1. LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
ACARA XII
PENGUKURAN BINTIK BUTA DAN BINTIK DEKAT
OLEH :
SABILA NUR AMALINA
E1A012048
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015
ACARA XII
2. PENGUKURAN BINTIK BUTA DAN BINTIK DEKAT
A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktikum : Mahasiswa terampil dalam melaksanakan prosedur
untuk mengukur jarak bintik buta dan bintik dekat
mata seseorang.
2. Hari, tanggal praktikum : Kamis, 18 Juni 2015
3. Tempat praktikum : Laboratorium Biologi FKIP Universitas Mataram.
B. Landasan Teori
Visus (ketajaman penglihatan) adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit)
terkecil di mana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan. Tajam
penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda
pada jarak tertentu. Visus (ketajaman penglihatan) adalah ukuran, berapa jauh, dan
detail suatu benda dapat tertangkap oleh mata sehingga visus dapat disebut sebagai
fisiologi mata yang paling penting. Ketajaman penglihatan didasarkan pada prinsip
tentang adanya daya pisah minimum yaitu jarak yang paling kecil antara 2 garis yang
masih mungkin dipisahkan dan dapat ditangkap sebagai 2 garis (Gita, 2009 : 42).
Bintik buta adalah daerah tempat sarap optik meninggalkan bagian dalam bola
mata dan tidak mengandung sel konus dan batang. Dalam kehiduan sehari – hari kita
tidak sadar bahwa ada pengaruh bintik buta, karena bintik buta merupakan bagian
terkecil mata yang tidak banyak di ketahui orang umum. Hanya orang yang
mendalami bidang ini saja yang menyadarinya. Luas atau sempitnya bintik buta di
pengaruhi oleh luas atau sempitnya jarak antara sel konus dengan sel batang Dan juga
karena factor jarak jika jaraknya dekat maka bintik buta nya sempit dan jika jaraknya
jauh maka luas daerahnya luas (Syukri,2008 : 36).
Cahaya yang masuk ke bagian bintik kuning retina akan mengenai sel-sel
batang dan kerucut. Sel kerucut sebagai fotoreseptor yang peka cahaya akan
menangkap rangsang dan mengubahnya menjadi impuls yang dihantarkan ke saraf
optik ke otak besar bagian belakang (lobus oksipitalis). Pada lobus oksipitalis ini
terjadi asosiasi berupa kesan melihat benda. Pembiasan cahaya dari suatu benda akan
3. membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada
retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan
kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak
sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak nampak,
jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada
retina ( Anonim, 2010 : 1)
C. Alat dan bahan
1. Alat
a. Penggaris
b. Spidol
c. Polpen
d. Alat tulis
2. Bahan
a. Kertas putih
b. Praktikan
D. Cara Kerja
1. Jarak bintik mata
a. Mata kanan ditutup
1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Mengukur kertas putih dengan ukuran 10x20 cm kemudian digunting,
3. Membuat tanda + dan - dengan menggunakan spidol jarak antara tanda +
dan -/0 adalah 9 cm,
4. Menyiapkan 2 orang praktikan yang saling berhadapan dimana praktikan
pertama memegang kertas putih dan praktikan kedua berdiri tegak
memandang lurus ke arah kertas,
5. Mengukur jarak kertas putih dari mata praktikan kedua dengan jarak 50
cm,
6. Menutup mata kanan oleh praktikan kedua kemudian mata difokuskan
pada tanda plus (+),
7. Mendekatkan kertas secara perlahan-lahan hingga tanda minus (– )hilang,
8. Mengukur jarak mata dengan jarak tanda minus (-) hilang pada kertas,
9. Mencatat hasil pengamatan dan,
4. 10. Mengulangi langkah diatas sampai semua anggota kelompok
mendapatkan data masing-masing.
b. Mata kiri ditutup
1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Mengukur kertas putih dengan ukuran 10x20 cm kemudian digunting,
3. Membuat tanda dengan menggunakan spidol warna warna biru (gambar
bintang) dan warna kuning (bulan) dimana jarak antara tanda bulan dan
bintang adalah 15 cm,
4. Menyiapkan 2 orang praktikan yang saling berhadapan dimana praktikan
pertama memegang kertas putih dan praktikan kedua berdiri tegak
memandang lurus ke arah kertas,
5. Mengukur jarak kertas putih dari mata praktikan kedua dengan jarak 50
cm,
6. Menutup mata kiri oleh praktikan kedua kemudian mata difokuskan pada
tanda warna biru (gambar bintang),
7. Mendekatkan kertas secara perlahan-lahan hingga warna kuning (gambar
bulan) hilang,
8. Mengukur jarak mata dengan jarak tanda warna kuning (bulan) hilang
pada kertas,
9. Mencatat hasil pengamatan dan, mengulangi langkah diatas sampai semua
anggota kelompok mendapatkan data masing-masing.
2. Jarak bintik dekat
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan,
b. Menyiapkan 2 orang praktikan yang saling berhadapan dengan praktikan
pertama memegang polpen sejajar dengan arah pandangan praktikan
kedua,
c. Mengatur jarak spidol dengan mata praktikan 50 cm,
d. Memfokuskan pandangan pada polpen kemudian mendekatkan polpen
secara perlahan-lahan sampai polpen terlihat buram,
e. Mengukur jarak mata dengan polpen,
f. Mencatat hasil pengamatan dan mengulangi langkah tersebut diatas sampai
semua anggota kelompok data masing-masing.
5. E. Hasil Pengamatan
1. Jarak bintik mata
No Nama Praktikan Jarak bintik mata
Mata kanan ditutup Mata kiri ditutup
1 Sabila 25 cm 21,5 cm
2 Devi 9 cm 10,5 cm
3 Ari 6 cm 8 cm
4 Rosita 8 cm 8,5 cm
5 Aisyah 9,5 cm 7,5 cm
6 Umi 11 cm 18,5 cm
2. Jarak bintik dekat
No Nama Praktikan Jarak bintik dekat
1 Sabila 18 cm
2 Ari 18 cm
3 Devi 7 cm
4 Umi 10,5 cm
5 Rosita -
6 Aisyah 14 cm
F. Pembahasan
Praktikum tentang bintik buta dan bintik dekat ini bertujuan agar mahasiswa
terampil dalam melaksanakan prosedur untuk mengukur jarak bintik buta dan bintik
dekat. Bayangan suatu benda tidak nampak pada jarak tertentu, karena pembiasan
cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina. Bayangan
akan nampak jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik
kuning pada retina. Kejelasan mata dalam melihat benda antara orang yang satu
dengan yang lain pasti berbeda. Apabila rata-rata frekuensi kecil maka kejelasan mata
dalam melihat benda masih baik dan apabila rata-rata frekuensi besar maka kejelasan
mata dalam melihat benda kurang baik. Jarak bintik buta pada mata kanan kiri
manusia rata-rata adalah sama. Bayangan benda tidak terlihat pada jarak tertentu,
karena pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina
karena cahaya yang jatuh pada bagian ini tidak mengenai sel-sel batang dan kerucut
sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke saraf optik yang akhirnya menyebabkan
6. tidak terjadinya kesan melihat. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda
tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, maka bayangan benda akan terlihat.
Posisi bintik buta mata kanan dan kiri berbeda. Pada jarak tertentu, benda
terlihat dan pada jarak tertentu benda tidak terlihat. Ketika benda tidak terlihat pada
jarak tertentu, hal ini disebabkan oleh pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh
dibagian bintik buta pada retina yang cahayanya jatuh pada bagian yang tidak
mengenai sel-sel batang dan kerucut sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke
saraf optik. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda jatuh di bagian bintik
kuning pada retina, maka benda dapat terlihat. Titik buta dari setiap orang relative
berbeda tergantung kemampuan mata masing-masing.
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus
memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula
yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki
resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna
sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan
tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna
dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur. Cahaya datang dari sebuah
fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang disebut visual aksis.
Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta
jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk.
Struktur-struktur ini adalah lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi
Anterior = Bilik Depan), pupil, lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan
meleset ke bagian lain dari retina. Bagian posterior dari retina disebut sebagai lapisan
epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk menyerap cahaya yang masuk ke
dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam retina. RPE juga
memiliki fungsi vital untuk mendaur ulang bahan-bahan kimia yang digunakan oleh
sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan
dapat terjadi.
Seperti pada lensa fotografi, visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi
optik pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika
ukuran pupil berada pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan
7. kurang cahaya. Jika pupil kecil (1-2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada
difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua keadaan ekstrim, diameter pupil yang secara
umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan mata yang sehat ada pada kisaran
3 atau 4 mm.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bintik buta setiap praktikan berbeda-beda.
2. Bintik buta pada kedua mata umumnya harus sama.
3. Bintik buta pada setiap anggota praktikan masih normal karena bintik buta yang
tidak normal jaraknya sekitar 50 cm.
4. Bintik dekat pada praktikan masih normal karena masih kurang dari 50 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Bintik Buta Dan Dekat. Diakses dari
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/mata.html pada tanggal 28 Mei 2015
8. Syukri . 2008. Pedoman Praktikum Fisiologi Hewan. Surabaya:Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Gita N. 2000. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan
Pada Pekerja Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada pekerja Las Karbit
di Wilayah Pinggir Jalan Goa Jatijajar Kebumen. Purwokerto: Kementrian
Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soederman Fakultas Kedokteran
dan Ilmi-ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat.