oosit sekunder
36. 36
dan badan polar. Kemudian oosit sekunder mengalami miosis II hingga
memperoleh ootid dan badan polar II. Pada akhir miosis II akan diperoleh empat
buah sel haploid yang terdiri dari satu ovum dan dua badan polar.
2.5. Sel Gamet Betina
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Reproduksi Ternak, 2013.
http://nulisonline.wordpress.com
Ilustrasi 9. Sel Gamet Betina
Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5.
2.5.1. Ovum
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh bahwa Ovum
merupakan hasil dari proses oogenesis dari organ utama reproduksi betina yaitu
ovarium. Menurut pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa sel gamet
betia disebut juga sel telur, sel ini diproduksi didalam folikel yang terdapat
didalam ovarium. Sel telur berkembang seiring dengan perkembangan folikel.
Dibawah pengaruh hormone-hormon gonadotropin FSH dan LH, folikel-filkel
37. 37
vesikuler bertumbuh dan berkembang. Perkembangan ini terjadi pada masa foetal,
paa waktu menjelang masa pubertas, dan selama masa kebuntingan. Menurut
Hardjopranjoto (1995) jumlah sel telur ovum dapat mencapai berjuta-juta namun
akan berkurang karena proses degenerasi.
2.5.2. Zona pellusida
Zona pellucida merupakan lapisan yang terdapat disekeliling ovum, zona
ini bertugas menyeleksi sperma yang akan masuk ke dalam ovum. Hal ini sesuai
dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa zona pellusida yang merupakan suatu
selaput homogeny dan semi permeable, dan berfungsi meyeleksi sel sperma yang
baik.
2.5.2. Cumulus oophorus
Cumulus oophorus merupakan tonjolan-tonjolan kecil yang ada pada di
lapisan luar ovum. Hal ini sesuai dengan pendapat Junguiera dalam Kristanti
(2010) bahwa selama perkembangan folikel terjadi akumulasi dari cairan folikular
yang terlihat diantara sel-sel. Kavitas yang berisi cairan ini bergabung dan
akhirnya membentuk suatu cavum yaitu antrum. Folikel ini dinamakan secondary
(vesicular) follicles. Sel-sel membran granulosa lebih banyak pada satu tempat
tertentu dari dinding folikular, membentuk tonjolan-tonjolan kecil sel-sel yang
disebut cumulus ooporus yang terdapat oosit. Cumulus ooporus menonjol
kedalam antrum.
38. 38
2.6. Tipe-Tipe Ovum
Berdasarkan data praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Sel ovum tipe A Sel ovum tipe B
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Reproduksi Ternak, 2013.
Sumber :Data Primer PraktikumIlmu
Reproduksi Ternak, 2013.
Sel ovum tipe C Sel ovum tipe D
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Reproduksi Ternak, 2013.
Sumber : Data Primer Praktikum
Ilmu Reproduksi Ternak,
2013.
Ilustrasi 10. Gambar Sel Ovum tipe A, B, C dan D
Berdasarkan hasil foto sel ovum yang diamati didapatkan bahwa sel ovum
berada di dalam folikel-folikel kecil. Dalam hasil pengamatan di foto sel ovum
dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu tipe A, B, C, dan D, dari masing-masing tipe
memiliki perbedaan, dan perbedaan tersebut terletak pada jumlah bolus-bolus
kecil yang disebut cumulus oophorus. Untuk tipe A jumlah cumulus oophorus
lebih dari 6 lapisan, tipe B 4 sampai 6 lapisan, tipe C 2 sampai 4 lapisan dan tipe
D kurang dari 2 lapisan. Semakin banyak tingkat lapisannya maka semakin baik
kualitasnya karena akan bermanfaat juga untuk seleksi sperma. Hal ini sesuai
39. 39
dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa pemecahan Folikel de Graft terjadi
sewaktu ovum dilepaskan dari ovarium yang disebut dengan ovulasi. Sebelum
ruptura folikel terjadi, ovum dibungkus oleh sel-sel folikuler, Cumulus Oophorus.
40. 40
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum spermatogenesis adalah proses pembentukan
sperma. Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kualitas dan kuantitas pakan, hormone dan kondisi lingkungan. Spermatogenesis
esensinya adalah pembentukan sel, dengan demikian kandungan protein atau asam
amino pakan merupakan hal sangat penting. Oogenesis merupakan proses
pematangan ovum didalam ovarium yang hanya dapat menghasilkan satu ovum
matang sekali waktu. Oogenesis terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap proliferasi,
tahap pertumbuhan dan tahap pematangan. Sel ovum dapat dibedakan menjadi 4
tipe yaitu tipe A, B, C, dan D, dari masing-masing tipe memiliki perbedaan, dan
perbedaan tersebut terletak pada jumlah bolus-bolus kecil yang disebut cumulus
oophorus. Untuk tipe A jumlah cumulus oophorus lebih dari 6 lapisan, tipe B 4
sampai 6 lapisan, tipe C 2 sampai 4 lapisan dan tipe D kurang dari 2 lapisan.
3.2. Saran
Praktikum ini harus dilakukan secara teliti agar dapat mengerti dan
memahami bagian-bagian dari sel gamet
41. 41
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J and D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan Edisi Keempat. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).
Campbell, Neil A. 2004. Biologi Jilid 3, Edisi ke 5. Erlangga. Jakarta.
Frandson. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada
University Press. Penerjemah : Srigandono dan Koen Praseno.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University
Press, Surabaya.
Kristanti, A.N. 2010. Potensi Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban) Dosis Tinggi Sebagai Antifertilitas pada Mencit (Mus musculus)
Betina. Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas Islam Negri Maulana
Malik Ibrahim Malang, Skripsi.
Praseno, K., Isroli, dan B. Sudarmoyo. 2003. Fisiologi Ternak. Fakultas
Peternakan Program D3 Manajemen Usaha Peternakan. Semarang.
Suharyanti,S. dan M. Hartono. 2011. Preservasi dan kriopreservasi semen sapi
limousin dalam berbagai bahan pengencer. Jurnal Kedokteran Hewan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Vol 5 (2) : 53-58.
Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa,
Bandung (diterjemahkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan, IPB).
Williamson and Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. Penerjemah : Djiwa Darmadja dan
Ida Bagus Djagra.