Dokumen tersebut memberikan definisi tunanetra secara legal dan edukasional. Secara legal, tunanetra didefinisikan berdasarkan ketajaman penglihatan dan medan pandang menurut WHO dan undang-undang Amerika Serikat. Sedangkan secara edukasional, tunanetra didefinisikan berdasarkan kemampuan membaca dan kebutuhan bantuan pembelajaran. Dokumen ini juga membedakan tunanetra berat dan ringan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah secara desentralistik dengan tetap mengacu pada standar kompetensi nasional. KTSP mengatur tujuan, struktur, muatan, dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pengembangannya melibatkan berbagai pihak sekolah dan berdasarkan analisis kondisi sekolah.
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Soal Universitas Terbuka
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Kemampuan Profesional PDGK4560. Untuk melihat dan mendownload contoh laporan PKP ini secara lengkap, kunjungi situs www.soalut.com gunakan menu search di situs untuk mencari dan menemukan laporan ini.
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Ciri Benda Padat dan Benda Cair - Pemantaan Ke...Soal Universitas Terbuka
Laporan ini membahas upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD tentang ciri benda padat dan cair dengan menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan penguasaan materi siswa yang masih rendah. Metode demonstrasi diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep dengan lebih baik.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah secara desentralistik dengan tetap mengacu pada standar kompetensi nasional. KTSP mengatur tujuan, struktur, muatan, dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pengembangannya melibatkan berbagai pihak sekolah dan berdasarkan analisis kondisi sekolah.
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Soal Universitas Terbuka
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Kemampuan Profesional PDGK4560. Untuk melihat dan mendownload contoh laporan PKP ini secara lengkap, kunjungi situs www.soalut.com gunakan menu search di situs untuk mencari dan menemukan laporan ini.
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Ciri Benda Padat dan Benda Cair - Pemantaan Ke...Soal Universitas Terbuka
Laporan ini membahas upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD tentang ciri benda padat dan cair dengan menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan penguasaan materi siswa yang masih rendah. Metode demonstrasi diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep dengan lebih baik.
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...Soal Universitas Terbuka
Dokumen tersebut merupakan laporan hasil penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas V SD Negeri 23 Kelapa tentang pelajaran puisi melalui model pembelajaran langsung. Penelitian ini dilakukan karena rendahnya minat belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia, terutama tentang puisi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hanya sebagian siswa yang memperoleh nilai di atas Kriter
pkp 1-5 setelah perbaikan 3-dikompresi.pdfyapmulyasari
Laporan ini mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi heuristik Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VI SD 15 Koto Merapak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui empat langkah strategi heuristik Polya yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan melakukan pengecekan ke
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil BelajarNaita Novia Sari
Modul ini membahas tentang pengumpulan dan pengolahan informasi hasil belajar siswa melalui berbagai metode seperti tes objektif, tes uraian, pengamatan, dan penilaian kinerja. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran dan perkembangan belajar siswa."
unggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docxUMIZAENAB1
Dokumen ini membahas pengamatan perilaku peserta didik yang melamun dan tidak memperhatikan di kelas selama pelajaran Sejarah dan Matematika selama 2 minggu. Tercatat ada 5 kali perilaku ini muncul pada minggu pertama dengan durasi 5-10 menit setiap kali, dan 4 kali pada minggu kedua dengan durasi 3-4 menit setiap kali. Perlu dilakukan intervensi untuk mengembangkan konsentrasi siswa.
Laporan analisis mengenai kemungkinan menggunakan model pembelajaran kelas rangkap saat ini. Ringkasan mencakup pendapat pribadi didukung oleh minimal dua sumber berita dan lima teori pendukung serta kesimpulan dengan referensi.
Dokumen ini membahas tentang sambungan keling, termasuk jenis, cara pemasangan, persyaratan, dan kerusakan pada sambungan keling. Sambungan keling digunakan untuk menyatukan pelat logam dengan membor lubang dan memasang paku keling, dan jenisnya meliputi sambungan ringan, kuat, dan rapat. Dokumen ini juga menjelaskan tahapan pemasangan paku keling serta faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) TerbaruAkang Juve
Dokumen tersebut berisi lembar penilaian kemampuan merencanakan perbaikan pembelajaran untuk guru. Lembar penilaian terdiri dari tujuh aspek yang dinilai, yaitu pengelolaan ruang belajar, pelaksanaan pembelajaran, interaksi kelas, sikap terhadap siswa, kemampuan khusus mata pelajaran, penilaian proses dan hasil belajar, serta kesan umum pelaksanaan pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas evaluasi proses dan hasil belajar IPA di SD. Terdapat 3 kegiatan belajar yang membahas tentang pengertian, tujuan, dan alat evaluasi proses dan hasil belajar IPA. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemajuan peserta didik dan perbaikan proses pembelajaran, dan mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik."
PPT MODUL 5 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxArman Ahmad
Modul ini membahas tentang pendidikan bagi anak tunarungu. Ia menjelaskan definisi tunarungu, klasifikasi dan penyebabnya, dampak terhadap perkembangan anak, serta layanan pendidikan khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak tunarungu.
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docxModul Guruku
Modul ini membahas penjumlahan bilangan dua angka untuk siswa kelas 2 SD. Modul ini berisi informasi umum tentang penyusun, instansi, tahun penyusunan, mata pelajaran, alokasi waktu, kompetensi awal, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan lampiran yang mendukung proses pembelajaran penjumlahan bilangan dua angka.
Materi kegiatan belajar ini membahas tentang pemeriksaan fungsi penglihatan pada pasien dengan gangguan sistem penglihatan, meliputi prosedur persiapan pasien dan lingkungan, pelaksanaan pemeriksaan ketajaman penglihatan tanpa dan dengan pinhole menggunakan kartu Snellen, serta penilaian hasil pemeriksaan.
Materi kegiatan belajar ini membahas tentang pemeriksaan fungsi penglihatan pada pasien dengan gangguan sistem penglihatan, meliputi prosedur persiapan pasien dan lingkungan, pelaksanaan pemeriksaan ketajaman penglihatan tanpa dan dengan pinhole menggunakan kartu Snellen, serta penilaian hasil pemeriksaan.
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...Soal Universitas Terbuka
Dokumen tersebut merupakan laporan hasil penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas V SD Negeri 23 Kelapa tentang pelajaran puisi melalui model pembelajaran langsung. Penelitian ini dilakukan karena rendahnya minat belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia, terutama tentang puisi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hanya sebagian siswa yang memperoleh nilai di atas Kriter
pkp 1-5 setelah perbaikan 3-dikompresi.pdfyapmulyasari
Laporan ini mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi heuristik Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VI SD 15 Koto Merapak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui empat langkah strategi heuristik Polya yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan melakukan pengecekan ke
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil BelajarNaita Novia Sari
Modul ini membahas tentang pengumpulan dan pengolahan informasi hasil belajar siswa melalui berbagai metode seperti tes objektif, tes uraian, pengamatan, dan penilaian kinerja. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran dan perkembangan belajar siswa."
unggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docxUMIZAENAB1
Dokumen ini membahas pengamatan perilaku peserta didik yang melamun dan tidak memperhatikan di kelas selama pelajaran Sejarah dan Matematika selama 2 minggu. Tercatat ada 5 kali perilaku ini muncul pada minggu pertama dengan durasi 5-10 menit setiap kali, dan 4 kali pada minggu kedua dengan durasi 3-4 menit setiap kali. Perlu dilakukan intervensi untuk mengembangkan konsentrasi siswa.
Laporan analisis mengenai kemungkinan menggunakan model pembelajaran kelas rangkap saat ini. Ringkasan mencakup pendapat pribadi didukung oleh minimal dua sumber berita dan lima teori pendukung serta kesimpulan dengan referensi.
Dokumen ini membahas tentang sambungan keling, termasuk jenis, cara pemasangan, persyaratan, dan kerusakan pada sambungan keling. Sambungan keling digunakan untuk menyatukan pelat logam dengan membor lubang dan memasang paku keling, dan jenisnya meliputi sambungan ringan, kuat, dan rapat. Dokumen ini juga menjelaskan tahapan pemasangan paku keling serta faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) TerbaruAkang Juve
Dokumen tersebut berisi lembar penilaian kemampuan merencanakan perbaikan pembelajaran untuk guru. Lembar penilaian terdiri dari tujuh aspek yang dinilai, yaitu pengelolaan ruang belajar, pelaksanaan pembelajaran, interaksi kelas, sikap terhadap siswa, kemampuan khusus mata pelajaran, penilaian proses dan hasil belajar, serta kesan umum pelaksanaan pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas evaluasi proses dan hasil belajar IPA di SD. Terdapat 3 kegiatan belajar yang membahas tentang pengertian, tujuan, dan alat evaluasi proses dan hasil belajar IPA. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemajuan peserta didik dan perbaikan proses pembelajaran, dan mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik."
PPT MODUL 5 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxArman Ahmad
Modul ini membahas tentang pendidikan bagi anak tunarungu. Ia menjelaskan definisi tunarungu, klasifikasi dan penyebabnya, dampak terhadap perkembangan anak, serta layanan pendidikan khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak tunarungu.
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docxModul Guruku
Modul ini membahas penjumlahan bilangan dua angka untuk siswa kelas 2 SD. Modul ini berisi informasi umum tentang penyusun, instansi, tahun penyusunan, mata pelajaran, alokasi waktu, kompetensi awal, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan lampiran yang mendukung proses pembelajaran penjumlahan bilangan dua angka.
Materi kegiatan belajar ini membahas tentang pemeriksaan fungsi penglihatan pada pasien dengan gangguan sistem penglihatan, meliputi prosedur persiapan pasien dan lingkungan, pelaksanaan pemeriksaan ketajaman penglihatan tanpa dan dengan pinhole menggunakan kartu Snellen, serta penilaian hasil pemeriksaan.
Materi kegiatan belajar ini membahas tentang pemeriksaan fungsi penglihatan pada pasien dengan gangguan sistem penglihatan, meliputi prosedur persiapan pasien dan lingkungan, pelaksanaan pemeriksaan ketajaman penglihatan tanpa dan dengan pinhole menggunakan kartu Snellen, serta penilaian hasil pemeriksaan.
Kartu Snellen digunakan untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dengan membaca huruf pada jarak tertentu. Tajam penglihatan 6/6 berarti dapat membaca huruf pada jarak 6 meter, sedangkan orang normal juga dapat. Jika hanya dapat membaca pada jarak lebih jauh, tajam penglihatannya lebih rendah. Kartu ini berguna untuk mengetahui kondisi penglihatan dan kebutuhan koreksi.
Modul 4 kb3 pemeriksaan fungsi penglihatanUwes Chaeruman
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fungsi penglihatan yang meliputi cara-cara melakukan pemeriksaan visus menggunakan beberapa alat optik, pengukuran tajam penglihatan, serta kategorisasi tingkat penglihatan normal hingga buta total.
Tiga skala penilaian yang digunakan untuk memantau pasien stroke yaitu NIHSS untuk menilai defisit neurologis akut, Indeks Barthel untuk mengukur keterbatasan aktivitas sehari-hari, dan Skala Rankin yang dimodifikasi untuk pengukuran keterbatasan fungsional secara lebih global. Ketiga skala ini berguna untuk menilai kemajuan pemulihan pasien stroke.
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan dan Uji Ischihara.pdfErviAudinaMunthe1
Dokumen tersebut merangkum berbagai tes penglihatan, termasuk tes visus untuk mengukur ketajaman penglihatan menggunakan kartu Snellen, tes warna menggunakan kartu Ishihara untuk mendeteksi buta warna, serta cara-cara untuk mengukur visus jika pasien tidak dapat membaca kartu standar.
Anak Dengan Hambatan Pengelihatan.pptxssuser4abcb6
Dokumen tersebut membahas tentang definisi tunanetra menurut Persatuan Tunanetra Indonesia, karakteristik fisik dan tingkah laku tunanetra, serta beberapa cara untuk membantu anak tunanetra dalam belajar seperti mengoptimalkan indra lain, menggunakan alat bantu seperti buku Braille, serta komunikasi instruksional dan interpersonal.
Dokumen ini membahas tentang pendaftaran orang kurang upaya (OKU) di Malaysia. Ia menjelaskan definisi OKU menurut undang-undang Malaysia, kategori baru OKU, proses pendaftaran OKU, dan statistik pendaftaran OKU menurut negeri dan jenis ketidakmampuan.
Modul ini membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi, perilaku kekerasan, dan defisit perawatan diri. Materi dibahas dalam tiga kegiatan belajar yaitu gangguan sensori persepsi halusinasi, pengkajian risiko perilaku kekerasan, dan pengkajian defisit perawatan diri. Pokok bahasan meliputi konsep, proses keperawatan, dan tahapan halusinasi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Tunanetra merujuk pada kondisi ketidakmampuan seseorang dalam melakukan aktivitas penglihatan akibat kerusakan mata atau organ pendukung penglihatan. Dokumen tersebut menjelaskan pengertian, klasifikasi, karakteristik, penyebab, diagnosis, strategi pembelajaran, dan kebutuhan khusus tunanetra.
The document provides information about learning disabilities and strategies to support students with disabilities. It discusses the objectives of disability support services including psychological testing, accommodations, and study skills support. It then focuses on specific learning disabilities like dyslexia, dyscalculia, and dysgraphia. For each disability, it defines the condition, discusses underlying causes and symptoms, and provides strategies to help students.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pendidikan untuk anak tunarungu (ATR), yang mencakup sistem pendidikan segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB), sistem pendidikan integrasi di sekolah umum, fasilitas pendidikan khusus untuk ATR, dan peran orang tua dalam pendidikan ATR.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, klasifikasi, penyebab, karakteristik, dan deteksi ketunarunguan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa ketunarunguan dapat disebabkan faktor keturunan, infeksi, atau cedera dan dapat dideteksi melalui tes pendengaran, observasi, wawancara, atau melihat dokumen medis. Karakteristik tunarungu meliputi kesulitan bahasa dan sosial
The document provides information on basic sentence patterns in English, including the components of a basic sentence, subjects, predicates, and types of verbs. It discusses subjects, predicates, and the three types of verbs - linking verbs, intransitive verbs, and transitive verbs. Examples are given for each sentence pattern and practice identifying subjects and verbs. The document also covers complements, adjuncts, pronouns, and some additional examples of sentences using linking verbs.
1. http://www.d-tarsidi.blogspot.com/
04 October 2011
Definisi Tunanetra
Oleh Didi Tarsidi
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Data yang dikeluarkan oleh WHO (2011) menunjukkan bahwa terdapat sekitar 284 juta orang
tunanetra di seluruh dunia. Berdasarkan hasil survei nasional tahun 1993-1996 angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,5 persen. Angka ini menempatkan Indonesia untuk masalah kebutaan di
urutan pertama di Asia dan nomor dua di dunia setelah negara-negara di Afrika Tengah sekitar
Gurun Sahara. Sebagai perbandingan, di Bangladesh angka kebutaan mencapai satu persen, di
India 0,7 persen, di Thailand 0,3 persen, Jepang dan AS berkisar 0,1 sampai 03 persen.
(Gsianturi, 2004.
Apakah yang dimaksud dengan tunanetra itu? Persatuan Tunanetra Indonesia / Pertuni (2004)
mendefinisikan ketunanetraan sebagai berikut: Orang tunanetra adalah mereka yang tidak
memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa
penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa
berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang
awas). Ini berarti bahwa seorang tunanetra mungkin tidak mempunyai penglihatan sama sekali
meskipun hanya untuk membedakan antara terang dan gelap. Orang dengan kondisi penglihatan
seperti ini kita katakan sebagai ”buta total”. Di pihak lain, ada orang tunanetra yang masih
mempunyai sedikit sisa penglihatan sehingga mereka masih dapat menggunakan sisa
penglihatannya itu untuk melakukan berbagai kegiatan sehari-hari termasuk untuk membaca
tulisan berukuran besar (lebih besar dari 12 point) setelah dibantu dengan kaca mata. Perlu
dijelaskan di sini bahwa yang dimaksud dengan 12 point adalah ukuran huruf standar pada
komputer di mana pada bidang selebar satu inci memuat 12 buah huruf. Akan tetapi, ini tidak
boleh diartikan bahwa huruf dengan ukuran 18 point, misalnya, pada bidang selebar 1 inci
memuat 18 huruf. Tidak demikian. Orang tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan yang
fungsional seperti ini kita sebut sebagai orang ”kurang awas” atau lebih dikenal dengan sebutan
”Low vision”.
Terdapat sejenis konsensus internasional untuk menggunakan dua jenis definisi sehubungan
dengan kehilangan penglihatan:
1. Definisi legal (definisi berdasarkan peraturan perundang-undangan) dan
2. Definisi edukasional (definisi untuk tujuan pendidikan) atau definisi fungsional yaitu yang
difokuskan pada seberapa banyak sisa penglihatan seseorang dapat bermanfaat untuk
keberfungsiannya sehari-hari.
1. Definisi Legal
Definisi legal terutama dipergunakan oleh profesi medis untuk menentukan apakah seseorang
2. berhak memperoleh akses terhadap keuntungan-keuntungan tertentu sebagai mana diatur oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti jenis asuransi tertentu, bebas bea
transportasi, atau untuk menentukan perangkat alat bantu yang sesuai dengan kebutuhannya, dsb.
Dalam definisi legal ini, ada dua aspek yang diukur:
- Ketajaman penglihatan (visual acuity) dan
- Medan pandang (visual field).
Cara yang paling umum untuk mengukur ketajaman penglihatan adalah dengan menggunakan
Snellen Chart yang terdiri dari huruf-huruf atau angka-angka atau gambar-gambar yang disusun
berbaris-baris berdasarkan ukuran besarnya (lihat Gambar 4.1).
Setiap baris huruf pada tabel Snellen ini dapat dikenali dari jarak tertentu oleh orang yang
berpenglihatan normal, misalnya dari jarak 60, 36, 24, 18, 12, 9 atau 6 meter. Anak berdiri 6
meter dari tabel itu, dan jika dia dapat membaca tabel itu sejauh baris yang berisi huruf-huruf
untuk jarak 6 meter, maka itu berarti bahwa ketajaman penglihatannya adalah 6/6 atau "normal".
Jika dia dapat membaca hanya sejauh baris yang berisi huruf-huruf untuk jarak 24 meter, maka
ketajaman penglihatannya adalah 6/24. Angka yang di atas (pembilang) selalu menunjukkan
jarak dari tabel, dan angka bawah (penyebut) menunjukkan jarak mata normal dapat membaca
huruf-huruf itu. Dengan kata lain, bila ketajaman penglihatan seorang anak adalah 6/24, ini
berarti bahwa huruf-huruf yang dapat dibaca oleh mata normal dari jarak 24 meter hanya dapat
dibaca dari jarak 6 meter oleh anak itu. Bilangan ini tidak menunjukkan pecahan dari penglihatan
normal. Dan bukan sesuatu yang luar biasa jika kedua belah mata mempunyai ketajaman
penglihatan yang sangat berbeda, misalnya 6/6 dan 6/24.
Jika anak tidak dapat membaca baris untuk 60 meter (huruf paling atas pada tabel) dari jarak 6
meter, ini berarti bahwa penglihatannya kurang dari 6/60, dan tes dilakukan lagi dari jarak yang
lebih dekat. Jika anak itu dapat membaca huruf yang di atas ini dari jarak 3 meter, maka
ketajaman penglihatannya dicatat sebagai 3/60, tetapi jika dia hanya dapat membacanya dari
jarak 1 meter, maka ketajaman penglihatannya adalah 1/60. Bila penglihatannya kurang dari
1/60, kadang-kadang penglihatan anak itu ditentukan berdasarkan kemampuannya untuk
menghitung jari dari jarak yang berbeda-beda antara 15 cm dan 1 meter. Jika anak itu juga tidak
mampu melakukannya, maka penglihatannya dapat dicatat sebagai PL, LP atau LPO, yang
merupakan variasi dari "perception of light only" (hanya persepsi cahaya).
Gambar 4.1: Snellen chart (dikutip dari Mason & McCall, 1999)
Berdasarkan hasil tes ketajaman penglihatan dengan Snellen Chart, Organisasi Kesehatan Dunia
/ WHO (Mason & McCall, 1999) mengklasifikasikan penglihatan orang sebagai ”normal”, ”low
Vision”, atau ”blind” seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 1: Klasifikasi Ketajaman Penglihatan menurut WHO
Ketajaman Penglihatan -- Klasifikasi WHO:
6/6 hingga 6/18 = Normal vision (penglihatan normal).
<6/18 hingga >3/60 (kurang dari 6/18 tetapi lebih baik atau sama dengan 3/60) = Low vision
(kurang awas).
<3/60 = Blind (buta).
3. Berdasarkan klasifikasi di atas, seseorang dikatakan tunanetra apabila ketajaman penglihatannya
kurang dari 6/18. Ini berarti bahwa tingkat sisa penglihatan orang tunanetra itu berkisar dari 0
(buta total) hingga <6/18. Ini juga berarti bahwa orang yang dikategorikan sebagai buta (blind)
itu tidak hanya mereka yang buta total melainkan juga mereka yang masih mempunyai sedikit
sisa penglihatan (<3/60).
Akan tetapi, tidak semua negara menggunakan definisi tunanetra menurut WHO itu. Satu definisi
lain yang banyak dipakai sebagai acuan adalah definisi menurut hukum Amerika Serikat.
Seseorang dikatakan ”legally blind” menurut undang-undang Amerika Serikat apabila
penglihatan pada mata terbaiknya, setelah menggunakan lensa korektif, adalah 20/200 atau
kurang, dengan medan pandang 20 derajat atau kurang (Jernigan, 1994).
20/200 artinya testee hanya mampu membaca huruf-huruf tertentu pada Snellen Chart dari jarak
20 feet, sedangkan orang dengan penglihatan normal mampu membacanya dari jarak 200 feet.
Sementara WHO menggunakan meter sebagai satuan ukuran jarak dari testee ke Snellen Chart,
Amerika Serikat menggunakan feet sebagai satuan ukuran. 200 feet kira-kira sama dengan 60
meter.
Medan pandang (visual field) adalah luasnya wilayah yang dapat dilihat orang tanpa
menggerakkan matanya. (Dalam beberapa literatur, visual field diterjemahkan sebagai ”lantang
pandang”). Mata dengan penglihatan normal mempunyai medan pandang 180 derajat. Ini berarti
jika anda merentangkan kedua belah lengan anda ke kiri dan kanan sementara anda melihat ke
depan, anda akan dapat melihat tangan kiri dan tangan kanan anda tanpa harus menoleh. Orang
yang medan pandangnya sangat sempit ibarat melihat melalui sebuah cerobong; dia harus
menolehkan wajahnya ke kiri dan kanan untuk dapat melihat lebih banyak.
2. Definisi Edukasional/Fungsional
Dua orang yang mempunyai tingkat ketajaman penglihatan yang sama dan bidang pandang yang
sama belum tentu menunjukkan keberfungsian yang sama. Pengalaman telah menunjukkan
bahwa pengetahuan tentang ketajaman penglihatan saja tidak cukup untuk memprediksikan
bagaimana orang akan berfungsi – baik secara penglihatannya maupun pada umumnya.
Pengetahuan tersebut juga tidak cukup mengungkapkan tentang bagaimana orang akan
menggunakan penglihatannya yang mungkin masih tersisa. Bila seseorang masih memiliki sisa
penglihatan, betapapun kecilnya, akan penting bagi orang tersebut untuk belajar
mempergunakannya. Hal tersebut biasanya akan mempermudah baginya untuk mengembangkan
kemandirian dan pada gilirannya akan membantu meningkatkan kualitas kehidupannya.
Definisi legal biasanya juga tidak memadai untuk menunjukkan apakah seseorang akan mampu
membaca tulisan cetak atau apakah dia perlu belajar Braille, mempergunakan rekaman audio
(buku, surat kabar, artikel dll.) atau kombinasi media-media tersebut. Merupakan hal yang
penting bahwa definisi seyogyanya memberikan indikasi yang fungsional. Dengan kata lain,
definisi seyogyanya membantu kita memahami bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan
orang yang bersangkutan.
Definisi edukasional mengenai ketunanetraan lebih dapat memenuhi persyaratan tersebut
4. daripada definisi legal, dan oleh karenanya dapat menunjukkan:
- Metode membaca dan metode pembelajaran membaca yang mana yang sebaiknya
dipergunakan;
- Alat bantu serta bahan ajar yang sebaiknya dipergunakan;
- Kebutuhan yang berkaitan dengan orientasi dan mobilitas.
Secara edukasional, seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk kegiatan pembelajarannya dia
memerlukan alat bantu khusus, metode khusus atau teknik-teknik tertentu sehingga dia dapat
belajar tanpa penglihatan atau dengan penglihatan yang terbatas.
Berdasarkan cara pembelajarannya, ketunanetraan dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
buta (blind) atau tunanetra berat dan kurang awas (low vision) atau tunanetra ringan.
Seseorang dikatakan tunanetra berat (blind) apabila dia sama sekali tidak memiliki penglihatan
atau hanya memiliki persepsi cahaya, sehingga untuk keperluan belajarnya dia harus
menggunakan indera-indera non-penglihatan. Misalnya, untuk membaca dia mengunakan tulisan
Braille yang dibaca melalui ujung-ujung jari, atau rekaman audio yang ”dibaca” melalui
pendengaran.
Seseorang dikatakan tunanetra ringan (low vision) apabila setelah dikoreksi penglihatannya
masih sedemikian buruk tetapi fungsi penglihatannya dapat ditingkatkan melalui penggunaan
alat-alat bantu optik dan modifikasi lingkungan. Siswa kurang awas belajar melalui penglihatan
dan indera-indera lainnya. Dia mungkin akan membaca tulisan yang diperbesar (large print)
dengan atau tanpa kaca pembesar, tetapi dia juga akan terbantu apabila belajar Braille atau
menggunakan rekaman audio. Keberfungsian penglihatannya akan tergantung pada faktor-faktor
seperti pencahayaan, alat bantu optik yang dipergunakannya, tugas yang dihadapinya, dan
karakteristik pribadinya.
Secara lebih luas, Jernigan (1994) mendefinisikan ketunanetraan berdasarkan keberfungsian
dalam kehidupan sehari-hari. Dia menulis, “One is blind to the extent that he must devise
alternative techniques to do efficiently those things which he would do with sight if he had
normal vision. An individual may properly be said to be "blind" or a "blind person" when he has
to devise so many alternative techniques-that is, if he is to function efficiently-that his pattern of
daily living is substantially altered”.
Jadi, menurut Jernigan, seorang individu dapat dikatakan tunanetra apabila dia harus
menggunakan begitu banyak teknik alternative untuk melakukan secara efektif hal-hal yang
normalnya dilakukan menggunakan penglihatan agar dia dapat berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari secara efisien, sehingga pola kehidupannya pun menjadi sangat berubah.
Teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa alat bantu khusus) yang
memanfaatkan indera-indera nonvisual atau sisa indera penglihatan untuk melakukan suatu
kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indera penglihatan. Teknik-teknik alternatif itu
diperlukannya dalam berbagai bidang kegiatan seperti dalam membaca dan menulis, bepergian,
menggunakan komputer, menata rumah, menata diri, dll. Kadang-kadang teknologi diperlukan
untuk membantu menciptakan teknik-teknik alternatif tersebut.
Definisi edukasional, meskipun tidak sempurna, namun dapat memberikan pandangan yang lebih
holistik (menyeluruh) mengenai kebutuhan anak serta orang dewasa penyandang ketunanetraan,
baik tunanetra sejak lahir maupun yang ketunanetraannya didapat setelah kelahiran.
5. Patut dicatat bahwa Willis, tahun 1976, (Hallahan dan Kaufman, 1991) menemukan bahwa
hanya 18% dari mereka yang didefinisikan sebagai buta secara legal adalah buta total dan harus
mempergunakan Braille sebagai media bacanya. Ini merupakan informasi yang penting terutama
bagi negara-negara di mana semua – atau kebanyakan – anak tunanetra hanya diajari membaca
Braille. Data WHO (2011) menunjukkan bahwa dari 284 juta orang tunanetra di seluruh dunia,
39 juta (sekitar 13,7%) di antaranya adalah tunanetra berat (blind) dan 245 juta orang (sekitar
86,3%) adalah tunanetra ringan (low vision).
Patut juga dicatat bahwa ketajaman penglihatan dan medan pandang sulit diukur bila orang
mempunyai sejumlah kondisi ketunaan. Dalam hal demikian, observasi edukasional-fungsional
mungkin merupakan satu-satunya cara untuk memahami apakah anak masih dapat melihat atau
tidak, dan, jika dapat melihat, apakah yang dapat dilihatnya itu.
Referensi
Hallahan, D.p. & Kauffman, J.m. (1991). Exceptional Children Introduction to Special
Education. Virginia:Prentice hall International, Inc.
Jernigan, K., (1994). If Blindness Comes. USA: National Federation of the Blind.
Mason, H. & McCall, S. (Eds.). (1999). Visual Impairment: Access to Education for Children
and Young People. London: David Fulton Publishers
Pertuni (2004). Anggaran Rumah Tangga Persatuan Tunanetra Indonesia. Jakarta: Pertuni.
World Health Organization (2011). Visual impairment and blindness. (Online). Tersedia:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/. Diakses 21 April 2011.
Labels: Blindness