Analisis kekerabatan burung walet di Jawa dan Kalimantan menggunakan gen Cyt B menunjukkan bahwa burung walet dari dua pulau tersebut termasuk spesies yang sama dengan nilai kesamaan minimal 73,84%. Perbedaan warna sarang diyakini dipengaruhi oleh faktor lingkungan bukan perbedaan spesies.
Nyamuk adalah sejenis serangga yang menyusahkan dan juga dapat menyebabkan kematian bagi yang digigit nyamuk tersebut. Adapun metamorsisnya yang sangat unik dan juga sangatlah singkat untuk diamati dan dilihat untuk semua orang
The Research was conducted to identification species of Odonata, morphological characters difference, predatory test, and copulation test. Experiment was conducted with survey method on lowland plantation in Donggala and Tolitoli. Identification, predatory test, and copulation test has been conduct in laboratory.
The result showed that the Odonata species as predatory on lowland plantation are Orthemis ferruginea (Fabricius), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); and Argia translata (Coenagrionidae). It’s that different with morphological characters and didn’t copulation between species. Result of predatory test showed that the O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, are predatory on lowland plantation. Only one species is didn’t predatory is A. translate (betina) Male O. ferruginea versus female Liriothermis sp. didn’t copulated. Female Liriothermis sp. didn’t oviposition behavior. The same case didn’t copulate between species O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, and A. translata.
Nyamuk adalah sejenis serangga yang menyusahkan dan juga dapat menyebabkan kematian bagi yang digigit nyamuk tersebut. Adapun metamorsisnya yang sangat unik dan juga sangatlah singkat untuk diamati dan dilihat untuk semua orang
The Research was conducted to identification species of Odonata, morphological characters difference, predatory test, and copulation test. Experiment was conducted with survey method on lowland plantation in Donggala and Tolitoli. Identification, predatory test, and copulation test has been conduct in laboratory.
The result showed that the Odonata species as predatory on lowland plantation are Orthemis ferruginea (Fabricius), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); and Argia translata (Coenagrionidae). It’s that different with morphological characters and didn’t copulation between species. Result of predatory test showed that the O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, are predatory on lowland plantation. Only one species is didn’t predatory is A. translate (betina) Male O. ferruginea versus female Liriothermis sp. didn’t copulated. Female Liriothermis sp. didn’t oviposition behavior. The same case didn’t copulate between species O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, and A. translata.
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
Kawasan barat kepulauan karimunjawa memiliki ekosistem terumbu karang dalam kondisi baik. Hal ini menjadikan kawasan tersebut memiliki potensi besar dalam bidang sumberdaya perikanan. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang berfungsi sebagai tempat mencari makan, tempat pembiakan dan pembesaran bagi berbagai macam organisme perairan terutama ikan. Ikan-ikan akan merasa nyaman berada di ekosistem terumbu karang disebabkan tersedianya makanan dalam jumlah yang banyak dan adanya perlindungan dari pemangsa sehingga ikan dapat berkembang biak dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan telur serta larva ikan di perairan terumbu karang kawasan barat Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni, September dan Desember 2012 dengan menyisir kolom perairan terumbu karang menggunakan larvanet mesh size 500µ yang ditarik kapal dengan kecepatan 2 knot selama 10 menit sejajar garis pantai. Hasil tangkapan selama penelitian didominasi oleh telur ikan 26856 butir (96,43%) sementara larva ikan yang tertangkap sebanyak 981 individu (3,57%) yang terdiri dari larva ikan non-ekonomis sebanyak 636 individu dari 18 famili (2,34%) dan larva ikan ekonomis sebanyak 287 individu (1,02%). Bulan September merupakan bulan puncak pemijahan dengan angka kelimpahan telur ikan berkisar 830 – 13326 ind/1000m3 dan kelimpahan larva ikan berkisar antara 14 – 366 ind/1000 m3
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
Abstract: Semarang bay is a bay that stretches from Kendal to Demak. This bay has some vital habitats such as estuaries and mangroves that very importance for nursery ground of aquatic organisms such as fish larvae. Fish larvae is dependent by the environment, especially their movement and migration. However human factors such as industrial activities, harbours, residential area, farms and ponds disembogue in this bay. Sampling was conducted between September and October 2014 at 15 stations. Sampling was carried out every two weeks using bongo net (mesh size of 0.2 mm) which was drawn by boat with average speeds of 0.5 m/s for 10 minutes. Identification of fish larvae carried out in Environmental dan Fisheries Resources Management Laboratory, Diponegoro University. 5890 fish larvaes from 22 family were caught and were dominated by Lactarius (36.01%), Stoleporus (28.30%), Atherinomorus (9.80%), Engraulis (7.22%) and Mugil (4.96 %). A small number of fish larvae caught (below 1%) were identified as Gobiopterus, Paramoncanthus, Tylosurus, Leiognathus, Strongylura and Dinematichthyini. Lactarius, Atherinomorus, Stolephorus, Engraulis and Mugil were found in almost every stations. An abundance of fish larvae was found in station E1, C1, D1 and A1, stations that were close to estuaries and mangrove vegetation. The type and number of fish larvae was quite varied, this is related to the migration of fish and having appropriate environmental conditions for growth. The existence of fish larvae are also influenced by the currents that distribute them. PCA analysis results indicate that the total variance explained was 63.56% with an abundance of fish larvae being related to depth, salinity, abundance of zooplankton and phytoplankton and current speed.
Keywords: pelagic fish larvae, composition, distribution, bay
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
Taman Nasional Karimunjawa tersusun atas 3 komponen ekosistem utama, yaitu; ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove. Ketiganya merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme, sebagai tempat untuk mencari makan (feeding ground), tempat pembesaran (nursery ground), ataupun tempat memijah (spawning ground). Di antara ketiga ekosistem tersebut, padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota laut. Cacing laut (kelas Polychaeta) merupakan salah satu biota yang berasosiasi dengan padang lamun. Polychaeta berperan penting sebagai makanan hewan perairan dasar seperti ikan dan udang, pemakan hasil dekomposisi serasah lamun, pemakan bangkai, atau sebagai pemakan bahan organik partikulat, dan sangat baik sebagai indikator perairan karena memiliki jenis dan cara hidup yang sangat beragam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013 pada 3 lokasi di Pulau Parang (P. Kembar, Batu Merah, dan P. Kumbang). Metode yang digunakan dalam pengamatan lamun adalah metode visual menggunakan transek kuadran 1x1 m, sedangkan pengambilan sampel Polychaeta dilakukan menggunakan PVC corer (d = 6 cm, t = 50 cm). Sampel yang diperoleh disaring menggunakan saringan berukuran 0,5 mm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin (10%) yang dicampur dengan Rose Bengal (1 gram/20 liter) untuk memberikan warna pada sitoplasma sehingga memudahkan pemilahan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 jenis Polychaeta dari 15 famili dan 967 individu. Indeks Keanekaragaman (H') termasuk dalam kategori sedang dengan kisaran 2.22 – 2.86. Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0.69 – 0.88,yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0.08 – 0.15 yang menunjukkan bahwa komunitas Polychaeta pada ekosistem padang lamun Pulau Parang cenderung stabil, dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
Analisis kritis jurnal ornitologi
1. ANALISIS KRITIS JURNAL ORNITOLOGI
LAPORAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ornitologi yang dibimbing oleh
Ibu Sofia Ery Rahayu,S.Pd,M.Si
Oleh :
Nining Nurnaningsih
130342603497
Offering G/Lingkungan
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
S1 BIOLOGI
Januari 2016
2. 1. Topik : Analisis Kekerabatan Burung Walet di Jawa dan Kalimantan
Berdasarkan Gen Cyt B
2. Latar Belakang :
Perbedaan pendapat beberapa ahli yang menyatakan bahwa perbedaan warna
sarang tersebut disebabkan oleh perbedaan spesies maupun sub-spesies dari burung
Walet, sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa perbedaan tersebut disebabkan
oleh pengaruh lingkungan. Perbedaan warna sarang burung Walet (Aerodramus
fuciphagus) juga ditemukan di Indonesia, yaitu di daerah penghasil di pulau Jawa
dan Kalimantan. Sarang burung Walet yang dihasilkan dari pulau Jawa memiliki
warna kekuningan, coklat, putih, putih kemerahan, dan merah, sedangkan dari
pulau Kalimantan memiliki warna putih dan putih dengan flek hitam. Suatu
penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh kekerabatan
terhadap perbedaan warna sarang yang dihasilkan. Penelitian mengenai hubungan
kekerabatan burung Walet di kedua pulau tersebut akan dapat memberikan
informasi mengenai faktor yang menyebabkan perbedaan warna sarang.
Penelitian terdahulu yang mendapatkan data bahwa burung Walet di Jawa dan
Kalimantan masih berkerabat dekat, yaitu masih tergolong dalam genus yang sama
berdasarkan karakter morfometri dengan nilai similaritas sebesar 56%. Penentuan
kekerabatan berdasarkan karakter morfometri saja saat ini dianggapkurang akurat,
karena ekspresi karakter morfometri dapat dipengaruhi oleh factor lingkungan. Oleh
karena itu, analisis kekerabatan berdasarkan suatu penanda molekuler dibutuhkan
untuk memperkuat analisis kekerabatan berdasarkan karakter fenotip. Salah satu
penanda molekuler yang dapat digunakan adalah sekuen gen cyt-b.
3. Tujuan
Penulis ingin menentukan hubungan kekerabatan antar burung Walet di Jawa dan
Kalimantan, sehingga diketahui faktor yang mempengaruhi perbedaan warna sarang burung
Walet di kedua daerah tersebut.
4. Fakta-fakta Unik
Fakta-fakta unik yang ditemukan setelah melakukan analisis kritis jurnal
adalah sebagai berikut:
1, Sarang Walet adalah sarang yang dibangun oleh burung Walet
(Aerodramus fuciphagus) dengan menggunakan air liur dan berfungsi
untuk tempat kawin, meletakkan telur dan merawat anakan sampai dapat
terbang. Pembangunan sarang membutuhkan waktu 40-90 hari
tergantung pada musim kawin (breeding season)
2. Sarang burung Walet yang dihasilkan dari pulau Jawa memiliki warna
kekuningan, coklat, putih, putih kemerahan, dan merah, sedangkan dari
pulau Kalimantan memiliki warna putih dan putih dengan flek hitam.
3. 3. Sampel burung Walet dari Bandung dan Banjarmasin memiliki nilai
similaritas terbesar,yaitu 87,54%
4. Burung Walet yang berasal dari Bontang dan burung Walet dari daerah
Pontianak merupakan memiliki nilai similaritas terkecil dengan 5 sampel
yang
sebesar 73,84%.
5. Pada daerah Himalayan area migrasi burung Walet sangat luas meliputi
asia selatan sampai dengan asia
3. Konsep Utama
Karakterisasi DNA CO1 dari serangga laut Gerridae yang berasal dari
pantai Mokupa, melakukan ekstrasi DNA selanjutnya diamplifikasi dengan
metode PCR, elektroforesis dan disekuensing, hasil sekuen CO1 kemudian di
BLAST (Basic Local Allignment Search Tools) untuk mendapatkan tingkat
homology dengan sekuens-sekuens dari gene bank NCBI, dan ternyata hanya
memiliki tingkat homologi paling tinggi sebesar ≤ 87 % dengan sekuens yang
diperoleh.
4. Kesimpulan
Burung Walet yang berasal dari Jawa dan Kalimantan tergolong pada satu spesies
yang sama, dengan nilai similaritas terkecil sebesar 73,84%. Kekerabatan tersebut
diduga terkait dengan kemampuan migrasi dari burung walet.
5. Pertanyaan
1. Mengapa beberapa ahli berpendapat bahwa perbedaan spesies
menyebabkan perubahan warna sarang burung mallet ?
2. Mengapa digunakan gen Cyt B sebagai penanda filogenetik antara Burung Walet
yang berasal dari Jawa dan Kalimantan