Mata kuliah Agama Islam tentang Jual beli. Cari mata kuliah lain lebih banyak di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.html
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. MUâAMALAH
(Tugas Terstruktur Mata Kuliah Agama Islam)
Dosen Pengampu:
Muhammad Taufiq
Oleh:
1. Eko Brasil Anugroh (135100100111053)
2. Erlinda Nurwidiya Ningrum (135100101111001)
3. Annisa Ayu Pratiwi (135100101111003)
4. Dyah Rahmawati (135100101111007)
5. Muhammad Luthfan (135100101111009)
6. Nilta Shabrinal Itsnani (135100101111011)
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
2. 1. Pengertian Jual Beli
Jual beli berarti pertukaran mutlak, kata al-bai (jual) dan as-syira (beli),
penggunaannya disamakan antara keduanya. Dua kata tersebut masing-masing
memiliki pengertian lafaz yang sama dan pengertian berbeda.
Dalam pandangan Islam, jual beli adalah pertukaran harta tertentu dengan harta
lain berdasarkan keridaan antar keduanya atau dengan kata lain memindahkan hak
milik dengan hak milik lain berdasarkan persetujuan dan perhitungan materi.
âPadahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.â (Q.S Al-
Baqarah: [2] 275)
Rasulullah SAW, menjelaskan dalam hadisnya.
âNabi SAW ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab,
âSeorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrarâ. (H.R. Bajjar,
Hakim membenarkannya dari Rifaâah bin Rafiâ).
2. Landasan Atau Dasar Hukum Mengenai Jual Beli
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan
berdasarkan Al-Qurâan, Hadist Nabi, dan Ijmaâ yakni :
a) Al Qurâan
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 29
âHai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan
jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamuâ (QS. An-Nisa : 29).
âAllah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan ribaâ (QS. Al-Baqarah :
275).
3. b) Hadist
yang mengatakan: âSuatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian
yang paling baik. Beliau menjawab, âSeseorang bekerja dengan
tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.â (HR. Bajjar, Hakim yang
menyahihkannya dari Rifaâah Ibn Rafiâ). Maksud mabrur dalam hadist
adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.
c) Ijmaâ
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang
lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
Mengacu kepada ayat-ayat Al Qurâan dan hadist, hukum jual beli adalah mubah
(boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi
sunnah, wajib, haram, dan makruh.
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual
beli yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syaraâ (hukum islam).
(a) Rukun Jual Beli:
1) Dua pihak membuat akad penjual dan pembeli
2) Objek akad (barang dan harga)
3) Ijab qabul (perjanjian/persetujuan)
(b) Syarat Jual Beli:
1) Orang yang melaksanakan akad jual beli ( penjual dan pembeli )
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah :
i. Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.
ii. Baligh, jual belinya anak kecil yang belum baligh dihukumi tidak sah.
Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan baik
atau buruk), dibolehkan melakukan jual beli terhadap barang-barang yang
harganya murah seperti : permen, kue, kerupuk, dll.
iii. Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan
harta milik orang yang sangat bodoh (idiot tidak sah jual belinya.
Firman Allah ( Q.S. An-Nisaâ(4): 5)
4. 2) Sigat atau Ucapan
Ijab danKabul. Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli
adalah kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam
hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul
(dari pihak pembeli).
Adapun syarat-syarat ijabkabul adalah :
i. Orang yang mengucap ijab kabul telah akil baligh.
ii. Kabul harus sesuai dengan ijab.
iii. Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.
4. Barang yang Diperjual Belikan
Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syarat yang diharuskan, antara
lain :
a) Barang yang diperjual-belikan itu halal.
b) Barang itu ada manfaat nya
c) Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tapi ada ditempat lain.
d) Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.
e) Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan
jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.
5. Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari
segi sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
a) Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun
dan sayarat-syaratnya.
b) Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun
atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak
disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran islam).
c) Jual beli yang sah tapi terlarang ( fasid ). Jual beli ini hukumnya sah, tidak
membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.
d) Terlarang sebab Ahliah (Ahli Akad). Ulama telah sepakat bahwa jual beli
dikategorikan sah apabila dilakukan oleh orang yang baligh, berakal, dapat
memilih.
e) Jual beli fudhul adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
5. f) Jual beli yang terhalang. Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan,
atau pun sakit.
g) Jual beli maljaâ adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari
perbuatan zalim.
h) Jual beli dengan mengikuti tradisi jahiliyah.
i) Terlarang Sebab Shigat. Jual beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada
kesesuaian maka dipandang tidak sah. Beberapa jual beli yang termasuk terlarang
sebab shiqat sebagai berikut:
i. Jual beli Muâathah. Jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad,
berkenaan dengan barang maupun harganya, tetapi tidak memakai ijab
kabul.
ii. Jual beli melalui surat atau melalui utusan dikarenakan kabul yang
melebihi tempat, akad tersebut dipandang tidak sah, seperti surat tidak
sampai ketangan orang yang dimaksudkan.
iii. Jual beli dengan syarat atau tulisan. Apabila isyarat dan tulisan tidak
dipahami dan tulisannya jelek (tidak dapat dibaca), maka akad tidak sah.
iv. Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad. Terlarang karena
tidak memenuhi syarat inâiqad (terjadinya akad). Jual beli tidak bersesuaian
antara ijab dan kabul.
v. Jual beli munjiz adalah yang dikaitkan dengan suatu syarat atau
ditangguhkan pada waktu yang akan datang.
j) Terlarang Sebab Maâqud Alaih (Barang jualan) Maâqud alaih adalah harta
yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, yang biasa
disebut m a b i â (barang jualan) dan harga.
k) Terlarang Sebab Syaraâ. Jenis jual beli yang dipermasalahkan sebab syaraâ nya
diantaranya adalah :
i. Jual beli riba.
ii. Jual beli dengan uang dari barang yag diharamkan. Contohnya jual
beli khamar, anjing, bangkai.Jual beli barang dari hasil pencegatan
barang yakni mencegat pedagang dalam perjalanannya menuju
tempat yang dituju sehingga orang yang mencegat barang itu
mendapatkan keuntungan.
6. iii. Jual beli waktu adzan jumâat. Terlarang dikarena bagi laki-laki yang
melakukan transaksi jual belidapat mengganggukan aktifitas
kewajibannya sebagai muslim dalam mengerjakan shalat jumâat.
iv. Jual beli anggur untuk dijadikan khamar.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW.
â
Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli khamar (minuman keras),
bangkai, babi, dan berhala. Rasul ditanya, âBagaimana dengan minyak
bangkai untuk kapal, melicinkan kulit dan untuk penerangan bagi
manusia?â Nabi SAW menjawab, âtidak halalâ itu perbuatan haram.â
v. Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain. Menjual
barang yang telah diakad oleh pihak lain hukummnya haram,
seperti yang dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
Umar r.a. dari Rasulullah SAW yang bersabda.
âJanganlah di antara kamu menjual barang yang telah diakad
pihak lain.â (H.R. Ahmad dan Nasaâi).
vi. Jual beli hewan ternak yang masih dikandung oleh induknya.
Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain
dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.
7. 6. Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sampai sekarang ini
berupa uang).
Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual itu adalah :
1. Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
2. Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli, walaupun secara
hukum, misalnya pembayaran menggunakan kartu kredit.
3. Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai tukar barang yang
dijual bukan berupa uang tetapi berupa uang)
Mereka yang dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :
1. Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.
2. Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil. Terlarang dikarenakan anak kecil belum
cukup dewasa untuk mengetahui perihal tentang jual beli.
3. Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. Jual beli ini terlarang karena ia tidak
dapat membedakan barang yang jelek dan barang yang baik.
4. J ua l b e li t e r p a k s a
8. Daftar Pustaka
Insan, W. 2008. Fikih Untuk Kelas IX MTs. Bandung: Grafindo Media Pertama.
Ilmy, B. 2008. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung:
Grafindo Media Pertama.