Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang anemia defisiensi besi, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, dan pemeriksaan penunjang.
2. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kekurangan besi untuk produksi sel darah merah.
3. Etiologi anemia defisiensi besi antara lain kehilangan besi akibat perdarahan dan fak
Pasien menderita anemia hipokrom mikrositer yang dapat disebabkan oleh defisiensi zat besi atau Thalassemia. Pasien juga terinfeksi oleh jamur Candida albicans. Anemia dapat menimbulkan gejala diantaranya seperti yang dialami oleh pasien yaitu lesu, lemah, letih, serta kurang gairah untuk beraktivitas.
Pasien menderita anemia hipokrom mikrositer yang dapat disebabkan oleh defisiensi zat besi atau Thalassemia. Pasien juga terinfeksi oleh jamur Candida albicans. Anemia dapat menimbulkan gejala diantaranya seperti yang dialami oleh pasien yaitu lesu, lemah, letih, serta kurang gairah untuk beraktivitas.
1. ii. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapakan atas Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayat-
nya akhirnya makalah medical science dengan judul anemia defisiensi besi dapat kami
susun dengan baik.
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau Hb kurang
dari normal. Kadar Hb normal umumnya berbeda antara laki-laki dan perempuan. Untuk
pria, anemia biasanya di definisikan sebagai kadar Hb kurang dari 13,5 gram/100 ml dan
pada wanita sebagai Hb kurang dari 12,0 gram/100 ml. Definisi ini mungkin sedikit
berbeda tergantung pada sumber dan referensi pada laboraturium yang digunakan.
Anemia kehamilan merupakan peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan
mengencerkan darah ( hemodilusi), yang dapat tercermin sebagai anemia. Makalah ini
sebagai salah satu pemenuhan tugas medical science.
Semoga makalah ini bermanfaat beagi semua pihak, saran dan kritik yang
membangun sangan kami harapkan. Terimakasih.
Yogyakarta 30 Mei 2013
Penulis
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Brunner & Suddarth, 2001)
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang
darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia, ditemukan
anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu
hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang dilakukan oleh IDAI di 11 propinsi
menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah anak yang mengalami defisiensi besi
tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi.
Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah dikemukakan oleh para
penulis. Berdasarkan penyelidikan data dari Dep.Kes anemia dalam kehamilan dapat
dibagi menjadi:
1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia megaloblastik
3. Anemia hipopalstik
4. Anemia hemolitik
Anemia yang langsung berhubungan dengan kehamilan adalah anemia defisiensi
besi, yang merupakan 95% dari anemia pada wanita hamil.
Dalam makalh ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi serta
asuhan keperawatannya.
3. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Defisiensi Besi ?
2. Apa Etiologi dari Defisiensi Besi ?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Defisiensi Besi ?
4. Apa saja manifestasi dari Defisiensi Besi ?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Defisiensi Besi ?
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Anemia Defisiensi Besi ”. Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada
rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta
proses keperawatan dan pengkajiannya.
4. BAB. II. ISI PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Anemia.
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berba pada laki –
laki dan perempuan. Pada pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 13,5 gr/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0
gr/100ml. Anemia merupakan salh satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar
sel darh merah ( eritrosit ) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang
membawa oksygen ke jaringan tubuh. Manemia dapat menyebabkan bebagai komplikasi,
termasuk kelelahan dan stress pada oprgan tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang
normal dan mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara ginjal, sum-sum
tulang,dan nutrisi dalam tubuh. Jika ginjal dan sumsum tulang tidak berfungsi , atau
tubuh kurang gizi, maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk
dipertahankan.
2.2 Pengertian anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)
yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia
defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di negara-
negara tropik dan negara ketiga, oleh karena itu sangat berkaitan erat dengan taraf asosial
ekonomi . Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan
dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup serius. Belum
ada data yang pasti mengenai prevalensi Anemia Defesiensi besi di Indonesia.
Martoatmojo et al memperkirakan anemia defisiensi besi pada laki-laki 16-50% dan 25-
84% pada perempuan tidak hamil. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oelh
rendahnya masukan besi, gangguan absorsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun:
1. Kehilangan besi sebagai akibat dari perdarahan menahun dapat berasal dari :
5. Saluran cerna : akibat dari tukak peptic, pemakaian salisilat atau NSAID,
kanker kolon, divertikulosis.hemoroid dan infeksi cacing tambang
Saluran genital perempuan : menorraghia atau metrohagia
Saluran kemih : hemturia
Saluran nafas : hemoptoe
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas
besi (bioavibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C,
dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningka pada prematuritas, masa pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : gastroktomi, tropical spure atau kolitis kronik.
Pada orang dewasa anemia difesiensi besi yang dijumpai di klinik hampir identik
dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang
sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki adalah
perdarahan gastrointestinal di negara tropik yang paling sering karena infeksi cacing
tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena
meno-metrorgia.
B. Patogenesis Anemia Defisiensi Besi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin
menurun. Jika cadangan besi menurun keadaan ini disebut iron depleted state atau
negative iron balance . Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum,
peningkatan absorbsi besi dalam usus. Serta pengecatan besi dalam sumsum tulang
negative. Apabila kekurangan besi terus berlanjut maka cadangan besi akan menjadi
kosong sama sekali. Peneydiaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga
menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi
keadaan ini disebut iron deficient erytropoiesis . Pada fase ini kelainan pertama yang
dapat dijumpai adalah peningkatan kadar free protophorphyn atau zinc protophoryn
dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun dan total iron binding capacity (TIBC)
meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang sangat spesifik ialah peningkatan reseptor
transferin dalam serum. Apabila jumlah besi menurun terus maka eritropoesis semakin
6. terganggusehingga kadar hemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul anemia
hipokromik mikrositik disebut iron defeciency anemia. Pada saat ini juga terjadi
kekurangan besi pada epitel serta beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada
kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.
C.ETIOLOGI
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari :
Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Saluran genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia.
Saluran kemih : hematuria
7. Saluran napas : hemoptoe.
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat,
rendah vitamin C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir identik
dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang
sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah
perdarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang.
Sementara itu, pada wanita paling sering karena menormetrorhagia.
D.EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita
ini adalah ADB da terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di
Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein,
vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak
balita sekitar 30 – 40%, pada anak sekolah 25 – 35% sedangkan hasil SKRT 1992
prevalensi ADB pada balita sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan
bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh
dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di
sekolah.3
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar, yaitu gejala khas anemia, gejala khas akibat anemia defisiensi besi, dan gejala
penyakit dasar.
8. 1. Gejala umum anemia
Hal yang biasanya dikeluhkan oleh pasien adalah gejala anemia pada umumnya
diantaranya badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunag-kunag serta telinga
mendenging keseluruh gejala tersebut disebut juga anemic syndrome.
2. Gejala khas anemia defesiensi besi
Pada anamnesis pasien mengelukan susah untuk menelan dan ada keinginan untuk
memakan bahan yang tidak lazim seperti tanah liat, es, lem atau disebut juga pica. Pada
pemeriksaan fisik bisa ditemukan atropi papil lidah ; permukaan lidah menjadi licin dan
mengkilap karena papil lidah menghilang. Stomatitis angularis ; adanmya keradangan
pada sudut mulut sehingga tampak bercak putih keputihan. Koiloncychia atau kuku
sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip
sendok. Dan pada pemeriksaan endoskopi bisa ditemukan atrofi mukosa gaster.
3. Gejala Penyakit Dasar
Pada anemia defisiensi besi gejala-gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab
anemia defisiensi besi tersebut. Misal ketika disebabkan oleh cacing tambang dapat
dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning
serperti jerami.
D. Diagnosis Banding
Anemia Akibat Penyakit Kronis, Anemia Sideroblastik dan Thalasemia
E. Pemeriksaan Penunjang
a) . Kadar Hemoglobin dan Indeks Eritrosit : didapatkan anemia hipokromik
mikrositier dengan penurunan hemoglobin mulai dari 7-8 g/dl.
b). Konsentrasi besi serum dan TIBC: kadar besi serum menurun dan TIBC
meningkat.
c) . Pengecatan Sumsum Tulang
d) . Pemeriksaan feses : untuk mencari penyebab bila kecurigaan pemeriksaan ke
aras infeksi cacing
e). Tes darah awal biasanya biasanya termasuk jumlah darah lengkap (CBC).
9. Hasil dapat menunjukkan:
1. Hemoglobin (hb)- mungkin normal pada awal pada awal penyakit tetapi semakin
lama akan berkurang dan memperburuk keadaan anemia.
2. Indeks sel darah merah – pada awalnya sel darah merah mungkin mempunyai
ukuran normal dan warna(normositik, normokromik )tetapi setelah anemia
berlangsung, sel darah merah menjadi lebih kecil (mikrositik) dan pucat (
hipokrom) dari biasanya.
F) Rata – rata ukuran sel darh merah (MCF) mungkin akan
menurun.
F. Diagnosis
Untuk menegakan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang
tepat. Terdapat tiga tahap dalam mendiagnosis anemia defisiensi besi . Tahap pertama
adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar hemoglobin atau
hematokrit. Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi sedangkan tahap
ketiga adalah menentukan penyebab dari anemia defisiensi besi yang terjadi.
Secara laboratoris untuk menegakan diagnosis anemia defisiensi besi
tahap satu dan tahap dua dapat dipakai kriteria diagnostik anemia defisiensi besi
(modifikasi dari kriteria Kerlin et al) sebagai berikut ;
1) Anemia hipokromik mikrositik pada hapusan darah tepi
2) Dua dari 3 parameter di bawah ini ;
Besi serum < 50 mg/dl
TIBC >350 mg/dl
Saturasi transferin < 15 % atau
3) Feritn serum < 20 mg/l, atau
4) Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (perl’s stain) menunjukan
cadangan besi (butir-butir hemosiderin ) negatif atau
5) Dengan pemberian sulfas ferous 3x200 mg /hari ( atau preparat besi yang setara)
selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin leboh dari 2 g/dl
Pada tahap ketiga ditentukan penyakit dasar yang menjadi penyebab defisiensi
besi. Usulan pemeriksaan berdasarkan kecurigaan dokter penyebab dari anemia
defisiensi besi yang ada pada pasien berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik.
10. G. Penatalaksanaan
1. Terapi Kausal : terapi terhadap penyebab perdarahan misalnya pengobatan
cacaing tambang, pengobatan hemoroid.
2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi
Sulfas ferosus 3x200 mg
3. Pengobatan lain
Diet : makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari protein
hewani
Vitamin C : dosis 3x100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi.
Transfusi PRC: sesuai indikasi
11. BAB. III.
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker
kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi
Saluran kemih hematuria
Saluran nafas hemoptoe
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau
kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah
vitamin C, dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat à seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis
3.2. SARAN
12. iii.Daftar Pustaka
1. Bakta I Made .2006.Ilmu Penyakti Dalam Jilid II Edisi IV.Balai Penerbit FKUI, Jakarta
:;634
2. Bakta I Made. 2008Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia.
3. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood.
Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25
4.