Era globalisasi membawa tantangan baru bagi pendidik, yaitu mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa di tengah pengaruh budaya asing. Guru dituntut untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mampu mengatasi pengaruh nilai-nilai baru yang berlawanan dengan nilai bangsa. Teknologi berperan besar dalam perubahan budaya namun pendidikan masih diharapkan dapat menjadi solusi atas perubahan tersebut.
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
Tantangan pendidikan
1. Tantangan pendidikan pada era globalisasi
Era globalisasi adalah era di mana batas-batas suatu wilayah tidak lagi menjadi
penghalang keluar masuknya berbagai informasi. Batas suatu wilayah makin tidak berarti bila
ditinjau dari makin mudahnya suatu informasi merambah dan menyusup dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Informasi yang masuk ke dalam suatu Negara tidak lagi terhalang oleh batas
Negara yang memiliki ragam budaya dan peradabannya. Tilaar menyatakan (2000), kehidupan
umat manusia dalam millennium yang baru mempunyai dimensi bukan hanya domestik, tetapi
juga global. Aktifitas sekarang demikian terbuka, dunia tanpa batas. Maka dari itu bukan hanya
merupakan tantangan, tetapi juga membuka peluang dalam usaha meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Tantangan berat yang dihadapi oleh para pendidik era sekarang ini adalah masalah
mempertahankan tata nilai yang dianggap baik untuk diteruskan kepada anak bangsa ini yang
menjadi peserta didiknya. Dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, pasal 40 ayat 1 dan 2 di
atas.tidak terkecuali kepada siapapun, terutama bagi orang tua dan pendidik. Orang tua harus
memperbaiki fungsi pembimbingannya pada anak-anaknya dalam lingkungan rumah tangganya
dan pendidik harus semakin meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan perannya di lembaga
pendidikan yang dikelolanya dalam rangka membentu sikap dan prilaku mereka. Guru yang
berperan sebagai pengganti orang tua memiliki tugas utama dalam mendidik yang tersirat dalam
Undang-undang yaitu mendidik, mengajar dan melatih peserta didik. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembagkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan pada siswa. Dala hal inilah guru dituntut mampu menyelaraskan aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik dalam proses pembelajaran.
Tantangan utama yang harus diatasi oleh pendidik adalah pengaruh tata nilai baru yang
tidak mendukung tata nilai yang akan diteruskann kepada peserta didiknya. Yang menjadi
pemikiran adalah “mampukah para pendidik melakukan tindakan kependidikan mengatasi
tantangan tersebut?”. Hal ini sangat bergantung pada dukungan konsep dan aksi dari seluruh
komponen bangsa.
2. Guru adalah sosok penentu corak masa depan bangsa. Berkat jerih payah merekalah akan
terpola sumber daya manusia yang berkualitas. Pola sistem sosial yang akan terbbentuk ke depan
sangatlah bergantung pada pendidikan anak. Maka titik sentral pergerakan kebudayaan bermula
pada lembaga pendidkan. Sistem sosial hingga sekarang secara umum memandang bahwa sosok
guru sebagai sosok yang harus berdiri tegak dengan segala kemampuannyadan
mengaktualisasikan tugasnya mewariskan ilmu pengetahuan, nili-nilai luhur dan keterampilan
yang tahan uji terhadap tantangan system sosial bagi peserta didiknya. Maka atas dasar itu
dipundak mereka diletakkan tanggung jawab yang amat besar oleh para orang tua, masyarakat
bahkan Sadar maupun tidak.
Realitas sistem sosial yang sedang kita hadapi. Kebudayaan yang sedang kita alami saat
ini merupakan proses transformasi sosial yang kompleks dan cukup sulit untuk diprediksi.
Pertanyaannya adalah, benarkah ilmu dan teknologi berpengaruh atas perkembangan
kebudayaan? Sejauhmana ilmu dan teknologi itu berperan? Dimanakah posisi pendidikan akan
kita tempatkan? Apakah pendidikan masih dapat diandalkan untuk menjadi solusi atas
perubahan ini? ataukah justru pendidikan semakin menjadi bagian dari perubahan yang tengah
terjadi?
Pada era IPTEK imbasnya pada pentingnya seorang guru meningkatkan kinerja dan
kemampuan mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru dituntut
untuk mampu menampilkan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menarik siswa untuk
beraktifitas secara aktif. Seperti pembelajaran yang dilakukan harus dapat memanfaatkan
teknologi yang sudah ada, agar siswa tidak tertinggal kemajuan teknologi yang telah berkembang
pesat. Pendidikan merupakan rekayasa untuk mengendalikan pembelajaran guna mencapai
tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien. Dalam pembelajaran peran ini sangatlah
penting karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan,
keterampilan dan nilai kepada siswa sehingga yang diteransfer memiliki makna bagi diri sendiri
dan masyarakat. (Jamil, 2013: 25).
Teknologi merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan sebagaimana unsur-unsur
lainnya seperti metafisika, ilmu, filsafat, humaniora, ideologi, dan seni rupa (The Liang Gie,
1982: 88). Teknologi lebih berperan dalam membangun ”unsur material” kebudayaan manusia.
3. Bila pada milenium pertama manusia bergumul antara dua aktivitas yaitu merenung dan berpikir,
setelah itu manusia terlibat dalam pergulatan baru yaitu berpikir dan bertindak.
Teknologi memiliki suatu potensi merubah kesadaran intelektual dan moral dari individu
manusia. Teknologi berperan besar terhadap komponen kebudayaan lain maupun terhadap
manusia secara individu. Pada tingkat tertentu teknologi mengkondisikan ”kebudayaan baru”.
Contonya adalah teknologi komputer dengan jaringan internetnya telah mengkondisikan manusia
baik secara individu maupun sosial secara berbeda dengan manusia atau masyarakat tanpa
komputer.
Dari sudut pandang kebudayaan, teknologi dewasa ini merupakan anak kandung
”kebudayaan barat”, danini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistemik
terhadap teknologi harus dilihat dalamkerangka ”komunikasi antar sistem kebudayaan”.
Sehingga, bagi negara atau masyarakat pengembang teknologi, suatu penemuan teknologi baru
merupakan momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun ”dunia objektif” yang
baru; sedangkan bagi negara atau masyarakat yang menjadi ”konsumen teknologi” , suatu
konsumsi teknologi baru bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, bahkan
”invasi kebudayaan”.
Perubahan pada lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perikelakuan antar kelompok dalam
masyarakat. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur material dan non material.
Yang ditekankan adalah pengaruh unsur kebudayaan material terhadap unsur non material.