Dokumen ini membahas tentang ta'arrudh al-adillah atau kontradiksi antara dalil-dalil agama. Definisi, penyebab, rukun, syarat, jenis, dan metode penyelesaian ta'arrudh al-adillah dijelaskan secara singkat. Metode penyelesaiannya meliputi al-jam'u wa at-taufiq (menyatukan dan mencocokkan), tarjih (memilih salah satu), nasakh (pembatalan), dan tasaqut al
Teks tersebut membahas berbagai istilah fiqh dan manhaj imam mujtahid. Istilah-istilah tersebut mencakup pengertian hukum taklifi, wadh'i, serta pembagian berbagai hukum syariat seperti wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah. Teks ini juga menjelaskan perbedaan pengertian beberapa istilah antar mazhab seperti fardhu, wajib, sunnah, dan makruh.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan sejarah perkembangan qawaid fiqhiyah. Secara ringkas, qawaid fiqhiyah adalah aturan-aturan umum yang bersumber dari nash-nash Al-Qur'an dan hadis, yang berkembang selama tiga abad sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga abad ke-3 hijriah.
Dokumen ini membahas tentang ta'arrudh al-adillah atau kontradiksi antara dalil-dalil agama. Definisi, penyebab, rukun, syarat, jenis, dan metode penyelesaian ta'arrudh al-adillah dijelaskan secara singkat. Metode penyelesaiannya meliputi al-jam'u wa at-taufiq (menyatukan dan mencocokkan), tarjih (memilih salah satu), nasakh (pembatalan), dan tasaqut al
Teks tersebut membahas berbagai istilah fiqh dan manhaj imam mujtahid. Istilah-istilah tersebut mencakup pengertian hukum taklifi, wadh'i, serta pembagian berbagai hukum syariat seperti wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah. Teks ini juga menjelaskan perbedaan pengertian beberapa istilah antar mazhab seperti fardhu, wajib, sunnah, dan makruh.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan sejarah perkembangan qawaid fiqhiyah. Secara ringkas, qawaid fiqhiyah adalah aturan-aturan umum yang bersumber dari nash-nash Al-Qur'an dan hadis, yang berkembang selama tiga abad sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga abad ke-3 hijriah.
Dokumen tersebut membahas tentang poligami dalam pandangan hukum Islam, termasuk definisi, dasar hukum, syarat yang dibolehkan, dan hikmah adanya poligami.
Ushul Fikih Qiyas dan Penerapannya dalam Ekonomi IslamMumud Salimudin
Dokumen tersebut membahas tentang qiyas dan penerapannya dalam ekonomi Islam. Qiyas dijelaskan sebagai metode ijtihad untuk menetapkan hukum baru berdasarkan persamaan illat dengan hukum yang sudah ada dalam al-Quran dan Hadis. Dibahas pula jenis-jenis qiyas, syaratnya, dan contoh penerapannya dalam bidang ekonomi Islam seperti ijara dan jual beli.
Dokumen ini membahas latar belakang Perang Hunain antara kaum Muslimin melawan suku Hawazin dan Tsaqif. Perang terjadi setelah penaklukan Mekkah oleh Nabi Muhammad. Kaum Muslimin sebanyak 12.000 orang dipimpin Nabi meninggalkan Mekkah menuju lembah Hunain untuk menghadapi musuh yang bermarkas di sana dengan jumlah lebih besar. Perang dimenangkan kaum Muslimin setelah semangat mereka kembali berkat
Madrasah ahli ar-ra'yu dan madrasah ahli hadis muncul sebagai dua aliran utama dalam pendekatan ijtihad dan istinbat hukum di kalangan fuqaha' zaman awal. Madrasah ahli ar-ra'yu lebih menekankan maqasid syarak dan kemaslahatan manakala madrasah ahli hadis lebih bergantung kepada nas-nas hadis. Kedua-dua aliran memainkan peranan penting dalam perkembangan fiqh Islam.
Mazhab Zahiri didirikan oleh Imam Daud al-Zahiri yang hidup pada abad ke-3 H. Mazhab ini hanya menerima dalil dari zahir al-Quran dan hadis, menolak qiyas dan ijtihad, serta melarang taqlid. Meskipun sempat populer, mazhab ini pupus pada abad ke-8 H karena banyak pendapatnya yang bertentangan dengan mazhab-mazhab besar.
Riba dalam al-Quran dan al-Sunnah menunjukkan bahwa Allah mengharamkan semua bentuk riba tanpa pengecualian. Pengharaman riba dilakukan secara bertahap dalam al-Quran melalui nasihat negatif, sindiran, larangan sebagian, hingga larangan yang jelas dan tegas. Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan lebih lanjut tentang berbagai bentuk riba yang diharamkan. Terdapat perbedaan pendapat ulama tent
Dokumen tersebut membahas tentang poligami dalam pandangan hukum Islam, termasuk definisi, dasar hukum, syarat yang dibolehkan, dan hikmah adanya poligami.
Ushul Fikih Qiyas dan Penerapannya dalam Ekonomi IslamMumud Salimudin
Dokumen tersebut membahas tentang qiyas dan penerapannya dalam ekonomi Islam. Qiyas dijelaskan sebagai metode ijtihad untuk menetapkan hukum baru berdasarkan persamaan illat dengan hukum yang sudah ada dalam al-Quran dan Hadis. Dibahas pula jenis-jenis qiyas, syaratnya, dan contoh penerapannya dalam bidang ekonomi Islam seperti ijara dan jual beli.
Dokumen ini membahas latar belakang Perang Hunain antara kaum Muslimin melawan suku Hawazin dan Tsaqif. Perang terjadi setelah penaklukan Mekkah oleh Nabi Muhammad. Kaum Muslimin sebanyak 12.000 orang dipimpin Nabi meninggalkan Mekkah menuju lembah Hunain untuk menghadapi musuh yang bermarkas di sana dengan jumlah lebih besar. Perang dimenangkan kaum Muslimin setelah semangat mereka kembali berkat
Madrasah ahli ar-ra'yu dan madrasah ahli hadis muncul sebagai dua aliran utama dalam pendekatan ijtihad dan istinbat hukum di kalangan fuqaha' zaman awal. Madrasah ahli ar-ra'yu lebih menekankan maqasid syarak dan kemaslahatan manakala madrasah ahli hadis lebih bergantung kepada nas-nas hadis. Kedua-dua aliran memainkan peranan penting dalam perkembangan fiqh Islam.
Mazhab Zahiri didirikan oleh Imam Daud al-Zahiri yang hidup pada abad ke-3 H. Mazhab ini hanya menerima dalil dari zahir al-Quran dan hadis, menolak qiyas dan ijtihad, serta melarang taqlid. Meskipun sempat populer, mazhab ini pupus pada abad ke-8 H karena banyak pendapatnya yang bertentangan dengan mazhab-mazhab besar.
Riba dalam al-Quran dan al-Sunnah menunjukkan bahwa Allah mengharamkan semua bentuk riba tanpa pengecualian. Pengharaman riba dilakukan secara bertahap dalam al-Quran melalui nasihat negatif, sindiran, larangan sebagian, hingga larangan yang jelas dan tegas. Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan lebih lanjut tentang berbagai bentuk riba yang diharamkan. Terdapat perbedaan pendapat ulama tent
The document outlines characteristics of the target demographic for a hip-hop or rap marketing campaign. The target male would be African or Caribbean in origin between ages 17-27, coming from an urban background to relate to hip-hop messages. The target female would have the same age range, be independent and hard-working with high aspirations, and have both an urban and sophisticated style.
The document summarizes the Fauvist art movement that emerged in 1905 in Paris. The Fauvists, nicknamed "Les Fauves" or "wild beasts", shocked viewers with their explosive use of bright, unnatural colors and visible brushstrokes that broke from traditional techniques. Key Fauvist artists mentioned include Matisse, Derain, and Vlaminck. While initially criticized, Fauvism previewed characteristics of later avant-garde movements and influenced artists' use of color to convey emotions, though the movement was brief and its members soon moved on to other styles.
Este documento define las TICs como el conjunto de tecnologías para gestionar e intercambiar información. Explica aplicaciones como el comercio electrónico y banca en línea, así como aspectos positivos como mejoras en distribución y comunicación, y negativos como dependencia y limitaciones tecnológicas. Concluye resaltando el conocimiento y facilidad que brindan las TICs para compartir y buscar información en redes.
Las reacciones químicas son procesos en los que las sustancias se transforman en otras sustancias diferentes. Estas reacciones involucran la ruptura de enlaces químicos en las sustancias originales y la formación de nuevos enlaces en las sustancias resultantes. La cinética química estudia cómo ocurren las reacciones químicas y los factores que afectan su velocidad.
Pertumbuhan adalah proses pertambahan jumlah dan atau ukuran sel dan tidak dapat kembali kebentuk semula (irreversible), dapat diukur (dinyatakan dengan angka, grafik dsb).
Perkembangan adalah proses menuju ke tingkat kedewasaan / pematangan tidak dapat diukur tetapi hanya dapat di amati.
Mukjizat Nabi Muhammad SAW dan Penafian Terhadap Dakwaan OrientalisEzad Azraai Jamsari
Nota perkuliahan PBJJ bagi kursus PPPY1272 Fiqh Sirah, kursus WAJIB dari Jabatan Pengajian Arab dan Tamadun Islam, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia.
Este documento habla sobre una persona extraordinaria que ayudó a Lorenzo a superar sus miedos y sacar la cabeza de su cazo. Esta persona le mostró sus puntos fuertes y le ayudó a expresar sus temores. Ahora Lorenzo puede jugar con los demás y los demás ven sus cualidades, aunque él sigue siendo el mismo.
The document discusses earthquakes and seismic waves. It begins with an introduction to faults and folds caused by tectonic plate movement. It then describes the three main types of faults: normal, reverse, and strike-slip. The document discusses seismic waves generated by earthquakes, including primary, secondary, and surface waves. Studying the properties of seismic wave reflection and refraction has provided insights into Earth's internal structure, such as the existence of the crust, mantle, and core.
Este documento proporciona un resumen del contexto interno y externo de la Escuela Primaria Insurgentes en Mazatlán, Sinaloa, México. La escuela se encuentra ubicada en una zona urbana con acceso a servicios. El nivel socioeconómico de la zona es medio-bajo y algunas familias enfrentan carencias. Las instalaciones de la escuela están deterioradas. El grupo objetivo cuenta con 32 estudiantes de sexto grado con diferentes niveles de participación. El plan de clase propone actividades fís
La teoría organizacional considera la administración por objetivos como un sistema donde los objetivos generales de la dirección guían a los demás niveles de la organización en la fijación de objetivos para sus áreas. Algunas ventajas de este enfoque incluyen que los objetivos son precisos, requiere menos supervisión al fomentar la autodirección, y permite que todos los niveles participen en establecer objetivos para sus puestos y áreas así como objetivos personales.
Dokumen tersebut membahas beberapa konsep penting dalam fiqh dan ushul fiqh seperti istihsan, urf, istishab, maslahah mursalah, dan syahd dzariah. Secara ringkas, istihsan mengacu pada penentuan hukum berdasarkan kemaslahatan, urf adalah kebiasaan masyarakat, istishab mempertahankan status quo hukum, maslahah mursalah didasarkan pada kepentingan umum, dan syahd dz
Teks tersebut membahas tentang istihsan sebagai salah satu sumber hukum dalam ushul fiqh. Istihsan didefinisikan sebagai berpalingnya seorang mujtahid dari qiyas yang jelas ke qiyas yang samar atau dari hukum umum ke pengecualian, dengan adanya dalil. Terdapat dua jenis istihsan, yaitu yang berdasarkan qiyas samar dan yang mengecualikan hukum umum. Walaupun diterima se
Dokumen tersebut merangkum sumber-sumber hukum Islam (mashadirul ahkam) yang terdiri dari naqli (Al-Quran dan hadis) dan aqli (ijma, qiyas, marsalah mursalah, istihsan, istishab, madzhab shahabi, dan sar'u man qablana) beserta penjelasan singkat mengenai masing-masing sumber hukum tersebut."
Dokumen tersebut membahasakan konsep qiyas dalam hukum Islam. Qiyas merupakan metode ijtihad untuk menghasilkan hukum baru berdasarkan perbandingan antara kasus baru dengan kasus yang sudah ada hukumnya. Dibahas pula unsur-unsur qiyas seperti asal, illah, dan furu serta berbagai jenis qiyas. Juga dibahas mengenai dalil-dalil yang mendukung penggunaan qiyas sebagai sum
Ijtihad adalah usaha maksimal untuk menemukan hukum syara' yang bersifat dhanni dengan menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang apabila tidak ditemukan dalam Al Quran dan Hadis. Terdapat berbagai metode ijtihad seperti ijma', qiyas, istihsan, dan maslahah mursalah serta syarat-syarat untuk menjadi mujtahid seperti menguasai Al Quran, Hadis, bahasa Arab, dan ilmu-ilmu lainny
Teks tersebut membahas tentang ijma dan qiyas sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Quran dan Hadis. Ijma didefinisikan sebagai kesepakatan para ulama muslim, sedangkan qiyas adalah menyamakan hukum suatu kasus baru dengan kasus lama berdasarkan persamaan alasan hukum. Teks tersebut juga menjelaskan unsur-unsur, macam-macam, serta pendapat ulama terkait ijma dan qiyas.
1. Tugas akhir semester mata kuliah Ushul Fiqh membahas daftar pertanyaan dan jawaban mengenai konsep-konsep dasar ilmu Ushul Fiqh seperti dalil-dalil syara', hubungan antara Al Qur'an dan Sunnah, serta qiyas.
Dokumen tersebut membahas tentang sumber-sumber hukum Islam yaitu Al Qur'an, As Sunnah, dan Ijtihad. Ijtihad dijelaskan sebagai upaya ahli hukum Islam untuk menemukan hukum baru berdasarkan akal sejalan dengan Al Qur'an dan As Sunnah. Metode ijtihad meliputi qiyas, istihsan, maslahah mursalah, dan istishab.
Dokumen tersebut membahas mengenai sumber-sumber hukum Islam yaitu Al Qur'an, As Sunnah, dan Ijtihad. Ijtihad dijelaskan sebagai upaya untuk merumuskan hukum berdasarkan akal oleh para ulama yang memenuhi syarat. Metode-metode ijtihad seperti qiyas, istihsan, dan istidal juga dijelaskan secara singkat.
Dokumen tersebut membahas tentang sumber-sumber hukum Islam yaitu Al Qur'an, As Sunnah, dan Ijtihad. Ijtihad dijelaskan sebagai upaya untuk menemukan hukum dari sumber-sumber tersebut. Metode Ijtihad meliputi qiyas, istihsan, istishab, maslahah mursalah dan lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan tentang syarat-syarat menjadi mujtahid dan jenis-jenis mujtah
1. DALIL-DALIL YANG
TIDAK DISEPAKATI
Membahas Dalil-Dalil Hukum yang
menjadi dalil pendukung atau sebagai
alat bantu untuk memahami sumber
hukum dari al-Quran & Sunnah. Disebut
juga dengan Metode istinbat, mencakup
Istihsan, Istishhab, Mashalih Mursalah.
Oleh : A. Rahmani, S.Pd.I
3. Terminologi ISTIHSAN (
)
• Istihsan berasal dari kata
–
–
yang
berarti “mencari kebaikan”. Istihsan juga berarti “sesuatu
yang dianggap baik”, diambil dari kata al-husnu (baik).
• Secara terminologi, Imam Abu Hasan al-Karkhi mengatakan
bahwa istihsan ialah “penetapan hukum dari seorang
mujtahid terhadap suatu masalah yang menyimpang dari
ketetapan hukum yang diterapkan pada masalah-masalah
yang serupa, karena ada alasan yang lebih kuat yang
menghendaki dilakukannya penyimpangan itu.”
• DASAR ISTIHSAN: QS. al-Zumar: 17-18 disebutkan:
•
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan
kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah
berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu
mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang
telah diberi Allah petunjuk, mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
• Rasul Saw juga bersabda:
4. Terminologi ISTIHSAN (
)
• DR. Wahbah al-Zuhaily mendefinisikan istihsan, yaitu
“memakai qiyas khafi dan meninggalkan qiyas jali karena
ada petunjuk untuk itu”. Disebut juga istihsan qiyasi.
• Pengertian Qiyas jali didasarkan atas „illat yang ditegaskan
dalam Quran dan sunnah, seperti menqiyaskan memukul
kedua orang tua kepada larangan mengatakan “uf atau ah”.
Qiyas khafi didasarkan atas „illat yang ditarik dari hukum
ashal, seperti mengqiyaskan pembunuhan dengan benda
tumpul kepada pembunuhan dengan benda tajam
disebabkan persamaan „illat yaitu adanya kesengajaan.
Qiyas jali lebih kuat daripada qiyas khafi, tapi jika mujtahid
memandang bahwa qiyas khafi lebih besar mashlahatnya,
maka qiyas jali boleh ditinggalkan.
• Definisi istihsan yang lain: “Hukum pengecualian dari
kaidah-kaidah yang berlaku umum karena ada petunjuk
untuk hal tersebut.” Disebut juga istihsan istitsnai.
5. Macam-macam Istihsan Istitsnai
• Istihsan bi al-nash, hukum pengecualian berdasarkan nash
quran dan sunnah, seperti makan-minum dalam keadaan lupa di
siang hari ramadhan, hukum asalnya batal puasa, tapi hadis nabi
menegaskan hal itu tidak membatalkan puasa.
• Istihsan berlandaskan ijma‟, kebolehan jual beli barang pesanan
(salam dan istishna‟) yang bertentangan dengan hukum asal jual
beli yang mengharuskan adanya barang pada saat akad.
• Istihsan berlandaskan „urf (adat), seperti kebolehan mewakafkan
benda bergerak seperti buku dan perkakas alat memasak,
berdasarkan adat setempat. Padahal wakaf biasanya hanya
pada harta yang bersifat kekal dan tidak bergerak seperti tanah.
• Istihsan berlandaskan mashlalah mursalah, seperti
mengharuskan ganti rugi atas penyewa rumah jika perabotnya
rusak ditangannya, kecuali disebabkan bencana alam.
Tujuannya agar penyewa berhati-hati dan lebih bertanggung
jawab. Padahal menurut ketentuan umum penyewa tidak
dikenakan ganti rugi jika ada yang rusak, kecuali disebabkan
kelalaiannya.
6. Ikhtilaf Mengenai Istihsan
• Mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali berpendapat bahwa istihsan
dapat dijadikan landasan dalam menetapkan hukum, dengan
menggunakan dalil-dalil yang menjadi dasar istihsan.
• Imam Syafi‟i menolak istihsan sebagai landasan hukum. Menurut
beliau, menetapkan hukum berlandaskan istihsan sama dengan
membuat-buat syariat baru dengan hawa nafsu. QS. Al-Maidah: 49.
•
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan
kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka
berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan
manusia adalah orang-orang yang fasik.
Ayat ini memerintahkan manusia untuk mengikuti petunjuk Allah Swt
dan RasulNya, dan larangan mengikuti kesimpulan hawa nafsu. Hukum
yang dibentuk melalui istihsan adalah kesimpulan hawa nafsu, jadi
tidak sah dijadikan landasan hukum.
7. ISTISHHAB
• Kata istishhab secara etimologi berarti “meminta ikut serta
secara terus-menerus”. Secara terminologi, istishhab ialah
“menganggap tetapnya status sesuatu seperti keadaannya
semula, selama belum terbukti ada sesuatu yang
mengubahnya.
• Contoh istishhab: Seseorang yang diketahui masih hidup
pada masa tertentu, tetap dianggap hidup pada masa
sesudahnya selama belum terbukti bahwa ia telah wafat.
Begitupula seseorang yang telah berwudhu‟, jika ia ragu,
dianggap tetap wudhu‟nya selama belum terjadi hal yang
membuktikan batal wudhu‟nya.
8. Macam-macam ISTISHHAB
• Istishhab al-ibahah al-ashliyah, didasarkan atas hukum asal dari
sesuatu yaitu mubah. Jenis ini banyak berperan dalam menetapkan
hukum dibidang muamalah, bahwa hukum dasar dari sesuatu yang
bermanfaat boleh dilakukan selama tidak ada dalil yg melarangnya.
• Istishhab al-baraah al-ashliyah, yaitu istishhab yang didasarkan atas
prinsip bahwa pada dasarnya setiap orang bebas dari tuntutan
beban taklif sampai ada dalil yang mengubah statusnya itu, dan
bebas dari utang atau kesalahan sampai ada bukti yang mengubah
statusnya. Misal: seseorang yang menuntut haknya dirampas orang
lain, ia harus mampu membuktikannya, karena pihak tertuduh pada
dasarnya bebas dari segala tuntutan, kecuali ada bukti yang jelas.
• Istishhab al-hukm, didasarkan atas tetapnya status hukum yang
sudah ada selama tidak ada bukti yang mengubahnya. Misal:
pemilik asal rumah & tanah tetap dianggap sah selama tidak ada
peristiwa jual beli / hibah yg mengubah status hukum kepemilikan.
• Istishhab al-washf, istishhab yang didasarkan atas anggapan masih
tetapnya sifat yang diketahui ada sebelumnya sampai ada bukti
yang mengubahnya. Misal: air yang diketahui bersih, tetap dianggap
bersih selama tidak ada bukti yang mengubah statusnya itu.
9. Ikhtilaf Ulama Mengenai Istishhab
• Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa tiga macam istishhab (point
pertama hingga ketiga) adalah sah dijadikan landasan hukum.
• Mereka berbeda pendapat pada jenis istishhab al-washf:
1. Kalangan Hanabilah dan Syafi‟iyah berpendapat bahwa istishhab alwashf dapat dijadikan landasan hukum secara penuh, baik dalam
menimbulkan hak yang baru maupun dalam mempertahankan
haknya yang sudah ada. Misalnya, seseorang yang hilang tidak
ketahuan rimbanya, tetap dianggap hidup sampai ada bukti bahwa
ia telah wafat. Jadi harta dan istrinya masih dianggap
kepunyaannya, dan jika ahli warisnya wafat, dia turut mewarisi harta
peninggalan dan kadar pembagiannya langsung dinyatakan sebagai
hak miliknya.
2. Kalangan Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa istishhab alwashf hanya berlaku untuk mempertahankan haknya yang sudah
ada, bukan untuk menimbulkan hak yang baru. Dalam contoh orang
hilang tsb meskipun harta dan istrinya masih dianggap sebagai
kepunyaannya, tapi jika ada hali waris yang wafat maka khusus
kadar bagiannya disimpan dan belum dapat dinyatakan sebagai
haknya sampai terbukti ia hidup.
10. MASHLAHAH MURSALAH
• Kata mashlahah menurut bahasa berarti “manfaat”. Kata mursalah
berarti “lepas”. Secara istilah, menurut Abdul Wahab Khalaf,
mashlahah mursalah berarti “sesuatu yang dianggap mashlahat
namun tidak ada ketegasan hukum untuk merealisasikannya dan
tidak ada pula dalil tertentu baik yang mendukung maupun yang
menolaknya”, sehingga disebut mashlahat yang lepas.
• MACAM-MACAM MASHLAHAH:
1. Al-mashlalah al-mu‟tabarah, yaitu mashlahah yang secara tegas
diakui syariat dan telah ditetapkan ketentuan2 hukum untuk
merealisasikannya. Misal: Diwajibkan hukum qishash untuk
menjaga kelestarian jiwa, ancaman hukuman zina bertujuan untuk
memelihara kehormatan dan keturunan, dsb.
2. Al-mashlahah al-mulghah, yaitu sesuatu yang dianggap mashlahah
oleh akal pikiran, tetapi dianggap palsu karena kenyataannya
bertentang dengan ketentuan syariat. Misal: ada asumsi
menyamakan pembagian warisan anak laki-laki dan wanita adalah
mashlahah, padahal itu bertentang dengan QS. Al-Nisa`: 11.
3. Al-Mashlahah al-mursalah. Banyak terdapat dalam masalahmasalah muamalah. Misal: Peraturan dan rambu lalu lintas.
11. Ikhtilaf Ulama pada Mashlahah
• Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa mashlahah mursalah
tidak sah menjadi landasan hukum dalam BIDANG IBADAH,
karena bidang ibadah harus diamalkan sebagaimana adanya
diwariskan oleh Rasul Saw, makanya bidang ibadah tidak
berkembang.
• Mereka berbeda pendapat dalam bidang muamalah.
1. Kalangan Zahiriyah, sebagian Syafi‟iyah dan hanafiyah tidak
mengakui mashlahah mursalah sebagai landasan pembentukan
hukum, karena menganggap syariat Islam tidak lengkap dengan
asumsi ada mashlalah yang belum tertampung dalam hukumhukumnya.
2. Kalangan hanafiyah dan Malikiyah serta sebagian Syafi‟iyah
berpendapat bahwa mashlahah mursalah secara sah dapat
dijadikan landasan penetapan hukum. Alasannya, kebutuhan
manusia selalu berkembang, yang tidak mungkin semuanya
dirinci Quran dan sunnah, selama tidak bertentangan dengan
Quran dan sunnah maka mashlahah mursalah dapat diterima.
12. Syarat Mashlahah Mursalah
• Sesuatu yang dianggap mashlahat itu haruslah berupa
mashlahat hakiki, yaitu yang benar-benar akan
mendatangkan kemanfaatn atau menolak kemudharatan,
bukan berupa dugaan belaka dengan hanya
mempertimbangkan kemanfaatan tanpa melihat efek
negatifnya. Misal: anggapan bahwa hak menjatuhkan
thalaq dibolehkan pada wanita, itu adalah mashlahat palsu,
karena bertentangan dengan ketentuan syariat.
• Sesuatu yang dianggap mashlahat itu hendaklah berupa
kepentingan umum, bukan kepentingan pribadi.
• Sesuatu yang dianggap mashlahah itu tidak bertentangan
dengan ketentuan yang ada ketegasannya dalam Quran
dan sunnah, atau bertentangan dengan ijma‟.
13. Macam-macam
‘Urf (Adat)
Al-‟Urf al-‟am yaitu adat
kebiasaan mayoritas dari
berbagai negeri di satu masa.
Seperti ucapan engkau telah
haram aku gauli sebagai ucapan
talak kepada istri.
Al-‟Urf al-Khash yaitu adat yang
berlaku pada masyarakat atau
negeri tertentu. Seperti
kebiasaan masyarakat Irak
menggunakan kata al-dabbah
hanya kepada kuda.
Adat yang benar (shahih) yaitu
suatu hal baik yg menjadi
kebiasaan suatu masyarakat,
seperti anggapan bahwa apa yg
diberikan pihak laki-laki kepada
calon istri ketika khitbah
dianggap hadiah, bukan mahar.
Adat yang salah (fasid) yaitu
sesuatu yang menjadi adat yang
sampai menghalalkan yang
diharamkan Allah atau
sebaliknya. Seperti tari perut di
Mesir saat pesta perkawinan.
14. Keabsahan ‘Urf Sebagai Dalil
QS. Al-A’raf: 199.
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf,
serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.
Ayat tsb dipahami oleh para ulama sebagai perintah untuk
mengerjakan sesuatu yang dianggap baik sehingga telah
menjadi tradisi dalam suatu masyarakat.
Para ulama sepakat menolak ‘urf fasid untuk dijadikan
landasan hukum.
Mazhab yang dikenal banyak menggunakan ‘urf sebagai
landasan hukum adalah kalangan Hanafiah dan Malikiyah,
selanjutnya baru kalangan Hanabilah dan Syafi’iyah.
Imam Malik mendasarkan sebagian besar hukumnya kepada
perbuatan penduduk Madinah (ketika itu). Imam Syafi’i
ketika hijrah ke Mesir mengubah sebagian pendapatnya
tentang hukum yg telah dikeluarkannya ketika di Baghdad
karena perbedaan ‘urf, sehingga dalam mazhab syafi’i
dikenal istilah qaul qadim dan qaul jadid.
15. Syarat-syarat ‘Urf
„Urf baru bisa dijadikan landasan hukum jika:
„Urf itu termasuk „urf yang shahih, tidak bertentangan dengan
Quran dan sunnah.
„Urf itu harus bersifat umum, minimal telah menjadi kebiasaan
mayoritas penduduk setempat.
„Urf itu harus sudah ada ketika terjadinya suatu peristiwa yang
akan dilandaskan kepada „urf tsb. Misalnya, seseorang
mewakafkan hasil kebunnya kepada ulama, yang dimaksud
ulama ketika itu hanyalah orang yang punya pengetahuan agama
tanpa ada persyaratan punya ijazah, maka kata ulama dalam
pernyataan wakaf itu harus diartikan dengan pengertian yg
sudah dikenal umum, bukan istilah ulama yg populer kemudian
setelah ikrar wakaf terjadi, harus punya ijazah.
Tidak ada ketegasan dari pihak-pihak terkait yang berlainan
dengan kehendak „urf tsb, sebab jika kedua belah pihak yang
berakad telah sepakat untuk tidak terikat dengan kebiasaan yang
berlaku umum, maka yang dipegang adalah ketegasan itu, bukan
„urf.
16. Kaidah yang berlaku bagi ‘Urf
Hukum yang pada mulanya dibentuk oleh mujtahid
berdasarkan ‘urf, akan berubah jika ‘urf itu berubah.
Contoh yang disandarkan kepada ‘urf, QS. AlBaqarah: 233
Ayat tsb tidak menjelaskan berapa kadar
nafkah yang harus diberikan seorang ayah
kepada para ibu dari anak-anak. Untuk
memastikannya, perlu merujuk kepada adat
yang berlaku dalam satu masyarakat dimana
ia berada.
17. SYAR’U MAN QABLANA
Yaitu syari‟at atau ajaran nabi-bani sebelum Islam yang
berhubungan dengan hukum, seperti syari‟at nabi Ibrahim,
Nabi Musa, Nabi Isa. Apakah syariat-syariat yang
diturunkan kepada mereka itu berlaku pula bagi umat Nabi
Muhammad Saw.
Para ulama ushul Fiqh sepakat bahwa syariat para Nabi
terdahulu yang tidak tercantum dalam Quran dan Sunnah
Rasul Saw, tidak berlaku lagi bagi umat Islam. Karena
kedatangan syariat Islam telah mengakhiri berlakunya
syariat terdahulu.
Para ulama juga sepakat bahwa syariat sebelum Islam yang
dicantumkan dalam al-Quran adalah berlaku bagi umat jika
ada ketegasan bahwa syariat itu berlaku bagi umat Nabi
Muhammad Saw. Contoh: Syariat puasa, QS. Al-Baqarah:
183
18. SYAR’U MAN QABLANA
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum-hukum syariat
nabi terdahulu yang tercantum dalam al-Quran, tetapi tidak
ada ketegasan bahwa hukum-hukum itu masih berlaku bagi
umat Islam dan tidak ada pula penjelasan yang
membatalkannya.
Misal: hukuman qishahs dalam syariat Nabi Musa dalam QS.
Al-Maidah: 45
Dari sekian banyak bentuk qishash dalam ayat tsb, yang ada
ketegasan berlakunya bagi umat Islam hanyalah qishash
karena pembunuhan. QS. Al-Baqarah: 178