Enzim Schardinger dalam susu dapat mengkatalisis oksidasi formaldehida yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi putih setelah diinkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit. Pemanasan susu dapat merusak enzim sehingga tidak terjadi perubahan warna.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai berbagai uji untuk lipid, termasuk uji kelarutan, pembentukan emulsi, keasaman, penyabunan, kolesterol, fosfat, dan Salkowski. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan prinsip dan prosedur beberapa uji untuk mengidentifikasi jenis lipid dalam suatu sampel.
Uji Phenylhidrazine digunakan untuk menguji adanya gula aldosa atau ketosa dalam bahan pangan dengan memanaskan sampel dan larutan Phenylhidrazine yang menghasilkan osazon berwarna kuning jingga. Hasil uji menunjukkan sampel Roma Kelapa Sandwich mengandung gula aldosa/ketosa sedangkan Gulaku dan Aquadest tidak mengandung gula tersebut.
Pengujian dilakukan untuk mengisolasi flavonoid dari daun ketela pohon dan menganalisisnya menggunakan KLT. Isolasi dilakukan dengan pelarut air dan HCl 2N untuk memisahkan glikon dan aglikon. KLT menunjukkan sari 1 mengandung rutin, sari 2 tidak mengandung rutin atau glukosa, dan sari 3 tidak mengandung glikon.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Sampel taoge, susu, dan aquadest diuji menggunakan uji ninhydrin untuk mendeteksi kehadiran asam amino bebas. Hasilnya menunjukkan ketiga sampel tidak mengandung asam amino bebas.
Laporan praktikum biokimia mendiskusikan pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim diastase, serta menguji aktivitas enzim amilase pada biji kacang hijau dan tauge. Metode yang digunakan meliputi pengujian iod untuk mendeteksi karbohidrat dan reaksi Benedict untuk mendeteksi monosakarida hasil hidrolisis pati oleh enzim.
Enzim Schardinger dalam susu dapat mengkatalisis oksidasi formaldehida yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi putih setelah diinkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit. Pemanasan susu dapat merusak enzim sehingga tidak terjadi perubahan warna.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai berbagai uji untuk lipid, termasuk uji kelarutan, pembentukan emulsi, keasaman, penyabunan, kolesterol, fosfat, dan Salkowski. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan prinsip dan prosedur beberapa uji untuk mengidentifikasi jenis lipid dalam suatu sampel.
Uji Phenylhidrazine digunakan untuk menguji adanya gula aldosa atau ketosa dalam bahan pangan dengan memanaskan sampel dan larutan Phenylhidrazine yang menghasilkan osazon berwarna kuning jingga. Hasil uji menunjukkan sampel Roma Kelapa Sandwich mengandung gula aldosa/ketosa sedangkan Gulaku dan Aquadest tidak mengandung gula tersebut.
Pengujian dilakukan untuk mengisolasi flavonoid dari daun ketela pohon dan menganalisisnya menggunakan KLT. Isolasi dilakukan dengan pelarut air dan HCl 2N untuk memisahkan glikon dan aglikon. KLT menunjukkan sari 1 mengandung rutin, sari 2 tidak mengandung rutin atau glukosa, dan sari 3 tidak mengandung glikon.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Sampel taoge, susu, dan aquadest diuji menggunakan uji ninhydrin untuk mendeteksi kehadiran asam amino bebas. Hasilnya menunjukkan ketiga sampel tidak mengandung asam amino bebas.
Laporan praktikum biokimia mendiskusikan pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim diastase, serta menguji aktivitas enzim amilase pada biji kacang hijau dan tauge. Metode yang digunakan meliputi pengujian iod untuk mendeteksi karbohidrat dan reaksi Benedict untuk mendeteksi monosakarida hasil hidrolisis pati oleh enzim.
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton yang dapat dihidrolisis menjadi monosakarida, oligosakarida, atau polisakarida. Berbagai uji seperti Molisch, Benedict, Barfoed, Selliwanof, dan fermentasi digunakan untuk mengidentifikasi jenis karbohidrat melalui sifat kimiawi dan reaktifitasnya.
Laporan praktikum ini menguji ketidakjenuhan lemak pada dua sampel, yaitu mayonnaise dan minyak bunga matahari, dengan mereaksikan sampel tersebut menggunakan iodium. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua sampel merupakan lemak jenuh karena warna iodium tidak hilang setelah ditetesi.
Dokumen tersebut merangkum tentang formulasi dan pembuatan krim betametason. Krim ini mengandung betametason sebagai zat aktifnya dan beberapa bahan penstabil seperti cetomacrogolum-1000, cetostearylalkohol, parafin cair, dan vaselin album. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pembuatan krim betametason melalui pencampuran dan pengadukan bahan-bahannya hingga membentuk sediaan krim yang homogen.
Laporan BIOLOGI praktikum pencernaan kelas XI MIA Johan Setiawan
Laporan praktikum ini menguji kandungan protein, karbohidrat, lemak, dan glukosa pada beberapa bahan makanan menggunakan berbagai reagen. Sampel diuji dengan reagen Lugol untuk karbohidrat, Benedict dan Fehling untuk glukosa, serta Biuret untuk protein. Lemak diuji dengan mengoleskan sampel pada kertas yang kemudian dikeringkan. Hasilnya menunjukkan larutan amilum kaya karbohidrat, glukosa kaya gula,
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan lemak terhadap pelarut dan terjadinya emulsi, menguji ketidakjenuhan minyak dan asam lemak, serta mendeteksi kehadiran kolesterol. Hasilnya menunjukkan bahwa lemak hanya larut dalam pelarut organik nonpolar seperti kloroform dan eter, tetapi tidak dalam air. Lemak juga larut dalam Na2CO3 karena terjadi reaksi penyabunan."
Laporan Analisa Pangan Acara 5 KabohidratMelina Eka
Praktikum ini bertujuan menentukan kadar gula reduksi dalam bahan pangan dengan metode Nelson-Somogyi. Metode ini didasarkan pada reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh sakarida, membentuk senyawa berwarna biru yang diukur absorbansinya. Kurva standar dibuat dengan larutan glukosa konsentrasi berbeda untuk menghitung kadar gula dalam sampel.
Laporan mingguan praktikum biokimia I mencakup isolasi amilum dari umbi singkong dan identifikasi karbohidrat melalui beberapa uji kualitatif. Mahasiswa memperoleh hasil isolasi amilum seberat 16,73 gram dan uji kualitatif menunjukkan perbedaan warna untuk glukosa dan fruktosa pada uji Molisch, Benedict, iodin dan Saliwanoff.
1. Dokumen ini berisi laporan praktikum hidrolisis sukrosa menggunakan uji Molisch oleh siswa SMA Negeri 1 Jember tahun 2013/2014.
2. Sukrosa dihidrolisis menggunakan HCl pekat pada suhu panas selama 30 menit untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa.
3. Hasil hidrolisis diuji menggunakan beberapa reaksi karbohidrat yang menunjukkan keberadaan glukosa dan fruktosa.
Praktikum menguji kandungan gizi tahu menunjukkan bahwa tahu mengandung protein dan lemak tetapi tidak mengandung karbohidrat berupa glukosa dan amilum.
Protein dapat diendapkan dengan mengatur pH larutan mendekati titik isoelektrik protein. Penambahan garam kalsium, asam asetat, dan enzim bromelin dapat mengendapkan protein susu sapi dan kedelai dengan mengubah muatan protein.
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton yang dapat dihidrolisis menjadi monosakarida, oligosakarida, atau polisakarida. Berbagai uji seperti Molisch, Benedict, Barfoed, Selliwanof, dan fermentasi digunakan untuk mengidentifikasi jenis karbohidrat melalui sifat kimiawi dan reaktifitasnya.
Laporan praktikum ini menguji ketidakjenuhan lemak pada dua sampel, yaitu mayonnaise dan minyak bunga matahari, dengan mereaksikan sampel tersebut menggunakan iodium. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua sampel merupakan lemak jenuh karena warna iodium tidak hilang setelah ditetesi.
Dokumen tersebut merangkum tentang formulasi dan pembuatan krim betametason. Krim ini mengandung betametason sebagai zat aktifnya dan beberapa bahan penstabil seperti cetomacrogolum-1000, cetostearylalkohol, parafin cair, dan vaselin album. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pembuatan krim betametason melalui pencampuran dan pengadukan bahan-bahannya hingga membentuk sediaan krim yang homogen.
Laporan BIOLOGI praktikum pencernaan kelas XI MIA Johan Setiawan
Laporan praktikum ini menguji kandungan protein, karbohidrat, lemak, dan glukosa pada beberapa bahan makanan menggunakan berbagai reagen. Sampel diuji dengan reagen Lugol untuk karbohidrat, Benedict dan Fehling untuk glukosa, serta Biuret untuk protein. Lemak diuji dengan mengoleskan sampel pada kertas yang kemudian dikeringkan. Hasilnya menunjukkan larutan amilum kaya karbohidrat, glukosa kaya gula,
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan lemak terhadap pelarut dan terjadinya emulsi, menguji ketidakjenuhan minyak dan asam lemak, serta mendeteksi kehadiran kolesterol. Hasilnya menunjukkan bahwa lemak hanya larut dalam pelarut organik nonpolar seperti kloroform dan eter, tetapi tidak dalam air. Lemak juga larut dalam Na2CO3 karena terjadi reaksi penyabunan."
Laporan Analisa Pangan Acara 5 KabohidratMelina Eka
Praktikum ini bertujuan menentukan kadar gula reduksi dalam bahan pangan dengan metode Nelson-Somogyi. Metode ini didasarkan pada reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh sakarida, membentuk senyawa berwarna biru yang diukur absorbansinya. Kurva standar dibuat dengan larutan glukosa konsentrasi berbeda untuk menghitung kadar gula dalam sampel.
Laporan mingguan praktikum biokimia I mencakup isolasi amilum dari umbi singkong dan identifikasi karbohidrat melalui beberapa uji kualitatif. Mahasiswa memperoleh hasil isolasi amilum seberat 16,73 gram dan uji kualitatif menunjukkan perbedaan warna untuk glukosa dan fruktosa pada uji Molisch, Benedict, iodin dan Saliwanoff.
1. Dokumen ini berisi laporan praktikum hidrolisis sukrosa menggunakan uji Molisch oleh siswa SMA Negeri 1 Jember tahun 2013/2014.
2. Sukrosa dihidrolisis menggunakan HCl pekat pada suhu panas selama 30 menit untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa.
3. Hasil hidrolisis diuji menggunakan beberapa reaksi karbohidrat yang menunjukkan keberadaan glukosa dan fruktosa.
Praktikum menguji kandungan gizi tahu menunjukkan bahwa tahu mengandung protein dan lemak tetapi tidak mengandung karbohidrat berupa glukosa dan amilum.
Protein dapat diendapkan dengan mengatur pH larutan mendekati titik isoelektrik protein. Penambahan garam kalsium, asam asetat, dan enzim bromelin dapat mengendapkan protein susu sapi dan kedelai dengan mengubah muatan protein.
Kelas/Kelompok: 1I/6
fitri Cindy Fricilia
(232114090)
Putri Sari Nova
(232114045)
Reky Wahyudi
(232114110)
Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan Tahun Ajaran 2023/2024
#Botanifarmasi
#Farmasibotany
#Farmasi
#FarmasiUMNAW #FarmasiUMNAlWashliyah #UMNAlWashliyah #UniversitasNusantaraAlWashliyah
Fermentasi adalah proses pembebasan energi tanpa oksigen yang melibatkan enzim dalam atau luar sel. Fermentasi menghasilkan berbagai produk makanan dan minuman seperti tempe, tape, keju, yogurt, anggur, bir, asam laktat, dan vitamin. Mikroorganisme penghasil fermentasi meliputi bakteri, jamur, dan khamir.
Laporan ini membahas hasil praktikum tentang uji karbohidrat pada berbagai bahan yang meliputi uji Molish, Benedict, Seliwanoff, Iodine, dan karbohidrat pada buah. Tujuan praktikum adalah mengidentifikasi jenis karbohidrat yang ada pada berbagai bahan melalui serangkaian uji.
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxssuser04c576
Mikrobiologi memainkan peran penting dalam bioteknologi pangan melalui fermentasi yang menggunakan mikroba untuk mengubah rasa, tekstur, dan nilai gizi makanan. Mikroba yang bermanfaat antara lain bakteri asam laktat untuk membuat yoghurt dan keju, jamur Rhizopus untuk tempe, dan ragi Saccharomyces untuk roti dan minuman beralkohol.
Dokumen tersebut membahas tentang praktikum pemeriksaan kesegaran dan pemalsuan susu. Secara khusus membahas tentang uji organoleptik, kebersihan, pH, alkohol, didih, dan reduktase untuk mengetahui kesegaran susu, serta berbagai cara untuk membuktikan adanya pemalsuan seperti penambahan air, santan, pati, atau formalin ke dalam susu.
1. Uji Unsur-Unsur Protein
Setelah dilakukan pengujian unsur-unsur protein, dapat disimpulkan bahwa albumin mengandung unsur protein, yaitu nitrogen dan oksigen. Susu mengandung nitrogen, hidrogen, dan oksigen. Tempe mengandung nitrogen, hidrogen, oksigen, dan karbon. Seadngkan kuning telur mengandung nitrogen, oksigen, dan karbon.
2. Uji Kelarutan Albumin
Protein albumin dapat larut pada air (H2O), asam (HCl), basa (NaOH), dan garam encer (NaCO3). Karena semua campuran tidak menghasilkan endapan. Namun kelarutan protein akan berkurang jika ditambahkan garam anorganik, karena terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air.
3. Uji Biuret
Pada uji biuret yang menghasilkan warna soft ungu adalah albumin. Albumin mengandung dua atau lebih ikatan peptida, sehingga ikatan peptidanya panjang. Namun pada kuning telur, susu, dan tempe menghasilkan warna biru dikarenakan kadar protein setiap bahan berbeda, sehingga jumlah ikatan peptidanya berbeda. Hal ini mengakibatkan warna yang dihasilkan akan berbeda juga.
4. Uji Nnhidrin
Albumin, susu, tempe, dan kuning telur menunjukkan adanya warna ungu yang menunjukkan kadar protein tinggi karena ikatan peptidanya panjang. Warna ungu juga berarti protein tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Sedangkan pada arginin, warna yang dihasilkan bening artinya tidak menunjukkan adanya asam amino bebas.
Makalah ini membahas metabolisme protein, termasuk proses pencernaan protein, fungsi protein, dan struktur protein. Protein diperlukan tubuh untuk berbagai fungsi seperti pembentukan sel dan jaringan, sumber energi, dan sebagai enzim. Proses pencernaan protein dimulai di lambung melalui enzim pepsin. Protein terdiri dari rantai asam amino yang terhubung oleh ikatan peptida, dan dapat memiliki struktur primer, sekunder, tersier, dan kuart
Makalah ini membahas tentang praktikum menguji kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan menggunakan beberapa reagen. Reagen yang digunakan antara lain Benedict untuk menguji glukosa, Biuret untuk protein, dan Lugol untuk amilum. Hasilnya menunjukkan bahan yang mengandung glukosa adalah gula dan madu, yang mengandung protein adalah telur, dan yang mengandung amilum adalah sereal dan terigu.
Laporan ini memberikan ringkasan uji coba terhadap beberapa bahan makanan untuk mengetahui kandungan karbohidrat, protein, dan lemaknya. Bahan-bahan seperti tepung terigu dan kentang mengandung amilum, sedangkan putih telur mengandung protein. Minyak sayur diketahui mengandung lemak tingkat tinggi.
Produksi bioetanol dari limbah kulit pisang dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae dan enzim selulase dari Trichoderma sp. pada konsentrasi yang berbeda. Tujuannya adalah mengetahui konsentrasi enzim selulase mana yang menghasilkan bioetanol paling banyak.
Bakteri asam laktat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.pdfIsmedsyahSyah1
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang menghasilkan asam laktat melalui fermentasi karbohidrat. BAL digunakan dalam pengolahan makanan seperti yogurt, keju, dan produk fermentasi lainnya. BAL bermanfaat untuk meningkatkan nutrisi makanan, mencegah kontaminasi bakteri patogen, dan berpotensi memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas proses pembuatan bioetanol dari umbi rambat melalui beberapa tahap seperti ekstraksi, fermentasi, dan destilasi dengan menggunakan ragi. Hasil uji menunjukkan adanya kandungan etanol pada larutan setelah proses fermentasi dan destilasi.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
1. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan
nutrisi tinggi sehingga menyebabkan mikroba mudah tumbuh dan berkembang. Susu
yang disimpan pada suhu kamar lebih dari 4 jam dan tidak segera disimpan dalam
cooling unit menyebabkan jumlah bakteri cepat berkembang akibatnya jumlah
coliform meningkat. Kandungan bakteri di dalam susu dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain ambing dan puting
susu, sedangkan faktor eksternal berupa kebersihan dari lingkungan sekitar. Secara
normal dalam saluran ambing sapi terdapat beberapa bakteri seperti Micrococcus,
Streptococcus dan Lactobacillus (Suwito dan Andriani, 2012).
Susu segar adalah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau
ditambahkan bahan apapun yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat. Susu
merupakan bahan minuman yang sesuai untuk kebutuhan hewan dan manusia karena
mengandung zat gizi dengan perbandingan yang optimal, mudah dicerna dan tidak
ada sisa yang terbuang. Selain sebagai sumber protein hewani, susu juga sangat baik
untuk pertumbuhan bakteri (Resnawati, 2010).
Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengan
kadar protein dalam susu segar 3,5 %, dan mengandung lemak yang kira-kira sama
banyaknya dengan protein. Karena itu, kadar lemak sering dijadikan sebagai tolak
ukur mutu susu, karena secara tidak langsung menggambarkan juga kadar
proteinnya. Beberapa jenis sapi perah, khususnya dari Bos Taurus misalnya Jersey
2. dan Guernsey mampu memproduksi susu dengan kadar lemak mendekati 5 %
(Koswara, 2009).
2.2 Mutu Susu
Susu yang memiliki kualitas yang tidak bagus akan pecah ataupun
menggumpal bila melalui proses didih. Bila susu dalam keadaan asam menjadikan
kestabilan kasein menurun, koagulasi kasein ini yang akan mengakibatkan pecahnya
susu, tetapi apabila susu dalam keadaan baik maka hasil yang dapat dilihat dari uji
didih adalah susu masih dalam keadaan homogen atau tidak pecah
(Dwitania dan Swacita, 2013).
Susu kemasan yang mempunyai hasil uji negatif pada uji didih adalah karena
derajat asamnya masih dalam rentang normal. Susu masih dalam kondisi yang baik
dikarenakan kemasan susu yang digunakan masih dalam keadaan rapat sehingga
mencegah kontaminasi kembali selama penyimpanan. Hasil uji didih negatif ditandai
dengan tidak adanya gumpalan susu yang melekat pada dinding tabung reaksi, hal ini
dikarenakan susu masih dalam keadaan homogen (Dwitania dan Swacita, 2013).
Hasil kimia dan mikroba analisis sampel susu mentah yang berasal dari
pertanian organik dan konvensional sistem secara statistik dibandingkan. Empat
parameter dalam susu mentah, asam lemak bebas, konten urea, jumlah sel somatik
dan coliform jumlah bakteri, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara dua jenis produksi (Kourimska, dkk., 2014).
2.3 Enzim Schardinger
Enzim adalah polimer biologis yang tersusun dari serangkaian asam amino
dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap yang mengkatalisis reaksi
3. kimia. Kehadiran dan pemeliharaan satu set lengkap enzim penting untuk pemecahan
nutrisi untuk memasok energi dan kimia blok bangunan, perakitan blok-blok
bangunan menjadi protein, DNA, membran, sel dan jaringan serta memanfaatkan
energi untuk motilitas sel dan kontraksi otot. Dengan pengecualian dari beberapa
molekul RNA katalitik atau ribozim, dimana sebagian besar enzim adalah protein
(Murray dkk., 2003).
Enzim memiliki kekuatan katalitik yang luar biasa, yaitu dari katalis sintetik
dan anorganik. Enzim memiliki tingkat spesifisitas yang tinggi untuk substrat. Enzim
mempercepat reaksi kimia dan berfungsi dalam larutan pada kondisi suhu dan pH.
Enzim adalah pusat untuk setiap proses biokimia. Bertindak di urutan terorganisir,
enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang mendegradasi nutrisi molekul,
melestarikan dan mengubah energi kimia, dan membuat makromolekul biologis dari
prekursor sederhana. Melalui aksi enzim regulasi, jalur metabolisme yang sangat
terkoordinasi untuk menghasilkan interaksi yang harmonis untuk mempertahankan
hidup (Nelson dan Cox, 2013).
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia
yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat
reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut
dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang
sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga
katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
Schardinger (1902) mengamati bahwa metilen biru akan tereduksi oleh
formaldehida dalam susu segar. Enzim yang bersangkutan dalam oksidasi senyawa
aldehida dikenal sebagai enzim Schardinger. Hopkins (1921) menemukan bahwa
4. ekstrak ragi tertentu dan jaringan hewan juga mereduksi metilen biru ketika ketika
ditambahkan ke dalam susu. Morgan, dkk.. (1922) mengidentifikasi substansi
hypoxanthine dan menunjukkan bahwa efek oksidasi oleh sistem mirip dengan yang
ada di dalam jaringan (Booth, 1953). Lebih lanjut Morgan menjelaskan bahwa susu
mengandung enzim yang mampu pengoksidasi xanthine dan hipoksantin bersamaan
dengan reduksi O2 menjadi H2O2 dan enzim ini disebut XO (Kostic, 2015). Data
menunjukkan bahwa penambahan substrat untuk enzim Schardinger susu dengan
adanya ion iodida radioaktif menginduksi pembentukan ikatan organik iodin
radioaktif (Booth, 1935).
Enzim sangat spesifik baik dalam mengikat substrat kiral dan mengkatalisis
reaksi. Stereospesifisitas ini muncul karena enzim, berdasarkan substrat kiral (protein
terdiri dari asam hanya L-amino), membentuk asimetris sisi aktif. Misalnya, tripsin
mudah menghidrolisis polipeptida terdiri dari asam L-amino tetapi tidak enzim yang
terdiri dari asam D-amino. Demikian juga, enzim yang terlibat dalam metabolisme
glukosa yang spesifik untuk residu D-glukosa. Enzim yang benar-benar
stereospesifik dalam reaksi mengkatalisasi. Hal ini mencolok ditunjukkan untuk
kasus dehidrogenase ragi alkohol oleh Frank Westheimer (Voet dan Voet, 2011).
2.4 Formaldehid
Formaldehid (CH2O) merupakan suatu campuran organik yang dikenal
dengan nama aldehid, membeku pada suhu < 92 °C dan mendidih pada suhu 300 °C.
Formaldehid pada awalnya disintesa kimiawan asal Rusia Alexander Butlerov pada
tahun 1859, tetapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehid dihasilkan
dengan membakar bahan yang mengandung karbon. Dalam atmosfer bumi,
formaldehid dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan
5. hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat dalam bentuk gas,
larutan, dan padatan. Formaldehid yang digunakan dalam proses pembuatan
peralatan makan melamin adalah formaldehid dalam bentuk larutan yang dikenal
dengan nama formalin (Artha, 2007).
Formaldehid merupakan bahan kimia yang mudah menguap atau mempunyai
titik didih yang rendah. Pada suhu di atas 80 °C, jumlah molekul formaldehid yang
menguap semakin banyak dan molekul formaldehid yang terlarut dalam campuran
reaksi semakin menurun sehingga berdampak pada menurunnya konversi reaksi.
Dengan menurunnya konsentrasi, tumbukan antar molekul semakin berkurang
(Budi dan Buchori, 2013).
2.5 Metilen Biru
Metilen biru larut dalam kloroform, air, dan alkohol. Zat ini bersifat
bakteriostatik dan bakterisidal lemah. Sebagai antiseptik, zat ini tidak dianjurkan
lagi. Pemberian metilen biru yang terus-menerus dan lama dapat menimbulkan
anemia. Metilen biru bermanfaat untuk pengobatan methemoglobinemia idiopatik
dan pemberian vitamin C dosis tinggi. Metilen biru digunakan juga untuk uji adanya
bakteri anaerob dalam susu (Staf Pengajar Farmatologi, 2009).
Kapasitas adsorpsi dari abu dasar untuk mengadsorpsi metilen biru dari
larutan. Uji adsorpsi dilakukan dengan cara penentuan laju alir, penentuan
konsentrasi, dan pH optimum. Semakin meningkatnya konsentrasi metilen biru maka
semakin meningkat kapasitas adsorpsinya dan semakin meningkatnya laju alir dapat
menurunkan kapasitas adsorpsi adsorben terhadap metilen biru. Hal ini juga
ditunjukkan pada pH lainnya yaitu semakin menurunnya kapasitas adsorpsi pada
metilen biru seiring meningkatnya pH dari metilen biru (Pratiwi, dkk., 2010).