Bahasa dan Hukum: Kajian mengenai pencemaran nama baik
1. Bahasa dan Hukum
Oleh:
Hanif Ibrahim Mumtaz
Hakim pada Pengadilan Negeri Muara Bungo
Disampaikan pada DiskusiTerpumpun Kantor Bahasa
Provinsi Jambi
// Bungo, 20 Mei 2021
3. Beberapa
aspek dalam
hukum yang
memiliki
kaitan
dengan
bahasa
Undang-undang No. 24/2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara
mengatur di antaranya:
kontrak/perjanjian, bahasa yang
digunakan dalam persidangan, dan surat
resmi instansi negara dalam Bahasa
Indonesia.
4. Beberapa
aspek dalam
hukum yang
memiliki
kaitan
dengan
bahasa
Asas utama dalam ilmu pidana ‘asas legalitas’
menghendaki diterapkannya lex praevia, lex
stricta, lex scripta, dan lex certa.
Dalam perkara perdata, bukti dengan derajat
tertinggi adalah akta, di mana akta adalah suatu
bentuk tulisan yang menjelaskan peristiwa
hukum atau hubungan hukum. Isinya harus jelas
agar dapat dipertahankan kekuatan
pembuktiannya (upheld in court).
6. Mengenai
Nama Baik /
Reputasi Nama
baik
Sebagai
tatanan
masyarakat
Kehormatan
manusia
Sebagai
properti
Sumber: RobertC. Post, 1986, The
Social Foundations of Defamation Law
7. Mengenai
Nama Baik /
Reputasi
Hukum yang melindungi dari pencemaran nama baik
itu bertujuan menyeimbangkan antara kepentingan
perlindungan reputasi dengan kepentingan
kebebasan berekspresi (hak konstitusional).
Dalam ajaran Agama Islam pun dilarang saling
memanggil dengan panggilan yang buruk. (Al Quran
Surat Al Hujurat: 18)
9. Fakta2 dalam
pembentukan
UU ITE 2008
Naskah akademik tidak membahas hal-hal
berkaitan dengan pidana penghinaan dan fitnah.
Draf awal (2005) tidak memuat pasal penghinaan
dan fitnah, melainkan ketentuan pidananya hanya
meliputi: penyebaran pornografi & pornoaksi dan
muatan kekerasan, hacking komputer masyarakat
& pemerintah, membobol institusi keuangan utk
mendapat keuntungan.
Hingga diundangkan, penjelasan umum UU 11
Tahun 2008 tidak fokus mengulas mengenai
penghinaan dan fitnah.
10. Fakta2 dalam
pembentukan
revisiUU ITE
(2016)
Naskah akademik berfokus membahas hal-hal
berkaitan dengan pidana penghinaan dan fitnah.
Begitu pula dalam penjelasan umum UU No. 19
Tahun 2016.
Akan tetapi, substansi ketentuan pidananya
mengalami perubahan (beberapa ancaman
maksimum pidana menjadi turun).
Putusan-putusan MK diterapkan, mengenai
penghinaan/pencemaran nama baik menjadi delik
aduan.
11. Dalam KUHP
Pasal 310 (1) KUHP: Penistaan
Pasal 310 (2) KUHP: Penistaan dengan surat
Pasal 311 KUHP: Fitnah
Pasal 315 KUHP: Penghinaan ringan
Pasal 317 KUHP: Pengaduan palsu
Pasal 318 KUHP:Tuduhan palsu perbuatan pidana
Pasal 320 KUHP: Penistaan terhadap orang yang
sudah mati
Pasal 321 KUHP: Menyiarkan penistaan terhadap
orang yang sudah mati
KAIDAH DALAM PASAL 318 KUHP:YANG
BERWENANG MELAKUKAN PENGADUAN/MELAPOR
ADALAHYANG KORBAN, kecuali aparatur yang
sedang bertugas (Ps 316 KUHP)
12. DalamUU
ITE (2008 &
2016)
Pasal 27 ayat (3) Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik.
Ancaman pidana pada Pasal 45 ayat (3): penjara
maksimum 4 tahun dan/atau denda maksimum Rp
1 miliar.
Merupakan delik aduan. Ini menjadi benar, karena
merupakan delik subjektif (yang patut menilai
adalah orang yang menjadi subjek target
perbuatan).
13. Pada dasarnya pidana penghinaan yang diatur
dalam UU ITE sama dengan dalam KUHP, hanya
modus operandi-nya dan aspek amplifikasi
(kecepatan dan keluasan penyebaran) yang
berbeda.
Perbuatan pencemaran nama baik/penghinaan
dapat saja diajukan dalam perkara perdata
‘Perbuatan Melawan Hukum’
Pasal 1365 KUHPerdata: 1) adanya suatu perbuatan
melawan hukum, 2) adanya kesalahan, 3) adanya
kerugian yang diderita, 4) adanya hubungan sebab
akibat antara perbuatan tersebut dengan kerugian
15. Bahasa
dalam
perkara
pidana
Perkara curhat suami dipecat 196/Pid.Sus/2014/PN Btl
memuat pertimbangan:
Bahwa teks tidak dapat dilepaskan dari konteks.
Bahwa penghinaan itu dengan cara menuduhkan
sesuatu, suatu pernyataan tentang keadaan sesuatu,
dan dalam kasus ini tidak ada penuduhan sesuatu
perbuatan yang dilakukan terdakwa.
Bahwa, status terdakwa di facebook sebagai keluh
kesah berbau kritik tidak ada pernyataan yang
mengarah kepada pencemaran meskipun dalam
statusnyaTerdakwa menyebutkan nama seseorang,
itu sebagai kitik biasa.
Putusan bebas.
Catatan: Putusan ini dikuatkan di tingkat kasasi
16. !
Ingat akan adanya ketentuan Pasal 310 ayat (3) KUHP:
“Tidak termasuk menista atau menista dengan tulisan,
jika ternyata si pelaku melakukan hal itu untuk
kepentingan umum atau lantaran terpaksa perlu untuk
mempertahankan dirinya”
19. Penutup
HARAPAN:
Pendidikan #1 (ingat Pasal 31 ayat (3) UUD 1945)
baik di institusi sekolah maupun kepada masy.
Pidana merupakan pilihan terakhir (ultimum
remedium)
Ketika diteruskan ke mekanisme pidana pun harus
cermat menilai ada tidaknya unsur kesalahan, agar
tidak sia-sia proses hukumnya, baik bagi aparatur
maupun terdakwa