SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Lilis Afudoh
PGSD
3D/14
Eksistensialisme
Eksistensi dalamPenerapan Pembelajaran
Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh ahli filsafat asal Jerman, Martin Heidegger
(1889-1976), merupakan bagian filsafat dan akar metodologinya berasal dari metodologi
fenomenologi yang dikembangkan oleh hussel (1859 – 1938).
Kemunculan eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Soren Kierkegaard dan Nietzche.
Soren Kierkegaard ingin menjawab pertanyaan “bagaimanakah aku menjadi seorang diri
?”, dasar pertanyaan tersebut mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada pada
suatu system yang umum tetapi berada dalam eksistensi individu yang konkret.
Pandangan tersebut tentunya bukan suatu yang muncul dengan sendirinya, melainkan
sesuatu yang lahir ketika dunia mengalami krisis eksistensial, ketika manusia melupakan
sifat individualisnya. Kierkegaard berusaha untuk menemukan jawaban untuk pertanyaan
tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah,
keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan.
Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan karena membantu dalam
memberikan informasi tentang hakekat peserta didik sebagai dirinya sendiri baik secara
horisontal maupun secara vertikal. Disisi lain, kajian filosofis memberikan informasi yang
berkaitan dengan pengetahuan, sumber pengetahuan, nilai dan Seperti bagaimanakah
pengetahuan itu diperoleh, bagaimana manusia dapat memperoleh nilai tersebut.
Pendidikan disisi lain tidak bisa melepaskan tujuan untuk membentuk peserta didik yang
memiliki nilai-nilai mulai spritual, agama, kepribadian dan kecerdasan. Pendidikan kita
tidak sekedar menempatkan siswa sebagai alat produksi. Peserta didik harus dipandang
sebagai sumber daya yang utuh. Pendidikan tidak boleh terjebak pada teori-teori neoklasik,
suatu teori yang menempatkan manusia sebagai alat-alat produksi, dimana penguasaan
IPTEK bertujuan menupang kekuasaan dan kepentingan kapitalis. pendidikan tidak
memiliki basis pengembangan budaya yang jelas.
Menurut Kneller (1971), konsep belajar mengajar eksistensialisme dapat
diaplikasikan dari pandangan Martin Buber tentang “dialog”. Dialog
merupakan percakapan antara pribadi dengan pribadi, dimana setiap pribadi
merupakan subjek bagi yang lainnya. Menurut Buber kebanyakan proses
pendidikan merupakan paksaan. Anak dipaksa menyerah kepada kehendak
guru, atau pada pengetahuan yang tidak fpeksibel, dimna guru menjadi
penguasanya. Selanjutnya, buber mengemukakan bahwa, guru hendaknya
tidak boleh disamakan dengan seorang instruktur. Jika guru disamakan
dengan instruktur maka ia hanya akan merupakan perantara yang sederhana
antara materi pelajaran dan siswa. Seandainya ia hanya dianggap sebagai alat
untuk mentransfer pengetahuan, dan siswa akan menjadi hasil dari transfer
tersebut. Pengetahuan akan menguasai manusia, sehingga manusia akan
menjadi alat dan produk dri pengetahuan tersebut.
Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa memilih dan memberi
mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka menemukan
makna dari kehidupan mereka. Pendekatan ini berlawanan dengan keyakinan
banyak orang, tidak berarti bahwa para siswa boleh melakukan apa saja yang
mereka suka. Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa untuk
memikirkan dirinya dalam suatu dialog. Guru menyatakan tentang ide-ide
yang dimiliki siswa, dan mengajukan ide-ide lain, kemudian membimbing
siswa untuk memilih alternative-alternatif, sehingga siswa akan melihat
bahwa kebenaran tidak terjadi pada manusia melainkan dipilih oleh manusia.
Lebih dari itu, siswa harus menjadi factor dalam suatu drama belajar, bukan
penonton. Siswa harus belajar keras seperti gurunya. Guru harus mampu
membimbing dan mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa
mampu berpikir relative dengan melalui pertanyaan-pertanyaan. Dalam arti,
guru tidak mengarahkan dan tidak member instruksi. Guru hadir dalam kelas
dengan wawasan yang luas agar betul-betul menghasilkan diskusi tentang
mata pelajaran.
Peran guru dalam hal ini dapat
digambarkan ketika guru menyajikan
sejumlah teori sosial terhadap siswa-
siswanya. Dalam hal ini isi pelajaran
adalah sosiologi. Para siswa akan
merasa kebingungan jika sajian-sajian
teori itu tidak tepat sasaran dan tidak
sesuai dengan situasi sosial lingkungan
sekitarnya. Mereka harus berpikir dua
kali untuk mengasosiasikan teori
dengan kenyataan hidupnya dan
selanjutnya mencerna teori sajian guru.
Tiga masalah pokok yang melatarbelakangi keengganan
siswa untuk mempelajari sosiologi
1. masalah teknik pembelajaran yang tidak membutuhkan
motivasi siswa. Seharusnya proses pembelajaran itu dapat
memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah-
masalah seputar lingkungan sosialnya sekaligus dapat
membentuk opini pribadi terhadap masalah-masalah
tersebut. Disini, mereka bukan lagi dianggap kertas kosong
atau pribadi yang menerima secara pasif, pribadi yang tidak
mengetahui apa-apa, melainkan pribadi yang telah
berinteraksi dengan lingkungan dan berhak untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
2. Eksistensi guru bukan sebagai fasilitator yang
membelajarkan siswa, melainkan pribadi yang mengajar
atau menggurui siswa. Kalau hal ini menjadi prioritas
dengan pembelajaran, maka kesan negatif yang bisa
mematikan kreatifitas siswa pun timbul. Peran aktif siswa
dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuannya
sangat diutamakan. Guru hanya memfasilitasi siswa guna
mengikuti pola-pola kognitif dan memperlihatkan konsep
pengetahuannya itu dapat berlaku benar untuk setiap
keadaan.
3. Penyampaian pesan pembelajaran dengan media yang
kurang interaktif dan atraktif. Yang diharapkan dari siwa
adalah menyenangi pelajaran, merasa membutuhkan ilmu
itu serta dapat melaksanakan pesan pembelajaran. Siswa
dapat menterjemahkan isi pesan itu kedalam ranah-ranah
kognitif karena dari situlah sumber kompetensi baginya dan
haluan evaluasi bagi guru siswa dapat memilih keahlian
afektif dan psikomotorik yang bisa diukur.
Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri,
melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Siswa
memiliki kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan
di antara pilihan-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat
akan menghasilkan akibat, dimana siswa harus menerima akibat-akibat
tersebut sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selesai, karena
setiap akibat akan melahirkan kebutuhan untuk pilihan berikutnya.
Tindakan moral mungkin dilakukan untuk moral itu sendiri, dan
mungkin juga untuk suatu tujuan. Seseorang harus berkemampuan
untuk menciptakan tujuannya sendiri. Apabila siswa mengambil tujuan
individu atau kelompok, maka ia harus menjadikan tujuan-tujuan
tersebut sebagai miliknya, sebagai tujuan sendiri, yang harus ia capai
dalam setiap situasi. Jadi, tujuan diperoleh dalam situasi
T4 ppt

More Related Content

What's hot

Teori Humanistik Teaching
Teori Humanistik TeachingTeori Humanistik Teaching
Teori Humanistik TeachingOpie Noviyanti
 
Ppt (sudut pandang eksistensialis terhadap manusia pembelajar)
Ppt (sudut pandang eksistensialis  terhadap manusia pembelajar)Ppt (sudut pandang eksistensialis  terhadap manusia pembelajar)
Ppt (sudut pandang eksistensialis terhadap manusia pembelajar)Ainun Nazib
 
Makalah Teori Belajar Humanistik
Makalah Teori Belajar HumanistikMakalah Teori Belajar Humanistik
Makalah Teori Belajar HumanistikAkhmad Muzaka
 
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranharjunode
 
teori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikteori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikQuratul Aini
 
Teori Belajar Humanistik
Teori Belajar HumanistikTeori Belajar Humanistik
Teori Belajar HumanistikRozaq Fadlli
 
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahTeori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahnurasiyahnabil
 
Teori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
Teori Pembelajaran Humanisme Dan KontruktivismeTeori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
Teori Pembelajaran Humanisme Dan KontruktivismeErik Kuswanto
 
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
TEORI BELAJAR HUMANISTIKTEORI BELAJAR HUMANISTIK
TEORI BELAJAR HUMANISTIKRanny Rolinda R
 
psikologi Pendidikan -Teori humanistik
psikologi Pendidikan -Teori humanistikpsikologi Pendidikan -Teori humanistik
psikologi Pendidikan -Teori humanistikAnita Rahman
 
Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)
Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)
Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)Sriwijaya University
 

What's hot (20)

Makalah humanisme
Makalah humanismeMakalah humanisme
Makalah humanisme
 
Teori humanistic
Teori humanisticTeori humanistic
Teori humanistic
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
Teori Humanistik Teaching
Teori Humanistik TeachingTeori Humanistik Teaching
Teori Humanistik Teaching
 
Humanisme ppt
Humanisme pptHumanisme ppt
Humanisme ppt
 
Andragogii
AndragogiiAndragogii
Andragogii
 
Ppt (sudut pandang eksistensialis terhadap manusia pembelajar)
Ppt (sudut pandang eksistensialis  terhadap manusia pembelajar)Ppt (sudut pandang eksistensialis  terhadap manusia pembelajar)
Ppt (sudut pandang eksistensialis terhadap manusia pembelajar)
 
Makalah Teori Belajar Humanistik
Makalah Teori Belajar HumanistikMakalah Teori Belajar Humanistik
Makalah Teori Belajar Humanistik
 
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
 
teori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikteori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistik
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistik
 
Teori Belajar Humanistik
Teori Belajar HumanistikTeori Belajar Humanistik
Teori Belajar Humanistik
 
Eksistensialisme
EksistensialismeEksistensialisme
Eksistensialisme
 
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahTeori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
 
Teori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
Teori Pembelajaran Humanisme Dan KontruktivismeTeori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
Teori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
 
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
TEORI BELAJAR HUMANISTIKTEORI BELAJAR HUMANISTIK
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
 
psikologi Pendidikan -Teori humanistik
psikologi Pendidikan -Teori humanistikpsikologi Pendidikan -Teori humanistik
psikologi Pendidikan -Teori humanistik
 
Aliran essensialisme
Aliran  essensialismeAliran  essensialisme
Aliran essensialisme
 
Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)
Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)
Teori humanistik (Belajar dan Pembelajaran)
 
Teori konstruktive
Teori konstruktiveTeori konstruktive
Teori konstruktive
 

Viewers also liked

Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled PresentationlilisHidayat
 
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan PembelajaranPOWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan PembelajaranlilisHidayat
 
Tinjau pustaka dan kerangka teori
Tinjau pustaka dan kerangka teoriTinjau pustaka dan kerangka teori
Tinjau pustaka dan kerangka teorilarasati78
 
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Adi Wibowo
 

Viewers also liked (8)

Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled Presentation
 
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan PembelajaranPOWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
 
Tinjau pustaka dan kerangka teori
Tinjau pustaka dan kerangka teoriTinjau pustaka dan kerangka teori
Tinjau pustaka dan kerangka teori
 
nkp resume
nkp resumenkp resume
nkp resume
 
myCv_ashik
myCv_ashikmyCv_ashik
myCv_ashik
 
Anubhav Srivastava cv
Anubhav Srivastava cvAnubhav Srivastava cv
Anubhav Srivastava cv
 
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
 
Gangguan haid
Gangguan haidGangguan haid
Gangguan haid
 

Similar to T4 ppt

Konstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiranKonstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiranDedi Yulianto
 
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistikTeori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistikfiro HAR
 
Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.
Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.
Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.Cak guru
 
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)Dedi Yulianto
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniAwal Akbar Jamaluddin
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranDaedaeha S
 
Makalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranMakalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranPujiati Puu
 
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptxPertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptxPetrusAdiyelsonNikoN
 
Kel 4 Filsafat Pendidikan.pdf
Kel 4 Filsafat Pendidikan.pdfKel 4 Filsafat Pendidikan.pdf
Kel 4 Filsafat Pendidikan.pdfpgmiidaqu
 
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Adelia Hardini
 
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Adelia Hardini
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistikandittrio
 

Similar to T4 ppt (20)

Konstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiranKonstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiran
 
Artikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar PembelajaranArtikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar Pembelajaran
 
Power point filsafat
Power point filsafatPower point filsafat
Power point filsafat
 
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistikTeori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
 
Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.
Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.
Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.
 
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
 
Idealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikanIdealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikan
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaran
 
KB2.pdf
KB2.pdfKB2.pdf
KB2.pdf
 
Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4Modul 6 kb 4
Modul 6 kb 4
 
Makalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranMakalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaran
 
Teori humanis
Teori humanisTeori humanis
Teori humanis
 
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptxPertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
 
Kel 4 Filsafat Pendidikan.pdf
Kel 4 Filsafat Pendidikan.pdfKel 4 Filsafat Pendidikan.pdf
Kel 4 Filsafat Pendidikan.pdf
 
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
 
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
Kelompok 4 (erfina, galih, yessi)
 
Filsafat guru
Filsafat guruFilsafat guru
Filsafat guru
 
Asas Falsafah
Asas FalsafahAsas Falsafah
Asas Falsafah
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
 

T4 ppt

  • 3. Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh ahli filsafat asal Jerman, Martin Heidegger (1889-1976), merupakan bagian filsafat dan akar metodologinya berasal dari metodologi fenomenologi yang dikembangkan oleh hussel (1859 – 1938). Kemunculan eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Soren Kierkegaard dan Nietzche. Soren Kierkegaard ingin menjawab pertanyaan “bagaimanakah aku menjadi seorang diri ?”, dasar pertanyaan tersebut mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu system yang umum tetapi berada dalam eksistensi individu yang konkret. Pandangan tersebut tentunya bukan suatu yang muncul dengan sendirinya, melainkan sesuatu yang lahir ketika dunia mengalami krisis eksistensial, ketika manusia melupakan sifat individualisnya. Kierkegaard berusaha untuk menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan.
  • 4. Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan karena membantu dalam memberikan informasi tentang hakekat peserta didik sebagai dirinya sendiri baik secara horisontal maupun secara vertikal. Disisi lain, kajian filosofis memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan, sumber pengetahuan, nilai dan Seperti bagaimanakah pengetahuan itu diperoleh, bagaimana manusia dapat memperoleh nilai tersebut. Pendidikan disisi lain tidak bisa melepaskan tujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki nilai-nilai mulai spritual, agama, kepribadian dan kecerdasan. Pendidikan kita tidak sekedar menempatkan siswa sebagai alat produksi. Peserta didik harus dipandang sebagai sumber daya yang utuh. Pendidikan tidak boleh terjebak pada teori-teori neoklasik, suatu teori yang menempatkan manusia sebagai alat-alat produksi, dimana penguasaan IPTEK bertujuan menupang kekuasaan dan kepentingan kapitalis. pendidikan tidak memiliki basis pengembangan budaya yang jelas.
  • 5. Menurut Kneller (1971), konsep belajar mengajar eksistensialisme dapat diaplikasikan dari pandangan Martin Buber tentang “dialog”. Dialog merupakan percakapan antara pribadi dengan pribadi, dimana setiap pribadi merupakan subjek bagi yang lainnya. Menurut Buber kebanyakan proses pendidikan merupakan paksaan. Anak dipaksa menyerah kepada kehendak guru, atau pada pengetahuan yang tidak fpeksibel, dimna guru menjadi penguasanya. Selanjutnya, buber mengemukakan bahwa, guru hendaknya tidak boleh disamakan dengan seorang instruktur. Jika guru disamakan dengan instruktur maka ia hanya akan merupakan perantara yang sederhana antara materi pelajaran dan siswa. Seandainya ia hanya dianggap sebagai alat untuk mentransfer pengetahuan, dan siswa akan menjadi hasil dari transfer tersebut. Pengetahuan akan menguasai manusia, sehingga manusia akan menjadi alat dan produk dri pengetahuan tersebut.
  • 6. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka menemukan makna dari kehidupan mereka. Pendekatan ini berlawanan dengan keyakinan banyak orang, tidak berarti bahwa para siswa boleh melakukan apa saja yang mereka suka. Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa untuk memikirkan dirinya dalam suatu dialog. Guru menyatakan tentang ide-ide yang dimiliki siswa, dan mengajukan ide-ide lain, kemudian membimbing siswa untuk memilih alternative-alternatif, sehingga siswa akan melihat bahwa kebenaran tidak terjadi pada manusia melainkan dipilih oleh manusia. Lebih dari itu, siswa harus menjadi factor dalam suatu drama belajar, bukan penonton. Siswa harus belajar keras seperti gurunya. Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa mampu berpikir relative dengan melalui pertanyaan-pertanyaan. Dalam arti, guru tidak mengarahkan dan tidak member instruksi. Guru hadir dalam kelas dengan wawasan yang luas agar betul-betul menghasilkan diskusi tentang mata pelajaran.
  • 7. Peran guru dalam hal ini dapat digambarkan ketika guru menyajikan sejumlah teori sosial terhadap siswa- siswanya. Dalam hal ini isi pelajaran adalah sosiologi. Para siswa akan merasa kebingungan jika sajian-sajian teori itu tidak tepat sasaran dan tidak sesuai dengan situasi sosial lingkungan sekitarnya. Mereka harus berpikir dua kali untuk mengasosiasikan teori dengan kenyataan hidupnya dan selanjutnya mencerna teori sajian guru.
  • 8. Tiga masalah pokok yang melatarbelakangi keengganan siswa untuk mempelajari sosiologi 1. masalah teknik pembelajaran yang tidak membutuhkan motivasi siswa. Seharusnya proses pembelajaran itu dapat memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah- masalah seputar lingkungan sosialnya sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah-masalah tersebut. Disini, mereka bukan lagi dianggap kertas kosong atau pribadi yang menerima secara pasif, pribadi yang tidak mengetahui apa-apa, melainkan pribadi yang telah berinteraksi dengan lingkungan dan berhak untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
  • 9. 2. Eksistensi guru bukan sebagai fasilitator yang membelajarkan siswa, melainkan pribadi yang mengajar atau menggurui siswa. Kalau hal ini menjadi prioritas dengan pembelajaran, maka kesan negatif yang bisa mematikan kreatifitas siswa pun timbul. Peran aktif siswa dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuannya sangat diutamakan. Guru hanya memfasilitasi siswa guna mengikuti pola-pola kognitif dan memperlihatkan konsep pengetahuannya itu dapat berlaku benar untuk setiap keadaan. 3. Penyampaian pesan pembelajaran dengan media yang kurang interaktif dan atraktif. Yang diharapkan dari siwa adalah menyenangi pelajaran, merasa membutuhkan ilmu itu serta dapat melaksanakan pesan pembelajaran. Siswa dapat menterjemahkan isi pesan itu kedalam ranah-ranah kognitif karena dari situlah sumber kompetensi baginya dan haluan evaluasi bagi guru siswa dapat memilih keahlian afektif dan psikomotorik yang bisa diukur.
  • 10. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Siswa memiliki kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan di antara pilihan-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana siswa harus menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selesai, karena setiap akibat akan melahirkan kebutuhan untuk pilihan berikutnya. Tindakan moral mungkin dilakukan untuk moral itu sendiri, dan mungkin juga untuk suatu tujuan. Seseorang harus berkemampuan untuk menciptakan tujuannya sendiri. Apabila siswa mengambil tujuan individu atau kelompok, maka ia harus menjadikan tujuan-tujuan tersebut sebagai miliknya, sebagai tujuan sendiri, yang harus ia capai dalam setiap situasi. Jadi, tujuan diperoleh dalam situasi