SlideShare a Scribd company logo
ii. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapakan atas Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayat-
nya akhirnya makalah medical science dengan judul anemia defisiensi besi dapat kami
susun dengan baik.
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau Hb kurang
dari normal. Kadar Hb normal umumnya berbeda antara laki-laki dan perempuan. Untuk
pria, anemia biasanya di definisikan sebagai kadar Hb kurang dari 13,5 gram/100 ml dan
pada wanita sebagai Hb kurang dari 12,0 gram/100 ml. Definisi ini mungkin sedikit
berbeda tergantung pada sumber dan referensi pada laboraturium yang digunakan.
Anemia kehamilan merupakan peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan
mengencerkan darah ( hemodilusi), yang dapat tercermin sebagai anemia. Makalah ini
sebagai salah satu pemenuhan tugas medical science.
Semoga makalah ini bermanfaat beagi semua pihak, saran dan kritik yang
membangun sangan kami harapkan. Terimakasih.
Yogyakarta 30 Mei 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Brunner & Suddarth, 2001)
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang
darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia, ditemukan
anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu
hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang dilakukan oleh IDAI di 11 propinsi
menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah anak yang mengalami defisiensi besi
tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi.
Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah dikemukakan oleh para
penulis. Berdasarkan penyelidikan data dari Dep.Kes anemia dalam kehamilan dapat
dibagi menjadi:
1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia megaloblastik
3. Anemia hipopalstik
4. Anemia hemolitik
Anemia yang langsung berhubungan dengan kehamilan adalah anemia defisiensi
besi, yang merupakan 95% dari anemia pada wanita hamil.
Dalam makalh ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi serta
asuhan keperawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Defisiensi Besi ?
2. Apa Etiologi dari Defisiensi Besi ?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Defisiensi Besi ?
4. Apa saja manifestasi dari Defisiensi Besi ?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Defisiensi Besi ?
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Anemia Defisiensi Besi ”. Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada
rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta
proses keperawatan dan pengkajiannya.
BAB. II. ISI PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Anemia.
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berba pada laki –
laki dan perempuan. Pada pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 13,5 gr/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0
gr/100ml. Anemia merupakan salh satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar
sel darh merah ( eritrosit ) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang
membawa oksygen ke jaringan tubuh. Manemia dapat menyebabkan bebagai komplikasi,
termasuk kelelahan dan stress pada oprgan tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang
normal dan mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara ginjal, sum-sum
tulang,dan nutrisi dalam tubuh. Jika ginjal dan sumsum tulang tidak berfungsi , atau
tubuh kurang gizi, maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk
dipertahankan.
2.2 Pengertian anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)
yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia
defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di negara-
negara tropik dan negara ketiga, oleh karena itu sangat berkaitan erat dengan taraf asosial
ekonomi . Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan
dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup serius. Belum
ada data yang pasti mengenai prevalensi Anemia Defesiensi besi di Indonesia.
Martoatmojo et al memperkirakan anemia defisiensi besi pada laki-laki 16-50% dan 25-
84% pada perempuan tidak hamil. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oelh
rendahnya masukan besi, gangguan absorsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun:
1. Kehilangan besi sebagai akibat dari perdarahan menahun dapat berasal dari :
Saluran cerna : akibat dari tukak peptic, pemakaian salisilat atau NSAID,
kanker kolon, divertikulosis.hemoroid dan infeksi cacing tambang
Saluran genital perempuan : menorraghia atau metrohagia
Saluran kemih : hemturia
Saluran nafas : hemoptoe
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas
besi (bioavibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C,
dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningka pada prematuritas, masa pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : gastroktomi, tropical spure atau kolitis kronik.
Pada orang dewasa anemia difesiensi besi yang dijumpai di klinik hampir identik
dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang
sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki adalah
perdarahan gastrointestinal di negara tropik yang paling sering karena infeksi cacing
tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena
meno-metrorgia.
B. Patogenesis Anemia Defisiensi Besi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin
menurun. Jika cadangan besi menurun keadaan ini disebut iron depleted state atau
negative iron balance . Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum,
peningkatan absorbsi besi dalam usus. Serta pengecatan besi dalam sumsum tulang
negative. Apabila kekurangan besi terus berlanjut maka cadangan besi akan menjadi
kosong sama sekali. Peneydiaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga
menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi
keadaan ini disebut iron deficient erytropoiesis . Pada fase ini kelainan pertama yang
dapat dijumpai adalah peningkatan kadar free protophorphyn atau zinc protophoryn
dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun dan total iron binding capacity (TIBC)
meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang sangat spesifik ialah peningkatan reseptor
transferin dalam serum. Apabila jumlah besi menurun terus maka eritropoesis semakin
terganggusehingga kadar hemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul anemia
hipokromik mikrositik disebut iron defeciency anemia. Pada saat ini juga terjadi
kekurangan besi pada epitel serta beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada
kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.
C.ETIOLOGI
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari :
Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Saluran genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia.
Saluran kemih : hematuria
Saluran napas : hemoptoe.
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat,
rendah vitamin C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir identik
dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang
sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah
perdarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang.
Sementara itu, pada wanita paling sering karena menormetrorhagia.
D.EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita
ini adalah ADB da terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di
Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein,
vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak
balita sekitar 30 – 40%, pada anak sekolah 25 – 35% sedangkan hasil SKRT 1992
prevalensi ADB pada balita sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan
bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh
dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di
sekolah.3
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar, yaitu gejala khas anemia, gejala khas akibat anemia defisiensi besi, dan gejala
penyakit dasar.
1. Gejala umum anemia
Hal yang biasanya dikeluhkan oleh pasien adalah gejala anemia pada umumnya
diantaranya badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunag-kunag serta telinga
mendenging keseluruh gejala tersebut disebut juga anemic syndrome.
2. Gejala khas anemia defesiensi besi
Pada anamnesis pasien mengelukan susah untuk menelan dan ada keinginan untuk
memakan bahan yang tidak lazim seperti tanah liat, es, lem atau disebut juga pica. Pada
pemeriksaan fisik bisa ditemukan atropi papil lidah ; permukaan lidah menjadi licin dan
mengkilap karena papil lidah menghilang. Stomatitis angularis ; adanmya keradangan
pada sudut mulut sehingga tampak bercak putih keputihan. Koiloncychia atau kuku
sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip
sendok. Dan pada pemeriksaan endoskopi bisa ditemukan atrofi mukosa gaster.
3. Gejala Penyakit Dasar
Pada anemia defisiensi besi gejala-gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab
anemia defisiensi besi tersebut. Misal ketika disebabkan oleh cacing tambang dapat
dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning
serperti jerami.
D. Diagnosis Banding
Anemia Akibat Penyakit Kronis, Anemia Sideroblastik dan Thalasemia
E. Pemeriksaan Penunjang
a) . Kadar Hemoglobin dan Indeks Eritrosit : didapatkan anemia hipokromik
mikrositier dengan penurunan hemoglobin mulai dari 7-8 g/dl.
b). Konsentrasi besi serum dan TIBC: kadar besi serum menurun dan TIBC
meningkat.
c) . Pengecatan Sumsum Tulang
d) . Pemeriksaan feses : untuk mencari penyebab bila kecurigaan pemeriksaan ke
aras infeksi cacing
e). Tes darah awal biasanya biasanya termasuk jumlah darah lengkap (CBC).
Hasil dapat menunjukkan:
1. Hemoglobin (hb)- mungkin normal pada awal pada awal penyakit tetapi semakin
lama akan berkurang dan memperburuk keadaan anemia.
2. Indeks sel darah merah – pada awalnya sel darah merah mungkin mempunyai
ukuran normal dan warna(normositik, normokromik )tetapi setelah anemia
berlangsung, sel darah merah menjadi lebih kecil (mikrositik) dan pucat (
hipokrom) dari biasanya.
F) Rata – rata ukuran sel darh merah (MCF) mungkin akan
menurun.
F. Diagnosis
Untuk menegakan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang
tepat. Terdapat tiga tahap dalam mendiagnosis anemia defisiensi besi . Tahap pertama
adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar hemoglobin atau
hematokrit. Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi sedangkan tahap
ketiga adalah menentukan penyebab dari anemia defisiensi besi yang terjadi.
Secara laboratoris untuk menegakan diagnosis anemia defisiensi besi
tahap satu dan tahap dua dapat dipakai kriteria diagnostik anemia defisiensi besi
(modifikasi dari kriteria Kerlin et al) sebagai berikut ;
1) Anemia hipokromik mikrositik pada hapusan darah tepi
2) Dua dari 3 parameter di bawah ini ;
 Besi serum < 50 mg/dl
 TIBC >350 mg/dl
 Saturasi transferin < 15 % atau
3) Feritn serum < 20 mg/l, atau
4) Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (perl’s stain) menunjukan
cadangan besi (butir-butir hemosiderin ) negatif atau
5) Dengan pemberian sulfas ferous 3x200 mg /hari ( atau preparat besi yang setara)
selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin leboh dari 2 g/dl
Pada tahap ketiga ditentukan penyakit dasar yang menjadi penyebab defisiensi
besi. Usulan pemeriksaan berdasarkan kecurigaan dokter penyebab dari anemia
defisiensi besi yang ada pada pasien berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Kausal : terapi terhadap penyebab perdarahan misalnya pengobatan
cacaing tambang, pengobatan hemoroid.
2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi
Sulfas ferosus 3x200 mg
3. Pengobatan lain
Diet : makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari protein
hewani
Vitamin C : dosis 3x100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi.
Transfusi PRC: sesuai indikasi
BAB. III.
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
 Saluran cerna  Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker
kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
 Saluran genetalia wanita  menoragi atau metroragi
 Saluran kemih  hematuria
 Saluran nafas  hemoptoe
2. Faktor nutrisi  akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau
kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah
vitamin C, dan rendah daging)
3. Kebutuhan besi meningkat à seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi  gastrekotomi, kolitis kronis
3.2. SARAN
iii.Daftar Pustaka
1. Bakta I Made .2006.Ilmu Penyakti Dalam Jilid II Edisi IV.Balai Penerbit FKUI, Jakarta
:;634
2. Bakta I Made. 2008Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia.
3. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood.
Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25
4.

More Related Content

What's hot

Anemia (1)
Anemia (1)Anemia (1)
Anemia (1)
nisaarifa
 
Obat Anti Anemia
Obat Anti AnemiaObat Anti Anemia
Obat Anti Anemia
dewisetiyana52
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
andalizah
 
Anemia Hipokrom Mikrositer
Anemia Hipokrom MikrositerAnemia Hipokrom Mikrositer
Anemia Hipokrom Mikrositer
Martin Renyut N
 
Anemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokromAnemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokromGabriella Jermia
 
Anemia pada rematri
Anemia pada rematriAnemia pada rematri
Anemia pada rematri
Health
 
4 2-7
4 2-74 2-7
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
Shela Rizky Tarinda
 
Askep anemia
Askep anemia Askep anemia
Askep anemia
materi-x2
 
Unida remaja putri berprestasi tanpa anemia
Unida remaja putri berprestasi tanpa anemiaUnida remaja putri berprestasi tanpa anemia
Unida remaja putri berprestasi tanpa anemia
محمد Basagili
 
Skenario Pucat
Skenario PucatSkenario Pucat
Skenario Pucat
Aulia Amani
 
Anemia power point
Anemia power point Anemia power point
Anemia power point
Warnet Raha
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
fikri asyura
 

What's hot (18)

Anemia (1)
Anemia (1)Anemia (1)
Anemia (1)
 
Makalah anemia
Makalah anemia Makalah anemia
Makalah anemia
 
Obat Anti Anemia
Obat Anti AnemiaObat Anti Anemia
Obat Anti Anemia
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
Anemia Hipokrom Mikrositer
Anemia Hipokrom MikrositerAnemia Hipokrom Mikrositer
Anemia Hipokrom Mikrositer
 
Pengertian anemia
Pengertian anemiaPengertian anemia
Pengertian anemia
 
66 56-2-pb
66 56-2-pb66 56-2-pb
66 56-2-pb
 
Anemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokromAnemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokrom
 
Ss15
Ss15Ss15
Ss15
 
Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamilAnemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil
 
Anemia pada rematri
Anemia pada rematriAnemia pada rematri
Anemia pada rematri
 
4 2-7
4 2-74 2-7
4 2-7
 
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
 
Askep anemia
Askep anemia Askep anemia
Askep anemia
 
Unida remaja putri berprestasi tanpa anemia
Unida remaja putri berprestasi tanpa anemiaUnida remaja putri berprestasi tanpa anemia
Unida remaja putri berprestasi tanpa anemia
 
Skenario Pucat
Skenario PucatSkenario Pucat
Skenario Pucat
 
Anemia power point
Anemia power point Anemia power point
Anemia power point
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 

Similar to Anemia defisiensi besi

Anemia gizi besi
Anemia gizi besiAnemia gizi besi
Anemia gizi besi
Andi Humaerah
 
Anemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besiAnemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besi
Sii AQyuu
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Septian Muna Barakati
 
Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi.pptx
Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi.pptxEpidemiologi Anemia Defisiensi Besi.pptx
Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi.pptx
6tp4rv5t9f
 
Makalah anemia dan usg kehamilan2
Makalah anemia dan usg kehamilan2Makalah anemia dan usg kehamilan2
Makalah anemia dan usg kehamilan2
Iska Nangin
 
4. anemia
4. anemia4. anemia
4. anemia
Igit1
 
JURNAL ANEMIA.docx
JURNAL ANEMIA.docxJURNAL ANEMIA.docx
JURNAL ANEMIA.docx
RuangAlamanda1
 
PPT DIGKM AGB KEL 7.pptx
PPT DIGKM AGB KEL 7.pptxPPT DIGKM AGB KEL 7.pptx
PPT DIGKM AGB KEL 7.pptx
FatmaAuliya1
 
Askep_Anemia.doc
Askep_Anemia.docAskep_Anemia.doc
Askep_Anemia.doc
heru687292
 
Mini pro sella
Mini pro sellaMini pro sella
Mini pro sella
SELLASEMBIRING
 
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakepHematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Pasek Sukayasa
 

Similar to Anemia defisiensi besi (20)

Anemia gizi besi
Anemia gizi besiAnemia gizi besi
Anemia gizi besi
 
Anemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besiAnemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besi
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
AGB.ppt
AGB.pptAGB.ppt
AGB.ppt
 
Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamilAnemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi.pptx
Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi.pptxEpidemiologi Anemia Defisiensi Besi.pptx
Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi.pptx
 
Askep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarumAskep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarum
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Makalah anemia dan usg kehamilan2
Makalah anemia dan usg kehamilan2Makalah anemia dan usg kehamilan2
Makalah anemia dan usg kehamilan2
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
4. anemia
4. anemia4. anemia
4. anemia
 
JURNAL ANEMIA.docx
JURNAL ANEMIA.docxJURNAL ANEMIA.docx
JURNAL ANEMIA.docx
 
PPT DIGKM AGB KEL 7.pptx
PPT DIGKM AGB KEL 7.pptxPPT DIGKM AGB KEL 7.pptx
PPT DIGKM AGB KEL 7.pptx
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Askep_Anemia.doc
Askep_Anemia.docAskep_Anemia.doc
Askep_Anemia.doc
 
Mini pro sella
Mini pro sellaMini pro sella
Mini pro sella
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakepHematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
 

More from Duik Agustini

4. pertumbuhan & perkembangan plasenta
4. pertumbuhan & perkembangan plasenta4. pertumbuhan & perkembangan plasenta
4. pertumbuhan & perkembangan plasentaDuik Agustini
 
farmakologi antibiotik dan anti jamur
farmakologi antibiotik dan anti jamurfarmakologi antibiotik dan anti jamur
farmakologi antibiotik dan anti jamurDuik Agustini
 
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifasformat dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifasDuik Agustini
 
liflet askeb gizi ibu hamil
liflet askeb gizi ibu hamilliflet askeb gizi ibu hamil
liflet askeb gizi ibu hamilDuik Agustini
 
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSISASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSISDuik Agustini
 

More from Duik Agustini (7)

4. pertumbuhan & perkembangan plasenta
4. pertumbuhan & perkembangan plasenta4. pertumbuhan & perkembangan plasenta
4. pertumbuhan & perkembangan plasenta
 
farmakologi antibiotik dan anti jamur
farmakologi antibiotik dan anti jamurfarmakologi antibiotik dan anti jamur
farmakologi antibiotik dan anti jamur
 
Tumor jinak ovarium
Tumor jinak ovariumTumor jinak ovarium
Tumor jinak ovarium
 
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifasformat dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
format dan asuhan kebidanan pada ibu nifas
 
Sistem hormon
Sistem hormon Sistem hormon
Sistem hormon
 
liflet askeb gizi ibu hamil
liflet askeb gizi ibu hamilliflet askeb gizi ibu hamil
liflet askeb gizi ibu hamil
 
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSISASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
 

Anemia defisiensi besi

  • 1. ii. KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapakan atas Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayat- nya akhirnya makalah medical science dengan judul anemia defisiensi besi dapat kami susun dengan baik. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau Hb kurang dari normal. Kadar Hb normal umumnya berbeda antara laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya di definisikan sebagai kadar Hb kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada wanita sebagai Hb kurang dari 12,0 gram/100 ml. Definisi ini mungkin sedikit berbeda tergantung pada sumber dan referensi pada laboraturium yang digunakan. Anemia kehamilan merupakan peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan mengencerkan darah ( hemodilusi), yang dapat tercermin sebagai anemia. Makalah ini sebagai salah satu pemenuhan tugas medical science. Semoga makalah ini bermanfaat beagi semua pihak, saran dan kritik yang membangun sangan kami harapkan. Terimakasih. Yogyakarta 30 Mei 2013 Penulis
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Brunner & Suddarth, 2001) Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak. Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia, ditemukan anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri, dan 50,9% ibu hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang dilakukan oleh IDAI di 11 propinsi menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah anak yang mengalami defisiensi besi tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi. Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah dikemukakan oleh para penulis. Berdasarkan penyelidikan data dari Dep.Kes anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi: 1. Anemia defisiensi besi 2. Anemia megaloblastik 3. Anemia hipopalstik 4. Anemia hemolitik Anemia yang langsung berhubungan dengan kehamilan adalah anemia defisiensi besi, yang merupakan 95% dari anemia pada wanita hamil. Dalam makalh ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi serta asuhan keperawatannya.
  • 3. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Apa Pengertian dari Defisiensi Besi ? 2. Apa Etiologi dari Defisiensi Besi ? 3. Bagaimanakah patofisiologis pada Defisiensi Besi ? 4. Apa saja manifestasi dari Defisiensi Besi ? 5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ? 6. Apa saja komplikasi nya ? 7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Defisiensi Besi ? 1.3 Tujuan Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Anemia Defisiensi Besi ”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
  • 4. BAB. II. ISI PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Anemia. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berba pada laki – laki dan perempuan. Pada pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gr/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gr/100ml. Anemia merupakan salh satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darh merah ( eritrosit ) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksygen ke jaringan tubuh. Manemia dapat menyebabkan bebagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada oprgan tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara ginjal, sum-sum tulang,dan nutrisi dalam tubuh. Jika ginjal dan sumsum tulang tidak berfungsi , atau tubuh kurang gizi, maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk dipertahankan. 2.2 Pengertian anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di negara- negara tropik dan negara ketiga, oleh karena itu sangat berkaitan erat dengan taraf asosial ekonomi . Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup serius. Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi Anemia Defesiensi besi di Indonesia. Martoatmojo et al memperkirakan anemia defisiensi besi pada laki-laki 16-50% dan 25- 84% pada perempuan tidak hamil. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oelh rendahnya masukan besi, gangguan absorsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun: 1. Kehilangan besi sebagai akibat dari perdarahan menahun dapat berasal dari :
  • 5. Saluran cerna : akibat dari tukak peptic, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker kolon, divertikulosis.hemoroid dan infeksi cacing tambang Saluran genital perempuan : menorraghia atau metrohagia Saluran kemih : hemturia Saluran nafas : hemoptoe 2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi (bioavibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging) 3. Kebutuhan besi meningka pada prematuritas, masa pertumbuhan dan kehamilan. 4. Gangguan absorpsi besi : gastroktomi, tropical spure atau kolitis kronik. Pada orang dewasa anemia difesiensi besi yang dijumpai di klinik hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki adalah perdarahan gastrointestinal di negara tropik yang paling sering karena infeksi cacing tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena meno-metrorgia. B. Patogenesis Anemia Defisiensi Besi Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin menurun. Jika cadangan besi menurun keadaan ini disebut iron depleted state atau negative iron balance . Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus. Serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negative. Apabila kekurangan besi terus berlanjut maka cadangan besi akan menjadi kosong sama sekali. Peneydiaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi keadaan ini disebut iron deficient erytropoiesis . Pada fase ini kelainan pertama yang dapat dijumpai adalah peningkatan kadar free protophorphyn atau zinc protophoryn dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun dan total iron binding capacity (TIBC) meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang sangat spesifik ialah peningkatan reseptor transferin dalam serum. Apabila jumlah besi menurun terus maka eritropoesis semakin
  • 6. terganggusehingga kadar hemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositik disebut iron defeciency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya. C.ETIOLOGI Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun. 1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari : Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang. Saluran genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia. Saluran kemih : hematuria
  • 7. Saluran napas : hemoptoe. 2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging). 3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan. 4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik. Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang. Sementara itu, pada wanita paling sering karena menormetrorhagia. D.EPIDEMIOLOGI Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini adalah ADB da terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30 – 40%, pada anak sekolah 25 – 35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.3 E. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu gejala khas anemia, gejala khas akibat anemia defisiensi besi, dan gejala penyakit dasar.
  • 8. 1. Gejala umum anemia Hal yang biasanya dikeluhkan oleh pasien adalah gejala anemia pada umumnya diantaranya badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunag-kunag serta telinga mendenging keseluruh gejala tersebut disebut juga anemic syndrome. 2. Gejala khas anemia defesiensi besi Pada anamnesis pasien mengelukan susah untuk menelan dan ada keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim seperti tanah liat, es, lem atau disebut juga pica. Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan atropi papil lidah ; permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang. Stomatitis angularis ; adanmya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak bercak putih keputihan. Koiloncychia atau kuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok. Dan pada pemeriksaan endoskopi bisa ditemukan atrofi mukosa gaster. 3. Gejala Penyakit Dasar Pada anemia defisiensi besi gejala-gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misal ketika disebabkan oleh cacing tambang dapat dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning serperti jerami. D. Diagnosis Banding Anemia Akibat Penyakit Kronis, Anemia Sideroblastik dan Thalasemia E. Pemeriksaan Penunjang a) . Kadar Hemoglobin dan Indeks Eritrosit : didapatkan anemia hipokromik mikrositier dengan penurunan hemoglobin mulai dari 7-8 g/dl. b). Konsentrasi besi serum dan TIBC: kadar besi serum menurun dan TIBC meningkat. c) . Pengecatan Sumsum Tulang d) . Pemeriksaan feses : untuk mencari penyebab bila kecurigaan pemeriksaan ke aras infeksi cacing e). Tes darah awal biasanya biasanya termasuk jumlah darah lengkap (CBC).
  • 9. Hasil dapat menunjukkan: 1. Hemoglobin (hb)- mungkin normal pada awal pada awal penyakit tetapi semakin lama akan berkurang dan memperburuk keadaan anemia. 2. Indeks sel darah merah – pada awalnya sel darah merah mungkin mempunyai ukuran normal dan warna(normositik, normokromik )tetapi setelah anemia berlangsung, sel darah merah menjadi lebih kecil (mikrositik) dan pucat ( hipokrom) dari biasanya. F) Rata – rata ukuran sel darh merah (MCF) mungkin akan menurun. F. Diagnosis Untuk menegakan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Terdapat tiga tahap dalam mendiagnosis anemia defisiensi besi . Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar hemoglobin atau hematokrit. Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi sedangkan tahap ketiga adalah menentukan penyebab dari anemia defisiensi besi yang terjadi. Secara laboratoris untuk menegakan diagnosis anemia defisiensi besi tahap satu dan tahap dua dapat dipakai kriteria diagnostik anemia defisiensi besi (modifikasi dari kriteria Kerlin et al) sebagai berikut ; 1) Anemia hipokromik mikrositik pada hapusan darah tepi 2) Dua dari 3 parameter di bawah ini ;  Besi serum < 50 mg/dl  TIBC >350 mg/dl  Saturasi transferin < 15 % atau 3) Feritn serum < 20 mg/l, atau 4) Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (perl’s stain) menunjukan cadangan besi (butir-butir hemosiderin ) negatif atau 5) Dengan pemberian sulfas ferous 3x200 mg /hari ( atau preparat besi yang setara) selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin leboh dari 2 g/dl Pada tahap ketiga ditentukan penyakit dasar yang menjadi penyebab defisiensi besi. Usulan pemeriksaan berdasarkan kecurigaan dokter penyebab dari anemia defisiensi besi yang ada pada pasien berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
  • 10. G. Penatalaksanaan 1. Terapi Kausal : terapi terhadap penyebab perdarahan misalnya pengobatan cacaing tambang, pengobatan hemoroid. 2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi Sulfas ferosus 3x200 mg 3. Pengobatan lain Diet : makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani Vitamin C : dosis 3x100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi. Transfusi PRC: sesuai indikasi
  • 11. BAB. III. PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun : 1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :  Saluran cerna  Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang  Saluran genetalia wanita  menoragi atau metroragi  Saluran kemih  hematuria  Saluran nafas  hemoptoe 2. Faktor nutrisi  akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging) 3. Kebutuhan besi meningkat à seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan 4. Gangguan absorpsi besi  gastrekotomi, kolitis kronis 3.2. SARAN
  • 12. iii.Daftar Pustaka 1. Bakta I Made .2006.Ilmu Penyakti Dalam Jilid II Edisi IV.Balai Penerbit FKUI, Jakarta :;634 2. Bakta I Made. 2008Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 3. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25 4.