Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang kondisi kemiskinan di dua desa di Lospalos, Timor Leste yaitu Desa Daudere dan Desa Afabubo.
2. Mayoritas penduduk di dua desa tersebut adalah Muslim namun mengalami kesulitan ekonomi yang berkepanjangan.
3. Tim Global Qurban melakukan distribusi daging kurban ke dua desa tersebut untuk meringankan beban kemiskin
Global qurban untuk timor iii getir kemiskinan di pelosok lospalos
1. Global Qurban untuk Timor (3): Getir
Kemiskinan di Pelosok Lospalos
19 January 2017
ACTNews, LOSPALOS, TIMOR LESTE - Menyebut Lospalos,bisa jadi hanya segelintir warga Indonesia yang
paham di mana letaknya berada.Dulu, sebelum Timor-Leste merdeka tahun 1999,Lospalos termasuk dalam salah
satu Kota di Indonesia.Menjadi bagian paling ujung sebelah timur dari Provinsi Timor-Timur,provinsi ke-27.Akan
tetapi, sejarah berubah.Kota Lospalos sudah tak masuk lagi hitungan satu dari sekian banyak Kota di Indonesia.
Statusnya kini berubah menjadi subdistrik,Ibukota dari Distrik Lautém,setara dengan Provinsi di negara Timor-
Leste.Negeri serumpun yang bertetangga persis dengan Kabupaten Belu,Nusa Tenggara Timur.
Dari Kota Lospalos inilah Tim Global Qurban - Aksi Cepat Tanggap merekam banyak kisah.Kotanya sunyi hampir
mati karena nihil aktivitas keramaian serupa kota-kota besar lain.Selain itu,rupanya Lospalos pun masih menyimpan
banyak kisah yang bersembunyi dari balik gunung tinggi dan tanahnya yang gersang.Bukan hanya tentang sunyi
kota, kontur perbukitan yang curam,dan gersang tana.Dari Lospalos,Tim Global Qurban – Aksi CepatTanggap
menemui ada kehidupan ratusan warga Muslim Timor-Leste yang menghidupi pelosok Lospalos dengan
kesederhanaan,bahkan kegetiran.
2. Senin (12/9) di hari Raya Idul Adha, Tim
Global Qurban untuk Timor tak berhenti begitu saja usai sajikan bahagia berkurban di tengah Kota Lospalos.
Marcelino da Costa,mitra Global Qurban di Timor-Leste sudah jauh hari menentukan targetdistribusi kurban di
Lospalos harus sampai menyapa titik paling jauh.Yakni titik yang tersembunyi di pelosok,di balik gunung dan jalur
setapak.Marcel menyebutnama dua desa,Desa Daudere di Kecamatan Moru dan Desa Afabubo di Kecamatan
Luro.
“Perkembangan jumlah Mualafdi dua desa itu berjalan pesatdalam beberapa tahun terakhir,” kata Marcel dalam
perjalanan keluar dari Kota Lospalos mengarah langsung ke perbukitan di sisi sebelah barat.
Makin mengarah ke perbukitan di barat Kota Lospalos,lebar jalan aspal makin menyempit.Sampai akhirnya aspal
tipis dan bolong yang menganga itu berganti dengan jalur berdebu membelah padang sabana luas.Dua mobil
menderu membuatdebu sabana beterbangan pekat,satu mobil berisi Tim Global Qurban dan mitra untuk Timor-
Leste,satu mobil lagi mengekor di belakang berisi dua ekor sapi besar,sapi Timor yang dibawa dari Kota Lospalos
untuk Desa Daudere dan Desa Afabubo.
Sekira hampir dua jam perjalanan,Desa Daudere menjadi singgahan pertama.Siang terik lewatsedikitjam 12 siang
TLT (Timor-Leste Time),seekor sapi kurban untuk Muslim di Desa Daudere tuntas diserahkan untuk kemudian
disembelih di depan Musala al-Hikmah.Satu-satunya musala yang digunakan oleh 74 jiwa atau sekira 26 KK Muslim
di Daudere.
Sulton, putra lokal sekaligus dai satu-satunya di Daudere mengatakan,“Dulu,zaman Indonesia Daudere banyak
keluarga Muslim di sini.Tapi dakwah makin sulitkarena tidak ada bantuan,Imam musala pun sampai menghilang
entah ke mana ketika Timor Leste Referendum.Akhirnya perlahan banyak lagi Muslim Daudere yang kembali ke
agama leluhurnya,meninggalkan musala dan syahadatnya,” tutur Sulton.
Karena berkejaran dengan waktu,sebelum semakin sore Tim Global Qurban pamitdari Daudere.Tujuan
selanjutnya,satu arah lebih pelosok lagi meneruskan jalan menuju Desa Afabubo,titik terakhir distribusi kurban
untuk Timor-Leste.
Ironi Afabubo
3. Sabana gersang masih mendominasi
sepanjang jalan,perbukitan cadas tinggi menjulang di sekeliling.Kurang lebih 20 Km dari Daudere,seekor sapi
terakhir Global Qurban untuk Timor sampai di Afabubo.Dari jumlah rumah yang berserak acak di sepanjang
kampung,populasinya tampak lebih ramai dibandingkan dengan Desa Daudere.Namun tetap saja,meski ramai,
tampilan fisik hampir seluruh rumah di Afabubo menyimpan cerita tentang kegetiran ekonomi,kemiskinan yang
sudah menahun,dan kebimbangan mengharap penghasilan yang pasti.
Tim Global Qurban menemui UstazBukhari Muslim,laki-laki paruh baya kelahiran Afabubo yang didaulatmenjadi dai
dan guru agama satu-satunya untuk Muslim Afabubo.Kisah yang mengalir dari pengalamannya merawatketeguhan
Iman dan Islam minoritas Muslim di Afabubo sudah tak mampu lagi diukur dengan lembaran Dollar Amerika,mata
uang yang berlaku di Timor-Leste.Apa pasal?
Kemiskinan menjadi masalah pelik di Afabubo. Letaknya yang begitu jauh dengan Ibukota Dili menjadikan desa di
pelosok Lospalos ini tak dirawatoleh yang berkuasa di pemerintahan Timor-Leste.“Kami di daerah ini selalu gigitjari,
mau cari uang dari mana? Sayur dan padi yang kami tanam hanya untuk konsumsi satu kali panen.Tidak ada pasar
di sini.Tidak ada juga lauk karena kita mau beli lauk pakai uang apa?” kata Bukhari sembari membuang tatapan
kosong.
Berbincang dengan Bukhari,sorotwajahnya teduh,suaranya sedikitparau dengan nada bicara yang lambat,Bukhari
nampak sangatletih di siang itu.Katanya sejak pagi Ia merawatistrinya yang terus berteriak kesakitan di sekitar
lambung.“Mungkin istri Saya lambungnya luka karena belum makan apapun,” kata Bukhari.
Meskipun berjuang hidup berkalang
kemiskinan,Bukhari tidak pernah menyerah untuk melanjutkan sejarah panjang Muslim Afabubo.“Sebenarnya kalau
dari asal-usulnya,populasi Muslim di seluruh Timor-Leste ini paling banyak berasal dari Afabubo.Banyak Muslim
yang sekarang menetap di Dili,dulunya berasal dari Afabubo.Tapi sekarang Afabubo semakin sepi.Muslim hari ini
di Afabubo hanya ada 155 jiwa,31 Kepala Keluarga,” kata Bukhari.
Tugas beratBukhari adalah menjaga kemuliaan hati warga Afabubo yang sudah menyatakan diri sebagai Muslim.
Satu kenyataan unik,mayoritas populasi anak-anak di Afabubo sudah memilih Islam sebagai bagian dari hidupnya.
4. “Di sini,di Afabubo orang tua Kristen,tapi anaknya Islam semua.Itu kemarin ada seorang bapak Guru Agama
Katolik, tiga orang anaknya sudah mengakui Islam.Banyak sekali Mualaf kecil di sini.Tidak ada masalah,saya juga
tidak pernah sama sekali memaksa anak-anak itu.Malah orang tua mereka yang suruh datang anak-anaknya ke
Saya, belajar tentang agama.Belajar mengaji setelah salatMaghrib,” ujar Bukhari.
Maka wajar,ketika sapi Global Qurban diturunkan dari mobil pengangkut.Puluhan anak-anak Afabubo berlari
mengawal sapi sampai ke sebuah kebun tempatpemotongan,persis di sebelah rumah Bukhari.Keceriaan mereka
memupus semua rasa letih sepanjang perjalanan.
Afabubo jadi titik terakhir distribusi Global Qurban untuk Timor-Leste.Bahagia kurban dibagikan merata pada 155
jiwa Muslim Afabubo. Malam itu, daging sapi gurih menjadi menu lauk paling berharga.Entah sudah berapa tahu n
terakhir mereka di Afabubo hanya mengunyah lauk daun singkong sebagai menu makan.
“Terimakasih Global Qurban dan Aksi CepatTanggap sudah ingatKami di Afabubo. Jauh sekali dari Indonesia
sampai Lospalos.Lihat,anak-anak itu senang sekali bisa makan daging bakar.Bahagia untuk mereka itu sederhana.
Terimakasih,syukur Alhamdulillah,” kata Mama Paulina (55 tahun),salah satu generasi awal Mualafdi Afabubo sejak
dekade 70’an silam.Kini Mama Paulina sudah berganti nama menjadi Paulina Syamsiah. []
Penulis: ShulhanSyamsur Rijal dan LukmanSolehudin
-bersambung-