Dokumen tersebut membahas konsep dasar epidemiologi, termasuk definisi, prinsip, triad epidemiologi, manfaat, istilah terkait, riwayat alamiah penyakit, rantai infeksi, faktor yang menjelaskan distribusi penyakit, pola epidemi, dan indikator epidemiologi."
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang paru-paru dan organ lain, menimbulkan gejala seperti batuk berkepanjangan dan demam. Pencegahan TB meliputi vaksinasi BCG dan menutup mulut saat batuk. Pengobatan TB efektif dilakukan dengan regimen obat selama enam bulan untuk mencegah resistensi bakteri.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar epidemiologi, termasuk definisi, prinsip, triad epidemiologi, manfaat, istilah terkait, riwayat alamiah penyakit, rantai infeksi, faktor yang menjelaskan distribusi penyakit, pola epidemi, dan indikator epidemiologi."
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang paru-paru dan organ lain, menimbulkan gejala seperti batuk berkepanjangan dan demam. Pencegahan TB meliputi vaksinasi BCG dan menutup mulut saat batuk. Pengobatan TB efektif dilakukan dengan regimen obat selama enam bulan untuk mencegah resistensi bakteri.
Dokumen tersebut memberikan definisi dan penjelasan mengenai infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan pneumonia pada anak, termasuk anatomi, etiologi, deteksi, efektivitas antibiotika, dan standar tatalaksana untuk anak dengan batuk dan kesulitan bernapas.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosa, komplikasi, pencegahan, dan penatalaksanaan tetanus. Tetanus disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani yang memasuki tubuh melalui luka dan menyebabkan kejang otot serta kekakuan. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan diperlukan penanganan darurat untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti
Surveilans merupakan proses sistematis pengumpulan, analisis, dan diseminasi informasi kesehatan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kesehatan. Tujuannya antara lain mengidentifikasi masalah kesehatan, mengumpulkan data faktor risiko, serta memantau dampak program kesehatan. Sumber data surveilans meliputi laporan kematian, rumah sakit, laboratorium, dan catatan kesehatan masyarakat. Jenis surveilans melip
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari penjelasan virus HIV dan penyakit AIDS, gejala, cara penularan, pencegahan, pengobatan, dan tes HIV. Secara ringkas, dokumen tersebut memberikan informasi mengenai virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit AIDS, serta berbagai aspek terkait HIV/AIDS seperti gejala, penularan, dan upaya pencegahan dan penanganannya.
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)NajMah Usman
Tiga kalimat ringkasan dokumen tentang campak:
Campak adalah penyakit menular yang disebabkan virus morbillivirus dan menular melalui udara, dengan masa inkubasi 10-18 hari dan gejala awal demam dan ruam. Vaksinasi campak telah menurunkan kematian global akibat penyakit ini meski masih menjadi penyebab kematian anak-anak.
Virus influenza tipe A (H5N1) merupakan penyebab penyakit flu burung. Penyakit ini menular dari unggas ke manusia melalui kontak langsung atau debu kotoran unggas. Gejalanya pada manusia mulai dari demam, batuk hingga pneumonia dan bisa mengancam jiwa. Model epidemiologinya menggunakan model segitiga epidemiologi dimana interaksi antara inang, agen, dan lingkungan berperan dalam penyebarannya.
Riwayat alamiah penyakit Chikungunya meliputi tahapan pre-patogenesis dimana nyamuk Aedes aegypti menggigit manusia dan menularkan virus, tahap patogenesis yang meliputi masa inkubasi 2-12 hari diikuti gejala demam dan nyeri sendi, serta tahap pasca-patogenesis dimana gejala akan hilang sendiri dalam 3-10 hari meski nyeri dapat berlanjut beberapa minggu.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
Epidemiologi penyakit menular merupakan studi tentang distribusi dan penyebab penyakit menular dalam suatu populasi untuk mengembangkan langkah pengendalian. Dokumen ini membahas definisi epidemiologi penyakit menular dan istilah-istilah terkait seperti transmisi, triad epidemiologi, karier, endemik, epidemi, pandemi dan wabah. Juga diberikan contoh kasus HIV/AIDS dan campak di Indonesia.
Dokumen tersebut memberikan definisi dan penjelasan mengenai infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan pneumonia pada anak, termasuk anatomi, etiologi, deteksi, efektivitas antibiotika, dan standar tatalaksana untuk anak dengan batuk dan kesulitan bernapas.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosa, komplikasi, pencegahan, dan penatalaksanaan tetanus. Tetanus disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani yang memasuki tubuh melalui luka dan menyebabkan kejang otot serta kekakuan. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan diperlukan penanganan darurat untuk mencegah komplikasi berbahaya seperti
Surveilans merupakan proses sistematis pengumpulan, analisis, dan diseminasi informasi kesehatan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kesehatan. Tujuannya antara lain mengidentifikasi masalah kesehatan, mengumpulkan data faktor risiko, serta memantau dampak program kesehatan. Sumber data surveilans meliputi laporan kematian, rumah sakit, laboratorium, dan catatan kesehatan masyarakat. Jenis surveilans melip
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari penjelasan virus HIV dan penyakit AIDS, gejala, cara penularan, pencegahan, pengobatan, dan tes HIV. Secara ringkas, dokumen tersebut memberikan informasi mengenai virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit AIDS, serta berbagai aspek terkait HIV/AIDS seperti gejala, penularan, dan upaya pencegahan dan penanganannya.
BAB 5 Epidemiologi Penyakit Menular CAMPAK (Measles)NajMah Usman
Tiga kalimat ringkasan dokumen tentang campak:
Campak adalah penyakit menular yang disebabkan virus morbillivirus dan menular melalui udara, dengan masa inkubasi 10-18 hari dan gejala awal demam dan ruam. Vaksinasi campak telah menurunkan kematian global akibat penyakit ini meski masih menjadi penyebab kematian anak-anak.
Virus influenza tipe A (H5N1) merupakan penyebab penyakit flu burung. Penyakit ini menular dari unggas ke manusia melalui kontak langsung atau debu kotoran unggas. Gejalanya pada manusia mulai dari demam, batuk hingga pneumonia dan bisa mengancam jiwa. Model epidemiologinya menggunakan model segitiga epidemiologi dimana interaksi antara inang, agen, dan lingkungan berperan dalam penyebarannya.
Riwayat alamiah penyakit Chikungunya meliputi tahapan pre-patogenesis dimana nyamuk Aedes aegypti menggigit manusia dan menularkan virus, tahap patogenesis yang meliputi masa inkubasi 2-12 hari diikuti gejala demam dan nyeri sendi, serta tahap pasca-patogenesis dimana gejala akan hilang sendiri dalam 3-10 hari meski nyeri dapat berlanjut beberapa minggu.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
Epidemiologi penyakit menular merupakan studi tentang distribusi dan penyebab penyakit menular dalam suatu populasi untuk mengembangkan langkah pengendalian. Dokumen ini membahas definisi epidemiologi penyakit menular dan istilah-istilah terkait seperti transmisi, triad epidemiologi, karier, endemik, epidemi, pandemi dan wabah. Juga diberikan contoh kasus HIV/AIDS dan campak di Indonesia.
Pertussis, also known as whooping cough, is caused by the bacteria Bordetella pertussis. It is endemic and occurs in epidemics every 3-4 years, peaking in summer and fall. It is highly contagious and spreads through airborne droplets. Clinical features include an initial catarrhal stage with mild cough followed by paroxysmal stage with repetitive coughing fits and a characteristic whoop. Diagnosis is based on clinical presentation and can be confirmed with lab tests like lymphocytosis, ELISA detecting antibodies to pertussis antigens, or DNA probe/PCR on secretions.
Pertussis, or whooping cough, is an acute infectious disease caused by the bacteria Bordetella pertussis. It is characterized by a hundred day cough with an insidious onset of mild fever and irritating cough that develops into loud whooping sounds upon inspiration. It primarily affects infants and preschool children, with higher incidence and fatality among females. Transmission occurs through droplet infection or direct contact. Treatment involves erythromycin for confirmed cases and their contacts. Active immunization with DPT vaccine is recommended in three doses plus a booster.
Dokumen tersebut merangkum sejarah dan epidemiologi penyakit polio. Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dan menyerang sistem saraf, menyebabkan kelumpuhan. Kasus polio global telah menurun 99% sejak 1988 meskipun masih endemik di beberapa negara. Dokumen ini menjelaskan wabah polio di Indonesia pada 2005 beserta analisis situasi, agent penyebab, mekanisme patogenesis, dan penularannya serta langkah-langkah penceg
Pertemuan 1 - epidemiologi penyakit menularLila Kania
Dokumen tersebut membahas epidemiologi penyakit menular, termasuk definisi, tujuan, dan istilah-istilah yang relevan. Epidemiologi penyakit menular adalah studi tentang distribusi dan faktor penyebab penyakit menular untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian.
Tetanus is caused by Clostridium tetani bacteria, whose spores are found worldwide in soil. The bacteria produces a neurotoxin called tetanospasmin that causes painful muscle contractions. Tetanus is transmitted through puncture wounds, burns, and other injuries that provide a route of entry for spores. The disease is entirely preventable through active immunization with tetanus toxoid vaccines as part of routine childhood immunization schedules and during pregnancy to prevent neonatal tetanus. Passive immunization with tetanus immunoglobulin provides temporary protection.
The document provides information about tetanus including:
1) Tetanus is caused by Clostridium tetani bacteria and causes muscle rigidity and painful spasms.
2) It is characterized by "lockjaw" and can be fatal if not properly treated.
3) Treatment involves wound cleaning, antitoxin immunoglobulin injections, and supportive care to prevent respiratory complications until the toxin has been metabolized.
Dokumen tersebut membahas peran perawat dalam keperawatan anak dengan penyakit pertusis. Peran tersebut meliputi memberikan asuhan langsung kepada pasien, mendukung keluarga pasien, memberikan edukasi kesehatan, konseling, berkolaborasi dengan tim medis, serta melakukan penelitian untuk meningkatkan perawatan pasien pertusis.
Bordetella pertussis is an aerobic, non-spore forming, Gram negative coccobacillus (Shumilla et al., 2004). It has no known reservoir other than humans and is thought to be unable to survive in the environment for prolonged periods of time (Merkel, 1998). The Bordetella genus of the Alcaligenaceae family is comprised of seven different species, four of which cause upper respiratory tract infections in different host organisms (Babu et al., 2001). Bordetella parapertussis is the most closely related to Bordetella pertussis . It can cause a milder pertussis-like disease in humans, but Bordetella pertussis is the most serious human pathogen in this genus (Babu et al., 2001). B. pertussis invades its human host through entry into the respiratory tract where it colonizes to cause whooping cough, also known as pertussis, which was at one time a very common and potentially life threatening infection for children (Steele, 2004). Today, whooping cough still effects 20-40 million people worldwide each year and causes between 200,000-400,000 fatalities (Shumilla et al., 2004). The image on this slide shows the B. pertussis after Gram staining.
This presentation summarizes the current prospects of vaccines in Bangladesh. It discusses the history of vaccine development, how vaccines work, examples of vaccines available in Bangladesh, and new vaccines under development. Recent developments in Bangladesh include introducing a new combination vaccine to prevent child pneumonia and meningitis. Future prospects include edible vaccines using transgenic plants, DNA vaccines, and recombinant protein vaccines offering improved safety, efficacy and cost effectiveness over current vaccines. Limitations of current vaccines include only preventing single diseases and having some adverse reactions and stability issues.
The document discusses the epidemiology of poliomyelitis (polio). It notes that polio mainly affects children under 5 and can cause paralysis or death in a small percentage of cases. Through global vaccination efforts, polio cases have declined over 99% since 1988. Currently only 4 countries remain endemic for polio. Surveillance of acute flaccid paralysis is a key strategy used by the Global Polio Eradication Initiative to detect poliovirus transmission and target vaccination campaigns.
STSI-20160516-precision-medicine-infographicVicki Smith
The Precision Medicine Initiative Cohort Program aims to engage over 1 million U.S. research participants to share biological samples, genetic data, lifestyle information, and electronic health records to develop more precise disease treatments. This landmark effort will lay the scientific foundation for precision medicine by identifying new treatment and prevention methods and testing whether mobile devices can encourage healthy behaviors. The time is right for this initiative due to greater understanding of genes, increased public engagement in healthcare and research, improved tools for health tracking and data analysis, and advanced research technologies.
Tetanus is caused by Clostridium tetani bacteria entering the body through wounds. It produces a toxin that causes painful muscle spasms. Symptoms include lockjaw, back arching, and muscle stiffness. Treatment focuses on wound cleaning, antibiotics, muscle relaxants, and preventing complications until the toxin dissipates. Tetanus can be fatal if not properly treated. Vaccination provides the best prevention against this infectious disease.
This document provides a strategic plan for the Global Polio Eradication Initiative (GPEI) from 2013-2018. Key aspects of the new plan include addressing all polio viruses (wild and vaccine-derived), strengthening routine immunization systems alongside OPV campaign quality, introducing inactivated polio vaccine options to manage long-term risks, addressing emerging risks like insecurity, and establishing an end date for completing polio eradication worldwide. The plan aims to not only interrupt wild poliovirus transmission but also eliminate vaccine-derived poliovirus risks, taking advantage of new vaccines and tools expected to improve as immunization performance strengthens towards completion of polio eradication.
Tetanus is caused by the bacteria Clostridium tetani entering the body through wounds and breaks in the skin. It produces a neurotoxin called tetanospasmin that causes painful muscle spasms and rigidity. The document outlines the history and identification of C. tetani as the causative agent. It describes the typical symptoms of tetanus including lockjaw, risus sardonicus, and opisthotonos. Treatment involves wound cleaning, antibiotics, immunoglobulins, and managing symptoms. The disease is preventable through active immunization with tetanus toxoid vaccines.
Tetanus is caused by Clostridium tetani bacteria which form spores that can contaminate wounds. The bacteria release toxins that prevent inhibitory neurotransmitters, causing painful muscle spasms. There are several forms including generalized tetanus with whole body spasms and lockjaw, local tetanus near the wound, and neonatal tetanus in infants. Treatment involves antitoxins to neutralize toxins, antibiotics to prevent further toxin production, and muscle relaxants to control spasms. Prevention focuses on proper wound care and active immunization with tetanus toxoid vaccines.
Tetanus neonatorum adalah infeksi yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat. Gejalanya berupa kejang otot yang dimulai dari mulut ke seluruh tubuh. Pencegahannya melalui persalinan bersih, perawatan luka tali pusat yang baik, dan imunisasi ibu hamil dengan vaksin TT. Penatalaksanaannya dengan obat anti kejang, antitoksin, dan antibiotik serta perawatan luka.
Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan TB Paruarbianisa
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis paru (TB paru) seperti umur, pendidikan, pengetahuan, lama kontak, pendapatan per kapita, kepadatan hunian, dan kebiasaan merokok. Dokumen ini juga menjelaskan metode penelitian yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor risiko tersebut dengan kejadian kasus baru TB paru. Hasil analisis menunjukkan
Ppt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paruarbianisa
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis paru (TB paru) meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, lama kontak dengan penderita TB paru, pendapatan per kapita, dan kepadatan hunian. Dokumen ini juga menjelaskan hasil survei di sebuah puskesmas di Semarang yang menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan hunian, lama kontak, dan rendahnya pendidikan dengan kejadian
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paruarbianisa
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis paru (TB paru) meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, lama kontak dengan penderita TB paru, pendapatan per kapita, dan kepadatan hunian. Dokumen ini juga menjelaskan hasil survei di sebuah puskesmas di Semarang yang menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan hunian, lama kontak, dan pendidikan rendah dengan kejadian kasus
1. Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama tonsil, nasofaring dan laring.
2. Gejala difteri antara lain demam, lesu, nyeri menelan, dan membentuk membran pada area infeksi. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak.
3. Klasifikasi difteri meliputi ringan, sedang dan berat, tergantung lokasi dan der
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). ISPA merupakan masalah kesehatan penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi. Dokumen tersebut menjelaskan tentang konsep dasar, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan ISPA pada anak.
1. Imunisasi adalah upaya untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.
2. Penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi antara lain campak, difteri, pertusis, tetanus, Hib, MMR, polio, hepatitis, dan tuberkulosis.
3. Bayi yang diimunisasi masih bisa tertular namun kemungkinannya kecil dan penyakitnya lebih ringan.
Makalah ini membahas tentang pneumonia bakterial yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Pneumonia bakterial merupakan peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Beberapa bakteri penyebab pneumonia bakterial antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus grup A. Makalah ini juga membahas gejala, diagnosis, dan pengobatan dari pneumonia bakterial.
Dokumen tersebut membahas tentang tuberkulosis pada anak, yang masih menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas tinggi di seluruh dunia. Diagnosis TB pada anak sulit diperoleh karena manifestasi klinis dan radiografik yang kurang spesifik dibandingkan dewasa, serta tantangan untuk memperoleh spesimen yang memadai. Pemeriksaan bakteriologis dan penunjang diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Epidemiologi Sosial -Pengantar (Social Epidemiology-An Introduction)NajMah Usman
The document discusses social epidemiology and factors that influence women's vulnerability to HIV. It begins by summarizing Bonita's story, noting that HIV can affect anyone regardless of profession or behavior. It then lists factors that contribute to women's vulnerability, categorizing them as individual, interpersonal/family, social/community, or socioeconomic/environmental determinants of health. The document advocates discussing these factors to develop a health promotion strategy to reduce HIV vulnerability among Indonesian women.
Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Research-An Introduction)NajMah Usman
Belajar apa itu metodologi Penelitian Kualitatif
Mengenal istilah-istilah Ontologi, Epistomologi, Methodologi, Metode dll
Happy Learning
Video:
https://www.youtube.com/watch?v=TaPugvOnCRQ
This document provides an introduction and overview of thematic analysis. It defines thematic analysis as a method for identifying, analyzing, and reporting patterns within data. Thematic analysis can organize and describe data in rich detail, and also interpret various aspects of the research topic. There are generally two approaches - an inductive/data-driven approach where the researcher codes organically without a pre-existing coding frame, and a deductive/theory-driven approach where the researcher develops a coding frame first. The main steps of thematic analysis involve familiarizing yourself with the data, coding, developing themes, and analyzing and reporting the themes. Examples of coding and potential themes from interview and focus group transcripts are also provided.
Dokumen tersebut membahas tentang uji validitas dan reliabilitas alat ukur penelitian berupa kuesioner. Terdapat dua tahapan yaitu uji validitas untuk mengetahui keakuratan kuesioner dan uji reliabilitas untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran. Studi kasus menguji 25 pernyataan tentang pengetahuan rokok dan dipastikan valid dan reliabel berdasarkan hasil analisis statistik.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang cara membuat template SPSS untuk mengumpulkan data karakteristik responden dalam penelitian tentang intervensi terpadu pengurangan dampak buruk asap rokok pada ruangan tertutup. Diberikan contoh template SPSS yang mencakup variabel fakultas, nama, NIP/NIDN, umur, pendidikan terakhir, dan lama bekerja."
Dokumen tersebut membahas uji beda rata-rata berpasangan untuk menguji pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi pengurangan dampak buruk asap rokok. Hasil uji menunjukkan ada perbedaan signifikan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi.
Dokumen tersebut membahas tentang uji Anova untuk membandingkan rata-rata antar kelompok dan langkah-langkahnya menggunakan perangkat lunak SPSS dan STATA. Terdapat contoh analisis hubungan antara berat badan anak dengan tingkat pendidikan ibu menggunakan data sekunder.
Dokumen tersebut membahas tentang uji statistik bivariat, khususnya uji Kai Kuadrat. Uji Kai Kuadrat digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel kategorikal tanpa asumsi. Dokumen ini juga menjelaskan langkah-langkah dan syarat pelaksanaan uji Kai Kuadrat serta uji alternatif seperti Fisher Exact.
Bab 9 aplikasi uji regresi linear sederhana dan bergandaNajMah Usman
Dokumen tersebut membahas analisis regresi linier ganda untuk memprediksi perilaku merokok. Variabel independen yang diuji meliputi status intervensi, pendidikan, pekerjaan, umur, sikap dan pengetahuan. Langkah-langkah analisis meliputi pengujian asumsi, seleksi variabel berdasarkan uji korelasi dan koefisien, serta pemodelan bertahap dengan mengeluarkan variabel berdasarkan nilai p. Hasilnya menunjukkan bahwa
Dokumen tersebut membahas tentang analisis data sekunder SDKI 2012 menggunakan program SPSS. Terdapat penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan analisis data sekunder serta contoh studi kasus menganalisis variabel bobot, umur, dan pendidikan wanita usia subur menggunakan data SDKI 2012. Langkah-langkah pengolahan data dan uji regresi linier complex sample dijelaskan untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel penelitian.
Bab 6 analisa deskriptif ii data kesehatan dengan spssNajMah Usman
Dokumen tersebut membahas tentang jenis data dan skala pengukuran, analisis deskriptif untuk data kategorik dan numerik, serta cara menganalisis data numerik yang memiliki nilai missing menggunakan SPSS."
Peneliti (Najmah dkk, 2015) melakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui keakuratan alat ukur berupa kuesioner pengetahuan tentang rokok dan kawasan tanpa rokok. Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antar skor pernyataan dengan skor total, sedangkan uji reliabilitas menggunakan konsistensi hasil pengukuran dengan membandingkan nilai alfa Cronbach dengan nilai r tabel.
Bab 3 aplikasi stata pada perhitungan epidemiologiNajMah Usman
Dokumen tersebut membahas konsep risiko rasio (RR), odds rasio (OR), dan prevalensi rasio (PR) beserta aplikasinya menggunakan perangkat lunak STATA. Dijelaskan pula contoh-contoh kasus dan interpretasi hasil perhitungan rasio-rasio tersebut dalam studi epidemiologi.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
4. Analisa Situasi
Difteri, Pertusis dan Tetanus disebabkan oleh bakteri.
Difteri menyerang semua usia, tetapi paling sering menyerang
anak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, 30.000
kasus dan 3000 kematian difteri dilaporkan di seluruh dunia.
Pertusis sangat menular pada saluran pernapasan, terutama
pada bayi dan anak-anak, dan mudah menular dari orang ke
orang, terutama melalui ludah (droplets). Pertusis (batuk rejan)
merupakan penyebab penting kematian bayi di seluruh
dunia.Perkiraan dari WHO menunjukkan bahwa, pada tahun
2008, sekitar 16juta kasus pertusis terjadi di seluruh dunia, 95%
di antaranya berada di negara-negara berkembang dan sekitar
195.000 anak meninggal.
5. Analisa Situasi
Tetanus diperoleh ketika spora bakteri Clostridium tetani
menginfeksi luka atau tunggul tali pusat. WHO
memperkirakan bahwa tetanus neonatal menewaskan
sekitar 180.000 bayi pada tahun 2002.
Di Indonesia, tahun 2012 - 2013 kasus Difteri mengalami
penurunan dari 1.192 kasus – 778 kasus dengan jumlah
kasus meninggal sebanyak 76 kasus CFR 6.38% - 39 kasus
CFR 5.01%. Dari seluruh kasus tersebut, hampir setengah
diantaranya (47.8%) terjadi pada penderita yang tidak
mendapat vaksin DPT.
6. TRIAD EPIDEMIOLOGI
1. Agent
Difteri
•Corynebacterium diphtheriae
•Bakteri basil aerobik gram positif. Hanya strain toksigenik dapat
menyebabkan penyakityang parah. Semua isolat Corynebacterium
diphtheriae harus diuji oleh laboratorium untuk tingkat keracunan.
Pertusis
•Bordetella pertussis
•Berukurankecil, aerobik batang gram-negatif.
Tetanus
•Clostridium tetani
•Bakteri gram-positif, batangan aerob yang dapat mengembangkan
sporaterminal. Sensitif terhadap panas dan tidak dapat bertahan hidup
dengan adanya oksigen. Spora, sebaliknya, sangat tahan terhadap
panas dan antiseptik biasa.
7. HOST DPT
Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan faktor utama untuk
mencegah penularan DPT.
Tidak meletakkan bahan yang tajam dan berkarat di lingkungan
anak bermain dapat mencegah penularan tentanus.
Lingkungan rumah dan sekolah yang terkena matahari langsung
dan ventilasi udara cukup serta bersih dapat mengurangi resiko
penularan Difteri dan Pertusis.
ENVIRONMENT
MANUSIA
8. Riwayat Alamiah Penyakit
2. Tahap Patogenesis
A. Difteri
Masa inkubasi difteri : 2-5 hari (kisaran, 1-10hari).
Orang yang rentan bisa memperoleh toksigenik difteri basil di nasofaring.
Organisme ini menghasilkan racun yang menghambat sintesis protein
seluler, kerusakan jaringan lokal, dan pembentukan membran. Dapat
terjadi komplikasi utama miokarditis dan neuritis dan trombosit rendah
serta protein dalam urin.
1. Tahap Prepatogenesis
Terjadi interaksi antara pejamu dan agen bakteri
Corynebacterium diphtheriae, Clostridium tetani,
Bordetella pertusis. Jika imunitas host sedang lemah
agent lebih ganas dan kondisi lingkungan tidak
menguntungkan bagi host maka penyakit DPT akan
melanjutkan riwayat alamiahnya ke tahap Patogenesis.
9. B. Pertusis
Masa inkubasi pertusis umumnya 7-10hari, dengan
kisaran 4-21 hari
Perjalanan klinis penyakit ini dibagi menjadi tiga
tahap.
1. Tahap catarrhal, ditandai pilek, bersin, demam ringan
dan batuk sesekali ringan, mirip dengan flu biasa.
2. Tahap paroksismal. Demam berkurang. Serangan
paroksismal terjadi lebih sering pada malam hari,
dengan rata-rata 15 serangan per 24 jam. Tahap
paroksismal biasanya berlangsung 1 sampai 6 minggu
tetapi dapat bertahan hingga 10 minggu. Bayi berusia
kurang dari 6 bulan memiliki paroxysms batuk.
3. Tahap penyembuhan, pemulihan bertahap. Batuk
menjadi kurang paroksismal dan menghilang dalam
2 sampai 3 minggu.
10. C. Tetanus
Masa inkubasi berkisar antara 3-21 hari
Semakin pendek masa inkubasi, semakin tinggi
kemungkinan kematian.
Clostridiumtetani masuk ke dalam tubuh melalui luka.
Dalam keadaan anaerob (oksigen rendah), spora
berkecambah. Toksin diproduksi dan disebarkan
melalui darah dan limfatik. Racun bereaksi di sistem
saraf pusat, termasuk akhir saraf motorik perifer,
sumsum tulang belakang, otak, dan sistem saraf
simpatik.
Manifestasi klinis yang khas dari tetanus disebabkan
ketika toksin tetanus mengganggu pelepasan
neurotransmiter, menghambat impuls inhibitor. Hal ini
menyebabkan kontraksi otot dan kejang.
11. PENULARAN
a. Difteri
Penularan dari orang-ke-orang melalui saluran pernapasan,
dari kulit yang luka, atau artikel kotor dengan tertular dari
luka orang yang terinfeksi (fomites). Organisme dapat
bertahan hingga kurang lebih 2 minggu dan jarang lebih dari
4 minggu, tanpa antibiotik. Terapi antibiotik efektif dapat
mengurangi penularan.
b. Pertusis
Penularan terjadi melalui rute pernapasan melalui
kontak dengan droplet pernapasan. Pertusis (batuk
rejan) dapat menyebabkan penyakit yang serius pada
bayi, anak-anak dan orang dewasa. Pertusis
menyebabkan batuk yang keras dan terus-menerus,
sampai udara hilang dari paru-paru dan dipaksa untuk
menghirup dengan keras suara "whoop”.
12. c. Tetanus
Penularan terutama terjadi oleh luka yang
terkontaminasi. Ada tiga perbedaan
tetanus:
1. Tetanus lokal : pasien mengalami
kontraksi terus-menerus dari otot-otot di
daerah anatomi yang sama dengan
cedera.
2.Tetanus cephalic terjadi dengan otitis
media (infeksi telinga) di mana C.tetani
hadir dalam flora telinga tengah, atau
mengikuti cedera di kepala.
3.Tetanus umum. Penyakit ini biasanya
menyajikan dengan pola turun. Tanda
pertama adalah trismus atau kejang
mulut, diikuti dengan kekakuan leher,
kesulitan menelan, dan kekakuan otot
perut. Gejala lain termasuk suhu tinggi,
berkeringat, tekanan darah tinggi, dan
episodik detak jantung yang cepat.
13. PENCEGAHAN
Pemberian Vaksin DtaP (Diphteria and
Tetanus Toxoids and Acelullar Pertusis
Vaccine), dengan ketentuan :
• 4-6 tahun, sebelum masuk sekolah (DtaP)
•11-12 tahun (Tdap)
•Setiap 10 tahun sesudahnya (Td)
14. GROUP DISCUSSION
Buatlah tabel pencegahan penyakit DPT yang
terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan
tersier berdasarkan riwayat alamiah dari masing-
masing penyakit!
15. SLIDES DESIGNED BY
DESY INDAH PERMATASARI
HTTPS://WWW.FACEBOOK.COM/DESY.I.PERMATASARI
ORDER KE PENERBIT TIM
http://transinfotim.blogspot.co.nz/2016/
01/epidemiologi-penyakit-menular.html
OR
PENULIS
NAJMAH
Najem240783@yahoo.com