1. Kebijakan yang dilakukan Pemda dalam penyelenggaraan pelayanan Kesehatan jiwa yang bersifat promotif :
Sesuai dengan amanat Undang – Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan manusia melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Salah satu upaya Promotif primer adalah dengan berorientasi pada kelompok masyarakat yang belum mengalami masalah maupun gangguan jiwa.
Lembaga yang menjadi target utama dalam meningkatkan Kesehatan jiwa yang yaitu pada : Keluarga, Lembaga Pendidikan, Tempat Kerja, Masyarakat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Media Massa, Lembaga Keagaaman dan tempat ibadah; dan Lembaga Pemasyarakatan yang membutuhkan upaya promotif kesehatan jiwa, di antaranya dengan melaksanakan kebijakan operasional kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat dan diharapkan akan mampu dan memandirikan masyarakat melalui edukasi peningkatan ketahanan mental/jiwa terutama dalam Pola Asuh, Life skill dan Pencegahan perilaku berisiko/Napza/Perilaku Bunuh diri.
Kegiatan yang dilakukan dalam upaya promotif diantaranya :
a) Advokasi, sosialisasi dan promosi kesehatan jiwa (psikoedukasi);
b) Penyediaan materi dan media KIE;
c) Pemberdayaan masyarakat dalam Kesehatan jiwa melalui pelatihan kader;
d) Membuat inovasi dan terobosan baru dalam mensosialisasikan dan mendekatkan akses layanan kesehatan jiwa kepada masyarakat yaitu dengan membuat Layanan Psikososial dan Kesehatan Jiwa ;
e) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan lintas sektor, organisasi profesi, akademisi, pemerhati masalah kesehatan jiwa, dan lain- lain.
Dalam kerangka regulasi, untuk meningkatkan peran serta Pemerintah daerah dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa masyarakat, maka Pemerintah Daerah Maluku dengan menerbitkan kebijakan terkait yaitu :
1. SK Gubernur Maluku Nomor 182 Tahun 2022 tentang TIM PENGARAH KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) Provinsi Maluku yang bertugas merumuskan kebijakan Pemerintah Provinsi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa masyarakat melalui pendekatan multi disiplin dan peran serta masyarakat, guna meningkatkan kondisi Kesehatan Jiwa Masyarakat yang optimal di wilayahnya.
2. SK Gubernur Maluku Nomor 183 Tahun 2022 tentang TIM DUKUNGAN KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL (DKPJS) PROVINSI MALUKU yang bertugas untuk : Melakukan Psychological First Aid (PFA) dan follow up PFA pada anggota masyarakat/komunitas yang membutuhkan pada saat terjadi Kedaruratan (permasalahan kesehatan masyarakat, bencana alam, konflik sosial, permasalahan hukum dan lainnya), Membentuk jejaring dukungan kesehatan jiwa dan psikososial dengan lintas sektor terkait, Melakukan edukasi, pendampingan, peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi pandemi maupun bencana lainnya dan Melakukan kegiatan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial untuk masyarakat, kelompok khusus yang membutuhkan melalui la
1. Kebijakan yang dilakukan Pemda dalam penyelenggaraan pelayanan Kesehatan jiwa yang bersifat promotif :
Sesuai dengan amanat Undang – Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan manusia melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Salah satu upaya Promotif primer adalah dengan berorientasi pada kelompok masyarakat yang belum mengalami masalah maupun gangguan jiwa.
Lembaga yang menjadi target utama dalam meningkatkan Kesehatan jiwa yang yaitu pada : Keluarga, Lembaga Pendidikan, Tempat Kerja, Masyarakat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Media Massa, Lembaga Keagaaman dan tempat ibadah; dan Lembaga Pemasyarakatan yang membutuhkan upaya promotif kesehatan jiwa, di antaranya dengan melaksanakan kebijakan operasional kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat dan diharapkan akan mampu dan memandirikan masyarakat melalui edukasi peningkatan ketahanan mental/jiwa terutama dalam Pola Asuh, Life skill dan Pencegahan perilaku berisiko/Napza/Perilaku Bunuh diri.
Kegiatan yang dilakukan dalam upaya promotif diantaranya :
a) Advokasi, sosialisasi dan promosi kesehatan jiwa (psikoedukasi);
b) Penyediaan materi dan media KIE;
c) Pemberdayaan masyarakat dalam Kesehatan jiwa melalui pelatihan kader;
d) Membuat inovasi dan terobosan baru dalam mensosialisasikan dan mendekatkan akses layanan kesehatan jiwa kepada masyarakat yaitu dengan membuat Layanan Psikososial dan Kesehatan Jiwa ;
e) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan lintas sektor, organisasi profesi, akademisi, pemerhati masalah kesehatan jiwa, dan lain- lain.
Dalam kerangka regulasi, untuk meningkatkan peran serta Pemerintah daerah dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa masyarakat, maka Pemerintah Daerah Maluku dengan menerbitkan kebijakan terkait yaitu :
1. SK Gubernur Maluku Nomor 182 Tahun 2022 tentang TIM PENGARAH KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) Provinsi Maluku yang bertugas merumuskan kebijakan Pemerintah Provinsi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa masyarakat melalui pendekatan multi disiplin dan peran serta masyarakat, guna meningkatkan kondisi Kesehatan Jiwa Masyarakat yang optimal di wilayahnya.
2. SK Gubernur Maluku Nomor 183 Tahun 2022 tentang TIM DUKUNGAN KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL (DKPJS) PROVINSI MALUKU yang bertugas untuk : Melakukan Psychological First Aid (PFA) dan follow up PFA pada anggota masyarakat/komunitas yang membutuhkan pada saat terjadi Kedaruratan (permasalahan kesehatan masyarakat, bencana alam, konflik sosial, permasalahan hukum dan lainnya), Membentuk jejaring dukungan kesehatan jiwa dan psikososial dengan lintas sektor terkait, Melakukan edukasi, pendampingan, peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi pandemi maupun bencana lainnya dan Melakukan kegiatan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial untuk masyarakat, kelompok khusus yang membutuhkan melalui la
Therapi Self Healing merupakan pendekatan yang sangat penting dalam mengatasi dampak psikologis dari bencana. Dengan memahami dan menerapkan berbagai strategi self-healing, individu dapat memperkuat ketahanan mental dan emosional mereka dalam menghadapi situasi yang sulit. Melalui teknik mindfulness, meditasi, olahraga, koneksi sosial, dan berbagai kegiatan lainnya, self-healing mampu mempercepat proses pemulihan, mengurangi tingkat stres, kecemasan, dan depresi.
Penting untuk diingat bahwa self-healing bukanlah proses yang instan, namun merupakan perjalanan yang memerlukan kesabaran, konsistensi, dan dedikasi. Melalui pengalaman praktik dan penerapan teknik self-healing, individu dapat mengintegrasikan strategi ini ke dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi bencana dengan lebih baik.
Dengan memperkuat kembali sumber daya internal, seperti keberanian, ketangguhan, dan optimisme, terapi self-healing dapat menjadi landasan yang kuat bagi individu untuk bangkit dari pengaruh traumatis bencana, mempercepat pemulihan, dan kembali membangun kualitas hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami dan memperkenalkan konsep self-healing dalam upaya mengatasi dampak psikologis dari bencana yang mereka alami.
Dalam situasi bencana, Inisial Asesmen adalah langkah kritis yang memainkan peran penting dalam manajemen dan penanganan bencana. Melalui evaluasi cepat terhadap risiko, kerentanan, dan kebutuhan mendesak, Inisial Asesmen memungkinkan tim penanggulangan bencana untuk mengambil tindakan awal yang tepat dan menyelamatkan nyawa serta harta benda.
Dari pengertian bencana hingga langkah-langkah spesifik dalam melakukan Inisial Asesmen, telah kita lihat betapa pentingnya pemahaman mendalam akan situasi yang dihadapi dan kesiapan dalam merespons. Proses ini membutuhkan koordinasi yang kuat, alat bantu teknologi, serta keterlibatan aktif dari pihak terkait dan komunitas lokal.
Tidak hanya menjadi proses evaluasi awal, Inisial Asesmen juga menjadi dasar bagi perencanaan tindak lanjut yang lebih terinci dan efektif. Dengan informasi yang dikumpulkan dan analisis yang dilakukan, dapat dirumuskan strategi penanggulangan yang lebih terarah, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan mendesak.
Penting untuk diingat bahwa Inisial Asesmen bukanlah akhir dari proses, melainkan awal dari upaya penyelamatan dan pemulihan. Teruslah berkoordinasi dengan tim penanggulangan bencana, perbarui informasi secara berkala, dan siapkan rencana tindak lanjut yang fleksibel mengikuti perkembangan situasi.
Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya Inisial Asesmen dalam kondisi bencana menjadi landasan bagi respons yang lebih efektif, responsif, dan terarah. Kolaborasi, kecepatan, dan ketepatan langkah merupakan kunci utama dalam melindungi dan mendukung masyarakat yang terkena dampak bencana.
Therapi Self Healing merupakan pendekatan yang sangat penting dalam mengatasi dampak psikologis dari bencana. Dengan memahami dan menerapkan berbagai strategi self-healing, individu dapat memperkuat ketahanan mental dan emosional mereka dalam menghadapi situasi yang sulit. Melalui teknik mindfulness, meditasi, olahraga, koneksi sosial, dan berbagai kegiatan lainnya, self-healing mampu mempercepat proses pemulihan, mengurangi tingkat stres, kecemasan, dan depresi.
Penting untuk diingat bahwa self-healing bukanlah proses yang instan, namun merupakan perjalanan yang memerlukan kesabaran, konsistensi, dan dedikasi. Melalui pengalaman praktik dan penerapan teknik self-healing, individu dapat mengintegrasikan strategi ini ke dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi bencana dengan lebih baik.
Dengan memperkuat kembali sumber daya internal, seperti keberanian, ketangguhan, dan optimisme, terapi self-healing dapat menjadi landasan yang kuat bagi individu untuk bangkit dari pengaruh traumatis bencana, mempercepat pemulihan, dan kembali membangun kualitas hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami dan memperkenalkan konsep self-healing dalam upaya mengatasi dampak psikologis dari bencana yang mereka alami.
Dalam situasi bencana, Inisial Asesmen adalah langkah kritis yang memainkan peran penting dalam manajemen dan penanganan bencana. Melalui evaluasi cepat terhadap risiko, kerentanan, dan kebutuhan mendesak, Inisial Asesmen memungkinkan tim penanggulangan bencana untuk mengambil tindakan awal yang tepat dan menyelamatkan nyawa serta harta benda.
Dari pengertian bencana hingga langkah-langkah spesifik dalam melakukan Inisial Asesmen, telah kita lihat betapa pentingnya pemahaman mendalam akan situasi yang dihadapi dan kesiapan dalam merespons. Proses ini membutuhkan koordinasi yang kuat, alat bantu teknologi, serta keterlibatan aktif dari pihak terkait dan komunitas lokal.
Tidak hanya menjadi proses evaluasi awal, Inisial Asesmen juga menjadi dasar bagi perencanaan tindak lanjut yang lebih terinci dan efektif. Dengan informasi yang dikumpulkan dan analisis yang dilakukan, dapat dirumuskan strategi penanggulangan yang lebih terarah, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan mendesak.
Penting untuk diingat bahwa Inisial Asesmen bukanlah akhir dari proses, melainkan awal dari upaya penyelamatan dan pemulihan. Teruslah berkoordinasi dengan tim penanggulangan bencana, perbarui informasi secara berkala, dan siapkan rencana tindak lanjut yang fleksibel mengikuti perkembangan situasi.
Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya Inisial Asesmen dalam kondisi bencana menjadi landasan bagi respons yang lebih efektif, responsif, dan terarah. Kolaborasi, kecepatan, dan ketepatan langkah merupakan kunci utama dalam melindungi dan mendukung masyarakat yang terkena dampak bencana.
Triage Bencana, Stabilisasi, Transportasi dan Evakuasi pada Bencana.pptxAlva Cherry Mustamu
materi ini membahas tentang penanganan bencana, termasuk triage, stabilisasi pasien, transportasi medis, evakuasi, dan langkah-langkah keselamatan selama evakuasi. Dalam penanganan bencana, mitigasi bencana merupakan langkah kunci dalam penanganan bencana. Triage adalah proses pengelompokan pasien berdasarkan tingkat keparahan cedera atau penyakit, serta prioritas penanganan yang diperlukan. Stabilisasi pasien dalam konteks bencana merujuk pada upaya untuk menjaga kondisi medis pasien agar tidak memburuk dan memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Transportasi medis sangat penting dalam situasi bencana untuk memindahkan pasien dari lokasi bencana ke fasilitas medis yang lebih aman dan memadai. Evakuasi yang terorganisir sangat penting dalam situasi bencana untuk memindahkan orang-orang dari daerah yang terkena dampak bencana ke tempat yang lebih aman.
Pengaturan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh.pptxAlva Cherry Mustamu
Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh adalah faktor penting bagi fungsi tubuh yang optimal. Dalam materi ini, kita memahami bahwa cairan dan elektrolit memainkan peran kunci dalam menjaga fungsi sel, sistem organ, dan homeostasis tubuh secara keseluruhan.
Pentingnya mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit terletak pada perannya yang mendukung fungsi sel, transportasi nutrisi, pembuangan zat sisa, menjaga tekanan osmotik, serta fungsi saraf dan otot. Regulasi yang tepat terhadap asupan, penyerapan, dan ekskresi cairan serta elektrolit sangat diperlukan untuk mencegah gangguan keseimbangan yang dapat menyebabkan kondisi serius seperti dehidrasi, overhidrasi, atau gangguan elektrolit.
Pemahaman terhadap gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, seperti dehidrasi atau gangguan elektrolit tertentu, sangat penting untuk tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat. Pencegahan melalui asupan cairan yang cukup, diet seimbang, dan pemantauan kondisi kesehatan dapat membantu mencegah kondisi yang berpotensi berbahaya.
Seiring pemahaman kita terus berkembang tentang mekanisme regulasi tubuh, penelitian dan pendekatan dalam merawat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit juga semakin berkembang. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh secara keseluruhan.
"Dalam kondisi bencana, pemahaman dan keterampilan dalam Basic Life Support (BLS) menjadi sebuah fondasi yang vital bagi respons cepat dan efektif terhadap situasi kegawatdaruratan. Melalui pemahaman akan prinsip dasar BLS, kita dapat memahami pentingnya respons yang cepat, evaluasi situasi dengan cermat, dan memberikan tindakan pertolongan pertama yang tepat.
Kondisi bencana seringkali memunculkan tantangan besar bagi pelayanan medis dan pertolongan darurat. Dalam situasi ini, keterampilan BLS menjadi lebih dari sekadar keterampilan; mereka menjadi faktor penentu antara hidup dan mati. Langkah-langkah sederhana seperti penilaian keselamatan sekitar, kompresi dada, ventilasi, dan panggilan bantuan medis dapat memiliki dampak besar dalam menyelamatkan nyawa.
Namun, untuk dapat menghadapi situasi darurat, persiapan dan pelatihan rutin dalam BLS sangatlah penting. Pelatihan secara berkala dan simulasi di lingkungan yang menyerupai situasi bencana akan membantu mempertajam keterampilan, meningkatkan kepercayaan diri, dan mempersiapkan kita untuk bertindak secara efektif ketika situasi genting terjadi.
Kita juga perlu memahami bahwa kolaborasi antara tim medis dan non-medis, serta koordinasi yang baik dalam bencana, merupakan kunci dalam memberikan BLS yang optimal. Rencana aksi yang terstruktur, adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang berubah, dan pengurangan risiko tambahan akan memperkuat respons kita dalam menghadapi situasi darurat.
Melalui kesadaran, latihan, dan kerjasama, kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk memberikan BLS yang cepat dan tepat dalam menghadapi bencana. Maka dari itu, penting bagi kita semua untuk mengambil bagian dalam pelatihan BLS secara teratur, berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta menjadikan keterampilan ini sebagai bekal dalam mempersiapkan diri menghadapi situasi darurat yang tidak terduga. Dengan demikian, kita dapat menjadi bagian yang berarti dalam menyediakan pertolongan yang berpotensi menyelamatkan nyawa dalam situasi bencana."
engelolaan kegawatdaruratan bencana dalam konteks keperawatan bukan hanya tentang mengerti konsep-konsepnya, tetapi juga tentang penerapan dalam praktik sehari-hari, kesiapan untuk berkolaborasi, serta komitmen untuk memberikan pertolongan yang berkualitas tinggi dalam situasi yang mendesak
"Semoga pemahaman yang kita peroleh dari materi ini akan menjadi landasan yang kokoh dalam praktik keperawatan kita yang akan datang. Mari terus berusaha menjadi perawat yang handal dan peduli terhadap kesehatan pasien kita."
Manajemen dalam situasi bencana merupakan proses kompleks yang melibatkan serangkaian tindakan koordinatif yang terfokus pada penanganan korban dan pemulihan area terdampak. Manajemen korban massal, sebagai bagian integral dari upaya penanggulangan bencana, memerlukan langkah-langkah krusial. Ini termasuk tahapan-tahapan seperti identifikasi dan registrasi cepat terhadap korban, penerapan triage untuk memberikan prioritas dalam pelayanan medis, serta penanganan medis dan evakuasi yang terkoordinasi. Koordinasi yang efektif antara tim penanggulangan bencana menjadi kunci dalam menyediakan fasilitas serta sumber daya yang diperlukan bagi korban. Selain itu, upaya pemulihan pasca-bencana dan rehabilitasi juga menjadi bagian penting dalam membangun kembali kehidupan masyarakat terdampak.
Sementara itu, manajemen posko darurat memegang peranan penting dalam menyelenggarakan bantuan dan koordinasi dalam bencana. Posko darurat, yang memiliki tujuan spesifik dan fungsi terdefinisi, diperlukan untuk pendirian cepat dalam situasi darurat. Di dalamnya, manajemen logistik yang teratur menjaga aliran pasokan yang tepat waktu untuk memenuhi kebutuhan korban. Pengelolaan informasi dan komunikasi yang efisien di dalam posko memungkinkan koordinasi yang baik antara tim penanggulangan bencana serta memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat terdampak.
Sistem informasi dan komunikasi juga menjadi inti dari manajemen bencana. Dalam situasi darurat, pentingnya infrastruktur komunikasi darurat terbukti krusial dalam menyebarkan informasi yang diperlukan dengan cepat dan tepat. Sistem informasi membantu dalam pemantauan dan evaluasi situasi, memungkinkan penggunaan teknologi yang mendukung komunikasi darurat, serta mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber untuk koordinasi yang lebih baik.
Manajemen sumber daya manusia (SDM) dan logistik merupakan landasan bagi keberhasilan dalam menangani bencana. Perencanaan yang matang terkait SDM, termasuk pemilihan, pelatihan, dan penempatan tenaga kerja, sangat penting. Manajemen logistik yang efisien dalam memastikan distribusi tepat waktu dan efisien dari persediaan yang ada, serta pengadaan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung upaya penanggulangan bencana, juga menjadi bagian tak terpisahkan dari manajemen dalam situasi darurat.
Dalam praktik keperawatan, keseimbangan asam basa memegang peranan krusial dalam pemantauan dan perawatan pasien. Sebuah video disusun untuk menyajikan berbagai aspek terkait keseimbangan ini. Video tersebut membahas pentingnya pemahaman mendalam terhadap keseimbangan asam basa bagi perawat, terutama dalam menganalisis kondisi kesehatan pasien secara komprehensif, mengevaluasi respon terhadap terapi, dan menyusun rencana perawatan yang tepat. Selain itu, video ini menekankan pentingnya pemantauan teratur terhadap parameter-parameter keseimbangan asam basa pada pasien sebagai langkah kritis dalam menilai kondisi kesehatan mereka. Pemahaman yang kuat terhadap keseimbangan asam basa juga memberi dukungan pada peran perawat dalam diagnosis gangguan, pemilihan intervensi medis yang sesuai, serta pemantauan respons pasien terhadap pengobatan. Lebih lanjut, video ini menyoroti bagaimana perawat yang memahami keseimbangan asam basa dapat berperan aktif dalam pengambilan keputusan di situasi darurat atau saat kondisi pasien membutuhkan penanganan cepat. Melalui video ini, perawat didorong untuk berkolaborasi secara efektif dengan tim kesehatan lainnya, mengedukasi pasien tentang faktor-faktor yang memengaruhi keseimbangan asam basa, serta memberikan panduan terkait pencegahan gangguan keseimbangan ini melalui pemahaman makanan sehat dan manajemen obat-obatan.
"Mekanisme kerja enzim memiliki peran yang sangat penting dalam konteks pendidikan mahasiswa keperawatan. Hal ini akan memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait dengan proses biokimia yang berperan dalam kesehatan dan penyembuhan tubuh manusia.
Salah satu informasi penting adalah bahwa pemahaman terhadap mekanisme kerja enzim dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam memahami proses adaptasi sel yang terkait dengan cidera fisik, penyembuhan, dan pemulihan jaringan. Pengetahuan mengenai hal ini juga relevan dalam pemahaman terhadap kondisi nekrosis sel.
Dalam konteks nutrisi dan pencernaan, enzim memainkan peran penting dalam proses pencernaan. Memahami bagaimana enzim mengubah bentuk makanan menjadi energi akan membantu mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih efektif dan tepat terkait dengan nutrisi dan perawatan pasien terkait pencernaan.
Lebih lanjut, memahami fungsi, peran, dan aktivitas enzim juga memberikan landasan penting dalam praktik keperawatan. Mengetahui bagaimana suatu enzim mempengaruhi reaksi biomolekul dalam sel akan membantu mahasiswa keperawatan untuk memahami konsep dasar biokimia yang relevan dengan praktik keperawatan sehari-hari.
MEKANISME KERJA ENZIM DALAM PROSES BIOKIMIA, MEKANISME KERJA ENZIM DALAM PROSES BIOKIMIA, MEKANISME KERJA ENZIM DALAM PROSES BIOKIMIA, MEKANISME KERJA ENZIM DALAM PROSES BIOKIMIA, MEKANISME KERJA ENZIM DALAM PROSES BIOKIMIA, MEKANISME KERJA ENZIM DALAM PROSES BIOKIMIA,MEKANISME KERJA ENZIM DALAM PROSES BIOKIMIA
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
8. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan cardiac output
2. Nyeri akut
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
4. Kelelahan
5. Gangguan pola tidur
6. Insomnia
7. Gangguan personal hygiene
8. Resiko injuri
9. Regimen terapeutik tidak efektif
9. Tujuan dan kriteria hasil
1. cardiac output normal
2. Bebas nyeri
3. perfusi jaringan perifer efektif
4. Aktivitas nomal
5. pola tidur baik
6. Tidak Insomnia
7. personal hygiene baik
8. bebas injuri
9. Mampu mengikuti terapi
10. NIC
• Kaji dan observasi : TTV, pola hidup, Riwayat penyakit sebelumnya,
penyakit keluarga
• Tindakan mandiri perawat : brisk walking exercise, massase, music
dan relaksasi, yoga herbal (kunyit, seledri, air kelapa muda, jus timun,
daun salam
• Edukasi : pola hidup, perawatan hipertensi, pengaturan makanan,
obat
• Colaborasi : obat Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE
inhibitor), Angiotensin II receptor blocker (ARB), Alpha blockers,
Beta blockers, Calcium channel blocker (CCB), Diuretik