SlideShare a Scribd company logo
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
ETIS
ARTI KEPUTUSAN ETIS
Keputusan etis Kristen adalah keputusan tentang
apa yang benar
dan apa yang salah berdasarkan Iman Kristen yang
bersumber
pada Alkitab yang adalah Firman Allah; dengan
memperhatikan
hukum yang berlaku, budaya setempat, lingkungan
di mana
keputusan itu di ambil, situasi yang mempengaruhi
kasus
tersebut, waktu pengambilan keputusan; dengan
menggunakan
pertimbangan-pertimbangan yang luas dan masuk
akal; serta
Tiga Bentuk Keputusan Etis
 Keputusan etis yang sangat
berorientasi pada tujuan (teleologis).
 Keputusan etis yang sangat
memperhatikan hukum atau ketentuan-
ketentuan normative (deontologist).
 Keputusan etis yang mengutamakan
situasi atau konteks yang ada (etika
tanggungjawab).
III. Definisi Etika
 Etika berasal dari kataYunani Ethos yang berarti
kebiasaan, baik kebiasaan individu maupun kebiasaan
masyarakat.
 Etika dan Etis hampir sama dengan Moral dan
Moralitas. - Etika menyangkut pemikiran yang
sistimatis tentang
kelakuan manusia serta motivasi dan keadaan
batin
yang mendasarinya.
- Moral menyangkut kebaikan dan keburukan
kelakuan
 Etika adalah penyelidikan tentang apa yang
baik atau
benar atau luhur dan apa yang buruk atau
salah atau
jahat dalam kelakuan manusia.
 Etika menaruh perhatian kepada norma-norma
yang
membimbing perbuatan manusia dan cita-cita
yang
membentuk tujuan manusia.
 Etika Kristen berusaha untuk menolong
manusia
untuk berpikir dengan lebih terang tentang
IV. Ciri-Ciri Keputusan Etis
 Menyangkut pertimbangan tentang apa yang
benar dan apa yang salah, apa yang baik dan
apa yang buruk.
 Menyangkut pilihan yang sukar karena
seringkali, keputusan kita bukan antara hitam
dan putih, melainkan dua corak yang kelabu.
 Keputusan-keputusan etis tidak mungkin
dihindari karena pada saat kita dihadapkan
dengan pilihan etis, kita harus mengambil
keputusan.
 Kita hanya bisa memahami pengambilan
keputusan etis kalau kita memperhitungkan hal-
hal yang berhubungan maupun yang tidak
I M A N
I. Iman sebagai kepercayaan dan
kesetiaan kepada hal yang dianggap
terpenting
 Beriman kepada Allah berarti
mempercayai-Nya lebih dari pada segala
sesuatu yang lain.
 Beriman kepada Allah berarti
II. Iman sebagai hubungan perorangan dengan
Allah
 Beriman berarti bersekutu dengan Allah
 Beriman berati berkomunikasi
dengan Allah melalui Doa
 Beriman berarti melayani orang lain
dan masyarakat
III. Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan
Allah
 Allah bekerja di dalam dan melalui
kehidupan orang-orang yang
percaya kepada-Nya.
 Allah bekerja di dalam dan melalui
kehidupan Komunitas orang percaya
dan Gereja.
IV. Iman sebagai pendirian tentang apa yang
benar
 Iman adalah hubungan perseorangan
yang
mengandung kepercayaan, kesetiaan
dan kasih.
 Iman adalah penyerahan kepada
kehendak
Allah dan partisipasi dalam pekerjaan
Allah.
V. Empat Unsur Iman Yang Tak Terpisahkan
 Iman adalah kepercayaan dan kesetiaan
 Iman adalah tanggapan kepada panggilan Allah
 Iman adalah tanggapan kepada pekerjaan Allah
dalam dunia
 Iman adalah pendirian tentang kebenaran
Pengaruh Pengajaran Teologia kepada
Etika:
 Yesus Kristus adalah Putra Allah Yang
berinkarnasi menjadi manusia.
 Penyaliban Yesus menyatakan bahwa dosa
kita bukan hal yang remeh, karena dosa
manusia Putra Allah menderita dan mati.
 Kebangkitan Yesus Kristus menyatakan
bahwa
zaman baru telah memasuki dunia, dan dunia
tempat kebangkitan Kristus adalah dunia
yang
TABIAT ATAU KARAKTER
I. Tabiat sebagai sumber perbuatan-perbuatan Lahiriah
 Kita harus melakukan perbuatan-perbuatan yang baik
dan sekaligus menjadi orang-orang yang baik karena
tabiat yang baik menghasilkan perbuatan-perbuatan
yang baik.
 Kata Yunani ethos atau ethika berarti sikap dasar
seseorang. Ethos juga berarti “rumah di batin
manusia”, yaitu sikap batinnya, tabiatnya dan
kepribadiannya. Ethos sebagai sumber setiap tindakan
manusia.
Arti Tabiat
 Tabiat adalah susunan batin seseorang yang memberi
arah dan ketertiban kepada keinginan, kesukaan dan
perbuatan orang itu. Susunan itu dibentuk oleh
interaksi antara diri orang dengan lingkungan sosialnya
dan Allah.
 Tabiat juga mengandung kecenderungan dan motivasi
untuk berbuat selaras dengan susunan batin. Tabiat
juga mengandung kesukaan, kemauan dan keinginan.
II. Pentingnya Tabiat dalam Etika Kristen
 Tabiat dalam istilah Alkitab Perjanjian Baru
adalah “hidup baru” dimana Kristus tidak
hanya memberikan kepada pengikut-
pengikut-Nya hukum baru yang menuntut
perbuatan-perbuatan lahiriah, tetapi juga
hidup baru.
 Hubungan dengan Tuhan mengubah hati
dan kepribadian manusia (2 Korintus 5:17).
III. Hubungan Tabiat dengan Hukum dalam ajaran
Yesus
 Tuhan Yesus lebih menekankan pembaruan hati
manusia dari pada penyataan lahiriah dengan
hukum-hukum. Ketaatan kepada hukum harus
disertai dengan sikap kasih kepada sesama dan
ketaatan kepada Allah.
 Allah tidak hanya memandang pelaksanaan
hukum-hukum yang lahiriah, melainkan lebih
memperhatikan motif yang mendasari perbuatan
manusia.
IV. Apakah perhatian pada Tabiat diri sendiri patut?
 Orang yang menjadikan tabiat sebagai fokus utama
dalam pertimbangan etisnya mengandung bahaya karena
orang itu akan lebih memperhatikan tabiat diri sendiri
dari pada Allah (Lukas 18:11) dan kehilangan kebebasan
yang datang oleh pembenarannya oleh Yesus Kristus.
 Tabiat orang Kristen tidak bisa dibiarkan terlepas dari
Kristus karena kebaikan kita adalah selalu sebagai
karunia dari Dia dan bukannya sebagai hasil usaha kita.
V. Pengaruh-pengaruh yang membentuk Tabiat
 Pembentukan tabiat seseorang ditentukan oleh
pembawaan biologis, oleh lingkungan sosial dan oleh
faktor-faktor lain yang tidak kita pilih sendiri.
 Bagian yang diberikan itu merupakan bahan mentah
tabiat kita yang menyediakan kemungkinan-
kemungkinan dan kemampuan-kemampuan yang dapat
dikembangkan, dapat diberi bentuk tertentu, dapat
dikendalikan atau diarahkan tetapi tidak dapat
dihapuskan sama sekali.
VI. Perkembangan Tabiat Kristen
 Dalam pengembangan tabiat harus ada pembongkaran
dan pembangunan, ada pemutusan dengan dosa dalam
tabiat dan ada kelangsungan dari unsur-unsur tabiat
yang berkenan kepada Allah.
 Alkitab Perjanjian Baru memakai istilah kematian
manusia lama dan kebangkitan manusia baru untuk
menerangkan pembongkaran dan pembangunan tabiat.
Hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah harus
disesali dan dijauhi sedangkan hal-hal yang berakar
dalam Allah dan berpusat pada-Nya harus dihidupkan
dan dikembangkan.
VII. Ciri-ciri Tabiat Kristen
 Integritas
Kelakuan moral yang baik perlu berakar dalam identitas
yang utuh dan hati yang bulat. Integritas adalah kejujuran
kepada orang lain dan kesungguhan serta keutuhan di
dalam diri sendiri.
 Pengertian tentang kehendak Allah dan kepekaan
kepada apa yang baik. Dalam doanya di Filipi 1:9-10, Rasul
Paulus memakai dua kata yang penting bagi etika Kristen:
“aisthesis” (pengertian atau penglihatan) dan
“dokimazein” (memilih atau mengerti).
LINGKUNGAN SOSIAL
I. Pengaruh masyarakat atas kehidupan moral
 Manusia dalam masyarakat
Setiap masyarakat mempunyai ADAT yang terdiri dari nilai-
nilai, norma-norma, sistim hukum dan aturan-aturan yang
mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan
dan perbuatan manusia dalam masyarakat tersebut.
Pranata-pranata sosial melaksanakan kontrol pengendalian
sosial yang menghargai perilaku yang dikehendaki maupun
menghukum yang tidak dikehendaki. Masyarakat hanya bisa
berjalan kalau mempunyai kemampuan untuk menertibkan
yang menyimpang.
 Masyarakat dalam manusia
Pengaruh masyarakat yang terpenting bukan
kontrol dari
luar kepada manusia melainkan kontrol yang
mengarahkan kehidupan batin manusia.
 Pengaruh lingkungan sebagai karunia Allah
Kenyataan bahwa kita dipengaruhi oleh orang-
orang lain tidak harus dinilai negatif.
 Unsur dosa dalam pengaruh lingkungan
Pengaruh negatif dari masyarakat dapat
mempersempit penglihatan kita dan mengurangi
kebebasan kita untuk berpikir jujur dengan hati
terbuka kepada bimbingan Tuhan.
II. Gereja sebagai lingkungan Kristen
 Etika Kristen adalah etika persekutuan Kristen, bukan
etika yang berdasarkan pertimbangan orang yang
terpisah dari orang Kristen lainnya. Kehidupan orang
Kristen selalu dalam, dengan dan untuk persekutuan
saudara-saudaranya dalam Kristus.
 Pengambil keputusan etis harus bertanggungjawab
untuk membuat keputusan yang menguntungkan
orang lain dan membangun jemaat.
NORMA-NORMA
Norma adalah patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan
manusia dan menolong orang mengambil keputusan yang benar
I. Perbedaan pendapat tentang peran norma-
norma
dalam Etika Kristen:
 Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan
hukum-
hukum mempunyai peran besar dalam etika Kristen
 Para Teolog Protestan seperti Paul Ramsey, James Gustafson,
John Bennett, Edward Leroy Long, Gene Outka dan hampir semua
Teolog Katolik, berpendapat bahwa peraturan-peraturan moral
dalam etika Kristen sangat penting.
 Peran hukum dalam etika Kristen ditolak oleh Karl
Barth, Dietrich Bonhoeffer dan lain-lain yang
menganggap penggunaan hukum-hukum tidak sesuai
dengan kedaulatan dan kasih karunia Allah.
 Joseph Fletcher, John Robinson dan para penganut
Etika Situasi atau moralitas baru, berpendapat bahwa
peraturan-peraturan moral sering kali menghambat
keterbukaan orang terhadap situasi baru dan
bertentangan dengan kasih kepada orang lain.
LIMA Pertanyaan yang timbul dari Alkitab dan Teologia Kristen
tentang peran norma-norma dalam kehidupan moral:
 Apakah orang yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah harus
mematuhi norma-norma dan peraturan-peraturan?
 Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan bertentangan
dengan kedaulatan Allah?
 Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan dapat
disesuaikan dengan keperluan-keperluan khas yang timbul dalam
situasi yang baru?
 Apakah hukum kasih saja cukup, atau apakah diperlukan
peraturan-peraturan yang lebih terperinci?
 Bagaimana hubungan antara peraturan-peraturan dengan
hukum-hukum yang tertulis dalam hati kita?
Dua jenis norma yang terpenting:
 Prinsip-Prinsip. Prinsip biasanya lebih umum dari pada
peraturan. Prinsip memberi bimbingan umum tetapi tidak
menentukan perbuatan-perbuatan spesifik yang dilarang,
dibolehkan atau diharuskan; contoh: “segala sesuatu yang
kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian kepada mereka” (Matius 7:12).
 Peraturan-Peraturan. Peraturan lebih spesifik
menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang,
dibolehkan atau duharuskan. Contoh: “Jangan
membunuh”.
II. Lima Problema
1. Norma-norma dan kasih karunia Allah
“Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia
dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” (Yohanes 1:17).
DASAR Etika Kristen ialah kasih karunia Allah yaitu
kesediaan-Nya untuk menerima kita sebagai anak-anak-
Nya tanpa melihat jasa dan kebajikan kita. Allah mengasihi
kita sekalipun kita orang-orang yang berdosa. Kristus telah
mati bukan untuk orang-orang benar tetapi untuk orang-
orang yang mengakui kesalahannya. Kasih karunia ini
mendasari kelakukan orang Kristen dan memberi daya
kepada orang Kristen.
2. Norma-norma dan kedaulan Tuhan
 Menurut Karl Barth, Dietrich Bonhoeffer dan Emil Brunner proses
menyusun dan penerapan peraturan-peraturan bertentangan
dengan kedaulatan Allah. Peraturan-peraturan, termasuk hukum-
hukum Alkitab, dapat menjadi penghalang antara kita dengan Allah.
Kita harus mematuhi Allah, bukan peraturan-peraturan.
 Barth, Bonhoeffer dan Brunner tidak sama sekali menolak norma-
norma etis. Hukum-hukum dari Alkitab dapat dipakai sebagai
petunjuk yang menerangkan situasi kita. Hukum-hukum ini juga
menolong kita untuk melihat batas-batas yang tidak boleh kita
lampaui. Tetapi hukum-hukum itu tidak dapat dipakai sebagai
peraturan-peraturan yang kita terapkan pada kasus-kasus spesifik.
3. Norma-norma dan situasi
 Bagaimana hubungan antara norma-norma dan situasi dengan
kasus-kasus yang spesifik? Apakah penggunaan peraturan-
peraturan menghambat keterbukaan kita kepada keperluan-
keperluan khas yang timbul dalam situasi yang baru?
 Etika situasi menolak pandangan bahwa ada peraturan-peraturan
yang berlaku dalam setiap situasi. Menurut etika situasi orang
Kristen harus bebas untuk menjawab keperluan-keperluan situasi
yang khas. Ia perlu tidak dibelenggu oleh peraturan-peraturan.
Setiap situasi unik dan tidak ada dua situasi yang sama karena itu
tidak mungkin dibuat peraturan-peraturan yang berlaku dalam
situasi-situasi yang khas.
4. Kasih dan norma-norma yang lebih terperinci
 Arti Kasih Kristen
Alkitab memakai kata agape sebagai kata pokok untuk
kasih yang menandai bahwa kasih Kristen mempunyai
ciri khas yang berbeda dengan arti kasih yang biasa.
Storge (kasih dalam keluarga, orang tua-anak), philia
(persahabatan) dan eros (kasih yang tertarik kepada
sesuatu yang dianggap baik atau bermanfaat) tidak
dianggap salah dalam Alkitab, tetapi dianggap perlu
diwarnai oleh agape.
 Apakah kasih saja cukup?
Menurut Yesus, kasih adalah sikap yang harus mewarnai
setiap perbuatan kita. Dia menyimpulkan semua hukum
Taurat dalam hukum kasih. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah
tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius
22:37-40).
Rasul Paulus menulis “Barangsiapa mengasihi sesamanya
manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat” (Roma 13:8).
5. Norma-norma batin
 Dalam Perjanjian Baru, Allah menaruh hukum-Nya dalam akal budi
dan menuliskannya dalam hati umat-Nya (Ibrani 8:8-12; 10:16).
 Fungsi norma-norma yang terpenting ialah perannya dalam
membentuk sikap mental kita tentang apa yang baik dan apa yang
salah. Bimbbingan norma-norma melewati hati nurani dan sikap kita
lebih penting dari pada bimbingannya yang langsung waktu kita
menerapkan norma-norma pada masalah-masalah.
 Peresapan norma-norma ke dalam hati mengandung
bahaya. Bahaya ini disebabkan karena kuasa norma yang
tertanam dalam sikap batin kita lebih besar dari pada norma-
norma yang belum meresap ke batin kita. Bimbingan norma
dari batin kita sering tidak kita sadari sehingga bimbingan
norma itu mungkin kurang diperiksa.
III. Kesimpulan
1. Bahaya-bahaya dalam penggunaan norma-norma
 Penggunaan norma-norma mengandung bahaya
bahwa kita mengukur kebaikan kita berdasarkan
kepatuhan kita kepada norma-norma itu.
 Peraturan-peraturan dapat menjadi halangan bagi
kasih. Hukum-hukum dapat diterapkan dengan keras
tanpa kepekaan kepada keperluan sesama kita.
 Orang dapat mengganti Allah yang hidup dengan buku hukum yang
tidak bernyawa. Pentingnya iman dan bimbingan Roh Kudus dalam
pengambilan keputusan etis diabaikan.
 Hukum-hukum dapat membutakan orang terhadap perubahan.
Hukum-hukum dapat diterapkan dengan kaku, sehingga orang tidak
terbuka terhadap keperluan-keperluan dan kemungkinan-
kemungkinan yang baru.
 Orang dapat memakai hukum lebih untuk melarang perbuatan
yang salah dari pada mendorong perbuatan-perbuatan yang baik.
 Orang yang menggunakan peraturan-peraturan dapat
mementingkan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa
yang kecil-kecil tetapi mengabaikan kecongkakan dan
dosa-dosa sosial seperti ketidakadilan dan penindasan.
 Norma-norma dapat membelenggu kebebasan dan
tanggung jawab kita sebagai pelaku.
 Kecenderungan untuk menggunakan norma-norma
sebagai faktor satu-satunya dalam pengambilan keputusan
etis.
2. Mengapa norma-norma perlu?
 Tidak dapat disangkal bahwa Allah memerintahkan perbuatan-
perbuatan tertentu dan melarang perbuatan-perbuatan yang lain.
 Norma-norma diperlukan karena kita adalah orang-orang yang
berdosa. Kita dengan mudah mengikuti kehendak diri sendiri, bukan
kehendak Allah.
 Norma-norma sebagai bahan untuk mengajar etika kepada anak-
anak. Anak-anak memerlukan petunjuk-petunjuk yang jelas supaya
mereka mengetahui bagaimana melakukan kehendak Allah dan
bagaimana hidup dengan baik dalam masyarakat.
 Norma-norma menolong kita memperoleh kebijaksanaan dari para
pendahulu kita.
 Norma-norma menolong kita menghemat waktu.
 Norma-norma menunjukkan perbuatan-perbuatan yang
biasanya merusak masyarakat dan merugikan sesama kita.
 Norma-norma mengatur masyarakat.
 Norma-norma memungkinkan pembicaraan tentang apa
yang baik dan apa yang salah.
 Norma-norma menolong kita mengerti keunikan kasus
kita serta persamaannya dengan kasus-kasus lain.
3. Kebijaksanaan dibimbing oleh norma-norma
Dalam situasi moderen ini ada tiga kemungkinan untuk
penggunaan norma-norma:
 Orang dapat memakai kebijaksanaan tanpa
norma-norma
 Orang dapat memakai norma-norma tanpa
kebijaksanaan
 Orang dapat memakai kebijaksanaan yang
dibimbing oleh norma-norma
SITUASI
I. Mengapa kita perlu mengerti situasi?
 Agar dapat menerapkan norma-norma dan nilai-
nilai etis kepada situasi itu.
 Agar dapat melakukan perbuatan yang tepat dan
berguna dalam situasi itu.
 Agar dapat mengetahui masalah-masalah yang
memerlukan perhatian.
II. Kesulitan-kesulitan dalam mengerti situasi
 Kekuatan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita
Setiap situasi ditentukan oleh delapan unsur:
• Tempat: Rumah, Kota, Negara
• Waktu: Jam, Hari, Bulan, Tahun
• Benda: Bergerak dan tidak bergerak
• Orang-orang yang bertindak dalam situasi itu
• Struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial
• Gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran
• Kejadian yang dilakukan atau dialami oleh orang-
orang dalam situasi itu.
• Tuhan, yang menyertai setiap situasi dan setiap kejadian.
 Pengertian kita tentang situasi dipengaruhi oleh
nilai-nilai kita, kepentingan kita, pengalaman
kita, prasangka kita dan faktor-faktor subyektif
lain yang lebih banyak dipengaruhi oleh sikap
mental kita dari pada situasi.
Pepatah China berbunyi: “Separuh dari apa
yang kita lihat terletak dibelakang mata kita”.
Kita mempunyai kaca mata batin yang
menyaring dan mengatur hal-hal yang kita
alami.
III. Bagaimana memperbaiki pengertian ttg situasi?
 Kita harus menyelidiki situasi untuk mengambil
keputusan yang benar dan tepat.
 Kita harus menggunakan bahan-bahan ilmiah dan
keterangan para ahli.
 Kita harus memperluas pengertian kita tentang situasi
agar mencakup semua faktor yang bersangkutpaut dengan
keputusan kita.
 Kita harus peka kepada pekerjaan dan kehendak Allah
untuk mengerti bagaimana Allah bekerja dan bagaimana
maksud-Nya dalam setiap situasi yang kita hadapi.
 Kita harus peka kepada keperluan orang lain dan
mempertimbangkan akibat dari setiap keputusan kita.
IV. Norma-norma serta pengertian tentang situasi
 Norma-norma dan nilai-nilai etis sangat penting
dalam pengambilan keputusan etis.
 Keputusan etis yang tepat diambil berdasarkan
pemahaman situasi dan realita tentang masalah
yang dihadapi.
 Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan
untuk keputusan etis yang baik.
CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
I. Sumber-Sumber Bantuan
 DOA
 IBADAH
 ALLAH ROH KUDUS
 GEREJA DAN KOMUNITAS ORANG PERCAYA
 ALKITAB
 LITERATUR
II. Dari pertimbangan menuju keputusan dan tindakan
 Kita perlu belajar, berpikir dan berbicara tetapi juga harus berani
membuat keputusan dan bertindak.
 Kita wajib berusaha sedapat mungkin membuat keputusan yang
benar dan tepat. Namun demikian kita harus berani mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang kurang lengkap jika itu
sangat mendesak atau sangat diperlukan.
 Dalam setiap keputusan, Tuhan memanggil kita untuk mengambil
risiko bahwa kita mungkin salah bersama dengan kemungkinan
bahwa kita benar. Kita mungkin gagal tetapi kita juga mungkin
berhasil untuk kemuliaan Allah.
III. Dua unsur IMAN yang menambah keberanian kita
untuk mengambil keputusan:
 Kita yakin bahwa Allah mengampuni kesalahan kita
walaupun keputusan kita kurang tepat. Kita percaya
bahwa “Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati
untuk kita orang-orang durhaka” (Roma 5:6).
 Kita yakin bahwa Allah memerintah dunia ini dan Ia
bekerja terus menerus untuk mencapai maksud-Nya di
dunia. Kita tahu bahwa Allah dapat memakai kesalahan
kita bersama dengan kebenaran kita untuk
mewujudkan kehendak-Nya di dunia ini.
Sumber
Pengetahuan
Realita
Alkitab
Kita
Dunia
Alkitab
Prinsip-Prinsip Dasar Pengambilan Keputusan
Etis
 Pengambil keputusan etis Kristen, harus memiliki
karakter Kristen yang dewasa. Karena karakter sangat
mendasar dalam pengambilan keputusan etis (Matius 5-
7).
 Pengambil keputusan etis Kristen harus memahami dan
menguji fakta-fakta di sekitar problema yg memerlukan
keputusan. Pengujian moral menuntut analisa yg akurat
tentang fakta-fakta yg ada dengan cara:
 Mentukan hal-hal apa saja yg mempengaruhi problema
tersebut
 Memperjelas orang-orang yg terlibat dalam problema
tersebut
 Mengevaluasi setiap informasi agar tidak menyesatkan
pengambilan keputusan
 Mencari sebanyak mungkin pilihan, dan menjelaskan
pilihan-pilihan keputusan yg ada agar dapat memilih
 Pengambil Keputusan Etis Kristen penting mengikuti petunjuk-
petunjuk pengambilan keputusan etis Kristen yang telah tersedia,
yaitu Firman Tuhan. Contoh: Sepuluh Hukum Torat (Keluaran
20:1-17), Khotbah di bukit (Matius 5-7), prinsip-prinsip kasih
(Matius 22:36-40) dan keadilan (Amos 5:24).
 Pengambil Keputusan Etis Kristen penting memperhitungkan
konsekwensi-konsekwensi dari setiap keputusan etis yang
diambilnya (Amsal 9-10; Keluaran 1:15-20).
 Pengambil Keputusan Etis Kristen harus bertanggungjawab
dengan keputusan yang dibuatnya. Menurut Richard Niebuhr,
orang yang bertanggungjawab memiliki tiga syarat:
Pertama, mereka mampu untuk menginisiasi tindakan.
Kedua, mereka mampu memberi respon pada setiap situasi.
Ketiga, mereka dapat dipercaya.
Proses Pengambilan Keputusan Etis
 Pertama, kita harus bertanya, apakah Tuhan telah
memberikan jawaban terhadap problema etika yang kita
hadapi.
 Kedua, jika Tuhan belum memberikan jawaban secara
spesifik terhadap problema tersebut, prinsip-prinsip
apa yang telah diberikan-Nya sehubungan dengan
problema tersebut.
 Ketiga, setelah kita memahami prinsip-prinsip tersebut,
kita harus mengambil keputusan yang konsisten
dengan doktrin dasar Kristen dan prinsip-prinsip yang
telah disediakan Tuhan.
 Keempat, kita harus bertindak sesuai dgn keputusan yg
telah kita ambil atau menindaklanjuti keputusan
tersebut.
KASUS 1: AMI & BEN
Jo dan Fin punya dua orang anak. Anak pertama Ami (perempuan)
mengidap
kelainan paru-paru dan sulit bertahan hidup. Anak kedua Ben(laki-
laki) suatu
hari tertabrak mobil dan otaknya mengalami total damage, sehingga
sekalipun
dia masih bernafas dia telah mengalami “brain death”. Pada saat Ben
memasuki bulan ketiga di ICU, Ami pun terpaksa masuk ICU karena
kondisi
paru-parunya makin lemah dan dia hanya mungkin bertahan hidup
satu
minggu jika tidak ada donor paru-paru.
Dokter memanggil Jo dan Fin dan menjelaskan bahwa Ami harus
segera
mendapatkan donor paru-paru agar dapat bertahan hidup. Juga
dokter
Keputusan
 Jelaskan Proses pengambilan
keputusan
yang harus diambil oleh Jo dan
Fin
 Jika Anda adalah sahabat Jo dan
Fin, apa saran Anda untuk Jo dan
KASUS 2: DR. JOS
Ketika flu burung merebak di Singapore, dokter Jos baru saja
pulang Study dari USA. Dia diberi tanggungjawab memimpin
Penanggulangan Flu burung di Singapore General Hospital.
Sebagai dokter dia tahu bahwa risiko “kematian” sangat
mungkin terjadi bagi dokter-dokter yang berhadapan langsung
dengan pasien flu burung.
Dia memberitahu istrinya dan anaknya yang masih kecil
tentang
tugasnya dan risiko yang mungkin terjadi padanya.
 Jelaskan proses pengambilan keputusan dokter Jos:
 Jika Anda adalah sahabat dr. Jos, apa saran Anda bagi dr.
Jos untuk keputusan yang akan diambilnya?
KASUS 3: DR. AUN
Dokter Aun bekerja di sebuah Rumah Sakit yang tidak
jauh dari pemukiman kumuh. Beberapa pasien RS
tersebut adalah pengidap HIV/Aids. Suatu hari salah satu
pengidap HIV/Aids tertabrak dan dibawa ke RS tersebut.
Dokter Aun sempat maju mundur untuk menangani
pasien tersebut, sebab jika darah pasien tersebut
mengenai
luka di kakinya, maka sangat mungkin besar dia akan
terjangkit HIV/Aids.
 Jelaskan proses pengambilan keputusan dokter Aun:
 Jika Anda adalah teman sekerja dr. Aun, apa saran
kepada dokter Aun?

More Related Content

Similar to 217615785-Etika-Kristen-Pengambilan-Keputusan-Etis.pptx

9. MORALITAS KATOLIK (ppt).pptx
9. MORALITAS KATOLIK (ppt).pptx9. MORALITAS KATOLIK (ppt).pptx
9. MORALITAS KATOLIK (ppt).pptx
PPLMMuntilan
 
aliran aliran dalam tasawuf
aliran aliran dalam tasawufaliran aliran dalam tasawuf
aliran aliran dalam tasawuf
Ahmad Minwar
 
Module nilai & etika menolong 2 2
Module nilai & etika menolong 2 2Module nilai & etika menolong 2 2
Module nilai & etika menolong 2 2
Operator Warnet Vast Raha
 
Module nilai & etika menolong 2
Module nilai & etika menolong 2Module nilai & etika menolong 2
Module nilai & etika menolong 2
Operator Warnet Vast Raha
 
Hakekatreligiusitas
HakekatreligiusitasHakekatreligiusitas
Hakekatreligiusitas
zaenizen
 
ANALISIS KONSEP DAN NILAI MURNI PELBAGAI AGAMA DAN KEPERCAYAAN DI MALAYSIA
ANALISIS KONSEP DAN NILAI MURNI PELBAGAI AGAMA DAN KEPERCAYAAN DI MALAYSIA  ANALISIS KONSEP DAN NILAI MURNI PELBAGAI AGAMA DAN KEPERCAYAAN DI MALAYSIA
ANALISIS KONSEP DAN NILAI MURNI PELBAGAI AGAMA DAN KEPERCAYAAN DI MALAYSIA
Santa Barbara
 
Agama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaAgama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaSutipyo Ru'iya
 
Fazri muhammad sidik
Fazri muhammad sidikFazri muhammad sidik
Fazri muhammad sidik
Fazrims
 
American Piety : The Nature of Religious Commitment
 American Piety : The Nature of Religious Commitment American Piety : The Nature of Religious Commitment
American Piety : The Nature of Religious Commitment
Arif Setyawan
 
Pengantar moral kristiani copy
Pengantar moral kristiani copyPengantar moral kristiani copy
Pengantar moral kristiani copy
Michael Kosasih
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologiHary Ihsan
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
andreanapulu
 
LEMBAGA AGAMA
LEMBAGA AGAMALEMBAGA AGAMA
Kel 4. (Etika, Moral, dan Akhlak pad).pptx
Kel 4. (Etika, Moral, dan Akhlak pad).pptxKel 4. (Etika, Moral, dan Akhlak pad).pptx
Kel 4. (Etika, Moral, dan Akhlak pad).pptx
ahmadfarchimaulana
 
Etika bisnis (6th week)
Etika bisnis (6th week)Etika bisnis (6th week)
Etika bisnis (6th week)
Astadi Pangarso
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
chusnaqumillaila
 
Kel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesiKel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesi
FarRhah Ay
 
Raffi Darmawan Manusia dan Pandangan Hidup
Raffi Darmawan Manusia dan Pandangan HidupRaffi Darmawan Manusia dan Pandangan Hidup
Raffi Darmawan Manusia dan Pandangan Hidup
RaffiDarmawan1
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
Yabniel Lit Jingga
 

Similar to 217615785-Etika-Kristen-Pengambilan-Keputusan-Etis.pptx (20)

9. MORALITAS KATOLIK (ppt).pptx
9. MORALITAS KATOLIK (ppt).pptx9. MORALITAS KATOLIK (ppt).pptx
9. MORALITAS KATOLIK (ppt).pptx
 
aliran aliran dalam tasawuf
aliran aliran dalam tasawufaliran aliran dalam tasawuf
aliran aliran dalam tasawuf
 
Module nilai & etika menolong 2 2
Module nilai & etika menolong 2 2Module nilai & etika menolong 2 2
Module nilai & etika menolong 2 2
 
Module nilai & etika menolong 2
Module nilai & etika menolong 2Module nilai & etika menolong 2
Module nilai & etika menolong 2
 
Hakekatreligiusitas
HakekatreligiusitasHakekatreligiusitas
Hakekatreligiusitas
 
ANALISIS KONSEP DAN NILAI MURNI PELBAGAI AGAMA DAN KEPERCAYAAN DI MALAYSIA
ANALISIS KONSEP DAN NILAI MURNI PELBAGAI AGAMA DAN KEPERCAYAAN DI MALAYSIA  ANALISIS KONSEP DAN NILAI MURNI PELBAGAI AGAMA DAN KEPERCAYAAN DI MALAYSIA
ANALISIS KONSEP DAN NILAI MURNI PELBAGAI AGAMA DAN KEPERCAYAAN DI MALAYSIA
 
Agama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaAgama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnya
 
Fazri muhammad sidik
Fazri muhammad sidikFazri muhammad sidik
Fazri muhammad sidik
 
American Piety : The Nature of Religious Commitment
 American Piety : The Nature of Religious Commitment American Piety : The Nature of Religious Commitment
American Piety : The Nature of Religious Commitment
 
Pengantar moral kristiani copy
Pengantar moral kristiani copyPengantar moral kristiani copy
Pengantar moral kristiani copy
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
 
LEMBAGA AGAMA
LEMBAGA AGAMALEMBAGA AGAMA
LEMBAGA AGAMA
 
Spe Bab4
Spe Bab4Spe Bab4
Spe Bab4
 
Kel 4. (Etika, Moral, dan Akhlak pad).pptx
Kel 4. (Etika, Moral, dan Akhlak pad).pptxKel 4. (Etika, Moral, dan Akhlak pad).pptx
Kel 4. (Etika, Moral, dan Akhlak pad).pptx
 
Etika bisnis (6th week)
Etika bisnis (6th week)Etika bisnis (6th week)
Etika bisnis (6th week)
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
 
Kel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesiKel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesi
 
Raffi Darmawan Manusia dan Pandangan Hidup
Raffi Darmawan Manusia dan Pandangan HidupRaffi Darmawan Manusia dan Pandangan Hidup
Raffi Darmawan Manusia dan Pandangan Hidup
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
 

More from Billy46313

Khotbah Rohani Anak-anak Pernikahan di Kana Edisi Condesed.pptx
Khotbah Rohani Anak-anak Pernikahan di Kana Edisi Condesed.pptxKhotbah Rohani Anak-anak Pernikahan di Kana Edisi Condesed.pptx
Khotbah Rohani Anak-anak Pernikahan di Kana Edisi Condesed.pptx
Billy46313
 
dokumen.tips_technical-meeting-usac-cabang-paduan-suara-.ppt
dokumen.tips_technical-meeting-usac-cabang-paduan-suara-.pptdokumen.tips_technical-meeting-usac-cabang-paduan-suara-.ppt
dokumen.tips_technical-meeting-usac-cabang-paduan-suara-.ppt
Billy46313
 
MATERI IBADAH Keberanian YOSUA DAN .pptx
MATERI IBADAH Keberanian YOSUA DAN .pptxMATERI IBADAH Keberanian YOSUA DAN .pptx
MATERI IBADAH Keberanian YOSUA DAN .pptx
Billy46313
 
KUMBANG KEMBANG KAMBING Permaianan .docx
KUMBANG KEMBANG KAMBING Permaianan .docxKUMBANG KEMBANG KAMBING Permaianan .docx
KUMBANG KEMBANG KAMBING Permaianan .docx
Billy46313
 
KHOTBAH HDS PAM GKI KLASIS SARMI BARAT.pdf
KHOTBAH HDS PAM GKI KLASIS SARMI BARAT.pdfKHOTBAH HDS PAM GKI KLASIS SARMI BARAT.pdf
KHOTBAH HDS PAM GKI KLASIS SARMI BARAT.pdf
Billy46313
 
PROFIL JURI FESPAS UNISONO KLASIS GKI SARMI BARAT 2023.pptx
PROFIL JURI FESPAS UNISONO KLASIS GKI SARMI BARAT 2023.pptxPROFIL JURI FESPAS UNISONO KLASIS GKI SARMI BARAT 2023.pptx
PROFIL JURI FESPAS UNISONO KLASIS GKI SARMI BARAT 2023.pptx
Billy46313
 
Serahkanlah kepada Tuhan-GKI AGAPE .pptx
Serahkanlah kepada Tuhan-GKI AGAPE .pptxSerahkanlah kepada Tuhan-GKI AGAPE .pptx
Serahkanlah kepada Tuhan-GKI AGAPE .pptx
Billy46313
 
MATERI PASANGAN SUAMI ISTRI KRISTEN 2.ppt
MATERI PASANGAN SUAMI ISTRI KRISTEN 2.pptMATERI PASANGAN SUAMI ISTRI KRISTEN 2.ppt
MATERI PASANGAN SUAMI ISTRI KRISTEN 2.ppt
Billy46313
 
pemahaman alkitab upah mengikut yesus KONVEN PELAYAN GKI.pptx
pemahaman alkitab upah mengikut yesus KONVEN PELAYAN GKI.pptxpemahaman alkitab upah mengikut yesus KONVEN PELAYAN GKI.pptx
pemahaman alkitab upah mengikut yesus KONVEN PELAYAN GKI.pptx
Billy46313
 
Teladan hidup yang Berdampak.pptx
Teladan hidup yang Berdampak.pptxTeladan hidup yang Berdampak.pptx
Teladan hidup yang Berdampak.pptx
Billy46313
 
MATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptxMATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptx
Billy46313
 

More from Billy46313 (11)

Khotbah Rohani Anak-anak Pernikahan di Kana Edisi Condesed.pptx
Khotbah Rohani Anak-anak Pernikahan di Kana Edisi Condesed.pptxKhotbah Rohani Anak-anak Pernikahan di Kana Edisi Condesed.pptx
Khotbah Rohani Anak-anak Pernikahan di Kana Edisi Condesed.pptx
 
dokumen.tips_technical-meeting-usac-cabang-paduan-suara-.ppt
dokumen.tips_technical-meeting-usac-cabang-paduan-suara-.pptdokumen.tips_technical-meeting-usac-cabang-paduan-suara-.ppt
dokumen.tips_technical-meeting-usac-cabang-paduan-suara-.ppt
 
MATERI IBADAH Keberanian YOSUA DAN .pptx
MATERI IBADAH Keberanian YOSUA DAN .pptxMATERI IBADAH Keberanian YOSUA DAN .pptx
MATERI IBADAH Keberanian YOSUA DAN .pptx
 
KUMBANG KEMBANG KAMBING Permaianan .docx
KUMBANG KEMBANG KAMBING Permaianan .docxKUMBANG KEMBANG KAMBING Permaianan .docx
KUMBANG KEMBANG KAMBING Permaianan .docx
 
KHOTBAH HDS PAM GKI KLASIS SARMI BARAT.pdf
KHOTBAH HDS PAM GKI KLASIS SARMI BARAT.pdfKHOTBAH HDS PAM GKI KLASIS SARMI BARAT.pdf
KHOTBAH HDS PAM GKI KLASIS SARMI BARAT.pdf
 
PROFIL JURI FESPAS UNISONO KLASIS GKI SARMI BARAT 2023.pptx
PROFIL JURI FESPAS UNISONO KLASIS GKI SARMI BARAT 2023.pptxPROFIL JURI FESPAS UNISONO KLASIS GKI SARMI BARAT 2023.pptx
PROFIL JURI FESPAS UNISONO KLASIS GKI SARMI BARAT 2023.pptx
 
Serahkanlah kepada Tuhan-GKI AGAPE .pptx
Serahkanlah kepada Tuhan-GKI AGAPE .pptxSerahkanlah kepada Tuhan-GKI AGAPE .pptx
Serahkanlah kepada Tuhan-GKI AGAPE .pptx
 
MATERI PASANGAN SUAMI ISTRI KRISTEN 2.ppt
MATERI PASANGAN SUAMI ISTRI KRISTEN 2.pptMATERI PASANGAN SUAMI ISTRI KRISTEN 2.ppt
MATERI PASANGAN SUAMI ISTRI KRISTEN 2.ppt
 
pemahaman alkitab upah mengikut yesus KONVEN PELAYAN GKI.pptx
pemahaman alkitab upah mengikut yesus KONVEN PELAYAN GKI.pptxpemahaman alkitab upah mengikut yesus KONVEN PELAYAN GKI.pptx
pemahaman alkitab upah mengikut yesus KONVEN PELAYAN GKI.pptx
 
Teladan hidup yang Berdampak.pptx
Teladan hidup yang Berdampak.pptxTeladan hidup yang Berdampak.pptx
Teladan hidup yang Berdampak.pptx
 
MATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptxMATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptx
 

217615785-Etika-Kristen-Pengambilan-Keputusan-Etis.pptx

  • 2. ARTI KEPUTUSAN ETIS Keputusan etis Kristen adalah keputusan tentang apa yang benar dan apa yang salah berdasarkan Iman Kristen yang bersumber pada Alkitab yang adalah Firman Allah; dengan memperhatikan hukum yang berlaku, budaya setempat, lingkungan di mana keputusan itu di ambil, situasi yang mempengaruhi kasus tersebut, waktu pengambilan keputusan; dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang luas dan masuk akal; serta
  • 3. Tiga Bentuk Keputusan Etis  Keputusan etis yang sangat berorientasi pada tujuan (teleologis).  Keputusan etis yang sangat memperhatikan hukum atau ketentuan- ketentuan normative (deontologist).  Keputusan etis yang mengutamakan situasi atau konteks yang ada (etika tanggungjawab).
  • 4. III. Definisi Etika  Etika berasal dari kataYunani Ethos yang berarti kebiasaan, baik kebiasaan individu maupun kebiasaan masyarakat.  Etika dan Etis hampir sama dengan Moral dan Moralitas. - Etika menyangkut pemikiran yang sistimatis tentang kelakuan manusia serta motivasi dan keadaan batin yang mendasarinya. - Moral menyangkut kebaikan dan keburukan kelakuan
  • 5.  Etika adalah penyelidikan tentang apa yang baik atau benar atau luhur dan apa yang buruk atau salah atau jahat dalam kelakuan manusia.  Etika menaruh perhatian kepada norma-norma yang membimbing perbuatan manusia dan cita-cita yang membentuk tujuan manusia.  Etika Kristen berusaha untuk menolong manusia untuk berpikir dengan lebih terang tentang
  • 6. IV. Ciri-Ciri Keputusan Etis  Menyangkut pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk.  Menyangkut pilihan yang sukar karena seringkali, keputusan kita bukan antara hitam dan putih, melainkan dua corak yang kelabu.  Keputusan-keputusan etis tidak mungkin dihindari karena pada saat kita dihadapkan dengan pilihan etis, kita harus mengambil keputusan.  Kita hanya bisa memahami pengambilan keputusan etis kalau kita memperhitungkan hal- hal yang berhubungan maupun yang tidak
  • 7. I M A N I. Iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan kepada hal yang dianggap terpenting  Beriman kepada Allah berarti mempercayai-Nya lebih dari pada segala sesuatu yang lain.  Beriman kepada Allah berarti
  • 8. II. Iman sebagai hubungan perorangan dengan Allah  Beriman berarti bersekutu dengan Allah  Beriman berati berkomunikasi dengan Allah melalui Doa  Beriman berarti melayani orang lain dan masyarakat
  • 9. III. Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan Allah  Allah bekerja di dalam dan melalui kehidupan orang-orang yang percaya kepada-Nya.  Allah bekerja di dalam dan melalui kehidupan Komunitas orang percaya dan Gereja.
  • 10. IV. Iman sebagai pendirian tentang apa yang benar  Iman adalah hubungan perseorangan yang mengandung kepercayaan, kesetiaan dan kasih.  Iman adalah penyerahan kepada kehendak Allah dan partisipasi dalam pekerjaan Allah.
  • 11. V. Empat Unsur Iman Yang Tak Terpisahkan  Iman adalah kepercayaan dan kesetiaan  Iman adalah tanggapan kepada panggilan Allah  Iman adalah tanggapan kepada pekerjaan Allah dalam dunia  Iman adalah pendirian tentang kebenaran
  • 12. Pengaruh Pengajaran Teologia kepada Etika:  Yesus Kristus adalah Putra Allah Yang berinkarnasi menjadi manusia.  Penyaliban Yesus menyatakan bahwa dosa kita bukan hal yang remeh, karena dosa manusia Putra Allah menderita dan mati.  Kebangkitan Yesus Kristus menyatakan bahwa zaman baru telah memasuki dunia, dan dunia tempat kebangkitan Kristus adalah dunia yang
  • 13. TABIAT ATAU KARAKTER I. Tabiat sebagai sumber perbuatan-perbuatan Lahiriah  Kita harus melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan sekaligus menjadi orang-orang yang baik karena tabiat yang baik menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik.  Kata Yunani ethos atau ethika berarti sikap dasar seseorang. Ethos juga berarti “rumah di batin manusia”, yaitu sikap batinnya, tabiatnya dan kepribadiannya. Ethos sebagai sumber setiap tindakan manusia.
  • 14. Arti Tabiat  Tabiat adalah susunan batin seseorang yang memberi arah dan ketertiban kepada keinginan, kesukaan dan perbuatan orang itu. Susunan itu dibentuk oleh interaksi antara diri orang dengan lingkungan sosialnya dan Allah.  Tabiat juga mengandung kecenderungan dan motivasi untuk berbuat selaras dengan susunan batin. Tabiat juga mengandung kesukaan, kemauan dan keinginan.
  • 15. II. Pentingnya Tabiat dalam Etika Kristen  Tabiat dalam istilah Alkitab Perjanjian Baru adalah “hidup baru” dimana Kristus tidak hanya memberikan kepada pengikut- pengikut-Nya hukum baru yang menuntut perbuatan-perbuatan lahiriah, tetapi juga hidup baru.  Hubungan dengan Tuhan mengubah hati dan kepribadian manusia (2 Korintus 5:17).
  • 16. III. Hubungan Tabiat dengan Hukum dalam ajaran Yesus  Tuhan Yesus lebih menekankan pembaruan hati manusia dari pada penyataan lahiriah dengan hukum-hukum. Ketaatan kepada hukum harus disertai dengan sikap kasih kepada sesama dan ketaatan kepada Allah.  Allah tidak hanya memandang pelaksanaan hukum-hukum yang lahiriah, melainkan lebih memperhatikan motif yang mendasari perbuatan manusia.
  • 17. IV. Apakah perhatian pada Tabiat diri sendiri patut?  Orang yang menjadikan tabiat sebagai fokus utama dalam pertimbangan etisnya mengandung bahaya karena orang itu akan lebih memperhatikan tabiat diri sendiri dari pada Allah (Lukas 18:11) dan kehilangan kebebasan yang datang oleh pembenarannya oleh Yesus Kristus.  Tabiat orang Kristen tidak bisa dibiarkan terlepas dari Kristus karena kebaikan kita adalah selalu sebagai karunia dari Dia dan bukannya sebagai hasil usaha kita.
  • 18. V. Pengaruh-pengaruh yang membentuk Tabiat  Pembentukan tabiat seseorang ditentukan oleh pembawaan biologis, oleh lingkungan sosial dan oleh faktor-faktor lain yang tidak kita pilih sendiri.  Bagian yang diberikan itu merupakan bahan mentah tabiat kita yang menyediakan kemungkinan- kemungkinan dan kemampuan-kemampuan yang dapat dikembangkan, dapat diberi bentuk tertentu, dapat dikendalikan atau diarahkan tetapi tidak dapat dihapuskan sama sekali.
  • 19. VI. Perkembangan Tabiat Kristen  Dalam pengembangan tabiat harus ada pembongkaran dan pembangunan, ada pemutusan dengan dosa dalam tabiat dan ada kelangsungan dari unsur-unsur tabiat yang berkenan kepada Allah.  Alkitab Perjanjian Baru memakai istilah kematian manusia lama dan kebangkitan manusia baru untuk menerangkan pembongkaran dan pembangunan tabiat. Hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah harus disesali dan dijauhi sedangkan hal-hal yang berakar dalam Allah dan berpusat pada-Nya harus dihidupkan dan dikembangkan.
  • 20. VII. Ciri-ciri Tabiat Kristen  Integritas Kelakuan moral yang baik perlu berakar dalam identitas yang utuh dan hati yang bulat. Integritas adalah kejujuran kepada orang lain dan kesungguhan serta keutuhan di dalam diri sendiri.  Pengertian tentang kehendak Allah dan kepekaan kepada apa yang baik. Dalam doanya di Filipi 1:9-10, Rasul Paulus memakai dua kata yang penting bagi etika Kristen: “aisthesis” (pengertian atau penglihatan) dan “dokimazein” (memilih atau mengerti).
  • 21. LINGKUNGAN SOSIAL I. Pengaruh masyarakat atas kehidupan moral  Manusia dalam masyarakat Setiap masyarakat mempunyai ADAT yang terdiri dari nilai- nilai, norma-norma, sistim hukum dan aturan-aturan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat tersebut. Pranata-pranata sosial melaksanakan kontrol pengendalian sosial yang menghargai perilaku yang dikehendaki maupun menghukum yang tidak dikehendaki. Masyarakat hanya bisa berjalan kalau mempunyai kemampuan untuk menertibkan yang menyimpang.
  • 22.  Masyarakat dalam manusia Pengaruh masyarakat yang terpenting bukan kontrol dari luar kepada manusia melainkan kontrol yang mengarahkan kehidupan batin manusia.  Pengaruh lingkungan sebagai karunia Allah Kenyataan bahwa kita dipengaruhi oleh orang- orang lain tidak harus dinilai negatif.  Unsur dosa dalam pengaruh lingkungan Pengaruh negatif dari masyarakat dapat mempersempit penglihatan kita dan mengurangi kebebasan kita untuk berpikir jujur dengan hati terbuka kepada bimbingan Tuhan.
  • 23. II. Gereja sebagai lingkungan Kristen  Etika Kristen adalah etika persekutuan Kristen, bukan etika yang berdasarkan pertimbangan orang yang terpisah dari orang Kristen lainnya. Kehidupan orang Kristen selalu dalam, dengan dan untuk persekutuan saudara-saudaranya dalam Kristus.  Pengambil keputusan etis harus bertanggungjawab untuk membuat keputusan yang menguntungkan orang lain dan membangun jemaat.
  • 24. NORMA-NORMA Norma adalah patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia dan menolong orang mengambil keputusan yang benar I. Perbedaan pendapat tentang peran norma- norma dalam Etika Kristen:  Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan hukum- hukum mempunyai peran besar dalam etika Kristen  Para Teolog Protestan seperti Paul Ramsey, James Gustafson, John Bennett, Edward Leroy Long, Gene Outka dan hampir semua Teolog Katolik, berpendapat bahwa peraturan-peraturan moral dalam etika Kristen sangat penting.
  • 25.  Peran hukum dalam etika Kristen ditolak oleh Karl Barth, Dietrich Bonhoeffer dan lain-lain yang menganggap penggunaan hukum-hukum tidak sesuai dengan kedaulatan dan kasih karunia Allah.  Joseph Fletcher, John Robinson dan para penganut Etika Situasi atau moralitas baru, berpendapat bahwa peraturan-peraturan moral sering kali menghambat keterbukaan orang terhadap situasi baru dan bertentangan dengan kasih kepada orang lain.
  • 26. LIMA Pertanyaan yang timbul dari Alkitab dan Teologia Kristen tentang peran norma-norma dalam kehidupan moral:  Apakah orang yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah harus mematuhi norma-norma dan peraturan-peraturan?  Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan bertentangan dengan kedaulatan Allah?  Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan dapat disesuaikan dengan keperluan-keperluan khas yang timbul dalam situasi yang baru?  Apakah hukum kasih saja cukup, atau apakah diperlukan peraturan-peraturan yang lebih terperinci?  Bagaimana hubungan antara peraturan-peraturan dengan hukum-hukum yang tertulis dalam hati kita?
  • 27. Dua jenis norma yang terpenting:  Prinsip-Prinsip. Prinsip biasanya lebih umum dari pada peraturan. Prinsip memberi bimbingan umum tetapi tidak menentukan perbuatan-perbuatan spesifik yang dilarang, dibolehkan atau diharuskan; contoh: “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka” (Matius 7:12).  Peraturan-Peraturan. Peraturan lebih spesifik menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang, dibolehkan atau duharuskan. Contoh: “Jangan membunuh”.
  • 28. II. Lima Problema 1. Norma-norma dan kasih karunia Allah “Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” (Yohanes 1:17). DASAR Etika Kristen ialah kasih karunia Allah yaitu kesediaan-Nya untuk menerima kita sebagai anak-anak- Nya tanpa melihat jasa dan kebajikan kita. Allah mengasihi kita sekalipun kita orang-orang yang berdosa. Kristus telah mati bukan untuk orang-orang benar tetapi untuk orang- orang yang mengakui kesalahannya. Kasih karunia ini mendasari kelakukan orang Kristen dan memberi daya kepada orang Kristen.
  • 29. 2. Norma-norma dan kedaulan Tuhan  Menurut Karl Barth, Dietrich Bonhoeffer dan Emil Brunner proses menyusun dan penerapan peraturan-peraturan bertentangan dengan kedaulatan Allah. Peraturan-peraturan, termasuk hukum- hukum Alkitab, dapat menjadi penghalang antara kita dengan Allah. Kita harus mematuhi Allah, bukan peraturan-peraturan.  Barth, Bonhoeffer dan Brunner tidak sama sekali menolak norma- norma etis. Hukum-hukum dari Alkitab dapat dipakai sebagai petunjuk yang menerangkan situasi kita. Hukum-hukum ini juga menolong kita untuk melihat batas-batas yang tidak boleh kita lampaui. Tetapi hukum-hukum itu tidak dapat dipakai sebagai peraturan-peraturan yang kita terapkan pada kasus-kasus spesifik.
  • 30. 3. Norma-norma dan situasi  Bagaimana hubungan antara norma-norma dan situasi dengan kasus-kasus yang spesifik? Apakah penggunaan peraturan- peraturan menghambat keterbukaan kita kepada keperluan- keperluan khas yang timbul dalam situasi yang baru?  Etika situasi menolak pandangan bahwa ada peraturan-peraturan yang berlaku dalam setiap situasi. Menurut etika situasi orang Kristen harus bebas untuk menjawab keperluan-keperluan situasi yang khas. Ia perlu tidak dibelenggu oleh peraturan-peraturan. Setiap situasi unik dan tidak ada dua situasi yang sama karena itu tidak mungkin dibuat peraturan-peraturan yang berlaku dalam situasi-situasi yang khas.
  • 31. 4. Kasih dan norma-norma yang lebih terperinci  Arti Kasih Kristen Alkitab memakai kata agape sebagai kata pokok untuk kasih yang menandai bahwa kasih Kristen mempunyai ciri khas yang berbeda dengan arti kasih yang biasa. Storge (kasih dalam keluarga, orang tua-anak), philia (persahabatan) dan eros (kasih yang tertarik kepada sesuatu yang dianggap baik atau bermanfaat) tidak dianggap salah dalam Alkitab, tetapi dianggap perlu diwarnai oleh agape.
  • 32.  Apakah kasih saja cukup? Menurut Yesus, kasih adalah sikap yang harus mewarnai setiap perbuatan kita. Dia menyimpulkan semua hukum Taurat dalam hukum kasih. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:37-40). Rasul Paulus menulis “Barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat” (Roma 13:8).
  • 33. 5. Norma-norma batin  Dalam Perjanjian Baru, Allah menaruh hukum-Nya dalam akal budi dan menuliskannya dalam hati umat-Nya (Ibrani 8:8-12; 10:16).  Fungsi norma-norma yang terpenting ialah perannya dalam membentuk sikap mental kita tentang apa yang baik dan apa yang salah. Bimbbingan norma-norma melewati hati nurani dan sikap kita lebih penting dari pada bimbingannya yang langsung waktu kita menerapkan norma-norma pada masalah-masalah.  Peresapan norma-norma ke dalam hati mengandung bahaya. Bahaya ini disebabkan karena kuasa norma yang tertanam dalam sikap batin kita lebih besar dari pada norma- norma yang belum meresap ke batin kita. Bimbingan norma dari batin kita sering tidak kita sadari sehingga bimbingan norma itu mungkin kurang diperiksa.
  • 34. III. Kesimpulan 1. Bahaya-bahaya dalam penggunaan norma-norma  Penggunaan norma-norma mengandung bahaya bahwa kita mengukur kebaikan kita berdasarkan kepatuhan kita kepada norma-norma itu.  Peraturan-peraturan dapat menjadi halangan bagi kasih. Hukum-hukum dapat diterapkan dengan keras tanpa kepekaan kepada keperluan sesama kita.
  • 35.  Orang dapat mengganti Allah yang hidup dengan buku hukum yang tidak bernyawa. Pentingnya iman dan bimbingan Roh Kudus dalam pengambilan keputusan etis diabaikan.  Hukum-hukum dapat membutakan orang terhadap perubahan. Hukum-hukum dapat diterapkan dengan kaku, sehingga orang tidak terbuka terhadap keperluan-keperluan dan kemungkinan- kemungkinan yang baru.  Orang dapat memakai hukum lebih untuk melarang perbuatan yang salah dari pada mendorong perbuatan-perbuatan yang baik.
  • 36.  Orang yang menggunakan peraturan-peraturan dapat mementingkan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa yang kecil-kecil tetapi mengabaikan kecongkakan dan dosa-dosa sosial seperti ketidakadilan dan penindasan.  Norma-norma dapat membelenggu kebebasan dan tanggung jawab kita sebagai pelaku.  Kecenderungan untuk menggunakan norma-norma sebagai faktor satu-satunya dalam pengambilan keputusan etis.
  • 37. 2. Mengapa norma-norma perlu?  Tidak dapat disangkal bahwa Allah memerintahkan perbuatan- perbuatan tertentu dan melarang perbuatan-perbuatan yang lain.  Norma-norma diperlukan karena kita adalah orang-orang yang berdosa. Kita dengan mudah mengikuti kehendak diri sendiri, bukan kehendak Allah.  Norma-norma sebagai bahan untuk mengajar etika kepada anak- anak. Anak-anak memerlukan petunjuk-petunjuk yang jelas supaya mereka mengetahui bagaimana melakukan kehendak Allah dan bagaimana hidup dengan baik dalam masyarakat.  Norma-norma menolong kita memperoleh kebijaksanaan dari para pendahulu kita.
  • 38.  Norma-norma menolong kita menghemat waktu.  Norma-norma menunjukkan perbuatan-perbuatan yang biasanya merusak masyarakat dan merugikan sesama kita.  Norma-norma mengatur masyarakat.  Norma-norma memungkinkan pembicaraan tentang apa yang baik dan apa yang salah.  Norma-norma menolong kita mengerti keunikan kasus kita serta persamaannya dengan kasus-kasus lain.
  • 39. 3. Kebijaksanaan dibimbing oleh norma-norma Dalam situasi moderen ini ada tiga kemungkinan untuk penggunaan norma-norma:  Orang dapat memakai kebijaksanaan tanpa norma-norma  Orang dapat memakai norma-norma tanpa kebijaksanaan  Orang dapat memakai kebijaksanaan yang dibimbing oleh norma-norma
  • 40. SITUASI I. Mengapa kita perlu mengerti situasi?  Agar dapat menerapkan norma-norma dan nilai- nilai etis kepada situasi itu.  Agar dapat melakukan perbuatan yang tepat dan berguna dalam situasi itu.  Agar dapat mengetahui masalah-masalah yang memerlukan perhatian.
  • 41. II. Kesulitan-kesulitan dalam mengerti situasi  Kekuatan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita Setiap situasi ditentukan oleh delapan unsur: • Tempat: Rumah, Kota, Negara • Waktu: Jam, Hari, Bulan, Tahun • Benda: Bergerak dan tidak bergerak • Orang-orang yang bertindak dalam situasi itu • Struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial • Gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran • Kejadian yang dilakukan atau dialami oleh orang- orang dalam situasi itu. • Tuhan, yang menyertai setiap situasi dan setiap kejadian.
  • 42.  Pengertian kita tentang situasi dipengaruhi oleh nilai-nilai kita, kepentingan kita, pengalaman kita, prasangka kita dan faktor-faktor subyektif lain yang lebih banyak dipengaruhi oleh sikap mental kita dari pada situasi. Pepatah China berbunyi: “Separuh dari apa yang kita lihat terletak dibelakang mata kita”. Kita mempunyai kaca mata batin yang menyaring dan mengatur hal-hal yang kita alami.
  • 43. III. Bagaimana memperbaiki pengertian ttg situasi?  Kita harus menyelidiki situasi untuk mengambil keputusan yang benar dan tepat.  Kita harus menggunakan bahan-bahan ilmiah dan keterangan para ahli.  Kita harus memperluas pengertian kita tentang situasi agar mencakup semua faktor yang bersangkutpaut dengan keputusan kita.  Kita harus peka kepada pekerjaan dan kehendak Allah untuk mengerti bagaimana Allah bekerja dan bagaimana maksud-Nya dalam setiap situasi yang kita hadapi.  Kita harus peka kepada keperluan orang lain dan mempertimbangkan akibat dari setiap keputusan kita.
  • 44. IV. Norma-norma serta pengertian tentang situasi  Norma-norma dan nilai-nilai etis sangat penting dalam pengambilan keputusan etis.  Keputusan etis yang tepat diambil berdasarkan pemahaman situasi dan realita tentang masalah yang dihadapi.  Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan untuk keputusan etis yang baik.
  • 45. CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS I. Sumber-Sumber Bantuan  DOA  IBADAH  ALLAH ROH KUDUS  GEREJA DAN KOMUNITAS ORANG PERCAYA  ALKITAB  LITERATUR
  • 46. II. Dari pertimbangan menuju keputusan dan tindakan  Kita perlu belajar, berpikir dan berbicara tetapi juga harus berani membuat keputusan dan bertindak.  Kita wajib berusaha sedapat mungkin membuat keputusan yang benar dan tepat. Namun demikian kita harus berani mengambil keputusan berdasarkan informasi yang kurang lengkap jika itu sangat mendesak atau sangat diperlukan.  Dalam setiap keputusan, Tuhan memanggil kita untuk mengambil risiko bahwa kita mungkin salah bersama dengan kemungkinan bahwa kita benar. Kita mungkin gagal tetapi kita juga mungkin berhasil untuk kemuliaan Allah.
  • 47. III. Dua unsur IMAN yang menambah keberanian kita untuk mengambil keputusan:  Kita yakin bahwa Allah mengampuni kesalahan kita walaupun keputusan kita kurang tepat. Kita percaya bahwa “Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka” (Roma 5:6).  Kita yakin bahwa Allah memerintah dunia ini dan Ia bekerja terus menerus untuk mencapai maksud-Nya di dunia. Kita tahu bahwa Allah dapat memakai kesalahan kita bersama dengan kebenaran kita untuk mewujudkan kehendak-Nya di dunia ini.
  • 50. Prinsip-Prinsip Dasar Pengambilan Keputusan Etis  Pengambil keputusan etis Kristen, harus memiliki karakter Kristen yang dewasa. Karena karakter sangat mendasar dalam pengambilan keputusan etis (Matius 5- 7).  Pengambil keputusan etis Kristen harus memahami dan menguji fakta-fakta di sekitar problema yg memerlukan keputusan. Pengujian moral menuntut analisa yg akurat tentang fakta-fakta yg ada dengan cara:  Mentukan hal-hal apa saja yg mempengaruhi problema tersebut  Memperjelas orang-orang yg terlibat dalam problema tersebut  Mengevaluasi setiap informasi agar tidak menyesatkan pengambilan keputusan  Mencari sebanyak mungkin pilihan, dan menjelaskan pilihan-pilihan keputusan yg ada agar dapat memilih
  • 51.  Pengambil Keputusan Etis Kristen penting mengikuti petunjuk- petunjuk pengambilan keputusan etis Kristen yang telah tersedia, yaitu Firman Tuhan. Contoh: Sepuluh Hukum Torat (Keluaran 20:1-17), Khotbah di bukit (Matius 5-7), prinsip-prinsip kasih (Matius 22:36-40) dan keadilan (Amos 5:24).  Pengambil Keputusan Etis Kristen penting memperhitungkan konsekwensi-konsekwensi dari setiap keputusan etis yang diambilnya (Amsal 9-10; Keluaran 1:15-20).  Pengambil Keputusan Etis Kristen harus bertanggungjawab dengan keputusan yang dibuatnya. Menurut Richard Niebuhr, orang yang bertanggungjawab memiliki tiga syarat: Pertama, mereka mampu untuk menginisiasi tindakan. Kedua, mereka mampu memberi respon pada setiap situasi. Ketiga, mereka dapat dipercaya.
  • 52. Proses Pengambilan Keputusan Etis  Pertama, kita harus bertanya, apakah Tuhan telah memberikan jawaban terhadap problema etika yang kita hadapi.  Kedua, jika Tuhan belum memberikan jawaban secara spesifik terhadap problema tersebut, prinsip-prinsip apa yang telah diberikan-Nya sehubungan dengan problema tersebut.  Ketiga, setelah kita memahami prinsip-prinsip tersebut, kita harus mengambil keputusan yang konsisten dengan doktrin dasar Kristen dan prinsip-prinsip yang telah disediakan Tuhan.  Keempat, kita harus bertindak sesuai dgn keputusan yg telah kita ambil atau menindaklanjuti keputusan tersebut.
  • 53. KASUS 1: AMI & BEN Jo dan Fin punya dua orang anak. Anak pertama Ami (perempuan) mengidap kelainan paru-paru dan sulit bertahan hidup. Anak kedua Ben(laki- laki) suatu hari tertabrak mobil dan otaknya mengalami total damage, sehingga sekalipun dia masih bernafas dia telah mengalami “brain death”. Pada saat Ben memasuki bulan ketiga di ICU, Ami pun terpaksa masuk ICU karena kondisi paru-parunya makin lemah dan dia hanya mungkin bertahan hidup satu minggu jika tidak ada donor paru-paru. Dokter memanggil Jo dan Fin dan menjelaskan bahwa Ami harus segera mendapatkan donor paru-paru agar dapat bertahan hidup. Juga dokter
  • 54. Keputusan  Jelaskan Proses pengambilan keputusan yang harus diambil oleh Jo dan Fin  Jika Anda adalah sahabat Jo dan Fin, apa saran Anda untuk Jo dan
  • 55. KASUS 2: DR. JOS Ketika flu burung merebak di Singapore, dokter Jos baru saja pulang Study dari USA. Dia diberi tanggungjawab memimpin Penanggulangan Flu burung di Singapore General Hospital. Sebagai dokter dia tahu bahwa risiko “kematian” sangat mungkin terjadi bagi dokter-dokter yang berhadapan langsung dengan pasien flu burung. Dia memberitahu istrinya dan anaknya yang masih kecil tentang tugasnya dan risiko yang mungkin terjadi padanya.  Jelaskan proses pengambilan keputusan dokter Jos:  Jika Anda adalah sahabat dr. Jos, apa saran Anda bagi dr. Jos untuk keputusan yang akan diambilnya?
  • 56. KASUS 3: DR. AUN Dokter Aun bekerja di sebuah Rumah Sakit yang tidak jauh dari pemukiman kumuh. Beberapa pasien RS tersebut adalah pengidap HIV/Aids. Suatu hari salah satu pengidap HIV/Aids tertabrak dan dibawa ke RS tersebut. Dokter Aun sempat maju mundur untuk menangani pasien tersebut, sebab jika darah pasien tersebut mengenai luka di kakinya, maka sangat mungkin besar dia akan terjangkit HIV/Aids.  Jelaskan proses pengambilan keputusan dokter Aun:  Jika Anda adalah teman sekerja dr. Aun, apa saran kepada dokter Aun?