Dokumen ini membahas tentang makna kegagalan. Meskipun rencana dan harapan tidak tercapai, hal itu belum tentu merupakan kegagalan. Ada hikmah di balik setiap peristiwa yang dialami. Kita harus berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberikan yang terbaik, bukan sesuai keinginan kita. Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhlukNya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin dan tawakal kepada Allah
1. Apakah Kegagalan itu?
Oleh: Iu Rusliana
REPUBLIKA.CO.ID, Kita pasti menginginkan agar cita-cita menjadi kenyataan. Hanya saja,
tidak semua harapan selalu terpenuhi. Kerap ada kekurangan dalam kehidupan, sebuah fakta
bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Ketika rencana dan harapan yang ditetapkan
tidak tercapai, apakah itu kegagalan? Dalam sudut pandang sebagai manusia yang memiliki
keinginan, mungkin ya. Sesal, kecewa, sedih, dan marah bercampur aduk.
Sadari dan tanamkan dalam hati dan pikiran, di balik sesuatu yang dinilai gagal itu
sesungguhnya ada hikmah. Bukankah yang terbaik selalu diminta kepada Allah Yang Maha
Rahman dan Rahim? Allah SWT selalu memberikan yang terbaik, bukan yang selalu
diinginkan. Hanya saja, manusia dengan hawa nafsunya tidak dapat membedakan apakah
yang dialaminya sebagai pelajaran, ujian, dan memberikan kebaikan.
Tugas kita sebagai manusia untuk menangkap hikmah di balik setiap yang dialami. Teruslah
berdoa meminta yang terbaik dalam kehidupan. Percayalah, doa akan selalu dikabulkan. Di
sinilah maksud dari firman-Nya dalam QS al-Mu'’min [40]: 60, "Berdoalah kepada-Ku maka
akan Aku menerima doa kalian."
Allah SWT pasti akan memenuhi doa, baik langsung atau tidak langsung dan memberikan
yang terbaik bagi makhluk-Nya, bukan karena keinginan makhluk-Nya. Karena keinginan
itu belum tentu sesuai dengan kadar, kemampuan, atau kondisi terbaik makhluk-Nya.
Inilah yang dimaksud takdir. Secara etimologis, takdir (taqdir) berasal dari kata qaddara.
Akar katan qaddara yang diartikan ukuran memberi kadar atau mengukur. Dengan demikian,
sebagai pencipta (khaliq), Allah Yang Mahakuasa telah menetapkan ukuran, batas tertentu
dalam ciptaan-Nya.
Dalam Alquran al-Karim ada banyak ayat yang berbicara tentang takdir, antara lain, dalam
QS al-Furqan [25]: 2, Yaasin [36]: 38-39, al-Shaffat [37]: 96, al-A’la [87]: 1-3, dan
seterusnya. Dalam QS al-A’la [87] : 1-3 disebutkan, "Sucikanlah nama Tuhanmu Yang
Mahatinggi; Yang menciptakan semua makhluk dan menyempurnakannya; Yang memberi
takdir kemudian mengarahkannya."
Keyakinan akan takdir bukan berarti membuat kita pasrah apalagi putus asa. Putus asa sangat
dibenci Allah SWT. Allah Yang Mahakuasa hanya menetapkan batas kemampuan dan ukuran
makhluknya saja. Berusaha keras sampai darah tinggal satu aliran, nafas satu helaan
merupakan wajib hukumnya.
Setelah seluruh daya upaya terbaik dilakukan, bertawakal dan memohonlah kepada Allah
SWTyang terbaik. Terimalah dengan senyum apa pun hasilnya, berusaha keraslah untuk
meraihnya kembali jika dianggap masih belum maksimal. Jangan-jangan karena strategi,
situasi dan kondisi yang belum pas.
Bukankah dalam banyak hal kita tidak tahu di mana batas kemampuan? Sedangkan,
kemampuan itu tumbuh seiring dengan bertambahnya pengalaman, ilmu, dan kapasitas diri.
Bila hari ini tidak mampu dilakukan, mungkin esok lusa bisa. Semuanya berproses, jadikan
2. semuanya proses pembelajaran.
Bersabar, pantang menyerah, dan tawakal atas semua proses yang dijalani. Inilah hidup maka
berbuatlah yang terbaik dan bermanfaat bagi diri, manusia, dan lingkungan sekitar. Yakinlah,
dengan berbagi dan bermanfaat bagi seluruh makhluk, Allah Yang Maharahman dan Rahim
memberi kita yang terbaik. Wallahu’alam