SlideShare a Scribd company logo
Bab 2
Teori Dasar Gelombang Gravitasi
2.1 Gravitasi terlinearisasi
Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik
ruang waktu, gab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, ηab [13]:
gab = ηab + hab, hab 1, (2.1)
di mana, ηab = metrik diagonal (−1, 1, 1, 1) hab = besaran dari komponen tidak
nol dari hab . Kondisi hab 1 membatasi medan gravitasi sebagai medan
yang lemah, sehingga membatasi sistem koordinat menjadi sistem koordinat
kartesian. hab menggambarkan gelombang gravitasi, tetapi memiliki derajat
kebebasan non-radiatif sehingga yang digunakan hanya suku linear pada hab
saja. Sebagai akibatnya, indeks dinaikkan dan diturunkan dengan menggu-
nakan ηab. Metrik hab bertransformasi sebagai tensor di bawah transformasi
Lorentz, tapi tidak di bawah transformasi koordinat secara umum.
Untuk menjelaskan gravitasi terlinearisasi, semua kuantitas yang diper-
lukan dihitung terlebih dahulu. Komponen Simbol Christoffel diberikan seba-
gai berikut:
Γa
bc =
1
2
ηad
(∂chdb + ∂bhdc − ∂dhbc)
=
1
2
(∂cha
b + ∂bha
c − ∂a
hbc). (2.2)
Indeks bagian ruang dapat ditulis sebagai ’dinaikkan’ atau ’diturunkan’ tan-
pa mengubah kuantitasnya, sedangkan operasi menaikkan dan menurunkan
indeks pada bagian waktu akan mengubah tanda.
7
2.1. GRAVITASI TERLINEARISASI 8
Tensor Riemann dapat dibangun sebagai berikut:
Ra
bcd = ∂cΓa
bd − ∂dΓa
bc
=
1
2
(∂c∂bha
d + ∂d∂a
hbc − ∂c∂a
hbd − ∂d∂bha
c). (2.3)
Persamaan (2.3) dapat digunakan untuk membangun Tensor Ricci:
Rab = Rc
acb =
1
2
(∂c∂bhc
a + ∂c
∂ahbc − hab − ∂a∂bh), (2.4)
di mana, ha
a = h adalah trace dari metrik gangguan hab dan ∂c∂c = 2 −∂2
t =
adalah operator gelombang
Dari persamaan (2.4) dibangun skalar kurvatur:
R = Ra
a = (∂c∂a
hc
a − h). (2.5)
Kemudian persamaan (2.5) digunakan untuk membangun tensor Einstein:
Gab = Rab −
1
2
ηabR
=
1
2
(∂c∂bhc
a + ∂c
∂ahbc − hab − ∂a∂bh
−ηab∂c∂d
hc
d + ηab hab). (2.6)
Persamaan (2.6) dapat disederhanakan dengan menggunakan gangguan trace
reversed:
¯hab = hab −
1
2
ηabh. (2.7)
Dengan memasukkan persamaan (2.7) ke persamaan (2.6) diperoleh:
Gab =
1
2
(∂c∂b
¯hc
a + ∂c
∂a
¯hbc − ¯hab − ηab∂c∂d¯hc
d). (2.8)
Persamaan (2.8) dapat disederhanakan kembali dengan melakukan transfor-
masi koordinat yang dikenal sebagai transformasi gauge. Transformasi koordi-
nat infinitesimal dapat ditulis sebagai x a = xa + ξa, di mana ξa(xb) merupakan
medan vektor infinitesimal yang berubah-ubah. Transformasi ini mengubah
metrik melalui,
hab = hab − 2∂aξb, (2.9)
sehingga metrik trace reversed menjadi
¯h ab = hab −
1
2
ηabh
= ¯h ab − 2∂<bξa > +ηab∂c
ξc. (2.10)
2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 9
Untuk memenuhi radiasi, maka digunakan kondisi Lorentz gauge
∂a ¯h ab = 0. (2.11)
Jika metrik gangguan tidak berada di bawah Lorentz gauge, maka perlu dicari
metrik h ab yang baru di mana ∂a¯hab:
∂a ¯h ab = ∂a¯hab − ∂a
∂bξa − ξb + ∂b∂c
ξc (2.12)
= ∂a¯hab − ξb. (2.13)
Metrik gangguan hab dapat dimasukkan ke dalam Lorentz gauge dengan meng-
gunakan transformasi koordinat infinitesimal yang memenuhi
∂a ¯h ab = ξb. (2.14)
Dengan menemukan solusi dari persamaan gelombang (2.14), gauge Lorentz
dapat dicari.
Dengan memasukkan persamaan (2.11) ke persamaan (2.8), diperoleh:
Gab = −
1
2
¯hab. (2.15)
Dengan demikian, dalam gauge Lorentz, tensor Einstein tereduksi menjadi op-
erator gelombang yang bekerja pada metrik gangguan trace reversed (sampai
dengan faktor −1
2). Persamaan Einstein yang terlinearisasi dengan demikian
adalah
¯hab = −16πTab. (2.16)
2.2 Perambatan Gelombang Gravitasi
Dalam ruang vakum (Tab = 0),persamaan Einstein yang terlinearisasi (2.16)
tereduksi menjadi [18]:
¯hab = 0. (2.17)
Solusi persamaan di atas diberikan sebagai berikut:
¯hab = Aab exp(ika
xa) (2.18)
2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 10
yang jika diturunkan akan memberikan hasil sebagai berikut:
∂c
hab = kc¯hab. (2.19)
Persamaan (2.17) akan mengambil bentuk yang sederhana jika diajukan kon-
disi gauge
∂a¯hab = 0, (2.20)
dari persamaan (2.19) dan (2.20) diperoleh
Aabka
= 0. (2.21)
Hal ini berarti bahwa Aab harus tegak lurus terhadap k. Dengan menggunakan
kebebasan gauge lainnya, maka amplitudo gelombang gravitasi dapat dibatasi
lebih jauh dengan mengganti gauge tanpa mengubah kelas Lorentz dengan
menggunakan vector yang dapat menyelesaikan
∂c∂c
ξa = 0, (2.22)
yang solusinya adalah
ξa = Ba exp(ikcxc
), (2.23)
dimana Ba adalah konstanta dan kc adalah null vector. ξ ini memberikan pe-
rubahan pada hab menjadi
hab = hab − 2∂<aξb> (2.24)
dan
hab = ¯hab − 2∂<aξb> + ηab∂c
ξc. (2.25)
Dengan mensubtitusi persamaan (2.23) ke persamaan (2.25) lalu menghilangkan
semua faktor eksponensial yang sama diperoleh
Aab = Aab − iBakb − iBbka + iηabBc
kc, (2.26)
dan Ba dapat dipilih sedemikian untuk membatasi Aab :
Aa
a = 0, (2.27)
dan
AabUb
= 0, (2.28)
2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 11
di mana U merupakan kecepatan-4 tertentu, vektor unit timelike konstan yang
hendak kita pilih. Persamaan (2.21), (2.27), dan (2.28) disebut sebagai kondisi
gauge transverse traceless.
Pada latar belakang transformasi Lorentz, di mana vektor U merupakan ba-
sis vektor Ub = δb
0, maka persamaan (2.28) mengimplikasikan bahwa Aa0 = 0
untuk semua a . Dalam kerangka ini, dimisalkan gelombang merambat dalam
arah z, k → (ω, 0, 0, ω). Maka persamaan (2.21), (2.28) mengimplikasikan bah-
wa Aax = 0 untuk semua a. Kedua implikasi ini menunjukkan bahwa hanya
komponen Axx, Ayy, dan Axy = Ayx yang tidak nol. Dari persamaan (2.27),
maka didapat bahwa dalam bentuk matriks, kerangka ini dapat dituliskan se-
bagai berikut:
Aab =








0 0 0 0
0 Axx Axy 0
0 Axy −Axx 0
0 0 0 0








. (2.29)
Efek dari gelombang gravitasi adalah dapat mengubah jarak proper antara dua
buah partikel.
Pada ruang waktu datar, cahaya akan mengikuti lintasan garis lurus. Namun,
pada ruang-waktu lengkung, lintasan lurus yang dilalui oleh cahaya akan men-
galami deviasi dari koordinat pada ruang-waktu datar.
Sebagai contoh, misalkan terdapat 2 buah massa yang berdekatan. Massa yang
pertama terletak pada (0, 0, 0) dan massa yang kedua terletak pada ( , 0, 0).
Dengan menggunakan persamaan deviasi geodesik,
d2
dτ2
ξa
= Ra
cdbUc
Ud
ξb
(2.30)
dimana vektor ξb menghubungkan kedua partikel dan U = dx
dτ adalah vektor
kecepatan-4 dari kedua partikel, di mana U → (1, 0, 0, 0) dan pada awalnya,
ξ → (0, , 0, 0). Maka persamaan (2.30) tereduksi menjadi orde pertama ¯hab:
d2
dτ2
ξa
= ∂2
t ξa
= Ra
00x = − Ra
0x0. (2.31)
2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 12
Dengan menggunakan persamaan (2.3) untuk menunjukkan, dalam gauge TT:
Rx
0x0 = Rx0x0 = −1
2∂2
0hxx
tt ,
Ry
0x0 = Ry0x0 = −1
2∂2
0hxy
tt ,
Ry
0y0 = Ry0y0 = −1
2∂2
0hyy
tt , = −Rx
0x0



(2.32)
dengan komponen independen lainnya menghilang. Hal ini berarti kedua par-
tikel memiliki vektor pemisahan dalam arah x:
∂2
t ξx
=
1
2
ε∂2
t hTT
xx , ∂2
t ξy
=
1
2
ε∂2
t hTT
xy , (2.33)
dan dalam arah y:
∂2
t ξy
= 1
2ε∂2
t hTT
yy = −
1
2
ε∂2
t hTT
xx ,
∂2
t ξx
= 1
2ε∂2
t hTT
xy . (2.34)
Persamaan (2.34a) dan (2.34b) akan membantu dalam menjelaskan polarisasi
gelombang gravitasi.
Gambar 2.1 (a) Lingkaran partikel sebelum gelombang merambat melewati lingkaran terse-
but dalam arah sumbu z. (b) distorsi yang dihasilkan oleh gelombang dengan
polarisasi ’+’. (c) Seperti (b) tapi dengan polarisasi ’x’
Karakteristik dari gelombang gravitasi akan lebih jelas terlihat dengan tidak
hanya mempertimbangkan dua buah partikel saja, melainkan sejumlah par-
tikel yang tersusun dalam bentuk lingkaran pada bidang x − y pada z = 0
2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 13
dengan sebuah massa lainnya pada bagian pusat. Misalkan lingkaran partikel
tersebut pada awalnya diam (lihat Gambar 2.1a).
Lalu gelombang gravitasi dengan hTT
xx = 0, hTT
xy = 0 melewati lingkaran partikel
ini, maka lingkaran partikel akan terdistorsi (jarak proper relatif terhadap
massa pada pusat) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1b, awalnya ma-
suk, lalu keluar, dimana gelombang berosilasi dan hxx berubah tanda. Jika
partikel memiliki hTT
xx = 0 tetapi hTT
xx = hTT
yy = 0, maka lingkaran partikel
tersebut akan berdistorsi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1c. Kare-
na hTT
xx dan hTT
xy tidak saling bergantung, maka Gambar 2.1b dan 2.1c meru-
pakan gambaran dari dua buah polarisasi yang berbeda. Polarisasi gelombang
memiliki pola seperti yang digambarkan pada Gambar 2.1 karena gravitasi
direpresentasikan oleh tensor simetrik rank-2 hcd.
2.3 Pembangkitan Gelombang Gravitasi
Persamaan medan lemah Einstein adalah
¯hab = −16πTab. (2.35)
Beberapa asumsi yang diambil untuk memecahkan masalah ini adalah:
1. Komponen riil yang bergantung waktu berosilasi secara sinusoidal den-
gan frekuensi Ω sebagai berikut:
Tab = Sab(xi
) exp(−iωt). (2.36)
Daerah dimana Sab = 0 lebih kecil dibandingkan dengan panjang gelom-
bang dari gelombang gravitasi dengan frekuensi 2π/Ω.
2. Sumber bergerak lambat. Kecepatan khas di dalam daerah sumber harus
lebih kecil dari 1. Hal ini dipenuhi oleh semua sumber gravitasi kecuali
sumber yang sangat kuat.
Solusi untuk ¯hab dari bentuk
¯hab = Bab(xi
) exp(−iΩt) (2.37)
2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 14
didapatkan dengan mensubtitusi persamaan (2.37) ke persamaan (2.35):
( 2
+ Ω2
)Bab = −16πTab. (2.38)
Untuk daerah di luar sumber diperlukan solusi dari persamaan (2.38) yang
menunjukkan radiasi gelombang ke luar dan yang mendominasi di daerah ger-
ak lambat. Didefinisikan r sebagai komponen radial koordinat polar dengan
titik asalnya terletak di dalam sumber. Solusi dari persamaan (2.38) adalah:
Bab =
Aab
r
exp(iΩr) +
Zab
r
exp(−iΩr) (2.39)
Suku Zab menyatakan gelombang yang merambat ke arah titik asal r = 0,
sementara suku Aab menyatakan gelombang yang merambat ke luar dari sum-
ber. Karena solusi yang dicari adalah gelombang yang diemisikan ke luar oleh
sumber, maka Zab = 0.
Pendekatan yang dilakukan untuk menentukan di dalam sumber adalah bah-
wa sumber bernilai tidak nol hanya di dalam bola dengan radius: ε 2π/Ω.
Integrasi komponen waktu dari ruas kiri persamaan (2.38) sepanjang bagian
dalam bola adalah
Ω2
Babd3
x ≤ Ω2
|Bab|max4πε3
/3. (2.40)
Dengan menggunakan teorema Gauss, maka integrasi komponen ruang dari
suku bagian kiri persamaan (2.38) adalah
2
Babd3
x = n · BabdS, (2.41)
namun karena integral permukaan berada di luar sumber, dimana diberikan
oleh persamaan (2.39), yang simetris secara sferis:
n · BabdS = 4πε2
(
d
dr
Bab)r=ε ≈ −4πAab, (2.42)
dimana integral dari ruas kanan persamaan (2.38) didefinisikan sebagai:
Jab = Sabd3
x. (2.43)
Dengan membatasi hasil-hasil di atas dalam limit ε → 0, maka diperoleh
Aab = 4Jab (2.44)
¯hab = 4Jab exp(iω(r − t)/r) (2.45)
2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 15
Persamaaan (2.44) dan (2.45) merupakan pernyataan untuk gelombang grav-
itasi yang dibangkitkan oleh sumber, dimana suku dengan orde r−2 dan suku
r−1 dengan orde yang lebih tinggi dari orde εΩ diabaikan.
Persamaan di atas dapat disederhanakan dengan memanfaatkan kenyataan
bahwa {hab} merupakan komponen dari tensor tunggal. Dari persamaan (2.43)
didapatkan
Jab exp(−iΩt) = Tabd3
x, (2.46)
dengan konsekuensi:
−iΩJab exp(−iΩt) = ∂tTatd3
x. (2.47)
Dari hukum kekekalan untuk Tab ,
∂aTab
= 0, (2.48)
disimpulkan bahwa
∂tTat
= −∂kTak
. (2.49)
Sehingga
−iΩJat
exp(−iΩt) = ∂kTakd3
x = Tak
nkdS, (2.50)
dimana Teorema Gauss kembali digunakan. Hal ini berarti bahwa Tab = 0 pada
permukaan yang melingkupi volume ini, sehingga ruas kanan dari persamaan
(2.50) menghilang.
Jika Ω = 0, maka
Jab
= 0, ¯hab
= 0. (2.51)
Pernyataan Jij juga dapat dituliskan sebagai berikut:
d2
dt2
T00
xl
xm
d3
x, (2.52)
dimana integral pada ruas kanan dari persamaan (2.52) merupakan tensor mo-
men quadrupol dari distribusi massa,
Ilm
= T00
xl
xm
d3
x (2.53)
= Dlm
exp(−iΩt), (2.54)
2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 16
sehingga
¯hjk = −2Ω2
Djk
exp(iΩ(r − t)). (2.55)
Persamaan (2.55) sering disebut sebagai pendekatan quadrupol untuk gelom-
bang gravitasi. Persamaan (2.21) dapat dilengkapi dengan memilih kondisi
dimana gelombang merambat dalam arah z, dan dalam gauge TT sehingga
didapatkan bentuk paling sederhana dari gelombang:
¯hTT
zi = 0 (2.56)
¯hTT
xx = ¯hTT
yy = −Ω2
(łxx − łyy) exp(iΩr/r) (2.57)
¯hTT
xx = −2Ω2
łxy
exp(iΩr/r)) (2.58)
dimana
łjk = Ijk −
1
3
δjkIl
l (2.59)
disebut sebagai tensor trace-free atau tensor momen quadrupole tereduksi. So-
lusi untuk radiasi gravitasi yang teremisi pada persamaan (2.35) untuk nilai
yang berubah-ubah diberikan oleh integral retarded
¯hab(t, xi
) = 4
τab(t − R, yi)
R
d3
x, (2.60)
dimana integral dilakukan melewati kerucut cahaya masa lalu (t, xi) dimana
¯hab dihitung. Misalkan titik asal berada di dalam sumber dan dimisalkan bah-
wa titik medan xi terletak jauh sekali:
|xi
| ≡ r |yi
| ≡ y (2.61)
sehingga turunan komponen waktu dari Tab sangat kecil, maka, di dalam inte-
gral dari persamaan (2.60), kontribusi yang dominan berasal dari pertukaran
R oleh r:
¯hab(t, xi
) ≈
4
r
Tab(t − r, yi
)d3
x. (2.62)
Persamaan (2.62) merupakan generalisasi dari dari persamaan (2.45). Dengan
memanfaatkan hukum kekekalan
∂aTab
= 0, (2.63)
2.4. RADIASI GRAVITASI SISTEM BINTANG GANDA 17
maka akan diperoleh
Ttad3
y = const. (2.64)
Bagian r−1 dari ¯hta tidak ber-gantung waktu sehingga tidak akan berkontribusi
pada bidang gelombang manapun. Hal ini akan menghasilkan persamaan
(2.51). Lalu, dengan menggunakan persamaan (2.52), maka didapatkan per-
samaan generalisasi dari persamaan (2.55):
¯hjk(t, xi
) =
2
r
∂2
t Ijk(t − r). (2.65)
Dengan menggunakan gauge TT, maka diperoleh
¯hTT
xx = 1
r[∂2
t łxx(t − r) − ∂2
t łyy(t − r)]
¯hTT
xy = 2
r∂2
t łxy(t − r)
. (2.66)
2.4 Radiasi Gravitasi Sistem Bintang Ganda
Salah satu sumber gravitasi yang sangat umum adalah sistem 2 bintang yang
mengorbit mengitari titik pusat massanya di bawah pengaruh gravitasi masing-
masing bintang. Dari seluruh sistem bintang di alam semesta ini, kurang lebih
2/3 nya merupakan sistem bintang ganda [14]. Pendekatan untuk sumber yang
bergerak lambat seperti yang dilakukan pada bagian §2.3 cukup memadai un-
tuk diterapkan pada sistem bintang ganda.
Kasus yang akan ditinjau ditunjukkan pada Gambar 2.2. Dengan menga-
sumsikan bahwa Hukum Newton cukup akurat, maka dengan memanfaatkan
Hukum Newton (gaya gravitasi = gaya sentrifugal) dan mengambil G = 1:
M2
4R2
= Mω2
R : ω =
V
R
1
2
, (2.67)
dimana ω merupakan kecepatan sudut orbit.
Dari Gambar 2.2 geometri untuk kasus yang ditinjau adalah:
x1(t) = R cos(ωt), y1(t) = R sin(ωt), z1(t) = 0
x2(t) = −x1(t), y2(t) = −y1(t), z2(t) = 0.



(2.68)
2.4. RADIASI GRAVITASI SISTEM BINTANG GANDA 18
Gambar 2.2 sistem bintang ganda yang mengitari titik pusat massa nya akibat pengaruh
gravitasi masing-masing bintang. Kedua bintang memiliki massa yang sama M,
dan bergerak dengan kecepatan sudut ω
Komponen tensor momen quadrupol untuk kedua bintang dapat dihitung dari
persamaan (2.53):
Ixx = 2MR2 cos2(ωt) = MR2(1 + cos(2ωt)),
Iyy = 2MR2 sin2
(ωt) = MR2(1 − cos(2ωt)),
Ixy = 2MR2 sin(ωt) cos(ωt) = MR2 sin(2ωt).



(2.69)
Tensor momen quadrupol tereduksinya adalah:
łxx
= −łyy
= MR2 exp(−2iωt),
łyy
= MR2 exp(−2iωt).



(2.70)
Dengan memasukkan persamaan (2.70) ke persamaan (2.56-2.58):
¯hxx = −¯hyy = −−8ω2
MR2
r exp(−2iω(r − t)/r),
¯hxy = −¯hyy = −−8iω2
MR2
r exp(−2iω(r − t)/r).



(2.71)
Dari persamaan (2.71) dapat dilihat bahwa frekuensi dari radiasi yang teremisi
adalah dua kali frekuensi orbit (Ω = 2ω) yang mengimplikasikan bahwa polar-
isasi gelombang yang diemisikan sistem bintang ganda ini merupakan polar-
isasi melingkar dimana partikel-partikel dengan elips yang tegak lurus, seperti
2.4. RADIASI GRAVITASI SISTEM BINTANG GANDA 19
yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1, berotasi dengan frekuensi sudut 2ω ter-
hadap gelombang.
Sedangkan untuk radiasi gelombang gravitasi yang merambat dalam arah
sumbu x ditunjukkan oleh persamaan (2.71), namun tidak dalam gauge trans-
verse traceless-nya. Dengan menghilangkan komponen longitudinal xx dan xy
dari ¯hij dan mengurangi trace, maka diperoleh:
¯hyy = −¯hxx = −
−4ω2MR2
r
exp(−2iω(r − t)/r). (2.72)
Persamaan (2.72) merupakan polarisasi linear yang sejajar dengan bidang or-
bit.

More Related Content

What's hot

Laporan biologi xii ipa 3
Laporan biologi xii ipa 3Laporan biologi xii ipa 3
Laporan biologi xii ipa 3
Febri Virgina Amelia
 
RPP Biologi Kelas XII Semester I
RPP Biologi Kelas XII Semester IRPP Biologi Kelas XII Semester I
RPP Biologi Kelas XII Semester I
Sapritah
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan Semu Hukum MendelPenyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
evarahma70
 
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...Mar'atus Sholihah
 
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAMTable Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
RafiBio87
 
Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk BokashiPraktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Hariyatunnisa Ahmad
 
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi TanamanLaporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
shafirasalsa11
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Nur Haida
 
Ppt usaha dan energi sma
Ppt usaha dan energi smaPpt usaha dan energi sma
Ppt usaha dan energi smaririsarum
 
Soal fluida-statik-fluida-dinamik-maret-2008
Soal fluida-statik-fluida-dinamik-maret-2008Soal fluida-statik-fluida-dinamik-maret-2008
Soal fluida-statik-fluida-dinamik-maret-2008
Muhammad Luthfan
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
Soal hukum 1,2,3 newton
Soal hukum 1,2,3 newtonSoal hukum 1,2,3 newton
Soal hukum 1,2,3 newton
Arsyadi Arsyadi
 
kekentalan zat cair
kekentalan zat cair kekentalan zat cair
kekentalan zat cair
Widya arsy
 
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan SachPraktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
Hariyatunnisa Ahmad
 
GEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL.pptx
GEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL.pptxGEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL.pptx
GEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL.pptx
AmeliaFatira
 
Kel. 2 pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbu...
Kel. 2 pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbu...Kel. 2 pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbu...
Kel. 2 pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbu...
Alif Dzaki
 
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Dewi Ayu Maryati
 

What's hot (20)

Laporan biologi xii ipa 3
Laporan biologi xii ipa 3Laporan biologi xii ipa 3
Laporan biologi xii ipa 3
 
RPP Biologi Kelas XII Semester I
RPP Biologi Kelas XII Semester IRPP Biologi Kelas XII Semester I
RPP Biologi Kelas XII Semester I
 
Kapang
KapangKapang
Kapang
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan Semu Hukum MendelPenyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
 
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...Presentasi laporan praktikum  pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
Presentasi laporan praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan...
 
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAMTable Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
 
Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk BokashiPraktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
 
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi TanamanLaporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
Ppt usaha dan energi sma
Ppt usaha dan energi smaPpt usaha dan energi sma
Ppt usaha dan energi sma
 
Soal fluida-statik-fluida-dinamik-maret-2008
Soal fluida-statik-fluida-dinamik-maret-2008Soal fluida-statik-fluida-dinamik-maret-2008
Soal fluida-statik-fluida-dinamik-maret-2008
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Soal hukum 1,2,3 newton
Soal hukum 1,2,3 newtonSoal hukum 1,2,3 newton
Soal hukum 1,2,3 newton
 
kekentalan zat cair
kekentalan zat cair kekentalan zat cair
kekentalan zat cair
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
Resume kimia dasar
Resume kimia dasarResume kimia dasar
Resume kimia dasar
 
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan SachPraktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
 
GEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL.pptx
GEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL.pptxGEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL.pptx
GEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL.pptx
 
Kel. 2 pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbu...
Kel. 2 pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbu...Kel. 2 pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbu...
Kel. 2 pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbu...
 
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
 

Similar to Gravitational waves

02 listrik statis 2
02 listrik statis 202 listrik statis 2
02 listrik statis 2
rina mirda
 
02 listrik statis 2
02 listrik statis 202 listrik statis 2
02 listrik statis 2
Ari Yanti
 
Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang SinusoidAnalisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang SinusoidRisdawati Hutabarat
 
Listrik dan Magnet_Rabu_09.40_Teknik Khusus Menghitung Potensial_Kelompok 1 (...
Listrik dan Magnet_Rabu_09.40_Teknik Khusus Menghitung Potensial_Kelompok 1 (...Listrik dan Magnet_Rabu_09.40_Teknik Khusus Menghitung Potensial_Kelompok 1 (...
Listrik dan Magnet_Rabu_09.40_Teknik Khusus Menghitung Potensial_Kelompok 1 (...
Velanivebiola
 
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2Dayga_Hatsu
 
UMPTN Fisika 2002 regional III Kode 721
UMPTN Fisika 2002 regional  III Kode 721UMPTN Fisika 2002 regional  III Kode 721
UMPTN Fisika 2002 regional III Kode 721
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Bab 4 usaha dan momentum
Bab 4 usaha dan momentumBab 4 usaha dan momentum
Bab 4 usaha dan momentumFauzan Ghifari
 
Medan vektor
Medan vektorMedan vektor
Medan vektor
Ethelbert Phanias
 
Mekanika (fungsi hamilton)
Mekanika (fungsi hamilton)Mekanika (fungsi hamilton)
Mekanika (fungsi hamilton)
Junaidi Abdilah
 
Vektor potensial
Vektor potensialVektor potensial
Vektor potensial
Millathina Puji Utami
 
Makalh elektrostatis
Makalh elektrostatisMakalh elektrostatis
Makalh elektrostatis
muli ani
 
Laporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat AtwoodLaporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat Atwood
GGM Spektafest
 
UMPTN Fisika 2002 region I Kode 121
UMPTN Fisika 2002 region I Kode 121UMPTN Fisika 2002 region I Kode 121
UMPTN Fisika 2002 region I Kode 121
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Dualisme gelombang partikel
Dualisme gelombang partikelDualisme gelombang partikel
Dualisme gelombang partikelMat Ludin
 
Persamaan pencerminan
Persamaan pencerminan Persamaan pencerminan
Persamaan pencerminan
taofikzikri
 
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
SMA Negeri 9 KERINCI
 

Similar to Gravitational waves (20)

02 listrik statis 2
02 listrik statis 202 listrik statis 2
02 listrik statis 2
 
02 listrik statis 2
02 listrik statis 202 listrik statis 2
02 listrik statis 2
 
Aplikasi integral
Aplikasi integralAplikasi integral
Aplikasi integral
 
Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang SinusoidAnalisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid
 
Listrik dan Magnet_Rabu_09.40_Teknik Khusus Menghitung Potensial_Kelompok 1 (...
Listrik dan Magnet_Rabu_09.40_Teknik Khusus Menghitung Potensial_Kelompok 1 (...Listrik dan Magnet_Rabu_09.40_Teknik Khusus Menghitung Potensial_Kelompok 1 (...
Listrik dan Magnet_Rabu_09.40_Teknik Khusus Menghitung Potensial_Kelompok 1 (...
 
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
Bab 4.-integral-lipat-dua1 2
 
UMPTN Fisika 2002 regional III Kode 721
UMPTN Fisika 2002 regional  III Kode 721UMPTN Fisika 2002 regional  III Kode 721
UMPTN Fisika 2002 regional III Kode 721
 
Bab 4 usaha dan momentum
Bab 4 usaha dan momentumBab 4 usaha dan momentum
Bab 4 usaha dan momentum
 
Pemisahan variabel
Pemisahan variabelPemisahan variabel
Pemisahan variabel
 
Medan vektor
Medan vektorMedan vektor
Medan vektor
 
Met num 3
Met num 3Met num 3
Met num 3
 
Mekanika (fungsi hamilton)
Mekanika (fungsi hamilton)Mekanika (fungsi hamilton)
Mekanika (fungsi hamilton)
 
Vektor potensial
Vektor potensialVektor potensial
Vektor potensial
 
Makalh elektrostatis
Makalh elektrostatisMakalh elektrostatis
Makalh elektrostatis
 
Rumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhORumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhO
 
Laporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat AtwoodLaporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat Atwood
 
UMPTN Fisika 2002 region I Kode 121
UMPTN Fisika 2002 region I Kode 121UMPTN Fisika 2002 region I Kode 121
UMPTN Fisika 2002 region I Kode 121
 
Dualisme gelombang partikel
Dualisme gelombang partikelDualisme gelombang partikel
Dualisme gelombang partikel
 
Persamaan pencerminan
Persamaan pencerminan Persamaan pencerminan
Persamaan pencerminan
 
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
 

More from Affandi Arrizandy

Artkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahuArtkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahu
Affandi Arrizandy
 
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
Affandi Arrizandy
 
Data penghurus himafis periode 2018-2019
Data penghurus himafis periode 2018-2019Data penghurus himafis periode 2018-2019
Data penghurus himafis periode 2018-2019
Affandi Arrizandy
 
Data dosen fisika
Data dosen fisikaData dosen fisika
Data dosen fisika
Affandi Arrizandy
 
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang LogikaPrototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Affandi Arrizandy
 
Lpj bendahara juni
Lpj bendahara juniLpj bendahara juni
Lpj bendahara juni
Affandi Arrizandy
 
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode NumerikSolusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Affandi Arrizandy
 
Bab 3 operator
Bab 3 operatorBab 3 operator
Bab 3 operator
Affandi Arrizandy
 
Bab 2 identifier dan tipe data
Bab 2 identifier dan tipe dataBab 2 identifier dan tipe data
Bab 2 identifier dan tipe data
Affandi Arrizandy
 
Bab 1 pengantar c++ 2
Bab 1 pengantar c++ 2Bab 1 pengantar c++ 2
Bab 1 pengantar c++ 2
Affandi Arrizandy
 
Progran kerja ppsdm
Progran kerja ppsdmProgran kerja ppsdm
Progran kerja ppsdm
Affandi Arrizandy
 
Ppt kdrt
Ppt kdrtPpt kdrt
D.jasmani&amp;rohani
D.jasmani&amp;rohaniD.jasmani&amp;rohani
D.jasmani&amp;rohani
Affandi Arrizandy
 
Biro kewirausahaan
Biro kewirausahaanBiro kewirausahaan
Biro kewirausahaan
Affandi Arrizandy
 
Proker
ProkerProker
Departemen pusat informasi
Departemen pusat informasiDepartemen pusat informasi
Departemen pusat informasi
Affandi Arrizandy
 
Ad art-print
Ad art-printAd art-print
Ad art-print
Affandi Arrizandy
 
Lab report 2
Lab report 2Lab report 2
Lab report 2
Affandi Arrizandy
 
Percobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sachPercobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sach
Affandi Arrizandy
 

More from Affandi Arrizandy (20)

Artkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahuArtkel kkn limbah cair tahu
Artkel kkn limbah cair tahu
 
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
 
Data penghurus himafis periode 2018-2019
Data penghurus himafis periode 2018-2019Data penghurus himafis periode 2018-2019
Data penghurus himafis periode 2018-2019
 
Data dosen fisika
Data dosen fisikaData dosen fisika
Data dosen fisika
 
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang LogikaPrototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
 
Lpj bendahara juni
Lpj bendahara juniLpj bendahara juni
Lpj bendahara juni
 
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode NumerikSolusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
 
Bab 3 operator
Bab 3 operatorBab 3 operator
Bab 3 operator
 
Bab 2 identifier dan tipe data
Bab 2 identifier dan tipe dataBab 2 identifier dan tipe data
Bab 2 identifier dan tipe data
 
Bab 1 pengantar c++ 2
Bab 1 pengantar c++ 2Bab 1 pengantar c++ 2
Bab 1 pengantar c++ 2
 
Progran kerja ppsdm
Progran kerja ppsdmProgran kerja ppsdm
Progran kerja ppsdm
 
Ppt kdrt
Ppt kdrtPpt kdrt
Ppt kdrt
 
D.jasmani&amp;rohani
D.jasmani&amp;rohaniD.jasmani&amp;rohani
D.jasmani&amp;rohani
 
Biro kewirausahaan
Biro kewirausahaanBiro kewirausahaan
Biro kewirausahaan
 
Proker
ProkerProker
Proker
 
Departemen pusat informasi
Departemen pusat informasiDepartemen pusat informasi
Departemen pusat informasi
 
Ad art-print
Ad art-printAd art-print
Ad art-print
 
Lab report 2
Lab report 2Lab report 2
Lab report 2
 
Percobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sachPercobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sach
 
Laporan enzim katalase
Laporan enzim katalaseLaporan enzim katalase
Laporan enzim katalase
 

Recently uploaded

JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptxmateri sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
srihardiyanty17
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
nimah111
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
rusinaharva1
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting KiesoChapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
AryaMahardhika3
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 

Recently uploaded (20)

JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptxmateri sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting KiesoChapter 19 Intermediate Accounting Kieso
Chapter 19 Intermediate Accounting Kieso
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 

Gravitational waves

  • 1. Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, gab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, ηab [13]: gab = ηab + hab, hab 1, (2.1) di mana, ηab = metrik diagonal (−1, 1, 1, 1) hab = besaran dari komponen tidak nol dari hab . Kondisi hab 1 membatasi medan gravitasi sebagai medan yang lemah, sehingga membatasi sistem koordinat menjadi sistem koordinat kartesian. hab menggambarkan gelombang gravitasi, tetapi memiliki derajat kebebasan non-radiatif sehingga yang digunakan hanya suku linear pada hab saja. Sebagai akibatnya, indeks dinaikkan dan diturunkan dengan menggu- nakan ηab. Metrik hab bertransformasi sebagai tensor di bawah transformasi Lorentz, tapi tidak di bawah transformasi koordinat secara umum. Untuk menjelaskan gravitasi terlinearisasi, semua kuantitas yang diper- lukan dihitung terlebih dahulu. Komponen Simbol Christoffel diberikan seba- gai berikut: Γa bc = 1 2 ηad (∂chdb + ∂bhdc − ∂dhbc) = 1 2 (∂cha b + ∂bha c − ∂a hbc). (2.2) Indeks bagian ruang dapat ditulis sebagai ’dinaikkan’ atau ’diturunkan’ tan- pa mengubah kuantitasnya, sedangkan operasi menaikkan dan menurunkan indeks pada bagian waktu akan mengubah tanda. 7
  • 2. 2.1. GRAVITASI TERLINEARISASI 8 Tensor Riemann dapat dibangun sebagai berikut: Ra bcd = ∂cΓa bd − ∂dΓa bc = 1 2 (∂c∂bha d + ∂d∂a hbc − ∂c∂a hbd − ∂d∂bha c). (2.3) Persamaan (2.3) dapat digunakan untuk membangun Tensor Ricci: Rab = Rc acb = 1 2 (∂c∂bhc a + ∂c ∂ahbc − hab − ∂a∂bh), (2.4) di mana, ha a = h adalah trace dari metrik gangguan hab dan ∂c∂c = 2 −∂2 t = adalah operator gelombang Dari persamaan (2.4) dibangun skalar kurvatur: R = Ra a = (∂c∂a hc a − h). (2.5) Kemudian persamaan (2.5) digunakan untuk membangun tensor Einstein: Gab = Rab − 1 2 ηabR = 1 2 (∂c∂bhc a + ∂c ∂ahbc − hab − ∂a∂bh −ηab∂c∂d hc d + ηab hab). (2.6) Persamaan (2.6) dapat disederhanakan dengan menggunakan gangguan trace reversed: ¯hab = hab − 1 2 ηabh. (2.7) Dengan memasukkan persamaan (2.7) ke persamaan (2.6) diperoleh: Gab = 1 2 (∂c∂b ¯hc a + ∂c ∂a ¯hbc − ¯hab − ηab∂c∂d¯hc d). (2.8) Persamaan (2.8) dapat disederhanakan kembali dengan melakukan transfor- masi koordinat yang dikenal sebagai transformasi gauge. Transformasi koordi- nat infinitesimal dapat ditulis sebagai x a = xa + ξa, di mana ξa(xb) merupakan medan vektor infinitesimal yang berubah-ubah. Transformasi ini mengubah metrik melalui, hab = hab − 2∂aξb, (2.9) sehingga metrik trace reversed menjadi ¯h ab = hab − 1 2 ηabh = ¯h ab − 2∂<bξa > +ηab∂c ξc. (2.10)
  • 3. 2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 9 Untuk memenuhi radiasi, maka digunakan kondisi Lorentz gauge ∂a ¯h ab = 0. (2.11) Jika metrik gangguan tidak berada di bawah Lorentz gauge, maka perlu dicari metrik h ab yang baru di mana ∂a¯hab: ∂a ¯h ab = ∂a¯hab − ∂a ∂bξa − ξb + ∂b∂c ξc (2.12) = ∂a¯hab − ξb. (2.13) Metrik gangguan hab dapat dimasukkan ke dalam Lorentz gauge dengan meng- gunakan transformasi koordinat infinitesimal yang memenuhi ∂a ¯h ab = ξb. (2.14) Dengan menemukan solusi dari persamaan gelombang (2.14), gauge Lorentz dapat dicari. Dengan memasukkan persamaan (2.11) ke persamaan (2.8), diperoleh: Gab = − 1 2 ¯hab. (2.15) Dengan demikian, dalam gauge Lorentz, tensor Einstein tereduksi menjadi op- erator gelombang yang bekerja pada metrik gangguan trace reversed (sampai dengan faktor −1 2). Persamaan Einstein yang terlinearisasi dengan demikian adalah ¯hab = −16πTab. (2.16) 2.2 Perambatan Gelombang Gravitasi Dalam ruang vakum (Tab = 0),persamaan Einstein yang terlinearisasi (2.16) tereduksi menjadi [18]: ¯hab = 0. (2.17) Solusi persamaan di atas diberikan sebagai berikut: ¯hab = Aab exp(ika xa) (2.18)
  • 4. 2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 10 yang jika diturunkan akan memberikan hasil sebagai berikut: ∂c hab = kc¯hab. (2.19) Persamaan (2.17) akan mengambil bentuk yang sederhana jika diajukan kon- disi gauge ∂a¯hab = 0, (2.20) dari persamaan (2.19) dan (2.20) diperoleh Aabka = 0. (2.21) Hal ini berarti bahwa Aab harus tegak lurus terhadap k. Dengan menggunakan kebebasan gauge lainnya, maka amplitudo gelombang gravitasi dapat dibatasi lebih jauh dengan mengganti gauge tanpa mengubah kelas Lorentz dengan menggunakan vector yang dapat menyelesaikan ∂c∂c ξa = 0, (2.22) yang solusinya adalah ξa = Ba exp(ikcxc ), (2.23) dimana Ba adalah konstanta dan kc adalah null vector. ξ ini memberikan pe- rubahan pada hab menjadi hab = hab − 2∂<aξb> (2.24) dan hab = ¯hab − 2∂<aξb> + ηab∂c ξc. (2.25) Dengan mensubtitusi persamaan (2.23) ke persamaan (2.25) lalu menghilangkan semua faktor eksponensial yang sama diperoleh Aab = Aab − iBakb − iBbka + iηabBc kc, (2.26) dan Ba dapat dipilih sedemikian untuk membatasi Aab : Aa a = 0, (2.27) dan AabUb = 0, (2.28)
  • 5. 2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 11 di mana U merupakan kecepatan-4 tertentu, vektor unit timelike konstan yang hendak kita pilih. Persamaan (2.21), (2.27), dan (2.28) disebut sebagai kondisi gauge transverse traceless. Pada latar belakang transformasi Lorentz, di mana vektor U merupakan ba- sis vektor Ub = δb 0, maka persamaan (2.28) mengimplikasikan bahwa Aa0 = 0 untuk semua a . Dalam kerangka ini, dimisalkan gelombang merambat dalam arah z, k → (ω, 0, 0, ω). Maka persamaan (2.21), (2.28) mengimplikasikan bah- wa Aax = 0 untuk semua a. Kedua implikasi ini menunjukkan bahwa hanya komponen Axx, Ayy, dan Axy = Ayx yang tidak nol. Dari persamaan (2.27), maka didapat bahwa dalam bentuk matriks, kerangka ini dapat dituliskan se- bagai berikut: Aab =         0 0 0 0 0 Axx Axy 0 0 Axy −Axx 0 0 0 0 0         . (2.29) Efek dari gelombang gravitasi adalah dapat mengubah jarak proper antara dua buah partikel. Pada ruang waktu datar, cahaya akan mengikuti lintasan garis lurus. Namun, pada ruang-waktu lengkung, lintasan lurus yang dilalui oleh cahaya akan men- galami deviasi dari koordinat pada ruang-waktu datar. Sebagai contoh, misalkan terdapat 2 buah massa yang berdekatan. Massa yang pertama terletak pada (0, 0, 0) dan massa yang kedua terletak pada ( , 0, 0). Dengan menggunakan persamaan deviasi geodesik, d2 dτ2 ξa = Ra cdbUc Ud ξb (2.30) dimana vektor ξb menghubungkan kedua partikel dan U = dx dτ adalah vektor kecepatan-4 dari kedua partikel, di mana U → (1, 0, 0, 0) dan pada awalnya, ξ → (0, , 0, 0). Maka persamaan (2.30) tereduksi menjadi orde pertama ¯hab: d2 dτ2 ξa = ∂2 t ξa = Ra 00x = − Ra 0x0. (2.31)
  • 6. 2.2. PERAMBATAN GELOMBANG GRAVITASI 12 Dengan menggunakan persamaan (2.3) untuk menunjukkan, dalam gauge TT: Rx 0x0 = Rx0x0 = −1 2∂2 0hxx tt , Ry 0x0 = Ry0x0 = −1 2∂2 0hxy tt , Ry 0y0 = Ry0y0 = −1 2∂2 0hyy tt , = −Rx 0x0    (2.32) dengan komponen independen lainnya menghilang. Hal ini berarti kedua par- tikel memiliki vektor pemisahan dalam arah x: ∂2 t ξx = 1 2 ε∂2 t hTT xx , ∂2 t ξy = 1 2 ε∂2 t hTT xy , (2.33) dan dalam arah y: ∂2 t ξy = 1 2ε∂2 t hTT yy = − 1 2 ε∂2 t hTT xx , ∂2 t ξx = 1 2ε∂2 t hTT xy . (2.34) Persamaan (2.34a) dan (2.34b) akan membantu dalam menjelaskan polarisasi gelombang gravitasi. Gambar 2.1 (a) Lingkaran partikel sebelum gelombang merambat melewati lingkaran terse- but dalam arah sumbu z. (b) distorsi yang dihasilkan oleh gelombang dengan polarisasi ’+’. (c) Seperti (b) tapi dengan polarisasi ’x’ Karakteristik dari gelombang gravitasi akan lebih jelas terlihat dengan tidak hanya mempertimbangkan dua buah partikel saja, melainkan sejumlah par- tikel yang tersusun dalam bentuk lingkaran pada bidang x − y pada z = 0
  • 7. 2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 13 dengan sebuah massa lainnya pada bagian pusat. Misalkan lingkaran partikel tersebut pada awalnya diam (lihat Gambar 2.1a). Lalu gelombang gravitasi dengan hTT xx = 0, hTT xy = 0 melewati lingkaran partikel ini, maka lingkaran partikel akan terdistorsi (jarak proper relatif terhadap massa pada pusat) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1b, awalnya ma- suk, lalu keluar, dimana gelombang berosilasi dan hxx berubah tanda. Jika partikel memiliki hTT xx = 0 tetapi hTT xx = hTT yy = 0, maka lingkaran partikel tersebut akan berdistorsi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1c. Kare- na hTT xx dan hTT xy tidak saling bergantung, maka Gambar 2.1b dan 2.1c meru- pakan gambaran dari dua buah polarisasi yang berbeda. Polarisasi gelombang memiliki pola seperti yang digambarkan pada Gambar 2.1 karena gravitasi direpresentasikan oleh tensor simetrik rank-2 hcd. 2.3 Pembangkitan Gelombang Gravitasi Persamaan medan lemah Einstein adalah ¯hab = −16πTab. (2.35) Beberapa asumsi yang diambil untuk memecahkan masalah ini adalah: 1. Komponen riil yang bergantung waktu berosilasi secara sinusoidal den- gan frekuensi Ω sebagai berikut: Tab = Sab(xi ) exp(−iωt). (2.36) Daerah dimana Sab = 0 lebih kecil dibandingkan dengan panjang gelom- bang dari gelombang gravitasi dengan frekuensi 2π/Ω. 2. Sumber bergerak lambat. Kecepatan khas di dalam daerah sumber harus lebih kecil dari 1. Hal ini dipenuhi oleh semua sumber gravitasi kecuali sumber yang sangat kuat. Solusi untuk ¯hab dari bentuk ¯hab = Bab(xi ) exp(−iΩt) (2.37)
  • 8. 2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 14 didapatkan dengan mensubtitusi persamaan (2.37) ke persamaan (2.35): ( 2 + Ω2 )Bab = −16πTab. (2.38) Untuk daerah di luar sumber diperlukan solusi dari persamaan (2.38) yang menunjukkan radiasi gelombang ke luar dan yang mendominasi di daerah ger- ak lambat. Didefinisikan r sebagai komponen radial koordinat polar dengan titik asalnya terletak di dalam sumber. Solusi dari persamaan (2.38) adalah: Bab = Aab r exp(iΩr) + Zab r exp(−iΩr) (2.39) Suku Zab menyatakan gelombang yang merambat ke arah titik asal r = 0, sementara suku Aab menyatakan gelombang yang merambat ke luar dari sum- ber. Karena solusi yang dicari adalah gelombang yang diemisikan ke luar oleh sumber, maka Zab = 0. Pendekatan yang dilakukan untuk menentukan di dalam sumber adalah bah- wa sumber bernilai tidak nol hanya di dalam bola dengan radius: ε 2π/Ω. Integrasi komponen waktu dari ruas kiri persamaan (2.38) sepanjang bagian dalam bola adalah Ω2 Babd3 x ≤ Ω2 |Bab|max4πε3 /3. (2.40) Dengan menggunakan teorema Gauss, maka integrasi komponen ruang dari suku bagian kiri persamaan (2.38) adalah 2 Babd3 x = n · BabdS, (2.41) namun karena integral permukaan berada di luar sumber, dimana diberikan oleh persamaan (2.39), yang simetris secara sferis: n · BabdS = 4πε2 ( d dr Bab)r=ε ≈ −4πAab, (2.42) dimana integral dari ruas kanan persamaan (2.38) didefinisikan sebagai: Jab = Sabd3 x. (2.43) Dengan membatasi hasil-hasil di atas dalam limit ε → 0, maka diperoleh Aab = 4Jab (2.44) ¯hab = 4Jab exp(iω(r − t)/r) (2.45)
  • 9. 2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 15 Persamaaan (2.44) dan (2.45) merupakan pernyataan untuk gelombang grav- itasi yang dibangkitkan oleh sumber, dimana suku dengan orde r−2 dan suku r−1 dengan orde yang lebih tinggi dari orde εΩ diabaikan. Persamaan di atas dapat disederhanakan dengan memanfaatkan kenyataan bahwa {hab} merupakan komponen dari tensor tunggal. Dari persamaan (2.43) didapatkan Jab exp(−iΩt) = Tabd3 x, (2.46) dengan konsekuensi: −iΩJab exp(−iΩt) = ∂tTatd3 x. (2.47) Dari hukum kekekalan untuk Tab , ∂aTab = 0, (2.48) disimpulkan bahwa ∂tTat = −∂kTak . (2.49) Sehingga −iΩJat exp(−iΩt) = ∂kTakd3 x = Tak nkdS, (2.50) dimana Teorema Gauss kembali digunakan. Hal ini berarti bahwa Tab = 0 pada permukaan yang melingkupi volume ini, sehingga ruas kanan dari persamaan (2.50) menghilang. Jika Ω = 0, maka Jab = 0, ¯hab = 0. (2.51) Pernyataan Jij juga dapat dituliskan sebagai berikut: d2 dt2 T00 xl xm d3 x, (2.52) dimana integral pada ruas kanan dari persamaan (2.52) merupakan tensor mo- men quadrupol dari distribusi massa, Ilm = T00 xl xm d3 x (2.53) = Dlm exp(−iΩt), (2.54)
  • 10. 2.3. PEMBANGKITAN GELOMBANG GRAVITASI 16 sehingga ¯hjk = −2Ω2 Djk exp(iΩ(r − t)). (2.55) Persamaan (2.55) sering disebut sebagai pendekatan quadrupol untuk gelom- bang gravitasi. Persamaan (2.21) dapat dilengkapi dengan memilih kondisi dimana gelombang merambat dalam arah z, dan dalam gauge TT sehingga didapatkan bentuk paling sederhana dari gelombang: ¯hTT zi = 0 (2.56) ¯hTT xx = ¯hTT yy = −Ω2 (łxx − łyy) exp(iΩr/r) (2.57) ¯hTT xx = −2Ω2 łxy exp(iΩr/r)) (2.58) dimana łjk = Ijk − 1 3 δjkIl l (2.59) disebut sebagai tensor trace-free atau tensor momen quadrupole tereduksi. So- lusi untuk radiasi gravitasi yang teremisi pada persamaan (2.35) untuk nilai yang berubah-ubah diberikan oleh integral retarded ¯hab(t, xi ) = 4 τab(t − R, yi) R d3 x, (2.60) dimana integral dilakukan melewati kerucut cahaya masa lalu (t, xi) dimana ¯hab dihitung. Misalkan titik asal berada di dalam sumber dan dimisalkan bah- wa titik medan xi terletak jauh sekali: |xi | ≡ r |yi | ≡ y (2.61) sehingga turunan komponen waktu dari Tab sangat kecil, maka, di dalam inte- gral dari persamaan (2.60), kontribusi yang dominan berasal dari pertukaran R oleh r: ¯hab(t, xi ) ≈ 4 r Tab(t − r, yi )d3 x. (2.62) Persamaan (2.62) merupakan generalisasi dari dari persamaan (2.45). Dengan memanfaatkan hukum kekekalan ∂aTab = 0, (2.63)
  • 11. 2.4. RADIASI GRAVITASI SISTEM BINTANG GANDA 17 maka akan diperoleh Ttad3 y = const. (2.64) Bagian r−1 dari ¯hta tidak ber-gantung waktu sehingga tidak akan berkontribusi pada bidang gelombang manapun. Hal ini akan menghasilkan persamaan (2.51). Lalu, dengan menggunakan persamaan (2.52), maka didapatkan per- samaan generalisasi dari persamaan (2.55): ¯hjk(t, xi ) = 2 r ∂2 t Ijk(t − r). (2.65) Dengan menggunakan gauge TT, maka diperoleh ¯hTT xx = 1 r[∂2 t łxx(t − r) − ∂2 t łyy(t − r)] ¯hTT xy = 2 r∂2 t łxy(t − r) . (2.66) 2.4 Radiasi Gravitasi Sistem Bintang Ganda Salah satu sumber gravitasi yang sangat umum adalah sistem 2 bintang yang mengorbit mengitari titik pusat massanya di bawah pengaruh gravitasi masing- masing bintang. Dari seluruh sistem bintang di alam semesta ini, kurang lebih 2/3 nya merupakan sistem bintang ganda [14]. Pendekatan untuk sumber yang bergerak lambat seperti yang dilakukan pada bagian §2.3 cukup memadai un- tuk diterapkan pada sistem bintang ganda. Kasus yang akan ditinjau ditunjukkan pada Gambar 2.2. Dengan menga- sumsikan bahwa Hukum Newton cukup akurat, maka dengan memanfaatkan Hukum Newton (gaya gravitasi = gaya sentrifugal) dan mengambil G = 1: M2 4R2 = Mω2 R : ω = V R 1 2 , (2.67) dimana ω merupakan kecepatan sudut orbit. Dari Gambar 2.2 geometri untuk kasus yang ditinjau adalah: x1(t) = R cos(ωt), y1(t) = R sin(ωt), z1(t) = 0 x2(t) = −x1(t), y2(t) = −y1(t), z2(t) = 0.    (2.68)
  • 12. 2.4. RADIASI GRAVITASI SISTEM BINTANG GANDA 18 Gambar 2.2 sistem bintang ganda yang mengitari titik pusat massa nya akibat pengaruh gravitasi masing-masing bintang. Kedua bintang memiliki massa yang sama M, dan bergerak dengan kecepatan sudut ω Komponen tensor momen quadrupol untuk kedua bintang dapat dihitung dari persamaan (2.53): Ixx = 2MR2 cos2(ωt) = MR2(1 + cos(2ωt)), Iyy = 2MR2 sin2 (ωt) = MR2(1 − cos(2ωt)), Ixy = 2MR2 sin(ωt) cos(ωt) = MR2 sin(2ωt).    (2.69) Tensor momen quadrupol tereduksinya adalah: łxx = −łyy = MR2 exp(−2iωt), łyy = MR2 exp(−2iωt).    (2.70) Dengan memasukkan persamaan (2.70) ke persamaan (2.56-2.58): ¯hxx = −¯hyy = −−8ω2 MR2 r exp(−2iω(r − t)/r), ¯hxy = −¯hyy = −−8iω2 MR2 r exp(−2iω(r − t)/r).    (2.71) Dari persamaan (2.71) dapat dilihat bahwa frekuensi dari radiasi yang teremisi adalah dua kali frekuensi orbit (Ω = 2ω) yang mengimplikasikan bahwa polar- isasi gelombang yang diemisikan sistem bintang ganda ini merupakan polar- isasi melingkar dimana partikel-partikel dengan elips yang tegak lurus, seperti
  • 13. 2.4. RADIASI GRAVITASI SISTEM BINTANG GANDA 19 yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1, berotasi dengan frekuensi sudut 2ω ter- hadap gelombang. Sedangkan untuk radiasi gelombang gravitasi yang merambat dalam arah sumbu x ditunjukkan oleh persamaan (2.71), namun tidak dalam gauge trans- verse traceless-nya. Dengan menghilangkan komponen longitudinal xx dan xy dari ¯hij dan mengurangi trace, maka diperoleh: ¯hyy = −¯hxx = − −4ω2MR2 r exp(−2iω(r − t)/r). (2.72) Persamaan (2.72) merupakan polarisasi linear yang sejajar dengan bidang or- bit.