Dokumen tersebut membahas tentang moralitas, etika Kristen, dan hubungan antara iman dan moral dalam perspektif Kristen. Moralitas adalah mengenai kesusilaan yang berasal dari kebiasaan baik suatu kelompok. Etika Kristen meneliti dan mengatur tingkah laku manusia berdasarkan kehendak Allah. Iman berkaitan erat dengan moral karena iman melibatkan hubungan dengan Allah, kerjasama dengan Allah, dan pemahaman tentang kebenaran-Nya.
1. Etika Kristen didasarkan pada kehendak Allah dan bersifat mutlak karena karakter moral Allah tidak berubah.
2. Etika Kristen berdasarkan wahyu Allah baik melalui alam maupun kitab suci.
3. Etika Kristen bersifat menentukan karena kebenaran moral ditetapkan oleh Allah.
Etika Kristen Alkitabiah didasarkan pada karakter Tuhan yang kudus sebagaimana diungkapkan dalam Alkitab. Ia mengajarkan bahwa tindakan benar adalah mengikuti teladan Yesus dan mematuhi perintah-perintah Allah, sementara menolak dosa. Etika ini menekankan pentingnya melayani sesama, bukan hanya rohani tetapi juga jasmani.
Makalah ini membahas tentang etika, etiket, moral, dan hukum dalam praktik kebidanan. Ia menjelaskan pengertian dari konsep-konsep tersebut dan bagaimana mereka berkaitan. Makalah ini juga menjelaskan sistematika etika yang terdiri dari etika umum dan etika sosial. Fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan adalah untuk memastikan pelayanan yang berkualitas dan menjaga hubungan yang baik antara bidan
1. Moralitas Katolik dan hidup bermasyarakat memiliki hubungan yang erat. Moralitas mengajarkan tentang toleransi, kerjasama, dan saling menghargai yang penting dalam bermasyarakat.
2. Sebagai Katolik di Indonesia yang beragam, sikap toleransi dan menerima perbedaan sangat diperlukan.
3. Moralitas memainkan peran penting dalam mewujudkan iman Katolik melalui ajaran sosial dan etika yang diajarkan agama.
Tugas akhir semester Anggi Rahmat Ginanjar membahas lima sesi tentang prinsip-prinsip agama Islam, filsafat ketuhanan, hakikat dan tanggung jawab manusia, konsep kemanusiaan dari berbagai kitab, serta kerukunan antar umat beragama. Tugas ini menjelaskan pentingnya memahami prinsip-prinsip agama untuk menjadi manusia yang lebih baik serta menghormati hak beragama orang lain demi keruk
Dokumen tersebut membahas tentang moralitas, etika Kristen, dan hubungan antara iman dan moral dalam perspektif Kristen. Moralitas adalah mengenai kesusilaan yang berasal dari kebiasaan baik suatu kelompok. Etika Kristen meneliti dan mengatur tingkah laku manusia berdasarkan kehendak Allah. Iman berkaitan erat dengan moral karena iman melibatkan hubungan dengan Allah, kerjasama dengan Allah, dan pemahaman tentang kebenaran-Nya.
1. Etika Kristen didasarkan pada kehendak Allah dan bersifat mutlak karena karakter moral Allah tidak berubah.
2. Etika Kristen berdasarkan wahyu Allah baik melalui alam maupun kitab suci.
3. Etika Kristen bersifat menentukan karena kebenaran moral ditetapkan oleh Allah.
Etika Kristen Alkitabiah didasarkan pada karakter Tuhan yang kudus sebagaimana diungkapkan dalam Alkitab. Ia mengajarkan bahwa tindakan benar adalah mengikuti teladan Yesus dan mematuhi perintah-perintah Allah, sementara menolak dosa. Etika ini menekankan pentingnya melayani sesama, bukan hanya rohani tetapi juga jasmani.
Makalah ini membahas tentang etika, etiket, moral, dan hukum dalam praktik kebidanan. Ia menjelaskan pengertian dari konsep-konsep tersebut dan bagaimana mereka berkaitan. Makalah ini juga menjelaskan sistematika etika yang terdiri dari etika umum dan etika sosial. Fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan adalah untuk memastikan pelayanan yang berkualitas dan menjaga hubungan yang baik antara bidan
1. Moralitas Katolik dan hidup bermasyarakat memiliki hubungan yang erat. Moralitas mengajarkan tentang toleransi, kerjasama, dan saling menghargai yang penting dalam bermasyarakat.
2. Sebagai Katolik di Indonesia yang beragam, sikap toleransi dan menerima perbedaan sangat diperlukan.
3. Moralitas memainkan peran penting dalam mewujudkan iman Katolik melalui ajaran sosial dan etika yang diajarkan agama.
Tugas akhir semester Anggi Rahmat Ginanjar membahas lima sesi tentang prinsip-prinsip agama Islam, filsafat ketuhanan, hakikat dan tanggung jawab manusia, konsep kemanusiaan dari berbagai kitab, serta kerukunan antar umat beragama. Tugas ini menjelaskan pentingnya memahami prinsip-prinsip agama untuk menjadi manusia yang lebih baik serta menghormati hak beragama orang lain demi keruk
Bab 1 membahas latar belakang masalah pendidikan Islam yang bertujuan membentuk manusia berakhlak mulia. Akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman. Bab 2 membahas beberapa teori akhlak seperti idealisme, tradisionalisme, naturalisme, teologis, dan vitalisme. Masing-masing memiliki pandangan berbeda tentang ukuran kebaikan dan keburukan perbuatan manusia.
Dokumen tersebut membahasakan nilai dan etika dalam proses menolong. Ia mendefinisikan konsep-konsep seperti nilai, moral, etika dan akhlak menurut perspektif Islam. Dokumen ini juga membincangkan proses menolong, kategori penolong, dan isu-isu yang mempengaruhi proses menolong seperti nilai peribadi, jantina, etnik dan umur. Terakhir, dokumen ini menyentuh etika yang perlu dipatuhi oleh seorang pen
Dokumen tersebut membahasakan nilai dan etika dalam proses menolong. Ia mendefinisikan konsep-konsep seperti nilai, moral, etika dan akhlak menurut perspektif Islam. Dokumen ini juga membincangkan proses menolong, kategori penolong, dan isu-isu yang mempengaruhi proses menolong seperti nilai peribadi, jantina, etnik dan umur. Terakhir, dokumen ini menyentuh etika dalam menolong seperti kerahsia
Norma dan konflik sosial di Indonesia membahas empat jenis norma yaitu norma sosial, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Norma-norma ini mengatur perilaku masyarakat dalam berinteraksi secara sosial dan menjaga stabilitas masyarakat. Pelanggaran terhadap salah satu norma dapat menimbulkan sanksi sosial seperti hukuman atau rasa bersalah.
American Piety : The Nature of Religious CommitmentArif Setyawan
Dokumen tersebut membahas tentang religiusitas dalam Islam yang terdiri dari lima dimensi yaitu aqidah, ibadah, amal, akhlak dan pengetahuan. Dimensi-dimensi tersebut mencerminkan komitmen seseorang terhadap agama Islam melalui keyakinan, ritual, perilaku, sikap dan pengetahuan agama. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pengertian dan fungsi agama bagi manusia.
Dokumen ini membahas tentang agama sebagai institusi sosial yang menangkap kharisma iman melalui iman dan perbuatan. Agama juga membutuhkan pengajaran melalui teologi, filsafat, dan dogma untuk menjelaskan pokok-pokok iman, serta praktik spiritualitas dan keutamaan untuk mewujudkan ajaran iman dalam kehidupan. Moral, etika, dan hukum dibedakan namun saling berhubungan, sementara agama memiliki h
Agama memiliki berbagai fungsi penting bagi manusia dan masyarakat, di antaranya sebagai pedoman hidup, mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, serta mencegah perilaku negatif seperti berzina dan kejahatan. Agama juga dapat mempersatukan umatnya dan memberikan identitas keagamaan.
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber dan nilai dalam perilaku etika, meliputi agama, filsafat, budaya, hukum, dan pengaruh budaya perusahaan. Beberapa sumber utama etika adalah ajaran Islam yang menekankan kesatuan, keseimbangan, kebebasan dan tanggung jawab; filsafat Socrates, Plato, dan Aristoteles; serta budaya Indonesia yang menjunjung tinggi gotong royong. Hukum dan budaya perusahaan juga turut mempeng
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamchusnaqumillaila
Dokumen tersebut membahas tentang konsep ketuhanan dari berbagai perspektif seperti spiritualitas, psikologi, sosiologi, filsafat, dan teologi. Dokumen juga membahas cara manusia meyakini dan mengimani Tuhan serta visi ilahi untuk menciptakan dunia yang damai.
Dokumen tersebut membahas sejarah etika di dunia dan Indonesia. Secara ringkas, etika berawal dari Yunani kuno ketika tatanan moral memburuk sehingga para filsafat mulai menyelidiki norma-norma kehidupan. Etika kemudian berkembang di Eropa pada abad pertengahan dan modern. Di Indonesia, etika berlandaskan Pancasila di mana perilaku bangsa ditentukan oleh sila-silanya.
Raffi Darmawan Manusia dan Pandangan HidupRaffiDarmawan1
Dokumen tersebut membahas tentang pandangan hidup dan ideologi. Ada tiga jenis pandangan hidup yaitu yang berasal dari agama, ideologi, dan hasil renungan. Dokumen juga menjelaskan pengertian ideologi dan bagaimana ideologi berkembang secara historis. Langkah-langkah untuk memiliki pandangan hidup yang baik juga dijelaskan.
Dokumen tersebut membahas tentang etika Pancasila sebagai sistem etika. Pancasila dijelaskan sebagai pedoman etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai ideal yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata sebagai pedoman bagi tindakan dan munculnya nilai lain. Pancasila di
Bab 1 membahas latar belakang masalah pendidikan Islam yang bertujuan membentuk manusia berakhlak mulia. Akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman. Bab 2 membahas beberapa teori akhlak seperti idealisme, tradisionalisme, naturalisme, teologis, dan vitalisme. Masing-masing memiliki pandangan berbeda tentang ukuran kebaikan dan keburukan perbuatan manusia.
Dokumen tersebut membahasakan nilai dan etika dalam proses menolong. Ia mendefinisikan konsep-konsep seperti nilai, moral, etika dan akhlak menurut perspektif Islam. Dokumen ini juga membincangkan proses menolong, kategori penolong, dan isu-isu yang mempengaruhi proses menolong seperti nilai peribadi, jantina, etnik dan umur. Terakhir, dokumen ini menyentuh etika yang perlu dipatuhi oleh seorang pen
Dokumen tersebut membahasakan nilai dan etika dalam proses menolong. Ia mendefinisikan konsep-konsep seperti nilai, moral, etika dan akhlak menurut perspektif Islam. Dokumen ini juga membincangkan proses menolong, kategori penolong, dan isu-isu yang mempengaruhi proses menolong seperti nilai peribadi, jantina, etnik dan umur. Terakhir, dokumen ini menyentuh etika dalam menolong seperti kerahsia
Norma dan konflik sosial di Indonesia membahas empat jenis norma yaitu norma sosial, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Norma-norma ini mengatur perilaku masyarakat dalam berinteraksi secara sosial dan menjaga stabilitas masyarakat. Pelanggaran terhadap salah satu norma dapat menimbulkan sanksi sosial seperti hukuman atau rasa bersalah.
American Piety : The Nature of Religious CommitmentArif Setyawan
Dokumen tersebut membahas tentang religiusitas dalam Islam yang terdiri dari lima dimensi yaitu aqidah, ibadah, amal, akhlak dan pengetahuan. Dimensi-dimensi tersebut mencerminkan komitmen seseorang terhadap agama Islam melalui keyakinan, ritual, perilaku, sikap dan pengetahuan agama. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pengertian dan fungsi agama bagi manusia.
Dokumen ini membahas tentang agama sebagai institusi sosial yang menangkap kharisma iman melalui iman dan perbuatan. Agama juga membutuhkan pengajaran melalui teologi, filsafat, dan dogma untuk menjelaskan pokok-pokok iman, serta praktik spiritualitas dan keutamaan untuk mewujudkan ajaran iman dalam kehidupan. Moral, etika, dan hukum dibedakan namun saling berhubungan, sementara agama memiliki h
Agama memiliki berbagai fungsi penting bagi manusia dan masyarakat, di antaranya sebagai pedoman hidup, mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, serta mencegah perilaku negatif seperti berzina dan kejahatan. Agama juga dapat mempersatukan umatnya dan memberikan identitas keagamaan.
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber dan nilai dalam perilaku etika, meliputi agama, filsafat, budaya, hukum, dan pengaruh budaya perusahaan. Beberapa sumber utama etika adalah ajaran Islam yang menekankan kesatuan, keseimbangan, kebebasan dan tanggung jawab; filsafat Socrates, Plato, dan Aristoteles; serta budaya Indonesia yang menjunjung tinggi gotong royong. Hukum dan budaya perusahaan juga turut mempeng
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamchusnaqumillaila
Dokumen tersebut membahas tentang konsep ketuhanan dari berbagai perspektif seperti spiritualitas, psikologi, sosiologi, filsafat, dan teologi. Dokumen juga membahas cara manusia meyakini dan mengimani Tuhan serta visi ilahi untuk menciptakan dunia yang damai.
Dokumen tersebut membahas sejarah etika di dunia dan Indonesia. Secara ringkas, etika berawal dari Yunani kuno ketika tatanan moral memburuk sehingga para filsafat mulai menyelidiki norma-norma kehidupan. Etika kemudian berkembang di Eropa pada abad pertengahan dan modern. Di Indonesia, etika berlandaskan Pancasila di mana perilaku bangsa ditentukan oleh sila-silanya.
Raffi Darmawan Manusia dan Pandangan HidupRaffiDarmawan1
Dokumen tersebut membahas tentang pandangan hidup dan ideologi. Ada tiga jenis pandangan hidup yaitu yang berasal dari agama, ideologi, dan hasil renungan. Dokumen juga menjelaskan pengertian ideologi dan bagaimana ideologi berkembang secara historis. Langkah-langkah untuk memiliki pandangan hidup yang baik juga dijelaskan.
Dokumen tersebut membahas tentang etika Pancasila sebagai sistem etika. Pancasila dijelaskan sebagai pedoman etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai ideal yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata sebagai pedoman bagi tindakan dan munculnya nilai lain. Pancasila di
Similar to 217615785-Etika-Kristen-Pengambilan-Keputusan-Etis.pptx (20)
Dokumen ini memberikan panduan praktis tentang penyusunan khotbah yang efektif, meliputi definisi khotbah, metode khotbah dan tafsir, cara mempersiapkan dan menyampaikan khotbah. Khotbah harus disiapkan dengan baik melalui studi Alkitab, doa, dan pendekatan yang relevan agar dapat menginspirasi jemaat.
2. ARTI KEPUTUSAN ETIS
Keputusan etis Kristen adalah keputusan tentang
apa yang benar
dan apa yang salah berdasarkan Iman Kristen yang
bersumber
pada Alkitab yang adalah Firman Allah; dengan
memperhatikan
hukum yang berlaku, budaya setempat, lingkungan
di mana
keputusan itu di ambil, situasi yang mempengaruhi
kasus
tersebut, waktu pengambilan keputusan; dengan
menggunakan
pertimbangan-pertimbangan yang luas dan masuk
akal; serta
3. Tiga Bentuk Keputusan Etis
Keputusan etis yang sangat
berorientasi pada tujuan (teleologis).
Keputusan etis yang sangat
memperhatikan hukum atau ketentuan-
ketentuan normative (deontologist).
Keputusan etis yang mengutamakan
situasi atau konteks yang ada (etika
tanggungjawab).
4. III. Definisi Etika
Etika berasal dari kataYunani Ethos yang berarti
kebiasaan, baik kebiasaan individu maupun kebiasaan
masyarakat.
Etika dan Etis hampir sama dengan Moral dan
Moralitas. - Etika menyangkut pemikiran yang
sistimatis tentang
kelakuan manusia serta motivasi dan keadaan
batin
yang mendasarinya.
- Moral menyangkut kebaikan dan keburukan
kelakuan
5. Etika adalah penyelidikan tentang apa yang
baik atau
benar atau luhur dan apa yang buruk atau
salah atau
jahat dalam kelakuan manusia.
Etika menaruh perhatian kepada norma-norma
yang
membimbing perbuatan manusia dan cita-cita
yang
membentuk tujuan manusia.
Etika Kristen berusaha untuk menolong
manusia
untuk berpikir dengan lebih terang tentang
6. IV. Ciri-Ciri Keputusan Etis
Menyangkut pertimbangan tentang apa yang
benar dan apa yang salah, apa yang baik dan
apa yang buruk.
Menyangkut pilihan yang sukar karena
seringkali, keputusan kita bukan antara hitam
dan putih, melainkan dua corak yang kelabu.
Keputusan-keputusan etis tidak mungkin
dihindari karena pada saat kita dihadapkan
dengan pilihan etis, kita harus mengambil
keputusan.
Kita hanya bisa memahami pengambilan
keputusan etis kalau kita memperhitungkan hal-
hal yang berhubungan maupun yang tidak
7. I M A N
I. Iman sebagai kepercayaan dan
kesetiaan kepada hal yang dianggap
terpenting
Beriman kepada Allah berarti
mempercayai-Nya lebih dari pada segala
sesuatu yang lain.
Beriman kepada Allah berarti
8. II. Iman sebagai hubungan perorangan dengan
Allah
Beriman berarti bersekutu dengan Allah
Beriman berati berkomunikasi
dengan Allah melalui Doa
Beriman berarti melayani orang lain
dan masyarakat
9. III. Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan
Allah
Allah bekerja di dalam dan melalui
kehidupan orang-orang yang
percaya kepada-Nya.
Allah bekerja di dalam dan melalui
kehidupan Komunitas orang percaya
dan Gereja.
10. IV. Iman sebagai pendirian tentang apa yang
benar
Iman adalah hubungan perseorangan
yang
mengandung kepercayaan, kesetiaan
dan kasih.
Iman adalah penyerahan kepada
kehendak
Allah dan partisipasi dalam pekerjaan
Allah.
11. V. Empat Unsur Iman Yang Tak Terpisahkan
Iman adalah kepercayaan dan kesetiaan
Iman adalah tanggapan kepada panggilan Allah
Iman adalah tanggapan kepada pekerjaan Allah
dalam dunia
Iman adalah pendirian tentang kebenaran
12. Pengaruh Pengajaran Teologia kepada
Etika:
Yesus Kristus adalah Putra Allah Yang
berinkarnasi menjadi manusia.
Penyaliban Yesus menyatakan bahwa dosa
kita bukan hal yang remeh, karena dosa
manusia Putra Allah menderita dan mati.
Kebangkitan Yesus Kristus menyatakan
bahwa
zaman baru telah memasuki dunia, dan dunia
tempat kebangkitan Kristus adalah dunia
yang
13. TABIAT ATAU KARAKTER
I. Tabiat sebagai sumber perbuatan-perbuatan Lahiriah
Kita harus melakukan perbuatan-perbuatan yang baik
dan sekaligus menjadi orang-orang yang baik karena
tabiat yang baik menghasilkan perbuatan-perbuatan
yang baik.
Kata Yunani ethos atau ethika berarti sikap dasar
seseorang. Ethos juga berarti “rumah di batin
manusia”, yaitu sikap batinnya, tabiatnya dan
kepribadiannya. Ethos sebagai sumber setiap tindakan
manusia.
14. Arti Tabiat
Tabiat adalah susunan batin seseorang yang memberi
arah dan ketertiban kepada keinginan, kesukaan dan
perbuatan orang itu. Susunan itu dibentuk oleh
interaksi antara diri orang dengan lingkungan sosialnya
dan Allah.
Tabiat juga mengandung kecenderungan dan motivasi
untuk berbuat selaras dengan susunan batin. Tabiat
juga mengandung kesukaan, kemauan dan keinginan.
15. II. Pentingnya Tabiat dalam Etika Kristen
Tabiat dalam istilah Alkitab Perjanjian Baru
adalah “hidup baru” dimana Kristus tidak
hanya memberikan kepada pengikut-
pengikut-Nya hukum baru yang menuntut
perbuatan-perbuatan lahiriah, tetapi juga
hidup baru.
Hubungan dengan Tuhan mengubah hati
dan kepribadian manusia (2 Korintus 5:17).
16. III. Hubungan Tabiat dengan Hukum dalam ajaran
Yesus
Tuhan Yesus lebih menekankan pembaruan hati
manusia dari pada penyataan lahiriah dengan
hukum-hukum. Ketaatan kepada hukum harus
disertai dengan sikap kasih kepada sesama dan
ketaatan kepada Allah.
Allah tidak hanya memandang pelaksanaan
hukum-hukum yang lahiriah, melainkan lebih
memperhatikan motif yang mendasari perbuatan
manusia.
17. IV. Apakah perhatian pada Tabiat diri sendiri patut?
Orang yang menjadikan tabiat sebagai fokus utama
dalam pertimbangan etisnya mengandung bahaya karena
orang itu akan lebih memperhatikan tabiat diri sendiri
dari pada Allah (Lukas 18:11) dan kehilangan kebebasan
yang datang oleh pembenarannya oleh Yesus Kristus.
Tabiat orang Kristen tidak bisa dibiarkan terlepas dari
Kristus karena kebaikan kita adalah selalu sebagai
karunia dari Dia dan bukannya sebagai hasil usaha kita.
18. V. Pengaruh-pengaruh yang membentuk Tabiat
Pembentukan tabiat seseorang ditentukan oleh
pembawaan biologis, oleh lingkungan sosial dan oleh
faktor-faktor lain yang tidak kita pilih sendiri.
Bagian yang diberikan itu merupakan bahan mentah
tabiat kita yang menyediakan kemungkinan-
kemungkinan dan kemampuan-kemampuan yang dapat
dikembangkan, dapat diberi bentuk tertentu, dapat
dikendalikan atau diarahkan tetapi tidak dapat
dihapuskan sama sekali.
19. VI. Perkembangan Tabiat Kristen
Dalam pengembangan tabiat harus ada pembongkaran
dan pembangunan, ada pemutusan dengan dosa dalam
tabiat dan ada kelangsungan dari unsur-unsur tabiat
yang berkenan kepada Allah.
Alkitab Perjanjian Baru memakai istilah kematian
manusia lama dan kebangkitan manusia baru untuk
menerangkan pembongkaran dan pembangunan tabiat.
Hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah harus
disesali dan dijauhi sedangkan hal-hal yang berakar
dalam Allah dan berpusat pada-Nya harus dihidupkan
dan dikembangkan.
20. VII. Ciri-ciri Tabiat Kristen
Integritas
Kelakuan moral yang baik perlu berakar dalam identitas
yang utuh dan hati yang bulat. Integritas adalah kejujuran
kepada orang lain dan kesungguhan serta keutuhan di
dalam diri sendiri.
Pengertian tentang kehendak Allah dan kepekaan
kepada apa yang baik. Dalam doanya di Filipi 1:9-10, Rasul
Paulus memakai dua kata yang penting bagi etika Kristen:
“aisthesis” (pengertian atau penglihatan) dan
“dokimazein” (memilih atau mengerti).
21. LINGKUNGAN SOSIAL
I. Pengaruh masyarakat atas kehidupan moral
Manusia dalam masyarakat
Setiap masyarakat mempunyai ADAT yang terdiri dari nilai-
nilai, norma-norma, sistim hukum dan aturan-aturan yang
mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan
dan perbuatan manusia dalam masyarakat tersebut.
Pranata-pranata sosial melaksanakan kontrol pengendalian
sosial yang menghargai perilaku yang dikehendaki maupun
menghukum yang tidak dikehendaki. Masyarakat hanya bisa
berjalan kalau mempunyai kemampuan untuk menertibkan
yang menyimpang.
22. Masyarakat dalam manusia
Pengaruh masyarakat yang terpenting bukan
kontrol dari
luar kepada manusia melainkan kontrol yang
mengarahkan kehidupan batin manusia.
Pengaruh lingkungan sebagai karunia Allah
Kenyataan bahwa kita dipengaruhi oleh orang-
orang lain tidak harus dinilai negatif.
Unsur dosa dalam pengaruh lingkungan
Pengaruh negatif dari masyarakat dapat
mempersempit penglihatan kita dan mengurangi
kebebasan kita untuk berpikir jujur dengan hati
terbuka kepada bimbingan Tuhan.
23. II. Gereja sebagai lingkungan Kristen
Etika Kristen adalah etika persekutuan Kristen, bukan
etika yang berdasarkan pertimbangan orang yang
terpisah dari orang Kristen lainnya. Kehidupan orang
Kristen selalu dalam, dengan dan untuk persekutuan
saudara-saudaranya dalam Kristus.
Pengambil keputusan etis harus bertanggungjawab
untuk membuat keputusan yang menguntungkan
orang lain dan membangun jemaat.
24. NORMA-NORMA
Norma adalah patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan
manusia dan menolong orang mengambil keputusan yang benar
I. Perbedaan pendapat tentang peran norma-
norma
dalam Etika Kristen:
Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan
hukum-
hukum mempunyai peran besar dalam etika Kristen
Para Teolog Protestan seperti Paul Ramsey, James Gustafson,
John Bennett, Edward Leroy Long, Gene Outka dan hampir semua
Teolog Katolik, berpendapat bahwa peraturan-peraturan moral
dalam etika Kristen sangat penting.
25. Peran hukum dalam etika Kristen ditolak oleh Karl
Barth, Dietrich Bonhoeffer dan lain-lain yang
menganggap penggunaan hukum-hukum tidak sesuai
dengan kedaulatan dan kasih karunia Allah.
Joseph Fletcher, John Robinson dan para penganut
Etika Situasi atau moralitas baru, berpendapat bahwa
peraturan-peraturan moral sering kali menghambat
keterbukaan orang terhadap situasi baru dan
bertentangan dengan kasih kepada orang lain.
26. LIMA Pertanyaan yang timbul dari Alkitab dan Teologia Kristen
tentang peran norma-norma dalam kehidupan moral:
Apakah orang yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah harus
mematuhi norma-norma dan peraturan-peraturan?
Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan bertentangan
dengan kedaulatan Allah?
Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan dapat
disesuaikan dengan keperluan-keperluan khas yang timbul dalam
situasi yang baru?
Apakah hukum kasih saja cukup, atau apakah diperlukan
peraturan-peraturan yang lebih terperinci?
Bagaimana hubungan antara peraturan-peraturan dengan
hukum-hukum yang tertulis dalam hati kita?
27. Dua jenis norma yang terpenting:
Prinsip-Prinsip. Prinsip biasanya lebih umum dari pada
peraturan. Prinsip memberi bimbingan umum tetapi tidak
menentukan perbuatan-perbuatan spesifik yang dilarang,
dibolehkan atau diharuskan; contoh: “segala sesuatu yang
kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian kepada mereka” (Matius 7:12).
Peraturan-Peraturan. Peraturan lebih spesifik
menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang,
dibolehkan atau duharuskan. Contoh: “Jangan
membunuh”.
28. II. Lima Problema
1. Norma-norma dan kasih karunia Allah
“Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia
dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” (Yohanes 1:17).
DASAR Etika Kristen ialah kasih karunia Allah yaitu
kesediaan-Nya untuk menerima kita sebagai anak-anak-
Nya tanpa melihat jasa dan kebajikan kita. Allah mengasihi
kita sekalipun kita orang-orang yang berdosa. Kristus telah
mati bukan untuk orang-orang benar tetapi untuk orang-
orang yang mengakui kesalahannya. Kasih karunia ini
mendasari kelakukan orang Kristen dan memberi daya
kepada orang Kristen.
29. 2. Norma-norma dan kedaulan Tuhan
Menurut Karl Barth, Dietrich Bonhoeffer dan Emil Brunner proses
menyusun dan penerapan peraturan-peraturan bertentangan
dengan kedaulatan Allah. Peraturan-peraturan, termasuk hukum-
hukum Alkitab, dapat menjadi penghalang antara kita dengan Allah.
Kita harus mematuhi Allah, bukan peraturan-peraturan.
Barth, Bonhoeffer dan Brunner tidak sama sekali menolak norma-
norma etis. Hukum-hukum dari Alkitab dapat dipakai sebagai
petunjuk yang menerangkan situasi kita. Hukum-hukum ini juga
menolong kita untuk melihat batas-batas yang tidak boleh kita
lampaui. Tetapi hukum-hukum itu tidak dapat dipakai sebagai
peraturan-peraturan yang kita terapkan pada kasus-kasus spesifik.
30. 3. Norma-norma dan situasi
Bagaimana hubungan antara norma-norma dan situasi dengan
kasus-kasus yang spesifik? Apakah penggunaan peraturan-
peraturan menghambat keterbukaan kita kepada keperluan-
keperluan khas yang timbul dalam situasi yang baru?
Etika situasi menolak pandangan bahwa ada peraturan-peraturan
yang berlaku dalam setiap situasi. Menurut etika situasi orang
Kristen harus bebas untuk menjawab keperluan-keperluan situasi
yang khas. Ia perlu tidak dibelenggu oleh peraturan-peraturan.
Setiap situasi unik dan tidak ada dua situasi yang sama karena itu
tidak mungkin dibuat peraturan-peraturan yang berlaku dalam
situasi-situasi yang khas.
31. 4. Kasih dan norma-norma yang lebih terperinci
Arti Kasih Kristen
Alkitab memakai kata agape sebagai kata pokok untuk
kasih yang menandai bahwa kasih Kristen mempunyai
ciri khas yang berbeda dengan arti kasih yang biasa.
Storge (kasih dalam keluarga, orang tua-anak), philia
(persahabatan) dan eros (kasih yang tertarik kepada
sesuatu yang dianggap baik atau bermanfaat) tidak
dianggap salah dalam Alkitab, tetapi dianggap perlu
diwarnai oleh agape.
32. Apakah kasih saja cukup?
Menurut Yesus, kasih adalah sikap yang harus mewarnai
setiap perbuatan kita. Dia menyimpulkan semua hukum
Taurat dalam hukum kasih. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah
tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius
22:37-40).
Rasul Paulus menulis “Barangsiapa mengasihi sesamanya
manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat” (Roma 13:8).
33. 5. Norma-norma batin
Dalam Perjanjian Baru, Allah menaruh hukum-Nya dalam akal budi
dan menuliskannya dalam hati umat-Nya (Ibrani 8:8-12; 10:16).
Fungsi norma-norma yang terpenting ialah perannya dalam
membentuk sikap mental kita tentang apa yang baik dan apa yang
salah. Bimbbingan norma-norma melewati hati nurani dan sikap kita
lebih penting dari pada bimbingannya yang langsung waktu kita
menerapkan norma-norma pada masalah-masalah.
Peresapan norma-norma ke dalam hati mengandung
bahaya. Bahaya ini disebabkan karena kuasa norma yang
tertanam dalam sikap batin kita lebih besar dari pada norma-
norma yang belum meresap ke batin kita. Bimbingan norma
dari batin kita sering tidak kita sadari sehingga bimbingan
norma itu mungkin kurang diperiksa.
34. III. Kesimpulan
1. Bahaya-bahaya dalam penggunaan norma-norma
Penggunaan norma-norma mengandung bahaya
bahwa kita mengukur kebaikan kita berdasarkan
kepatuhan kita kepada norma-norma itu.
Peraturan-peraturan dapat menjadi halangan bagi
kasih. Hukum-hukum dapat diterapkan dengan keras
tanpa kepekaan kepada keperluan sesama kita.
35. Orang dapat mengganti Allah yang hidup dengan buku hukum yang
tidak bernyawa. Pentingnya iman dan bimbingan Roh Kudus dalam
pengambilan keputusan etis diabaikan.
Hukum-hukum dapat membutakan orang terhadap perubahan.
Hukum-hukum dapat diterapkan dengan kaku, sehingga orang tidak
terbuka terhadap keperluan-keperluan dan kemungkinan-
kemungkinan yang baru.
Orang dapat memakai hukum lebih untuk melarang perbuatan
yang salah dari pada mendorong perbuatan-perbuatan yang baik.
36. Orang yang menggunakan peraturan-peraturan dapat
mementingkan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa
yang kecil-kecil tetapi mengabaikan kecongkakan dan
dosa-dosa sosial seperti ketidakadilan dan penindasan.
Norma-norma dapat membelenggu kebebasan dan
tanggung jawab kita sebagai pelaku.
Kecenderungan untuk menggunakan norma-norma
sebagai faktor satu-satunya dalam pengambilan keputusan
etis.
37. 2. Mengapa norma-norma perlu?
Tidak dapat disangkal bahwa Allah memerintahkan perbuatan-
perbuatan tertentu dan melarang perbuatan-perbuatan yang lain.
Norma-norma diperlukan karena kita adalah orang-orang yang
berdosa. Kita dengan mudah mengikuti kehendak diri sendiri, bukan
kehendak Allah.
Norma-norma sebagai bahan untuk mengajar etika kepada anak-
anak. Anak-anak memerlukan petunjuk-petunjuk yang jelas supaya
mereka mengetahui bagaimana melakukan kehendak Allah dan
bagaimana hidup dengan baik dalam masyarakat.
Norma-norma menolong kita memperoleh kebijaksanaan dari para
pendahulu kita.
38. Norma-norma menolong kita menghemat waktu.
Norma-norma menunjukkan perbuatan-perbuatan yang
biasanya merusak masyarakat dan merugikan sesama kita.
Norma-norma mengatur masyarakat.
Norma-norma memungkinkan pembicaraan tentang apa
yang baik dan apa yang salah.
Norma-norma menolong kita mengerti keunikan kasus
kita serta persamaannya dengan kasus-kasus lain.
39. 3. Kebijaksanaan dibimbing oleh norma-norma
Dalam situasi moderen ini ada tiga kemungkinan untuk
penggunaan norma-norma:
Orang dapat memakai kebijaksanaan tanpa
norma-norma
Orang dapat memakai norma-norma tanpa
kebijaksanaan
Orang dapat memakai kebijaksanaan yang
dibimbing oleh norma-norma
40. SITUASI
I. Mengapa kita perlu mengerti situasi?
Agar dapat menerapkan norma-norma dan nilai-
nilai etis kepada situasi itu.
Agar dapat melakukan perbuatan yang tepat dan
berguna dalam situasi itu.
Agar dapat mengetahui masalah-masalah yang
memerlukan perhatian.
41. II. Kesulitan-kesulitan dalam mengerti situasi
Kekuatan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita
Setiap situasi ditentukan oleh delapan unsur:
• Tempat: Rumah, Kota, Negara
• Waktu: Jam, Hari, Bulan, Tahun
• Benda: Bergerak dan tidak bergerak
• Orang-orang yang bertindak dalam situasi itu
• Struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial
• Gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran
• Kejadian yang dilakukan atau dialami oleh orang-
orang dalam situasi itu.
• Tuhan, yang menyertai setiap situasi dan setiap kejadian.
42. Pengertian kita tentang situasi dipengaruhi oleh
nilai-nilai kita, kepentingan kita, pengalaman
kita, prasangka kita dan faktor-faktor subyektif
lain yang lebih banyak dipengaruhi oleh sikap
mental kita dari pada situasi.
Pepatah China berbunyi: “Separuh dari apa
yang kita lihat terletak dibelakang mata kita”.
Kita mempunyai kaca mata batin yang
menyaring dan mengatur hal-hal yang kita
alami.
43. III. Bagaimana memperbaiki pengertian ttg situasi?
Kita harus menyelidiki situasi untuk mengambil
keputusan yang benar dan tepat.
Kita harus menggunakan bahan-bahan ilmiah dan
keterangan para ahli.
Kita harus memperluas pengertian kita tentang situasi
agar mencakup semua faktor yang bersangkutpaut dengan
keputusan kita.
Kita harus peka kepada pekerjaan dan kehendak Allah
untuk mengerti bagaimana Allah bekerja dan bagaimana
maksud-Nya dalam setiap situasi yang kita hadapi.
Kita harus peka kepada keperluan orang lain dan
mempertimbangkan akibat dari setiap keputusan kita.
44. IV. Norma-norma serta pengertian tentang situasi
Norma-norma dan nilai-nilai etis sangat penting
dalam pengambilan keputusan etis.
Keputusan etis yang tepat diambil berdasarkan
pemahaman situasi dan realita tentang masalah
yang dihadapi.
Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan
untuk keputusan etis yang baik.
45. CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
I. Sumber-Sumber Bantuan
DOA
IBADAH
ALLAH ROH KUDUS
GEREJA DAN KOMUNITAS ORANG PERCAYA
ALKITAB
LITERATUR
46. II. Dari pertimbangan menuju keputusan dan tindakan
Kita perlu belajar, berpikir dan berbicara tetapi juga harus berani
membuat keputusan dan bertindak.
Kita wajib berusaha sedapat mungkin membuat keputusan yang
benar dan tepat. Namun demikian kita harus berani mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang kurang lengkap jika itu
sangat mendesak atau sangat diperlukan.
Dalam setiap keputusan, Tuhan memanggil kita untuk mengambil
risiko bahwa kita mungkin salah bersama dengan kemungkinan
bahwa kita benar. Kita mungkin gagal tetapi kita juga mungkin
berhasil untuk kemuliaan Allah.
47. III. Dua unsur IMAN yang menambah keberanian kita
untuk mengambil keputusan:
Kita yakin bahwa Allah mengampuni kesalahan kita
walaupun keputusan kita kurang tepat. Kita percaya
bahwa “Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati
untuk kita orang-orang durhaka” (Roma 5:6).
Kita yakin bahwa Allah memerintah dunia ini dan Ia
bekerja terus menerus untuk mencapai maksud-Nya di
dunia. Kita tahu bahwa Allah dapat memakai kesalahan
kita bersama dengan kebenaran kita untuk
mewujudkan kehendak-Nya di dunia ini.
50. Prinsip-Prinsip Dasar Pengambilan Keputusan
Etis
Pengambil keputusan etis Kristen, harus memiliki
karakter Kristen yang dewasa. Karena karakter sangat
mendasar dalam pengambilan keputusan etis (Matius 5-
7).
Pengambil keputusan etis Kristen harus memahami dan
menguji fakta-fakta di sekitar problema yg memerlukan
keputusan. Pengujian moral menuntut analisa yg akurat
tentang fakta-fakta yg ada dengan cara:
Mentukan hal-hal apa saja yg mempengaruhi problema
tersebut
Memperjelas orang-orang yg terlibat dalam problema
tersebut
Mengevaluasi setiap informasi agar tidak menyesatkan
pengambilan keputusan
Mencari sebanyak mungkin pilihan, dan menjelaskan
pilihan-pilihan keputusan yg ada agar dapat memilih
51. Pengambil Keputusan Etis Kristen penting mengikuti petunjuk-
petunjuk pengambilan keputusan etis Kristen yang telah tersedia,
yaitu Firman Tuhan. Contoh: Sepuluh Hukum Torat (Keluaran
20:1-17), Khotbah di bukit (Matius 5-7), prinsip-prinsip kasih
(Matius 22:36-40) dan keadilan (Amos 5:24).
Pengambil Keputusan Etis Kristen penting memperhitungkan
konsekwensi-konsekwensi dari setiap keputusan etis yang
diambilnya (Amsal 9-10; Keluaran 1:15-20).
Pengambil Keputusan Etis Kristen harus bertanggungjawab
dengan keputusan yang dibuatnya. Menurut Richard Niebuhr,
orang yang bertanggungjawab memiliki tiga syarat:
Pertama, mereka mampu untuk menginisiasi tindakan.
Kedua, mereka mampu memberi respon pada setiap situasi.
Ketiga, mereka dapat dipercaya.
52. Proses Pengambilan Keputusan Etis
Pertama, kita harus bertanya, apakah Tuhan telah
memberikan jawaban terhadap problema etika yang kita
hadapi.
Kedua, jika Tuhan belum memberikan jawaban secara
spesifik terhadap problema tersebut, prinsip-prinsip
apa yang telah diberikan-Nya sehubungan dengan
problema tersebut.
Ketiga, setelah kita memahami prinsip-prinsip tersebut,
kita harus mengambil keputusan yang konsisten
dengan doktrin dasar Kristen dan prinsip-prinsip yang
telah disediakan Tuhan.
Keempat, kita harus bertindak sesuai dgn keputusan yg
telah kita ambil atau menindaklanjuti keputusan
tersebut.
53. KASUS 1: AMI & BEN
Jo dan Fin punya dua orang anak. Anak pertama Ami (perempuan)
mengidap
kelainan paru-paru dan sulit bertahan hidup. Anak kedua Ben(laki-
laki) suatu
hari tertabrak mobil dan otaknya mengalami total damage, sehingga
sekalipun
dia masih bernafas dia telah mengalami “brain death”. Pada saat Ben
memasuki bulan ketiga di ICU, Ami pun terpaksa masuk ICU karena
kondisi
paru-parunya makin lemah dan dia hanya mungkin bertahan hidup
satu
minggu jika tidak ada donor paru-paru.
Dokter memanggil Jo dan Fin dan menjelaskan bahwa Ami harus
segera
mendapatkan donor paru-paru agar dapat bertahan hidup. Juga
dokter
54. Keputusan
Jelaskan Proses pengambilan
keputusan
yang harus diambil oleh Jo dan
Fin
Jika Anda adalah sahabat Jo dan
Fin, apa saran Anda untuk Jo dan
55. KASUS 2: DR. JOS
Ketika flu burung merebak di Singapore, dokter Jos baru saja
pulang Study dari USA. Dia diberi tanggungjawab memimpin
Penanggulangan Flu burung di Singapore General Hospital.
Sebagai dokter dia tahu bahwa risiko “kematian” sangat
mungkin terjadi bagi dokter-dokter yang berhadapan langsung
dengan pasien flu burung.
Dia memberitahu istrinya dan anaknya yang masih kecil
tentang
tugasnya dan risiko yang mungkin terjadi padanya.
Jelaskan proses pengambilan keputusan dokter Jos:
Jika Anda adalah sahabat dr. Jos, apa saran Anda bagi dr.
Jos untuk keputusan yang akan diambilnya?
56. KASUS 3: DR. AUN
Dokter Aun bekerja di sebuah Rumah Sakit yang tidak
jauh dari pemukiman kumuh. Beberapa pasien RS
tersebut adalah pengidap HIV/Aids. Suatu hari salah satu
pengidap HIV/Aids tertabrak dan dibawa ke RS tersebut.
Dokter Aun sempat maju mundur untuk menangani
pasien tersebut, sebab jika darah pasien tersebut
mengenai
luka di kakinya, maka sangat mungkin besar dia akan
terjangkit HIV/Aids.
Jelaskan proses pengambilan keputusan dokter Aun:
Jika Anda adalah teman sekerja dr. Aun, apa saran
kepada dokter Aun?