Dokumen ini membahas latar belakang penelitian tentang jejak ekologi dan jejak makanan di Kabupaten Bangka Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya jejak makanan penduduk Desa Kulur Ilir dan Kelurahan Dul serta pengaruh faktor pendapatan dan pendidikan terhadap jejak makanan. Selain itu, untuk mengetahui proporsi ketersediaan lahan setempat dalam memenuhi jejak makanan penduduk di kawasan
Sidoarjo Sebagai Kota Minapolitan di IndonesiaPusat kawasan minapolitan di Kabupaten Sidoarjo berada di Kecamatan Candi, dengan sub pusat kawasan pada Kecamatan Sedati dan Kecamatan Sidoarjo, serta kawasan penyanggah minapolitan berada di kecamatan Waru, Kecamatan Buduran dan Kecamatan Jabon (Keputusan Bupati Sidoarjo No.188/34/404.1.3.2/2012)
Sidoarjo Sebagai Kota Minapolitan di IndonesiaPusat kawasan minapolitan di Kabupaten Sidoarjo berada di Kecamatan Candi, dengan sub pusat kawasan pada Kecamatan Sedati dan Kecamatan Sidoarjo, serta kawasan penyanggah minapolitan berada di kecamatan Waru, Kecamatan Buduran dan Kecamatan Jabon (Keputusan Bupati Sidoarjo No.188/34/404.1.3.2/2012)
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
The objective of this research was to study the respons of N, P, and K fertilizers and the best combination of it on the maize yields. The experimental design was following random block design that consist of 4 treatments with 3 replications, so there are 12 plot units. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The result of this research showing that minus one test has significant effect to stem length, stem diameters, and all dry weigh, while for 100 gain weigh has not significant effects. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
The aimed of this research was to determining of upland suitability for maize commodity development and its limiting factors based on land quality. This research conducted at three month in Dulamayo garden farming of Gorontalo State University. Assessments of land suitability classes using the framework of land evaluation and parametric approach with root square land index as methods. The result of this research showed that the land suitability classes showed that land utilization type (LUT) for Local Maize of patterns A (none fertilizing) + B (national fertilizing dosage) were dominantly of
moderately suitable with nutrient availability as limiting factors (S2na), while for pattern C (prescription fertilizing dosage) was very suitable but any small amount of nutrient availability as limiting factors (S1na). The LUT Composite Maize to pattern A was marginally suitable with nutrient availability as limiting factors (S3na), pattern B same as LUT Local Maize limiting factors, but pattern C with very suitable classes but differences of limiting factors (S1wa). For LUT Hybrids Maize dominantly of marginally suitable with water availability as limiting factors (S3wa) to pattern A+B, but pattern C dominantly of moderately suitable with water availability as limiting factors (S2wa).
Ancaman atas kerusakan lingkungan dari aktivitas kegiatan dalam peningkatan pembangunan menjadi sebuah penomenal akibat dari kemajuan tehnologi dan perubahan peradaban manusia,pengrusakan hutan dan pencemaran lingkungan dari hari ke hari menjadi ancaman serius terhadap keberlangsungan lingkungan yang harmonis. Salah satu penyebab, diduga akibat pembukaan lahan baru/alih fungsi lahan, yang mengakibatkan deforestasi hutan baik dari segi kuantitas maupun kualitas mengalami penurunan fungsi secara signifikan. Pembukaan lahan yang dilakukan, tidak dikuti kaidah konsep ekologi berkelanjutan, dengan pertimbangan desakan ekoniomi masyarakat yang mau tidak mau solusi yang dapat memberikan solusi atas himpitan dan kebutuhan ekonomi, kebutuhan sosial yang semakin garang, ya dengan menebang pohon, atau membuka areal perkebunan, maupun dari kebijakan Pemerintah Daerah dalam memberikan kemudahan bagi investor, memberikan Iizn HGU atas areal perkebunan, pertambangan, Kehutanan, yang kesemuanya merupakan alih fungsi lahan produktif. Rusaknya ekosistem yang ada dihutan tersebut dan disekitar hutan, pada dasarnya mengundang dan mempercepat prosesi pengrusakana fungsi hutan, dsan sekaligus menjadi ancaman kehidupan, disetiap komponen yang ada di bumi ini termasuk hilangnya sumber mata air untuk kehidupan seluruh manusia dan mahluk hidup lainnya.
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
The objective of this research was to study the respons of N, P, and K fertilizers and the best combination of it on the maize yields. The experimental design was following random block design that consist of 4 treatments with 3 replications, so there are 12 plot units. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The result of this research showing that minus one test has significant effect to stem length, stem diameters, and all dry weigh, while for 100 gain weigh has not significant effects. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
The aimed of this research was to determining of upland suitability for maize commodity development and its limiting factors based on land quality. This research conducted at three month in Dulamayo garden farming of Gorontalo State University. Assessments of land suitability classes using the framework of land evaluation and parametric approach with root square land index as methods. The result of this research showed that the land suitability classes showed that land utilization type (LUT) for Local Maize of patterns A (none fertilizing) + B (national fertilizing dosage) were dominantly of
moderately suitable with nutrient availability as limiting factors (S2na), while for pattern C (prescription fertilizing dosage) was very suitable but any small amount of nutrient availability as limiting factors (S1na). The LUT Composite Maize to pattern A was marginally suitable with nutrient availability as limiting factors (S3na), pattern B same as LUT Local Maize limiting factors, but pattern C with very suitable classes but differences of limiting factors (S1wa). For LUT Hybrids Maize dominantly of marginally suitable with water availability as limiting factors (S3wa) to pattern A+B, but pattern C dominantly of moderately suitable with water availability as limiting factors (S2wa).
Ancaman atas kerusakan lingkungan dari aktivitas kegiatan dalam peningkatan pembangunan menjadi sebuah penomenal akibat dari kemajuan tehnologi dan perubahan peradaban manusia,pengrusakan hutan dan pencemaran lingkungan dari hari ke hari menjadi ancaman serius terhadap keberlangsungan lingkungan yang harmonis. Salah satu penyebab, diduga akibat pembukaan lahan baru/alih fungsi lahan, yang mengakibatkan deforestasi hutan baik dari segi kuantitas maupun kualitas mengalami penurunan fungsi secara signifikan. Pembukaan lahan yang dilakukan, tidak dikuti kaidah konsep ekologi berkelanjutan, dengan pertimbangan desakan ekoniomi masyarakat yang mau tidak mau solusi yang dapat memberikan solusi atas himpitan dan kebutuhan ekonomi, kebutuhan sosial yang semakin garang, ya dengan menebang pohon, atau membuka areal perkebunan, maupun dari kebijakan Pemerintah Daerah dalam memberikan kemudahan bagi investor, memberikan Iizn HGU atas areal perkebunan, pertambangan, Kehutanan, yang kesemuanya merupakan alih fungsi lahan produktif. Rusaknya ekosistem yang ada dihutan tersebut dan disekitar hutan, pada dasarnya mengundang dan mempercepat prosesi pengrusakana fungsi hutan, dsan sekaligus menjadi ancaman kehidupan, disetiap komponen yang ada di bumi ini termasuk hilangnya sumber mata air untuk kehidupan seluruh manusia dan mahluk hidup lainnya.
Melaksanakan pembinaan perpustakaan desa dan/atau kelurahan dengan koordinasi, membimbing, dan motivasi untuk meningkatkan minat baca dan pengetahuan masyarakat.
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...NurdinUng
Provision of organic fertilizers was done as an alternative to reduce dependence on inorganic fertilizers, even though they were substantive in nature. Apart from being one of the solutions to the scarcity of subsidized fertilizers, it was also an effort to increase agricultural production, as well as protect the plant environment from pollution and maintain soil fertility. The production of organic fertilizers from local agricultural waste has been proven and successfully carried out by farmer groups based on visual criteria that are fine-textured, black in color and smell of soil. Testing of the nutritional content of organic fertilizers has been carried out and the results prove that the minimum technical requirements for solid organic fertilizers have been met, so that larger scale production can be carried out by farmer groups. To follow up on this activity, suggestions that need to be made include: (a) the potential for agricultural waste from sugarcane and oil palm plantations that has not been used in the manufacture of organic fertilizers can be used as raw material, so that it will enrich the nutritional content and the novelty of this organic fertilizer; (b) the need for licensing for the production of organic fertilizer for farmer groups requires assistance from the instant dan associated with these authority dan regulation; and (c) the need for good and attractive packaging, so that it will market-oriented.
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat DesaHabibullah
Habibullah
ABSTRAK
Kegagalan berbagai program penanganan kemiskinan masyarakat sekitar hutan tidak
terlepas dari kesalahan dalam mengidentifikasi pola pemanfaatan lahan dan sumber daya alam
karena masyarakat sekitar hutan mempunyai pola pemanfaatan yang berbeda dengan masyarakat
desa yang berbasis pertanian sawah umumnya sehingga pemahaman yang tepat terhadap sumber
daya yang tersedia akan dapat menuntun langkah yang tepat pula dalam pembangunan
masyarakat. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi-potensi sumber daya alam yang
dikembangkan masyarakat sekitar hutan sebagai sumber penghidupan tanpa merusak lingkungan
hidup. Kajian bersifat deskriptif ini dilaksanakan di 4 (empat) desa sekitar Taman Nasional Bukit
Duabelas Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi.
Hasil kajian menunjukkan sebagian besar masyarakat desa memanfaatkan lahan untuk
mengembangkan komoditas karet walaupun tidak dapat dipungkiri terdapat kendala sosial-
ekonomi antara lain masyarakat terjebak dengan pinjaman(barang dan uang) yang diberikan
tauke sehingga harga karet ditentukan oleh tauke sementara itu KUD yang semestinya dapat
mengakomodasikan kepentingan masyarakat belum mempunyai peranan kecuali hanya sebagai
“kedok” untuk memanfaatkan hasil hutan. Hasil studi ini merekomendasikan berbagai program
Departemen Sosial untuk masyarakat sekitar hutan lebih mempertimbangkan aspek pola-pola
pemanfaataan lahan dan sumber daya alam sehingga program tersebut tepat sasaran dan berhasil
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Otonomi Daerah dan Permasalahan Ketahanan PanganTriando Triando
OTONOMI DAERAH DAN PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN
Oleh: Harmiati
Dosen FISIPOL
Universitas Prof. DR. Hazairin, SH
Jln. Jend A.Yani Kota Bengkulu
Abstrak
Pembangunan ketahanan pangan tidak dapat dilepaskan dari otonomi daerah, untuk menunjang keberadaan pangan sampai ke tingkat rumah tangga. Permasalahan fundamental yang dihadapi pemerintah daerah dalam peningkatan ketahanan pangan a) kebijakan dan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan, b) penataan dan pemanfaatan lahan pertanian, c) lumbung pangan, dan d) pemanfaatan pangan lokal. Dalam pembuatan kebijakan ketahanan pangan perlu memperhatikan berbagai pertimbangan teknis, ekonomis, dan sosial, baik dalam hal penataan lahan pertanian, program diversifikasi pangan lokal, dan pemanfaatan lumbung pangan, guna peningkatan ketahanan pangan dalam era otonomi daerah.
PERANAN AKADEMISI DAN DINAS PERIKANAN KABUPATEN TUBAN DALAM PENINGKATAN PEMAN...Luhur Moekti Prayogo
Peranan pemerintah daerah yang diwakili dinas terkait serta peranan akademisi dalam transfer ilmu kepada masyarakat sangat penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, serta keterampilan masyarakat baik untuk diri sendiri maupun guna masyarakat di sekitarnya yang diharapkan mampu menunjang sektor perekonomian ataupun menekan biaya pengeluaran kebutuhan rumah tangga. Sasaran utama dari pengabdian masyarakat kali ini adalah ibu rumah tangga. Hal tersebut didasari alasan bahwa ibu rumah tangga merupakan pondasi utama keluarga dalam menjamin kesehatan dan gizi keluarga, serta diharapkan mampu membantu menekan biaya belanja dengan membudidayakan lele secara mandiri di lahan terbatas. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah dengan sosialisasi serta mencontohkan tata cara budidaya dan penanaman secara langsung. Sosialisasi dilakukan oleh akademisi dan perwakilan dari dinas perikanan kabupaten Tuban Hasil dari pengabdian masyarakat ini adalah, Hasil dari pengabdian masyarakat ini adalah, untuk menambah wawasan masyarakat dalam memanfaatkan lahan pekarangan rumah.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi adalah satu-satunya tempat yang digunakan untuk menopang
kehidupan manusia. Dengan umur bumi yang semakin bertambah, semakin
menurun pula kemampuan ekologi bumi untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Sama halnya dengan kemampuan alam untuk memperbaharui diri kalah
cepat dengan eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan manusia. Di
permukaan bumi, deforestasi yang terjadi lebih dari 17 juta hektar pertahun, erosi
tanah 26 milyar ton pertahun dan eksploitasi perikanan secara besar-besaran
(Wackernagel and Rees, 1996). Selain itu, sampah yang dihasilkan manusia lebih
banyak dibandingkan dengan yang bisa diserap oleh alam. Contoh nyata yang
terjadi adalah kerusakan lapisan ozon stratosfer, peningkatan CO2 sebanyak 28 %
akibat industri, yang menyebabkan lebih dari 17.000 spesies hilang dari muka
bumi (Wackernagel and Rees, 1996). Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka
keberlanjutan kehidupan manusia menjadi terancam karena konsumsi manusia
terhadap sumberdaya alam lebih besar dibandingkan regenerasi oleh alam.
Untuk menjawab pertanyaan seberapa besar konsumsi manusia terhadap
sumberdaya alam dan seberapa besar kemampuan alam untuk mendukungnya,
maka diperlukan suatu metode perhitungan yang dapat menjawab hal tersebut.
Ecological footprint (jejak ekologi) adalah suatu metode penghitungan sumber
daya yang memperkirakan konsumsi sumberdaya alam dan penyerapan limbah
yang diperlukan sebuah populasi manusia atau kegiatan ekonomi dalam bentuk
2. 2
luas lahan area produktif (Wackernagel and Rees, 1996). Analisis jejak ekologi ini
menghitung dampak aktifitas manusia terhadap alam. Metode ini mampu
menjawab pertanyaan dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu seberapa besar
sumberdaya alam yang telah digunakan manusia dibandingkan dengan
ketersediaannya sehingga konsep ini dapat membantu mencapai pembangunan
keberlanjutan.
Menurut Wackernagel et.al. (2005) penelitian tentang jejak ekologi
merupakan salah satu upaya mendukung keberhasilan pemerintah nasional
ataupun lokal dalam membantu penduduknya hidup berkecukupan baik sekarang
maupun dimasa depan. Walaupun keberadaan modal alami, kemampuan alam
untuk menyediakan sumber daya dan pelayanan ekologi bukanlah satu-satunya
penentu keberhasilan ini. Namun tanpa modal alami, visi tersebut menjadi tidak
mungkin untuk diwujudkan.
Hasil penelitian Globalfootprint Network tahun 2006 dengan populasi
penduduk dunia 6,6 milyar jiwa, menunjukan total biocapacity (kapasitas
produksi secara hayati) adalah 11,9 milyar global hektar (gha) atau 1,8 gha per
kapita, sedangkan total jejak ekologi adalah 17,1 milyar gha atau 2,6 gha per
kapita. Hal ini berarti rata-rata penduduk bumi mengalami defisit 0,8 gha, yang
berarti diperlukan 1,44 planet bumi untuk menopang kehidupan manusia.
Penggunaan bumi berdasarkan jejak ekologi tahun 2006 adalah jejak karbon
(carbon footprint) sebanyak 9,1 milyar gha, jejak pertanian (cropland footprint)
3,7 gha, jejak hutan (forest footprint) 1,8 gha, jejak penggembalaan (grazing
footprint) 1,4 gha, jejak perikanan (fisheries footprint) 0,6 gha dan jejak terbangun
(build footprint) 0,4 gha (Globalfootprint network, 2006). Jika konsumsi manusia
3. 3
lebih besar dari biokapasitas alam akan mengakibatkan kerusakan lingkungan
akibat ekstraksi sumberdaya alam yang berlebihan dan akan menurunkan
kemampuan alam dalam mendukung kebutuhan hidup manusia. Selain itu
konsumsi sumberdaya alam yang tinggi membutuhkan lahan yang lebih luas
untuk menyerap sampah dan emisi CO2 yang dihasilkan aktivitas manusia.
Salah satu konsumsi yang besar pengaruhnya dalam perhitungan jejak
ekologi adalah konsumsi pangan (Wackernagel and Rees, 1996). Jejak makanan
(food footprint) menghitung dampak aktifitas konsumsi pangan manusia terhadap
alam. Dampak meliputi area lahan yang dibutuhkan untuk memproduksi
biomassa, lahan hutan untuk menyerap sampah dan CO2 dalam produksi tersebut
dan lahan perairan dalam memproduksi perikanan. Semakin jauh lokasi sumber
pangan dengan konsumen dan semakin sering mengkonsumsi pangan kemasan,
maka semakin besar pula luasan lahan yang diperlukan untuk memenuhinya
(Bond, 2002). Hal ini menyebabkan aktifitas pangan ini menimbulkan dampak
yang semakin besar terhadap alam.
Hasil penelitian Tiawon dkk (2008) menunjukan bahwa rumah tangga di
pedesaan dengan strata pendapatan rendah dan sedang, umumnya memiliki
kemampuan menjangkau pangan lebih rendah dibanding rumahtangga di
perkotaan. Hal ini menyebabkan perbedaan akses pangan dan juga menunjukkan
bahwa di pedesaan, harga dan pengadaan pangan relatif kurang stabilitas
dibandingkan di perkotaan. Selain itu, rumah tangga perkotaan lebih berpeluang
melakukan diversifikasi pangan dibandingkan rumah tangga pedesaan. Rumah
tangga perkotaan lebih berupaya mementingkan kualitas pangan sedangkan rumah
tangga pedesaan lebih mementingkan kuantitas pangan.
4. 4
Masalah konsumsi pangan adalah salah satu hal yang menarik untuk dikaji
di Kabupaten Bangka Tengah karena sebagian besar konsumsi pangan berasal dari
luar kabupaten karena hasil produksi pertanian dan peternakan belum dapat
memenuhi kebutuhan lokal. Selain itu, ekstraksi sumberdaya alam lain menjadi
semakin tinggi karena keterbatasan lapangan pekerjaan hal ini mengakibatkan
terjadinya konversi lahan hutan dan pertanian menjadi lahan tambang. Agar dapat
mengetahui kebutuhan lahan untuk mencukupi kebutuhan pangan dan mengetahui
ketersediaan sumberdaya lahan lokal dalam memenuhinya, maka digunakanlah
metode perhitungan jejak makanan. Penelitian jejak makanan yang dilakukan
perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Bangka Tengah hanya dihitung
berdasarkan luas lahan yang diperlukan untuk memproduksi biomassa dalam
mencukupi kebutuhan pangan, tidak menghitung luas lahan yang diperlukan untuk
menyerap limbah yang dihasilkan dari aktifitas tersebut. Hal ini disebabkan oleh
terbatasnya data dan waktu yang ada.
Di masa yang akan datang, kemungkinan Kabupaten Bangka Tengah akan
lebih maju seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan pendapatan
penduduknya. Hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa daerah yang
lebih maju mempunyai jejak makanan yang lebih besar dibandingkan dengan
daerah yang miskin dan tingkat pendidikan yang rendah. Oleh sebab itu, perlu
diketahui besarnya pengaruh pendidikan dan pendapatan terhadap jejak makanan
di Kabupaten Bangka Tengah.
Dari informasi jejak makanan, dapat diketahui asal lahan dan luas lahan
yang dibutuhkan dalam mencukupi konsumsi pangan penduduk setempat. Dengan
diketahuinya proporsi penyediaan lahan lokal dalam pemenuhan jejak makanan,
5. 5
maka hal ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka
Tengah dalam mengelola sumberdaya lahan lokal yang seoptimal mungkin dalam
memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduk setempat. Penelitian ini
diharapkan dapat membantu pemerintah daerah setempat merancang kebijakan
pembangunan yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
berwawasan lingkungan.
1.2 Identifikasi Masalah
Keterbatasan produksi pangan di Kabupaten Bangka Tengah menyebabkan
tingginya ketergantungan terhadap pasokan pangan dari luar daerah. Jejak
makanan akan memberikan informasi mengenai tekanan terhadap daya dukung
lahan, baik yang bersifat internal terhadap ketersediaan lahan setempat maupun
eksternal terhadap lahan di luar Kabupaten Bangka Tengah. Untuk mengetahui
kebutuhan lahan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kabupaten
Bangka Tengah dan proporsi ketersediaan lahan setempat dalam memenuhi jejak
makanan, maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Berapa besar jejak makanan (food footprint) penduduk Desa Kulur Ilir dan
penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah?
2. Apakah faktor pendapatan dan pendidikan penduduk Desa Kulur Ilir dan
penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah mempengaruhi besarnya
jejak makanan?
3. Bagaimana proporsi ketersediaan lahan setempat dalam memenuhi jejak
makanan penduduk Desa Kulur Ilir dan penduduk Kelurahan Dul Kabupaten
Bangka Tengah?
6. 6
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan informasi mengenai besarnya jejak makanan penduduk Desa
Kulur Ilir dan penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah.
2. Mendapatkan informasi mengenai pengaruh faktor pendapatan dan
pendidikan penduduk Desa Kulur Ilir dan penduduk Kelurahan Dul
Kabupaten Bangka Tengah terhadap besarnya jejak makanan.
3. Mendapatkan informasi mengenai proporsi ketersediaan lahan setempat
dalam memenuhi jejak makanan penduduk Desa Kulur Ilir dan penduduk
Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat bagi akademis, memberikan kontribusi pengetahuan dalam bidang
pengkajian sumberdaya alam khususnya konsumsi sumberdaya lahan.
2. Secara praktis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai besarnya
kebutuhan lahan dalam memenuhi konsumsi pangan penduduk Desa Kulur
Ilir dan penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah dan tingkat
pemenuhan konsumsi tersebut oleh sumberdaya lahan penduduk Desa Kulur
Ilir dan penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak yang berkepentingan.
Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan untuk membangun
kesadaran mengenai konservasi sumberdaya lahan.