Transaksi yang dilarang dalam Islam meliputi transaksi yang objeknya haram, melanggar prinsip-prinsip dasar seperti kerelaan antara pihak dan keadilan, serta transaksi yang tidak sah karena tidak memenuhi unsur-unsur yang diperlukan seperti kesepakatan antara pihak. Beberapa contoh transaksi yang dilarang adalah jual beli minuman keras, rekayasa pasar, gharar, riba, dan transaksi yang terkait satu sama
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. Pendahuluan
• Dalam bidang muamalat, hukum asalnya adalah
“semua boleh kecuali ada yang melarangnya”.
Artinya semua transaksi dibolehkan kecuali ada
ayat Al Qur’an atau Sunnah yang melarangnya.
• Sedangkan dalam ibadah, hukum asalnya adalah
“ semuanya haram kecuali ada dalil yang
menyuruhnya”.
4. A. Haram Zat-nya
Transaksi ini dilarang karena objek
(barang dan/atau jasa) yang
ditransaksikan juga dilarang. Seperti
minuman keras, bangkai, daging babi,
dsb. Jadi transansksi jual beli minuman
keras adalah haram, walaupun akad jual
beli-nya sah.
5. B. Haram Selain Zat-nya
1. Melanggar Prinsip An Tardhi minkum
• Tadlis (Unknown to one party)
Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip
kerelaan antara kedua belah pihak. Kerelaan ini dibangun atas
dasar mempunyai informasi yang sama (complete information).
Sehingga tidak ada antara pihak yang tidak mengetahui informasi
dipihak lain. Unknown to one party dalam bahasa fiqh disebut
tadlis. Tadlis terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni dalam:
1.Kuantitas
2.Kualitas
3.Harga, dan
4.Waktu Penyerahan
6. TADLIS
1.Kuantitas
Pedagang yang mengurangi takaran/timbangan barang yang
dijualnya.
2.Kualitas
Penjual yang menyembunyikan cacat barang yang
ditawarkannya.
3.Harga
Seorang tukang becak yang menaikkan tarif becak 10 kali lipat
dari tarif normalnya kepada turis karena ketidak tahuhannya
terhadap harga pasaran.
4.Waktu Penyerahan
Seorang konsultan yang berjanji untuk menyelesaikan proyek
dalam waktu 2 bulan untuk memenangkan tender, padahal
konsultan tersebut tahu bahwa proyek itu tidak dapat diselesaikan
dalam waktu tersebut.
7. B. Haram Selain Zat-nya
2. Melanggar Prinsip La Tazhlimu wa la
tuzlamu
a. Rekayasa Pasar (dalam supply and
demand)
b. Gharar (Taghrir)
c. Riba
8. a. Rekayasa Pasar dalam supply
• Rekayasa pasar dalam supply terjadi bila seorang
produsen/penjual mengambil keuntungan diatas keuntungan
normal dengan cara mengurangi supply agar harga produk
yang dijualnya naik. Dalam istilah fiqh dikenal dengan
Ikhtikar. Ikhtikar biasanya dilakukan dengan membuat entry
barrier, yakni menghambat produsen/penjual lain masuk
pasar, agar ia menjadi pemain tungal di pasar monopoli.
Karena itu biasanya orang menyamakan ikhtikar dengan
monopoli dan penimbunan, padahal tidak selalu seorang
monopolois melakukan ihtikar. Ikhtikar terjadi bila syarat-
syarat di bawah ini terpenuhi:
– Mengupayakan adanya kelangkaan barang baik dengan cara
menimbun stock atau mengenakan entry barriers.
– Menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
harga sebelum munculnya kelangkaan.
– Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan
keuntungan sebelum komponen 1 dan 2 dilakukan.
9. b. Rekayasa Pasar Dalam Demand (Bai’ Najasy)
• Rekayasa pasar dalam demand terjadi bila
produsen/pembeli menciptakan
permintaan palsu, seolah-olah ada banyak
permintaan terhadap suatu produk
sehingga harga jual produk itu akan naik.
Biasanya terjadi dalam bursa saham.
10. c. Gharar
• Gharar adalah situasi di mana terjadi incomplete
information karena adanya uncertainty to both parties
(ketidak pastian antara kedua belah pihak yang
bertransaksi). Gharar terjadi bila terjadi perubahan dari
yang bersifat pasti (certain) menjadi tidak pasti
(uncertain). Gharar dapat terjadi dalam 4 hal”
– Kuantitas: Jual beli Ijon
– Kualitas: Menjual anak sapi dalam kandungan
– Harga: ada dua harga dalam satu kontrak
– Waktu Penyerahan: Menjual barang yang sedang dicari/hilang
Bila terjadi salah satu atau lebih dari faktor-faktor di atas di ubah
dari certain menjadi uncertain, maka terjadi gharar.
11. d. Riba
Dalam Fiqh dikenal ada 3 jenis riba:
1. Riba Fadl, disebut juga dengan riba buyu’ yaitu riba yang timbul akibat
pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya
(mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu
penyerahannya (yadan bi yadin). Pertukaran ini menimbulkan ketidakjelasan
(gharar) bagi kedua belah pihak akan nilai masing-masing barang yang
dipertukarkan. Ketidakjelasaan ini menimbulkan kezaliman kepada salah satu
pihak.
Hadits Rasulullah:
Dari Abu Said Al Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda: Transaksi pertukaran
emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tunai, kelebihannya adalah
riba: perak dengan perak harus sama takaran, timbangan dan tunai, kelebihannya
adalah riba: gandum dengan gandum harus sama takaran, timbangan dan tunai,
kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama takaran, timbangan
dan tunai, kelebihannya adalah riba, korma dengan korma harus sama takaran,
timbangan dan tunai, kelebihannya adalah riba: garam dengan garam harus sama
takaran, timbangan dan tunai, kelebihannya adalah riba. (Riwayat Muslim)
Diluar keenam jenis barang tersebut dibolehkan asal dilakukan penyerahannya
pada saat yang sama
Contoh: Dalam perbankan, riba fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli
valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara tunai (spot)
12. d. Riba
2. Riba Nasi’ah
1. Riba ini disebut juga dengan riba duyun yaitu riba yang timbul akibat
hutang-piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama
resiko (al ghummu bi ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya ( al
kharaj bi dhaman). Transaksi seperti ini mengandung pertukaran
kewajiban menanggung beban, hanya karena berjalan waktu.
2. Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam
nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan
antara yang diserahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian.
3. Imam Sarkhzi mengatakan:
–
البيع في المشروط العوض عن الخالي الفضل هو الربا
– “Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa
adanya iwadh (atau padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan
tersebut).
4. Dalam perbankan konvensional, riba nasi’ah dapat ditemui dalam
pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga deposito, tabungan dan
lain-lain. Bank sebagai kreditur yang memberikan pinjaman mensyaratkan
bunga yang besarnya tetapn dan ditentukan terlebih dahulu diawal
transaksi (fixed and predetermined rate). Padahal nasabah yang
mendapatkan jaminan itu tidak mendapatkan keuntungan fixed and
predetermined juga. Sesuatu yang bersifat uncertain dipaksakan menjadi
certain.
13. c. Riba
• Riba Jahiliah
– Riba jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok
pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan pinjaman
pada waktu yang telah ditetapkan.
– Riba jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran kaidah :”kullu qardin
jarra manfa’ah fahuwa riba” (setiap pinjaman yang mengambil
manfaat adalah riba)
– Dari segi penundaan waktu, riba jahiliyah digolongkan riba nasi’ah,
dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan tergolong riba fadl.
– Tafsir Qurtuby menjelaskan:
• “Pada zaman jahilyah para kreditur, apabila hutang telah jatuh tempo,
akan berkata kepada para debitur:”Lunaskan hutang anda sekarang, atau
anda tunda pembayaran itu dengan tambahan”. Maka pihak debitur harus
menambah jumlah kewajiban pembayaran hutangnya dan kreditur
menunggu waktu pembayaran kewajiban tersebut sesuia dengan ketentuan
baru”. (Tafsir qurtubi 2/1157)
– Dalam perbankan konvensional, riba jahilyah ini dipraktekkan dalam
transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya.
14. C. Tidak Sah
• Suatu transaksi dapat dikatakan tidak sah
dan/atau tidak lengkap akadnya, bila
terjadi salah satu atau lebih dari faktor-
faktor berikut:
– Rukun dan Syarat tidak terpenuhi
– Terjadi Ta’alluq
– Terjadi “two in one”
15. Rukun Dan Syarat
• Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu
transaksi (necessary condition). Pada umumnya, rukun
dalam mu’amalah iqtishadiyyah ada tiga:
1. Pelaku
2. Objek
3. Ijab-Qabul
• Aqad menjadi batal bila terdapat:
1. Kesalahan dan kekeliruan objek
2. Paksaan (ikrah)
3. Penipuan
• Bila rukun di atas terpenuhi, maka transaksi yang
dilakukan sah. Namun bila rukun tidak terpenuhi (baik
satu atau lebih), maka transaksi menjadi batal
16. Rukun Dan Syarat
• Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi
rukun (sufficient condition). Contohnya adalah bahwa
pelaku transaksi haruslah orang yang cakap hukum
(mukallaf).
• Bila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak terpenuhi,
maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi
tersebut menjadi fasid (rusak). Demikian menurut mazhab
Hanafi.
• Syarat tidak boleh:
– Menghalalkan yang haram
– Menharamkan yang halal
– Menggugurkan hukum
– Bertentangan dengan rukun; atau
– Mencegah berlakunya hukum
17. Ta’alluq
• Ta’alluq terjadi bila kita dihadapakan pada dua
akad yang saling dikaitkan, dimana berlakunya
akad 1 tergantung dengan akad ke 2.
• Contoh: misalkan A menjual barang X seharga
Rp 120 juta secara cicilan kepada B, dengan
syarat bahwa B harus kembali menjual barang X
tersebut kepada A secara tunai seharga Rp 100
juta. Transaksi seperti ini haram, karena akad
satu dikaitkan dengan akad yang lain.
• Dalam terminolagi fiqih, kasus di atas disebut
bai’ al inah.
18. Two in one
• Two in one adalah kondisi di mana suatu transaksi diwadahi
oleh dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian
(gharar) mengenai akad mana yang harus digunakan/berlaku.
Dalam terminologi fiqih, kejadian ini disebut dengan
shafqatain fi al shaqah.
• Two in one terjadi bila semua ketiga faktor di bawah ini
terpenuhi:
– Objek sama
– Pelaku sama
– Jangka waktu sama
• Bila satu saja dari faktor diatas tidak terpenuhi, maka two in
one tidak terjadi, dengan demikian akad menjadi sah
• Contoh: dari two in one adalah transaksi lease and purchase
(sewa-beli). Dalam transaksi ini, terjadi gharar dalam akad,
karena ada ketidakjelasan akad mana yang berlaku: akad beli
atau akad sewa. Karena itulah maka transaksi sewa-beli ini
diharamkan.