SlideShare a Scribd company logo
Rabu, 27 April 2011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu,
keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai,
mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan
kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam
menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?
Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena
peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan
bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya
memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA,
1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan
dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi
ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual)
merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya
(WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama
perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran
perawat yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan
perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya
sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang
terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak
sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang
terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran
spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek
spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul
maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit
terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami
penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan
perhatian khusus”. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi
yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut
selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan
kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang
didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri
pasien untuk menghadapi alam yang kekal.
B. Tujuan
1. Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang mendekati
kematian.
2. Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang
ajal.
3. Mengkaji dan memaparkan diagnosa dari kebutuhan terminal.
4. Memberi intervensi serta mengevaluasi pada klien yang menjelang
ajal.
C. Rumusan Masalah
1. Latar belakang permasalahan terminal pada klien.
2. Konsep materi tentang kebutuhan terminal pada klien.
3. Diagnosa keperawatan pada pasien terminal.
4. Intervensi masalah.
5. Evaluasi masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masalah
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap
mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap
insan. Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak
tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin
bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-
penyakit degeneratif seperti kanker dan stroke. Pasien dengan
penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan
perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat
akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan
umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian.
Sebagin besar kematian di rumah sakit adalah kematian akibat
penyakit kronis dan terjadi perlahan-lahan. Pada umumnya, dokter
dan perawat lebih mudah menghadapi kematian yang muncul secara
perlahan-lahan. Mereka tidak dipersiapkan dengan baik untuk
berhadapan dengan ancaman kematian. Ditengah keputusasaan, sering
kali terdengar ”Kami sudah melakukan segalanya yang bisa
dilakukan........”
Namun kini telah mulai disadari untuk pasien terminal pun profesi
medis masih dapat melakukan banyak hal. Jika upaya kuratif tidak
dimunginkan lagi, masih luas kesempatan untuk upaya paliatif. Pada
stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat
badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial
dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu
penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga
pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal
sebagai perawatan paliatif atau palliative care. Dalam perawatan
paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan
pada Pasien Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya
dalam keadaan seoptimal mungkin.
B. Konsep Materi
a) Pengertian
1. Keadaan Terminal
Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak
ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat
disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
2. Kematian
Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan
mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat
dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.
b) Tahap-tahap Menjelang Ajal
Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap
menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:
1. Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang
sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak.
2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya
dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan
cita-citanya.
3. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan
dirinya.
4. Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan
mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk
dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya
sebelum meninggal.
5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan
keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi
yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila kien dapat
menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi
dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga
terdekat, menulis surat wasiat.
c) Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian
Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:
Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya
perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik.
Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya
terjadi pada kondisi penyakit yang kronik.
Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti,
biasanya terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya
kanker.
Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien
dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.
d) Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian
Kehilangan Tonus Otot, ditandai:
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek
menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea,
muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan,
telinga dan hidung.
Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
Gangguan Sensoria.
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.
e) Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal
1) Pupil mata melebar.
2) Tidak mampu untuk bergerak.
3) Kehilangan reflek.
4) Nadi cepat dan kecil.
5) Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
6) Tekanan darah sangat rendah.
7) Mata dapat tertutup atau agak terbuka.
f) Tanda-tanda Meninggal secara klinis
Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui
perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun
1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk
tentang indikasi kematian, yaitu:
a. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
b. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
c. Tidak ada reflek.
d. Gambaran mendatar pada EKG.
g) Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan Keluarganya
Terhadap Kematian.
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:
a. Closed Awareness/Tidak Mengerti
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak
memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan
keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena
kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan
keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-
pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dsbg.
b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun
merupakan beban yang berat baginya.
c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan
adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya,
walaupun dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan
kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat
akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.
h) Bantuan yang dapat Diberikan
Bantuan Emosional
1) Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan
cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien
dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya.
2) Pada Fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti
bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan
kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan
ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan
rasa aman.
3) Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi
rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
4) Pada Fase Depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa
yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi
secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan
mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga
menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5) Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien
telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin
dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri
sebatas kemampuannya.
Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
1. Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan unjtuk mampu melakukan kerbersihan diri
sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut,
badan, dsbg.
2. Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien
dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat
ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan
klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan
melalui Intra Muskular/Subcutan, karena kondisi system sirkulasi
sudah menurun.
3. Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik
dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan
jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik
adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian
oksigen.
4. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk
mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan
dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot
sudah menurun.
5. Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik.
Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan
merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan
protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang,
terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien
sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau
Intra Vena/Invus.
6. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan
untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat
diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang
diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga
kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet,
harus diberikan salep.
7. Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien
masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon,
perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-
bisik.
Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk
memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu
dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-
teman dekat, atau anggota keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan
perlu diisolasi.
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan
kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien
untuk membersihkan diri dan merapikan diri.
d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan
mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien
apabila klien mampu membacanya.
Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual
• Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan
rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
• Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam
hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
• Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan
spiritual sebatas kemampuannya.
C. Asuhan Keperawatan
Tanda-tanda Kematian
1. Dini:
• Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi
auskultasi)
• Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
• Kulit pucat
• Tonus otot menghilang dan relaksasi
• Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca
kematian
• Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit
(hilang dengan penyiraman air)
2. Lanjut (Tanda pasti kematian)
• Lebam mayat (livor mortis)
• Kaku mayat (rigor mortis)
• Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
• Pembusukan (dekomposisi)
• Adiposera (lilin mayat)
• Mumifikasi
Gejala dan masalah yang sering dijumpai pada berbagai sistem
organ
Sistem Gastrointestinal : Anorexia, konstipasi, mulut kering dan bau,
kandidiasis dan sariawan mulut.
Sistem Genitourinaria : Inkontinensia urin
Sistem Integumen : Kulit kering/pecah-pecah, dekubitus
Sistem Neurologis : Kejang
Perubahan Status Mental : Kecemasan, halusinasi, depresi
Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan
bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa
bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang
mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
1. Fase Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau
faktor resiko penyakit.
2. Fase Akut : berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal,
maupun psikologis.
3. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
4. Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya
kemungkinan, tetapi pasti terjadi.
Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik
fisik, psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang
dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular, cepat atau lambat,
pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan
mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi
secret, nadi ireguler.
Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas
memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan
jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh
karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis Ca Colon), retensi urin,
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring
penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan menurun,
peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah,
cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus
memakai selimut.
Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip
hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada
kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi
menurun.
penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.
Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan
secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan
kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama
menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal
memerlukan perubahan posisi yang sering.
Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa
seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu
lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan,
kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi.
Perubahan Sosial-Spiritual ; klien mulai merasa hidup sendiri,
terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang
lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan
menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-
orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan
perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami
penderitaan sepanjang hidup
Faktor-Faktor yang perlu dikaji
1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada
berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain
perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi,
kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada
klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-
bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap
perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam
pemeliharaan diri.
2. Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal.
Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada
pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan
apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan
harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap
menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.
3. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi
terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri,
mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya
tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering
membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda
klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan
social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu
menemani klien.
4. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin
berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-
saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama
untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam Pengkajian Pasien
Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya
yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang
budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan
berduka dan menghadapi kematian/menjelang ajal. Perawat tidak
boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan
etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus
dihindari.
Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi
dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap
kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga
kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.
Diagnosa Keperawatan
I. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan
diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang
tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada
pada gaya hidup.
II. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian
yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik
diri dari orang lain.
III. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya
penuh dengan stres ( tempat perawatan )
IV. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan
perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau
ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
Intervensi
Diagnosa I
1. Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :
• Berikan kepastian dan kenyamanan.
• Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empti, jangan
menghindari pertanyaan.
• Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan
yang berhubungan dengan pengobtannya.
• Identifikasi dan dukung mekaniosme koping efektif Klien yang
cemas mempunbyai penyempitan lapang persepsi denagn penurunan
kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung untuk memperburuk
masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang,
emosional dan nyeri fisik.
2. Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya
rendah atau sedang Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang
tidak akurat dan dapat dihilangkan denga memberikan informasi
akurat. Klien dengan ansietas berat atauparah tidak menyerap
pelajaran.
3. Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-
ketakutan mereka Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi
dan memberiakn kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak
benar.
4. Berika klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif
Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson
koping positif yang akan datang.
Diagnosa II
1. Berikan kesempatan pada klien da keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna
pribadi dari kehilangan.jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang
umum dan sehat Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang
dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan
menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang
dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur
dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi
situasi dan respon mereka terhdap situasi tersebut.
2. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti
yang memberikan keberhasilan pada masa lalu Stategi koping fositif
membantu penerimaan dan pemecahan masalah.
3. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri
yang positif Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan
penerimaan diri dan penerimaan kematian yang terjadi.
4. Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi,
jawab semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka, proses
berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan
terjadi di terima.
5. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,
menghilangkan ketidak nyamanan dan dukungan Penelitian
menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai tindakan
keperawatan berikut :
a. Membantu berdandan
b. Mendukung fungsi kemandirian
c. Memberikan obat nyeri saat diperlukandan
d. meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka dan bonet 1982 )
Diagnosa III
1. Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan
tunjukkan pengertian yang empati Kontak yang sering dan me
ngkmuikasikan sikap perhatian dan peduli dapat membantu
mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.
2. Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan, ketakutan dan kekawatiran. Saling berbagi memungkinkan
perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian
merencanakan intervensi untuk mengatasinya.
3. Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU
Informasi ini dapat membantu mengurangi ansietas yang berkaitan
dengan ketidak takutan.
4. Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang
dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.
5. Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam
tindakan perawan Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat
meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan.
6. Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan
sumber lainnya Keluarga denagan masalah-masalh seperti kebutuhan
financial , koping yang tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai
memerlukan sumber-sumber tambahan untuk membantu
mempertahankankan fungsi keluarga
Diagnosa IV
1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau
ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi
kesemptan pada klien untuk melakukannya Bagi klien yang
mendapatkan nilai tinggi pada do,a atau praktek spiritual lainnya ,
praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi
sumber kenyamanan dan kekuatan.
2. Ekspesikan pengertrian dan penerimaan anda tentang pentingnya
keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien Menunjukkan sikap
tak menilai dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam
mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.
3. Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai
kebutuhan klien dapat dilaksanakan Privasi dan ketenangan
memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan perenungan.
4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo,a bersama klien
lainnya atau membaca buku ke agamaan Perawat meskipun yang tidak
menganut agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat
membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya.
5. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan
rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan
pelayanan ( kapel dan injil RS ) Tindakan ini dapat membantu klien
mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang
penting ( Carson 1989 )
Evaluasi
1. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada
perawat.
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal.
4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan
kembali kepadanya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit/sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga
sangat dekat dengan proses kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung
kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang
ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi
tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal. Orang
yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan
menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian
sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian
beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal
yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan
menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang
disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien
terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan
perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
B. Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan
bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa
bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab
perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan
social yang unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih
banyak dengan klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien
mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas
hidup pasien.
4. Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat
membantu klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat
berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi
yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan
respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga
dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi
tentang perawatan diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical
Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996.
Appleton&Lange, USA.
Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function.
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and
Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley
http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-terminal_08.html
http://kikiyogi.blogspot.com/2009/12/terminal-dan-menjelang-
ajal.html
http://keperawatanreligionmentariwardhani.wordpress.com/
Diposkan oleh veloiszt academy di 19:00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
Facebook
http://lisaselaluada.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-
pada-pasien-terminal.html
Jumat, 25 Februari 2011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL
1. Batasan Pasien Terminal
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh
sehingga sangat dekat dengan proses kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung
kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang
ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi
tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan
bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa
bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/
mengancam hidup, antara lain :
Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,Sirosis
Hepatis, Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung dan HIpertensi
Kondisi Keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas, Ca
Liver, Leukemia
Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus dll
Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia
Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital
(Paru-Paru atau jantung) ginjal dll.
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang
mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
Fase Prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau
factor resiko penyakit
Fase Akut; berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal,
maupun psikologis.
Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan
pengobatannya.
Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya
kemungkinan, tetapi pasti terjadi.
Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik
fisik, psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang
dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular, cepat atau lambat,
pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan
mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi
secret, nadi ireguler.
Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas
memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan
jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh
karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis Ca Colon), retensi urin,
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi
penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring
penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal
Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan menurun,
peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah,
cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun
Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus
memakai selimut
Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip
hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada
kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi
menurun.
penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.
Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri
dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama
menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan
perubahan posisi yang sering.
Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa
seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu
lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan,
kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi.
Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup sendiri,
terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang
lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan
menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-
orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan
perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami
penderitaan sepanjang hidup
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan
menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang
disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien
terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan
perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama
hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita
penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi
peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan
mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang
lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan,
kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
2. Cara Mengkaji Tingkat Kesadaran
Kesadaran adalah status individu tentang keberadaan dirinya dan
hubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Strauss dan Glaser Tahun 1970, Tingkat Kesadaran dibagi 3
:
Closed Awarness
Mutual Pretense
Open Awarness
Teknik lain untuk mengkaji tingkat kesadaran adalah dengan metode
GCS (Glasgow Coma Scale) .
JENIS PEMERIKSAAN NILAI
Respon motorik ( M )
• Ikut perintah
• Melokalisir nyeri
• Fleksi norma
• Dekortasi
• Deserebrasi
• Tidak ada
6
5
4
3
2
1
Respon Verval ( V )
• Orientasi baik
• Bicara kacau / bingung
• Kata-kata tidak teratur
• Suara tidak jelas
• Tidak ada
5
4
3
2
1
Respon buka mata
( Eye Opening E )
• Spontan
• Terhadap suara
• Terhadap nyeri
• Tidak ada
4
3
2
1
Skor GCS 14-15 : Compos Mentis/Alert/Sadar Penuh
Skor GCS 11 – 13 : Somnolent
Skor GCS 9 – 11 : Sopor
Skor GCS 3-8 : Koma
3. Faktor-Faktor yang perlu dikaji
a. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada
berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain
perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi,
kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada
klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-
bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap
perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam
pemeliharaan diri.
b. Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal.
Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada
pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan
apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan
harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap
menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.
Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang menjelang ajal
menunjukan lima tahapan, yaitu :
Denial (menolak), pada tahap ini individu menyangkal dan
bertindak seperti tidak terjadi sesuatu, dia mengingkari bahwa
dirinya dalam kondisi terminal. Pernyataan seperti ‘ tidak mungkin,
hal ini tidak akan terjadi pada saya, saya tidak akan mati karena
kondisi ini’ umum dilontarkan klien.
Anger (Marah) individu melawan kondisi terminalnya, dia dapat
bertindak pada seseorang atau lingkungan di sekitarnya. Tindakan
seperti tidak mau minum obat, menolak tindakan medis, tidak ingin
makan, adalah respon yang mungkin ditunjukan klien dalam kondisi
terminal.
Bargaining (Tawar Menawar), individu berupaya membuat
perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah
kematian. Seperti “ Tuhan beri saya kesembuhan, jangan cabut
nyawaku, saya akan berbuat baik dan mengikuti program pengobatan’.
Depresion (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau kondisi
semakin memburuk klien merasa terlalu sangat kesepian dan menarik
diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, klien banyak berdiam diri dan
menyendiri.
Aceptance(Penerimaan), reaksi fisiologis semakin memburuk,
klien mulai menyerah dan pasrah pada keadaan atau putus asa.
Peran perawat adalah mengamati perilaku pasien terminal, mengenali
pengaruh kondisi terminal terhadap perilaku, dan memberikan
dukungan yang empatik.
c. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi
terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri,
mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya
tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering
membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda
klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan
social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu
menemani klien.
d. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin
berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-
saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama
untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
4. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam
Pengkajian Pasien Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya
yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang
budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan
berduka dan menghadapi kematian/menjelang ajal. Perawat tidak
boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan
etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus
dihindari. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus
diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan
melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive
terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian,
sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat
terpenuhi.
B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN
TERMINAL
1. Jenis Diagnosa Keperawatan
Perawat mengumpulkan data-data senjang untuk membuat diagnosa
keperawatan klien pada kondisi terminal. Mengelompokan perubahan/
masalah fisik, psikologis, social, spiritual klien dan keluarganya
kedalam kelompok actual atau potensial.
Perawat harus mengidentifikasi batasan/karakteristik yang
membentuk dasar untuk kelompok diagnosa yang actual atau
potensial.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
terminal
Klien menjelang ajal / kondisi terminal membutuhkan pertimbangan
khusus ketika diagnosa keperawatn ditegakkan. Klien yang sakit
terminal menyebabkan berbagai perubahan kondisi seperti perubahan
citra tubuh, cacat fisik atau perubahan konsep diri. Sejalan dengan
memburuknya kondisi klien perawat membuat diagnos yang relevan
dengan kebutuhan dasar seperti perubahan rasa nyaman, perubahan
eliminasi, pernafasan tidak efektif, perubahan sensoris dan
sebagainya. Berbagai kondisi tersebut bisa dituangkan dalam bentuk
diagnosa actual atu potensial.
Karena sifat dan tingkat keparahan kondisi terminal, data pengkajian
fisik harus dikumpulkan dengan sering dan dapat digunakan untuk
memvalidasi diagnosa.
Contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kondisi
terminal antara lain :
Nutrisi tidak terpenuhi berhubungan dengan intake/asupan tidak
adekuat
Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
secret
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh
Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi
Potensial terjadi kecelakaan fisik berhubungan dengan kelemahan
Gangguan konsep diri berhubungan dengan ketidakmampuan
pasien menerima keadaannya
Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan klien
mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kematian
Depresi berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi kematian
C. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TERMINAL
1. Prinsip Rencana Keperawatan pada pasien terminal
Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab
perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan
social yang unik. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan
waktu lebih banyak dengan klien menjelang ajal, untuk mendengarkan
klien mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan
kualitas hidup pasien.
Tujuan merawat klien terminal adalah sebagai berikut :
Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan fisik
Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
Mempertahankan harapan
Mencapai kenyamanan spiritual
Menghindarkan / mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan
isolasi
Mempertahankan rasa aman, harkat , dan rasa berguna
Membantu klien menerima kehilangan
2. Intervensi Keperawatan pada pasien terminal
Menurut Rando (1984), ada tiga kebutuhan utama klien terminal yaitu
pengendalian nyeri, pemulihan jati diri dan makna diri, dan cinta serta
afeksi.
Kehadiran perawat harus bisa memberikan ketenangan dan
menurunkan ansietas, perawat dapat mendukung harga diri klien
dengan menanyakan tentang pilihan perawatan yang diinginkan.
Perawat mendorong keluarga untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan klien dan keputusan bersama. Hal ini membantu
menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak mampu membuat
pilihan.
Setiap klien dan keluarga harus ditangani secara unik dengan
mengenali kebutuhan, rasa takut, cita-cita, dan kekhawatiran mereka
akan perubahan perjalanan penyakit. Klien terminal mungkin
mengkhawatirkan situasi dan dukacita dari orang yang ditinggalkan.
Selain membutuhkan bantuan dengan masalah yang berhubungan
dengan penyakit dan stress emosional yang ditimbulkan, klien juga
membutuhkan bantuan dalam masalah financial, perubahan hubungan
social dan seksual dan kesulitan dalam menghadapi rumah sakit.
Perawat bisa menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu untuk
mengatasi masalah praktis pada pasien terminal.
D. PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA
PASIEN TERMINAL
1. Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal
Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu
klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi
penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat
meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan
perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang
terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang
perawatan diperlukan.
Pokok – pokok dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam
perawatan pasien terminal terdiri dari :
a. Peningkatan Kenyamanan.
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan
peredaan distress psikobiologis. Perawat harus memberikan
bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi klien
sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena mengganggu
tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan
terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker. Pemberian
kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup pengendalian gejala
penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada
perawat dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya,
sehingga perawat bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi
keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada klien.
b. Pemeliharan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah
perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang
memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus
memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien.
Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan
aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana
seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan martabat klien.
Perawat tidak boleh memaksakan partisipasi klien terutama jika
ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi
sulit. Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk
membiarkan klien membuat keputusan.
c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon
secara efektif terhadap klien menjelang ajal. Untuk mencegah
kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk
meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus diberi
pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat
dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk harus
diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu.
Perawat memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu
bersama klien menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir hidupnya.
d. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari
sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, Klien sering
mencari ketenangan. Perawat dan keluarga dapat membantu klien
mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien menjelang ajal mungkin
mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum
menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan
baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain
kebutuhan spiritual ada juga harapn dan cinta, cinta dapat
diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh
simpati dari perawat dan keluarga.
Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien,
membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.
e. Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan
kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis,
peralatan yang digunakan pada klien harus diberikan penjelasan,
seperti alat Bantu nafas atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi
selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.
2. Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien terminal
Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien terminal
atau keluarganya, harus ditetapkan tujuan bersama. Hal ini menjadi
dasar untuk evaluasi tindakan perawatan. Bimbingan yang diberikan
harus berfokus pada peningkatan kenyamanan dan perbaikan sisa
kualitas hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan pada aspek
perbaikan fisik, psikologis, social dan spiritual.
E. PELAKSANAAN PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH
1. Batasan Perawatan Lanjut di Rumah
Penyakit terminal menempatan tuntutan yang besar pada sumber
social dan financial. Keluarga mungkin takut berkomunikasi dengan
klien, banyak hal sulit yang dialami keluarga untuk mengatasi kondisi
anggota keluarganya yang terminal. Hal ini mencakup lamanya periode
menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan bau yang
tidak menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan buruknya
hubungan dengan pemberi perawatan. Alternatif perawatan bisa
dilaksanakan di rumah, dikenal dengan Perawatan Hospice.
Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat pada
keluarga yang dirancang untuk membantu klien terminal dapat hidup
nyaman dan mempertahankan gaya hidup senormal mungkin sepanjang
proses menjelang ajal. Sebagian besar klien dalam program hospice
mempunyai waktu hidup 6 bulan atau kurang. Program ini dimulai di
Irlandia tahun 1879, yang kemudian di Inggris, amerika, dan Canada
pada tahun 1970-an.
Komponen Perawatan Hospice yaitu:
o Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat
jalan dibawah administrasi rumah sakit
o Control gejala (fisik,fisiologis, sosio-spiritual)
o Pelayanan yang diarahkan dokter.
o Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari
dokter, perwat, rohaniawan, pekerja sosial, dan konselor.
o Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu.
o Klien dan keluarga sebagai unit perawatan.
o Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah keamatian klien.
o Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari tim.
o Penerimaan kedalam program didasarkan pada kebutuhan
perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk membayar.
Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengotrol
gejala ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan keluarga
berpartisipasi dalam perawatan .perawatan klien dikoordinasikan
antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan untuk tetap
merawat klien dirumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi
perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan, tim
interdisiplin memberikan sumber psikologis dan fisik yang diperlukan
untuk mendukung keluarga.
2. Sistem Rujukan
Dalam pelayanan rujukan, rujukan pasien harus dibuat oleh
penanggung jawab perawatan. Diluar negeri Registered nurses (RN),
mempunyai kewenangan untuk merujuk pasien ke system pelayanan
yang lebih tinggi lagi. Dalam perawatan pasien di rumah, system
rujukan bisa dibuat, dimana perawatan klien oleh perawat home care
dibawah yurisdiksi Registered nurses (RN). RN membuat delegasi
tugas-tugas perawatan yang harus dilaksanakan oleh perawat
pelaksana yang telah mempunyai izin (lisenced) dari lembaga
berwenang.
Prinsip Delegasi/Rujukan :
o Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab langsung
untuk merawat klien
o Perawat pelaksana bertanggung jawab untuk merujuk pasien,
mengevaluasi asuhan yang diberikan, bimbingan dan konseling pasien
terminal
o Pemberian terapi intravena tergantung peraturan pemerintah
setempat, ada yang memberi kewenangan untuk melakukan terapi
intravena oleh pelaksana perawat, ada juga yang tidak.
o Lembaga berwenang (Rumah sakit, binas kesehatan) memberi kan
izin pada perawat pelaksana untuk merawat dan membuat rujukan
berdasarkan standar asuhan keperawatan.
3. Langkah Perawatan Lanjut di Rumah
Perawatan lanjut di rumah ditujukan untuk memberikan perawatan
fisik berupa perawatan kebersihan diri, perawatan kulit, ambulasi,
laithan dan mobilisasi, berpakaian, kemampuan eliminasi dan lainnya.
Perawatan harus memberikan kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
lingkungan yang tenang. Inti perawatan harus bisa memberikan
kenyamanan bagi klien, peningkatan kemandirian, Pencegahan
Kesepian dan Isolasi, peningkatan ketenagan spiritual.
F. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TERMINAL
1. Tujuan Dokumentasi Askep pada Pasien Terminal
Bentuk dokumentasi pasien terminal di tiap rumah sakit sangat
variatif. Modiifikasi yang dikembangkan berbeda-beda, namun secara
garis besar tujuan dokumentasi adalah :
a. memberi informasi perawatan seperti fakta, gambaran, hasil
observasi kesehatan klien ke tim kesehatan lainnya.
b. Menunjukan penampilan kerja perawat dalam merawat klien yang
lebih spesifik
c. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan
sebagai referensi kesehatan klien.
2. Prinsip Aspek Legal dan Etik
Pada prinsipnya semua catatan kesehatan klien adalah dokumen legal.
Dalam tinjauan legal-etik, bentuk perawatan yang diberikan tetapi
tidak dicatat sama saja dengan tidak memberikan perawatan. Oleh
karena itu penting untuk mencatat semua tindakan yang telah
diberikan. Yang legal adalah tindakan yang terdokumentasikan.
3. Teknik Pendokumentasian
Pendokumentasian atau Charting di tiap rumah sakit berbeda,
terdapat 3 teknik pendokumentasian, yaitu :
a. berorientasi pada sumber (Source Oriented), informasi kesehatan
pasien didokumentasikan berdasarkan sumber tim kesehatan yang
membuat. Contoh ada 3 dokumentasi terpisah yaitu catatan
kesehatan yang dibuat oleh dokter, perawat, atau fisioterapi.
Kekurangannya adalah untuk mengetahui gambaran lengkap/utuh dari
pasien, seseorang harus membaca secara terpisah tiap lembar
dokumentasi klien dari tiap sumber. Hal ini tentu akan menghabiskan
waktu, jenis dokumentasi biasanya dalam bentuk narasi.
b. Berorientasi pada Masalah (Problem –based Oriented),
pendokumentasian berdasarkan masalah yang ditemukan pada klien.
Semua masalah actual maupun potensial dibuat catatannya. Semua
tim kesehatan mendokumentasikan pada lembar yang sama.
Keuntungannya semua gambaran kesehatan klien dapat mudah dibaca.
c. Teknik komputerisasi (Computer Assisted Oriented), secara
konstan dari berbgai sumber bisa dilihat informasi terkini
perkembangan kesehatan klien. Data perkembangan kesehatan klien
dituangkan dalam format DAR (Data, Action, Responses).
4. Berpikir Kritis dalam pendokumentasian data
Dalam pendokumentasian perawat harus berpikir kritis, hal-hal apa
saja yang penting didokumentasikan untuk pasien terminal. Hal
penting yang harus dicatat adalah :
o Perawat harus memperhatikan gejala fisik klien yang
menyebabkan ketidaknyamanan
o Perawat harus mengenali tahapan menjelang ajal
o Perawat memberikan dukungan system / lingkungan bagi klien
menjelang ajal/terminal
o Perawat dapat peka dan mampu menganalisa hal yang membuat
pasien terminal merasa nyaman atau tidak nyaman
o Perawat melihat penerimaan keluarga dan interaksi dengan pasien
terminal
G. BUKU SUMBER
Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical
Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996.
Appleton&Lange, USA.
Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function.
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and
Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley
Potter, P (1998). Fundamental of Nursing. Philadelphia : Lippincott.
Atkinson, Leslie D. Fundamentals of Nursing. A Nursing Process
Approach.
Diposkan oleh lukmanulhakim di 01:22
Label: asuhan keperawatan_Nursing care
http://lukmanulhakim-amk.blogspot.com/2011/02/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-terminal.html
PENGERTIAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL
Kritis
Suatu keadaan penyakit kritis dimana memungkinkan sekali klien
meninggal.
Contoh : Gangguan kesadaran (coma meninggal)
Keadaan hamper meninggal/sakaratul maut
Ca.Stadium lanjut
Terminal
Keadaan penyakit terminal merupakan kondisi penyakit yang berat
dan tidak dapat disembuhkan lagi.
B. RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRITIS DAN
TERMINAL
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon
BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL ini akan meliputi respon
kehilangan.
1. Kehilangan Kesehatan
Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistis, aktifitasnya
terbatas.
2. Kehilangan Kemandirian
Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan,
ketergantungan.
3. Kehilangan Situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama
keluarga / kelompoknya.
4. Kehilangan Rasa Nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh
seperti : panas, nyeri, dll.
5. Kehilangan Fungsi Fisik
Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa.
6. Kehilangan Fungsi Mental
Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi
dan berfikir efisiek sehingga klien tidak dapat berfikir secara
rasional.
7. Kehilangan Konsep Diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup
bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak dapat berfikir secara
rasional (body image) peran serta identitasnya.
Hal ini akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri menjadi
rendah.
8. kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
C. PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL
1. DINAMIKA INDIVIDU
a. PROTES DAN PENGINGKARAN
Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada
kenyataan.
“mengapa kejadian ini menimpa saya?”
Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama
kondisi klien dalam keadaan stress tetapi Setelah keadaan ini berlalu
klien mulai masuk kedalam fase berikutnya.
b. DEPRESI CEMAS DAN MARAH
Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah
muncul
Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak
berdaya.
“bagaimana mengatasi masalah ini?”
Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung
ketergantungan, tidak dapat mengambil keputusan, tidak punya
harapan.
Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang
diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga dan petugas.
c. PELEPASAN DAN REINVESTASI
Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan
perasaan marahnya. Klien mulai mengumpulkan kekuatan yang dimiliki
untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress, apabila
penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini
klien mulai ada kerja sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang
hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri terhadap
realita.
2. DINAMIKA KELUARGA
Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran,
marah, cemas dan depresi.
3. DINAMIKA LINGKUNGAN
Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien
STIGMA SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial
perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam
melaksanakan fungsi sosial secara normal.
RESPON PERAWAT
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan
sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik pada saat
pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat
menghadirkan fakta.
ANALISA DIRI PERAWAT
Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat
dalam terapi.
Contoh :
Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami
kesulitan.
Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis.
Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda
dengan klien/keluarga.
D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT
KRITIS DAN TERMINAL
1. PENGKAJIAN
a. PENGKAJIAN TERHADAP KLIEN
Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi kehilangan dan
perubahan yang terjadi.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1) Respon emosi klien terahadap diagnosa
2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
3) Upaya klien dalam mengatasi situasi
4) Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan
5) Persepsi dan harapan klien
6) Kemampuan mengingat masa lalu.
b. PENGKAJIAN KELUARGA
Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit klien
dan sejauh mana pengaruhnya terhadap keluarga, kelebihan dan
kekurangan yang memerlukan dukungan dan intervensi.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1) Respon keluarga terhadap klien
2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya.
3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4) Kapasitas dan sistem pendukung yang ada.
5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional
6) Proses pengambilan keputusan
7) Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan
dan perubahan yang terjadi.
c. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
Sumberdaya yang ada.
Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan
kesempatan kerja.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan
kehilangan dan perubahan.
b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengekspresikan perasaan.
c. Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)
d. Gangguan body image berhubungan dengan dampak penyakit yang
dialami
e. Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan dengan
adanya hambatan dalam fungsi seksual.
3. PERENCANAAN
TUJUAN
a. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap
kenyataan.
b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas
c. Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan petugas
d. Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini.
e. Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual.
INTERVENSI TERHADAP KLIEN
a. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
cemas, marah, frustasi dan depresi.
b. Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif
c. Berikan informasi secara benar dan jujur
d. Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
e. Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang dialami
terhadap penyakitnya.
f. Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan.
INTERVENSI TERHADAP KELUARGA
a. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya.
b. Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas
c. Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan
d. Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian
kepada klien
e. Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien
f. Optimalkan sumber daya yang ada
g. Beri informasi tentang penyakit ynag jelas
h. Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses
penyembuhan
i. Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai
Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-
keperawatan-klien-penyakit.html#ixzz1xxEmAJC7
http://texbuk.bsplogot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-klien-
penyakit.html
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal
Pendahuluan
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap
mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap
insan. Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak
tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin
bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-
penyakit degeneratif seperti kanker dan stroke. Pasien dengan
penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan
perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat
akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan
umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian.
Sebagin besar kematian di rumah sakit adalah kematian akibat
penyakit kronis dan terjadi perlahan-lahan. Pada umumnya, dokter
dan perawat lebih mudah menghadapi kematian yang muncul secara
perlahan-lahan. Mereka tidak dipersiapkan dengan baik untuk
berhadapan dengan ancaman kematian. Ditengah keputusasaan, sering
kali terdengar ”Kami sudah melakukan segalanya yang bisa
dilakukan........”
Namun kini telah mulai disadari untuk pasien terminal pun profesi
medis masih dapat melakukan banyak hal. Jika upaya kuratif tidak
dimunginkan lagi, masih luas kesempatan untuk upaya paliatif. Pada
stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat
badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial
dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu
penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga
pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal
sebagai perawatan paliatif atau palliative care. Dalam perawatan
paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan
pada Pasien Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya
dalam keadaan seoptimal mungkin.
Konsep Kehilangan dan berduka
(sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya: Asuhan
Keperawatan pada pasien kehilangan dan berduka)
Arti Kematian
Kematian terjadi bila:
- Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah terhenti secara pasti
- Penghentian ireversibel setiap fungsi otak telah terbukti
Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan
denyut jantung terhenti.jantung seseorang telah terhenti.
Tanda-tanda Kematian
1. Dini:
• Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi
auskultasi)
• Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba
• Kulit pucat
• Tonus otot menghilang dan relaksasi
• Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca
kematian
• Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit
(hilang dengan penyiraman air)
2. Lanjut (Tanda pasti kematian)
• Lebam mayat (livor mortis)
• Kaku mayat (rigor mortis)
• Penuruna suhu tubuh (algor mortis)
• Pembusukan (dekomposisi)
• Adiposera (lilin mayat)
• Mumifikasi
Perawatan Setelah Kematian
• Menangani tubuh klien secepat mungkin untuk mencegah kerusakan
jaringan atau perubahan bentuk tubuh (setelah kematian tubuh akan
mengalami perubahan fisik)
• Beri kesempatan keluarga untuk melihat tubuh klien
• Luangkan waktu bersama keluarga untuk membantu mereka dala
melewati masa berduka
• Siapkan kondisi ruangan sebelum keluarga melihat mayat klien
• Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak
sealamiah dan senyaman mungkin
Dampak sakit Terminal
• Gangguan psikologis
• Gangguan somatis
• Gangguan seksual
• Gangguan sosial
• Gangguan dalam bidang pekerjaan
GEJALA DAN MASALAH YANG SERING DIJUMPAI PADA
BERBAGAI SISTEM ORGAN
Sistem Gastrointestinal
- Anorexia
- Konstipasi
- Mulut kering dan bau
- Kandidiasis dan sariawan mulut
Sistem Genitourinaria
- Inkontinensia urin
Sistem Integumen
- Kulit kering/pecah-pecah
- Dekubitus
Sistem Neurologis :
- Kejang
Perubahan Status Mental
- Kecemasan
- Halusinasi
- Depresi
Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal
a. Pengkajian
• Faktor Predisposisi
• Faktor Presipitasi (Kehilangan bio, psiko, sosial, spiritual)
• Perilaku
• Mekanisme Koping
b. Diagnosa Keperawatan
1. Dukacita adaptif b.d kehilangan kepemilikan pribadi
2. Dukacita maladaptif b.d penyakit Terminal kronis
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
psikologis (respon dukacita yang tertahan)
4. Perubahan proses keluarga b.d transisi/krisis situasi
5. Isolasi sosial b.d sumber pribadi tidak adequat
6. Gangguan pola tidur b.d stress karena respon berduka
7. Distress spiritual b.d perpisahan dari ikatan keagamaan dan
kultural
c. Intervensi
1. Akomodasi dukacita
2. Menerima realitas kehilangan
3. Mencapai kembali rasa harga-diri
4. Memperbarui aktivitas atau hubungan normal
5. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis, perkembangan dan spiritual
6. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan
7. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas seharí-hari
8. Mempertahankan harapan
9. Mencapai kenyamanan spiritual
10. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi
d. Implementasi
1. Komunikasi terapeutik
a. Denial
Pembantahan ini menyangkut penyakit atau pronologis yang fatal.
Pembantahan ini hanya diepaskan sedikit demi sedikit dalam suatu
relasi kepercayaan dan pasien untuk diberi waktu untuk itu.
b. Anger
Dalam fase ini pasien memberontak melawan suratan nasip ,melawan
Tuhan. Secara konkrit kemarahannya diarahkan kepada dokter,
perawat atau keluarga terdekat. Yang penting ialah dokter atau
perawat tidak menanggapi dengan mencap pasien sebagai pasien
rewel.
c. Bergaining
Pasien mencoba meloloskan diri dari nasibnya atau sekurang-
kurangnya menundanya. Dalam fase ini kita sering melihat pasien
mencari kesembuhan dangan konsutasi pada dokter lain atau ia
mencoba pengobatan alternatif
d. Depression
Jika akhir kehidupan harus diakui dengan tidak mungkin dihindarkan
lagi, pasien menjadi sedih dan depresi. Konselor berusaha mendobrak
kesedihan, terutama membuat pasien menyelesaikan hal-hal yang
masih harus diurus atau memperbaiki kesalahan dahulu. Dengan cara
ini pasien dapat meninggal dengan tenang dan damai.
e. Aceptence
Dalam fase ini konselor tidak boleh kecewa kalu fase terakhir tidak
tercapai. Konselor harus mendampingi pasien dan tidak memaksa cara
yang paling dianggap ideal
Orang yang paling dapat bertindak sebagai konseling kepada pasien
terminal adalah dokter. Selain itu perawat seringkali juga paling
dekat dengan pasien juga dapat memberikan konstribusi yang sangat
berharga.
Hal penting yang harus dimiliki konselor adalah empati, yang penting
pasien mendapat kepastian bahwa ia tidak ditinggalkan sendirian.
2. Pemeliharaan harga diri
3. Peningkatan kembalinya aktivitas kehidupan
4. Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya
http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-terminal_08.html

More Related Content

What's hot

Juknis HIV: Paliatif Care
Juknis HIV: Paliatif CareJuknis HIV: Paliatif Care
Juknis HIV: Paliatif CareIrene Susilo
 
Ppt%20paliativ
Ppt%20paliativPpt%20paliativ
Ppt%20paliativ
srisulistyo
 
Konsep pasien terminal
Konsep pasien terminalKonsep pasien terminal
Konsep pasien terminal
Valny Majid
 
Kb 2 perawatan paliatif pada pasien kanker
Kb 2 perawatan paliatif pada pasien kankerKb 2 perawatan paliatif pada pasien kanker
Kb 2 perawatan paliatif pada pasien kankerUwes Chaeruman
 
Referat bioetik kedokteran : Terapi Paliatif
Referat bioetik kedokteran : Terapi PaliatifReferat bioetik kedokteran : Terapi Paliatif
Referat bioetik kedokteran : Terapi Paliatif
Rizuki Chan
 
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)Uwes Chaeruman
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
CyberTekno
 
Perawatan paliatif pada ODHA
Perawatan paliatif pada ODHAPerawatan paliatif pada ODHA
Perawatan paliatif pada ODHA
ghearizqyoliviacarmanita
 
Kb 1 konsep perawatan paliatif
Kb 1 konsep perawatan paliatifKb 1 konsep perawatan paliatif
Kb 1 konsep perawatan paliatifUwes Chaeruman
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Agus Prayogi
 
PERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh PurwaningsihPERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
Dnr Creatives
 
Kb 3 perawatan paliatif pada anak dan pasien usia lanjut
Kb 3 perawatan paliatif pada anak dan pasien usia lanjutKb 3 perawatan paliatif pada anak dan pasien usia lanjut
Kb 3 perawatan paliatif pada anak dan pasien usia lanjutUwes Chaeruman
 
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-bukuAsuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-bukurasya_wirayudha
 
reza nopalia
reza nopaliareza nopalia
reza nopalia
Reza Nopalia
 
Ka7 nurulhartini-dinamikapasienterminal...
Ka7 nurulhartini-dinamikapasienterminal...Ka7 nurulhartini-dinamikapasienterminal...
Ka7 nurulhartini-dinamikapasienterminal...inkalee
 

What's hot (18)

Palliative Care
Palliative CarePalliative Care
Palliative Care
 
Juknis HIV: Paliatif Care
Juknis HIV: Paliatif CareJuknis HIV: Paliatif Care
Juknis HIV: Paliatif Care
 
Ppt%20paliativ
Ppt%20paliativPpt%20paliativ
Ppt%20paliativ
 
Konsep pasien terminal
Konsep pasien terminalKonsep pasien terminal
Konsep pasien terminal
 
Kb 2 perawatan paliatif pada pasien kanker
Kb 2 perawatan paliatif pada pasien kankerKb 2 perawatan paliatif pada pasien kanker
Kb 2 perawatan paliatif pada pasien kanker
 
Askep jiwa terminal
Askep jiwa terminalAskep jiwa terminal
Askep jiwa terminal
 
Referat bioetik kedokteran : Terapi Paliatif
Referat bioetik kedokteran : Terapi PaliatifReferat bioetik kedokteran : Terapi Paliatif
Referat bioetik kedokteran : Terapi Paliatif
 
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Perawatan paliatif pada ODHA
Perawatan paliatif pada ODHAPerawatan paliatif pada ODHA
Perawatan paliatif pada ODHA
 
Kb 1 konsep perawatan paliatif
Kb 1 konsep perawatan paliatifKb 1 konsep perawatan paliatif
Kb 1 konsep perawatan paliatif
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif
 
PERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh PurwaningsihPERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
 
Kb 3 perawatan paliatif pada anak dan pasien usia lanjut
Kb 3 perawatan paliatif pada anak dan pasien usia lanjutKb 3 perawatan paliatif pada anak dan pasien usia lanjut
Kb 3 perawatan paliatif pada anak dan pasien usia lanjut
 
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-bukuAsuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
Asuhan keperawatan-pada-pasien-hiv-menurut-jurnal-dan-buku
 
reza nopalia
reza nopaliareza nopalia
reza nopalia
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Ka7 nurulhartini-dinamikapasienterminal...
Ka7 nurulhartini-dinamikapasienterminal...Ka7 nurulhartini-dinamikapasienterminal...
Ka7 nurulhartini-dinamikapasienterminal...
 

Similar to Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Igd, terminal, ajal
Igd, terminal, ajalIgd, terminal, ajal
Igd, terminal, ajal
ramlinurhali
 
fdokumen.com_stadium-terminal.ppt
fdokumen.com_stadium-terminal.pptfdokumen.com_stadium-terminal.ppt
fdokumen.com_stadium-terminal.ppt
idhakurniasih2
 
Konsep perawatan anak dengan penyakit kronis Terminal.pdf
Konsep perawatan anak dengan penyakit kronis Terminal.pdfKonsep perawatan anak dengan penyakit kronis Terminal.pdf
Konsep perawatan anak dengan penyakit kronis Terminal.pdf
Toke17
 
Askep pyk Terminal & keganasan.pdf
Askep pyk Terminal & keganasan.pdfAskep pyk Terminal & keganasan.pdf
Askep pyk Terminal & keganasan.pdf
Vinsensius12
 
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
ramlinurhali
 
Tingkah Laku Sakit
Tingkah Laku SakitTingkah Laku Sakit
Tingkah Laku Sakit
pjj_kemenkes
 
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
Klien yang menghadapi kehilangan dan KematianKlien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
pjj_kemenkes
 
Ppt_ajal_2.pptx perawat askep terminal lengkap
Ppt_ajal_2.pptx perawat askep terminal lengkapPpt_ajal_2.pptx perawat askep terminal lengkap
Ppt_ajal_2.pptx perawat askep terminal lengkap
anamarlinamajalengka
 
Asuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienAsuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasien
Nelthy Almarbertin
 
Syndrome of Imminent Death.pdf
Syndrome of Imminent Death.pdfSyndrome of Imminent Death.pdf
Syndrome of Imminent Death.pdf
papahku123
 
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptxMemahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
papahku123
 
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptxMemahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
papahku123
 
end of life care for PATIENT.pptx
end of life care for PATIENT.pptxend of life care for PATIENT.pptx
end of life care for PATIENT.pptx
NurAnisahIdrisShaleh
 
pasien_terminal.pptx
pasien_terminal.pptxpasien_terminal.pptx
pasien_terminal.pptx
NurulHidayatiListyan
 
PPT PATOFISIOLOGI PENYAKIT TERMINAL.pptx
PPT PATOFISIOLOGI PENYAKIT TERMINAL.pptxPPT PATOFISIOLOGI PENYAKIT TERMINAL.pptx
PPT PATOFISIOLOGI PENYAKIT TERMINAL.pptx
fotocopy6
 

Similar to Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA (20)

Askep jiwa terminal AKPER PEMKAB MUNA
Askep jiwa terminal AKPER PEMKAB MUNA Askep jiwa terminal AKPER PEMKAB MUNA
Askep jiwa terminal AKPER PEMKAB MUNA
 
Igd, terminal, ajal
Igd, terminal, ajalIgd, terminal, ajal
Igd, terminal, ajal
 
fdokumen.com_stadium-terminal.ppt
fdokumen.com_stadium-terminal.pptfdokumen.com_stadium-terminal.ppt
fdokumen.com_stadium-terminal.ppt
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
 
Nining file AKPER PEMKAB MUNA
Nining file AKPER PEMKAB MUNA Nining file AKPER PEMKAB MUNA
Nining file AKPER PEMKAB MUNA
 
Nining file
Nining fileNining file
Nining file
 
Konsep perawatan anak dengan penyakit kronis Terminal.pdf
Konsep perawatan anak dengan penyakit kronis Terminal.pdfKonsep perawatan anak dengan penyakit kronis Terminal.pdf
Konsep perawatan anak dengan penyakit kronis Terminal.pdf
 
Askep pyk Terminal & keganasan.pdf
Askep pyk Terminal & keganasan.pdfAskep pyk Terminal & keganasan.pdf
Askep pyk Terminal & keganasan.pdf
 
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
 
Tingkah Laku Sakit
Tingkah Laku SakitTingkah Laku Sakit
Tingkah Laku Sakit
 
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
Klien yang menghadapi kehilangan dan KematianKlien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
 
Ppt_ajal_2.pptx perawat askep terminal lengkap
Ppt_ajal_2.pptx perawat askep terminal lengkapPpt_ajal_2.pptx perawat askep terminal lengkap
Ppt_ajal_2.pptx perawat askep terminal lengkap
 
Asuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienAsuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasien
 
Syndrome of Imminent Death.pdf
Syndrome of Imminent Death.pdfSyndrome of Imminent Death.pdf
Syndrome of Imminent Death.pdf
 
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptxMemahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
 
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptxMemahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
Memahami Akhir Hidup pada Penderita Kanker.pptx
 
end of life care for PATIENT.pptx
end of life care for PATIENT.pptxend of life care for PATIENT.pptx
end of life care for PATIENT.pptx
 
pasien_terminal.pptx
pasien_terminal.pptxpasien_terminal.pptx
pasien_terminal.pptx
 
PPT PATOFISIOLOGI PENYAKIT TERMINAL.pptx
PPT PATOFISIOLOGI PENYAKIT TERMINAL.pptxPPT PATOFISIOLOGI PENYAKIT TERMINAL.pptx
PPT PATOFISIOLOGI PENYAKIT TERMINAL.pptx
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 

Recently uploaded (20)

INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 

Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. Rabu, 27 April 2011 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut? Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan
  • 2. perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal. B. Tujuan 1. Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang mendekati kematian. 2. Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang
  • 3. ajal. 3. Mengkaji dan memaparkan diagnosa dari kebutuhan terminal. 4. Memberi intervensi serta mengevaluasi pada klien yang menjelang ajal. C. Rumusan Masalah 1. Latar belakang permasalahan terminal pada klien. 2. Konsep materi tentang kebutuhan terminal pada klien. 3. Diagnosa keperawatan pada pasien terminal. 4. Intervensi masalah. 5. Evaluasi masalah. BAB II
  • 4. PEMBAHASAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit- penyakit degeneratif seperti kanker dan stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian. Sebagin besar kematian di rumah sakit adalah kematian akibat penyakit kronis dan terjadi perlahan-lahan. Pada umumnya, dokter dan perawat lebih mudah menghadapi kematian yang muncul secara perlahan-lahan. Mereka tidak dipersiapkan dengan baik untuk berhadapan dengan ancaman kematian. Ditengah keputusasaan, sering kali terdengar ”Kami sudah melakukan segalanya yang bisa dilakukan........” Namun kini telah mulai disadari untuk pasien terminal pun profesi medis masih dapat melakukan banyak hal. Jika upaya kuratif tidak dimunginkan lagi, masih luas kesempatan untuk upaya paliatif. Pada
  • 5. stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care. Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin. B. Konsep Materi a) Pengertian 1. Keadaan Terminal Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. 2. Kematian Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan. b) Tahap-tahap Menjelang Ajal Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap
  • 6. menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu: 1. Menolak/Denial Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak. 2. Marah/Anger Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. 3. Menawar/bargaining Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya. 4. Kemurungan/Depresi Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal. 5. Menerima/Pasrah/Acceptance Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
  • 7. c) Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu: Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama. d) Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian Kehilangan Tonus Otot, ditandai: a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun. b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan. c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg. d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal. e. Gerakan tubuh yang terbatas. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai: a. Kemunduran dalam sensasi. b. Cyanosis pada daerah ekstermitas. c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan,
  • 8. telinga dan hidung. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital a. Nadi lambat dan lemah. b. Tekanan darah turun. c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur. Gangguan Sensoria. a. Penglihatan kabur. b. Gangguan penciuman dan perabaan. e) Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal 1) Pupil mata melebar. 2) Tidak mampu untuk bergerak. 3) Kehilangan reflek. 4) Nadi cepat dan kecil. 5) Pernafasan chyene-stoke dan ngorok. 6) Tekanan darah sangat rendah. 7) Mata dapat tertutup atau agak terbuka. f) Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu: a. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total. b. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
  • 9. c. Tidak ada reflek. d. Gambaran mendatar pada EKG. g) Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap Kematian. Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type: a. Closed Awareness/Tidak Mengerti Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan- pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dsbg. b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi. Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya. c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut. h) Bantuan yang dapat Diberikan
  • 10. Bantuan Emosional 1) Pada Fase Denial Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya. 2) Pada Fase Marah Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman. 3) Pada Fase Menawar Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal. 4) Pada Fase Depresi Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
  • 11. 5) Pada Fase Penerimaan Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis 1. Kebersihan Diri Kebersihan dilibatkan unjtuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan, dsbg. 2. Mengontrol Rasa Sakit Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular/Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun. 3. Membebaskan Jalan Nafas Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik
  • 12. adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen. 4. Bergerak Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun. 5. Nutrisi Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena/Invus. 6. Eliminasi Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
  • 13. 7. Perubahan Sensori Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik- bisik. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan: a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman- teman dekat, atau anggota keluarga lain. b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi. c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri. d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual • Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian. • Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam
  • 14. hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual. • Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya. C. Asuhan Keperawatan Tanda-tanda Kematian 1. Dini: • Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi auskultasi) • Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba. • Kulit pucat • Tonus otot menghilang dan relaksasi • Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian • Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan penyiraman air) 2. Lanjut (Tanda pasti kematian) • Lebam mayat (livor mortis) • Kaku mayat (rigor mortis) • Penurunan suhu tubuh (algor mortis) • Pembusukan (dekomposisi) • Adiposera (lilin mayat) • Mumifikasi Gejala dan masalah yang sering dijumpai pada berbagai sistem
  • 15. organ Sistem Gastrointestinal : Anorexia, konstipasi, mulut kering dan bau, kandidiasis dan sariawan mulut. Sistem Genitourinaria : Inkontinensia urin Sistem Integumen : Kulit kering/pecah-pecah, dekubitus Sistem Neurologis : Kejang Perubahan Status Mental : Kecemasan, halusinasi, depresi Pengkajian Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu : 1. Fase Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit. 2. Fase Akut : berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis. 3. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. 4. Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi. Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang
  • 16. dihadapi pada kondisi terminal antara lain : Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler. Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal. Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun. Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut. Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun. penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun. Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan
  • 17. secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan. Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering. Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi. Perubahan Sosial-Spiritual ; klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang- orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup Faktor-Faktor yang perlu dikaji 1. Faktor Fisik Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi,
  • 18. kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan- bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri. 2. Faktor Psikologis Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal. 3. Faktor Sosial Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
  • 19. 4. Faktor Spiritual Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat- saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam Pengkajian Pasien Terminal Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian/menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi. Diagnosa Keperawatan I. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan
  • 20. diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup. II. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain. III. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan ) IV. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian. Intervensi Diagnosa I 1. Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya : • Berikan kepastian dan kenyamanan. • Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empti, jangan menghindari pertanyaan. • Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobtannya. • Identifikasi dan dukung mekaniosme koping efektif Klien yang cemas mempunbyai penyempitan lapang persepsi denagn penurunan kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung untuk memperburuk
  • 21. masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik. 2. Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan denga memberikan informasi akurat. Klien dengan ansietas berat atauparah tidak menyerap pelajaran. 3. Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan- ketakutan mereka Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakn kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar. 4. Berika klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang. Diagnosa II 1. Berikan kesempatan pada klien da keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi dari kehilangan.jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhdap situasi tersebut.
  • 22. 2. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa lalu Stategi koping fositif membantu penerimaan dan pemecahan masalah. 3. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang terjadi. 4. Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima. 5. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidak nyamanan dan dukungan Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut : a. Membantu berdandan b. Mendukung fungsi kemandirian c. Memberikan obat nyeri saat diperlukandan d. meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka dan bonet 1982 ) Diagnosa III 1. Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati Kontak yang sering dan me ngkmuikasikan sikap perhatian dan peduli dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran. 2. Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan
  • 23. perasaan, ketakutan dan kekawatiran. Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan intervensi untuk mengatasinya. 3. Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU Informasi ini dapat membantu mengurangi ansietas yang berkaitan dengan ketidak takutan. 4. Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien. 5. Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawan Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan. 6. Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya Keluarga denagan masalah-masalh seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan untuk membantu mempertahankankan fungsi keluarga Diagnosa IV 1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesemptan pada klien untuk melakukannya Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada do,a atau praktek spiritual lainnya , praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan. 2. Ekspesikan pengertrian dan penerimaan anda tentang pentingnya
  • 24. keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya. 3. Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan perenungan. 4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo,a bersama klien lainnya atau membaca buku ke agamaan Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya. 5. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan ( kapel dan injil RS ) Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting ( Carson 1989 ) Evaluasi 1. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat. 2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan. 3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal. 4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya
  • 25. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal. Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup. Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
  • 26. menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. B. Saran 1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. 2. Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik. 3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien. 4. Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang perawatan diperlukan.
  • 27. DAFTAR PUSTAKA Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA. Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function. Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada- pasien-terminal_08.html http://kikiyogi.blogspot.com/2009/12/terminal-dan-menjelang- ajal.html http://keperawatanreligionmentariwardhani.wordpress.com/ Diposkan oleh veloiszt academy di 19:00 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook http://lisaselaluada.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan- pada-pasien-terminal.html
  • 28. Jumat, 25 Februari 2011 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL 1. Batasan Pasien Terminal Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/ mengancam hidup, antara lain :
  • 29. Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,Sirosis Hepatis, Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung dan HIpertensi Kondisi Keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas, Ca Liver, Leukemia Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus dll Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru-Paru atau jantung) ginjal dll. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu : Fase Prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko penyakit Fase Akut; berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi. Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain : Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan
  • 30. mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler. Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun. penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun. Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
  • 31. Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering. Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi. Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang- orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan
  • 32. perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup. 2. Cara Mengkaji Tingkat Kesadaran Kesadaran adalah status individu tentang keberadaan dirinya dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Strauss dan Glaser Tahun 1970, Tingkat Kesadaran dibagi 3 : Closed Awarness Mutual Pretense Open Awarness Teknik lain untuk mengkaji tingkat kesadaran adalah dengan metode GCS (Glasgow Coma Scale) . JENIS PEMERIKSAAN NILAI
  • 33. Respon motorik ( M ) • Ikut perintah • Melokalisir nyeri • Fleksi norma • Dekortasi • Deserebrasi • Tidak ada 6 5 4 3 2 1 Respon Verval ( V ) • Orientasi baik • Bicara kacau / bingung • Kata-kata tidak teratur • Suara tidak jelas • Tidak ada 5 4 3 2 1 Respon buka mata ( Eye Opening E ) • Spontan • Terhadap suara • Terhadap nyeri • Tidak ada 4 3 2 1 Skor GCS 14-15 : Compos Mentis/Alert/Sadar Penuh Skor GCS 11 – 13 : Somnolent Skor GCS 9 – 11 : Sopor Skor GCS 3-8 : Koma
  • 34. 3. Faktor-Faktor yang perlu dikaji a. Faktor Fisik Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan- bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri. b. Faktor Psikologis Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal. Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang menjelang ajal menunjukan lima tahapan, yaitu :
  • 35. Denial (menolak), pada tahap ini individu menyangkal dan bertindak seperti tidak terjadi sesuatu, dia mengingkari bahwa dirinya dalam kondisi terminal. Pernyataan seperti ‘ tidak mungkin, hal ini tidak akan terjadi pada saya, saya tidak akan mati karena kondisi ini’ umum dilontarkan klien. Anger (Marah) individu melawan kondisi terminalnya, dia dapat bertindak pada seseorang atau lingkungan di sekitarnya. Tindakan seperti tidak mau minum obat, menolak tindakan medis, tidak ingin makan, adalah respon yang mungkin ditunjukan klien dalam kondisi terminal. Bargaining (Tawar Menawar), individu berupaya membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kematian. Seperti “ Tuhan beri saya kesembuhan, jangan cabut nyawaku, saya akan berbuat baik dan mengikuti program pengobatan’. Depresion (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau kondisi semakin memburuk klien merasa terlalu sangat kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, klien banyak berdiam diri dan menyendiri. Aceptance(Penerimaan), reaksi fisiologis semakin memburuk, klien mulai menyerah dan pasrah pada keadaan atau putus asa. Peran perawat adalah mengamati perilaku pasien terminal, mengenali pengaruh kondisi terminal terhadap perilaku, dan memberikan dukungan yang empatik. c. Faktor Sosial
  • 36. Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien. d. Faktor Spiritual Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat- saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya. 4. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam Pengkajian Pasien Terminal Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian/menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan
  • 37. etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi. B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL 1. Jenis Diagnosa Keperawatan Perawat mengumpulkan data-data senjang untuk membuat diagnosa keperawatan klien pada kondisi terminal. Mengelompokan perubahan/ masalah fisik, psikologis, social, spiritual klien dan keluarganya kedalam kelompok actual atau potensial. Perawat harus mengidentifikasi batasan/karakteristik yang membentuk dasar untuk kelompok diagnosa yang actual atau potensial. 2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien terminal Klien menjelang ajal / kondisi terminal membutuhkan pertimbangan khusus ketika diagnosa keperawatn ditegakkan. Klien yang sakit
  • 38. terminal menyebabkan berbagai perubahan kondisi seperti perubahan citra tubuh, cacat fisik atau perubahan konsep diri. Sejalan dengan memburuknya kondisi klien perawat membuat diagnos yang relevan dengan kebutuhan dasar seperti perubahan rasa nyaman, perubahan eliminasi, pernafasan tidak efektif, perubahan sensoris dan sebagainya. Berbagai kondisi tersebut bisa dituangkan dalam bentuk diagnosa actual atu potensial. Karena sifat dan tingkat keparahan kondisi terminal, data pengkajian fisik harus dikumpulkan dengan sering dan dapat digunakan untuk memvalidasi diagnosa. Contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kondisi terminal antara lain : Nutrisi tidak terpenuhi berhubungan dengan intake/asupan tidak adekuat Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi Potensial terjadi kecelakaan fisik berhubungan dengan kelemahan Gangguan konsep diri berhubungan dengan ketidakmampuan pasien menerima keadaannya Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan klien mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kematian
  • 39. Depresi berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi kematian C. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL 1. Prinsip Rencana Keperawatan pada pasien terminal Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien. Tujuan merawat klien terminal adalah sebagai berikut : Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan fisik Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari Mempertahankan harapan Mencapai kenyamanan spiritual Menghindarkan / mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi Mempertahankan rasa aman, harkat , dan rasa berguna Membantu klien menerima kehilangan 2. Intervensi Keperawatan pada pasien terminal
  • 40. Menurut Rando (1984), ada tiga kebutuhan utama klien terminal yaitu pengendalian nyeri, pemulihan jati diri dan makna diri, dan cinta serta afeksi. Kehadiran perawat harus bisa memberikan ketenangan dan menurunkan ansietas, perawat dapat mendukung harga diri klien dengan menanyakan tentang pilihan perawatan yang diinginkan. Perawat mendorong keluarga untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan klien dan keputusan bersama. Hal ini membantu menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak mampu membuat pilihan. Setiap klien dan keluarga harus ditangani secara unik dengan mengenali kebutuhan, rasa takut, cita-cita, dan kekhawatiran mereka akan perubahan perjalanan penyakit. Klien terminal mungkin mengkhawatirkan situasi dan dukacita dari orang yang ditinggalkan. Selain membutuhkan bantuan dengan masalah yang berhubungan dengan penyakit dan stress emosional yang ditimbulkan, klien juga membutuhkan bantuan dalam masalah financial, perubahan hubungan social dan seksual dan kesulitan dalam menghadapi rumah sakit. Perawat bisa menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu untuk mengatasi masalah praktis pada pasien terminal. D. PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PASIEN TERMINAL
  • 41. 1. Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang perawatan diperlukan. Pokok – pokok dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam perawatan pasien terminal terdiri dari : a. Peningkatan Kenyamanan. Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distress psikobiologis. Perawat harus memberikan bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker. Pemberian kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada perawat dan keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan pada klien. b. Pemeliharan Kemandirian
  • 42. Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien. Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan martabat klien. Perawat tidak boleh memaksakan partisipasi klien terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit. Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk membiarkan klien membuat keputusan. c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon secara efektif terhadap klien menjelang ajal. Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk harus diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu. Perawat memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu bersama klien menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir hidupnya. d. Peningkatan Ketenangan Spiritual Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, Klien sering
  • 43. mencari ketenangan. Perawat dan keluarga dapat membantu klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapn dan cinta, cinta dapat diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati dari perawat dan keluarga. Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik. e. Dukungan untuk keluarga yang berduka Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada klien harus diberikan penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga. 2. Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien terminal Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien terminal atau keluarganya, harus ditetapkan tujuan bersama. Hal ini menjadi dasar untuk evaluasi tindakan perawatan. Bimbingan yang diberikan harus berfokus pada peningkatan kenyamanan dan perbaikan sisa
  • 44. kualitas hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan pada aspek perbaikan fisik, psikologis, social dan spiritual. E. PELAKSANAAN PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH 1. Batasan Perawatan Lanjut di Rumah Penyakit terminal menempatan tuntutan yang besar pada sumber social dan financial. Keluarga mungkin takut berkomunikasi dengan klien, banyak hal sulit yang dialami keluarga untuk mengatasi kondisi anggota keluarganya yang terminal. Hal ini mencakup lamanya periode menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan bau yang tidak menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan buruknya hubungan dengan pemberi perawatan. Alternatif perawatan bisa dilaksanakan di rumah, dikenal dengan Perawatan Hospice. Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien terminal dapat hidup nyaman dan mempertahankan gaya hidup senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar klien dalam program hospice mempunyai waktu hidup 6 bulan atau kurang. Program ini dimulai di Irlandia tahun 1879, yang kemudian di Inggris, amerika, dan Canada pada tahun 1970-an. Komponen Perawatan Hospice yaitu:
  • 45. o Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan dibawah administrasi rumah sakit o Control gejala (fisik,fisiologis, sosio-spiritual) o Pelayanan yang diarahkan dokter. o Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari dokter, perwat, rohaniawan, pekerja sosial, dan konselor. o Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu. o Klien dan keluarga sebagai unit perawatan. o Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah keamatian klien. o Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari tim. o Penerimaan kedalam program didasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk membayar. Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengotrol gejala ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan keluarga berpartisipasi dalam perawatan .perawatan klien dikoordinasikan antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan untuk tetap merawat klien dirumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan, tim interdisiplin memberikan sumber psikologis dan fisik yang diperlukan untuk mendukung keluarga. 2. Sistem Rujukan
  • 46. Dalam pelayanan rujukan, rujukan pasien harus dibuat oleh penanggung jawab perawatan. Diluar negeri Registered nurses (RN), mempunyai kewenangan untuk merujuk pasien ke system pelayanan yang lebih tinggi lagi. Dalam perawatan pasien di rumah, system rujukan bisa dibuat, dimana perawatan klien oleh perawat home care dibawah yurisdiksi Registered nurses (RN). RN membuat delegasi tugas-tugas perawatan yang harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana yang telah mempunyai izin (lisenced) dari lembaga berwenang. Prinsip Delegasi/Rujukan : o Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab langsung untuk merawat klien o Perawat pelaksana bertanggung jawab untuk merujuk pasien, mengevaluasi asuhan yang diberikan, bimbingan dan konseling pasien terminal o Pemberian terapi intravena tergantung peraturan pemerintah setempat, ada yang memberi kewenangan untuk melakukan terapi intravena oleh pelaksana perawat, ada juga yang tidak. o Lembaga berwenang (Rumah sakit, binas kesehatan) memberi kan izin pada perawat pelaksana untuk merawat dan membuat rujukan berdasarkan standar asuhan keperawatan. 3. Langkah Perawatan Lanjut di Rumah
  • 47. Perawatan lanjut di rumah ditujukan untuk memberikan perawatan fisik berupa perawatan kebersihan diri, perawatan kulit, ambulasi, laithan dan mobilisasi, berpakaian, kemampuan eliminasi dan lainnya. Perawatan harus memberikan kebersihan, keamanan, kenyamanan dan lingkungan yang tenang. Inti perawatan harus bisa memberikan kenyamanan bagi klien, peningkatan kemandirian, Pencegahan Kesepian dan Isolasi, peningkatan ketenagan spiritual. F. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL 1. Tujuan Dokumentasi Askep pada Pasien Terminal Bentuk dokumentasi pasien terminal di tiap rumah sakit sangat variatif. Modiifikasi yang dikembangkan berbeda-beda, namun secara garis besar tujuan dokumentasi adalah : a. memberi informasi perawatan seperti fakta, gambaran, hasil observasi kesehatan klien ke tim kesehatan lainnya. b. Menunjukan penampilan kerja perawat dalam merawat klien yang lebih spesifik c. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan sebagai referensi kesehatan klien. 2. Prinsip Aspek Legal dan Etik
  • 48. Pada prinsipnya semua catatan kesehatan klien adalah dokumen legal. Dalam tinjauan legal-etik, bentuk perawatan yang diberikan tetapi tidak dicatat sama saja dengan tidak memberikan perawatan. Oleh karena itu penting untuk mencatat semua tindakan yang telah diberikan. Yang legal adalah tindakan yang terdokumentasikan. 3. Teknik Pendokumentasian Pendokumentasian atau Charting di tiap rumah sakit berbeda, terdapat 3 teknik pendokumentasian, yaitu : a. berorientasi pada sumber (Source Oriented), informasi kesehatan pasien didokumentasikan berdasarkan sumber tim kesehatan yang membuat. Contoh ada 3 dokumentasi terpisah yaitu catatan kesehatan yang dibuat oleh dokter, perawat, atau fisioterapi. Kekurangannya adalah untuk mengetahui gambaran lengkap/utuh dari pasien, seseorang harus membaca secara terpisah tiap lembar dokumentasi klien dari tiap sumber. Hal ini tentu akan menghabiskan waktu, jenis dokumentasi biasanya dalam bentuk narasi. b. Berorientasi pada Masalah (Problem –based Oriented), pendokumentasian berdasarkan masalah yang ditemukan pada klien. Semua masalah actual maupun potensial dibuat catatannya. Semua tim kesehatan mendokumentasikan pada lembar yang sama. Keuntungannya semua gambaran kesehatan klien dapat mudah dibaca.
  • 49. c. Teknik komputerisasi (Computer Assisted Oriented), secara konstan dari berbgai sumber bisa dilihat informasi terkini perkembangan kesehatan klien. Data perkembangan kesehatan klien dituangkan dalam format DAR (Data, Action, Responses). 4. Berpikir Kritis dalam pendokumentasian data Dalam pendokumentasian perawat harus berpikir kritis, hal-hal apa saja yang penting didokumentasikan untuk pasien terminal. Hal penting yang harus dicatat adalah : o Perawat harus memperhatikan gejala fisik klien yang menyebabkan ketidaknyamanan o Perawat harus mengenali tahapan menjelang ajal o Perawat memberikan dukungan system / lingkungan bagi klien menjelang ajal/terminal o Perawat dapat peka dan mampu menganalisa hal yang membuat pasien terminal merasa nyaman atau tidak nyaman o Perawat melihat penerimaan keluarga dan interaksi dengan pasien terminal G. BUKU SUMBER
  • 50. Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA. Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function. Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley Potter, P (1998). Fundamental of Nursing. Philadelphia : Lippincott. Atkinson, Leslie D. Fundamentals of Nursing. A Nursing Process Approach. Diposkan oleh lukmanulhakim di 01:22 Label: asuhan keperawatan_Nursing care http://lukmanulhakim-amk.blogspot.com/2011/02/asuhan- keperawatan-pada-pasien-terminal.html
  • 51. PENGERTIAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL Kritis Suatu keadaan penyakit kritis dimana memungkinkan sekali klien meninggal. Contoh : Gangguan kesadaran (coma meninggal) Keadaan hamper meninggal/sakaratul maut Ca.Stadium lanjut Terminal Keadaan penyakit terminal merupakan kondisi penyakit yang berat dan tidak dapat disembuhkan lagi. B. RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL
  • 52. Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL ini akan meliputi respon kehilangan. 1. Kehilangan Kesehatan Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistis, aktifitasnya terbatas. 2. Kehilangan Kemandirian Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan. 3. Kehilangan Situasi Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga / kelompoknya. 4. Kehilangan Rasa Nyaman Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll. 5. Kehilangan Fungsi Fisik Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa. 6. Kehilangan Fungsi Mental Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisiek sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional. 7. Kehilangan Konsep Diri
  • 53. Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya. Hal ini akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri menjadi rendah. 8. kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga C. PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL 1. DINAMIKA INDIVIDU a. PROTES DAN PENGINGKARAN Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan. “mengapa kejadian ini menimpa saya?” Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya. b. DEPRESI CEMAS DAN MARAH Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya. “bagaimana mengatasi masalah ini?”
  • 54. Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil keputusan, tidak punya harapan. Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga dan petugas. c. PELEPASAN DAN REINVESTASI Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya. Klien mulai mengumpulkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress, apabila penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri terhadap realita. 2. DINAMIKA KELUARGA Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah, cemas dan depresi. 3. DINAMIKA LINGKUNGAN Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial secara normal. RESPON PERAWAT
  • 55. Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan fakta. ANALISA DIRI PERAWAT Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi. Contoh : Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan. Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis. Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga. D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL 1. PENGKAJIAN a. PENGKAJIAN TERHADAP KLIEN Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi kehilangan dan perubahan yang terjadi. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1) Respon emosi klien terahadap diagnosa 2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
  • 56. 3) Upaya klien dalam mengatasi situasi 4) Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan 5) Persepsi dan harapan klien 6) Kemampuan mengingat masa lalu. b. PENGKAJIAN KELUARGA Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit klien dan sejauh mana pengaruhnya terhadap keluarga, kelebihan dan kekurangan yang memerlukan dukungan dan intervensi. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1) Respon keluarga terhadap klien 2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya. 3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui 4) Kapasitas dan sistem pendukung yang ada. 5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional 6) Proses pengambilan keputusan 7) Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang terjadi. c. PENGKAJIAN LINGKUNGAN Sumberdaya yang ada. Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • 57. a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan perubahan. b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan. c. Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) d. Gangguan body image berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami e. Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan dengan adanya hambatan dalam fungsi seksual. 3. PERENCANAAN TUJUAN a. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan. b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas c. Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan petugas d. Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini. e. Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual. INTERVENSI TERHADAP KLIEN a. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi. b. Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif c. Berikan informasi secara benar dan jujur d. Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
  • 58. e. Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang dialami terhadap penyakitnya. f. Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan. INTERVENSI TERHADAP KELUARGA a. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya. b. Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas c. Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan d. Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien e. Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien f. Optimalkan sumber daya yang ada g. Beri informasi tentang penyakit ynag jelas h. Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses penyembuhan i. Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan- keperawatan-klien-penyakit.html#ixzz1xxEmAJC7 http://texbuk.bsplogot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-klien- penyakit.html Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal
  • 59. Pendahuluan Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit- penyakit degeneratif seperti kanker dan stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian. Sebagin besar kematian di rumah sakit adalah kematian akibat penyakit kronis dan terjadi perlahan-lahan. Pada umumnya, dokter dan perawat lebih mudah menghadapi kematian yang muncul secara perlahan-lahan. Mereka tidak dipersiapkan dengan baik untuk berhadapan dengan ancaman kematian. Ditengah keputusasaan, sering kali terdengar ”Kami sudah melakukan segalanya yang bisa dilakukan........” Namun kini telah mulai disadari untuk pasien terminal pun profesi medis masih dapat melakukan banyak hal. Jika upaya kuratif tidak dimunginkan lagi, masih luas kesempatan untuk upaya paliatif. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat
  • 60. badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care. Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin. Konsep Kehilangan dan berduka (sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya: Asuhan Keperawatan pada pasien kehilangan dan berduka) Arti Kematian Kematian terjadi bila: - Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah terhenti secara pasti - Penghentian ireversibel setiap fungsi otak telah terbukti Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung terhenti.jantung seseorang telah terhenti.
  • 61. Tanda-tanda Kematian 1. Dini: • Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi auskultasi) • Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba • Kulit pucat • Tonus otot menghilang dan relaksasi • Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian • Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan penyiraman air) 2. Lanjut (Tanda pasti kematian) • Lebam mayat (livor mortis) • Kaku mayat (rigor mortis) • Penuruna suhu tubuh (algor mortis) • Pembusukan (dekomposisi) • Adiposera (lilin mayat) • Mumifikasi Perawatan Setelah Kematian • Menangani tubuh klien secepat mungkin untuk mencegah kerusakan jaringan atau perubahan bentuk tubuh (setelah kematian tubuh akan mengalami perubahan fisik) • Beri kesempatan keluarga untuk melihat tubuh klien
  • 62. • Luangkan waktu bersama keluarga untuk membantu mereka dala melewati masa berduka • Siapkan kondisi ruangan sebelum keluarga melihat mayat klien • Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan senyaman mungkin Dampak sakit Terminal • Gangguan psikologis • Gangguan somatis • Gangguan seksual • Gangguan sosial • Gangguan dalam bidang pekerjaan GEJALA DAN MASALAH YANG SERING DIJUMPAI PADA BERBAGAI SISTEM ORGAN Sistem Gastrointestinal - Anorexia - Konstipasi - Mulut kering dan bau - Kandidiasis dan sariawan mulut Sistem Genitourinaria - Inkontinensia urin Sistem Integumen
  • 63. - Kulit kering/pecah-pecah - Dekubitus Sistem Neurologis : - Kejang Perubahan Status Mental - Kecemasan - Halusinasi - Depresi Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal a. Pengkajian • Faktor Predisposisi • Faktor Presipitasi (Kehilangan bio, psiko, sosial, spiritual) • Perilaku • Mekanisme Koping b. Diagnosa Keperawatan 1. Dukacita adaptif b.d kehilangan kepemilikan pribadi 2. Dukacita maladaptif b.d penyakit Terminal kronis 3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor psikologis (respon dukacita yang tertahan) 4. Perubahan proses keluarga b.d transisi/krisis situasi 5. Isolasi sosial b.d sumber pribadi tidak adequat 6. Gangguan pola tidur b.d stress karena respon berduka
  • 64. 7. Distress spiritual b.d perpisahan dari ikatan keagamaan dan kultural c. Intervensi 1. Akomodasi dukacita 2. Menerima realitas kehilangan 3. Mencapai kembali rasa harga-diri 4. Memperbarui aktivitas atau hubungan normal 5. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis, perkembangan dan spiritual 6. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan 7. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas seharí-hari 8. Mempertahankan harapan 9. Mencapai kenyamanan spiritual 10. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi d. Implementasi 1. Komunikasi terapeutik a. Denial Pembantahan ini menyangkut penyakit atau pronologis yang fatal. Pembantahan ini hanya diepaskan sedikit demi sedikit dalam suatu relasi kepercayaan dan pasien untuk diberi waktu untuk itu.
  • 65. b. Anger Dalam fase ini pasien memberontak melawan suratan nasip ,melawan Tuhan. Secara konkrit kemarahannya diarahkan kepada dokter, perawat atau keluarga terdekat. Yang penting ialah dokter atau perawat tidak menanggapi dengan mencap pasien sebagai pasien rewel. c. Bergaining Pasien mencoba meloloskan diri dari nasibnya atau sekurang- kurangnya menundanya. Dalam fase ini kita sering melihat pasien mencari kesembuhan dangan konsutasi pada dokter lain atau ia mencoba pengobatan alternatif d. Depression Jika akhir kehidupan harus diakui dengan tidak mungkin dihindarkan lagi, pasien menjadi sedih dan depresi. Konselor berusaha mendobrak kesedihan, terutama membuat pasien menyelesaikan hal-hal yang masih harus diurus atau memperbaiki kesalahan dahulu. Dengan cara ini pasien dapat meninggal dengan tenang dan damai. e. Aceptence Dalam fase ini konselor tidak boleh kecewa kalu fase terakhir tidak tercapai. Konselor harus mendampingi pasien dan tidak memaksa cara yang paling dianggap ideal Orang yang paling dapat bertindak sebagai konseling kepada pasien terminal adalah dokter. Selain itu perawat seringkali juga paling dekat dengan pasien juga dapat memberikan konstribusi yang sangat
  • 66. berharga. Hal penting yang harus dimiliki konselor adalah empati, yang penting pasien mendapat kepastian bahwa ia tidak ditinggalkan sendirian. 2. Pemeliharaan harga diri 3. Peningkatan kembalinya aktivitas kehidupan 4. Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada- pasien-terminal_08.html