SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
ACARA XII
PENGUKURAN BINTIK BUTA DAN BINTIK DEKAT
OLEH :
SABILA NUR AMALINA
E1A012048
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015
ACARA XII
PENGUKURAN BINTIK BUTA DAN BINTIK DEKAT
A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktikum : Mahasiswa terampil dalam melaksanakan prosedur
untuk mengukur jarak bintik buta dan bintik dekat
mata seseorang.
2. Hari, tanggal praktikum : Kamis, 18 Juni 2015
3. Tempat praktikum : Laboratorium Biologi FKIP Universitas Mataram.
B. Landasan Teori
Visus (ketajaman penglihatan) adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit)
terkecil di mana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan. Tajam
penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda
pada jarak tertentu. Visus (ketajaman penglihatan) adalah ukuran, berapa jauh, dan
detail suatu benda dapat tertangkap oleh mata sehingga visus dapat disebut sebagai
fisiologi mata yang paling penting. Ketajaman penglihatan didasarkan pada prinsip
tentang adanya daya pisah minimum yaitu jarak yang paling kecil antara 2 garis yang
masih mungkin dipisahkan dan dapat ditangkap sebagai 2 garis (Gita, 2009 : 42).
Bintik buta adalah daerah tempat sarap optik meninggalkan bagian dalam bola
mata dan tidak mengandung sel konus dan batang. Dalam kehiduan sehari – hari kita
tidak sadar bahwa ada pengaruh bintik buta, karena bintik buta merupakan bagian
terkecil mata yang tidak banyak di ketahui orang umum. Hanya orang yang
mendalami bidang ini saja yang menyadarinya. Luas atau sempitnya bintik buta di
pengaruhi oleh luas atau sempitnya jarak antara sel konus dengan sel batang Dan juga
karena factor jarak jika jaraknya dekat maka bintik buta nya sempit dan jika jaraknya
jauh maka luas daerahnya luas (Syukri,2008 : 36).
Cahaya yang masuk ke bagian bintik kuning retina akan mengenai sel-sel
batang dan kerucut. Sel kerucut sebagai fotoreseptor yang peka cahaya akan
menangkap rangsang dan mengubahnya menjadi impuls yang dihantarkan ke saraf
optik ke otak besar bagian belakang (lobus oksipitalis). Pada lobus oksipitalis ini
terjadi asosiasi berupa kesan melihat benda. Pembiasan cahaya dari suatu benda akan
membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada
retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan
kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak
sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak nampak,
jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada
retina ( Anonim, 2010 : 1)
C. Alat dan bahan
1. Alat
a. Penggaris
b. Spidol
c. Polpen
d. Alat tulis
2. Bahan
a. Kertas putih
b. Praktikan
D. Cara Kerja
1. Jarak bintik mata
a. Mata kanan ditutup
1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Mengukur kertas putih dengan ukuran 10x20 cm kemudian digunting,
3. Membuat tanda + dan - dengan menggunakan spidol jarak antara tanda +
dan -/0 adalah 9 cm,
4. Menyiapkan 2 orang praktikan yang saling berhadapan dimana praktikan
pertama memegang kertas putih dan praktikan kedua berdiri tegak
memandang lurus ke arah kertas,
5. Mengukur jarak kertas putih dari mata praktikan kedua dengan jarak 50
cm,
6. Menutup mata kanan oleh praktikan kedua kemudian mata difokuskan
pada tanda plus (+),
7. Mendekatkan kertas secara perlahan-lahan hingga tanda minus (– )hilang,
8. Mengukur jarak mata dengan jarak tanda minus (-) hilang pada kertas,
9. Mencatat hasil pengamatan dan,
10. Mengulangi langkah diatas sampai semua anggota kelompok
mendapatkan data masing-masing.
b. Mata kiri ditutup
1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Mengukur kertas putih dengan ukuran 10x20 cm kemudian digunting,
3. Membuat tanda dengan menggunakan spidol warna warna biru (gambar
bintang) dan warna kuning (bulan) dimana jarak antara tanda bulan dan
bintang adalah 15 cm,
4. Menyiapkan 2 orang praktikan yang saling berhadapan dimana praktikan
pertama memegang kertas putih dan praktikan kedua berdiri tegak
memandang lurus ke arah kertas,
5. Mengukur jarak kertas putih dari mata praktikan kedua dengan jarak 50
cm,
6. Menutup mata kiri oleh praktikan kedua kemudian mata difokuskan pada
tanda warna biru (gambar bintang),
7. Mendekatkan kertas secara perlahan-lahan hingga warna kuning (gambar
bulan) hilang,
8. Mengukur jarak mata dengan jarak tanda warna kuning (bulan) hilang
pada kertas,
9. Mencatat hasil pengamatan dan, mengulangi langkah diatas sampai semua
anggota kelompok mendapatkan data masing-masing.
2. Jarak bintik dekat
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan,
b. Menyiapkan 2 orang praktikan yang saling berhadapan dengan praktikan
pertama memegang polpen sejajar dengan arah pandangan praktikan
kedua,
c. Mengatur jarak spidol dengan mata praktikan 50 cm,
d. Memfokuskan pandangan pada polpen kemudian mendekatkan polpen
secara perlahan-lahan sampai polpen terlihat buram,
e. Mengukur jarak mata dengan polpen,
f. Mencatat hasil pengamatan dan mengulangi langkah tersebut diatas sampai
semua anggota kelompok data masing-masing.
E. Hasil Pengamatan
1. Jarak bintik mata
No Nama Praktikan Jarak bintik mata
Mata kanan ditutup Mata kiri ditutup
1 Sabila 25 cm 21,5 cm
2 Devi 9 cm 10,5 cm
3 Ari 6 cm 8 cm
4 Rosita 8 cm 8,5 cm
5 Aisyah 9,5 cm 7,5 cm
6 Umi 11 cm 18,5 cm
2. Jarak bintik dekat
No Nama Praktikan Jarak bintik dekat
1 Sabila 18 cm
2 Ari 18 cm
3 Devi 7 cm
4 Umi 10,5 cm
5 Rosita -
6 Aisyah 14 cm
F. Pembahasan
Praktikum tentang bintik buta dan bintik dekat ini bertujuan agar mahasiswa
terampil dalam melaksanakan prosedur untuk mengukur jarak bintik buta dan bintik
dekat. Bayangan suatu benda tidak nampak pada jarak tertentu, karena pembiasan
cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina. Bayangan
akan nampak jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik
kuning pada retina. Kejelasan mata dalam melihat benda antara orang yang satu
dengan yang lain pasti berbeda. Apabila rata-rata frekuensi kecil maka kejelasan mata
dalam melihat benda masih baik dan apabila rata-rata frekuensi besar maka kejelasan
mata dalam melihat benda kurang baik. Jarak bintik buta pada mata kanan kiri
manusia rata-rata adalah sama. Bayangan benda tidak terlihat pada jarak tertentu,
karena pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina
karena cahaya yang jatuh pada bagian ini tidak mengenai sel-sel batang dan kerucut
sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke saraf optik yang akhirnya menyebabkan
tidak terjadinya kesan melihat. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda
tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, maka bayangan benda akan terlihat.
Posisi bintik buta mata kanan dan kiri berbeda. Pada jarak tertentu, benda
terlihat dan pada jarak tertentu benda tidak terlihat. Ketika benda tidak terlihat pada
jarak tertentu, hal ini disebabkan oleh pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh
dibagian bintik buta pada retina yang cahayanya jatuh pada bagian yang tidak
mengenai sel-sel batang dan kerucut sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke
saraf optik. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda jatuh di bagian bintik
kuning pada retina, maka benda dapat terlihat. Titik buta dari setiap orang relative
berbeda tergantung kemampuan mata masing-masing.
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus
memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula
yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki
resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna
sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan
tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna
dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur. Cahaya datang dari sebuah
fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang disebut visual aksis.
Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta
jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk.
Struktur-struktur ini adalah lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi
Anterior = Bilik Depan), pupil, lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan
meleset ke bagian lain dari retina. Bagian posterior dari retina disebut sebagai lapisan
epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk menyerap cahaya yang masuk ke
dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam retina. RPE juga
memiliki fungsi vital untuk mendaur ulang bahan-bahan kimia yang digunakan oleh
sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan
dapat terjadi.
Seperti pada lensa fotografi, visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi
optik pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika
ukuran pupil berada pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan
kurang cahaya. Jika pupil kecil (1-2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada
difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua keadaan ekstrim, diameter pupil yang secara
umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan mata yang sehat ada pada kisaran
3 atau 4 mm.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bintik buta setiap praktikan berbeda-beda.
2. Bintik buta pada kedua mata umumnya harus sama.
3. Bintik buta pada setiap anggota praktikan masih normal karena bintik buta yang
tidak normal jaraknya sekitar 50 cm.
4. Bintik dekat pada praktikan masih normal karena masih kurang dari 50 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Bintik Buta Dan Dekat. Diakses dari
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/mata.html pada tanggal 28 Mei 2015
Syukri . 2008. Pedoman Praktikum Fisiologi Hewan. Surabaya:Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Gita N. 2000. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan
Pada Pekerja Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada pekerja Las Karbit
di Wilayah Pinggir Jalan Goa Jatijajar Kebumen. Purwokerto: Kementrian
Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soederman Fakultas Kedokteran
dan Ilmi-ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat.

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi TanamanLaporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanamanshafirasalsa11
 
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepaLaporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepaNor Hidayati
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan DeplasmolisisLaporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan DeplasmolisisDhiarrafii Bintang Matahari
 
Perbedaan Annelida,Plathyhelminthes,Nemathelminthes
Perbedaan Annelida,Plathyhelminthes,NemathelminthesPerbedaan Annelida,Plathyhelminthes,Nemathelminthes
Perbedaan Annelida,Plathyhelminthes,NemathelminthesNurIndahS3
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)fentyagustin1
 
Percobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sachPercobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sachAffandi Arrizandy
 
Laporan Penggunaan Mikroskop
Laporan Penggunaan MikroskopLaporan Penggunaan Mikroskop
Laporan Penggunaan MikroskopRohma Vnitha
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI RiaAnggun
 
Bab 8. Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibi
Bab 8.  Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibiBab 8.  Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibi
Bab 8. Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibiNana Citra
 
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)Monika Sihaloho
 
Laporan Praktikum Mengamati Sel
Laporan Praktikum Mengamati SelLaporan Praktikum Mengamati Sel
Laporan Praktikum Mengamati SelWien Adithya
 
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPTGymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPTLana Karyatna
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi TanamanLaporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum PEMBELAHAN SEL || Biologi Tanaman
 
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepaLaporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepa
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan DeplasmolisisLaporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
 
Perbedaan Annelida,Plathyhelminthes,Nemathelminthes
Perbedaan Annelida,Plathyhelminthes,NemathelminthesPerbedaan Annelida,Plathyhelminthes,Nemathelminthes
Perbedaan Annelida,Plathyhelminthes,Nemathelminthes
 
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan DarahLaporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
 
morfologi tumbuhan-Batang
morfologi tumbuhan-Batangmorfologi tumbuhan-Batang
morfologi tumbuhan-Batang
 
4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga
 
Laporan praktikum reagen
Laporan praktikum reagenLaporan praktikum reagen
Laporan praktikum reagen
 
Buah (fructus)
Buah (fructus)Buah (fructus)
Buah (fructus)
 
Percobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sachPercobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sach
 
Laporan Penggunaan Mikroskop
Laporan Penggunaan MikroskopLaporan Penggunaan Mikroskop
Laporan Penggunaan Mikroskop
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
Bab 8. Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibi
Bab 8.  Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibiBab 8.  Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibi
Bab 8. Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik amfibi
 
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
Laporan Biologi (Jaringan Hewan)
 
Laporan Praktikum Mengamati Sel
Laporan Praktikum Mengamati SelLaporan Praktikum Mengamati Sel
Laporan Praktikum Mengamati Sel
 
Laporan jaringan otot
Laporan jaringan ototLaporan jaringan otot
Laporan jaringan otot
 
Laporan ekologi
Laporan ekologi Laporan ekologi
Laporan ekologi
 
Laporan Praktikum Biologi Trikomata
Laporan Praktikum Biologi TrikomataLaporan Praktikum Biologi Trikomata
Laporan Praktikum Biologi Trikomata
 
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPTGymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka) PPT
 

Similar to Acara xii

Similar to Acara xii (20)

Alat optik
Alat optikAlat optik
Alat optik
 
Buku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optikBuku siswa materi alat optik
Buku siswa materi alat optik
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaLaporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
 
Bab ii..
Bab ii..Bab ii..
Bab ii..
 
Bab ii..
Bab ii..Bab ii..
Bab ii..
 
04. alat alat optik x
04. alat alat optik x04. alat alat optik x
04. alat alat optik x
 
Alat optik
Alat optik Alat optik
Alat optik
 
Alat alat optik1
Alat   alat optik1Alat   alat optik1
Alat alat optik1
 
Ipa8 kd12-indra penglihatan manusia dan hewan
Ipa8 kd12-indra penglihatan manusia dan hewanIpa8 kd12-indra penglihatan manusia dan hewan
Ipa8 kd12-indra penglihatan manusia dan hewan
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
 
Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2Biooptik fisika kel2.2
Biooptik fisika kel2.2
 
Makalah optik baru
Makalah optik baruMakalah optik baru
Makalah optik baru
 
Makalah biooptik
Makalah biooptikMakalah biooptik
Makalah biooptik
 
Biooptik
BiooptikBiooptik
Biooptik
 
Alat alat optik
Alat alat optikAlat alat optik
Alat alat optik
 
06 bab 5
06 bab 506 bab 5
06 bab 5
 
06 bab 5
06 bab 506 bab 5
06 bab 5
 
06 bab 5
06 bab 506 bab 5
06 bab 5
 
Applied science
Applied scienceApplied science
Applied science
 

Acara xii

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA XII PENGUKURAN BINTIK BUTA DAN BINTIK DEKAT OLEH : SABILA NUR AMALINA E1A012048 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2015 ACARA XII
  • 2. PENGUKURAN BINTIK BUTA DAN BINTIK DEKAT A. Pelaksanaan Praktikum 1. Tujuan praktikum : Mahasiswa terampil dalam melaksanakan prosedur untuk mengukur jarak bintik buta dan bintik dekat mata seseorang. 2. Hari, tanggal praktikum : Kamis, 18 Juni 2015 3. Tempat praktikum : Laboratorium Biologi FKIP Universitas Mataram. B. Landasan Teori Visus (ketajaman penglihatan) adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di mana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan. Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda pada jarak tertentu. Visus (ketajaman penglihatan) adalah ukuran, berapa jauh, dan detail suatu benda dapat tertangkap oleh mata sehingga visus dapat disebut sebagai fisiologi mata yang paling penting. Ketajaman penglihatan didasarkan pada prinsip tentang adanya daya pisah minimum yaitu jarak yang paling kecil antara 2 garis yang masih mungkin dipisahkan dan dapat ditangkap sebagai 2 garis (Gita, 2009 : 42). Bintik buta adalah daerah tempat sarap optik meninggalkan bagian dalam bola mata dan tidak mengandung sel konus dan batang. Dalam kehiduan sehari – hari kita tidak sadar bahwa ada pengaruh bintik buta, karena bintik buta merupakan bagian terkecil mata yang tidak banyak di ketahui orang umum. Hanya orang yang mendalami bidang ini saja yang menyadarinya. Luas atau sempitnya bintik buta di pengaruhi oleh luas atau sempitnya jarak antara sel konus dengan sel batang Dan juga karena factor jarak jika jaraknya dekat maka bintik buta nya sempit dan jika jaraknya jauh maka luas daerahnya luas (Syukri,2008 : 36). Cahaya yang masuk ke bagian bintik kuning retina akan mengenai sel-sel batang dan kerucut. Sel kerucut sebagai fotoreseptor yang peka cahaya akan menangkap rangsang dan mengubahnya menjadi impuls yang dihantarkan ke saraf optik ke otak besar bagian belakang (lobus oksipitalis). Pada lobus oksipitalis ini terjadi asosiasi berupa kesan melihat benda. Pembiasan cahaya dari suatu benda akan
  • 3. membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina ( Anonim, 2010 : 1) C. Alat dan bahan 1. Alat a. Penggaris b. Spidol c. Polpen d. Alat tulis 2. Bahan a. Kertas putih b. Praktikan D. Cara Kerja 1. Jarak bintik mata a. Mata kanan ditutup 1. Menyiapkan alat dan bahan, 2. Mengukur kertas putih dengan ukuran 10x20 cm kemudian digunting, 3. Membuat tanda + dan - dengan menggunakan spidol jarak antara tanda + dan -/0 adalah 9 cm, 4. Menyiapkan 2 orang praktikan yang saling berhadapan dimana praktikan pertama memegang kertas putih dan praktikan kedua berdiri tegak memandang lurus ke arah kertas, 5. Mengukur jarak kertas putih dari mata praktikan kedua dengan jarak 50 cm, 6. Menutup mata kanan oleh praktikan kedua kemudian mata difokuskan pada tanda plus (+), 7. Mendekatkan kertas secara perlahan-lahan hingga tanda minus (– )hilang, 8. Mengukur jarak mata dengan jarak tanda minus (-) hilang pada kertas, 9. Mencatat hasil pengamatan dan,
  • 4. 10. Mengulangi langkah diatas sampai semua anggota kelompok mendapatkan data masing-masing. b. Mata kiri ditutup 1. Menyiapkan alat dan bahan, 2. Mengukur kertas putih dengan ukuran 10x20 cm kemudian digunting, 3. Membuat tanda dengan menggunakan spidol warna warna biru (gambar bintang) dan warna kuning (bulan) dimana jarak antara tanda bulan dan bintang adalah 15 cm, 4. Menyiapkan 2 orang praktikan yang saling berhadapan dimana praktikan pertama memegang kertas putih dan praktikan kedua berdiri tegak memandang lurus ke arah kertas, 5. Mengukur jarak kertas putih dari mata praktikan kedua dengan jarak 50 cm, 6. Menutup mata kiri oleh praktikan kedua kemudian mata difokuskan pada tanda warna biru (gambar bintang), 7. Mendekatkan kertas secara perlahan-lahan hingga warna kuning (gambar bulan) hilang, 8. Mengukur jarak mata dengan jarak tanda warna kuning (bulan) hilang pada kertas, 9. Mencatat hasil pengamatan dan, mengulangi langkah diatas sampai semua anggota kelompok mendapatkan data masing-masing. 2. Jarak bintik dekat a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, b. Menyiapkan 2 orang praktikan yang saling berhadapan dengan praktikan pertama memegang polpen sejajar dengan arah pandangan praktikan kedua, c. Mengatur jarak spidol dengan mata praktikan 50 cm, d. Memfokuskan pandangan pada polpen kemudian mendekatkan polpen secara perlahan-lahan sampai polpen terlihat buram, e. Mengukur jarak mata dengan polpen, f. Mencatat hasil pengamatan dan mengulangi langkah tersebut diatas sampai semua anggota kelompok data masing-masing.
  • 5. E. Hasil Pengamatan 1. Jarak bintik mata No Nama Praktikan Jarak bintik mata Mata kanan ditutup Mata kiri ditutup 1 Sabila 25 cm 21,5 cm 2 Devi 9 cm 10,5 cm 3 Ari 6 cm 8 cm 4 Rosita 8 cm 8,5 cm 5 Aisyah 9,5 cm 7,5 cm 6 Umi 11 cm 18,5 cm 2. Jarak bintik dekat No Nama Praktikan Jarak bintik dekat 1 Sabila 18 cm 2 Ari 18 cm 3 Devi 7 cm 4 Umi 10,5 cm 5 Rosita - 6 Aisyah 14 cm F. Pembahasan Praktikum tentang bintik buta dan bintik dekat ini bertujuan agar mahasiswa terampil dalam melaksanakan prosedur untuk mengukur jarak bintik buta dan bintik dekat. Bayangan suatu benda tidak nampak pada jarak tertentu, karena pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina. Bayangan akan nampak jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina. Kejelasan mata dalam melihat benda antara orang yang satu dengan yang lain pasti berbeda. Apabila rata-rata frekuensi kecil maka kejelasan mata dalam melihat benda masih baik dan apabila rata-rata frekuensi besar maka kejelasan mata dalam melihat benda kurang baik. Jarak bintik buta pada mata kanan kiri manusia rata-rata adalah sama. Bayangan benda tidak terlihat pada jarak tertentu, karena pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina karena cahaya yang jatuh pada bagian ini tidak mengenai sel-sel batang dan kerucut sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke saraf optik yang akhirnya menyebabkan
  • 6. tidak terjadinya kesan melihat. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, maka bayangan benda akan terlihat. Posisi bintik buta mata kanan dan kiri berbeda. Pada jarak tertentu, benda terlihat dan pada jarak tertentu benda tidak terlihat. Ketika benda tidak terlihat pada jarak tertentu, hal ini disebabkan oleh pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh dibagian bintik buta pada retina yang cahayanya jatuh pada bagian yang tidak mengenai sel-sel batang dan kerucut sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke saraf optik. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda jatuh di bagian bintik kuning pada retina, maka benda dapat terlihat. Titik buta dari setiap orang relative berbeda tergantung kemampuan mata masing-masing. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur. Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk. Struktur-struktur ini adalah lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi Anterior = Bilik Depan), pupil, lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan meleset ke bagian lain dari retina. Bagian posterior dari retina disebut sebagai lapisan epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk menyerap cahaya yang masuk ke dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam retina. RPE juga memiliki fungsi vital untuk mendaur ulang bahan-bahan kimia yang digunakan oleh sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan dapat terjadi. Seperti pada lensa fotografi, visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi optik pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika ukuran pupil berada pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan
  • 7. kurang cahaya. Jika pupil kecil (1-2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua keadaan ekstrim, diameter pupil yang secara umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan mata yang sehat ada pada kisaran 3 atau 4 mm. G. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bintik buta setiap praktikan berbeda-beda. 2. Bintik buta pada kedua mata umumnya harus sama. 3. Bintik buta pada setiap anggota praktikan masih normal karena bintik buta yang tidak normal jaraknya sekitar 50 cm. 4. Bintik dekat pada praktikan masih normal karena masih kurang dari 50 cm. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Bintik Buta Dan Dekat. Diakses dari http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/mata.html pada tanggal 28 Mei 2015
  • 8. Syukri . 2008. Pedoman Praktikum Fisiologi Hewan. Surabaya:Universitas Muhammadiyah Surabaya. Gita N. 2000. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada Pekerja Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada pekerja Las Karbit di Wilayah Pinggir Jalan Goa Jatijajar Kebumen. Purwokerto: Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soederman Fakultas Kedokteran dan Ilmi-ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat.