Dokumen tersebut membahas konsep asuhan keperawatan untuk ibu hamil dengan preeklampsia. Terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan yang meliputi gangguan perfusi jaringan, resiko gawat janin, kelebihan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi, nyeri, dan kurangnya pengetahuan pasien. Intervensi keperawatan mencakup monitoring tanda vital dan fungsi organ, manajemen nyeri, edukasi
Presentasi kasus diare akut dehidrasi ringansedang : Sub SMF/Divisi Tropik In...Soroy Lardo
Kontribusi Sub SMF/Divisi Tropik Infeksi Departemen Penyakit Dalam untuk IDC (Infectious Diseases Community) Indonesia Army Central Hospital Gatot Soebroto
Presentasi kasus diare akut dehidrasi ringansedang : Sub SMF/Divisi Tropik In...Soroy Lardo
Kontribusi Sub SMF/Divisi Tropik Infeksi Departemen Penyakit Dalam untuk IDC (Infectious Diseases Community) Indonesia Army Central Hospital Gatot Soebroto
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMAsri wahyuni
ASMA
Asma bronkial adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua Negara dunia, diderita oleh anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa seseorang.
Berbagai faktor yang dapat menimbulkan serangan asma antara lain olahraga,infeksi,alergi,perubahan suhu,asap rokok,dan lain lain. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, derajat asma dan juga kematian akibat penyakit asma.
Pengaruh penyakit Asma bronkiale dalam kehamilan
Perubahan-perubahan fisiologis yang diketahui berpengaruh terhadap perjalanan AB antara lain perubahan-perubahan berupa membesarnya uterus, elevasi diafragma, hormonal perubahan-perubahan pada mekanik paru-paru dan lain-lain.
Pada ibu-ibu hamil yang menderita AB, Bahna dan Bjerkedal mendapatkan bahwa insiden hiperemis, perdarahan, toksemia gravidarum, induksi persalinan dengan komplikasi dan kematian ibu secara bermakna lebih sering terjadi dibandingkan dengan ibu-ibu hamil tanpa penyakit AB. Hal ini dapat diduga erat hubungannya dengan obat-obat anti asma yang diberikan selama kehamilan ataupun akibat efek langsung daripada memberatnya asma
Hormon Masa Kehamilan
Progesteron
Estrogen
Kortisol
Pengaruh Obat-obatan Anti Asma Terhadap Kehamilan
Golongan Xanthin
Golongan simptomatik
Adrenalin
Efedrin
Obat-obat Beta Agonis
Kromoglikat
Kortikosteroid
Antihistamine, Ekspektoran dan Antibiotika
Penatalaksanaan Asma Bronkial pada kehamilan
Penderita Rawat Jalan
Pada serangan AB yang ringan , teofilin peroral atau rektal dapat merupakan pilihan atau kalau perlu aminofilin intravenous 250 – 500 mg secara bolus pelan-pelan atau isopreterinol inhalasi atau nebulizer, atau adrenalin subkutan 0,2-0,5 ml yang dapat diulang dalam 15 sampai 30 menit kemudian.
Penderita Rawat Inap
Diperuntukkan penderita dengan Ab yang berat atau status asthmaticus. Diberikan aminofilin IV 250-500 mg secara bolus pelan-pelan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian aminoflin perinfus IV dengan dosis 0,9 mg/kg BB/hari. Hidrokortison sodium suksinat diberikan 100-200 mg IV/4-6 jam, oksigen melalui kateter hidung, cairan dan elektrolit yang cukup dan eliminasi faktor-faktor presipitasi.
PENYAKIT JANTUNG
Perubahan hemodinamik dalam kehamilan
Hemodinamik menggambarkan hubungan antara tekanan darah, curah jantung dan resistensi vaskuler. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara tidak langsung dengan auskultasi atau secara langsung dengan kateter intra-arterial.
Curah jantung merupakan hasil perkalian stroke volume dan denyut jantung. Denyut jantung dan stroke volume meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Setelah 32 minggu, stroke volume menurun dan curah jantung sangat tergantung pada denyut jantung. Resistensi vaskuler menurun pada trimester pertama dan awal trimester kedua. Denyut jantung, tekanan darah dan curah jantung akan meningkat pada saat ada kontraksi uterus.
Diagnosis
Klasifikas
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMAsri wahyuni
ASMA
Asma bronkial adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua Negara dunia, diderita oleh anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa seseorang.
Berbagai faktor yang dapat menimbulkan serangan asma antara lain olahraga,infeksi,alergi,perubahan suhu,asap rokok,dan lain lain. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, derajat asma dan juga kematian akibat penyakit asma.
Pengaruh penyakit Asma bronkiale dalam kehamilan
Perubahan-perubahan fisiologis yang diketahui berpengaruh terhadap perjalanan AB antara lain perubahan-perubahan berupa membesarnya uterus, elevasi diafragma, hormonal perubahan-perubahan pada mekanik paru-paru dan lain-lain.
Pada ibu-ibu hamil yang menderita AB, Bahna dan Bjerkedal mendapatkan bahwa insiden hiperemis, perdarahan, toksemia gravidarum, induksi persalinan dengan komplikasi dan kematian ibu secara bermakna lebih sering terjadi dibandingkan dengan ibu-ibu hamil tanpa penyakit AB. Hal ini dapat diduga erat hubungannya dengan obat-obat anti asma yang diberikan selama kehamilan ataupun akibat efek langsung daripada memberatnya asma
Hormon Masa Kehamilan
Progesteron
Estrogen
Kortisol
Pengaruh Obat-obatan Anti Asma Terhadap Kehamilan
Golongan Xanthin
Golongan simptomatik
Adrenalin
Efedrin
Obat-obat Beta Agonis
Kromoglikat
Kortikosteroid
Antihistamine, Ekspektoran dan Antibiotika
Penatalaksanaan Asma Bronkial pada kehamilan
Penderita Rawat Jalan
Pada serangan AB yang ringan , teofilin peroral atau rektal dapat merupakan pilihan atau kalau perlu aminofilin intravenous 250 – 500 mg secara bolus pelan-pelan atau isopreterinol inhalasi atau nebulizer, atau adrenalin subkutan 0,2-0,5 ml yang dapat diulang dalam 15 sampai 30 menit kemudian.
Penderita Rawat Inap
Diperuntukkan penderita dengan Ab yang berat atau status asthmaticus. Diberikan aminofilin IV 250-500 mg secara bolus pelan-pelan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian aminoflin perinfus IV dengan dosis 0,9 mg/kg BB/hari. Hidrokortison sodium suksinat diberikan 100-200 mg IV/4-6 jam, oksigen melalui kateter hidung, cairan dan elektrolit yang cukup dan eliminasi faktor-faktor presipitasi.
PENYAKIT JANTUNG
Perubahan hemodinamik dalam kehamilan
Hemodinamik menggambarkan hubungan antara tekanan darah, curah jantung dan resistensi vaskuler. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara tidak langsung dengan auskultasi atau secara langsung dengan kateter intra-arterial.
Curah jantung merupakan hasil perkalian stroke volume dan denyut jantung. Denyut jantung dan stroke volume meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Setelah 32 minggu, stroke volume menurun dan curah jantung sangat tergantung pada denyut jantung. Resistensi vaskuler menurun pada trimester pertama dan awal trimester kedua. Denyut jantung, tekanan darah dan curah jantung akan meningkat pada saat ada kontraksi uterus.
Diagnosis
Klasifikas
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
laporan pendahuluan asuhan keperawatan DM tipe 2. definisi: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. etiologi: Factor genetic, Factor imunologi
Factor lingkungan, Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga. pathway dan masalah keperawatan. pengkajian, diagnosa intervensi rasional
1. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM
4) Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
6) Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
b. Data Obyektif :
1) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
3) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks+)
5) Pemeriksaan penunjang :
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6
jam
b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga
0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
e. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
2. f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak output sekunder terhadap vasopasme
pembuluh darah.
2) Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi
kejaringan plasenta sekunder terhadap penurunan cardiac output.
3) Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan
hipertensi pada kehamilan
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.
5) Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
6) Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d misinterpretasi
informasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Gangguan Perfusi Jaringan b/d Penurunan Kardiak Out Put Sekunder Terhadap
Vasopasme Pembuluh Darah
Tujuan :
Perfusi jaringan otak adekuat danTercapai secara optimal.
3. Kriteria Hasil :
Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
Menunjukkan fungsi sesori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada
gerakan involunter
Intervensi:
1. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu ( cemas bingung, letargi,
pingsan )
2. Obsevasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/ lembab, cacat kekuatan nadi
perifer.
3. Kaji tanda Homan ( nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi ) eritema, edema
4. Dorong latihan kaki aktif / pasif
5. Pantau pernafasan
6. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, muntah/ mual, distaensi
abdomen, kontipasi
7. Pantau masukan dan perubahan keluaran
2) Resiko Terjadi Gawat Janin Intra Uteri (Hipoksia) b/d Penurunan Suplay O2 dan
Nutrisi Kejaringan Plasenta Sekunderterhadap Penurunan Cardiac Out Put.
Tujuan:
Gawat janin tidak terjadi, bayi Dapat dipertahankan sampai Umur 37 minggu dan atau BBL
≥ 2500 g.
Intervensi:
a. Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri
b. Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa kehamilan:
1) 1 x/bln pada trisemester I
2) 2 x/bln pada trisemester II
3) 1 x/minggu pada trisemester III
c. Pantau DJJ, kontraksi uterus/his gerakan janin setiap hari
d. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.
4. 3) Kelebihan Volum Cairan b/d Peningkatan Retensi Urine Dan Edema Berkaitan
Dengan Hipertensi Pada Kehamilan
Tujuan :
Kelebihan volume cairan teratasi.
Kriteria hasil :
Bebas dari edema dan effuse
Bunyi nafas bersih tidak ada dispneu/ortopneu
Terbebas dari distensi vena jugularis
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas akan adanya krekels.
b. Catat adanya DVJ, adanya edema dependen
c. Ukur masukan atau keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan.
d. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
e. Berikan diet rendah natrium atau garam.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.
Tujuan :
Status nutrisi normal
Berat badan meningkat
Tidak ada tanda malnutrisi
Kriteria Hasil:
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak terjadi malnutrisi
5. e. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f. Tidak ada tand penurunan berat badan
Intervensi:
1) Kaji alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhakan pasien
3) Anjurkan pasien untuk meningkatka intake Fe
4) Anjurka pasien untu meningkatkan protein dan vitamin c
5) Berikan substansi gula
6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung serat tinggi untik mencegah konstipasi
7) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasiskan dengan ahli gisi)
8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
9) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
10) Kaji kemampuan pasien mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
5) Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
Tujuan :
Nyeri mendekati normal
Nyeri terkontrol
Pasien merasa nyaman
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri , mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda )
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
1. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
3. Kaji penyebab nyeri
4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. 5. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa
lampau
6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
7. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan ,pencahayaan dan
kebisingan
8. Kurangi factor prepitasi nyeri
9. Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi , non farmakologi, dan inter personal )
10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
11. Ajarkan teknik relaksasi
12. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
13. Evaluasi keefektifan control nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasikan dengan dokter atau medis lain jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
16. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
6) Kurang Pengetahuan Mengenai Penatalaksanaan Terapi dan Perawatan b/d
Misinterpretasi Informasi
Tujuan :
Kebutuhan pengetahuan terpenuhi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan pemaham tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
Intervensi:
1. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman atau situasi. Dorong
mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.
2. Mempertahankan kepercayaan pasien (tanpa adanya keyakinan yang salah)
3. Terima tapi jangan beri penguatan terhadap penolakan
7. 4. Orientasikan klien atau keluarga terhadap prosedur rutin dan aktifitas, tingkatkan
partisipasi bila mungkin.
5. Jawab pertanyaan dengan nyata dan jujur, berikan informasi yang konsisten, ulangi bila
perlu.
6. Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.