2. Nama Anggota :
1. Gadis Shafa Adristi (A2A020040)
2. Devara Satria Kartika Y (A2A020041)
3. Ratna Kusuma Sari (A2A020042)
4. Salwa Dewi Afifah (A2A020043)
5. Yeni Alfi Hidayah (A2A020044)
6. Fatma Auliya Musdalifah (A2A020045)
3. Anemia adalah penyakit yang melemahkan tubuh kemungkinan
karena kekurangan sel darah merah atau hemoglobin dengan
pigmen yang membawa oksigen. Zat besi membuat sel darah
merah menjadi merah. Kekurangan ini dapat disebabkan oleh
sumsum tulang yang tidak cukup memproduksi sel darah merah
kekurangan zat besi dan zat pembentuk darah lainnya karena
penyakit seperti leukemia dan talasemia, kehilangan darah yang
berleihan atau infeksi.
Anemia
4. Anemia gizi besi merupakan keadaan dimana terjadi penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) yang ditunjukkan oleh penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit. Sebelum terjadi anemia gizi besi,
diawali terlebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan
besi dalam hati menurun tetapi belum parah, dan jumlah hemoglobin masih
normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi besi saja (tidak
disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin
parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai
cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel
darah yang baru
Anemia Gizi Besi (AGB)
5. Indikator AGB
Diagnosis anemia ditegakkan dengan melakukan pengukuran
kadar Hb dalam darah. Berdasarkan WHO, anemia didefinisikan
sebagai:
2Laki-laki > 15 tahun : Hb < 13.0 g/Dl
Wanita tidak hamil > 15 tahun : Hb < 12.0 g/dL
Wanita hamil : Hb < 11.0 g/dL
Anak 12 – 14 tahun : Hb < 12.0 g/dL
Anak 5 – 11 tahun : Hb < 11.5 g/dL
Anak 6 – 59 bulan : Hb < 11 g/dL
6. Penyebab AGB
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi
yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai
katalisator dalam sintesis hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C yang
mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan
vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah Anemia terjadi karena produksi
sel-sel darah merah tidak mencukupi, yang disebabkan oleh faktor konsumsi zat gizi,
khususnya zat besi. Pada daerah–daerah tertentu, anemia dapat dipengaruhi oleh investasi
cacing tambang. Cacing tambang yang menempel pada dinding usus dan memakan
makanan membuat zat gizi tidak dapat diserap dengan sempurna. Akibatnya, seseorang
menderita kurang gizi, khususnya zat besi
7. Faktor Risiko AGB
1. Pada wanita hamil, anemia gizi yang berat dapat memudahkan terkena infeksi, dapat
menyebabkan perdarahan post partum, dan berdampak pada bayi yang dilahirkan,
yaitu bayi lahir prematur atau dapat terjadi BBLR (bayi berat lahir rendah)
2. Anemis berat pada ibu menyusui dapat menyebabkan malnutrisi pada bayi yang
disusui, bila bayi tersebut tidak mendapat makanan tambahan yang mencukupi.
3. Memudahkan seseorang tersernag penyakit infeksi, baik lokal maupun umum
4. Menurunkan produktivitas kerja
5. Dalam sebuah penelitian yang menjadi faktor risiko AGB pada remaja perempuan
adalah usia dan status menstruasi
6. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia antara lain pendidikan,
jenis kelamin, wilayah, kebiasaan sarapan, status kesehatan, status proteinuria, dan
keadaan Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam kategori kurus (Permaesih dan Herman
2005).
8. Pencegahan AGB
1. Pada bayi dan anak, pencegahan dilakukan dengan memberikan ASI atau
susu formula yang sudah difortifikasi zat besi selama satu tahun pertama
Setelah satu tahun pertama, jangan memberikan susu lebih dari 700
mililiter per hari. Konsumsi susu yang berlebihan akan menggantikan
makanan lain yang kaya akan kandungan zat besi
2. Pada bayi di bawah satu tahun, pemberian susu sapi murni tidak
dianjurkan, karena susu sapi murni bukan sumber zat besi yang baik untuk
bayi
3. Pada wanita hamil, konsumsi suplemen penambah zat besi secara rutin.
4. Pada orang dewasa, lakukan pencegahan dengan menghindari makanan
dan minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi, serta dengan
mengonsumsi makanan dan minuman kaya vitamin C untuk membantu
penyerapan zat besi.
9. Penanggulangan AGB
1. Meningkatkan asupan makanan yang kaya zat besi. Ex: hati ayam, daging
merah, bayam, dll.
2. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C untuk
membantu penyerapan zat besi.
3. Mengkonsumsi suplemen zat besi dalam bentuk tablet secara rutin (2-3
kali sehari.
4. Tranfusi sel darah merah (RBC) pada anemia defisiendi berat
5. Hindari makanan, minuman, dan obat-obatan yang berpotensi
menghambat penyerapan zat besi.
6. Mengobati talasemia dengan mengontrol tingkat hemoglobin dalam darah
untuk menjaga anemia tidak bertambah berat.