SlideShare a Scribd company logo
Sistem Transmisi Kecepatan Tinggi
Tutun Juhana
KK Teknik Telekomunikasi
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
2
Agenda
• The basics
• SDH/SONET
• Macam-macam perangkat transmisi
The Basics
4
• Transmisi adalah proses pengangkutan
informasi dari satu titik ke titik lain di
dalam suatu jaringan
• Jarak antar titik bisa sangat jauh
• Bisa ada banyak elemen jaringan yang
terhubung
• Elemen-elemen tersebut dihubungkan
oleh koneksi yang disediakan oleh sistem
transmisi
5
Elemen Sistem Transmisi
• Untuk sistem komunikasi dua arah, maka pada
arah transmisi yang berlawanan juga diperlukan
elemen yang sama
6
Elemen Sistem Transmisi (2)
• Transmitter
– Transmitter mengolah sinyal masukan menjadi sinyal yang sesuai dengan
karakteristik kanal transmisi
– Pengolhan sinyal meliputi encoding dan modulasi
• Transmission Channel
– Kanal transmisi adalah suatu media elektral yang menjembatani sumber dan
tujuan
– Bisa berupa pasangan kabel, coaxial, radio atau serat optik
– Setiap kanal transmisi menyumbangkan sejumlah loss transmisi atau redaman
sehingga daya sinyal akan berkurang seiring bertambahnya jarak
– Sinyal juga akan terdistorsi akibat perbedaan redaman yang dialami oleh
komponen-komponen frekuensi sinyal yang berbeda
• Sinyal biasanya terdiri dari banyak komponen frekuensi yang mana beberapa
diantaranya teredam ada juga yang tidak teredam. Kondisi ini akan menyebabkan
perubahan bentuk sinyal (distorsi)
• Receiver
– Penerima mengolah sinyal yang masuk dari kanal transmisi
– Proses pada penerima meliputi penapisan (filtering) untuk menghilangkan out-of-
band noise, penguatan (amplification) untuk mengkompensasi loss transmisi,
ekualisasi (equalizing) untuk mengkompensasi distorsi), serta demodulasi dan
decoding untuk membalikkan proses yang terjadi di transmiter
• Noise, Distortion, and Interference
– Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sinyal yang ditransmisikan
7
Sinyal dan Spektrum
• Sinyal komunikasi merupakan besaran yang
selalu berubah terhadap waktu
• Setiap sinyal dapat dinyatakan di dalam domain
waktu (time domain) maupun didalam domain
frekuensi (frequency domain)
– Ekspresi sinyal di dalam domain frekuensi disebut
spektrum
– Sinyal di dalam domain waktu merupakan
penjumlahan dari komponen-komponen spektrum
sinusoidal
– Analisa Fourier digunakan untuk menghubungkan
sinyal dalam domain waktu dengan sinyal di dalam
domain frekuensi
8
• Jika misalnya durasi pulsa adalah T = 1 ms, maka komponen spektrum
yang paling kuat berada di bawah 1 kHz (1/T = 1/1 ms = 1,000 1/s = 1 kHz)
• Dari hasil di atas kita punya rule of thumb bahwa kita dapat mengirimkan
1.000 pulsa seperti di atas di dalam satu detik melalui kanal yang
bandwidthnya 1 kHz (sama dengan sinyal biner berkecepatan 1-Kbps).
• Untuk menaikkan kecepatan data (data rate), kita harus menurunkan durasi
pulsa tetapi konsekuensinya lebar spektrum akan naik sehingga
membutuhkan bandwidth yang lebih lebar
– Misalnya bila ingin menaikkan data rate menjadi 10 kali lebih tinggi, maka kita
harus menggunakan pulsa yang 10 kali lebih singkat dan membutuhkan
bandwidth yang 10 kali lebih leba
time domain of a pulse
frequency domain of a pulse
Contoh #1
This is baseband transmission
(no modulation involved)
9
• Contoh di atas menunjukkan sebuah pulsa yang dikirimkan sebagai
frekuensi radio (menggunakan modulasi amplitude shift keying (ASK))
• Terlihat bahwa spektrum terkonsentrasi pada frekuensi pembawa fc (bukan
pada frekuensi 0 seperti pada contoh sebelumnya)
• Perhatikan bahwa lebar spektrum di sekitar frekuensi pembawa hanya
tergantung pada durasi pulsa T seperti pada contoh sebelumnya
• Jika data rate kita naikkan (dengan mempersingkat durasi pulsa), maka
spektrum akan melebar sehingga dibutuhkan bandwidth frekuensi radio
yang lebih lebar
Contoh #2
10
Esensi dari dua contoh tadi...
• Bandwidth merupakan faktor pembatas utama untuk
transmisi
• Dari dua contoh sebelumnya kita bisa menyimpulkan
adanya hubungan antara data rate dengan bandwidth
yang diperlukan
• Dengan menurunkan data rate kita bisa menaikkan
kapasitas jaringan
– Ingat pada waktu kita membahas speech coding: “riset di dalam
speech coding selalu mencari teknik coding yang mampu
memberikan data rate yang sekecil mungkin dengan kualitas
yang masih dapat diterima”
• Tujuannya agar jumlah pembicaraan di dalam jaringan meningkat
walaupun kapasitas jaringan tetap
Data Rate Maksimum dari
Sebuah Kanal Transmisi
12
Symbol Rate (Baud Rate) dan
Bandwidth
• Komunikasi membutuhkan bandwidth
transmisi yang memadai untuk
mengakomodasi adanya spektrum sinyal;
kalau tidak, akan terjadi distorsi
13
• Kenyataan:
– Setiap kanal komunikasi memiliki bandwidth
yang terbatas
– Semakin tinggi data rate, durasi pulsa digital
yang digunakan akan semakin pendek
– Semakin pendek durasi pulsa, semakin lebar
bandwidth yang digunakan
• Ketika sebuah sinyal berubah-rubah
dengan cepat (dari sisi waktu),
spektrumnya akan melebar sehingga kita
katakan bahwa sinyal itu memiliki
bandwidth yang lebar
14
• Misalnya kita masukan sebuah pulsa digital
berdurasi T (T = 1ms) ke dalam suatu kanal
yang memiliki sifat seperti lowpass filter ideal
dengan bandwidth B
Ilustrasi
Kanal Transmisi
dengan Bandwidth B
Pulsa keluaran yang diharapkan
Pulsa keluaran Jika B=2*1/T
Pulsa keluaran Jika B=1*1/T
Pulsa keluaran Jika B=(1/2)*1/T
Pulsa keluaran Jika B=(1/4)*1/T
15
Esensi dari ilustrasi
• Pulsa keluaran akan semakin terdistorsi
bila bandwidth kanal transmisi semakin
kecil
16
Ilustrasi lain
• Andaikan kita kirim beberapa pulsa digital untuk kasus yang paling
buruk (bandwidth terkecil) dari yang sudah ditunjukkan pada
ilustrasi sebelumnya
• ISI akan menyebabkan kesalahan pendeteksian sinyal di penerima
– Bit ‘0’ bisa disangka bit ‘1’ dan sebaliknya
intersymbol interference (ISI)
Kanal Transmisi
dengan Bandwidth
B = (1/4)*1/T
17
Esensi ilustrasi
• Pengiriman sinyal dengan data rate tinggi harus
menggunakan kanal transmisi yang bandwidthnya lebar
– Supaya efek ISI tidak terasa
• Bandingkan ilustrasi berikut dengan ilustrasi sebelumnya
Kanal Transmisi
dengan Bandwidth
B = 2*1/T
• ISI yang terjadi tidak akan menyebabkan kesalahan deteksi
18
• Pada transmisi baseband, suatu sinyal digital yang terdiri
dari r symbols per detik memerlukan bandwidth
transmisi, B (dalam satuan Hertz), sebesar :
B ≥ r/2
– Istilah symbol mengacu pada satu sinyal pulsa yang digunakan
untuk mentransmisikan data digital
– Satu symbol belum tentu merepresentasikan 1 bit data
• Contoh: Pada modulasi QPSK, satu symbol merepresentasikan 2
bit data digital
– Oleh karena itu jumlah symbol yang dikirimkan per detik
dinyatakan di dalam baud (bukan bit rate)
• Jadi transmisi data dengan kecepatan 1000 baud (symbol/detik)
sama dengan bit rate 2000 bit per detik bila menggunakan modulasi
QPSK
• Dengan demikian, bandwidth yang tersedia (dalam
satuan hertz) menentukan maximum symbol rate dalam
satuan bauds
• Catatan: B merupakan bandwidth teoritis
19
• Hubungan antara bandwidth dengan baud rate (yang sudah kita lihat sebelumnya) diturunkan
menggunakan sifat-sifat pulsa sinc
• Pulsa sinc memiliki zero crossing pada interval 1/(2W)
• Dengan analisa Fourier kita dapat menunjukkan bahwa pulsa sinc tidak memiliki komponen frekuensi
yang lebih tinggi daripada W
• Jika kanal transmisi merupakan lowpass filter ideal
dengan bandwidth lebih tinggi dari W, maka kanal
tersebut akan cocok digunakan bagi pengiriman pulsa
sinc yang memiliki zero crossing pertama pada t =
1/2W tanpa mengalami distorsi
– Bentuk pulsa di keluaran akan tetap karena seluruh
komponen frekuensi di keluaran akan tetap sama seperti
di masukan
Zero crossings
20
• Sifat pulsa sinc yang memiliki zero crossing secara periodik setiap
1/2W (untuk pulsa sinc dengan komponen frekuensi maksimum W)
dapat dimanfaatkan untuk mengirimkan pulsa berikutnya tepat pada
t = 1/2W
• Pulsa sebelumnya (previous pulse) tidak akan berpengaruh kepada pulsa berikutnya
(next pulse) karena nilai previous pulse tepat sedang nol pada saat t = 1/2W
• Di penerima, penentuan nilai pulsa dilakukan setiap n.1/(2W), dimana n = ±1, ±2, ±3, ...
21
• Dengan skema pengiriman pulsa sinc seperti yang
sudah disampaikan sebelumnya, selang waktu antar
pulsa adalah T = 1/2W, dengan demikian data rate r =
1/T = 2W
• Bila data rate kita naikkan sedemikian hingga W → B,
maka selang waktu antar pulsa T → 1/2B, sehingga r →
1/T = 2B
– Nilai ini memberikan rate maximum teoritis untuk transmisi
symbol sehingga kita dapat katakan bahwa symbol rate dan
bandwidth memiliki hubungan r ≤ 2B atau B ≥ r/2
22
• Dalam kenyataan, tidak ada yang
namanya pulsa sinc itu, sehingga analisa
kita menghasilkan symbol rate maksimum
pada suatu kanal lowpass
• Di dalam kenyataan digunakan pulsa yang
mirip dengan pulsa sinc
– bandwidthnya biasanya 1,5 sampai 2 kali
lebih lebar daripada pulsa sinc
23
Symbol Rate dan Bit Rate
• Dalam komunikasi digital, digunakan
symbol-symbol (berbentuk pulsa) sebagai
representasi informasi
• Bila kita dapat membuat beberapa symbol
dengan amplituda yang berbeda (masing-
masing merepresentasikan bit-bit yang
dibawanya), maka kita dapat menaikkan
data rate dengan tetap mempertahankan
symbol rate
24
• Gambar (a) di atas memperlihatkan empat
buah simbol yang masing-masing
digunakan untuk merepresentasikan 2 bit
informasi
• Gambar (b) memperlihatkan penggunaan
symbol di dalam mengirimkan deretan bit
011011000110
(a) (b)
25
• Secara umum, jumlah simbol (M) ditentukan oleh jumlah
bit informasi (k) yang diwakilinya, yaitu:
M = 2k
• Hubungan antara bit rate dengan jumlah simbol adalah
sbb:
Bit rate = rb = r log2 M [bps]
• Pada contoh sebelumnya jumlah simbol ada sebanyak
M = 2k
= 22
= 4, maka bit rate = rb = r log2 M = r log2 4 = 2
bps. Maka bila baud rate adalah 1 kbaud, maka bit rate
sama dengan 2 kbps.
– Ingat log2 2n
= n
– Nilai baud rate bisa lebih kecil daripada bit rate
• Jadi dengan baud rate tertentu kita bisa terus menaikkan
bit rate dengan cara menambah jumlah simbol (dengan
kata lain: memperbanyak jumlah bit yang dibawa oleh
satu simbol)
26
Kalau gitu....
Naikin aja terus jumlah bit per
simbol agar bit rate transmisi
sebesar mungkin....
Kalau hanya bandwidth batasannya memang demikian...
Tetapi ada faktor pembatas lain yaitu: Noise.......
27
Semakin banyak jumlah simbol, deteksi simbol semakin sulit dilakukan
dan pengaruh noise akan semakin signifikan
(bisa menyebabkan perubahan level simbol)
noise
Empat level simbol Delapan level simbol
Level sinyal maksimum
selalu terbatas
28
• Noise menurunkan kualitas komunikasi analog
dan memunculkan error pada komunikasi digital
• Ukuran noise relatif terhadap sinyal dinyatakan
oleh S/N
• S/N biasanya dinyatakan dalam decibel:
Kapasitas Maksimum Kanal Transmisi
(S/N)dB = 10 log (S/N) [dB]
29
Pada tahun 1948,
Claude Shannon
mempublikasikan suatu
kajian mengenai data
rate maksimum teoritis
pada kanal komunikasi
yang terganggu noise
30
• Dengan mempertimbangkan sekaligus bandwidth dan
noise, Shannon menyatakan bahwa error-free bit rate
(bit rate yang tidak mengakibatkan error) pada suatu
kanal transmisi tidak dapat melebihi kapasitas
maksimum C
• Secara matematis, C dinyatakan oleh:
C = B log2(1+S/N)
– Dimana:
• C = Data rate informasi maksimum dalam satuan bit per detik
• B = bandwidth dalam satuan Hertz
• S = daya sinyal
• N = daya noise
• S/N = Signal-to-noise ratio, dinyatakan dalam perbandingan daya
(bukan dalam dB)
31
• Contoh:
– Misalkan suatu kanal transmisi yang bebas noise memiliki
bandwidth 4 kHz. Maka symbol rate maksimum pada kanal
tersebut adalah r ≤ 2B = 8 kbauds
• Artinya, kita dapat mengirimkan sampai 8000 sinyal (simbol) per
detik
– Bila kanal di atas digunakan pada suatu lingkungan yang
mengandung noise dengan S/N sebesar 28 dB (bila dinyatakan
dalam bentuk perbandingan S/N = 102,8
≈ 631
• Maksimum bit rate menurut Shannon = C
– C = B log2(1 + S/N) = 4.000 log2(632) = 37.2 Kbps
• Agar batas kapasitas kanal tidak terlampaui, maka jumlah bit
persimbol yang diijinkan untuk ditransmisikan pada kanal di atas
adalah 4
– Ingat rumus ini:
Bit rate = r log2 M
– Bila kita masukkan hasil perhitungan di atas:
37,2 kbps = 8 kbauds * log2 2k ;
maka jumlah bit maksimum yang
diperbolehkan adalah sebanyak 4 bit per simbol
32
Line Coding
• Line coding merupakan metoda untuk merubah simbol dari sumber
ke dalam bentuk lain untuk ditransmisikan
• Line coding merubah pesan-pesan digital ke dalam deretan simbol
baru (ini merupakan proses encoding)
• Decoding bekerja kebalikannya yaitu merubah kembali deretan
yang sudah dikodekan (encoded sequence) menjadi pesan aslinya
• Sistem yang menggunakan line coding tetapi tidak melibatkan
modulasi disebut sistem transmisi baseband
– Spektrum hasil pengkodean tetap berada di dalam rentang frekuensi
pesan asli
33
Tujuan Line Coding
• Merekayasa spektrum sinyal digital agar sesuai dengan
medium transmisi yang akan digunakan
• Dapat dimanfaatkan untuk proses sinkronisasi antara
pengirim dan penerima (sistem tidak memerlukan jalur
terpisah untuk clock)
• Dapat digunakan untuk menghilangkan komponen DC
sinyal (sinyal dengan frekuensi 0)
– Komponen DC tidak mengandung informasi apapun tetapi
menghamburkan daya pancar
• Line coding dapat digunakan untuk menaikkan data rate
• Beberapa teknik line coding dapat digunakan untuk
pendeteksian kesalahan
34
• Pada contoh di atas, setiap 2 bit data dikodekan ke dalam 4 level simbol
• Jadi bit rate akan menjadi dua kali dari bit baud rate
35
• Berdasarkan level sinyal yang digunakan,
line coding dapat dikatagorikan sbb.:
– Unipolar : menggunakan level +v, 0
– Polar (antipodal) : menggunakan level +v, -v
– Bipolar (pseudoternary): menggunakan level
+v, 0, -v
36
Line coding yang akan kita bahas
• NRZ
• RZ
• AMI
• HDB3
• CMI
• Manchester
• Differential Manchester
• B8ZS
• nBmB
37
Non Return to Zero (NRZ)
• Bit “1” dinyatakan oleh “high signal” selama perioda bit
• Bit "0" dinyatakan oleh “low signal” selama perioda bit
• Kelemahan:
– Tidak ada informasi timing di dalam bentuk sinyal sehingga sinkronisasi
bisa hilang bila muncul deretan 0 yang panjang
– Spektrum NRZ mengandung komponen DC
• Varian dari NRZ:
– NRZ-L (Non-Return-to-Zero-Level) : Level konstan selama perioda bit
– NRZ-I : (Non-Return-to-Zero-Invert on ones): bit “1” dikodekan dalam
bentuk transisi sinyal (dari high-ke-low atau low-ke-high), sedangkan “0”
dikodekan dengan tidak adanya transisi sinyal
– NRZ-M (Non-Return-to-Zero-Mark): level berubah bila ada bit “1”
– NRZ-S (Non-Return-to-Zero-Space): level berubah bila ada bit “0”
• NRZ bisa unipolar maupun polar
38
Unipolar
NRZ-L
Polar
NRZ-L
Unipolar
NRZ-M
Unipolar
NRZ-S
39
Spektrum NRZ
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
fT
powerdensity
NRZ
40
Return to Zero (RZ)
• Bit "1" dinyatakan oleh “high signal” selama setengah
perioda bit dan dinyatakan oleh “low signal” pada
seengah perioda bit berikutnya
– Memungkinkan pengambilan informasi clock bila ada deretan 1
yang panjang
• Kelemahan
– Bandwidht yang diperlukan dua kali NRZ
– Sulit mengambil informasi clock bila ada deretan nol yang panjang
– Mengandung komponen DC
41
AMI (Alternate Mark Inversion)
• Pseudoternary code
– Bit "0" dinyatakan sebagai level nol
– Bit "1" dinyatakan oleh level positif dan negatif yang
bergantian
• Karakteristik sinyal hasil pengkodean AMI
– Tidak memiliki komponen DC (kelebihan)
– Tidak memecahkan masalah kehilangan sinkronisasi
bila terdapat deretan nol yang panjang
Polaritas level antara dua buah bit “1” yang berurutan berkebalikan
42
HDB3
• Berbasis kode AMI
• Jumlah nol berurutan yang diperbolehkan maksimum 3
• Ide dasar: mengganti empat nol berurutan menjadi "000V" atau
"B00V"
– "V" adalah pulsa yang menyalahi aturan AMI mengenai perubahan
polaritas yang berurutan
• Aturan penggunaan "000V" atau "B00V" adalah sbb:
– "B00V" digunakan jika sampai pulsa sebelumnya, sinyal mengandung
komponen DC (yaitu jumlah pulsa negatif dan pulsa positif tidak sama)
– "000V" digunakan jika sampai pulsa sebelumnya komponen DC adalah
nol (jumlah pulsa negatif sama dengan jumlah pulsa positif
– Polaritas pulsa "B", yang patuh pada aturan AMI, bisa positif atau
negatif dengan tujuan menjamin dua pulsa V berlawanan polaritas
43
CMI (Coded Mark Inverted)
• Berbasis AMI
• Digunakan pada transmisis kecepatan tinggi
• Bit “1” dikirimkan sesuai dengan aturan AMI yaitu bila ada dua “1”
berurutan maka pulsa yang menyatakan keduanya harus berbeda
polaritas
• Bit “0” dinyatakan oleh pulsa dengan setengah perioda pulsa
pertama dinyatakan oleh tegangan negatif sedangkan setengah
perioda pulsa berikutnya dinyatakan oleh tegangan positif
• Kode CMI memiliki karakteristik berikut:
– Menghilangkan spektrum sinyal pada frekuensi yang sangat rendah
– Clock dapat direcovery dengan mudah
– Bandwidth lebih lebar daripada AMI
44
Manchester
• Bit “1” dinyatakan oleh pulsa yang setengah prioda
pertamanya memiliki level high dan setengah perioda sisanya
memiliki level low
• Bit “0” dinyatakan oleh pulsa yang setengah perioda
pertamanya memiliki level low dan setengah perioda sisanya
memiliki level high
• Jadi setiap bit dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang berganti level
pada pertengahan bit
• Karakteristik Manchester coding:
– Timing recovery mudah
– Bandwidth lebar
1 0 1 0 1 1 0 01
45
Differential Manchester
• Setiap bit dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang
berubah level di pertengahan bit
• Bit “1” dikodekan dengan tidak adanya transisi
level di awal bit
• Bit “0” dikodekan dengan adanya transisi level di
awal perioda bit
46
B8ZS
• Berbasis AMI
• Jika ada 8 nol berurutan dan pulsa sebelumnya
merupakan pulsa positif maka semua nol itu
dikodekan menjadi 000+-0-+
• Jika ada 8 nol berurutan dan pulsa sebelumnya
merupakan pulsa negatif maka semua nol itu
dikodekan menjadi 000-+0+-
• Ada dua pulsa yang melanggar aturan AMI
Data
47
mBnB
• Memetakan satu blok informasi yang terdiri dari
m bits ke dalam n bits
• n > m ; biasanya n = m+1
• Manchester code dapat dilihat sebagai kode
1B2B
• 4B5B digunakan pada FDDI
• 8B10b digunakan pada Gigabit Ethernet
• 64B66B digunakan pada 10G Ethernet
48
Untuk mengetahui
komponen DC pada sinyal
Regeneration
50
• Pada transmisi jarak jauh, daya sinyal akan
teredam sehingga daya yang sampai di
penerima bisa jadi sudah sedemikian lemah
sehingga tidak dapat dideteksi lagi
• Pada sistem transmisi analog, digunakan
amplifier/repeater untuk menguatkan sinyal yang
sudah lemah
• Amplifier/repeater selain menguatkan input yang
berupa sinyal informasi juga akan menguatkan
sinyal noise
– Pada penggunaan amplifier/repeater yang
berulangkali, efek noise akan terakumulasikan
sehingga perbandingan Sinyal dengan Noise (S/N)
akan semakin mengecil
51
• Pada sistem transmisi digital, penguatan sinyal
dilakukan menggunakan perangkat yang disebut
regenerator (digital amplifier)
• Suatu regenerator terdiri dari equalizing amplifier, yang
mengkompensasi distorsi dan menapis (mem-filter) out-
of-band noise, serta sebuah komparator
– Keluaran komparator akan high jika sinyal input lebih besar
daripada Vref, dan akan low jika sinyal input lebih rendah daripada
Vref
• Sebuah regenator juga mengandung rangkaian pewaktu
(timing) yang berfungsi untuk membangkitkan sinyal
clock berdasarkan sinyal input yang diterima
• D-flip flop digunakan untuk menentukan apakah sinyal
keluaran regenerator high (1) atau low (0) pada saat
sinyal clock berada pada kondisi sisi naik (rising edge)
– Nilai output akan tetap sampai rising edge berikutnya
• Sinyal hasil regenerasi akan bebas dari noise dan siap
ditransmisikan lagi
52
53
• Jika noise terlalu besar, input terhadap
komparator bisa jadi berada di atas Vref walaupun
sebenarnya sinyal nol yang sedang dikirimkan
– Akibatnya akan terjadi kesalahan (error) regenerasi
karena yang akan dikeluarkan regenerator adalah
sinyal satu padahal seharusnya adalah sinyal nol
• Sebaliknya, jika noise terlalu besar, input
terhadap komparator bisa jadi berada di bawah
Vref walaupun sebenarnya sinyal satu yang
sedang dikirimkan
– Akibatnya akan terjadi kesalahan regenerasi karena
yang akan dikeluarkan regenerator adalah sinyal nol
padahal seharusnya adalah sinyal satu
54
• Frekuensi error tergantung pada
level noise atau d.k.l tergantung
S/N
• Jika diasumsikan bahwa noise
memiliki distribusi amplituda
Gaussian, maka error rate (bit
error probability) mengikuti kurva
error rate vs S/N seperti yang
terlihat pada gambar
– Nilai pasti hubungan antara S/N
dengan BER berbeda-beda untuk
setiap sistem, tetapi bentuk kurva-
nya serupa
• Perhatikan bahwa BER akan
turun bila S/N semakin tinggi,
sebaliknya BER akan naik bila
S/N semakin rendah
• Transmisi voice PCM memerlukan
syarat BER maksimum 10-3
,
sedangkan transmisi data
memerlukan persyaratan BER
yang lebih ketat (maksimum 10-9
)
Pe
Pe = Probability of bit error = bit error rate (BER)
SDH dan SONET
SDH = Synchronous Digital Hierarchy
SONET = Synchronous Optical Network
56
Mari kita lihat kembali PDH
• Perhatikan bahwa kecepatan keluaran setiap multiplexing tingkat tinggi adalah kira-kira lebih dari
4 kali kecepatan sinyal tributary (bukan tepat 4 kali kecepatan sinyal tributary)
– Contoh: Kecepatan E-2 adalah 8,448 Mbps (ini tidak sama dengan 4x2,048 Mbps)
– Pada keluaran masing-masing multiplexer juga ada informasi batas frame
• Keluaran setiap level merupakan susunan bit interleaved dari setiap sinyal tributary
– Artinya, keluaran setiap hirarki tersusun dari satu bit yang berasal dari tributary 1, satu bit dari tributary 2, 3 ,
4, lalu dari tributary 1 lagi dst.
• Ingat: pada PDH, kecepatan masing-masing sinyal tributary boleh berbeda sedikit
• Oleh karena itu, sebelum dimultiplex, kecepatan masing-masing sinyal tributary harus
disesuaikan agar ketika dimultiplex akan diperoleh kecepatan yang sesuai pada setiap tingkat
– Penyesuaian kecepatan ini disebut justification atau stuffing
• Justification/stuffing dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah bit justifikasi kepada setiap
tributary
• Pada demultiplexer, bit-bit justifikasi ini dihilangkan sehingga rate tributary asli dapat kembali
diperoleh
• Kondisi yang sama terjadi pada PDH versi Amerika Utara
57
Kelemahan PDH
• Penentuan tributary rate pada proses demultiplexing harus
dilakukan secara bertahap akibat adanya
justification/stuffing
• Akhir tahun 80-an telah banyak terpasang serat optik yang
interface optiknya belum distandardkan
– Para peneliti menyadari bahwa diperlukan adanya standard baru
yang dapat memenuhi kebutuhan masa depan
• Standard Eropa dan Amerika tidak kompatibel
• Interface tergantung pada vendor
• Data rate yang lebih tinggi (di atas 140 Mbps atau 274
Mbps) belum distandardkan
• Untuk memperoleh multiplex orde tinggi diperlukan banyak
perangkat multiplexer
58
• Pada pertengahan tahun 70-an, ANSI mengawali study mengenai
metoda transmisi baru agar penggunaan jaringan optik dan
teknologi digital modern lebih efisien
– Sistem ini disebut Synchronous Optical NETwork (SONET) dan untuk
digunakan di negara Amerika Serikat
• Pada akhir tahun 80-1n, ITU-T membuat standard sendiri yang
berlaku di seluruh dunia yang disebut Synchronous Digital
Hierarchy (SDH)
• SDH dikembangkan dengan cara mengadopsi SONET lalu
disesuaikan dengan jaringan Eropa
• Beberapa subset dari rekomendasi SDH yang berasal dari ITU-T
dipilih oleh ETSI sebagai standard untuk Eropa
• Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada dua sistem
synchronous optical yang berlaku yaitu SONET di Amerika Serikat
dan SDH di Eropa
• Prinsip kerja SONET dan SDH hampir serupa serta menggunakan
data rate yang sama
• SDH dapat me-multiplex tributary PDH maupun tributary yang
synchronous
59
Synchronous tributaries
Plesiochronous tributaries
60
Skema multiplexing pada SDH
• Aliran data (transmission data streams) pada SDH disebut
synchronous transport modules (STMs)
• Data rate STM merupakan hasil perkalian dari data rate STM-1
(155.52-Mbps)
• Aliran data dari STM-1 di-byte interleaved dengan aliran data dari
STM-1 yang lain sehingga terbentuk aliran data yang memiliki data
rate lebih tinggi
– Tidak ada penambahan informasi framing
• Byte interleaving artinya, misalnya, sebuah sinyal STM-4
mengandung satu byte (8 bits) yang berasal dari tributary STM-1
yang pertama, kemudian dari yang kedua, ketiga, dan keempat lalu
balik lagi dari yang pertama dst.
• Demultiplexer menerima seluruh frame STM-1 secara independent
61
• Frame STM-1 diulangi 8000 kali per detik, suatu rate
yang sama dengan rate pencuplikan pada PCM
– Hali ini membuat sampel 8-bit speech dapat disimpan di dalam
aliran data 155.52-Mbps
– Bila PCM coding disinkronkan sebagai sumber untuk sistem
SDH, maka proses demultiplex satu kanal speech dilakukan
dengan hanya mengambil 1 byte dari setiap frame STM-1
• Frame STM-1 mengandung informasi batas frame dan informasi
lainnya serta suatu pointer yang memberitahu lokasi tributary di
dalam frame
• Jika tributary tidak disinkronkan terhadap frame STM-1,
sebuah pointer (berbentuk binary number) yang
diletakkan pada lokasi tertentu di dalam frame STM-1
akan menunjukkan lokasi dari setiap tributary
– Dengan melihat nilai pointer ini maka kita dapat menemukan
dengan mudah lokasi sinyal tributary yang diinginkan
• Ini merupakan keunggulan utama SDH dari PDH yang memerlukan
step-by-step demultiplexing untuk memisahkan bit-bit informasi dan
stuffing di dalam rangka mendapatkan tributary
62
Data Rate SONET
• Modul dasar SONET disebut synchronous transport
signal level 1 (STS-1)
• STS-1 memiliki kecepatan 51,840 Mbps
• STS-1 dimultiplex secara sinkron dengan STS-1 yang
lain untuk memperoleh sinyal dengan orde lebih tinggi
(STS-N)
• Setiap sinyal STS-N memiliki hubungan dengan sinyal
optik yang disebut optical carrier (OC-N) untuk keperluan
transmisi optik
• Sinyal STS-1 terdiri dari beberapa frame
– Durasi frame adalah 125 μs (muncul sebanyak 8000 kali per
detik yang juga sama dengan rate pencuplikan pada PCM)
63
Macam-macam perangkat transmisi
65
The Transmission Equipments
• Modems
• Terminal Multiplexers
• Add/drop multiplexers
• Digital cross-connect systems
• Regenerators atau intermediate repeaters
• Optical line system
• WDM
• Optical amplifiers
• Microwave Relay System
66
Modems
• Merubah sinyal digital menjadi analog dan
sebaliknya
67
Terminal multiplexers
• Terminal multiplexer (TM) atau multiplexer
(saja) berfungsi untuk menggabungkan
sinyal digital dengan tujuan memperoleh
bit rate yang lebih tinggi untuk transmisi
berkapasitas tinggi
68
Add/drop multiplexers
• Add/drop multiplexers digunakan untuk
mengambil (drop) beberapa kanal dari
aliran data kecepatan tinggi atau untuk
menyisipkan (add) beberapa kanal ke
dalam aliran data berkecepatan tinggi
69
70
Digital cross-connect systems
• Digital cross-connect (DXC) merupakan
node jaringan yang mampu menyusun
ulang kanal-kanal yang ada di dalam
suatu aliran
• DXC memungkinkan konfigurasi terhadap
jaringan dilakukan secara flexible
• Fungsi dasar DXC adalah sama dengan
sentral
• DXC mampu men-switch pada orde tinggi
(tidak hanya orde 64 Kbps seperti pada
sentral biasa)
• DXC bisa jadi mengandung fungsi
redundancy yang dapat secara otomatis
mem-bypass bagian link transmisi yang
rusak
– SDH dan SONET sering menggunakan
topologi ring untuk mendapatkan
keandalan (reliability) yang lebih tinggi
71
Optical Line Systems
• Optical line systems terdiri dari dua terminal
repeaters pada ujung-ujung serat optik
– Fungsinya untuk merubah sinyal elektrik digital
menjadi sinyal optik dan sebaliknya
– Terminal ini disebut OLT (Optical Line Terminal)
• Sistem ini terintegrasi ke dalam sistem SONET
dan SDH
– Pada PDH, optical line systems merupakan perangkat
yang terpisah dan harus dihubungkan dengan
interface yang sudah distandardkan
72
• Sistem transmisi optik memancarkan pulsa-pulsa cahaya ke dalam
serat optik
• Pada sistem komunikasi optik dua arah diperlukan dua buah serat
optik (masing-masing satu serat untuk setiap arah)
• Gambar berikut memperlihatkan posisi OLT pada sistem
komunikasi optik dua arah
73
WDM
• Perkembangan teknologi laser semikonduktor telah
dapat menghasilkan laser dengan bandwidth yang
sempit sehingga beberapa sinyal optik dengan panjang
gelombang yang berbeda dapat digabungkan ke dalam
satu serat optik yang sama
• Proses multiplexing ini disebut wavelength-division
multiplexing (WDM)
• WDM menggunakan optical coupler untuk
menggabungkan sinyal-sinyal optik (WDM multiplexer)
• Sedangkan pada WDM demultiplexer digunakan filter
optik untuk memisahkan sinyal-sinyal optik di penerima
• WDM dapat meningkatkan kapasitas serat mulai dari 10
sampai 100 kali lipat
74
75
• Teknologi WDM yang mampu menggabungkan
lebih dari 16 panjang gelombang di dalam satu
serat disebut Dense WDM (DWDM)
76
Optical Amplifiers
• Penguat sinyal optik
– Penguatan di lakukan di dalam domain optik
(tidak ada konversi ke eletrik dulu)
Cahaya yang dipompakan ini mendorong
atom erbium untuk melepaskan energinya
77
Microwave Relay System
• Berfungsi untuk merubah sinyal digital menjadi
gelombang radio dan sebaliknya
• Biasanya bekerja pada rentang frekuensi 1
sampai 40 GHz
• Memerlukan transmisi yang line-of-sight
• Pada frekuensi tinggi, kondisi cuaca
mempengaruhi redaman dan kualitas transmisi
– Mengakibatkan terbatasnya frekuensi yang dapat
digunakan serta membatasi jarak transmisi
78

More Related Content

What's hot

Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7 derau dalam sistem komunikasi
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7   derau dalam sistem komunikasiTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7   derau dalam sistem komunikasi
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7 derau dalam sistem komunikasi
Beny Nugraha
 
Makalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingMakalah phase shift keying
Makalah phase shift keying
ampas03
 
Bab ii discrete time
Bab ii   discrete timeBab ii   discrete time
Bab ii discrete time
Rumah Belajar
 
Matching impedance
Matching impedanceMatching impedance
Matching impedance
ampas03
 
Slide week 4 terminal suara
Slide week 4   terminal suaraSlide week 4   terminal suara
Slide week 4 terminal suara
Beny Nugraha
 
Pengolahan SInyal Digital - Slide week 5 - transformasi fourier sinyal waktu...
Pengolahan SInyal Digital - Slide week 5 -  transformasi fourier sinyal waktu...Pengolahan SInyal Digital - Slide week 5 -  transformasi fourier sinyal waktu...
Pengolahan SInyal Digital - Slide week 5 - transformasi fourier sinyal waktu...
Beny Nugraha
 

What's hot (20)

Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7 derau dalam sistem komunikasi
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7   derau dalam sistem komunikasiTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7   derau dalam sistem komunikasi
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 7 derau dalam sistem komunikasi
 
Soal soal adc 2
Soal soal adc 2Soal soal adc 2
Soal soal adc 2
 
Makalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingMakalah phase shift keying
Makalah phase shift keying
 
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
 
Siskom pcm
Siskom pcmSiskom pcm
Siskom pcm
 
1 sinyal
1  sinyal1  sinyal
1 sinyal
 
modulasi analog
modulasi analogmodulasi analog
modulasi analog
 
Slide minggu ke 4 pertemuan 1
Slide minggu ke 4 pertemuan 1Slide minggu ke 4 pertemuan 1
Slide minggu ke 4 pertemuan 1
 
Bab ii discrete time
Bab ii   discrete timeBab ii   discrete time
Bab ii discrete time
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
 
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
2  dasar praktikum sinyal dgn matlab2  dasar praktikum sinyal dgn matlab
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
 
PSK (Phase Shift Keying)
PSK (Phase Shift Keying)PSK (Phase Shift Keying)
PSK (Phase Shift Keying)
 
Modulasi frekuensi dan modulasi phase (Fm dan Pm)
Modulasi frekuensi dan modulasi phase (Fm dan Pm)Modulasi frekuensi dan modulasi phase (Fm dan Pm)
Modulasi frekuensi dan modulasi phase (Fm dan Pm)
 
Matching impedance
Matching impedanceMatching impedance
Matching impedance
 
Slide week 4 terminal suara
Slide week 4   terminal suaraSlide week 4   terminal suara
Slide week 4 terminal suara
 
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem TransmisiJenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
Jenis - Jenis Gangguan dalam Sistem Transmisi
 
10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit
 
Pengolahan SInyal Digital - Slide week 5 - transformasi fourier sinyal waktu...
Pengolahan SInyal Digital - Slide week 5 -  transformasi fourier sinyal waktu...Pengolahan SInyal Digital - Slide week 5 -  transformasi fourier sinyal waktu...
Pengolahan SInyal Digital - Slide week 5 - transformasi fourier sinyal waktu...
 
Dasar Sistem Telekomunikasi
Dasar Sistem TelekomunikasiDasar Sistem Telekomunikasi
Dasar Sistem Telekomunikasi
 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi Laplace
 

Similar to Et3041 15

Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digitalTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Beny Nugraha
 
20110620 komdat jaringan
20110620 komdat jaringan20110620 komdat jaringan
20110620 komdat jaringan
Bambang Gastomo
 
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 9 transmisi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 9   transmisi digitalTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 9   transmisi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 9 transmisi digital
Beny Nugraha
 
Presentase bentuk sinyal telekomunikasi
Presentase bentuk sinyal telekomunikasiPresentase bentuk sinyal telekomunikasi
Presentase bentuk sinyal telekomunikasi
styo14
 
Sistem komunikasi-data-dan-network
Sistem komunikasi-data-dan-networkSistem komunikasi-data-dan-network
Sistem komunikasi-data-dan-network
syarahuda938
 
Jbptgunadarma gdl-course-2006-riograceel-552-dataenc-g
Jbptgunadarma gdl-course-2006-riograceel-552-dataenc-gJbptgunadarma gdl-course-2006-riograceel-552-dataenc-g
Jbptgunadarma gdl-course-2006-riograceel-552-dataenc-g
Materi Kuliah Online
 

Similar to Et3041 15 (20)

Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digitalTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
 
20110620 komdat jaringan
20110620 komdat jaringan20110620 komdat jaringan
20110620 komdat jaringan
 
Pengantar Komunikasi Data
Pengantar Komunikasi DataPengantar Komunikasi Data
Pengantar Komunikasi Data
 
TEKNIK-MODULASI-QAM.pdf
TEKNIK-MODULASI-QAM.pdfTEKNIK-MODULASI-QAM.pdf
TEKNIK-MODULASI-QAM.pdf
 
Slide Chapter 6 Pengkodean
Slide Chapter 6 PengkodeanSlide Chapter 6 Pengkodean
Slide Chapter 6 Pengkodean
 
Parameter Kinerja Telekomunikasi.pdf
Parameter Kinerja Telekomunikasi.pdfParameter Kinerja Telekomunikasi.pdf
Parameter Kinerja Telekomunikasi.pdf
 
Modul 4 - Komunikasi Data
Modul 4 - Komunikasi DataModul 4 - Komunikasi Data
Modul 4 - Komunikasi Data
 
Bab3
Bab3Bab3
Bab3
 
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 9 transmisi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 9   transmisi digitalTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 9   transmisi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 9 transmisi digital
 
Digital multiplexer
Digital multiplexerDigital multiplexer
Digital multiplexer
 
Komdat
KomdatKomdat
Komdat
 
2. Dasar Transmisi Data.pptx
2. Dasar Transmisi Data.pptx2. Dasar Transmisi Data.pptx
2. Dasar Transmisi Data.pptx
 
Presentase bentuk sinyal telekomunikasi
Presentase bentuk sinyal telekomunikasiPresentase bentuk sinyal telekomunikasi
Presentase bentuk sinyal telekomunikasi
 
komdat3-PHYSICAL LAYER DAN MEDIA.pptx
komdat3-PHYSICAL LAYER DAN MEDIA.pptxkomdat3-PHYSICAL LAYER DAN MEDIA.pptx
komdat3-PHYSICAL LAYER DAN MEDIA.pptx
 
Rangkuman 1
Rangkuman 1Rangkuman 1
Rangkuman 1
 
Sistem komunikasi-data-dan-network
Sistem komunikasi-data-dan-networkSistem komunikasi-data-dan-network
Sistem komunikasi-data-dan-network
 
Teknik multiplex
Teknik multiplexTeknik multiplex
Teknik multiplex
 
Data and computer communications 3
Data and computer communications 3Data and computer communications 3
Data and computer communications 3
 
Jbptgunadarma gdl-course-2006-riograceel-552-dataenc-g
Jbptgunadarma gdl-course-2006-riograceel-552-dataenc-gJbptgunadarma gdl-course-2006-riograceel-552-dataenc-g
Jbptgunadarma gdl-course-2006-riograceel-552-dataenc-g
 
Sistem komunikasi digital i
Sistem komunikasi digital iSistem komunikasi digital i
Sistem komunikasi digital i
 

Recently uploaded

PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 

Recently uploaded (20)

Nor Azizah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Nor Azizah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNor Azizah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Nor Azizah_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...
PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...
PELAKSANAAN (di Hotel 101 Urban Thamrin Jkt) + Link2 MATERI Training_ "Effect...
 

Et3041 15

  • 1. Sistem Transmisi Kecepatan Tinggi Tutun Juhana KK Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung
  • 2. 2 Agenda • The basics • SDH/SONET • Macam-macam perangkat transmisi
  • 4. 4 • Transmisi adalah proses pengangkutan informasi dari satu titik ke titik lain di dalam suatu jaringan • Jarak antar titik bisa sangat jauh • Bisa ada banyak elemen jaringan yang terhubung • Elemen-elemen tersebut dihubungkan oleh koneksi yang disediakan oleh sistem transmisi
  • 5. 5 Elemen Sistem Transmisi • Untuk sistem komunikasi dua arah, maka pada arah transmisi yang berlawanan juga diperlukan elemen yang sama
  • 6. 6 Elemen Sistem Transmisi (2) • Transmitter – Transmitter mengolah sinyal masukan menjadi sinyal yang sesuai dengan karakteristik kanal transmisi – Pengolhan sinyal meliputi encoding dan modulasi • Transmission Channel – Kanal transmisi adalah suatu media elektral yang menjembatani sumber dan tujuan – Bisa berupa pasangan kabel, coaxial, radio atau serat optik – Setiap kanal transmisi menyumbangkan sejumlah loss transmisi atau redaman sehingga daya sinyal akan berkurang seiring bertambahnya jarak – Sinyal juga akan terdistorsi akibat perbedaan redaman yang dialami oleh komponen-komponen frekuensi sinyal yang berbeda • Sinyal biasanya terdiri dari banyak komponen frekuensi yang mana beberapa diantaranya teredam ada juga yang tidak teredam. Kondisi ini akan menyebabkan perubahan bentuk sinyal (distorsi) • Receiver – Penerima mengolah sinyal yang masuk dari kanal transmisi – Proses pada penerima meliputi penapisan (filtering) untuk menghilangkan out-of- band noise, penguatan (amplification) untuk mengkompensasi loss transmisi, ekualisasi (equalizing) untuk mengkompensasi distorsi), serta demodulasi dan decoding untuk membalikkan proses yang terjadi di transmiter • Noise, Distortion, and Interference – Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sinyal yang ditransmisikan
  • 7. 7 Sinyal dan Spektrum • Sinyal komunikasi merupakan besaran yang selalu berubah terhadap waktu • Setiap sinyal dapat dinyatakan di dalam domain waktu (time domain) maupun didalam domain frekuensi (frequency domain) – Ekspresi sinyal di dalam domain frekuensi disebut spektrum – Sinyal di dalam domain waktu merupakan penjumlahan dari komponen-komponen spektrum sinusoidal – Analisa Fourier digunakan untuk menghubungkan sinyal dalam domain waktu dengan sinyal di dalam domain frekuensi
  • 8. 8 • Jika misalnya durasi pulsa adalah T = 1 ms, maka komponen spektrum yang paling kuat berada di bawah 1 kHz (1/T = 1/1 ms = 1,000 1/s = 1 kHz) • Dari hasil di atas kita punya rule of thumb bahwa kita dapat mengirimkan 1.000 pulsa seperti di atas di dalam satu detik melalui kanal yang bandwidthnya 1 kHz (sama dengan sinyal biner berkecepatan 1-Kbps). • Untuk menaikkan kecepatan data (data rate), kita harus menurunkan durasi pulsa tetapi konsekuensinya lebar spektrum akan naik sehingga membutuhkan bandwidth yang lebih lebar – Misalnya bila ingin menaikkan data rate menjadi 10 kali lebih tinggi, maka kita harus menggunakan pulsa yang 10 kali lebih singkat dan membutuhkan bandwidth yang 10 kali lebih leba time domain of a pulse frequency domain of a pulse Contoh #1 This is baseband transmission (no modulation involved)
  • 9. 9 • Contoh di atas menunjukkan sebuah pulsa yang dikirimkan sebagai frekuensi radio (menggunakan modulasi amplitude shift keying (ASK)) • Terlihat bahwa spektrum terkonsentrasi pada frekuensi pembawa fc (bukan pada frekuensi 0 seperti pada contoh sebelumnya) • Perhatikan bahwa lebar spektrum di sekitar frekuensi pembawa hanya tergantung pada durasi pulsa T seperti pada contoh sebelumnya • Jika data rate kita naikkan (dengan mempersingkat durasi pulsa), maka spektrum akan melebar sehingga dibutuhkan bandwidth frekuensi radio yang lebih lebar Contoh #2
  • 10. 10 Esensi dari dua contoh tadi... • Bandwidth merupakan faktor pembatas utama untuk transmisi • Dari dua contoh sebelumnya kita bisa menyimpulkan adanya hubungan antara data rate dengan bandwidth yang diperlukan • Dengan menurunkan data rate kita bisa menaikkan kapasitas jaringan – Ingat pada waktu kita membahas speech coding: “riset di dalam speech coding selalu mencari teknik coding yang mampu memberikan data rate yang sekecil mungkin dengan kualitas yang masih dapat diterima” • Tujuannya agar jumlah pembicaraan di dalam jaringan meningkat walaupun kapasitas jaringan tetap
  • 11. Data Rate Maksimum dari Sebuah Kanal Transmisi
  • 12. 12 Symbol Rate (Baud Rate) dan Bandwidth • Komunikasi membutuhkan bandwidth transmisi yang memadai untuk mengakomodasi adanya spektrum sinyal; kalau tidak, akan terjadi distorsi
  • 13. 13 • Kenyataan: – Setiap kanal komunikasi memiliki bandwidth yang terbatas – Semakin tinggi data rate, durasi pulsa digital yang digunakan akan semakin pendek – Semakin pendek durasi pulsa, semakin lebar bandwidth yang digunakan • Ketika sebuah sinyal berubah-rubah dengan cepat (dari sisi waktu), spektrumnya akan melebar sehingga kita katakan bahwa sinyal itu memiliki bandwidth yang lebar
  • 14. 14 • Misalnya kita masukan sebuah pulsa digital berdurasi T (T = 1ms) ke dalam suatu kanal yang memiliki sifat seperti lowpass filter ideal dengan bandwidth B Ilustrasi Kanal Transmisi dengan Bandwidth B Pulsa keluaran yang diharapkan Pulsa keluaran Jika B=2*1/T Pulsa keluaran Jika B=1*1/T Pulsa keluaran Jika B=(1/2)*1/T Pulsa keluaran Jika B=(1/4)*1/T
  • 15. 15 Esensi dari ilustrasi • Pulsa keluaran akan semakin terdistorsi bila bandwidth kanal transmisi semakin kecil
  • 16. 16 Ilustrasi lain • Andaikan kita kirim beberapa pulsa digital untuk kasus yang paling buruk (bandwidth terkecil) dari yang sudah ditunjukkan pada ilustrasi sebelumnya • ISI akan menyebabkan kesalahan pendeteksian sinyal di penerima – Bit ‘0’ bisa disangka bit ‘1’ dan sebaliknya intersymbol interference (ISI) Kanal Transmisi dengan Bandwidth B = (1/4)*1/T
  • 17. 17 Esensi ilustrasi • Pengiriman sinyal dengan data rate tinggi harus menggunakan kanal transmisi yang bandwidthnya lebar – Supaya efek ISI tidak terasa • Bandingkan ilustrasi berikut dengan ilustrasi sebelumnya Kanal Transmisi dengan Bandwidth B = 2*1/T • ISI yang terjadi tidak akan menyebabkan kesalahan deteksi
  • 18. 18 • Pada transmisi baseband, suatu sinyal digital yang terdiri dari r symbols per detik memerlukan bandwidth transmisi, B (dalam satuan Hertz), sebesar : B ≥ r/2 – Istilah symbol mengacu pada satu sinyal pulsa yang digunakan untuk mentransmisikan data digital – Satu symbol belum tentu merepresentasikan 1 bit data • Contoh: Pada modulasi QPSK, satu symbol merepresentasikan 2 bit data digital – Oleh karena itu jumlah symbol yang dikirimkan per detik dinyatakan di dalam baud (bukan bit rate) • Jadi transmisi data dengan kecepatan 1000 baud (symbol/detik) sama dengan bit rate 2000 bit per detik bila menggunakan modulasi QPSK • Dengan demikian, bandwidth yang tersedia (dalam satuan hertz) menentukan maximum symbol rate dalam satuan bauds • Catatan: B merupakan bandwidth teoritis
  • 19. 19 • Hubungan antara bandwidth dengan baud rate (yang sudah kita lihat sebelumnya) diturunkan menggunakan sifat-sifat pulsa sinc • Pulsa sinc memiliki zero crossing pada interval 1/(2W) • Dengan analisa Fourier kita dapat menunjukkan bahwa pulsa sinc tidak memiliki komponen frekuensi yang lebih tinggi daripada W • Jika kanal transmisi merupakan lowpass filter ideal dengan bandwidth lebih tinggi dari W, maka kanal tersebut akan cocok digunakan bagi pengiriman pulsa sinc yang memiliki zero crossing pertama pada t = 1/2W tanpa mengalami distorsi – Bentuk pulsa di keluaran akan tetap karena seluruh komponen frekuensi di keluaran akan tetap sama seperti di masukan Zero crossings
  • 20. 20 • Sifat pulsa sinc yang memiliki zero crossing secara periodik setiap 1/2W (untuk pulsa sinc dengan komponen frekuensi maksimum W) dapat dimanfaatkan untuk mengirimkan pulsa berikutnya tepat pada t = 1/2W • Pulsa sebelumnya (previous pulse) tidak akan berpengaruh kepada pulsa berikutnya (next pulse) karena nilai previous pulse tepat sedang nol pada saat t = 1/2W • Di penerima, penentuan nilai pulsa dilakukan setiap n.1/(2W), dimana n = ±1, ±2, ±3, ...
  • 21. 21 • Dengan skema pengiriman pulsa sinc seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, selang waktu antar pulsa adalah T = 1/2W, dengan demikian data rate r = 1/T = 2W • Bila data rate kita naikkan sedemikian hingga W → B, maka selang waktu antar pulsa T → 1/2B, sehingga r → 1/T = 2B – Nilai ini memberikan rate maximum teoritis untuk transmisi symbol sehingga kita dapat katakan bahwa symbol rate dan bandwidth memiliki hubungan r ≤ 2B atau B ≥ r/2
  • 22. 22 • Dalam kenyataan, tidak ada yang namanya pulsa sinc itu, sehingga analisa kita menghasilkan symbol rate maksimum pada suatu kanal lowpass • Di dalam kenyataan digunakan pulsa yang mirip dengan pulsa sinc – bandwidthnya biasanya 1,5 sampai 2 kali lebih lebar daripada pulsa sinc
  • 23. 23 Symbol Rate dan Bit Rate • Dalam komunikasi digital, digunakan symbol-symbol (berbentuk pulsa) sebagai representasi informasi • Bila kita dapat membuat beberapa symbol dengan amplituda yang berbeda (masing- masing merepresentasikan bit-bit yang dibawanya), maka kita dapat menaikkan data rate dengan tetap mempertahankan symbol rate
  • 24. 24 • Gambar (a) di atas memperlihatkan empat buah simbol yang masing-masing digunakan untuk merepresentasikan 2 bit informasi • Gambar (b) memperlihatkan penggunaan symbol di dalam mengirimkan deretan bit 011011000110 (a) (b)
  • 25. 25 • Secara umum, jumlah simbol (M) ditentukan oleh jumlah bit informasi (k) yang diwakilinya, yaitu: M = 2k • Hubungan antara bit rate dengan jumlah simbol adalah sbb: Bit rate = rb = r log2 M [bps] • Pada contoh sebelumnya jumlah simbol ada sebanyak M = 2k = 22 = 4, maka bit rate = rb = r log2 M = r log2 4 = 2 bps. Maka bila baud rate adalah 1 kbaud, maka bit rate sama dengan 2 kbps. – Ingat log2 2n = n – Nilai baud rate bisa lebih kecil daripada bit rate • Jadi dengan baud rate tertentu kita bisa terus menaikkan bit rate dengan cara menambah jumlah simbol (dengan kata lain: memperbanyak jumlah bit yang dibawa oleh satu simbol)
  • 26. 26 Kalau gitu.... Naikin aja terus jumlah bit per simbol agar bit rate transmisi sebesar mungkin.... Kalau hanya bandwidth batasannya memang demikian... Tetapi ada faktor pembatas lain yaitu: Noise.......
  • 27. 27 Semakin banyak jumlah simbol, deteksi simbol semakin sulit dilakukan dan pengaruh noise akan semakin signifikan (bisa menyebabkan perubahan level simbol) noise Empat level simbol Delapan level simbol Level sinyal maksimum selalu terbatas
  • 28. 28 • Noise menurunkan kualitas komunikasi analog dan memunculkan error pada komunikasi digital • Ukuran noise relatif terhadap sinyal dinyatakan oleh S/N • S/N biasanya dinyatakan dalam decibel: Kapasitas Maksimum Kanal Transmisi (S/N)dB = 10 log (S/N) [dB]
  • 29. 29 Pada tahun 1948, Claude Shannon mempublikasikan suatu kajian mengenai data rate maksimum teoritis pada kanal komunikasi yang terganggu noise
  • 30. 30 • Dengan mempertimbangkan sekaligus bandwidth dan noise, Shannon menyatakan bahwa error-free bit rate (bit rate yang tidak mengakibatkan error) pada suatu kanal transmisi tidak dapat melebihi kapasitas maksimum C • Secara matematis, C dinyatakan oleh: C = B log2(1+S/N) – Dimana: • C = Data rate informasi maksimum dalam satuan bit per detik • B = bandwidth dalam satuan Hertz • S = daya sinyal • N = daya noise • S/N = Signal-to-noise ratio, dinyatakan dalam perbandingan daya (bukan dalam dB)
  • 31. 31 • Contoh: – Misalkan suatu kanal transmisi yang bebas noise memiliki bandwidth 4 kHz. Maka symbol rate maksimum pada kanal tersebut adalah r ≤ 2B = 8 kbauds • Artinya, kita dapat mengirimkan sampai 8000 sinyal (simbol) per detik – Bila kanal di atas digunakan pada suatu lingkungan yang mengandung noise dengan S/N sebesar 28 dB (bila dinyatakan dalam bentuk perbandingan S/N = 102,8 ≈ 631 • Maksimum bit rate menurut Shannon = C – C = B log2(1 + S/N) = 4.000 log2(632) = 37.2 Kbps • Agar batas kapasitas kanal tidak terlampaui, maka jumlah bit persimbol yang diijinkan untuk ditransmisikan pada kanal di atas adalah 4 – Ingat rumus ini: Bit rate = r log2 M – Bila kita masukkan hasil perhitungan di atas: 37,2 kbps = 8 kbauds * log2 2k ; maka jumlah bit maksimum yang diperbolehkan adalah sebanyak 4 bit per simbol
  • 32. 32 Line Coding • Line coding merupakan metoda untuk merubah simbol dari sumber ke dalam bentuk lain untuk ditransmisikan • Line coding merubah pesan-pesan digital ke dalam deretan simbol baru (ini merupakan proses encoding) • Decoding bekerja kebalikannya yaitu merubah kembali deretan yang sudah dikodekan (encoded sequence) menjadi pesan aslinya • Sistem yang menggunakan line coding tetapi tidak melibatkan modulasi disebut sistem transmisi baseband – Spektrum hasil pengkodean tetap berada di dalam rentang frekuensi pesan asli
  • 33. 33 Tujuan Line Coding • Merekayasa spektrum sinyal digital agar sesuai dengan medium transmisi yang akan digunakan • Dapat dimanfaatkan untuk proses sinkronisasi antara pengirim dan penerima (sistem tidak memerlukan jalur terpisah untuk clock) • Dapat digunakan untuk menghilangkan komponen DC sinyal (sinyal dengan frekuensi 0) – Komponen DC tidak mengandung informasi apapun tetapi menghamburkan daya pancar • Line coding dapat digunakan untuk menaikkan data rate • Beberapa teknik line coding dapat digunakan untuk pendeteksian kesalahan
  • 34. 34 • Pada contoh di atas, setiap 2 bit data dikodekan ke dalam 4 level simbol • Jadi bit rate akan menjadi dua kali dari bit baud rate
  • 35. 35 • Berdasarkan level sinyal yang digunakan, line coding dapat dikatagorikan sbb.: – Unipolar : menggunakan level +v, 0 – Polar (antipodal) : menggunakan level +v, -v – Bipolar (pseudoternary): menggunakan level +v, 0, -v
  • 36. 36 Line coding yang akan kita bahas • NRZ • RZ • AMI • HDB3 • CMI • Manchester • Differential Manchester • B8ZS • nBmB
  • 37. 37 Non Return to Zero (NRZ) • Bit “1” dinyatakan oleh “high signal” selama perioda bit • Bit "0" dinyatakan oleh “low signal” selama perioda bit • Kelemahan: – Tidak ada informasi timing di dalam bentuk sinyal sehingga sinkronisasi bisa hilang bila muncul deretan 0 yang panjang – Spektrum NRZ mengandung komponen DC • Varian dari NRZ: – NRZ-L (Non-Return-to-Zero-Level) : Level konstan selama perioda bit – NRZ-I : (Non-Return-to-Zero-Invert on ones): bit “1” dikodekan dalam bentuk transisi sinyal (dari high-ke-low atau low-ke-high), sedangkan “0” dikodekan dengan tidak adanya transisi sinyal – NRZ-M (Non-Return-to-Zero-Mark): level berubah bila ada bit “1” – NRZ-S (Non-Return-to-Zero-Space): level berubah bila ada bit “0” • NRZ bisa unipolar maupun polar
  • 40. 40 Return to Zero (RZ) • Bit "1" dinyatakan oleh “high signal” selama setengah perioda bit dan dinyatakan oleh “low signal” pada seengah perioda bit berikutnya – Memungkinkan pengambilan informasi clock bila ada deretan 1 yang panjang • Kelemahan – Bandwidht yang diperlukan dua kali NRZ – Sulit mengambil informasi clock bila ada deretan nol yang panjang – Mengandung komponen DC
  • 41. 41 AMI (Alternate Mark Inversion) • Pseudoternary code – Bit "0" dinyatakan sebagai level nol – Bit "1" dinyatakan oleh level positif dan negatif yang bergantian • Karakteristik sinyal hasil pengkodean AMI – Tidak memiliki komponen DC (kelebihan) – Tidak memecahkan masalah kehilangan sinkronisasi bila terdapat deretan nol yang panjang Polaritas level antara dua buah bit “1” yang berurutan berkebalikan
  • 42. 42 HDB3 • Berbasis kode AMI • Jumlah nol berurutan yang diperbolehkan maksimum 3 • Ide dasar: mengganti empat nol berurutan menjadi "000V" atau "B00V" – "V" adalah pulsa yang menyalahi aturan AMI mengenai perubahan polaritas yang berurutan • Aturan penggunaan "000V" atau "B00V" adalah sbb: – "B00V" digunakan jika sampai pulsa sebelumnya, sinyal mengandung komponen DC (yaitu jumlah pulsa negatif dan pulsa positif tidak sama) – "000V" digunakan jika sampai pulsa sebelumnya komponen DC adalah nol (jumlah pulsa negatif sama dengan jumlah pulsa positif – Polaritas pulsa "B", yang patuh pada aturan AMI, bisa positif atau negatif dengan tujuan menjamin dua pulsa V berlawanan polaritas
  • 43. 43 CMI (Coded Mark Inverted) • Berbasis AMI • Digunakan pada transmisis kecepatan tinggi • Bit “1” dikirimkan sesuai dengan aturan AMI yaitu bila ada dua “1” berurutan maka pulsa yang menyatakan keduanya harus berbeda polaritas • Bit “0” dinyatakan oleh pulsa dengan setengah perioda pulsa pertama dinyatakan oleh tegangan negatif sedangkan setengah perioda pulsa berikutnya dinyatakan oleh tegangan positif • Kode CMI memiliki karakteristik berikut: – Menghilangkan spektrum sinyal pada frekuensi yang sangat rendah – Clock dapat direcovery dengan mudah – Bandwidth lebih lebar daripada AMI
  • 44. 44 Manchester • Bit “1” dinyatakan oleh pulsa yang setengah prioda pertamanya memiliki level high dan setengah perioda sisanya memiliki level low • Bit “0” dinyatakan oleh pulsa yang setengah perioda pertamanya memiliki level low dan setengah perioda sisanya memiliki level high • Jadi setiap bit dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang berganti level pada pertengahan bit • Karakteristik Manchester coding: – Timing recovery mudah – Bandwidth lebar 1 0 1 0 1 1 0 01
  • 45. 45 Differential Manchester • Setiap bit dinyatakan oleh pulsa-pulsa yang berubah level di pertengahan bit • Bit “1” dikodekan dengan tidak adanya transisi level di awal bit • Bit “0” dikodekan dengan adanya transisi level di awal perioda bit
  • 46. 46 B8ZS • Berbasis AMI • Jika ada 8 nol berurutan dan pulsa sebelumnya merupakan pulsa positif maka semua nol itu dikodekan menjadi 000+-0-+ • Jika ada 8 nol berurutan dan pulsa sebelumnya merupakan pulsa negatif maka semua nol itu dikodekan menjadi 000-+0+- • Ada dua pulsa yang melanggar aturan AMI Data
  • 47. 47 mBnB • Memetakan satu blok informasi yang terdiri dari m bits ke dalam n bits • n > m ; biasanya n = m+1 • Manchester code dapat dilihat sebagai kode 1B2B • 4B5B digunakan pada FDDI • 8B10b digunakan pada Gigabit Ethernet • 64B66B digunakan pada 10G Ethernet
  • 50. 50 • Pada transmisi jarak jauh, daya sinyal akan teredam sehingga daya yang sampai di penerima bisa jadi sudah sedemikian lemah sehingga tidak dapat dideteksi lagi • Pada sistem transmisi analog, digunakan amplifier/repeater untuk menguatkan sinyal yang sudah lemah • Amplifier/repeater selain menguatkan input yang berupa sinyal informasi juga akan menguatkan sinyal noise – Pada penggunaan amplifier/repeater yang berulangkali, efek noise akan terakumulasikan sehingga perbandingan Sinyal dengan Noise (S/N) akan semakin mengecil
  • 51. 51 • Pada sistem transmisi digital, penguatan sinyal dilakukan menggunakan perangkat yang disebut regenerator (digital amplifier) • Suatu regenerator terdiri dari equalizing amplifier, yang mengkompensasi distorsi dan menapis (mem-filter) out- of-band noise, serta sebuah komparator – Keluaran komparator akan high jika sinyal input lebih besar daripada Vref, dan akan low jika sinyal input lebih rendah daripada Vref • Sebuah regenator juga mengandung rangkaian pewaktu (timing) yang berfungsi untuk membangkitkan sinyal clock berdasarkan sinyal input yang diterima • D-flip flop digunakan untuk menentukan apakah sinyal keluaran regenerator high (1) atau low (0) pada saat sinyal clock berada pada kondisi sisi naik (rising edge) – Nilai output akan tetap sampai rising edge berikutnya • Sinyal hasil regenerasi akan bebas dari noise dan siap ditransmisikan lagi
  • 52. 52
  • 53. 53 • Jika noise terlalu besar, input terhadap komparator bisa jadi berada di atas Vref walaupun sebenarnya sinyal nol yang sedang dikirimkan – Akibatnya akan terjadi kesalahan (error) regenerasi karena yang akan dikeluarkan regenerator adalah sinyal satu padahal seharusnya adalah sinyal nol • Sebaliknya, jika noise terlalu besar, input terhadap komparator bisa jadi berada di bawah Vref walaupun sebenarnya sinyal satu yang sedang dikirimkan – Akibatnya akan terjadi kesalahan regenerasi karena yang akan dikeluarkan regenerator adalah sinyal nol padahal seharusnya adalah sinyal satu
  • 54. 54 • Frekuensi error tergantung pada level noise atau d.k.l tergantung S/N • Jika diasumsikan bahwa noise memiliki distribusi amplituda Gaussian, maka error rate (bit error probability) mengikuti kurva error rate vs S/N seperti yang terlihat pada gambar – Nilai pasti hubungan antara S/N dengan BER berbeda-beda untuk setiap sistem, tetapi bentuk kurva- nya serupa • Perhatikan bahwa BER akan turun bila S/N semakin tinggi, sebaliknya BER akan naik bila S/N semakin rendah • Transmisi voice PCM memerlukan syarat BER maksimum 10-3 , sedangkan transmisi data memerlukan persyaratan BER yang lebih ketat (maksimum 10-9 ) Pe Pe = Probability of bit error = bit error rate (BER)
  • 55. SDH dan SONET SDH = Synchronous Digital Hierarchy SONET = Synchronous Optical Network
  • 56. 56 Mari kita lihat kembali PDH • Perhatikan bahwa kecepatan keluaran setiap multiplexing tingkat tinggi adalah kira-kira lebih dari 4 kali kecepatan sinyal tributary (bukan tepat 4 kali kecepatan sinyal tributary) – Contoh: Kecepatan E-2 adalah 8,448 Mbps (ini tidak sama dengan 4x2,048 Mbps) – Pada keluaran masing-masing multiplexer juga ada informasi batas frame • Keluaran setiap level merupakan susunan bit interleaved dari setiap sinyal tributary – Artinya, keluaran setiap hirarki tersusun dari satu bit yang berasal dari tributary 1, satu bit dari tributary 2, 3 , 4, lalu dari tributary 1 lagi dst. • Ingat: pada PDH, kecepatan masing-masing sinyal tributary boleh berbeda sedikit • Oleh karena itu, sebelum dimultiplex, kecepatan masing-masing sinyal tributary harus disesuaikan agar ketika dimultiplex akan diperoleh kecepatan yang sesuai pada setiap tingkat – Penyesuaian kecepatan ini disebut justification atau stuffing • Justification/stuffing dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah bit justifikasi kepada setiap tributary • Pada demultiplexer, bit-bit justifikasi ini dihilangkan sehingga rate tributary asli dapat kembali diperoleh • Kondisi yang sama terjadi pada PDH versi Amerika Utara
  • 57. 57 Kelemahan PDH • Penentuan tributary rate pada proses demultiplexing harus dilakukan secara bertahap akibat adanya justification/stuffing • Akhir tahun 80-an telah banyak terpasang serat optik yang interface optiknya belum distandardkan – Para peneliti menyadari bahwa diperlukan adanya standard baru yang dapat memenuhi kebutuhan masa depan • Standard Eropa dan Amerika tidak kompatibel • Interface tergantung pada vendor • Data rate yang lebih tinggi (di atas 140 Mbps atau 274 Mbps) belum distandardkan • Untuk memperoleh multiplex orde tinggi diperlukan banyak perangkat multiplexer
  • 58. 58 • Pada pertengahan tahun 70-an, ANSI mengawali study mengenai metoda transmisi baru agar penggunaan jaringan optik dan teknologi digital modern lebih efisien – Sistem ini disebut Synchronous Optical NETwork (SONET) dan untuk digunakan di negara Amerika Serikat • Pada akhir tahun 80-1n, ITU-T membuat standard sendiri yang berlaku di seluruh dunia yang disebut Synchronous Digital Hierarchy (SDH) • SDH dikembangkan dengan cara mengadopsi SONET lalu disesuaikan dengan jaringan Eropa • Beberapa subset dari rekomendasi SDH yang berasal dari ITU-T dipilih oleh ETSI sebagai standard untuk Eropa • Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada dua sistem synchronous optical yang berlaku yaitu SONET di Amerika Serikat dan SDH di Eropa • Prinsip kerja SONET dan SDH hampir serupa serta menggunakan data rate yang sama • SDH dapat me-multiplex tributary PDH maupun tributary yang synchronous
  • 60. 60 Skema multiplexing pada SDH • Aliran data (transmission data streams) pada SDH disebut synchronous transport modules (STMs) • Data rate STM merupakan hasil perkalian dari data rate STM-1 (155.52-Mbps) • Aliran data dari STM-1 di-byte interleaved dengan aliran data dari STM-1 yang lain sehingga terbentuk aliran data yang memiliki data rate lebih tinggi – Tidak ada penambahan informasi framing • Byte interleaving artinya, misalnya, sebuah sinyal STM-4 mengandung satu byte (8 bits) yang berasal dari tributary STM-1 yang pertama, kemudian dari yang kedua, ketiga, dan keempat lalu balik lagi dari yang pertama dst. • Demultiplexer menerima seluruh frame STM-1 secara independent
  • 61. 61 • Frame STM-1 diulangi 8000 kali per detik, suatu rate yang sama dengan rate pencuplikan pada PCM – Hali ini membuat sampel 8-bit speech dapat disimpan di dalam aliran data 155.52-Mbps – Bila PCM coding disinkronkan sebagai sumber untuk sistem SDH, maka proses demultiplex satu kanal speech dilakukan dengan hanya mengambil 1 byte dari setiap frame STM-1 • Frame STM-1 mengandung informasi batas frame dan informasi lainnya serta suatu pointer yang memberitahu lokasi tributary di dalam frame • Jika tributary tidak disinkronkan terhadap frame STM-1, sebuah pointer (berbentuk binary number) yang diletakkan pada lokasi tertentu di dalam frame STM-1 akan menunjukkan lokasi dari setiap tributary – Dengan melihat nilai pointer ini maka kita dapat menemukan dengan mudah lokasi sinyal tributary yang diinginkan • Ini merupakan keunggulan utama SDH dari PDH yang memerlukan step-by-step demultiplexing untuk memisahkan bit-bit informasi dan stuffing di dalam rangka mendapatkan tributary
  • 62. 62 Data Rate SONET • Modul dasar SONET disebut synchronous transport signal level 1 (STS-1) • STS-1 memiliki kecepatan 51,840 Mbps • STS-1 dimultiplex secara sinkron dengan STS-1 yang lain untuk memperoleh sinyal dengan orde lebih tinggi (STS-N) • Setiap sinyal STS-N memiliki hubungan dengan sinyal optik yang disebut optical carrier (OC-N) untuk keperluan transmisi optik • Sinyal STS-1 terdiri dari beberapa frame – Durasi frame adalah 125 μs (muncul sebanyak 8000 kali per detik yang juga sama dengan rate pencuplikan pada PCM)
  • 63. 63
  • 65. 65 The Transmission Equipments • Modems • Terminal Multiplexers • Add/drop multiplexers • Digital cross-connect systems • Regenerators atau intermediate repeaters • Optical line system • WDM • Optical amplifiers • Microwave Relay System
  • 66. 66 Modems • Merubah sinyal digital menjadi analog dan sebaliknya
  • 67. 67 Terminal multiplexers • Terminal multiplexer (TM) atau multiplexer (saja) berfungsi untuk menggabungkan sinyal digital dengan tujuan memperoleh bit rate yang lebih tinggi untuk transmisi berkapasitas tinggi
  • 68. 68 Add/drop multiplexers • Add/drop multiplexers digunakan untuk mengambil (drop) beberapa kanal dari aliran data kecepatan tinggi atau untuk menyisipkan (add) beberapa kanal ke dalam aliran data berkecepatan tinggi
  • 69. 69
  • 70. 70 Digital cross-connect systems • Digital cross-connect (DXC) merupakan node jaringan yang mampu menyusun ulang kanal-kanal yang ada di dalam suatu aliran • DXC memungkinkan konfigurasi terhadap jaringan dilakukan secara flexible • Fungsi dasar DXC adalah sama dengan sentral • DXC mampu men-switch pada orde tinggi (tidak hanya orde 64 Kbps seperti pada sentral biasa) • DXC bisa jadi mengandung fungsi redundancy yang dapat secara otomatis mem-bypass bagian link transmisi yang rusak – SDH dan SONET sering menggunakan topologi ring untuk mendapatkan keandalan (reliability) yang lebih tinggi
  • 71. 71 Optical Line Systems • Optical line systems terdiri dari dua terminal repeaters pada ujung-ujung serat optik – Fungsinya untuk merubah sinyal elektrik digital menjadi sinyal optik dan sebaliknya – Terminal ini disebut OLT (Optical Line Terminal) • Sistem ini terintegrasi ke dalam sistem SONET dan SDH – Pada PDH, optical line systems merupakan perangkat yang terpisah dan harus dihubungkan dengan interface yang sudah distandardkan
  • 72. 72 • Sistem transmisi optik memancarkan pulsa-pulsa cahaya ke dalam serat optik • Pada sistem komunikasi optik dua arah diperlukan dua buah serat optik (masing-masing satu serat untuk setiap arah) • Gambar berikut memperlihatkan posisi OLT pada sistem komunikasi optik dua arah
  • 73. 73 WDM • Perkembangan teknologi laser semikonduktor telah dapat menghasilkan laser dengan bandwidth yang sempit sehingga beberapa sinyal optik dengan panjang gelombang yang berbeda dapat digabungkan ke dalam satu serat optik yang sama • Proses multiplexing ini disebut wavelength-division multiplexing (WDM) • WDM menggunakan optical coupler untuk menggabungkan sinyal-sinyal optik (WDM multiplexer) • Sedangkan pada WDM demultiplexer digunakan filter optik untuk memisahkan sinyal-sinyal optik di penerima • WDM dapat meningkatkan kapasitas serat mulai dari 10 sampai 100 kali lipat
  • 74. 74
  • 75. 75 • Teknologi WDM yang mampu menggabungkan lebih dari 16 panjang gelombang di dalam satu serat disebut Dense WDM (DWDM)
  • 76. 76 Optical Amplifiers • Penguat sinyal optik – Penguatan di lakukan di dalam domain optik (tidak ada konversi ke eletrik dulu) Cahaya yang dipompakan ini mendorong atom erbium untuk melepaskan energinya
  • 77. 77 Microwave Relay System • Berfungsi untuk merubah sinyal digital menjadi gelombang radio dan sebaliknya • Biasanya bekerja pada rentang frekuensi 1 sampai 40 GHz • Memerlukan transmisi yang line-of-sight • Pada frekuensi tinggi, kondisi cuaca mempengaruhi redaman dan kualitas transmisi – Mengakibatkan terbatasnya frekuensi yang dapat digunakan serta membatasi jarak transmisi
  • 78. 78