1. 66
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Metodologi
Metodologi penelitian berasal dari kata metode yang berarti cara yang tepat
untuk melakukan sesuatu dan logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Jadi
metodologi memiliki arti cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran
secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Adapun penelitian adalah suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai
menyusun laporannya (Wirartha, 2005).
Secara umum metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan
ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu
baik praktis maupun teoritis. Dikatakan sebagai ‘kegiatan ilmiah’ karena
penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. ‘Terencana’ karena
penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dana dan
aksesibilitas terhadap tempat dan data (Raco, 2010).
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian
yaitu sifatnya deskriptif kualitatif atau penelitian terapan yang di dalamnya
mencakup penelitian survey, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
tingkat kerawanan banjir di Kecamatan Payung Sekaki yang terjadi saat ini dan
yang akan datang. Penelitian kualitatif merupakan penelitian non matematis dengan
2. 67
proses menghasilkan data-data dari hasil temuan berupa pengamatan, survey
maupun wawancara (Anselm, et.al, 2009).
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru.
Alasan mengambil lokasi studi sebagai obyek penelitian yaitu karena Kecamatan
Payung Sekaki merupakan salah satu daerah yang rawan terjadi banjir ketika curah
hujan tinggi, sehingga perlu adanya strategi dan arahan dalam penanganan kawasan
rawan bencana banjir tersebut. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan
berdasarkan latar belakang masalah yang diajukan, maka dilakukan penelitian
selama 3 (tiga) bulan yaitu mulai dari bulan Agustus sampai bulan Oktober.
3.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Hal yang penting dalam persiapan penelitian lapangan adalah dengan
penyusunan kebutuhan data dan informasi. Pengumpulan data dan informasi dapat
melalui observasi/ pengamatan langsung situasi dan kondisi yang terjadi dalam
wilayah penelitian. Jenis data dapat dibedakan menjadi:
a) Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber asli atau sumber
pertama (observasi langsung). Data ini harus dicari melalui
responden (wawancara), yaitu orang yang dijadikan obyek penelitian
atau orang yang dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan
informasi ataupun data yang dibutuhkan, selain itu data primer juga
dapat diperoleh dari pengamatan/observasi langsung di lapangan.
3. 68
Data primer yang dibutuhkan antara lain:
Data penggunaan lahan/eksisting dengan survei lapangan
Penyebab, strategi, dan arahan penanganan banjir dari hasil
wawancara Stake Holder.
Data primer dapat di peroleh dari pengamatan/observasi dan
wawancara/ interview. Untuk wawancara bersifat semistruktural.
b) Data sekunder yaitu data pendukung yang sudah ada sehingga hanya
perlu mencari dan mengumpulkan data tersebut. Data tersebut
diperoleh atau dikumpulkan dengan mengunjungi tempat atau
instansi terkait dengan penelitian. Data sekunder ini dapat berupa
literatur, dokumen, peta serta laporan-laporan yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan.
Data sekunder yang dibutuhkan meliputi data aspek dasar yaitu :
i. Data aspek fisik dasar meliputi : topografi, jenis tanah, data curah
hujan, Hidrologi & Sub DAS
ii. Karakteristik banjir melalui data jumlah titik genangan yang ada
dilokasi penelitian
iii. Data Demografi Penduduk dan Penggunaan Lahan di Kecamatan
Payung Sekaki,
iv. Peta-peta yang mendukung penelitian.
Data sekunder dapat diperoleh dari instansi terkait, tinjaun pustaka
dan dokumentasi yang sudah ada.
Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu:
4. 69
1. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri
yang spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan
kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada obyek-
obyek alam yang lainnya (Sugiyono, 2012).
2. Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (S. Nasution, 2009).
Wawancara dengan StakeHolder untuk memperoleh data yang bersifat fisik
dan non fisik yang dialami masyarakat.
3. Pengumpulan data-data sekunder dengan mengambil data-data yang
sifatnya dokumen, literatur pada dinas terkait atau buku-buku yang mampu
mendukung penelitian
5. 70
3.5 Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.5.1 Menganalisa tingkat kerawanan kawasan banjir yang ada di
Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru.
Pada tahap analisa tingkat kerawanan banjir ini, metode analisis yang
digunakan adalah metode Overlay. Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat
kerawanan banjir Kecamatan Payung Sekaki dari tumpang tindih beberapa peta
fisik dasar Kota Pekanbaru menggunakan Aplikasi ArcGIS 10.1 . Dan sebelum
masuk pada tahap analisis superimpose atau overlay ini, beberapa peta fisik dasar
Kota Pekanbaru harus terlebih dahulu dianalisis menggunakan analisis fisik dasar.
Adapun analisis fisik dasar metode overlay dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Analisis Kondisi Fisik Dasar
Analisis ini digunakan untuk menganalisa data dengan menggambarkan
keadaan kondisi fisik alam yang terdapat di wilayah penelitian, kemudian
mengklasifikasi berdasarkan tujuan yang dicapai. Dalam penelitian ini, analisis
kondisi fisik di jelaskan secara deskriptif yaitu sebagai berikut:
Analisis kondisi fisik alam wilayah penelitian, meliputi analisis topografi,
jenis tanah, kondisi curah hujan.
Analisis penggunaan lahan meliputi analisis klasifikasi penggunaan lahan.
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan mengetahui bagaimana
keterkaitan antara tingkat karakteristik banjir dengan kondisi landuse
(klasifikasi dan intensitas penggunaan lahan) pada daerah penelitian.
6. 71
b. Metode Teknik Overlay
Metode teknik overlay ini digunakan untuk menentukan daerah rawan banjir
dengan didasarkan pada beberapa aspek, antara lain kemiringan lereng, klasifikasi
infiltrasi tanah, intensitas curah hujan dan pola penggunaan lahan pada suatu
wilayah yang didasarkan pada pengharkatan dan pembobotan, adapun prosedur
pemberian harkat dan bobot mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya serta
pedoman Kementerian PU.
Metode teknik overlay Peta digunakan untuk keperluan analisa Peta, analisis
teknik overlay terdiri dari 2 buah atau lebih Layer Peta ( sesuai kebutuhan) semakin
banyak data yang di overlay maka semakin banyak keperluan untuk meng-analisys
peta. Teknik overlay dalam ArcGIS 10.1 dapat dilakukan dengan perintah Intersect
dan Union tapi dari keduanya ada perbedaan terutama dalam Proses pembentukan
topologinya.
Metode yang digunakan dalam penentuan daerah rawan banjir dilakukan
dengan metode skoring pada setiap faktor dan variabel dimana hasil perkalian dan
penjumlahan dari faktor dan variabel tersebut dapat digunakan untuk menentukan
wilayah bahaya banjir dengan membagi antara nilai tertinggi dan terendah terhadap
kelas bahaya yang ditentukan.
Penyusunan tematik daerah rawan banjir ini akan menghasilkan tiga kelas
tingkatan daerah rawan yaitu daerah banjir sangat berbahaya (tinggi), berbahaya
(sedang), dan daerah tidak berbahaya (rendah). Penentuan wilayah rawan banjir,
dilakukan dengan menggunakan metode overlay, dimana setiap faktor diberi bobot
7. 72
dan setiap variabel dari setiap faktor diberi skor berdasarkan kepekaan atau
mempunyai kaitan yang erat terhadap terjadinya banjir
Pemberian bobot pada masing-masing parameter atau variabel berbeda-
beda, yaitu dengan memperhatikan seberapa besar pengaruh parameter tersebut
terhadap terjadinya banjir maka nilai bobotnya juga besar, sebaliknya jika
pengaruhnya kecil maka nilai bobotnya juga kecil. Secara spasial Kecamatan
Payung Sekaki pengaruh bobot terhadap daerah rawan bencana banjir adalah
parameter jenis tanah dan penggunaan lahan yang diberi nilai 3 sedangkan untuk
parameter curah hujan dan topografi diberi nilai 2. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1
Klafikasi Kemiringan Lereng
No. Kemiringan Lereng (%) Harkat Bobot Skor
1. 0-2 5
2
10
2. 2-5 4 8
3. 5-8 3 6
4. 8-15 2 4
5. > 15 1 2
Sumber : Gunawan ,1991 dan suprojo dalam Eko Kustiyanto, 2004 dan modivikasi penulis
8. 73
Tabel 3.2
Intensitas Curah Hujan
No.
Rata-rata Curah Hujan
Bulanan
Harkat Bobot Skor
1. > 500 mm 5
2
10
2. 400 - 500 mm 4 8
3. 300 - 400 mm 3 6
4. 200 - 300 mm 2 4
5. 100 - 200 mm 1 2
Sumber : Kriteria & Standar Teknik Kementerian PU, dalam Eko Kustiyanto, 2004 dan modivikasi
penulis
Tabel 3.3
Klasifikasi Infiltrasi Tanah
No. Tekstur Harkat Bobot Skor
1. Halus 5
3
15
2. Agak Halus 4 12
3. Sedang 3 9
4. Agak Kasar 2 6
5. Kasar 1 3
Sumber : Gunawan dan suprojo, 1991dalam Eko Kustiyanto,2004 dan modivikasi penulis
Pada infiltrasi tanah menurut Nugraha, (2014) untuk kelas penutup
lahan/penggunaan lahan pada lahan terbangun, rawa dan tubuh air tidak di
masukkan menjadi sampel karena memiliki nilai infiltrasi sama dengan nol. Hal
tersebut dikarenakan tidak mampu menyerap air kedalam tanah secara optimal.
Untuk Kecamatan Payung Sekaki terdapat jenis tanah aneka bentuk yang dalam
uraiannya yaitu daerah permukiman/ lahan terbangun. Sehingga dapat disimpulkan
untuk jenis tanah aneka bentuk memiliki nilai infiltrasi skoring nol.
9. 74
Tabel 3.4
Klasifikasi Penggunaan Lahan
No. Penggunaan Lahan Harkat Bobot Skor
1.
Permukiman, tanah
kosong
5
3
15
2. Sawah, Pertanian 4 12
3.
Mangrove, Tambak /
Empang
3 9
4. Perkebunan, Tegalan 2 6
5. Hutan 1 3
Sumber : Meijerink, 1970 dalam Eko Kustiyanto, 2004, dengan modifikasi peneliti
Penentuan kelas rawan banjir didasarkan pada total nilai bobot yang
dihasilkan dari penjumlahan hasil perkalian antara skor variabel dan bobot dari
setiap faktor. Dalam kegiatan penentuan daerah rawan banjir ini ditetapkan tiga
kategori rawan banjir, dimana penentapan ketiga kategori tersebut dapat
menggunakan rumus berikut:
Sumber : Sturgess dalam Akbar,2005
Keterangan:
Ki : Kelas Interval
Xt : Data tertinggi
Xr : Data terendah
k : Jumlah kelas yang diinginkan
10. 75
Nilai interval ditentukan dengan pendekatan relatif dengan cara melihat
nilai maksimum dan nilai minimum tiap satuan pemetaan, kelas interval didapatkan
dengan cara mencari selisih antara data tertinggi dengan data terendah dan dibagi
dengan jumlah kelas yang diinginkan.
Kerawanan banjir dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga kelas tingkat
kerawanan yaitu kerawanan tinggi, kerawanan sedang dan kerawanan rendah.
Proses tumpang susun atau overlay antara dua atau lebih layer tematik untuk
mendapatkan tematik kombinasi baru sesuai dengan persamaan yang dipergunakan.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kerentanan yang
terjadi. Dengan melakukan overlay peta maka diharapkan akan menghasilkan suatu
gambaran yang jelas bagaimana kondisi spasial serta daya dukung fisik dan
lingkungan untuk pengembangan wilayah . Secara spesifik, analisa spasial adalah
merupakan kumpulan teknik explorasi data dan statistika spasial yang membantu
perencana memahami labih jauh makna spasial atau keruangan yang terkandung
dalam informasi geografis.
Terdapat empat layer data tematik yang dioverlay yang untuk kemudian
menghasilkan satu layer tematik baru hasil kombinasi dari keempat layer masukan.
Dalam penelitian ini, metoda tumpang susun dilakukan dalam melakukan
pengolahan data untuk memperoleh nilai kerawanan seperti telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya.
Tumpang susun data keruangan atau Overlay adalah salah satu prosedur
analisis data spasial, dimana pada proses ini layer dimodifikasi sesuai dengan yang
diperlukan. Proses overlay sendiri terdiri dari beberapa metoda, yaitu identity,
11. 76
intersect, union, update, erase, dan symmetrical difference. Software yang
digunakan dalam teknik penggambaran serta simulasi tugas akhir ini yaitu
menggunakan software ArcGIS 10.1
Kerawanan banjir dapat diidentifikasi secara cepat melalui Sistem Informasi
Geografis dengan menggunakan metode tumpang susun/overlay terhadap peta
variabel-variabel kerentanan banjir, seperti peta curah hujan, kemiringan lereng,
peta jenis tanah dan penggunaan lahan.
Timpang Susun/Overlay
Timpang Susun/Overlay
Sumber : Hasil Ilustrasi, 2016
Gambar 3.1
Ilustrasi Proses Overlay Peta Kerawanan Banjir.
Tumpang Susun/Overlay
Peta
Kimiringan
Lereng
Peta
Curah
Hujan
Peta
Jenis
Tanah
Peta
Penggunaan
Lahan
Peta Tingkat
Kerawanan
Banjir
Hasil
12. 77
3.5.2 Menganalisa strategi dan arahan penanganan kawasan rawan banjir di
Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru
Pada tahap analisa strategi dan arahan penanganan kawasan rawan banjir
ini, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.. Analisis
deskriptif kualitatif akan menguraikan secara jelas dampak yang telah ditimbulkan
akibat bencana banjir yang ada di Kecamatan Payung Sekaki dari hasil tingkat
kerawanan kawasan banjir dan hasil observasi lapangan serta hasil wawancara.
Analisis ini juga digunakan untuk menganalisa data-data dengan menggambarkan
keadaan wilayah pengamatan sesuai dari data yang diperoleh, adapun analisis
deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisa penggunaan lahan dan kondisi
fisik serta karakteristik banjir. Dan untuk karakteristik banjir, peneliti hanya melihat
dari jumlah titik genang yang ada di Kecamatan Payung Sekaki dari hasil observasi
lapangan.
Dan mengevaluasi strategi Pemerintah Kota Pekanbaru mengenai kinerja
dalam penanganan bencana banjir di Kota Pekanbaru khususnya Kecamatan
Payung Sekaki berdasarkan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam
penanganan kawasan rawan banjir yang kemudian menjadi sebuah arahan dalam
penanganan kawanan rawan banjir yang ada di Kecamatan Payung Sekaki.
13. 78
3.6 Desain Survey
Desain survey ini berisi tentang gambaran variabel-variabel yang digunakan
dalam melakukan penelitian atau semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian (Nazir, 2003). Yaitu berupa data, sumber, hingga
metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
14. 79
Tabel 3.5
Desain Survey
No Variabel Indikator Sub indikator
Data yang
Dibutuhkan
Sumber Data
Cara
Pengambilan
Data
Analisis Hasil
1.
Tingkat
Kerawanan
Kawasan
Bencana Banjir
Fisik
Penggunaan
Lahan
- Kondisi
Fisik
Wilayah
- Badan Perencanaan
dan Pembangunan
Daerah Kota
Pekanbaru
- Dinas Tata Ruang
dan Bangunan
- Dinas PU Cipta
Karya
Data Sekunder Teknik
overlay
Diketahuinya
klasifikasi tingkat
kerawanan
bencana banjir di
Kecamatan
Payung Sekaki
Kota Pekanbaru
Curah Hujan
Jenis Tanah
Topogrfi-
kemiringan
lereng
15. 80
Sumber: Hasil Analisis,2016
No Variabel Indikator
Sub
indikator
Data yang
Dibutuhkan
Sumber Data
Cara
Pengambilan
Data
Analisis Hasil
2
Strategi dan
Arahan
penanganan
kawasan rawan
banjir di
Kecamatan
Payung Sekaki,
Kota
Pekanbaru
Sosial
Jumlah
Penduduk
- Data
Kependudukan
- Badan
Perencanaan dan
Pembangunan
Daerah Kota
Pekanbaru
- BPS Kota
Pekanbaru
- Dinas Tata Ruang
dan Bangunan
- Dinas PU Cipta
Karya dan Bina
Marga
- Kantor Camat
Kec. Payung
Sekaki
Data Primer
(Hasil
Wawancara,
Survei
Lapangan)
Analisis
Deskriptif
Kualitatif
Terciptanya
strategi
pemerintah
penanganan
kawasan banjir
dan upaya arahan
penanganan
kawasan banjir
dalam di
Kecamatan
Payung Sekaki,
Kota Pekanbaru
Kepadatan
Penduduk
Sarana
Sarana
Drainase
- Sarana
Penunjang