SlideShare a Scribd company logo
ETIKA DAN MORALITAS DALAM PENDIDIKAN JASMANI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Kapita Selekta Keilmuan Olahraga
Yang dibina oleh Dr. Sapto Adi, M. Kes
OLEH
Awal Akbar Jamaluddin
160614801335
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
NOVEMBER 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keseluruhan proses pendidikan di Perguruan Tinggi maupun di Sekolah,
pembelajaran merupakan aktivitas yang paing utama. Ini berarti bahwa
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana
proses pembelajaran dapat berlangsung secara akuntabel. Salah satu 2 faktor yang
mempengaruhi hal tersebut adalah Guru/Dosen selaku pendidik dan
Siswa/Mahasiswa selaku peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, tugas Guru/Dosen adalah sebagai perencana,
pelaksana, dan sebagai penilai keberhasilan peserta didik itu sendiri. Semua tugas
tersebut dilaksanakan dalam upaya untuk membantu membelajarkan peserta didik
untuk mendapatkan pengetahuan, kemhiran dan keterampilan, serta nilai sikap
tertentu. Agar peserta didik mempunyai nilai dan sikap yang diharapkan, dalam arti
sesuai dengan standart yang berlaku umum di masyarakat, pendidik harus pula
melaksanakan tugasnya berdasarkan standar moral dan etika tenrtentu.
Selama ini masalah etika dan moral yang berlaku pada proses pembelajaran di
sekolah dan perguruan tinggi kurang mendapat perhatian, sehingga pendidik masih
melaksanakan tugas sesuai dengan keinginannya sendiri atau institusinya, bukan
berdasarkan standar etika dan moral yang berlaku. Salah satu contohnya, adalah
saat Guru/Dosen memberikan penilaian kepada peserta didik secara tidak adil.
Misalnya, peserta didik dianggap dekat, atau karena cantik, atau karena sebab
lainnya, meskipun hasil belajarnya tidak baik tetapi diberikan nilai yang tinggi,
sebaliknya peserta didik yang pada dasarnya berkompeten untuk mendapatkan nilai
bagus tapi karena tidak menjalin keakraban dengan tenaga pendidik sehingga
mendapat nilai yang sama atau bahkan lebih rendah, atau pendidik memberi nilai
tanpa melihat hasil pekerjaan peserta didiknya.
Mengacu pada kasus diatas maka materi etika dan moral dianggap perlu
dimasukkan dalam program pembelajaran terkhusus pada pembelajaran pendidikan
jasmani, karena melalui gerak kita bisa mengajarkan anak didik kita tentang
pentingnya etika dan moral untuk menjadi bahan ajar yang prioritas, dengan
mengkhususkan Guru/Dosen dan peserta didik dalam proses pembelajaran. perilaku
Guru/Dosen dan peserta didik harus didasarkan atas pertimbangan etika dan moral
sebagai sarana untuk membantu peserta didik dalam mempengaruhi pembentukan
pribadinya secara positif melalui perilaku yang diteladankan oleh pendidik itu
sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa Itu Etika ?
2. Apa Itu Moral ?
3. Apa Perbedaan Arti Etika Dan Moral?
4. Manfaat Etika dan Moral Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani ?
5. Bagaimana Cara Menyikapi dan Melaksanakan Etika dan Moral Pembelajaran
?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat dituliskan tujuan penulisan sebagai berikut
:
1. Mengetahui Pengertian Etika
2. Mengetahui Pengertian Moral
3. Mengetahui Perbedaan Arti Etika Dan Moral
4. Mengetahui Manfaat Etika dan Moral Dalam Pembelajaran Pendidikan
Jasmani
5. Mengetahui Cara Menyikapi dan Melaksanakan Etika dan Moral Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ETIKA
Secara etimologi (kebahasaan), etika berasal dari bahasa yunani, ethos. Dalam
bentuk tunggal, ethos bermakna tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, ahlak, perasaan, dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak,
ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat, etika diartikan sebagai ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika dibedakan
menjadi tiga pengertian utama, yakni: ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban
moral, kumpulan asas atau nilai yang berkembang dengan ahlak, dan nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. (Abdullah & Safarina,
2016:87)
Etika adalah sebuah cabang filsafat yang membicarakan tentang nilai dan norma
moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat,
etika sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli
nilai dan norma moral tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul
dalam kaitan dengan nilai dan norma moral. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan
rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam
sikap serta pola perilaku hidupmanusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok.
Menurut Bertens (1999:6) etika mempunyai tiga arti, yakni: Pertama, etika
dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa
dirumuskan juga sebagai sistem nilai dapat berfungsi dalam hidup manusia
perorangan maupun pada taraf sosial. Kedua, etika dalam arti kumpulan asas atau
nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik. Ketiga, etika dalam arti ilmu
tentang yang baik dan buruk. Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-
kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai yang dianggap baik dan buruk) yang
begitu saja diterima oleh masyarakat-masyarakat seringkali tanpa disadari menjadi
bahan refleksi bagi suatu penelitian yang sistematis dan metodis. Etika disini sama
artinya dengan filsafat moral.
Menurut Algernon D Black (1990:11) etika adalah ilmu yang mempelajari cara
manusia memperlakukan sesamanya dan apa arti hidup yang baik. Etika
mempertanyakan pandangan orang dan mencari kebenarannya.
Darmodiharjo dan Shidarta mengatakan dalam (Abdullah & Safarina, 2016:87).
(1). Etika berkaitan dengan cara perbuatan yang harus dilakukan seseorang atau
kelompok tertentu, etika memberikan norma tentang perbuatan, etika bertalian
dengan apakah suatu perbuatan dapat dilakukan antara ya dan tidak. (2). Dalam
perlakuan etika tidak memperhatikan orang lain,bukan hanya pada lingkup sosial
saja tapi pada lingkup individu. (3). Etika bersifat mutlak, dan prinsip etika sangat
universal dan tidak bisa ada proses tawar-menawar. (4). Etika bertalian dengan
dimensi internal manusia.
B. PENGERTIAN MORAL
Istilah moral kadang-kadang dipergunakan sebagai kata yang sama artinya
dengan “etika”. “Moral” berasal dari kata latin mos, moris (adat, istiadat, kebiasaan,
cara, tingkah laku, kelakuan), mores (adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, ahlak,
cara hidup (Lorens Bagus, 1996:672). Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa
lain, termasuk bahas Indonesia (kamus Bahasa Indonesia, 1988), mores masih
dipakai dalam arti yang sama. Jadi etimologi kata “etika” sama dengn etimologi
kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Hanya
bahasa asalnya berbeda: etika dari bahasa Yunani,dan moral dari bahasa Latin. Jika
kita sekarang memandang arti kata “moral”, perlu kita simpulkan bahwa artinya
sama dengan “etika”, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya,
kita mengatakan, bahwa perbuatan si A tidak bermoral, artinya, kita menganggap
perbuatan si A melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam
masyarakat. Istilah moral lebih sering dipergunakan untuk menunjukkan kode,
tingkah laku dan adat atau kebiasaan dari individu atau kelompok-kelompok,
seperti bila seseorang membicarakan tentang moral orang lain. Disini moral sama
artinya dengan kata Yunani ethos dan kata Latin Mores (Dagobert D Runes:
1977:202). Moral adalah hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan-
tindakan yang baik sebagai “kewajiban” atau “norma”. Moral dapat diartikan
sebagai sarana untuk mengukur benar-tidaknya tindakan manusia.
Helden (1977) dan Richards (1971) merumuskan pengertian moral sebagai
suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan
tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip
dan aturan-aturan. Atkinson (1969) mengemukakan moral atau moralitas
merupakan pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan
tidak dapat dilakukan. Selain itu moral juga merupakan seperangkat keyakinan
dalam suatu masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan dan apa yang
harus dicoba dilakukan oleh manusia.
Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”, hanya
lebih abstrak. Bila kita berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya, segi
moral suatu perbuatan atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan baik dan
buruk. Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik
sebagai manusia. Moralitas ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah,
nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara
turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu. Isi ajaran adalah tentang
bagaimana manusia harus hidup yang baik dan bagaimana manusia harus
menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Moralitas adalah kualitas dalam
perbuatan manusia yang berkaitan dengan baik dan buruk.
Moral dihubungkan dengan kewajiban khusus, dihubungkan dengan norma
sebagai cara bertindak yang berupa runtutan entah relative entah mutlak. Jadi,
”moral” merupakan wacana normative dan imperative yang diungkapkan dalam
konteks baik/buruk, benar/salah yang dipandang sebagai nilai mutlak atau
transenden. Isisnya berupa kewajiban-kewajiban. Konsep “moral” merujuk kepada
semua aturan dan norma yang berlaku, yang diterima oleh masyarakat tertentu
sebagai pegangan dalam bertindak, dan diungkapkan dalam konteks baik dan
buruk, benar dan salah.
C. PERBEDAAN ARTI ETIKA DAN MORAL
Haryatmoko dalam (Abdullah & Safarina, 2016:87) mengungkapkan bahwa
konsep “etika” sering digunakan sebagai persamaan dengan “moral”. Di balik
kedua istilah ini, terkandung nuansa dua tradisi pemikiran filsafat moral berbeda.
Aristoteles, dalam buku Ethique a’Nicomaque, menulis selain kata ‘ethos’, yang
bermakna “kualitas atau sifat” digunakan juga istilah ‘ethos’, yang bermakna
kebiasaan. Arti ‘ethos’ adalah suatu cara berfikir dan merasakan, cara bertindak dan
bertingkah laku yang memberi ciri khas cara kepemilikan seorang terhadap
kelompok. Istilah yang kedua ini relevan dengan terjemahan kata “moralis” (mos,
moris=adat, kebiasaan) dalam bahasa Latin. Istilah moralis selanjutnya menjadi
istilah teknis yang tidak lagi berarti kebiasaan, tetapi mengandung arti “moral”
sebagaiman digunakan dalam defenisi terkini. Edi Harapan dan Syarwani Ahmad,
dalam kegiatan sehari-hariterdapat perbedaan, yakni moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan. Dua istilah itu selalu ada dalam kehidupan
manusia, dalam interaksi sosial satu sama lain.
Etika dilihat sebagai suatu refleksi filosofis tentang moral. Etika merupakan
wacana normative (tidak selalu berupa perintah yang mewajibkan, karena dapat
pula kemungkinan bertindak) yang membicarakan tentang baik dan buruk. Etika
lebih dilihat sebagai seni hidup yang mengarahkan ke kebahagiaan dan
kebijaksanaan. Paul ricoeur (1990) mengatakan istilah “moral” dan “etika”
dihubungkan pada dua tradisi pemikiran filsafat yang berbeda. Istilah “moral”
dihubungkan dengan tradisi pemikiran filosofis Immanuel Kant (sudut pandang
deontology). Moral meruju ke kewajiban, norma, prinsip bertindak , imperative
(“kategoris”=aturan aturan atau norma yang berasal dari akal budi yang merujuk ke
dirinya sendiri sebagai keharusan). Etika dihubungkan dengan tradisi Aristoteles
yang bersifat “teleologis” (telos=finalitas atau tujuan). Paul Riceour
mendefenisikan “etika” sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang
lain didalam institusi yang adil. Biasanya etika lebih di pahami sebagai refleksi atas
baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik
atau benar. Moral merujuk pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa
yang seharusnya dilakukan. Tekanan etika diletakkan pada dimensi reflektif dalam
upaya mencari bagaimana bertindak (bukan hanya kepatuhan pada norma).
Mufid dalam (Abdullah & Safarina, 2016:87). Mengungkapkan bahwa, etika
lebih condong kea rah ilmu tentang baik atau buruk. Etika lebih dikenal dengan
kode etik. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan/atau nilai yang
berkenaan dengan baik-buruk. Ada dua kaidah dasar moral; pertama, kaidah sikap
baik, dimana seseorang seharusnya bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana
sikap baik, baik itu harus dinyatakan dalam bentuk konkret, tergantung dari apa
yang baik dalam situasi konkret itu. Kedua, kaidah keadilan, di mana sebagai
prinsip kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain,
kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentunya
disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.
Etika dan moral mempunyai fungsi sama, yaitu memberi orientasi bagaimana
kita harus melangkah dalam hidup ini. Perbedaanya, moralitas langsung
mengatakan kepada kita, “inilah cara anda harus melangkah”. Sedangkan etika
mempersoalkan “apakah saya harus melangkah dengan cara itu?” dan “mengapa
saya harus melangkah dengan cara itu?” Etika sebagai ilmu tentang tingkah laku
manusia tidak saja mempertanyakan alasan terjadinya dan baik tidaknya tindakan
itu; melainkan juga, apa akibatnya secara lahir dan batin. Atas dasar itulah, etika
lebih dalam dan lebih luas daripada moral. Moral dan etika saling berkaitan, sebab
kalau kita berbicara moral sudah tentu berbicara tentang etika, dan sebaliknya.
D. MANFAAT ETIKA DAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI
Mengapa etika dan moral harus dipelajari bagi calon pendidik ?Berdasarkan studi
evaluative yang dilakukan pada beberapa perguruan tinggi dan sekolah-sekolah dan
berdasarkan informasi yang ada pada masing masing perguruan tinggi dan sekolah
masalah etika dan moral pembelaajaran masih kurang mendapatkan perhatian dari
para pendidiknya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kasus-kasus yang dijumpai
dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu :
1. Dosen/Guru (pendidik) dalam membelajarkan peserta didik kurang menguasai
bidang keilmuan yang diajarkan dan atau mengajarkan materi yang tidak sesuai
dengan bidang keahliannya, sehingga dampaknya adalah pendidik tadi kurang
menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk memberkan balikan
terhadap materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Selain itu, bila ada peserta
didik yang mengajukan komentar, atau pertanyaan terhadap materi yang
disampaikan kepada dosen, ditanggapi secara emosional. Disamping itu dosen
juga membatasi kesempatan mahasiswa untuk bertanya dengan alasan waktunya
sangat terbatas, sudah habis ataumenugaskan untuk mendiskusikan masalah yang
ditanyakan tersebut dengan teman.
Contoh : ketika seorang peserta didik menanyakan, bagaimana cara melakukan
rool ke depan dengan baik dan benar ? lantas pendidik tadi menegurnya dengan
keras, bukankah kalian telah saya berikan materi, silahkan dikembangkan.
2. Dosen/Guru (pendidik) membelajarkan peserta didik secara disadari maupun
tidak dapatmemunculkan ucapan-ucapan yang merendahkan kemampuan peserta
didik, menyudutkan peserta didik, menyinggung perasaan peserta didik, dan
semacamnya sehingga menimbulkan perasaan tidak senang pada Dosen/Guru
(pendidik) itu sendiri yang berdampak pada tidak harmonisnya hubungan
pendidik dan peserta didik.
Contoh: Ketika dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani salah satu peserta
didik memiliki kekurangan fisik lantas kita selaku pendidik kemudian
mengumbar kekurangan fisik peserta didik tersebut di depan teman-temannya.
3. Dosen/Guru (pendidik) dapat dianggap mempermalukan peserta didik, saat
menegur mahasiswa yang dianggap melakukan pelanggaran, dengan bahasa yang
cukup keras. Misalnya, saat Dosen/Guru (pendidik) mengajar, ada peserta didik
yang berbicara dengan teman sebelahnya dengan suara keras, sehingga pendidik
tadi menegur peserta didik tersebut dengan keras. Teguran itu membuat peserta
didik merasa dipermalukan dihadapan teman-teman sekelasnya. Contoh lain,
misalnya ada peserta didik yang menyontek pada waktu ujian harian/tengah
semester mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan diketahui oleh Dosen/Guru
(pendidik), kemudian pendidik tadi mengambil contekan/pekerjaan peserta didik
tersebut dan disobek di hadapan teman-temannya. Sehingga peserta didik tadi
merasa dipermalukan.
4. Dosen/Guru (pendidik) dapat dianggap menilai rendah disiplin ilmu lainnya, jika
dihadapan peserta didik, ia mengatakan bahwa ilmu lain tidak penting, yang
penting adalah ilmu yang sedang dipelajari, yang oleh sebab itu harus
diperhatikan dan dicermati secara penuh.
Contoh: Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dosen/guru mengatakan bahwa
Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang harus diprioritaskan karena
berhubungan dengan kesehatan dan kesehatanlah yang paling penting,
pembelajaran yang lain hadapi saja dengan santai.
5. Dosen/Guru (pendidik) dalam proses pembelajarannya tidak mentolerir
tanggapan pendapat peserta didik yang berlainan dengan pendapat pendidik tadi;
sehingga karena takut pada guru atau dosennya, peserta didik bersikap menerima
saja segala sesuatu yang diperbuat oleh dosen/guru terhadapnya.
6. Dosen/Guru (pendidik) tidak mempercerah proses pembelajaran dengan menjadi
dosen/guru “killer” atau dosen “momok”, bahkan akan menghambat pencapaian
tujuan pembelajaran. hubungan dosen/guru dengan peserta didik yang kaku, yang
berdasarkan atas rasa takut, taka da keakraban, atau tidak adanya hubungan
kejiwaan yang baik, dapat menimbulkan beban mental pada peserta didik, yang
dapat berakibat pada kegagalan belajar bagi peserta didik.
Hal tersebut tentunya tidak boleh dibiarkan dan harus dihindari Dosen maupun
Guru sebab akanberdampak padahasil pembelajaran di PTmaupun di sekolah, sebab
pembelajaran merupakan aktivitas utama untuk mencapai keberhasilan tujuan
pendidikan. Tidak terkecuali pendidikan jasmani itu sendiri. Untuk membantu para
Pengajar dalam mencapai hasil yang diharapkan, pengajar harus dapat menerapkan
pembelajaran yang sesuai dengan etika dan moral yang berlaku pada pembelajaran di
Perguruan Tinggi maupun di sekolah.
Identifikasi karakter penjas dan olahraga dan nilai-nilai moral yang
ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam aktivitas olahraga yang
diharapkan akan menjadi perilaku otomatis oleh siswa dalam prosesnya
bermasyarakat :
1. Rasa hormat
a. Dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Menghormati orang lain
2) Menghormati peralatan bermain
3) Menghormati pada lingkungan
4) Menghormati pada diri sendiri
b. Dalam Aktivitas Olahraga
1) Menghormati peraturan permainan dan tradisinya
2) Menghormati lawan bermain
3) Menghormati para offisial
4) Menghormati kemenangan atau kekalahan
2. Bertanggung Jawab
a. Dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Memenuhi kewajiban diri
2) Dapat dipercaya
3) Dapat mengontrol diri sendiri
4) Gigih
b. Dalam Aktivitas Olahraga
1) Persiapkan diri sendiri untuk menjadi yang terbaik
2) Tepat waktu saat berlatih dan bermain
3) Disiplin diri
4) Dapat bekerja sama dengan kawan setim
3. Peduli
a. Dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Menghibur orang lain dan berempati
2) Mudah memberi maaf
3) Murah hati dan sayang (baik hati)
4) Menghindari mementingkan diri sendiri atau licik/nakal
b. Dalam Aktivitas Olahraga
1) Bantu kawan setim untuk bermain yang terbaik
2) Mendukung kawan setim saat kacau
3) Murah hati dengan pujian; pelit dengan kritikan
4) Bermain untuk tim, bukan untuk diri sendiri
4. Jujur
a. Dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Jujur dan terus terang
2) Bertindak dengan ketulusan hati
3) Dapat dipercaya
4) Berani melakukan sesuatu yang benar
b. Dalam Aktivitas Olahraga
1) Bermain sesuai dengan aturan
2) Setia pada tim
3) Bermain bebas dari obat-obatan
4) Mengaku atas kesalahan sendiri
5. Adil
a. Dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Mengikuti aturan yang baik
2) Toleransi (lapang dada) dengan orang lain
3) Mau berbagi dengan orang lain
4) Hindari mengambil keuntungan dari orang lain
b. Dalam Aktivitas Olahraga
1) Perlakukan pemain lain seperti perlakuan orang lain terhadap anda
2) Jujur dengan semua pemain, termasuk pemain yang berbeda sekalipun
3) Beri pemain lain kesempatan
4) Bermain untuk menang dengan mengikuti peraturan
6. Menjadi Warga Masyarakat Yang Baik
a. Dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Menaati hukum dan peraturan
2) Terdidik dan menyatakan yang sebenarnya
3) Memberikan sumbangan kepada masyarakat
4) Melindungi orang lain
b. Dalam Aktivitas Olahraga
1) Menjadi model (contoh) yang baik
2) Berjuang untuk yang terbaik
3) Berikan masukan pada olahraga
4) Mendorong kawan seregu untuk menjadi masyarakat yang baik
E. CARA MENYIKAPI DAN MELAKSANAKAN ETIKA DAN MORAL
PEMBELAJARAN
Sebagai seorang professional, Guru maupun Dosen harus memahami apa etika
dan moral pembelajaran itu, mengapa etika dan moral pembelajaran itu diperlukan,
serta bagaimana cara menyikapi dan melaksanakan etika dan moral dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Guru/Dosen menyikapi secara positif pentingnya etika dan moral dalam
pembelajaran. dari sikap positif tersebut, Guru/Dosen akan mempunyai komitmen
yang tinggi untuk menerapkan etika dan moral dalam pembelajaran sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas kemampuan profesionalnya. Hal demikian tidak
berlaku hanya pada Guru/Dosen saja melainkan juga berlaku pada peserta didik itu
sendiri, peserta didik pun di haruskan untuk bisa memahami etika dan moral dalam
berprilaku agar keharmonisan dalam proses pembelajaran antara Pendidik dan
peserta didik tetap terjalin.
C.E Vandzandt (1990) mengemukakan bahwa kualitas professional ditunjukkan
oleh lima unjuk kerja, yaitu: (1). Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku
yang mendekati standart ideal, (2). Meningkatkan dan memelihara citra profesi, (3).
Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional
yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilan,
(4). Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, dan (5). Memiliki kebanggaan
terhadap profesi. Berdasarkan pada apa yang dikemukakan oleh C.E. Vandzandt,
maka penyikapan secara positif terhadap etika dan moral pembelajaran akan
menunjang kualitas professional yang ditandai oleh kelima unjuk kerja diatas.
Disamping itu juga sesuai dengan tugas Guru/Dosen dalam pengelolaan
pembelajaran yang meliputi (1). Membangun hubungan baik dengan peserta didik,
(2). Menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi belajar, (3).
Mengorganisasi belajar, (4). Melaksanakan pembelajaran dengan tepat, (5).
Mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, dan (6). Melaporkan hasil
belajar peserta didik kepada orang tua yang berguna bagi orientasi masa depan
peserta didik.
Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan
perlakuan terhadap objek yang disikapinya. (Prayitno dan Erman Amti, 1999).
Unsur kognisi mengacu kepada wawasan, keyakinan, pemahaman, pertimbangan
dan pemikiran pendidik tentang hakikat peserta didik, pengaruh lingkungan dan
hakikat pembelajaran.
Unsur-unsur kognisi yang mendasari penyikapan terhadap etika dan moral
pembelajaran ialah sebagai berikut :
1. Keyakinan bahwa peserta didik sebagai mahluk sosial yang sedang dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan yang sarat dengan masalah etika dan moral.
2. Pemahaman bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani peserta
didik dapat belajar dari berbagai sumber, termasuk dari Guru/Dosen yang penuh
dengan muatan etika dan moral.
3. Pemahaman bahwa pembelajran pendidikan jasmani yang diberikan oleh
Guru/Dosen mampu memberikan manfaat pada peserta didik bila didasarkan
pada etika dan moral pembelajaran,
4. Pertimbangan dan pemikiran cermat, jernih, teliti, manusiawi, dan penuh
tanggungjawab yang dilandasi etika dan moral akan mampu membelajarkan
peserta didik menuju pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Unsur-unsur kognisi diatas dapat diturunkan kedalam bentuk-bentuk pola
perilaku afektif, misalnya:
1. Memberikan penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap
kehidupan manusia yang penuh muatan etika dan moral, baik sebagai individu
maupun kelompok
2. Memiliki komitmen yang tinggi untuk menerapkan etika dan moral
pembelajaran dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sebagai upaya
untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Berupaya , sesuai dengan keahlian yang dimiliki, ikut mengimplementasikan
dan mengembangkan secara optimal etika dan moral pembelajaran pada
mahasiswa secara professional dalam proses pembelajaran.
4. Berusaha seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang dimiliki untuk
membelajarkan peserta didik dengan dilandasi oleh etika dan moral
pembelajaran, dan dengan cara setepat mungkin.
5. Bersikap positif terhadap pentingnya etika dan moral pembelajaran, dan
diwujudkan dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran.
6. Dengan penuh kesadaran mengembangkan wawasan, ide-ide, strategi, tehnik-
tehnik serta menerapkan etika dan moral pembelajaran secara tepat terhadap
peserta didik yang menjadi sasaran pembelajaran.
Penyikapan-penyikapan secara afeksi tersebut lebih lanjut dapat secara nyata
diwujudkan dalam bentuk perlakuan terhadap peserta didik. Bentuk-bentuk
perlakuan itu antara lain :
1. Membelajarkan peserta didik tentang konsep pendidikan jasmani dan tehnik
dasar setiap cabang olahraga yang sudah menjadi rancangan sebelumnya, yang
dilandasi etika dan moral pembelajaran
2. Mengembangkan wawasan tentang etika dan moral pembelajaran secara rinci
dalam pola perilaku Guru/Dosen terhadap peserta didik begitupun sebaliknya
3. Mengembangkan strategi dan menerapkan tehnik-tehnik yang tepat untuk
mengatasi permasalahan peserta didik yang dilandasi etika dan moral
pembelajaran.
4. Mengkaji upaya pelaksanaan pembelajaran yang dilandasi etika dan moral,
melalui pendidikan jasmani.
BAB III
KESIMPULAN
Masalah etika dan moral dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di
Perguruan Tinggi maupun sekolah merupakan hal penting yang harus diperhatikan
oleh para pendidik pada khususnya dan peserta didik pada umumnya karena mereka
saling berhubungan untuk mencapai stabilitas pembelajaran.
Pengertian etika dan moral terkadan serupa yaitu adat, kebiasaan, atau nilai-
nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Meskipun demikian terkadang etika dianggap
mempunyai arti yang lebih luas dari moral. Etika sendiri dapat berrti ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dan mempertanyakan cara manusia menjalani
hidupnya, terutama untuk diarahkan ke hidup yang baik. Moral dapat pula diartikan
sebagai sarana untuk mengukur benar tidaknya suatu tindakan manusia. Norma
berarti ukuran, garis pengarah, atau aturan, kaidah bagi pertimbangan dan penilaian.
Nilai berarti kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan,
atau berguna. Nilai bersifat relative, tidak ada nilai mutlak dan sering merupakan
sesuatu yang dijunjung tinggi dan mewarnai tindakan seseorang. Nilai seseorang
diukur melalui tindakan. Etika selalu berhubungan dengan nilai
Ada nilai nilai dasar yang harus di anut oleh pendidik maupun peserta didik
dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani , misalnya dapat menghargai satu
sama lain, menjunjung tinggi nilai sportivitas, terbuka, berpandangan luas, obyektif
dan menyadari keadaan diri sendiri, sikap toleransi, menghargai martabat orang
lain, percaya terhadap diri sendiri, dapat dipercaya, jujur, suka menolong orang lain
yang beradaa dalam kesulitan. Nilai-nilai tersebut telah diterima sebagai dasar
untuk bermasyarakat secara umum, dan secara khusus di institusi pendidikan.
Jadi etika dan moralitas sudah mesti menjadi hal yang prioritas dalam
pembinaan peserta didik melalui pendidikan jasmani, melalui gerak pendidik
mengajarkan nilai etika dan moralitas agar dapat tercapai tujuan pendidikan secara
umum.
DAFTAR RUJUKAN
Nur, B. 2014. Etika Dan Moral Dalam Pendidikan Jasmani. Blogspot
Haricahyono C. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang. IKIP
Semarang Press
Haricahyono C. 1988. Pendidikan Moral Dalam Beberapa Pendekatan. Jakarta.
PPLPTK
Safarina, Idi A. 2016. Etika Pendidikan, Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta. RajaGrafindo
Wibowo. 1997 . Etika dan Moral Pembelajaran. Jakarta. RajaGrafindo

More Related Content

What's hot

Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
dindaa99
 
Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesia
Warnet Raha
 
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...
Rarasenggar
 
Etika moral, akhlaq dan adab
Etika moral, akhlaq dan adabEtika moral, akhlaq dan adab
Etika moral, akhlaq dan adab
031330
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Novita Widianingsih
 
Makalah pengembangan profesi kependidikan
Makalah pengembangan profesi kependidikanMakalah pengembangan profesi kependidikan
Makalah pengembangan profesi kependidikan
Pujiati Puu
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiah
magdalena praharani
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...Riha Nugroho
 
MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM
MANUSIA,  NILAI,  MORAL,  DAN HUKUM MANUSIA,  NILAI,  MORAL,  DAN HUKUM
MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM
soeswono
 
Etika lingkungan
Etika lingkunganEtika lingkungan
Etika lingkungan
Naldi Candra
 
Perbedaan Individu
Perbedaan IndividuPerbedaan Individu
Perbedaan IndividuImroati Ar
 
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial pptManusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
Jaya Purnama
 
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKANPROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
harjunode
 
Contoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaanContoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaanZakiyul Mu'min
 
Prinsip perkembangan menurut hurlock
Prinsip perkembangan menurut hurlockPrinsip perkembangan menurut hurlock
Prinsip perkembangan menurut hurlockKaRen GiNting
 
Etika & Estetika Budaya - Ilmu Seni Budaya Dasar
Etika & Estetika Budaya - Ilmu Seni Budaya DasarEtika & Estetika Budaya - Ilmu Seni Budaya Dasar
Etika & Estetika Budaya - Ilmu Seni Budaya DasarAsida Gumara
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Ova Opayanti
 
Makalah kode etik guru
Makalah kode etik guruMakalah kode etik guru
Makalah kode etik guru
Septian Muna Barakati
 
Makalah komunikasi dalam Manajemen Sekolah - Nurul Faela Shufa UNNES
Makalah komunikasi dalam Manajemen Sekolah - Nurul Faela Shufa UNNESMakalah komunikasi dalam Manajemen Sekolah - Nurul Faela Shufa UNNES
Makalah komunikasi dalam Manajemen Sekolah - Nurul Faela Shufa UNNES
Nurul Shufa
 

What's hot (20)

Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
 
Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesia
 
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...
 
Etika moral, akhlaq dan adab
Etika moral, akhlaq dan adabEtika moral, akhlaq dan adab
Etika moral, akhlaq dan adab
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 
Makalah pengembangan profesi kependidikan
Makalah pengembangan profesi kependidikanMakalah pengembangan profesi kependidikan
Makalah pengembangan profesi kependidikan
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiah
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
 
MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM
MANUSIA,  NILAI,  MORAL,  DAN HUKUM MANUSIA,  NILAI,  MORAL,  DAN HUKUM
MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM
 
Etika lingkungan
Etika lingkunganEtika lingkungan
Etika lingkungan
 
Perbedaan Individu
Perbedaan IndividuPerbedaan Individu
Perbedaan Individu
 
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial pptManusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ppt
 
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKANPROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
 
Contoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaanContoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaan
 
Prinsip perkembangan menurut hurlock
Prinsip perkembangan menurut hurlockPrinsip perkembangan menurut hurlock
Prinsip perkembangan menurut hurlock
 
Etika & Estetika Budaya - Ilmu Seni Budaya Dasar
Etika & Estetika Budaya - Ilmu Seni Budaya DasarEtika & Estetika Budaya - Ilmu Seni Budaya Dasar
Etika & Estetika Budaya - Ilmu Seni Budaya Dasar
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
 
Makalah kode etik guru
Makalah kode etik guruMakalah kode etik guru
Makalah kode etik guru
 
Makalah komunikasi dalam Manajemen Sekolah - Nurul Faela Shufa UNNES
Makalah komunikasi dalam Manajemen Sekolah - Nurul Faela Shufa UNNESMakalah komunikasi dalam Manajemen Sekolah - Nurul Faela Shufa UNNES
Makalah komunikasi dalam Manajemen Sekolah - Nurul Faela Shufa UNNES
 

Viewers also liked

Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku KonsumenMakalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Pangeran Kristian
 
Makalah pendidikan jasmani tentang sepak bola, basket, aquatic, voli dan sist...
Makalah pendidikan jasmani tentang sepak bola, basket, aquatic, voli dan sist...Makalah pendidikan jasmani tentang sepak bola, basket, aquatic, voli dan sist...
Makalah pendidikan jasmani tentang sepak bola, basket, aquatic, voli dan sist...
Chantika Rizti
 
Makalah pendidikan jasmani dan olahraga
Makalah pendidikan jasmani dan olahragaMakalah pendidikan jasmani dan olahraga
Makalah pendidikan jasmani dan olahraga
Habibi Muhammad
 
éTica profesional
éTica profesionaléTica profesional
éTica profesionalbriceth
 
Camarilloisidro
CamarilloisidroCamarilloisidro
Camarilloisidro
cciu
 
Institucion Libre de Enseñanza
Institucion Libre de EnseñanzaInstitucion Libre de Enseñanza
Institucion Libre de EnseñanzaBeacorroto
 
La cabellera
La cabelleraLa cabellera
La cabellerasvasque5
 
computadora romxn
computadora romxncomputadora romxn
computadora romxn
romxn09
 
Institución+libre+de+enseñanza (1)
Institución+libre+de+enseñanza (1)Institución+libre+de+enseñanza (1)
Institución+libre+de+enseñanza (1)Beacorroto
 
Fase planificacion mpc132011-grupo l
Fase planificacion mpc132011-grupo lFase planificacion mpc132011-grupo l
Fase planificacion mpc132011-grupo lAngel Cabrera Ortiz
 
Etica profesional
Etica profesionalEtica profesional
Etica profesionalDARKMORTIS
 
Безпечний інтернет
Безпечний інтернетБезпечний інтернет
Безпечний інтернет
Liza Chertkova
 
Diario de Campo del Humedal-Pantano La Libélula (Humedales ESAP, Investigacio...
Diario de Campo del Humedal-Pantano La Libélula (Humedales ESAP, Investigacio...Diario de Campo del Humedal-Pantano La Libélula (Humedales ESAP, Investigacio...
Diario de Campo del Humedal-Pantano La Libélula (Humedales ESAP, Investigacio...
Administración Pública • Paz • No-violencia • Desarrollo Territorial • Derechos Humanos
 
Terapéutica UASD
Terapéutica UASDTerapéutica UASD
Terapéutica UASD
Silverio Gondres Cabrera
 

Viewers also liked (20)

Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku KonsumenMakalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
 
Makalah pendidikan jasmani tentang sepak bola, basket, aquatic, voli dan sist...
Makalah pendidikan jasmani tentang sepak bola, basket, aquatic, voli dan sist...Makalah pendidikan jasmani tentang sepak bola, basket, aquatic, voli dan sist...
Makalah pendidikan jasmani tentang sepak bola, basket, aquatic, voli dan sist...
 
Makalah Sepak Bola
Makalah Sepak BolaMakalah Sepak Bola
Makalah Sepak Bola
 
Makalah pendidikan jasmani dan olahraga
Makalah pendidikan jasmani dan olahragaMakalah pendidikan jasmani dan olahraga
Makalah pendidikan jasmani dan olahraga
 
éTica profesional
éTica profesionaléTica profesional
éTica profesional
 
Camarilloisidro
CamarilloisidroCamarilloisidro
Camarilloisidro
 
Alzheimer
AlzheimerAlzheimer
Alzheimer
 
Institucion Libre de Enseñanza
Institucion Libre de EnseñanzaInstitucion Libre de Enseñanza
Institucion Libre de Enseñanza
 
La cabellera
La cabelleraLa cabellera
La cabellera
 
computadora romxn
computadora romxncomputadora romxn
computadora romxn
 
UNISON
UNISONUNISON
UNISON
 
Institución+libre+de+enseñanza (1)
Institución+libre+de+enseñanza (1)Institución+libre+de+enseñanza (1)
Institución+libre+de+enseñanza (1)
 
Fase planificacion mpc132011-grupo l
Fase planificacion mpc132011-grupo lFase planificacion mpc132011-grupo l
Fase planificacion mpc132011-grupo l
 
Etica profesional
Etica profesionalEtica profesional
Etica profesional
 
Безпечний інтернет
Безпечний інтернетБезпечний інтернет
Безпечний інтернет
 
Proyecto de aula · 2
Proyecto de aula · 2Proyecto de aula · 2
Proyecto de aula · 2
 
Diario de Campo del Humedal-Pantano La Libélula (Humedales ESAP, Investigacio...
Diario de Campo del Humedal-Pantano La Libélula (Humedales ESAP, Investigacio...Diario de Campo del Humedal-Pantano La Libélula (Humedales ESAP, Investigacio...
Diario de Campo del Humedal-Pantano La Libélula (Humedales ESAP, Investigacio...
 
Inteligencias multiples
Inteligencias multiplesInteligencias multiples
Inteligencias multiples
 
Terapéutica UASD
Terapéutica UASDTerapéutica UASD
Terapéutica UASD
 

Similar to Etika dan moralitas dalam pendidikan jasmani

Etika Dan Pendidikan Dalam Ilmu Filsafat.pdf
Etika Dan Pendidikan Dalam Ilmu Filsafat.pdfEtika Dan Pendidikan Dalam Ilmu Filsafat.pdf
Etika Dan Pendidikan Dalam Ilmu Filsafat.pdf
SditAlMuchtariCimand
 
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral MahasiswaMakalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
Abror Alatqo
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
Edi Ison
 
makalah kelompok
makalah kelompokmakalah kelompok
makalah kelompok
laila ilmi
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Syaiful Ahdan
 
Etika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantorEtika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantorIdram M. Ladji
 
Agama
AgamaAgama
Agama
AgamaAgama
pengertian etika
pengertian etikapengertian etika
pengertian etika
Cecep Kustandi
 
Kel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesiKel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesi
FarRhah Ay
 
Makalah agama hindu etika moral putu nagita
Makalah agama hindu etika moral putu nagitaMakalah agama hindu etika moral putu nagita
Makalah agama hindu etika moral putu nagita
PutuNagita
 
Etika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan ProfesionalismeEtika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan Profesionalisme
Universitas Teknokrat Indonesia
 
BAB 5 ETIKA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH ISLAM.pptx
BAB 5 ETIKA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH ISLAM.pptxBAB 5 ETIKA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH ISLAM.pptx
BAB 5 ETIKA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH ISLAM.pptx
AlHadmie1
 
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptxETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
dedyadit
 
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
Achmad Susmiyanto
 
Etika & norma
Etika & normaEtika & norma
Etika & norma
Septian Muna Barakati
 
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika  dan kode etik dosen dan bidan baruEtika  dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
evi munawir
 
Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaPancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etika
Zarevi1
 
6. be gg, ari satria saputra, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical issue...
6. be gg, ari satria saputra, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical issue...6. be gg, ari satria saputra, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical issue...
6. be gg, ari satria saputra, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical issue...
arisatrias
 
Hilda
HildaHilda

Similar to Etika dan moralitas dalam pendidikan jasmani (20)

Etika Dan Pendidikan Dalam Ilmu Filsafat.pdf
Etika Dan Pendidikan Dalam Ilmu Filsafat.pdfEtika Dan Pendidikan Dalam Ilmu Filsafat.pdf
Etika Dan Pendidikan Dalam Ilmu Filsafat.pdf
 
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral MahasiswaMakalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
makalah kelompok
makalah kelompokmakalah kelompok
makalah kelompok
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
 
Etika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantorEtika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantor
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
pengertian etika
pengertian etikapengertian etika
pengertian etika
 
Kel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesiKel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesi
 
Makalah agama hindu etika moral putu nagita
Makalah agama hindu etika moral putu nagitaMakalah agama hindu etika moral putu nagita
Makalah agama hindu etika moral putu nagita
 
Etika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan ProfesionalismeEtika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan Profesionalisme
 
BAB 5 ETIKA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH ISLAM.pptx
BAB 5 ETIKA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH ISLAM.pptxBAB 5 ETIKA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH ISLAM.pptx
BAB 5 ETIKA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH ISLAM.pptx
 
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptxETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
 
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
 
Etika & norma
Etika & normaEtika & norma
Etika & norma
 
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika  dan kode etik dosen dan bidan baruEtika  dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
 
Pancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etikaPancasila sebagai sistem etika
Pancasila sebagai sistem etika
 
6. be gg, ari satria saputra, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical issue...
6. be gg, ari satria saputra, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical issue...6. be gg, ari satria saputra, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical issue...
6. be gg, ari satria saputra, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethical issue...
 
Hilda
HildaHilda
Hilda
 

Recently uploaded

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
adelsimanjuntak
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 

Recently uploaded (20)

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 

Etika dan moralitas dalam pendidikan jasmani

  • 1. ETIKA DAN MORALITAS DALAM PENDIDIKAN JASMANI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Kapita Selekta Keilmuan Olahraga Yang dibina oleh Dr. Sapto Adi, M. Kes OLEH Awal Akbar Jamaluddin 160614801335 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA NOVEMBER 2016
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di Perguruan Tinggi maupun di Sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paing utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara akuntabel. Salah satu 2 faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah Guru/Dosen selaku pendidik dan Siswa/Mahasiswa selaku peserta didik. Dalam proses pembelajaran, tugas Guru/Dosen adalah sebagai perencana, pelaksana, dan sebagai penilai keberhasilan peserta didik itu sendiri. Semua tugas tersebut dilaksanakan dalam upaya untuk membantu membelajarkan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan, kemhiran dan keterampilan, serta nilai sikap tertentu. Agar peserta didik mempunyai nilai dan sikap yang diharapkan, dalam arti sesuai dengan standart yang berlaku umum di masyarakat, pendidik harus pula melaksanakan tugasnya berdasarkan standar moral dan etika tenrtentu. Selama ini masalah etika dan moral yang berlaku pada proses pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi kurang mendapat perhatian, sehingga pendidik masih melaksanakan tugas sesuai dengan keinginannya sendiri atau institusinya, bukan berdasarkan standar etika dan moral yang berlaku. Salah satu contohnya, adalah saat Guru/Dosen memberikan penilaian kepada peserta didik secara tidak adil. Misalnya, peserta didik dianggap dekat, atau karena cantik, atau karena sebab lainnya, meskipun hasil belajarnya tidak baik tetapi diberikan nilai yang tinggi, sebaliknya peserta didik yang pada dasarnya berkompeten untuk mendapatkan nilai bagus tapi karena tidak menjalin keakraban dengan tenaga pendidik sehingga mendapat nilai yang sama atau bahkan lebih rendah, atau pendidik memberi nilai tanpa melihat hasil pekerjaan peserta didiknya. Mengacu pada kasus diatas maka materi etika dan moral dianggap perlu dimasukkan dalam program pembelajaran terkhusus pada pembelajaran pendidikan jasmani, karena melalui gerak kita bisa mengajarkan anak didik kita tentang
  • 3. pentingnya etika dan moral untuk menjadi bahan ajar yang prioritas, dengan mengkhususkan Guru/Dosen dan peserta didik dalam proses pembelajaran. perilaku Guru/Dosen dan peserta didik harus didasarkan atas pertimbangan etika dan moral sebagai sarana untuk membantu peserta didik dalam mempengaruhi pembentukan pribadinya secara positif melalui perilaku yang diteladankan oleh pendidik itu sendiri. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat rumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa Itu Etika ? 2. Apa Itu Moral ? 3. Apa Perbedaan Arti Etika Dan Moral? 4. Manfaat Etika dan Moral Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani ? 5. Bagaimana Cara Menyikapi dan Melaksanakan Etika dan Moral Pembelajaran ? C. Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah diatas dapat dituliskan tujuan penulisan sebagai berikut : 1. Mengetahui Pengertian Etika 2. Mengetahui Pengertian Moral 3. Mengetahui Perbedaan Arti Etika Dan Moral 4. Mengetahui Manfaat Etika dan Moral Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani 5. Mengetahui Cara Menyikapi dan Melaksanakan Etika dan Moral Pembelajaran
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN ETIKA Secara etimologi (kebahasaan), etika berasal dari bahasa yunani, ethos. Dalam bentuk tunggal, ethos bermakna tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, ahlak, perasaan, dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat, etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika dibedakan menjadi tiga pengertian utama, yakni: ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkembang dengan ahlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. (Abdullah & Safarina, 2016:87) Etika adalah sebuah cabang filsafat yang membicarakan tentang nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma moral. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap serta pola perilaku hidupmanusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Menurut Bertens (1999:6) etika mempunyai tiga arti, yakni: Pertama, etika dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa dirumuskan juga sebagai sistem nilai dapat berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. Kedua, etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik. Ketiga, etika dalam arti ilmu tentang yang baik dan buruk. Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan- kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima oleh masyarakat-masyarakat seringkali tanpa disadari menjadi
  • 5. bahan refleksi bagi suatu penelitian yang sistematis dan metodis. Etika disini sama artinya dengan filsafat moral. Menurut Algernon D Black (1990:11) etika adalah ilmu yang mempelajari cara manusia memperlakukan sesamanya dan apa arti hidup yang baik. Etika mempertanyakan pandangan orang dan mencari kebenarannya. Darmodiharjo dan Shidarta mengatakan dalam (Abdullah & Safarina, 2016:87). (1). Etika berkaitan dengan cara perbuatan yang harus dilakukan seseorang atau kelompok tertentu, etika memberikan norma tentang perbuatan, etika bertalian dengan apakah suatu perbuatan dapat dilakukan antara ya dan tidak. (2). Dalam perlakuan etika tidak memperhatikan orang lain,bukan hanya pada lingkup sosial saja tapi pada lingkup individu. (3). Etika bersifat mutlak, dan prinsip etika sangat universal dan tidak bisa ada proses tawar-menawar. (4). Etika bertalian dengan dimensi internal manusia. B. PENGERTIAN MORAL Istilah moral kadang-kadang dipergunakan sebagai kata yang sama artinya dengan “etika”. “Moral” berasal dari kata latin mos, moris (adat, istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, kelakuan), mores (adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, ahlak, cara hidup (Lorens Bagus, 1996:672). Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahas Indonesia (kamus Bahasa Indonesia, 1988), mores masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi etimologi kata “etika” sama dengn etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda: etika dari bahasa Yunani,dan moral dari bahasa Latin. Jika kita sekarang memandang arti kata “moral”, perlu kita simpulkan bahwa artinya sama dengan “etika”, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, kita mengatakan, bahwa perbuatan si A tidak bermoral, artinya, kita menganggap perbuatan si A melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Istilah moral lebih sering dipergunakan untuk menunjukkan kode, tingkah laku dan adat atau kebiasaan dari individu atau kelompok-kelompok,
  • 6. seperti bila seseorang membicarakan tentang moral orang lain. Disini moral sama artinya dengan kata Yunani ethos dan kata Latin Mores (Dagobert D Runes: 1977:202). Moral adalah hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan- tindakan yang baik sebagai “kewajiban” atau “norma”. Moral dapat diartikan sebagai sarana untuk mengukur benar-tidaknya tindakan manusia. Helden (1977) dan Richards (1971) merumuskan pengertian moral sebagai suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Atkinson (1969) mengemukakan moral atau moralitas merupakan pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Selain itu moral juga merupakan seperangkat keyakinan dalam suatu masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan dan apa yang harus dicoba dilakukan oleh manusia. Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”, hanya lebih abstrak. Bila kita berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya, segi moral suatu perbuatan atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan baik dan buruk. Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Moralitas ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu. Isi ajaran adalah tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik dan bagaimana manusia harus menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang berkaitan dengan baik dan buruk. Moral dihubungkan dengan kewajiban khusus, dihubungkan dengan norma sebagai cara bertindak yang berupa runtutan entah relative entah mutlak. Jadi, ”moral” merupakan wacana normative dan imperative yang diungkapkan dalam konteks baik/buruk, benar/salah yang dipandang sebagai nilai mutlak atau transenden. Isisnya berupa kewajiban-kewajiban. Konsep “moral” merujuk kepada semua aturan dan norma yang berlaku, yang diterima oleh masyarakat tertentu sebagai pegangan dalam bertindak, dan diungkapkan dalam konteks baik dan buruk, benar dan salah.
  • 7. C. PERBEDAAN ARTI ETIKA DAN MORAL Haryatmoko dalam (Abdullah & Safarina, 2016:87) mengungkapkan bahwa konsep “etika” sering digunakan sebagai persamaan dengan “moral”. Di balik kedua istilah ini, terkandung nuansa dua tradisi pemikiran filsafat moral berbeda. Aristoteles, dalam buku Ethique a’Nicomaque, menulis selain kata ‘ethos’, yang bermakna “kualitas atau sifat” digunakan juga istilah ‘ethos’, yang bermakna kebiasaan. Arti ‘ethos’ adalah suatu cara berfikir dan merasakan, cara bertindak dan bertingkah laku yang memberi ciri khas cara kepemilikan seorang terhadap kelompok. Istilah yang kedua ini relevan dengan terjemahan kata “moralis” (mos, moris=adat, kebiasaan) dalam bahasa Latin. Istilah moralis selanjutnya menjadi istilah teknis yang tidak lagi berarti kebiasaan, tetapi mengandung arti “moral” sebagaiman digunakan dalam defenisi terkini. Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, dalam kegiatan sehari-hariterdapat perbedaan, yakni moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan. Dua istilah itu selalu ada dalam kehidupan manusia, dalam interaksi sosial satu sama lain. Etika dilihat sebagai suatu refleksi filosofis tentang moral. Etika merupakan wacana normative (tidak selalu berupa perintah yang mewajibkan, karena dapat pula kemungkinan bertindak) yang membicarakan tentang baik dan buruk. Etika lebih dilihat sebagai seni hidup yang mengarahkan ke kebahagiaan dan kebijaksanaan. Paul ricoeur (1990) mengatakan istilah “moral” dan “etika” dihubungkan pada dua tradisi pemikiran filsafat yang berbeda. Istilah “moral” dihubungkan dengan tradisi pemikiran filosofis Immanuel Kant (sudut pandang deontology). Moral meruju ke kewajiban, norma, prinsip bertindak , imperative (“kategoris”=aturan aturan atau norma yang berasal dari akal budi yang merujuk ke dirinya sendiri sebagai keharusan). Etika dihubungkan dengan tradisi Aristoteles yang bersifat “teleologis” (telos=finalitas atau tujuan). Paul Riceour mendefenisikan “etika” sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain didalam institusi yang adil. Biasanya etika lebih di pahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar. Moral merujuk pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa
  • 8. yang seharusnya dilakukan. Tekanan etika diletakkan pada dimensi reflektif dalam upaya mencari bagaimana bertindak (bukan hanya kepatuhan pada norma). Mufid dalam (Abdullah & Safarina, 2016:87). Mengungkapkan bahwa, etika lebih condong kea rah ilmu tentang baik atau buruk. Etika lebih dikenal dengan kode etik. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan/atau nilai yang berkenaan dengan baik-buruk. Ada dua kaidah dasar moral; pertama, kaidah sikap baik, dimana seseorang seharusnya bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap baik, baik itu harus dinyatakan dalam bentuk konkret, tergantung dari apa yang baik dalam situasi konkret itu. Kedua, kaidah keadilan, di mana sebagai prinsip kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain, kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang tentunya disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing. Etika dan moral mempunyai fungsi sama, yaitu memberi orientasi bagaimana kita harus melangkah dalam hidup ini. Perbedaanya, moralitas langsung mengatakan kepada kita, “inilah cara anda harus melangkah”. Sedangkan etika mempersoalkan “apakah saya harus melangkah dengan cara itu?” dan “mengapa saya harus melangkah dengan cara itu?” Etika sebagai ilmu tentang tingkah laku manusia tidak saja mempertanyakan alasan terjadinya dan baik tidaknya tindakan itu; melainkan juga, apa akibatnya secara lahir dan batin. Atas dasar itulah, etika lebih dalam dan lebih luas daripada moral. Moral dan etika saling berkaitan, sebab kalau kita berbicara moral sudah tentu berbicara tentang etika, dan sebaliknya. D. MANFAAT ETIKA DAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Mengapa etika dan moral harus dipelajari bagi calon pendidik ?Berdasarkan studi evaluative yang dilakukan pada beberapa perguruan tinggi dan sekolah-sekolah dan berdasarkan informasi yang ada pada masing masing perguruan tinggi dan sekolah masalah etika dan moral pembelaajaran masih kurang mendapatkan perhatian dari para pendidiknya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kasus-kasus yang dijumpai dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu :
  • 9. 1. Dosen/Guru (pendidik) dalam membelajarkan peserta didik kurang menguasai bidang keilmuan yang diajarkan dan atau mengajarkan materi yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga dampaknya adalah pendidik tadi kurang menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk memberkan balikan terhadap materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Selain itu, bila ada peserta didik yang mengajukan komentar, atau pertanyaan terhadap materi yang disampaikan kepada dosen, ditanggapi secara emosional. Disamping itu dosen juga membatasi kesempatan mahasiswa untuk bertanya dengan alasan waktunya sangat terbatas, sudah habis ataumenugaskan untuk mendiskusikan masalah yang ditanyakan tersebut dengan teman. Contoh : ketika seorang peserta didik menanyakan, bagaimana cara melakukan rool ke depan dengan baik dan benar ? lantas pendidik tadi menegurnya dengan keras, bukankah kalian telah saya berikan materi, silahkan dikembangkan. 2. Dosen/Guru (pendidik) membelajarkan peserta didik secara disadari maupun tidak dapatmemunculkan ucapan-ucapan yang merendahkan kemampuan peserta didik, menyudutkan peserta didik, menyinggung perasaan peserta didik, dan semacamnya sehingga menimbulkan perasaan tidak senang pada Dosen/Guru (pendidik) itu sendiri yang berdampak pada tidak harmonisnya hubungan pendidik dan peserta didik. Contoh: Ketika dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani salah satu peserta didik memiliki kekurangan fisik lantas kita selaku pendidik kemudian mengumbar kekurangan fisik peserta didik tersebut di depan teman-temannya. 3. Dosen/Guru (pendidik) dapat dianggap mempermalukan peserta didik, saat menegur mahasiswa yang dianggap melakukan pelanggaran, dengan bahasa yang cukup keras. Misalnya, saat Dosen/Guru (pendidik) mengajar, ada peserta didik yang berbicara dengan teman sebelahnya dengan suara keras, sehingga pendidik tadi menegur peserta didik tersebut dengan keras. Teguran itu membuat peserta didik merasa dipermalukan dihadapan teman-teman sekelasnya. Contoh lain, misalnya ada peserta didik yang menyontek pada waktu ujian harian/tengah semester mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan diketahui oleh Dosen/Guru (pendidik), kemudian pendidik tadi mengambil contekan/pekerjaan peserta didik
  • 10. tersebut dan disobek di hadapan teman-temannya. Sehingga peserta didik tadi merasa dipermalukan. 4. Dosen/Guru (pendidik) dapat dianggap menilai rendah disiplin ilmu lainnya, jika dihadapan peserta didik, ia mengatakan bahwa ilmu lain tidak penting, yang penting adalah ilmu yang sedang dipelajari, yang oleh sebab itu harus diperhatikan dan dicermati secara penuh. Contoh: Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dosen/guru mengatakan bahwa Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang harus diprioritaskan karena berhubungan dengan kesehatan dan kesehatanlah yang paling penting, pembelajaran yang lain hadapi saja dengan santai. 5. Dosen/Guru (pendidik) dalam proses pembelajarannya tidak mentolerir tanggapan pendapat peserta didik yang berlainan dengan pendapat pendidik tadi; sehingga karena takut pada guru atau dosennya, peserta didik bersikap menerima saja segala sesuatu yang diperbuat oleh dosen/guru terhadapnya. 6. Dosen/Guru (pendidik) tidak mempercerah proses pembelajaran dengan menjadi dosen/guru “killer” atau dosen “momok”, bahkan akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. hubungan dosen/guru dengan peserta didik yang kaku, yang berdasarkan atas rasa takut, taka da keakraban, atau tidak adanya hubungan kejiwaan yang baik, dapat menimbulkan beban mental pada peserta didik, yang dapat berakibat pada kegagalan belajar bagi peserta didik. Hal tersebut tentunya tidak boleh dibiarkan dan harus dihindari Dosen maupun Guru sebab akanberdampak padahasil pembelajaran di PTmaupun di sekolah, sebab pembelajaran merupakan aktivitas utama untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tidak terkecuali pendidikan jasmani itu sendiri. Untuk membantu para Pengajar dalam mencapai hasil yang diharapkan, pengajar harus dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan etika dan moral yang berlaku pada pembelajaran di Perguruan Tinggi maupun di sekolah. Identifikasi karakter penjas dan olahraga dan nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam aktivitas olahraga yang
  • 11. diharapkan akan menjadi perilaku otomatis oleh siswa dalam prosesnya bermasyarakat : 1. Rasa hormat a. Dalam Kehidupan Sehari-hari 1) Menghormati orang lain 2) Menghormati peralatan bermain 3) Menghormati pada lingkungan 4) Menghormati pada diri sendiri b. Dalam Aktivitas Olahraga 1) Menghormati peraturan permainan dan tradisinya 2) Menghormati lawan bermain 3) Menghormati para offisial 4) Menghormati kemenangan atau kekalahan 2. Bertanggung Jawab a. Dalam Kehidupan Sehari-hari 1) Memenuhi kewajiban diri 2) Dapat dipercaya 3) Dapat mengontrol diri sendiri 4) Gigih b. Dalam Aktivitas Olahraga 1) Persiapkan diri sendiri untuk menjadi yang terbaik 2) Tepat waktu saat berlatih dan bermain 3) Disiplin diri 4) Dapat bekerja sama dengan kawan setim 3. Peduli a. Dalam Kehidupan Sehari-hari 1) Menghibur orang lain dan berempati 2) Mudah memberi maaf
  • 12. 3) Murah hati dan sayang (baik hati) 4) Menghindari mementingkan diri sendiri atau licik/nakal b. Dalam Aktivitas Olahraga 1) Bantu kawan setim untuk bermain yang terbaik 2) Mendukung kawan setim saat kacau 3) Murah hati dengan pujian; pelit dengan kritikan 4) Bermain untuk tim, bukan untuk diri sendiri 4. Jujur a. Dalam Kehidupan Sehari-hari 1) Jujur dan terus terang 2) Bertindak dengan ketulusan hati 3) Dapat dipercaya 4) Berani melakukan sesuatu yang benar b. Dalam Aktivitas Olahraga 1) Bermain sesuai dengan aturan 2) Setia pada tim 3) Bermain bebas dari obat-obatan 4) Mengaku atas kesalahan sendiri 5. Adil a. Dalam Kehidupan Sehari-hari 1) Mengikuti aturan yang baik 2) Toleransi (lapang dada) dengan orang lain 3) Mau berbagi dengan orang lain 4) Hindari mengambil keuntungan dari orang lain b. Dalam Aktivitas Olahraga 1) Perlakukan pemain lain seperti perlakuan orang lain terhadap anda 2) Jujur dengan semua pemain, termasuk pemain yang berbeda sekalipun 3) Beri pemain lain kesempatan 4) Bermain untuk menang dengan mengikuti peraturan
  • 13. 6. Menjadi Warga Masyarakat Yang Baik a. Dalam Kehidupan Sehari-hari 1) Menaati hukum dan peraturan 2) Terdidik dan menyatakan yang sebenarnya 3) Memberikan sumbangan kepada masyarakat 4) Melindungi orang lain b. Dalam Aktivitas Olahraga 1) Menjadi model (contoh) yang baik 2) Berjuang untuk yang terbaik 3) Berikan masukan pada olahraga 4) Mendorong kawan seregu untuk menjadi masyarakat yang baik E. CARA MENYIKAPI DAN MELAKSANAKAN ETIKA DAN MORAL PEMBELAJARAN Sebagai seorang professional, Guru maupun Dosen harus memahami apa etika dan moral pembelajaran itu, mengapa etika dan moral pembelajaran itu diperlukan, serta bagaimana cara menyikapi dan melaksanakan etika dan moral dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru/Dosen menyikapi secara positif pentingnya etika dan moral dalam pembelajaran. dari sikap positif tersebut, Guru/Dosen akan mempunyai komitmen yang tinggi untuk menerapkan etika dan moral dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kemampuan profesionalnya. Hal demikian tidak berlaku hanya pada Guru/Dosen saja melainkan juga berlaku pada peserta didik itu sendiri, peserta didik pun di haruskan untuk bisa memahami etika dan moral dalam berprilaku agar keharmonisan dalam proses pembelajaran antara Pendidik dan peserta didik tetap terjalin. C.E Vandzandt (1990) mengemukakan bahwa kualitas professional ditunjukkan oleh lima unjuk kerja, yaitu: (1). Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standart ideal, (2). Meningkatkan dan memelihara citra profesi, (3). Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional
  • 14. yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilan, (4). Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, dan (5). Memiliki kebanggaan terhadap profesi. Berdasarkan pada apa yang dikemukakan oleh C.E. Vandzandt, maka penyikapan secara positif terhadap etika dan moral pembelajaran akan menunjang kualitas professional yang ditandai oleh kelima unjuk kerja diatas. Disamping itu juga sesuai dengan tugas Guru/Dosen dalam pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1). Membangun hubungan baik dengan peserta didik, (2). Menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi belajar, (3). Mengorganisasi belajar, (4). Melaksanakan pembelajaran dengan tepat, (5). Mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, dan (6). Melaporkan hasil belajar peserta didik kepada orang tua yang berguna bagi orientasi masa depan peserta didik. Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap objek yang disikapinya. (Prayitno dan Erman Amti, 1999). Unsur kognisi mengacu kepada wawasan, keyakinan, pemahaman, pertimbangan dan pemikiran pendidik tentang hakikat peserta didik, pengaruh lingkungan dan hakikat pembelajaran. Unsur-unsur kognisi yang mendasari penyikapan terhadap etika dan moral pembelajaran ialah sebagai berikut : 1. Keyakinan bahwa peserta didik sebagai mahluk sosial yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang sarat dengan masalah etika dan moral. 2. Pemahaman bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber, termasuk dari Guru/Dosen yang penuh dengan muatan etika dan moral. 3. Pemahaman bahwa pembelajran pendidikan jasmani yang diberikan oleh Guru/Dosen mampu memberikan manfaat pada peserta didik bila didasarkan pada etika dan moral pembelajaran, 4. Pertimbangan dan pemikiran cermat, jernih, teliti, manusiawi, dan penuh tanggungjawab yang dilandasi etika dan moral akan mampu membelajarkan peserta didik menuju pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
  • 15. Unsur-unsur kognisi diatas dapat diturunkan kedalam bentuk-bentuk pola perilaku afektif, misalnya: 1. Memberikan penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap kehidupan manusia yang penuh muatan etika dan moral, baik sebagai individu maupun kelompok 2. Memiliki komitmen yang tinggi untuk menerapkan etika dan moral pembelajaran dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 3. Berupaya , sesuai dengan keahlian yang dimiliki, ikut mengimplementasikan dan mengembangkan secara optimal etika dan moral pembelajaran pada mahasiswa secara professional dalam proses pembelajaran. 4. Berusaha seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang dimiliki untuk membelajarkan peserta didik dengan dilandasi oleh etika dan moral pembelajaran, dan dengan cara setepat mungkin. 5. Bersikap positif terhadap pentingnya etika dan moral pembelajaran, dan diwujudkan dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran. 6. Dengan penuh kesadaran mengembangkan wawasan, ide-ide, strategi, tehnik- tehnik serta menerapkan etika dan moral pembelajaran secara tepat terhadap peserta didik yang menjadi sasaran pembelajaran. Penyikapan-penyikapan secara afeksi tersebut lebih lanjut dapat secara nyata diwujudkan dalam bentuk perlakuan terhadap peserta didik. Bentuk-bentuk perlakuan itu antara lain : 1. Membelajarkan peserta didik tentang konsep pendidikan jasmani dan tehnik dasar setiap cabang olahraga yang sudah menjadi rancangan sebelumnya, yang dilandasi etika dan moral pembelajaran 2. Mengembangkan wawasan tentang etika dan moral pembelajaran secara rinci dalam pola perilaku Guru/Dosen terhadap peserta didik begitupun sebaliknya 3. Mengembangkan strategi dan menerapkan tehnik-tehnik yang tepat untuk mengatasi permasalahan peserta didik yang dilandasi etika dan moral pembelajaran.
  • 16. 4. Mengkaji upaya pelaksanaan pembelajaran yang dilandasi etika dan moral, melalui pendidikan jasmani.
  • 17. BAB III KESIMPULAN Masalah etika dan moral dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di Perguruan Tinggi maupun sekolah merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para pendidik pada khususnya dan peserta didik pada umumnya karena mereka saling berhubungan untuk mencapai stabilitas pembelajaran. Pengertian etika dan moral terkadan serupa yaitu adat, kebiasaan, atau nilai- nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Meskipun demikian terkadang etika dianggap mempunyai arti yang lebih luas dari moral. Etika sendiri dapat berrti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempertanyakan cara manusia menjalani hidupnya, terutama untuk diarahkan ke hidup yang baik. Moral dapat pula diartikan sebagai sarana untuk mengukur benar tidaknya suatu tindakan manusia. Norma berarti ukuran, garis pengarah, atau aturan, kaidah bagi pertimbangan dan penilaian. Nilai berarti kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, atau berguna. Nilai bersifat relative, tidak ada nilai mutlak dan sering merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi dan mewarnai tindakan seseorang. Nilai seseorang diukur melalui tindakan. Etika selalu berhubungan dengan nilai Ada nilai nilai dasar yang harus di anut oleh pendidik maupun peserta didik dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani , misalnya dapat menghargai satu sama lain, menjunjung tinggi nilai sportivitas, terbuka, berpandangan luas, obyektif dan menyadari keadaan diri sendiri, sikap toleransi, menghargai martabat orang lain, percaya terhadap diri sendiri, dapat dipercaya, jujur, suka menolong orang lain yang beradaa dalam kesulitan. Nilai-nilai tersebut telah diterima sebagai dasar untuk bermasyarakat secara umum, dan secara khusus di institusi pendidikan. Jadi etika dan moralitas sudah mesti menjadi hal yang prioritas dalam pembinaan peserta didik melalui pendidikan jasmani, melalui gerak pendidik mengajarkan nilai etika dan moralitas agar dapat tercapai tujuan pendidikan secara umum.
  • 18. DAFTAR RUJUKAN Nur, B. 2014. Etika Dan Moral Dalam Pendidikan Jasmani. Blogspot Haricahyono C. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang. IKIP Semarang Press Haricahyono C. 1988. Pendidikan Moral Dalam Beberapa Pendekatan. Jakarta. PPLPTK Safarina, Idi A. 2016. Etika Pendidikan, Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta. RajaGrafindo Wibowo. 1997 . Etika dan Moral Pembelajaran. Jakarta. RajaGrafindo