SlideShare a Scribd company logo
BAB I

                            PENDAHULUAN



      Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting

perananya dalam makhluk hidup. Fungsi dari protein itu sendiri secara

garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu sebagai

bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat

molekular. Apabila tulang dan kitin adalah beton, maka protein

struktural adalah dinding batu-batanya. Beberapa protein struktural,

fibrous protein, berfungsi sebagai pelindung, sebagai contoh  dan -

keratin yang terdapat pada kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan protein

struktural lain ada juga yang berfungsi sebagai perekat, seperti

kolagen.

      Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural

karena seperti halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang

dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-lain. Selain itu protein

juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam

sistem makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu

metabolisme yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu

organisma. Suatu sistem metabolisme akan terganggu apabila

biokatalis yang berperan di dalamnya mengalami kerusakan (Hertadi,

2008. rhertadi@biotitech.ac.jp)
BAB II

                          TINJAUAN PUSTAKA



A. Protein

   1.1. Definisi dan Ciri-ciri

         Istilah protein diperkenalkan pada tahun 1830-an oleh pakar

   kimia Belanda bernama Mulder, yang merupakan salah satu dari

   orang-orang pertama yang mempelajari kimia dalam protein secara

   sistematik. Ia secara tepat menyimpulkan peranan inti dari protein

   dalam sistem hidup dengan menurunkan nama dari bahasa Yunani

   proteios, yang berarti “bertingkat pertama”. Protein merupakan

   makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari sel.

   Protein menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari

   sistem komunikasi antar sel serta sebagai katalis berbagai reaksi

   biokimia di dalam sel. Karena itulah sebagian besar aktivitas penelitian

   biokimia tertuju pada protein khususnya hormon, antibodi dan enzim.

         Semua jenis protein terdiri dari rangkaian dan kombinasi dari 20

   asam amino. Setiap jenis protein mempunyai jumlah dan urutan asam

   amino yang khas. Di dalam sel, protein terdapat baik pada membran

   plasma maupun membran internal yang menyusun organel sel seperti

   mitokondria, retikulum endoplasma, nukleus dan badan golgi dengan

   fungsi yang berbeda-beda tergantung pada tempatnya. Protein-protein

   yang terlibat dalam reaksi biokimia sebagian besar berupa enzim
banyak terdapat di dalam sitoplasma dan sebagian terdapat pada

kompartemen      dari        organel   sel.   Protein   merupakan        kelompok

biomakromolekul yang sangat heterogen. Ketika berada di luar

makhluk hidup atau sel, protein sangat tidak stabil.

      Protein merupakan komponen utama bagi semua benda hidup

termasuk mikroorganisme, hewan dan tumbuhan. Protein merupakan

rantaian gabungan 22 jenis asam amino. Protein ini memainkan

berbagai peranan dalam benda hidup dan bertanggungjawab untuk

fungsi   dan     ciri-ciri     benda     hidup    (Anonim.     2008.      Protein.

(http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 12 Oktober 2008).

      Keistimewaan lain dari protein ini adalah strukturnya yang

mengandung N (15,30-18%), C (52,40%), H (6,90-7,30%), O (21-

23,50%), S (0,8-2%), disamping C, H, O (seperti juga karbohidrat dan

lemak), dan S kadang-kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa

kompleks dengan protein). Dengan demikian maka salah satu cara

terpenting yang cukup spesifik untuk menentukan jumlah protein

secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan N yang ada

dalam bahan makanan atau bahan lain (Sudarmaji, S, dkk. 1989.

Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta).

      Ciri-ciri Protein

      Protein    diperkenalkan         sebagai     molekul     makro      pemberi

keterangan,     karena       urutan    asam    amino    dari   protein    tertentu

mencerminkan keterangan genetik yang terkandung dalam urutan
basa dari bagian yang bersangkutan dalam DNA yang mengarahkan

biosintesis protein. Tiap jenis protein ditandai ciri-cirinya oleh:

1. Susunan kimia yang khas

   Setiap protein individual merupakan senyawa murni

2. Bobot molekular yang khas

   Semua molekul dalam suatu contoh tertentu dari protein murni

   mempunyai bobot molekular yang sama. Karena molekulnya yang

   besar maka protein mudah sekali mengalami perubahan fisik

   ataupun aktivitas biologisnya.

3. Urutan asam amino yang khas

   Urutan asam amino dari protein tertentu adalah terinci secara

   genetik. Akan tetapi, perubahan-perubahan kecil dalam urutan

   asam amino dari protein tertentu (Page, D.S. 1997)



1.2. Fungsi dan Peranan Protein

      Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses

biologi. Peran-peran tersebut antara lain:

1. Katalisis enzimatik

   Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis oleh

   enzim dan hampir semua enzim adalah protein.
2. Transportasi dan penyimpanan

   Berbagai molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik.

   Misalnya transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin

   dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin.

3. Koordinasi gerak

   Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein.

   Contoh lainnya adalah pergerakan kromosom saat proses mitosis

   dan pergerakan sperma oleh flagela.

4. Penunjang mekanis

   Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang

   merupakan protein fibrosa.

5. Proteksi imun

   Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat

   mengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus,

   bakteri dan sel dari organisma lain.

6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf

   Respon sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh oleh

   protein reseptor. Misalnya rodopsin adalah protein yang sensitif

   terhadap cahaya ditemukan pada sel batang retina. Contoh lainnya

   adalah protein reseptor pada sinapsis.

7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi

   Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur

   oleh protein faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan
saraf mengendalikan pertumbuhan jaringan saraf. Selain itu,

   banyak hormon merupakan protein (Santoso, H. 2008)



1.3. Jenis-jenis Protein

     a. Kolagen, protein struktur yang diperlukan untuk membentuk

         kulit, tulang dan ikatan tisu.

     b Antibodi, protein sistem pertahanan yang melindungi badan

         daripada serangan penyakit.

     c   Dismutase superoxide, protein yang membersihkan darah

         kita.

     d Ovulbumin, protein simpanan yang memelihara badan.

     e Hemoglobin, protein yang berfungsi sebagai pembawa

         oksigen

     f   Toksin, protein racun yang digunakan untuk membunuh

         kuman.

     g Insulin, protein hormon yang mengawal aras glukosa dalam

         darah.

     h Tripsin, protein yang mencernakan makanan protein.



1.4. Sumber Protein

     Protein lengkap yang mengandung semua jenis asam amino

esensial, ditemukan dalam daging, ikan, unggas, keju, telur, susu,
produk sejenis Quark, tumbuhan berbiji, suku polong-polongan, dan

kentang.

      Protein tidak lengkap ditemukan dalam sayuran, padi-padian,

dan polong-polongan.

      Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit

Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

      Studi dari Biokimiawan USA Thomas Osborne Lafayete Mendel,

Profesor untuk biokimia di Yale, 1914, mengujicobakan protein

konsumsi dari daging dan tumbuhan kepada kelinci. Satu grup kelinci-

kelinci tersebut diberikan makanan protein hewani, sedangkan grup

yang lain diberikan protein nabati. Dari eksperimennya didapati bahwa

kelinci yang memperoleh protein hewani lebih cepat bertambah

beratnya dari kelinci yang memperoleh protein nabati. Kemudian studi

selanjutnya, oleh McCay dari Universitas Berkeley menunjukkan

bahwa kelinci yang memperoleh protein nabati, lebih sehat dan hidup

dua kali lebih lama (Anonim. 2008. Protein. (http://www.wikipedia.com)

diakses tanggal 12 Oktober 2008).

      Kualitas   protein   didasarkan   pada   kemampuannya     untuk

menyediakan nitrogen dan asam amino bagi pertumbuhan, pertahanan

dan memperbaiki jaringan tubuh. Secara umum kualitas protein

tergantung pada dua karakteristik berikut:

1. Digestibilitas protein (untuk dapat digunakan oleh tubuh, asam

   amino harus dilepaskan dari komponen lain makanan dan dibuat
agar dapat diabsorpsi. Jika komponen yang tidak dapat dicerna

   mencegah proses ini asam amino yang penting hilang bersama

   feses).

2. Komposisi asam amino seluruh asam amino yang digunakan dalam

   sintesis protein tubuh harus tersedia pada saat yang sama agar

   jaringan yang baru dapat terbentuk.dengan demikian makanan

   harus menyediakan setiap asam amino dalam jumlah yang

   mencukupi untuk membentuk as.amino lain yang dibutuhkan.

       Faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein:

a. Perkembang jaringan

   Periode dimana perkembangn terjadi dengan cepat seperti pada

   masa janin dan kehamilan membutuhkan lebih banyak protein.

b. Kualitas protein

   Kebutuhan protein dipengaruhi oleh kualitas protein makanan pola

   as.aminonya. Tidak ada rekomendasi khusus untuk orang-orang

   yang mengonsumsi protein hewani bersama protein nabati. Bagi

   mereka yang tidak mengonsumsi protein hewani dianjurkan untuk

   memperbanyak konsumsi pangan nabatinya untuk kebutuhan asam

   amino.

c. Digestibilitas protein

   Ketersediaan as.amino dipengaruhi oleh persiapan makanan.

   Panas menyebabkan ikatan kimia antara gula dan as.amino yang

   membentuk ikatan yang tidak dapat dicerna. Digestibitas dan
absorpsi dipengaruhi oleh jarak antara waktu makan, dengan

        interval yang lebih panjang akan menurunkan persaingan dari

        enzim yang tersedia dan tempat absorpsi.

    d. Kandungan energi dari makanan

        Jumlah yang mencukupi dari karbohidrat harus tersedia untuk

        mencukupi kebutuhan energi sehingga protein dapat digunakan

        hanya untuk pembagunan jaringn. Karbohidrat juga mendukung

        sintesis protein dengan merangsang pelepasan insulin.

    e. Status kesehatan

        Dapat meningkatkan kebutuhan energi karena meningkatnya

        katabolisme. Setelah trauma atau operasi asam amino dibutuhkan

        untuk pembentukan jaringan, penyembuhan luka dan produksi

        faktor imunitas untuk melawan infeksi (Anonim. 2007).



B. Penggolongan Protein

        Protein adalah molekul yang sangat vital untuk organisme dan

terdapat di semua sel. Protein merupakan polimer yang disusun oleh 20

macam asam amino standar. Rantai asam amino dihubungkan dengan

ikatan kovalen yang spesifik. Struktur & fungsi ditentukan oleh kombinasi,

jumlah dan urutan asam amino sedangkan sifat fisik dan kimiawi

dipengaruhi oleh asam amino penyusunnya.

        Penggolongan protein dibedakan menjadi beberapa macam, antara

lain:
1. Berdasarkan struktur molekulnya

   Struktur protein terdiri dari empat macam :

   1. Struktur primer (struktur utama)

      Struktur ini terdiri dari asam-asam amino yang dihubungkan satu

   sama lain secara kovalen melalui ikatan peptida.




   2. Struktur sekunder

      Protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai

   samping asam amino. Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi

   oleh ikatan hidrogen antar rantai samping yang membentuk pola

   tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya. Ada dua jenis

   struktur sekunder, yaitu: -heliks dan -sheet.
3. Struktur Tersier

   Terbentuk karena adanya pelipatan membentuk struktur yang

kompleks. Pelipatan distabilkan oleh ikatan hidrogen, ikatan disulfida,

interaksi ionik, ikatan hidrofobik, ikatan hidrofilik.




4. Struktur Kuartener

   Terbentuk dari beberapa bentuk tersier, dengan kata lain multi sub

unit. Interaksi intermolekul antar sub unit protein ini membentuk

struktur keempat/kuartener
2. Berdasarkan Bentuk dan Sifat Fisik

   1. Protein globular

      Terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat

      rapat) membentuk bulat padat. Misalnya enzim, albumin, globulin,

      protamin. Protein ini larut dalam air, asam, basa, dan etanol.


   2. Protein serabut (fibrous protein)

      Terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang

      tersusun memanjang, dan memberikan peran struktural atau

      pelindung. Misalnya fibroin pada sutera dan keratin pada rambut

      dan bulu domba. Protein ini tidak larut dalam air, asam, basa,

      maupun etanol.

3. Berdasarkan Fungsi Biologi

   Pembagian protein didasarkan pada fungsinya di dalam tubuh, antara

   lain:

   1. Enzim (ribonukease, tripsin)

   2. Protein transport (hemoglobin, mioglobin, serum, albumin)

   3. Protein nutrien dan penyimpan (gliadin/gandum, ovalbumin/telur,

      kasein/susu, feritin/jaringan hewan)

   4. Protein kontraktil (aktin dan tubulin)

   5. Protein Struktural (kolagen, keratin, fibrion)

   6. Protein Pertahanan (antibodi, fibrinogen dan trombin, bisa ular)

   7. Protein Pengatur (hormon insulin dan hormon paratiroid)
4. Berdasarkan Daya Larutnya

  1. Albumin

      Larut air, mengendap dengan garam konsentrasi tinggi. Misalnya

      albumin telur dan albumin serum

  2. Globulin Glutelin

      Tidak larut dalam larutan netral, larut asam dan basa encer.

      Glutenin (gandum), orizenin (padi).

  3. Gliadin (prolamin)

      Larut   etanol   70-80%,    tidak   larut   air   dan   etanol   100%.

      Gliadin/gandum, zein/jagung

  4. Histon

      Bersifat basa, cenderung berikatan dengan asam nukleat di dalam

      sel. Globin bereaksi dengan heme (senyawa asam menjadi

      hemoglobin). Tidak larut air, garam encer dan pekat (jenuh 30-

      50%). Misalnya globulin serum dan globulin telur.

  5. Protamin

      Larut dalam air dan bersifat basa, dapat berikatan dengan asam

      nukleat menjadi nukleoprotamin (sperma ikan). Contohnya salmin

5. Protein Majemuk

   Adalah protein yang mengandung senyawa bukan hanya protein

   1. Fosfoprotein

      Protein yang mengandung fosfor, misalnya kasein pada susu,

      vitelin pada kuning telur
2. Kromoprotein

   Protein berpigmen, misalnya asam askorbat oksidase mengandung

   Cu

3. Fosfoprotein

   Protein yang mengandung fosfor, misalnya kasein pada susu,

   vitelin pada kuning telur

4. Kromoprotein

   Protein berpigmen, misalnya asam askorbat oksidase mengandung

   Cu

5. Protein Koenzim

   Misalnya NAD+, FMN, FAD dan NADP+

6. Protein Koenzim

   Misalnya NAD+, FMN, FAD dan NADP+

7. Lipoprotein

   Mengandung asam lemak, lesitin

8. Metaloprotein

   Mengandung unsur-unsur anorganik (Fe, Co, Mn, Zn, Cu, Mg dsb)

9. Glikoprotein

   Gugus prostetik karbohidrat, misalnya musin (pada air liur),

   oskomukoid (pada tulang)

10. Nukleoprotein

   Protein   dan    asam   nukleat   berhubungan   (berikatan   valensi

   sekunder) misalnya pada jasad renik
C. Analisa Protein

   Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu ;

   Secara kualitatif terdiri atas ; reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole,

reaksi Millon, reaksi Nitroprusida, dan reaksi Sakaguchi.

   Secara kuantitatif terdiri dari ; metode Kjeldahl, metode titrasi formol,

metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret), dan metode

spektrofotometri UV.

   Analisa Kualitatif

1. Reaksi Xantoprotein

   Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam

   larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat

   berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah

   nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi

   ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan

   triptofan.

2. Reaksi Hopkins-Cole

   Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan dengan

   pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini

   dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah

   dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan

   perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein.

   Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara

   kedua lapisan tersebut.
3. Reaksi Millon

   Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam

   nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan

   menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh

   pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena

   terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang

   berwarna.

4. Reaksi Natriumnitroprusida

   Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna

   merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi

   protein yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif.

5. Reaksi Sakaguchi

   Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada

   dasarnya reaksi ini memberikan hasil positif apabila ada gugus

   guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat

   menghasilkan warna merah.

6. Metode Biuret

   Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan

   larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-

   senyawa yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama

   gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai

   dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet.
Analisa Kuantitatif

   Analisis protein dapat digolongkan menjadi dua metode, yaitu: Metode

konvensional, yaitu metode Kjeldahl (terdiri dari destruksi, destilasi, titrasi),

titrasi formol. Digunakan untuk protein tidak terlarut.

   Metode modern, yaitu metode Lowry, metode spektrofotometri visible,

metode spektrofotometri UV. Digunakan untuk protein terlarut.

1. Metode Kjeldahl

   Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan

   nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang

   mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan

   dikatalisis   dengan      katalisator   yang     sesuai    sehingga     akan

   menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan

   kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam

   larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi.

   Penetapan Kadar

   Prosedur :

   a. Timbang 1 g bahan yang telah dihaluskan, masukkan dalam labu

       Kjeldahl (kalau kandungan protein tinggi, misal kedelai gunakan

       bahan kurang dari 1 g).

   b. Kemudian ditambahkan 7,5 g kalium sulfat dan 0,35 g raksa (II)

       oksida dan 15 ml asam sulfat pekat.

   c. Panaskan semua bahan dalam labu Kjeldahl dalam lemari asam

       sampai berhenti berasap dan teruskan pemanasan sampai
mendidih dan cairan sudah menjadi jernih. Tambahkan pemanasan

   kurang lebih 30 menit, matikan pemanasan dan biarkan sampai

   dingin.

d. Selanjutnya tambahkan 100 ml aquadest dalam labu Kjeldahl yang

   didinginkan dalam air es dan beberapa lempeng Zn, tambahkan 15

   ml larutan kalium sulfat 4% (dalam air) dan akhirnya tambahkan

   perlahan-lahan larutan natrium hidroksida 50% sebanyak 50 ml

   yang telah didinginkan dalam lemari es.

e. Pasanglah labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi.

   Panaskan labu Kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapis cairan

   tercampur, kemudian panaskan dengan cepat sampai mendidih.

f. Destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang telah diisi dengan

   larutan baku asam klorida 0,1N sebanyak 50 ml dan indikator

   merah metil 0,1% b/v (dalam etanol 95%) sebanyak 5 tetes, ujung

   pipa kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan asam

   klorida 0,1N.

g. Proses destilasi selesai jika destilat yang ditampung lebih kurang

   75 ml. Sisa larutan asam klorida 0,1N yang tidak bereaksi dengan

   destilat dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida 0,1N. Titik

   akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan warna larutan dari merah

   menjadi kuning. Lakukan titrasi blanko.

Kadar Protein

Kadar protein dihitung dengan persamaan berikut :
Kadar = V NaOH blanko – V NaOH sampel x N NaOH x 14,008 x 100% x Fk
               berat sampel (mg)


   Keterangan :

   Fk    : faktor koreksi

   Fk N : 16




2. Metode Titrasi Formol

   Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan

   formalin akan membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol

   ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi

   reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat
diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah p.p., akhir

  titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang

  tidak hilang dalam 30 detik.

3. Metode Lowry

  Prosedur :

  Pembuatan reagen Lowry A :

  Merupakan larutan asam fosfotungstat-asam fosfomolibdat dengan

  perbandingan (1 : 1)

  Pembuatan reagen Lowry B :

  Campurkan 2% natrium karbonat dalam 100 ml natrium hidroksida

  0,1N. Tambahkan ke dalam larutan tersebut 1 ml tembaga (II) sulfat

  1% dan 1 ml kalium natrium tartrat 2%.

  Penetapan Kadar

  a. Pembuatan kurva baku

     Siapkan larutan bovin serum albumin dengan konsentrasi 300

  µg/ml (Li). Buat seri konsentrasi dalam tabung reaksi, misal dengan

  komposisi berikut :
Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 8 ml reagen Lowry B

dan biarkan selama 10 menit, kemudian tambahkan 1 ml reagen Lowry

A. Kocok dan biarkan selama 20 menit. Baca absorbansinya pada

panjang gelombang 600 nm tehadap blanko. (Sebagai blanko adalah

tabung reaksi no.1 pada tabel di atas)

b. Penyiapan Sampel

   Ambil sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut misal albumin,

endapkan dahulu dengan penambahan amonium sulfat kristal

(jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya, kalau perlu sampai

mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam larutan). Pisahkan protein

yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit,

pisahkan supernatannya. Presipitat yang merupakan proteinnya

kemudian dilarutkan kembali dengan dapar asam asetat pH 5 misal

sampai 10,0 ml. Ambil volume tertentu dan lakukan penetapan
selanjutnya seperti pada kurva baku mulai dari penambahan 8 ml

   reagen Lowry A sampai seterusnya.

4. Metode Spektrofotometri Visible (Biuret)

   Prosedur :

   Pembuatan reagen Biuret :

   Larutkan 150 mg tembaga (II) sulfat (CuSO4. 5H2O) dan kalium

   natrium tartrat (KNaC4H4O6. 4H2O) dalam 50 ml aquades dalam labu

   takar 100 ml. Kemudian tambahkan 30 ml natrium hidroksida 10%

   sambil dikocok-kocok, selanjutnya tambahkan aquades sampai garis

   tanda.

   Pembuatan larutan induk bovin serum albumin (BSA):

   Ditimbang 500 mg bovin serum albumin dilarutkan dalam aquades

   sampai 10,0 ml sehingga kadar larutan induk 5,0% (Li).

   Penetapan kadar (Metode Biuret) :

   Pembuatan kurva baku :

   Dalam kuvet dimasukkan larutan induk, reagen Biuret dan aquades

   misal dengan komposisi sebagai berikut:
Setelah tepat 10 menit serapan dibaca pada λ 550 nm terhadap

blanko yang terdiri dari 800 µL reagen Biuret dan 200 µL aquades.

   Cara mempersiapkan sampel :

   Ambil sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut misal albumin,

endapkan dahulu dengan penambahan amonium sulfat kristal

(jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya, kalau perlu sampai

mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam larutan). Pisahkan protein

yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit,

pisahkan supernatannya. Presipitat yang merupakan proteinnya

kemudian dilarutkan kembali dengan dapar asam asetat pH 5 misal

sampai 10,0 ml. Ambil sejumlah µL larutan tersebut secara kuantitatif

kemudian tambahkan reagen Biuret dan jika perlu tambah dengan

dapar asetat pH 5 untuk pengukuran kuantitatif.

   Setelah   10   menit   dari   penambahan       reagen   Biuret,   baca

absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm terhadap blanko yang

berisi reagen Biuret dan dapar asetat pH 5. Perhatikan adanya faktor
pengenceran dan absorban sampel sedapat mungkin harus masuk

   dalam kisaran absorban kurva baku.

5. Metode Spektrofotometri UV

   Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triptofan, tirosin dan

   fenilalanin yang mempunyai gugus aromatik. Triptofan mempunyai

   absorbsi maksimum pada 280 nm, sedang untuk tirosin mempunyai

   absorbsi maksimum pada 278 nm. Fenilalanin menyerap sinar kurang

   kuat dan pada panjang gelombang lebih pendek. Absorpsi sinar pada

   280 nm dapat digunakan untuk estimasi konsentrasi protein dalam

   larutan. Supaya hasilnya lebih teliti perlu dikoreksi kemungkinan

   adanya asam nukleat dengan pengukuran absorpsi pada 260 nm.

   Pengukuran pada 260 nm untuk melihat kemungkinan kontaminasi

   oleh asam nukleat. Rasio absorpsi 280/260 menentukan faktor koreksi

   yang ada dalam suatu tabel.

   Kadar protein mg/ml = A280 x faktor koreksi x pengenceran

   Alat Spektrofotometer
DAFTAR PUSTAKA


1. Anonim. 2008. Protein. (http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 12
   Oktober 2008.

2. Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
   Penerbit Liberty: Yogyakarta.

3. Page, D.S. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia. Erlangga: Jakarta.

4. Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim. (http://www.heruswn.teach-
   nology.com) diakses tanggal 12 Oktober 2008.

5. Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku
   Kedokteran EGC: Jakarta.

6. Anonim. 2007. Manfaat Protein dalam Kehidupan Sehari-hari.
   (http://www.blogger.com) diakses tanggal 12 Oktober 2008


7. Sudjadi, A. dan Rohman. 2004. Analisis Obat dan Makanan cetakan I.
   Yogyakarta: Yayasan Farmasi Indonesia.

8. Apriyantono, A. dkk. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Departemen
   Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
   Psat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.

9. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI-Press.

10. Kamal, M. 1991. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak,
    Yogyakarta: UGM-Press

More Related Content

What's hot

Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Ernalia Rosita
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
Dokter Tekno
 
Ppt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visPpt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visWidya Wirandika
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin cAnnisa Nurul Chaerani
 
Asam salisilat
Asam salisilatAsam salisilat
Asam salisilat
Dhytha Asyidiq
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
Nurwidayanti1212
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
Astri Maulida
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Ridha Faturachmi
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannya
Indra Yudhipratama
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
Ernalia Rosita
 
Metabolisme asam amino
Metabolisme asam aminoMetabolisme asam amino
Metabolisme asam amino
Ratnawati Sigamma
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationwd_amaliah
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum Asidimetri
Ridha Faturachmi
 
Volumetri
VolumetriVolumetri
Volumetri
jundizg
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Analisis kualitatif
Analisis kualitatifAnalisis kualitatif
Analisis kualitatifZamZam Pbj
 

What's hot (20)

Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan Lemak
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
 
Ppt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visPpt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv vis
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin c
 
Asam salisilat
Asam salisilatAsam salisilat
Asam salisilat
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum Spektrofotometri
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannya
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 
Metabolisme asam amino
Metabolisme asam aminoMetabolisme asam amino
Metabolisme asam amino
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum Asidimetri
 
Volumetri
VolumetriVolumetri
Volumetri
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetri
 
Analisis kualitatif
Analisis kualitatifAnalisis kualitatif
Analisis kualitatif
 
Uji barfoed
Uji barfoedUji barfoed
Uji barfoed
 

Viewers also liked

Presentasi Protein
Presentasi ProteinPresentasi Protein
Presentasi Protein
Arif Muzazinn
 
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
syafiiarifsyafii
 
Analisis makanan pada protein
Analisis makanan pada proteinAnalisis makanan pada protein
Analisis makanan pada protein
anna maria manullang
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidrat
Paranody
 
Power point Protein
Power point ProteinPower point Protein
Power point Protein
Srirahmayani21
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidratalvi lmp
 
Definisi kualitas
Definisi kualitasDefinisi kualitas
Definisi kualitas
antokcmk
 
08 isi pelajaran
08 isi pelajaran08 isi pelajaran
08 isi pelajaranNajwa Aqua
 
Communicating with technology.final
Communicating with technology.finalCommunicating with technology.final
Communicating with technology.finalSeok Lee
 
презентация форма
презентация формапрезентация форма
презентация формаDimaTopExpert
 
Ref cover flat plans
Ref   cover flat plansRef   cover flat plans
Ref cover flat planspaigecasterx
 
Magazine research 2
Magazine research 2Magazine research 2
Magazine research 2zoe_turner
 
The Barley Solution
The Barley SolutionThe Barley Solution
The Barley Solution
santepurebarleycebu
 
Tips for Building Strong Relationships
Tips for Building Strong RelationshipsTips for Building Strong Relationships
Tips for Building Strong RelationshipsPhilip H. Levy
 

Viewers also liked (20)

mutu protein
mutu proteinmutu protein
mutu protein
 
Power Point Protein
Power Point ProteinPower Point Protein
Power Point Protein
 
Analisis lemak
Analisis lemakAnalisis lemak
Analisis lemak
 
Presentasi Protein
Presentasi ProteinPresentasi Protein
Presentasi Protein
 
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
 
Analisis makanan pada protein
Analisis makanan pada proteinAnalisis makanan pada protein
Analisis makanan pada protein
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidrat
 
Power point Protein
Power point ProteinPower point Protein
Power point Protein
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
Definisi kualitas
Definisi kualitasDefinisi kualitas
Definisi kualitas
 
08 isi pelajaran
08 isi pelajaran08 isi pelajaran
08 isi pelajaran
 
Narrative theory
Narrative theoryNarrative theory
Narrative theory
 
Communicating with technology.final
Communicating with technology.finalCommunicating with technology.final
Communicating with technology.final
 
презентация форма
презентация формапрезентация форма
презентация форма
 
Ref cover flat plans
Ref   cover flat plansRef   cover flat plans
Ref cover flat plans
 
Rbc
RbcRbc
Rbc
 
Balakovo
BalakovoBalakovo
Balakovo
 
Magazine research 2
Magazine research 2Magazine research 2
Magazine research 2
 
The Barley Solution
The Barley SolutionThe Barley Solution
The Barley Solution
 
Tips for Building Strong Relationships
Tips for Building Strong RelationshipsTips for Building Strong Relationships
Tips for Building Strong Relationships
 

Similar to Analisis protein

Analisis protein[1]
Analisis protein[1]Analisis protein[1]
Analisis protein[1]
Mita Megah
 
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.docMAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
Latifahhusni
 
Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)Malikul Mulki
 
Protein description struktural and the function
Protein description struktural and the functionProtein description struktural and the function
Protein description struktural and the function
zhalsabella kh bahri
 
Proses Pencernaan dan Metabolisme Protein
Proses Pencernaan dan Metabolisme ProteinProses Pencernaan dan Metabolisme Protein
Proses Pencernaan dan Metabolisme Protein
pjj_kemenkes
 
Kegiatan belajar 2
Kegiatan belajar 2Kegiatan belajar 2
Kegiatan belajar 2pjj_kemenkes
 
Protein
ProteinProtein
Protein
Adinda Dwi
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
Septian Muna Barakati
 
Protein alam yang bermanfaat
Protein alam yang bermanfaatProtein alam yang bermanfaat
Protein alam yang bermanfaatReskiani Embatau
 
biokimia kelompok 1.pdf UNIVERSITAS NUSA CENDANA
biokimia kelompok 1.pdf UNIVERSITAS NUSA CENDANAbiokimia kelompok 1.pdf UNIVERSITAS NUSA CENDANA
biokimia kelompok 1.pdf UNIVERSITAS NUSA CENDANA
serlinhae5
 
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganSumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
CholifatulJannah
 
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docxMAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
SerlindaArjuni
 
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdfkimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
ejja3
 
116-230-1-SM.pdf
116-230-1-SM.pdf116-230-1-SM.pdf
116-230-1-SM.pdf
andaira putri
 

Similar to Analisis protein (20)

Analisis protein[1]
Analisis protein[1]Analisis protein[1]
Analisis protein[1]
 
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.docMAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
MAKALAH_PROTEIN PERNJELASAN TERKAIT PENGERTIAN PROTEIN, KANDUNGANNYA.doc
 
Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)Laporan uji biuret(editing)
Laporan uji biuret(editing)
 
Pengertian protein
Pengertian proteinPengertian protein
Pengertian protein
 
Pengertian protein
Pengertian proteinPengertian protein
Pengertian protein
 
Protein description struktural and the function
Protein description struktural and the functionProtein description struktural and the function
Protein description struktural and the function
 
Proses Pencernaan dan Metabolisme Protein
Proses Pencernaan dan Metabolisme ProteinProses Pencernaan dan Metabolisme Protein
Proses Pencernaan dan Metabolisme Protein
 
Kegiatan belajar 2
Kegiatan belajar 2Kegiatan belajar 2
Kegiatan belajar 2
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Protein alam yang bermanfaat
Protein alam yang bermanfaatProtein alam yang bermanfaat
Protein alam yang bermanfaat
 
biokimia kelompok 1.pdf UNIVERSITAS NUSA CENDANA
biokimia kelompok 1.pdf UNIVERSITAS NUSA CENDANAbiokimia kelompok 1.pdf UNIVERSITAS NUSA CENDANA
biokimia kelompok 1.pdf UNIVERSITAS NUSA CENDANA
 
Biokimia
BiokimiaBiokimia
Biokimia
 
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganSumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
 
Biokimia
BiokimiaBiokimia
Biokimia
 
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docxMAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
MAKALAH METABOLISME PROTEIN.docx
 
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdfkimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
kimiaprotein-130207031847-phpapp02.pdf
 
Ulasan biokimia
Ulasan biokimiaUlasan biokimia
Ulasan biokimia
 
116-230-1-SM.pdf
116-230-1-SM.pdf116-230-1-SM.pdf
116-230-1-SM.pdf
 

Analisis protein

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting perananya dalam makhluk hidup. Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat molekular. Apabila tulang dan kitin adalah beton, maka protein struktural adalah dinding batu-batanya. Beberapa protein struktural, fibrous protein, berfungsi sebagai pelindung, sebagai contoh  dan - keratin yang terdapat pada kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan protein struktural lain ada juga yang berfungsi sebagai perekat, seperti kolagen. Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena seperti halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-lain. Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisma. Suatu sistem metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya mengalami kerusakan (Hertadi, 2008. rhertadi@biotitech.ac.jp)
  • 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Protein 1.1. Definisi dan Ciri-ciri Istilah protein diperkenalkan pada tahun 1830-an oleh pakar kimia Belanda bernama Mulder, yang merupakan salah satu dari orang-orang pertama yang mempelajari kimia dalam protein secara sistematik. Ia secara tepat menyimpulkan peranan inti dari protein dalam sistem hidup dengan menurunkan nama dari bahasa Yunani proteios, yang berarti “bertingkat pertama”. Protein merupakan makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari sel. Protein menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi antar sel serta sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel. Karena itulah sebagian besar aktivitas penelitian biokimia tertuju pada protein khususnya hormon, antibodi dan enzim. Semua jenis protein terdiri dari rangkaian dan kombinasi dari 20 asam amino. Setiap jenis protein mempunyai jumlah dan urutan asam amino yang khas. Di dalam sel, protein terdapat baik pada membran plasma maupun membran internal yang menyusun organel sel seperti mitokondria, retikulum endoplasma, nukleus dan badan golgi dengan fungsi yang berbeda-beda tergantung pada tempatnya. Protein-protein yang terlibat dalam reaksi biokimia sebagian besar berupa enzim
  • 3. banyak terdapat di dalam sitoplasma dan sebagian terdapat pada kompartemen dari organel sel. Protein merupakan kelompok biomakromolekul yang sangat heterogen. Ketika berada di luar makhluk hidup atau sel, protein sangat tidak stabil. Protein merupakan komponen utama bagi semua benda hidup termasuk mikroorganisme, hewan dan tumbuhan. Protein merupakan rantaian gabungan 22 jenis asam amino. Protein ini memainkan berbagai peranan dalam benda hidup dan bertanggungjawab untuk fungsi dan ciri-ciri benda hidup (Anonim. 2008. Protein. (http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 12 Oktober 2008). Keistimewaan lain dari protein ini adalah strukturnya yang mengandung N (15,30-18%), C (52,40%), H (6,90-7,30%), O (21- 23,50%), S (0,8-2%), disamping C, H, O (seperti juga karbohidrat dan lemak), dan S kadang-kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein). Dengan demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan N yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain (Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta). Ciri-ciri Protein Protein diperkenalkan sebagai molekul makro pemberi keterangan, karena urutan asam amino dari protein tertentu mencerminkan keterangan genetik yang terkandung dalam urutan
  • 4. basa dari bagian yang bersangkutan dalam DNA yang mengarahkan biosintesis protein. Tiap jenis protein ditandai ciri-cirinya oleh: 1. Susunan kimia yang khas Setiap protein individual merupakan senyawa murni 2. Bobot molekular yang khas Semua molekul dalam suatu contoh tertentu dari protein murni mempunyai bobot molekular yang sama. Karena molekulnya yang besar maka protein mudah sekali mengalami perubahan fisik ataupun aktivitas biologisnya. 3. Urutan asam amino yang khas Urutan asam amino dari protein tertentu adalah terinci secara genetik. Akan tetapi, perubahan-perubahan kecil dalam urutan asam amino dari protein tertentu (Page, D.S. 1997) 1.2. Fungsi dan Peranan Protein Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses biologi. Peran-peran tersebut antara lain: 1. Katalisis enzimatik Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis oleh enzim dan hampir semua enzim adalah protein.
  • 5. 2. Transportasi dan penyimpanan Berbagai molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik. Misalnya transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin. 3. Koordinasi gerak Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein. Contoh lainnya adalah pergerakan kromosom saat proses mitosis dan pergerakan sperma oleh flagela. 4. Penunjang mekanis Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang merupakan protein fibrosa. 5. Proteksi imun Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel dari organisma lain. 6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf Respon sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh oleh protein reseptor. Misalnya rodopsin adalah protein yang sensitif terhadap cahaya ditemukan pada sel batang retina. Contoh lainnya adalah protein reseptor pada sinapsis. 7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh protein faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan
  • 6. saraf mengendalikan pertumbuhan jaringan saraf. Selain itu, banyak hormon merupakan protein (Santoso, H. 2008) 1.3. Jenis-jenis Protein a. Kolagen, protein struktur yang diperlukan untuk membentuk kulit, tulang dan ikatan tisu. b Antibodi, protein sistem pertahanan yang melindungi badan daripada serangan penyakit. c Dismutase superoxide, protein yang membersihkan darah kita. d Ovulbumin, protein simpanan yang memelihara badan. e Hemoglobin, protein yang berfungsi sebagai pembawa oksigen f Toksin, protein racun yang digunakan untuk membunuh kuman. g Insulin, protein hormon yang mengawal aras glukosa dalam darah. h Tripsin, protein yang mencernakan makanan protein. 1.4. Sumber Protein Protein lengkap yang mengandung semua jenis asam amino esensial, ditemukan dalam daging, ikan, unggas, keju, telur, susu,
  • 7. produk sejenis Quark, tumbuhan berbiji, suku polong-polongan, dan kentang. Protein tidak lengkap ditemukan dalam sayuran, padi-padian, dan polong-polongan. Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Studi dari Biokimiawan USA Thomas Osborne Lafayete Mendel, Profesor untuk biokimia di Yale, 1914, mengujicobakan protein konsumsi dari daging dan tumbuhan kepada kelinci. Satu grup kelinci- kelinci tersebut diberikan makanan protein hewani, sedangkan grup yang lain diberikan protein nabati. Dari eksperimennya didapati bahwa kelinci yang memperoleh protein hewani lebih cepat bertambah beratnya dari kelinci yang memperoleh protein nabati. Kemudian studi selanjutnya, oleh McCay dari Universitas Berkeley menunjukkan bahwa kelinci yang memperoleh protein nabati, lebih sehat dan hidup dua kali lebih lama (Anonim. 2008. Protein. (http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 12 Oktober 2008). Kualitas protein didasarkan pada kemampuannya untuk menyediakan nitrogen dan asam amino bagi pertumbuhan, pertahanan dan memperbaiki jaringan tubuh. Secara umum kualitas protein tergantung pada dua karakteristik berikut: 1. Digestibilitas protein (untuk dapat digunakan oleh tubuh, asam amino harus dilepaskan dari komponen lain makanan dan dibuat
  • 8. agar dapat diabsorpsi. Jika komponen yang tidak dapat dicerna mencegah proses ini asam amino yang penting hilang bersama feses). 2. Komposisi asam amino seluruh asam amino yang digunakan dalam sintesis protein tubuh harus tersedia pada saat yang sama agar jaringan yang baru dapat terbentuk.dengan demikian makanan harus menyediakan setiap asam amino dalam jumlah yang mencukupi untuk membentuk as.amino lain yang dibutuhkan. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein: a. Perkembang jaringan Periode dimana perkembangn terjadi dengan cepat seperti pada masa janin dan kehamilan membutuhkan lebih banyak protein. b. Kualitas protein Kebutuhan protein dipengaruhi oleh kualitas protein makanan pola as.aminonya. Tidak ada rekomendasi khusus untuk orang-orang yang mengonsumsi protein hewani bersama protein nabati. Bagi mereka yang tidak mengonsumsi protein hewani dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi pangan nabatinya untuk kebutuhan asam amino. c. Digestibilitas protein Ketersediaan as.amino dipengaruhi oleh persiapan makanan. Panas menyebabkan ikatan kimia antara gula dan as.amino yang membentuk ikatan yang tidak dapat dicerna. Digestibitas dan
  • 9. absorpsi dipengaruhi oleh jarak antara waktu makan, dengan interval yang lebih panjang akan menurunkan persaingan dari enzim yang tersedia dan tempat absorpsi. d. Kandungan energi dari makanan Jumlah yang mencukupi dari karbohidrat harus tersedia untuk mencukupi kebutuhan energi sehingga protein dapat digunakan hanya untuk pembagunan jaringn. Karbohidrat juga mendukung sintesis protein dengan merangsang pelepasan insulin. e. Status kesehatan Dapat meningkatkan kebutuhan energi karena meningkatnya katabolisme. Setelah trauma atau operasi asam amino dibutuhkan untuk pembentukan jaringan, penyembuhan luka dan produksi faktor imunitas untuk melawan infeksi (Anonim. 2007). B. Penggolongan Protein Protein adalah molekul yang sangat vital untuk organisme dan terdapat di semua sel. Protein merupakan polimer yang disusun oleh 20 macam asam amino standar. Rantai asam amino dihubungkan dengan ikatan kovalen yang spesifik. Struktur & fungsi ditentukan oleh kombinasi, jumlah dan urutan asam amino sedangkan sifat fisik dan kimiawi dipengaruhi oleh asam amino penyusunnya. Penggolongan protein dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
  • 10. 1. Berdasarkan struktur molekulnya Struktur protein terdiri dari empat macam : 1. Struktur primer (struktur utama) Struktur ini terdiri dari asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan peptida. 2. Struktur sekunder Protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai samping asam amino. Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi oleh ikatan hidrogen antar rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya. Ada dua jenis struktur sekunder, yaitu: -heliks dan -sheet.
  • 11. 3. Struktur Tersier Terbentuk karena adanya pelipatan membentuk struktur yang kompleks. Pelipatan distabilkan oleh ikatan hidrogen, ikatan disulfida, interaksi ionik, ikatan hidrofobik, ikatan hidrofilik. 4. Struktur Kuartener Terbentuk dari beberapa bentuk tersier, dengan kata lain multi sub unit. Interaksi intermolekul antar sub unit protein ini membentuk struktur keempat/kuartener
  • 12. 2. Berdasarkan Bentuk dan Sifat Fisik 1. Protein globular Terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat rapat) membentuk bulat padat. Misalnya enzim, albumin, globulin, protamin. Protein ini larut dalam air, asam, basa, dan etanol. 2. Protein serabut (fibrous protein) Terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang tersusun memanjang, dan memberikan peran struktural atau pelindung. Misalnya fibroin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Protein ini tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol. 3. Berdasarkan Fungsi Biologi Pembagian protein didasarkan pada fungsinya di dalam tubuh, antara lain: 1. Enzim (ribonukease, tripsin) 2. Protein transport (hemoglobin, mioglobin, serum, albumin) 3. Protein nutrien dan penyimpan (gliadin/gandum, ovalbumin/telur, kasein/susu, feritin/jaringan hewan) 4. Protein kontraktil (aktin dan tubulin) 5. Protein Struktural (kolagen, keratin, fibrion) 6. Protein Pertahanan (antibodi, fibrinogen dan trombin, bisa ular) 7. Protein Pengatur (hormon insulin dan hormon paratiroid)
  • 13. 4. Berdasarkan Daya Larutnya 1. Albumin Larut air, mengendap dengan garam konsentrasi tinggi. Misalnya albumin telur dan albumin serum 2. Globulin Glutelin Tidak larut dalam larutan netral, larut asam dan basa encer. Glutenin (gandum), orizenin (padi). 3. Gliadin (prolamin) Larut etanol 70-80%, tidak larut air dan etanol 100%. Gliadin/gandum, zein/jagung 4. Histon Bersifat basa, cenderung berikatan dengan asam nukleat di dalam sel. Globin bereaksi dengan heme (senyawa asam menjadi hemoglobin). Tidak larut air, garam encer dan pekat (jenuh 30- 50%). Misalnya globulin serum dan globulin telur. 5. Protamin Larut dalam air dan bersifat basa, dapat berikatan dengan asam nukleat menjadi nukleoprotamin (sperma ikan). Contohnya salmin 5. Protein Majemuk Adalah protein yang mengandung senyawa bukan hanya protein 1. Fosfoprotein Protein yang mengandung fosfor, misalnya kasein pada susu, vitelin pada kuning telur
  • 14. 2. Kromoprotein Protein berpigmen, misalnya asam askorbat oksidase mengandung Cu 3. Fosfoprotein Protein yang mengandung fosfor, misalnya kasein pada susu, vitelin pada kuning telur 4. Kromoprotein Protein berpigmen, misalnya asam askorbat oksidase mengandung Cu 5. Protein Koenzim Misalnya NAD+, FMN, FAD dan NADP+ 6. Protein Koenzim Misalnya NAD+, FMN, FAD dan NADP+ 7. Lipoprotein Mengandung asam lemak, lesitin 8. Metaloprotein Mengandung unsur-unsur anorganik (Fe, Co, Mn, Zn, Cu, Mg dsb) 9. Glikoprotein Gugus prostetik karbohidrat, misalnya musin (pada air liur), oskomukoid (pada tulang) 10. Nukleoprotein Protein dan asam nukleat berhubungan (berikatan valensi sekunder) misalnya pada jasad renik
  • 15. C. Analisa Protein Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu ; Secara kualitatif terdiri atas ; reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida, dan reaksi Sakaguchi. Secara kuantitatif terdiri dari ; metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret), dan metode spektrofotometri UV. Analisa Kualitatif 1. Reaksi Xantoprotein Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan. 2. Reaksi Hopkins-Cole Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut.
  • 16. 3. Reaksi Millon Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. 4. Reaksi Natriumnitroprusida Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif. 5. Reaksi Sakaguchi Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini memberikan hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah. 6. Metode Biuret Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa- senyawa yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet.
  • 17. Analisa Kuantitatif Analisis protein dapat digolongkan menjadi dua metode, yaitu: Metode konvensional, yaitu metode Kjeldahl (terdiri dari destruksi, destilasi, titrasi), titrasi formol. Digunakan untuk protein tidak terlarut. Metode modern, yaitu metode Lowry, metode spektrofotometri visible, metode spektrofotometri UV. Digunakan untuk protein terlarut. 1. Metode Kjeldahl Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Penetapan Kadar Prosedur : a. Timbang 1 g bahan yang telah dihaluskan, masukkan dalam labu Kjeldahl (kalau kandungan protein tinggi, misal kedelai gunakan bahan kurang dari 1 g). b. Kemudian ditambahkan 7,5 g kalium sulfat dan 0,35 g raksa (II) oksida dan 15 ml asam sulfat pekat. c. Panaskan semua bahan dalam labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap dan teruskan pemanasan sampai
  • 18. mendidih dan cairan sudah menjadi jernih. Tambahkan pemanasan kurang lebih 30 menit, matikan pemanasan dan biarkan sampai dingin. d. Selanjutnya tambahkan 100 ml aquadest dalam labu Kjeldahl yang didinginkan dalam air es dan beberapa lempeng Zn, tambahkan 15 ml larutan kalium sulfat 4% (dalam air) dan akhirnya tambahkan perlahan-lahan larutan natrium hidroksida 50% sebanyak 50 ml yang telah didinginkan dalam lemari es. e. Pasanglah labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi. Panaskan labu Kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapis cairan tercampur, kemudian panaskan dengan cepat sampai mendidih. f. Destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan baku asam klorida 0,1N sebanyak 50 ml dan indikator merah metil 0,1% b/v (dalam etanol 95%) sebanyak 5 tetes, ujung pipa kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan asam klorida 0,1N. g. Proses destilasi selesai jika destilat yang ditampung lebih kurang 75 ml. Sisa larutan asam klorida 0,1N yang tidak bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida 0,1N. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan warna larutan dari merah menjadi kuning. Lakukan titrasi blanko. Kadar Protein Kadar protein dihitung dengan persamaan berikut :
  • 19. Kadar = V NaOH blanko – V NaOH sampel x N NaOH x 14,008 x 100% x Fk berat sampel (mg) Keterangan : Fk : faktor koreksi Fk N : 16 2. Metode Titrasi Formol Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan formalin akan membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat
  • 20. diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah p.p., akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30 detik. 3. Metode Lowry Prosedur : Pembuatan reagen Lowry A : Merupakan larutan asam fosfotungstat-asam fosfomolibdat dengan perbandingan (1 : 1) Pembuatan reagen Lowry B : Campurkan 2% natrium karbonat dalam 100 ml natrium hidroksida 0,1N. Tambahkan ke dalam larutan tersebut 1 ml tembaga (II) sulfat 1% dan 1 ml kalium natrium tartrat 2%. Penetapan Kadar a. Pembuatan kurva baku Siapkan larutan bovin serum albumin dengan konsentrasi 300 µg/ml (Li). Buat seri konsentrasi dalam tabung reaksi, misal dengan komposisi berikut :
  • 21. Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 8 ml reagen Lowry B dan biarkan selama 10 menit, kemudian tambahkan 1 ml reagen Lowry A. Kocok dan biarkan selama 20 menit. Baca absorbansinya pada panjang gelombang 600 nm tehadap blanko. (Sebagai blanko adalah tabung reaksi no.1 pada tabel di atas) b. Penyiapan Sampel Ambil sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut misal albumin, endapkan dahulu dengan penambahan amonium sulfat kristal (jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya, kalau perlu sampai mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam larutan). Pisahkan protein yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit, pisahkan supernatannya. Presipitat yang merupakan proteinnya kemudian dilarutkan kembali dengan dapar asam asetat pH 5 misal sampai 10,0 ml. Ambil volume tertentu dan lakukan penetapan
  • 22. selanjutnya seperti pada kurva baku mulai dari penambahan 8 ml reagen Lowry A sampai seterusnya. 4. Metode Spektrofotometri Visible (Biuret) Prosedur : Pembuatan reagen Biuret : Larutkan 150 mg tembaga (II) sulfat (CuSO4. 5H2O) dan kalium natrium tartrat (KNaC4H4O6. 4H2O) dalam 50 ml aquades dalam labu takar 100 ml. Kemudian tambahkan 30 ml natrium hidroksida 10% sambil dikocok-kocok, selanjutnya tambahkan aquades sampai garis tanda. Pembuatan larutan induk bovin serum albumin (BSA): Ditimbang 500 mg bovin serum albumin dilarutkan dalam aquades sampai 10,0 ml sehingga kadar larutan induk 5,0% (Li). Penetapan kadar (Metode Biuret) : Pembuatan kurva baku : Dalam kuvet dimasukkan larutan induk, reagen Biuret dan aquades misal dengan komposisi sebagai berikut:
  • 23. Setelah tepat 10 menit serapan dibaca pada λ 550 nm terhadap blanko yang terdiri dari 800 µL reagen Biuret dan 200 µL aquades. Cara mempersiapkan sampel : Ambil sejumlah tertentu sampel protein yang terlarut misal albumin, endapkan dahulu dengan penambahan amonium sulfat kristal (jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya, kalau perlu sampai mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam larutan). Pisahkan protein yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit, pisahkan supernatannya. Presipitat yang merupakan proteinnya kemudian dilarutkan kembali dengan dapar asam asetat pH 5 misal sampai 10,0 ml. Ambil sejumlah µL larutan tersebut secara kuantitatif kemudian tambahkan reagen Biuret dan jika perlu tambah dengan dapar asetat pH 5 untuk pengukuran kuantitatif. Setelah 10 menit dari penambahan reagen Biuret, baca absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm terhadap blanko yang berisi reagen Biuret dan dapar asetat pH 5. Perhatikan adanya faktor
  • 24. pengenceran dan absorban sampel sedapat mungkin harus masuk dalam kisaran absorban kurva baku. 5. Metode Spektrofotometri UV Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triptofan, tirosin dan fenilalanin yang mempunyai gugus aromatik. Triptofan mempunyai absorbsi maksimum pada 280 nm, sedang untuk tirosin mempunyai absorbsi maksimum pada 278 nm. Fenilalanin menyerap sinar kurang kuat dan pada panjang gelombang lebih pendek. Absorpsi sinar pada 280 nm dapat digunakan untuk estimasi konsentrasi protein dalam larutan. Supaya hasilnya lebih teliti perlu dikoreksi kemungkinan adanya asam nukleat dengan pengukuran absorpsi pada 260 nm. Pengukuran pada 260 nm untuk melihat kemungkinan kontaminasi oleh asam nukleat. Rasio absorpsi 280/260 menentukan faktor koreksi yang ada dalam suatu tabel. Kadar protein mg/ml = A280 x faktor koreksi x pengenceran Alat Spektrofotometer
  • 25. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2008. Protein. (http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 12 Oktober 2008. 2. Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta. 3. Page, D.S. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia. Erlangga: Jakarta. 4. Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim. (http://www.heruswn.teach- nology.com) diakses tanggal 12 Oktober 2008. 5. Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 6. Anonim. 2007. Manfaat Protein dalam Kehidupan Sehari-hari. (http://www.blogger.com) diakses tanggal 12 Oktober 2008 7. Sudjadi, A. dan Rohman. 2004. Analisis Obat dan Makanan cetakan I. Yogyakarta: Yayasan Farmasi Indonesia. 8. Apriyantono, A. dkk. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Psat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. 9. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI-Press. 10. Kamal, M. 1991. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak, Yogyakarta: UGM-Press