SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN KEGIATAN
KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU PADA BEBERAPA TIPE
HABITAT DI BUTON SULAWESI TENGGARA
Nararya Gunadharma
I. LATAR BELAKANG
Sulawesi dikenal sebagai pulau yang memiliki keanekaragaman ketiga tertinggi di Indonesia
setelah Papua dan Kalimantan. Selain itu letak Sulawesi yang dibatasi oleh garis Wallacea
membuat pulau ini memiliki potensi satwa endemik yang cukup tinggi. Sulawesi seperti
disampaikan dalam Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2003-2020 sebagai pulau di
Indonesia yang memiliki tingkat keendemisan kedua tertinggi setelah Papua.
Pulau Buton merupakan sebuah pulau yang terletak di provinsi Sulawesi Tenggara. Terpisahnya
pulau Buton dari pulau utama Sulawesi membuat pulau ini menjadi tujuan para peneliti lokal
dan peneliti asing untuk mendapatkan data-data terbaru di pulau ini, terutama dalam hal
keendemisannya. Data mengenai Keanekaragaman hayati Pulau Buton sangat minim di
Indonesia, diantaranya data mengenai keanekaragaman spesies kupu-kupu yang sulit untuk
diperoleh.
Kupu-kupu merupakan salah satu satwa yang berpotensi menjadi aset penting bagi Pulau
Buton. Berdasarkan data buku Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia disebutkan bahwa
tercatat ada 1.900 spesies atau 10,69% dari kupu‐kupu dunia di Indonesia. Penelitian Vane-
Wright & de Jong (2003) menyebutkan bahwa tingkat keendemisan tertinggi untuk kupu-kupu
berada di Sulawesi dengan 239 spesies endemik yang beberapa diantaranya ada di Pulau Buton.
Keendemikan spesies kupu-kupu yang terdapat di pulau Buton menjadi daya tarik tersendiri
bagi para peneliti dan juga para kolektor serangga.
Laporan mengenai Keanekaragaman kupu-kupu pada beberapa tipe habitat di Buton ini
dilakukan untuk menindaklanjuti hasil dari kegiatan inventarisasi yang dilakukan pada bulan
Juni hingga Juli 2013. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk menghasilkan daftar spesies
kupu-kupu yang dijumpai dan deskripsi spesies tersebut dari sudut pandang peneliti dalam
kegiatan ini sehingga diharapkan dapat mempermudah kegiatan identifikasi spesies pada
kegiatan inventarisasi Kupu-kupu di Buton selanjutnya.
Gambar 1. Kegiatan pengamatan kupu-kupu oleh pelajar-pelajar sekolah Eropa di Buton
II. SEKILAS MENGENAI KUPU-KUPU
Kupu-kupu digolongkan ke dalam kelas serangga bangsa Lepidoptera. Dalam bukunya Corbet &
Pendlebury (1992) membagi Lepidoptera ke dalam dua anak bangsa yaitu Heterocera dan
Rhopalocera dari struktur morfologinya. Sebagai contoh pada beberapa spesies Heterocera
(ngengat) memiliki antena yang kompleks dan menyerupai bulu sedangkan pada Rhopalocera
bentuk antena membesar pada bagian ujung atau membulat, dalam laporan ini kita akan
membahas mengenai anak bangsa Rhopalocera. Penggunaan istilah Indonesia dalam
pengklasifikasian (seperti kelas, bangsa, suku dan seterusnya) dan istilah spesies dalam
mengartikan jenis mengacu pada Peggie, D (2014).
Rhopalocera memiliki dua kelompok suku yaitu Hesperoidea dan Papilionoidea. Anggota
Hesperoidea merupakan spesies kupu-kupu yang memiliki bentuk menyerupai ngengat, atau
lebih dikenal dengan sebutan skipper. Spesies-spesies dalam Hesperoidea memiliki tubuh yang
gemuk dan pendek dengan ukuran yang kecil serta aktivitas terbang yang sangat cepat.
Papilonoidea memiliki jumlah spesies lebih banyak bila dibandingkan dengan Hesperoidea.
Kelompok suku ini dianggap sebagai bentuk kupu-kupu sebenarnya dan memiliki beberapa
suku dengan masing-masing ciri tersendiri. Penelitian ini hanya akan menyajikan data
kelompok suku Papilionoidea dikarenakan sulitnya pengidentifikasian spesies pada kelompok
suku Hesperoidea yang dijumpai di pulau Buton. Penjelasan dalam laporan ini akan diberikan
melalui pengelompokan suku untuk kemudian dijelaskan pada spesies kupu-kupu yang
dijumpai berdasarkan marga dan spesies.
Gambar 2. Salah satu spesies yang merupakan anggota kelompok suku Hesperoidea
A. BAGIAN TUBUH KUPU-KUPU
Tubuh kupu-kupu terdiri atas tiga bagian yaitu bagian kepala, dada dan perut. Bagian kepala
kupu-kupu dilengkapi oleh sepasang antena dan mata majemuk. Kupu-kupu memiliki probosis
yang merupakan bentuk mulut yang membantunya dalam menghisap nektar bunga.
Kupu-kupu memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki yang menempel pada bagian dada.
Corak-corak yang menghiasi sayap pada kupu-kupu merupakan susunan dari sisik-sisik kecil,
beragam corak sayap didapatkan dalam proses penyesuaiannya dengan habitat mereka.
Penjelasan mengenai corak, posisi penciri dan warna pada sayap kupu-kupu akan dijelaskan
secara sederhana dari sudut pandang pengamat selama berkegiatan di lapang.
Gambar 3. Istilah bagian pada sayap kupu-kupu yang digunakan dalam laporan ini
Beberapa spesies kupu-kupu memiliki corak sayap yang berbeda bagi jantan dan betina sebagai
penciri. Sebagai contoh kasus perbedaan corak sayap pada spesies Papilio polytes alcindor.
Adanya perbedaan corak sayap ini dapat dijadikan salah satu kunci untuk pengidentifikasian
spesies. Kupu-kupu memiliki bagian perut yang terbagi menjadi 10 segmen dengan segmen ke
10 berubah fungsi menjadi alat genetalia yang digunakan untuk proses perkawinan.
B. SIKLUS HIDUP
Kupu-kupu merupakan serangga yang mengalami siklus hidup secara sempurna dimulai dari
telur hingga dewasa. Kupu-kupu betina akan meletakan telur pada tumbuhan pakan ulat.
Biasanya kupu-kupu betina akan meletakan telur pada bagian bawah daun yang terlindungi dari
cuaca secara langsung walaupun pada beberapa kasus tidak jarang juga kupu-kupu
meletakannya pada bagian atas daun.
Telur akan menetas menjadi ulat selama beberapa hari. Ulat yang baru menetas akan memakan
cangkang telurnya sebagai makanan pertama untuk kemudian melanjutkan memakan
tumbuhan pakannya. Ulat akan mengalami beberapa kali proses penggantian kulit sebelum
mengeras menjadi kepompong dan kemudian keluar sebagai kupu-kupu dewasa.
III.HABITAT KUPU-KUPU DI BUTON
Kupu-kupu dapat dijumpai pada beragam tipe habitat di Buton mulai dari pemukiman hingga
pantai. Keberadaan kupu-kupu dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung pada suatu lokasi
diantaranya adanya tanaman pakan baik pakan kupu-kupu dewasa maupun pakan ulat. Pakan
kupu-kupu dewasa berupa tanaman dan tumbuhan berbunga terutama yang memiliki warna
bunga menarik. Pakan ulat kupu-kupu biasanya lebih bersifat khusus dikarenakan pakan suatu
spesies ulat kupu-kupu akan berbeda dengan pakan ulat spesies kupu-kupu lainnya.
Keberadaan sumber air menjadi faktor yang penting bagi keberadaan kupu-kupu. Seperti
makhluk hidup lainnya kupu-kupu akan mencari sumber air untuk kebutuhan minumnya.
Spesies kupu-kupu dari marga Graphium dijumpai hinggap pada tempat-tempat lembab dan
genangan-genangan air hingga ke tepi pantai untuk mencari mineral.
Terbatasnya waktu inventarisasi membuat kegiatan ini dilakukan hanya pada beberapa tipe
habitat. Adapun tipe habitat yang diambil dalam kegiatan ini yaitu:
1. Pemukiman
Tipe habitat pemukiman diambil karena pada tipe habitat ini biasanya dijumpai tumbuhan dan
tanaman berbunga yang ada di pekarangan tempat tinggal warga. Keberadaan tumbuhan atau
tanaman berbunga sangat berpengaruh terhadap kehadiran kupu-kupu pada pekarangan
rumah warga. Warga bisanya juga menanam tanaman berbuah seperti jeruk, jambu mete,
pisang dan lainnya. Beberapa tanaman berbuah tersebut diantaranya menjadi pakan ulat dari
kupu-kupu.
Beberapa lokasi yang diambil untuk mewakili tipe habitat pemukiman adalah Desa Labundo-
Bundo dan Desa Wagari. Desa Labundo-bundo merupakan lokasi awal yang menjadi basecamp
dari kegiatan inventarisasi. Labundo-bundo berada di Kakenauwe, kecamatan Lasalimu, Buton.
Desa ini dikelilingi oleh perkebunan warga. Setiap rumah biasanya memiliki pekarangan yang
cukup luas dengan diantaranya memiliki tanaman berbunga. Bagian belakang rumah warga
memiliki kebun dengan spesies tanaman yang dimanfaatkan untuk konsumsi harian seperti
tanaman buah dan sayur. Beberapa warga memiliki ternak yang ditempatkan di kandang tidak
jauh dari lokasi rumah mereka.
Desa berikutnya yang mewakili tipe habitat pemukiman adalah desa Wagari. Wagari terletak
tidak jauh dari Labundo-bundo berkisar 2 hingga 3 kilometer. Sekilas kondisi mengenai Wagari
tidak berbeda jauh dengan Labundo-bundo termasuk aktivitas warganya. Desa Wagari juga
dikelilingi perkebunan, perkebunan terdekat dari Wagari adalah perkebunan Toroku.
Gambar 4. Lokasi yang menjadi perwakilan tipe habitat pemukiman
Kehadiran Kupu-kupu terkadang juga berkaitan dengan aktivitas manusia. Sampah yang
dibuang oleh masyarakat juga dapat menjadi sumber pakan bagi kupu-kupu. Spesies kupu-kupu
dari suku Nymphalidae menyukai benda-benda berbau busuk seperti sampah, buah busuk,
bangkai dan kotoran.
2. Perkebunan
Perkebunan Toroku terletak berdekatan dengan desa Wagari dan menjadi lokasi yang dipilih
untuk mewakili tipe habitat perkebunan. Perkebunan ini ditumbuhi beragam spesies tanaman
Desa WagariDesa Labundo-bundo
termasuk spesies-spesies mayoritas pada perkebunan di Buton(kebun campuran). Perkebunan
di sekitar Labundo-bundo dan Kakenauwe juga dipilih untuk mewakili tipe habitat perkebunan.
Gambar 5. Lokasi yang menjadi perwakilan tipe habitat perkebunan
Pada tipe habitat perkebunan terdapat spesies tanaman yang menjadi pakan ulat dan juga
pakan kupu-kupu dewasa. Ulat biasanya terdapat pada tanaman jeruk, beberapa spesies ulat
yang dapat dijumpai pada tanaman jeruk adalah ulat dari suku Papilionidae. Tanaman lain yang
terdapat di perkebunan yaitu jambu mete, kelapa, kopi, cengkeh dan asam. Beberapa spesies
tumbuhan berbunga juga tumbuh di sekitar perkebunan sehingga menarik kehadiran kupu-
kupu pada tipe habitat ini.
Gambar 6. Ulat Papilionidae yang ditemukan pada tanaman jeruk
3. Hutan
Cagar Alam Kakenauwe merupakan hutan yang lokasinya tidak jauh dari Labundo-bundo
(berkisar 1 km). Aktivitas warga masih sering terlihat di dalam cagar alam ini karena beberapa
warga memiliki kebun di pinggir kawasan cagar alam. Kebun warga yang berada di sekitar
Cagar alam juga menambah peluang perjumpaan kupu-kupu. Cagar alam Kakenauwe memiliki
beberapa plot pengamatan permanen yang telah dibuat oleh tim peneliti dari Operationn
Perkebunan Toroku Salah satu perkebunan di sekitar Kakenauwe
Wallacea, plot ini diantaranya adalah jalan gajah, jalan tarsius dan jalan kodok. Cagar alam
Kakenauwe termasuk kedalam hutan sekunder yang mewakili tipe habitat hutan.
Lokasi lain yang mewakili tipe habitat hutan adalah Camp Lapago. Lapago berada di kawasan
Suaka margasatwa Lambusango. Untuk menuju ke lokasi diharuskan berjalan terlebih dahulu
sepanjang 8 km dari gerbang masuk Suaka margasatwa Lambusango. Kondisi Lapago yang jauh
dari aktivitas manusia membuat lokasi ini berpotensi ditemukannya spesies kupu-kupu yang
berbeda dari tipe habitat lainnya. Lapago juga memiliki aliran sungai yang dapat dimanfaatkan
satwa sebagai sumber air.
Gambar 7. Lokasi yang menjadi perwakilan tipe habitat hutan
Kedua lokasi yang mewakili tipe habitat hutan memiliki tutupan tajuk yang agak rapat sehingga
adanya kesulitan dalam mencari ruang gerak peneliti untuk melakukan kegiatan inventarisasi
kupu-kupu.
Gambar 8. Peta lokasi kegiatan inventarisasi kupu-kupu di Buton
Hutan Kakenauwe Hutan Lapago
IV.METODA YANG DIGUNAKAN
Kegiatan inventarisasi kupu-kupu ini menggunakan beberapa metoda yang disesuaikan dengan
kondisi di lapang. Beberapa metoda yang digunakan diantaranya:
1. Penangkapan dengan jaring serangga
Kebanyakan kupu-kupu memiliki gerakan yang lincah dan sensitif terhadap pergerakan
disekitarnya, sehingga apabila kupu-kupu merasa terancam maka satwa ini akan terbang
menghindar. Aktivitas terbang satwa ini mempersulit pengamat apabila melakukan
pengidentifikasian secara langsung. Untuk mempermudah kegiatan inventarisasi maka
dilakukan kegiatan penangkapan kupu-kupu menggunakan jaring serangga (sweeping).
Kegiatan penangkapan dilakukan dengan berjalan dijalur sepanjang 1km dengan titik
pemberhentian setiap 200m. Aktivitas pengamatan dan penangkapan pada titik tersebut
dilakukan dengan radius 10 m selama 10 menit. Metoda ini merupakan modifikasi Pollard walk
mengacu pada kegiatan penelitian Crookenden 2012.
Aktivitas penangkapan dilakukan apabila pengamat menemukan kupu-kupu disepanjang jalur
tersebut. Penangkapan kupu-kupu dilakukan apabila pengamat ragu akan spesies kupu-kupu
yang dijumpainya dan ingin lebih memastikan spesies tersebut. Bila kupu-kupu yang dijumpai
sudah dapat dipastikan spesiesnya maka kegiatan penangkapan kupu-kupu menggunakan
jaring tidak dilakukan.
Gambar 9. Modifikasi Pollard Walk yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi kupu-kupu
2. Perangkap Kanopi
Beberapa tipe habitat di Buton memiliki sedikit ruang gerak bagi pengamat untuk melakukan
penangkapan menggunakan jaring serangga. Tipe habitat hutan biasanya dipenuhi oleh
pepohonan besar dengan pancang dan tiang disekitarnya sehingga menyulitkan dalam kegiatan
pengamatan kupu-kupu. Perangkap kanopi digunakan untuk mengatasi masalah ini, pada areal
10m
200m 200m 200m 200m 200m
1km
hutan yang sulit untuk dilakukannya penangkapan menggunakan jaring serangga dipasang
perangkap kanopi untuk kupu-kupu.
Perangkap kanopi diletakan pada dahan-dahan pohon yang tinggi, alat ini dipasang pada
beberapa ketinggian diantaranya 5m, 10m dan 15m. Terdapat 4 pohon yang dipasang
perangkap kanopi, dalam satu pohon tersebut dipasang sebanyak 3 perangkap kanopi dengan
jarak antar pohon sejauh 300m. Sebelum memasang perangkap kanopi, pengamat membuat
umpan untuk diletakan di dalam perangkap. Umpan yang digunakan berupa campuran buah
(pisang) dan cairan manis (sirup dan sejenisnya), umpan tersebut akan dicek dan diganti setiap
harinya. Dikarenakan terbatasnya waktu kegiatan inventarisasi, pemasangan perangkap kanopi
hanya dilakukan pada tipe habitat hutan Kakenauwe.
Gambar 10. Tahapan pemasangan perangkap kanopi
Bahan untuk umpan perangkap kanopi Peletakan umpan pada perangkap kanopi
Pemasangan tali penggantung
perangkap kanopi menggunakan
ketapel
Perangkap kanopi yang telah
terpasang
3. Pendokumentasian dengan kamera
Penggunaan kamera untuk mendokumentasi spesies kupu-kupu yang ditemukan dapat
mengurangi pengambilan spesimen kupu-kupu di alam. Beberapa spesies kupu-kupu juga
memiliki ukuran kecil dan sayap yang rapuh seperti pada suku Lycaenidae. Bila tersentuh atau
terkena gesekan jaring dikhawatirkan akan merusak sayap dari kupu-kupu tersebut.
Pengambilan gambar dengan kamera dapat membantu pengidentifikasian spesies kupu-kupu
tersebut tanpa harus menangkapnya. Gambar kupu-kupu yang diambil juga dapat menjadi
dokumen untuk membantu kegiatan inventarisasi kupu-kupu selanjutnya. Beberapa gambar
terjadi perbedaan warna pada sayap kupu-kupu dikarenakan pengaruh pengambilan gambar
menggunaan pencahayaan kamera (flash)
V. KEANEKARAGAMAN SPESIES KUPU-KUPU BUTON
Kegiatan inventarisasi keanekaragaman kupu-kupu ini berhasil menemukan 66 spesies kupu-
kupu dari kelompok suku Papilionoidea yang terdiri dari 11 spesies Papilionidae, 6 spesies
Pieridae, 38 spesies Nymphalidae, 1 speseies Riodinidae dan 10 spesies Lycaenidae. Sebanyak
33 spesies kupu-kupu ditemukan pada tipe habitat pemukiman, 44 spesies pada tipe habitat
hutan dan 51 spesies pada tipe habitat perkebunan. Banyaknya spesies yang ditemukan pada
tipe habitat perkebunan dapat dikarenakan tipe habitat ini lebih banyak ditemukan jenis
tanaman pakan baik pakan ulat maupun tumbuhan berbunga yang menjadi pakan kupu-kupu
dewasa. Spesies-spesies yang ditemukan pada kegiatan ini disajikan dalam tabel pada lampiran
1.
Pemasangan perangkap kanopi yang dilakukan pada tipe habitat hutan Kakenauwe berhasil
menangkap 11 spesies kupu-kupu yang keseluruhannya merupakan anggota dari suku
Nymphalidae. Spesies kupu-kupu yang tertangkap perangkap kanopi tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Spesies kupu-kupu yang tertangkap perangkap kanopi
NO JENIS SUKU
KETINGGIAN (meter)
5 10 15
1 Faunis menado pleonasma Nymphalidae x - -
2 Amathuxidia plateni iamos Nymphalidae x - -
3 Ariadne merionoides merionoides Nymphalidae x - -
4 Charaxes affinis butongensis Nymphalidae - - x
5 Dophla evelina dermoides Nymphalidae - x x
6 Elymnias hicetas butona Nymphalidae x x -
7 Lexias aeetes butongensis Nymphalidae x x -
8 Melanitis phedima linga Nymphalidae x x -
9 Melanitis velutina ribbei Nymphalidae x x -
10 Pseudergolis avesta nimbus Nymphalidae x - -
11 Vindula erota boetonensis Nymphalidae x - -
Data yang diperoleh dari perangkap kanopi menghasilkan 9 spesies kupu-kupu tertangkap pada
ketinggian 5 meter, 5 jenis pada ketinggian 10 meter dan dua jenis pada ketinggian 15 meter.
Data tersebut menunjukan bahwa hanya beberapa spesies kupu-kupu yang memiliki pola
terbang pada ketinggian dan dapat menjangkau perangkap kanopi. Spesies C. affinis butongensis
dan D. evelina dermoides memiliki pertulangan sayap yang kuat sehingga dapat menjangkau
ketinggian 15 m. Beberapa spesies juga terdata hanya dijumpai pada perangkap kanopi yaitu A.
merionoides merionoides dan P. avesta nimbus.
Spesies yang berhasil diidentifikasidan terdokumentasi pada kegiatan ini akan dideskripsikan
berdasarkan sudut pandang pengamat dan dikelompokan berdasarkan sukunya masing-masing.
Berikut hasil deskripsi dari spesies-spesies kupu-kupu yang terdata dalam kegiatan invetarisasi
ini.
PAPILIONIDAE
[Latreille, 1802]
Papilionidae merupakan suku kupu-kupu yang beranggotakan spesies kupu-kupu berukuran
sedang hingga besar. Beberapa spesies diantaranya memiliki sayap yang kuat sehingga dapat
terbang di ketinggian. Ukurannya yang besar membuat anggota suku ini cukup mudah untuk
diidentifikasi. Spesies tertentu memiliki ekor berupa spatula pada sayapnya sehingga beberapa
spesies kupu-kupu yang tergabung ke dalam suku ini mendapatkan sebutan swallow tail.
Marga Papilio Linnaeus, 1758
Marga Papilio mayoritas memiliki anggota spesies yang berukuran besar, ukuran sayap yang
lebar dan kuat membuat marga ini mampu terbang tinggi dengan cepat. Beberapa spesies
dijumpai dengan warna dasar sayap hitam. Spesies yang dijumpai diantaranya P. ascalapus
ascalapus, P. demoleus, P. sataspes sataspes , P. gigon gigon, P. peranthus kransi dan P. polytes
alcindor.
Ulat P. demoleus umum dijumpai di tanaman jeruk warga di lokasi perkebunan, spesies P.
demoleus dikenal oleh warga Buton sebagai ulat jeruk. Spesies P. peranthus kransi merupakan
salah satu spesies endemik di Buton (Vane-Wright & de Jong, 2003) yang cukup menarik
dikarenakan memiliki corak sayap yang indah.
Spesies P.polytes yang dijumpai memiliki perbedaan corak antara jantan dan betina. Jantan P.
polytes memiliki warna dasar sayap dominan kehitaman dengan hiasan corak putih sedangkan
sayap pada betina dihiasi corak putih yang lebih terlihat pada sayap depan dan hiasan corak
merah pada sayap belakang.
Gambar11. Spesies P. ascalapus ascalapus Boisduval, 1836
Gambar 12. Spesies P. demoleus Linnaeus, 1758
Gambar 13. Spesies P. sataspes sataspes C. & R. Felder, 1864
Gambar 14. Spesies P. gigon gigon C. & R. Felder, 1864
Gambar 15. Spesies P. peranthus kransi Jurriaanse & Lindemans, 1920
Gambar 16. Spesies Papilio polytes alcindor Oberthür, 1879
Marga Graphium Scopoli, 1777
Kupu-kupu yang masuk dalam marga Graphium memiliki pola terbang yang sangat gesit. Marga
graphium aktif terbang disaat cukup cahaya matahari dan beraktivitas di sekitar bunga-bunga
terutama Lantana camara. Marga ini umum dijumpai tengah beraktivitas di sekitar kubangan
maupun pada bebatuan lembab untuk mencari mineral. Terdata lima spesies kupu-kupu yang
termasuk ke dalam marga Graphium pada kegiatan ini diantaranya G. agamemnon comodus, G.
deucalion deucalion, G. eurypylus pamphylus, G. meyeri meyeri dan G. milon milon.
Ketiga spesies: G. eurypylus pamphylus, G. meyeri meyeri dan G. milon milon memiliki corak
kebiruan yang hampir mirip. Pembeda pada G. eurypylus pamphylus dan G. meyeri meyeri dapat
ditentukan pada letak barisan corak garis kebiruan pada sisi bawah sayap belakang. Corak garis
yang dimiliki G. eurypylus lebih tebal bila dibandingkan G. meyeri meyeri. Spesies G. meyeri
meyeri merupakan endemik di Buton (Vane-Wright & de Jong, 2003). G. milon milon dapat
dibedakan pada corak merah yang lebih panjang pada sisi bawah sayap belakang.
Gambar 16. Spesies G. agamemnon comodus Fruhstorfer, 1903
Gambar 17. Spesies G. deucalion deucalion Boisduval, 1836
Gambar 18. Spesies G. eurypylus pamphylus C. & R. Felder, 1865
Gambar 19. Spesies G. meyeri meyeri Hopffer, 1874
Gambar 20. Spesies G. milon milon C. & R. Felder, 1864
PIERIDAE
[Duponchel 1835]
Spesies kupu-kupu yang masuk ke dalam suku Pieridae dominan memiliki warna dasar sayap
putih, kuning ataupun jingga dengan bentuk sayap polos tanpa ekor, Pieridae umumnya aktif
terbang ditengah terik matahari. Beberapa spesies dijumpai berkelompok diantara genangan
air. Anggota suku Pieridae berukuran kecil hingga sedang.
Marga Eurema Hübner, 1819
Marga Eurema umum dijumpai terbang rendah diantara semak di tiga tipe habitat. Sayap
berwarna dasar kuning menjadi ciri anggota marga ini. Dua spesies yang dijumpai dalam
kegiatan ini adalah E. alitha dan E. tominia tominia. Sekilas keduanya sulit untuk dibedakan,
pembeda dapat anda ketahui dari bercak garis yang dimiliki E. alitha pada tengah sisi bawah ke
dua sayap, sedangkan pada E. tominia tominia cenderung hanya berupa bercak. Betina pada
kedua spesies memiliki warna hitam kecokelatan yang lebih luas pada sisi atas sayap depan.
Gambar 21. Spesies E. alitha C. & R. Felder, 1862
Gambar 22. Spesies E. tominia tominia Vollenhoven, 1865
Marga Pareronia Bingham, 1907
Anggota marga Pareronia yang dijumpai adalah spesies P. tritaea sarasinorum. Spesies P. tritaea
sarasinorum umum dijumpai pada tiga tipe habitat. Memiliki pola terbang yang agak lambat
terkadang terbang pada ketinggian. Kupu-kupu Jantan dan betina memiliki perbedaan warna
pada corak sisi atas sayap, jantan berwarna putih kebiruan sedangkan betina dengan dua warna
yaitu berwarna putih dan kekuningan.
Gambar 23. Spesies P. tritaea sarasinorum Martin, 1913 (Jantan)
Gambar 24. Spesies P. tritaea sarasinorum Martin, 1913 (Betina)
Marga Appias Hübner, 1819
Spesies A. hombroni tombugensis merupakan anggota marga Appias yang berhasil dijumpai
pada kegiatan ini. Spesies ini memiliki pola terbang yang sangat gesit, terutama menjelang siang
hari. Spesies A. hombroni tombugensis dapat dikenali melalui warna dasar sayapnya yang putih.
Sulitnya menemukan spesies ini tengah hinggap, memerlukan bantuan jaring serangga untuk
penangkapan untuk kemudian diidentifikasi.
Gambar 25. Spesies A. hombroni tombugensis Fruhstorfer, 1902
Marga Catopsillia Hübner, 1819
Anggota marga Catopsillia memiliki pola terbang yang sangat gesit dan aktif mencari nektar
bunga hingga di tajuk tinggi. Marga Catopsillia yang terdata pada kegiatan ini adalah C. pomona
flava dan C. scylla asema. Kedua spesies ini sekilas dapat langsung dibedakan melalui warna
dasar sayap. Spesies C. pomona flava memiliki warna dasar sayap hijau pucat dengan beberapa
bercak hitam pada sisi atas sayap depan. Sisi bawah sayap C. scylla asema berwarna kuning
cerah dengan warna dasar putih pada sisi atas sayap depan.
Gambar 26. Spesies C. pomona flava Butler, 1869
Gambar 27. Spesies C. scylla asema Staudinger, 1885
LYCAENIDAE
[Leach, 1815]
Suku Lycaenidae memiliki anggota yang terdiri dari kupu-kupu berukuran kecil. Beberapa
spesies memiliki sayap dengan warna menarik seperti putih dan biru metalik. Ukuran tubuhnya
yang kecil membuat Lycaenidae sangat rapuh, Sayap sangat rentan bila terkena sentuhan
langsung sehingga identifikasi menggunakan kamera sangat diperlukan. Beberapa spesies
umum dijumpai terbang rendah pada lantai hutan.
Marga Curetis Hübner, 1819
Anggota marga Curetis yangdijumpai adalah spesies C. tagalica celebensis. Spesies C. tagalica
celebensis sulit untuk diidentifikasi dikarenakan pola terbangnya yang gesit. Kegiatan
inventarisasi ini hanya melakukan perjumpaan sebanyak satu kali dengan spesies C. tagalica
celebensis pada tipe habitat hutan. Spesies ini tengah hinggap pada semak, sebelum terbang
menghindar.
Gambar28. Spesies C. tagalica celebensis C. & R. Felder, 1865
Marga Remelana Moore, 1884
Anggota marga Remelana yang dijumpai adalaha spesies R. jangala orsolina. Spesies R. jangala
orsolina yang dijumpai pada tipe habitat kebun sebanyak satu kali perjumpaan dalam kegiatan
ini. Spesies ini dijumpai tengah hinggap di daun pada tajuk rendah. Sisi bawah sayap berwarna
kuning dengan dua hiasan ekor pada sayap belakang.
Gambar 29. Spesies R. jangala orsolina Hewitson, 1865
Marga Rapala Moore, 1881
Anggota marga Rapala yang dijumpai adalah spesies R. dioetas. Spesies ini dapat dikenali
melalui sisi atas sayap R. dioetas yang didominasi warna kecokelatan dengan corak kemerahan
pada sayap depan, sayap belakang memiliki hiasan ekor. Spesies R. dioetas terbang rendah pada
lantai hutan dan terkadang dijjumpai tengah hinggap pada bebatuan untuk mencari mineral.
Menurut data Operation wallacea spesies ini merupakan endemik di Buton.
Gambar 30. Spesies R. dioetas Hewitson, 1869
Marga Psychonotis Toxopeus, 1930
Anggota marga Psychonotis yang dijumpai adalah spesies P. piepersii. Perjumpa dengan jenis ini
terjadi pada tipe habitat hutan Lapago dengan aktivitas mencari cairan pada lumut-lumut di
batang pohon. Spesies ini hinggap pada jarak yang cukup sulit dijangkau sehingga dilakukan
kegiatan pengambilan gambar untuk membantu proses identifikasi. Spesies ini dapat dikenali
melalui corak putih yang melabar pada sisi bawah sayap.
Gambar 31. Spesies P. piepersii Snellen, 1878
Marga Caleta Fruhstorfer, 1922
Anggota marga Psychonotis yang dijumpai adalah spesies C. caleta caleta. Salah satu perjumpaan
dengan spesies C. caleta caleta terjadi bersamaan dengan perjumpaan spesies P. piepersii di
hutan Lapago. Spesies C. caleta caleta dapat dijumpai pada dua lokasi hutan yang menjadi
tempat kegiatan inventarisasi. Sisi bawah sayap memiliki corak hitam yang lebih abstrak
dibandingkan spesies P. piepersii.
Gambar 32. Spesies C. caleta caleta Hewitson, 1876
Marga Jamides Hübner, 1819
Marga Jamides umum dijumpai terbang rendah pada lantai hutan dan terkadang juga dijumpai
hinggap pada semak berbunga. Anggota marga ini memiliki sayap belakang dengan hiasan ekor.
Kegiatan inventarisai ini berhasil menemukan tiga spesies yang termasuk ke dalam marga
Jamides yaitu J. aratus lunata, J. philatus philatus dan J. festivus festivus . Ketiga spesies yang
dijumpai memiliki sisi atas sayap berwarna metalik pada jantan sedangkan betina dengan
warna lebih kusam.
Pembeda ketiga spesies ini dapat diidentifikasi melalui sisi bawah sayap belakang. Spesies J.
aratus lunata memiliki corak mata panah berbaris pada tepi sayap yang lebih tumpul bila
dibandingkan corak mata panah yang dimiliki J. philatus philatus dan J. festivus festivus. Pada
spesies J. festivus festivus memiliki corak hitam pada tengah tepi sisi bawah sayap belakang.
Spesies J. philatus philatus tidak memiliki garis kuning yang menghiasi corak panah dekat ekor
pada sisi bawah sayap belakang.
Gambar 33. Spesies J. aratus lunata de Nicéville, 1899
Gambar 34. Spesies J. festivus festivus Röber, 1886
Gambar 35. Spesies J. philatus philatus Snellen, 1878
Marga Megisba Hübner, 1819
Anggota marga Megisba yang dijumpai adalah spesies M. malaya sikkima. Spesies M. malaya
sikkima dijumpai pada tipe habitat perkebunan dengan aktivitas terbang rendah diantara
semak. Dengan ukuran tubuh M. malaya sikkima yang kecil, spesies ini memiliki pola terbang
yang lincah. Sisi bawah sayap berwarna putih dengan variasi corak hitam serta sayap belakang
memiliki hiasan ekor kecil.
Gambar 36. Spesies M. malaya sikkima Moore, 1884
Marga Lampides Hübner, 1819
Anggota marga Lampides yang dijumpai adalah spesies L. boeticus. Perjumpa dengan spesies L.
boeticus terjadi saat aktivitas terbang rendah diantara pekarangan pada tipe habitat
pemukiman. Spesies ini dapat dikenali melalui corak batik kecokelatan pada sisi bawah
sayapnya dengan sayap belakang memiliki hiasan ekor dan dua corak mata.
Gambar 37. Spesies L. boeticus Linnaeus, 1767
Marga Pithecops Horsfield, 1828
Anggota marga Lampides yang dijumpai adalah spesies P. phoenix. Spesies P. phoenix aktif
terbang menjelang siang hari. Memiliki pola terbang rendah diantara semak serta sesekali
hinggap pada semak berbunga. Sisi sayap bawah didominasi warna putih dengan corak titik
hitam yang mencolok pada tepi sisi bawah sayap belakang.
Gambar 38. Spesies P. phoenix Röber, 1886
RIODINIDAE
[Grote, 1895]
Anggota suku Riodinidae yang djumpai dalam kegiatan ini hanya terdiri dari satu spesies yaitu
Abisara echerius celebica. Suku Riodinidae memiliki bentuk menyerupai suku Lycaenidae
namun biasanya memiliki ukuran lebih besar.
Marga Abisara C. & R. Felder, 1860
Anggota marga Lampides yang dijumpai adalah spesies A. echerius celebica. Perjumpaandengan
spesies A. echerius celebica terjadi satu kali pada habitat hutan Lapago. Spesies ini memiliki pola
terbang yang gesit dan sangat sensitif terhadap gerakan pengamat. Kegiatan pengidentifikasian
dilakukan dengan pengambilan gambar, dikarenakan beberapa kali perjumpaan dengan spesies
ini tegah hinggap pada tajuk yang tinggi.
Gambar 39. Spesies A. echerius celebica Röber, 1886
NYMPHALIDAE
[Rafinesque, 1815]
Menurut catatan terakhir Puslit LIPI dalam Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia (2014),
Nymphalidae merupakan suku kupu-kupu yang memiliki jumlah spesies tertinggi di Indonesia.
Spesies kupu-kupu yang masuk ke dalam anggota suku Nymphalidae memiliki ukuran tubuh
sedang hingga besar. Tungkai kaki bagian depan suku ini tereduksi sehingga Nymphalidae
seolah memiliki 2 pasang kaki. Seluruh spesies yang tertangkap pada perangkap kanopi adalah
anggota suku ini dikarenakan beberapa spesies tertarik oleh bau mencolok yang ada
disekitarnya. Beberapa spesies anggota Nymphalidae juga menyukai benda busuk seperti
bangkai dan sampah.
Marga Faunis Hübner, 1819
Anggota marga Faunis yang dijumpai adalah spesies F. menado pleonasma. Spesies F. menado
pleonasma umum dijumpai terbang rendah di lantai hutan pada lokasi kegiatan inventarisasi.
Spesies F. menado pleonasma sangat sensitive terhadap gerakan dan segera terbang untuk
berlindung ke dalam semak. Spesies ini dapat dikenali melalui warna keemasan yang dominan
pada sisi atas sayapnya.
Gambar 40. Spesies F. menado pleonasma Röber, 1896
Marga Amathuxidia Staudinger, 1887
Anggota marga Amathuxidia yang dijumpai adalah spesies A. plateni iamos pada tipe habitat
hutan. Spesies A. plateni iamos merupakan salah satu spesies yang ditangkap menggunakan
perangkap kanopi. Ukuran tubuh dan sayapnya yang besar membuat spesies ini dapat
menghindar ke dalam hutan dengan cepat bila merasa terganggu. Terkadang dijumpai tengah
hinggap pada batang-batang pohon dan buah-buahan busuk di dalam hutan.
Gambar 41. Spesies A. plateni iamos Brooks, 1937
Marga Melanitis Fabricius, 1807
Anggota marga Melanitis yang dijumpai pada kegiatan ini kurang begitu menyukai cahaya
matahari. Marga ini biasanya terbang rendah pada lantai hutan, bersembunyi diantara semak.
Sangat sensitif terhadap gerakan pengamat dan memiliki pola terbang rendah yang sangat gesit.
Memiliki warna sisi bawah sayap kecokelatan sehingga dapat tersamarkan dengan baik pada
serasah, sangat berguna untuk melindungi diri dari predatornya. Anggota marga Melanitis yang
dijumpai adalah M. phedima linga dan M. velutina ribbei. Kedua spesies dapat dibedakan pada
warna sisi bawah sayap, corak sayap pada spesies M. velutina ribbei memiliki sapuan corak
putih yang jelas sedangkan M. phedima linga lebih tipis dan samar. Spesies M. velutina ribbei
teridentifikasi memiliki perbedaan corak sayap pada jantan dan betina. Sisi atas sayap pada
jantan berwarna cokelat gelap sedangkan sisi atas sayap betina berwarna cokelat keemasan
dengan sapuan cokelat gelap pada tepi sayap depan. Kedua spesies ini juga tertangkap pada
perangkap kanopi di ketinggian 5 dan 10 meter.
Gambar 42. Spesies M. phedima linga Fruhstorfer, 1908
Gambar 43. Spesies M. velutina ribbei Röber, 1886
Marga Elymnias Hübner, 1818
Anggota marga Elymnias yang dijumpai adalah spesies E. hicetas butona. Perjumpaan terjadi
pada aktivitas hinggap di daun dan batang pohon di ketinggian yang tidak terjangkau pengamat.
Spesies ini tertangkap pada perangkap kanopi di ketinggian 5 dan 10 meter. Memiliki warna sisi
sayap atas hitam dengan sapuan corak biru. Pola terbang gesit dan sangat sensitif terhadap
gerakan pengamat.
Gambar 44. Spesies E. hicetas butona Fruhstorfer, 1904
Marga Orsotriaena Wallengren, 1858
Anggota marga Orsotriaena yang dijumpai adalah spesies O. jopas jopas. Perjumpaan terjadi
pada aktivitas terbang dan bersembunyi diantara semak. Dapat dikenali melalui warna sayap
kehitaman dengan barisan corak berupa titik mata pada sisi bawah sayap. Terkadang O. jopas
jopas dijumpai berkumpul pada buah-buahan busuk di habitat perkebunan dan hutan.
Gambar 45. Spesies O. jopas jopas Hewitson, 1864
Marga Mycalesis Wallengren, 1858
Anggota marga Mycalesis yang dijumpai adalah spesies M. janardana opaculus. Perjumpaan
terkadang terjadi saat tengah beraktivitas bersamaan dengan spesies O. jopas jopas, sekilas sulit
untuk membedakan kedua spesies ini. Warna sayap yang dimiliki M. janardana opaculus lebih
terang dengan corak titik mata pada sisi bawah sayap yang lebih banyak dibandingkan dengan
spesies O. jopas jopas.
Gambar 46. Spesies M. janardana opaculus Fruhstorfer, 1908
Marga Lohora Moore, 1880
Anggota marga Lohora yang dijumpai adalah spesies L. opthalmica. Perjumpaan terjadi pada
semua tipe habitat terutama habitat hutan. Spesies ini mudah dikenali melalui warna keemasan
dengan sapuan corak hitam pada sisi atas sayap. Sisi bawah sayap memiliki corak mata yang
dominan dengan dilapisi corak putih. Spesies L. opthalmica dijumpai terbang rendah diantara
semak menjelang siang hari.
Gambar 47. Spesies L. opthalmica Westwood, 1888
Marga Acrophtalmia Felder, 1861
Anggota marga Acrophtalmia yang dijumpai adalah spesies A. leuce. Spesies ini mudah
diidentifikasi dengan adanya corak mata yang cukup besar pada kedua pasang sayap. Sayap
berwarna dasar kecokelatan, dengan ukuran tubuh kecil. Dijumpai terbang rendah pada habitat
pemukiman dan bersembunyi diantara semak pada habitat hutan.
Gambar 48. Spesies A. leuce C. & R. Felder, 1861
Marga Ypthima Hübner, 1818
Marga Yphtima umum dijumpai pada ketiga tipe habitat. Anggota marga ini memiliki pola
terbang rendah diantara semak dan lantai hutan, terkadang dijumpai tengah beraktivitas
berjemur dibawah sinar matahari. Spesies kupu-kupu yang berhasil teridentifikasi anggota
marga Yphtima pada kegiatan ini adalah Y. nynias nynias dan Y. loryma. Sekilas kedua spesies
hampir sulit dibedakan dengan warna sisi atas sayap cokelat keabuan. Pembeda terletak di
jumlah corak mata pada sisi bawah sayap, jumlah corak mata yang dimiliki Y. nynias nynias lebih
banyak dibandingkan jumlah corak mata Y. loryma.
Gambar 49. Spesies Y. nynias nynias Fruhstorfer, 1911
Gambar 50. Spesies Y. loryma Hewitson, 1865
Marga Charaxes Ochsenheimer, 1816
Anggota marga Charaxes yang dijumpai adalah spesies C. affinis butongensis. Data Operation
Wallacea (Opwall) menyatakan bahwa spesies C. affinis butongensis adalah endemik di Buton.
Hanya terjadi satu kali perjumpaan dengan spesies ini yaitu pada habitat Hutan Kakenauwe.
Spesies ini tertangkap perangkap kanopi pada ketinggian 15m. Spesies C. affinis butongensis
memiliki tubuh yang gempal dan sayap yang kuat sehingga dapat membawanya terbang hingga
tajuk yang sangat tinggi. Spesies ini dapat dikenali melalui warna sisi atas sayap yang
didominasi jingga dengan sapuan corak hitam pada tepi sayap.
Gambar 51. Spesies C. affinis butongensis Tsukada, 1991
Marga Cethosia Fabricius, 1807
Anggota marga Cethosia yang dijumpai adalah spesies C. myrina vanbemmeleni. Spesies C.
myrina merupakan salah satu spesies kupu-kupu yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia
dan diatur oleh Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Spesies
Tumbuhan dan Satwa. Pada kegiatan ini spesies yang dijumpai adalah C. myrina van bemmeleni
yang merupakan endemik Buton. Jantan dan betina memiliki warna corak yang berbeda, jantan
C. myrina vanbemmeleni memiliki warna kemerahan sedangkan betina memiliki warna
kecokelatan pada sisi atas sayap. Spesies ini umum ditemukan terbang di sekitar tumbuhan
berbunga menjelang siang hari.
Gambar 52. Spesies Cethosia myrina vanbemmeleni Juriaanse & Lindemans, 1918 (Jantan)
Gambar 52. Spesies Cethosia myrina vanbemmeleni Juriaanse & Lindemans, 1918 (Betina)
Marga Vindula Hemming, 1934
Marga Vindula umum dijumpai terbang dengan gesit pada semua tipe habitat tempat
dilakukannya kegiatan inventarisasi. Marga Vindula dijumpai tenang saat aktivitas hinggap di
semak berbunga maupun saat tengah berkumpul menghisap cairan pada kotoran satwa.
Anggota dari marga ini adalah V. dejone celebensis dan V. erota. Kedua spesies ini memiliki
warna sisi atas sayap cokelat kejinggaan pada jantan. Betina memiliki warna yang berbeda yaitu
cokelat kusam dengan sapuan corak putih pada sisi atas sayap. Pembeda antara V. dejone
celebensis dan V. erota terletak pada corak titik mata sisi atas sayap. Corak titik mata yang
dimiliki V. dejone lebih besar dan jelas terlihat dibandigkan V. erota.
Gambar 53. Spesies V. dejone celebensis Butler, 1883 (Betina)
Gambar 54. SpesiesV. erota boetonensis Jurriaanse & Lindemans, 1920
Marga Cupha Billberg, 1820
Anggota marga Cupha yang dijumpai adalah spesies C. maeonides butungensis. Menurut data
Opwall spesies C. maeonides butungensis merupakan endemik di pulau Buton. Spesies ini
dijumpai padatipe habitat perkebunan pada aktivitas hinggap diantara semak. Dapat dikenali
melalui warna sayap keemasan dengan corak cokelat tua dan jingga. Aktif dijumpai terbang
dengan gerakan yang gesit menjelang siang hari.
Gambar 55. Spesies C. maeonides butungensis Tsukada, 1985
Marga Neptis Fabricius, 1807
Anggota marga Neptis yang dijumpai adalah N. ida liliputa yang umum ditemukan pada seluruh
tipe habitat. Perjumpaan umum pada aktivitas terbang rendah diantara semak berbunga dan
berjemur saat ada cahaya matahari. Pola terbang akan semakin gesit menjelang siang hari.
Spesies N. ida liliputa dikenali melalui warna hitam pada sisi atas sayap dengan corak putih.
Corak ini akan mudah dikenali saat N. ida liliputa berjemur.
Gambar 56. Spesies N. ida liliputa Martin, 1924
Marga Lexias Boisduval, 1832
Anggota marga Lexias yang ditemukan di Buton hanya terdiri dari satu spesies (Vane-Wright, R.
I., & R. de. Jong 2003) yaitu L. aeetes butongensis yang dominan dan umum dijumpai pada ketiga
tipe habitat. Menurut Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong (2003) spesies ini merupakan endemik di
Buton. Spesies ini mudah dikenali melalui warna sayap yang dominan cokelat gelap. Walaupun
memiliki pola terbang yang gesit, spesies ini sering dijumpai menghisap cairan pada bebatuan
lembab maupun genangan air pada siang hari. Spesies L. aeetes butongensisi merupakan salah
satu spesies kupu-kupu yang menyukai buah-buahan busuk, spesies ini juga tertangkap pada
perangkap kanopi.
Gambar 57. Spesies L. aeetes butongensis Tsukada, 1991
Marga Dophla Moore, 1880
Anggota marga Dophla yang dijumpai adalah spesies D. evelina yang ditemukan pada dua tipe
habitat hutan. Spesies kupu-kupu ini memiliki warna sisi atas sayap cokelat dengan sedikit
bercak merah. Sisi bawah sayap memiliki warna lebih kusam. Pola terbang spesies kupu-kupu
ini sangat cepat dan dijumpai hinggap pada batang-batang pohon yang terlindungi oleh
dedaunan lebat. Spesies D. evelina merupakan salah satu spesies kupu-kupu yang yang
tertangkap pada perangkap kanopi pada ketinggian 10 dan 15 meter.
Gambar 58. Spesies D. evelina dermoides Rothschild, 1892
Marga Athyma Westwood, 1850
Anggota marga Athyma yang dijumpai adalah spesies A. libnites noctesco. Sisi atas sayap
memiliki warna dasar hitam dengan corak putih pada sayap depan dan hiasan corak jingga pada
sayap belakang. Sisi bawah sayap memiliki corak putih dan cokelat dengan warna yang lebih
pucat bila dibandingkan sisi atas sayap. Spesies A. libnites noctesco sangat sukar dijumpai
dikarenakan memiliki pola terbang yang sangat gesit terutama menjelang siang hari. Sesekali
spesies ini dijumpai tengah berjemur, namun sangat sensitif terhadap gerakan pengamat
sehingga akan segera terbang menghindar.
Gambar 59. Spesies A. libnites noctesco Tsukada, 1991
Marga Moduza Moore, 1881
Anggota marga Moduza yang dijumpai adalah spesies M. lycone lyconides. Spesies ini hanya
dijumpai pada tipe habitat hutan Lapago pada kegiatan inventarisasi ini. Sisi atas sayap
memiliki perpaduan corak berwarna jingga dan cokelat, dengan beberapa corak putih dan
hitam berupa titik. Sisi bawah sayap memiliki warna putih kebiruan dengan corak cokelat,
hitam dan jingga. Spesies ini memiliki pola terbang yang sangat gesit, terutama pada siang hari.
Gesitnya pergerakan yang dimiliki M. lycone lyconides membuat spesies ini sulit untuk
diidentifikasi secara langsung.
Gambar 60. Spesies M. lycone lyconides Fruhstorfer, 1913
Marga Ariadne Horsfield, 1829
Anggota marga Ariadne yang dijumpai adalah spesies A. merionoides merionoides. Spesies ini
dijumpai terperangkap pada perangkap kanopi di ketinggian 5m pada tipe habitat hutan
Kakenauwe. Spesies yang berhasil diidentifikasi dan terdokumentasi pada kegiatan ini adalah
betina. Sisi atas sayap memiliki variasi warna krem hingga cokelat dengan warna sisi bawah
sayap lebih pucat.
Gambar 61. Spesies A. merionoides merionoides Holland, 1891
Marga Chersonesia Distant, 1883
Anggota marga Chersonesia yang dijumpai adalah spesies C. rahria celebensis. Spesies C. rahria
celebensis memiliki sisi atas sayap berwarna dasar jingga dan dapat dikenali melalui corak
rantai mendekati tepi sayap. Spesies kupu-kupu ini sangat sensitif terhadap pergerakan
pengamat dan langsung terbang menghindar. Dijumpai tengah hinggap pada daun-daun yang
cukup tinggi, terkadang C. rahria celebensis beristirahat di balik dedaunan pada siang hari.
Gambar 62. Spesies C. rahria celebensis Rothschild, 1892
Marga Cyrestis Boisduval, 1832
Marga Cyrestis sering dijumpai tengah hinggap pada daun-daun yang cukup tinggi. Sekilas bila
melihat anggota marga ini di ketinggian pola pada sisi bawah sayap menyerupai corak
Chersonesia dengan corak rantai mendekati tepi sayap. Anggota marga Cyrestis yang dijumpai
pada kegiatan ini adalah Cyrestis paulinus kransi dan Cyrestis strigata strigata. Spesies Cyrestis
paulinus kransi memiliki corak warna yang lebih pucat bila dibandingkan Cyrestis strigata
strigata, terutama corak rantai yang lebih jelas terlihat pada sayap Cyrestis strigata strigata.
Gambar 63. Spesies C. paulinus kransi Jurriaanse & Lindemans, 1920
Gambar 64. Spesies C. strigata strigata C. & R. Felder, 1862
Marga Pseudergolis C. & R. Felder, 1867
Spesies Pseudergolis avesta merupakan satu-satunya spesies dari anggota marga Pseudergolis
yang ditemukan di Sulawesi (Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong 2003). Menurut Tsukada 1991
dalam Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong 2003 spesies P. avesta nimbus merupakan endemik di
Buton. Pada kegiatan ini spesies P. avesta nimbus terperangkap pada perangkap kanopi di
ketinggian 5 m pada tipe habitat hutan Kakenauwe. Sisi sayap atas P. avesta nimbus memiliki
warna cokelat kejinggaan dengan sisi bawah sayap memiliki warna lebih gelap.
Gambar 65. Spesies P. avesta nimbus Tsukada, 1991
Marga Symbrenthia Hübner, 1819
Anggota marga Symbrenthia yang dijumpai adalah spesies S. hippoclus clauses. Spesies ini dapat
dikenali melalui warna sisi atas sayap perpaduan corak jingga dan cokelat kehitaman. Sisi
bawah sayap memiliki warna dominan jingga. Memilliki pola terbang yang gesit, spesies ini akan
mudah dijumpai pada saat beraktivitas menghisap nektar pada semak berbunga.
Gambar 66. Spesies S. hippoclus clausus Fruhstorfer, 1904
Marga Junonia Hübner, 1819
Anggota marga Junonia yang dijumpai adalah spesies J. hedonia intermedia. Spesies J. hedonia
intermedia memiliki sayap berwarna dominan cokelat tua. Corak bintik mata kejinggaan
berbaris mendekati tepi sayap. Memiliki pola terbang yang gesit, terkadang dijumpai tengah
hinggap di atas tanah dan daun untuk berjemur. Beberapa perjumpaan menemukan spesies ini
tengah hinggap pada tanah maupun batuan lembab untuk mencari mineral.
Gambar 67. Spesies J. hedonia intermedia C. & R. Felder, 1867
Marga Yoma Doherty, 1886
Anggota marga Yoma yang dijumpai adalah spesies Y. sabina nimbus. Spesies Y. sabina nimbus
umum dijumpai menjelang siang hari dengan aktivitas hinggap dan berjemur pada daun. Sangat
sensitif dengan pergerakan pengamat sehingga sulit untuk didekati. Dapat dikenali melalui pita
jingga yang membujur pada sisi atas sayap depan hingga ke sayap belakang dengan warna dasar
sayap kecokelatan.
Gambar 68. Spesies Y. sabina nimbus Tsukada, 1985
Marga Hypolimnas Hübner, 1819
Anggota marga Hypolimnas yang dijumpai adalah spesies H. anomala stellata. Spesies H.
anomala stellata umum dijumpai pada tipe habitat pemukiman. Sekilas spesies ini terlihat
seperti J. hedonia intermedia namun bila dilihat lebih teliti H. anomala stellata memiliki warna
sayap cokelat yang lebih gelap. Corak putih menghiasi tepi sisi bawah sayap dengan barisan
titik-titik putih mendekati tepi sayap. Spesies H. anomala stellata aktif menjelang siang hari
dengan aktivitas pada umumnya berjemur dan hinggap diatas daun.
Gambar 69. H. anomala stellata Fruhstorfer, 1912
Marga Parantica Moore, 1880
Anggota marga Parantica yang dijumpai adalah spesies P. menadensis. Spesies P. menadensis
dapat dikenali melalui warna sayap yang dimilikinya, perpaduan antara hitam dengan corak
kuning. Mendekati tepi sayap terdapat barisan corak titik putih. Spesies ini dijumpai pada tipe
habitat perkebunan dengan aktivitas terbang yang cukup santai. Beberapa perjumpaan
menemukan spesies ini hinggap pada dedaunan yang cukup tinggi.
Gambar 70. Spesies P. menadensis Moore, 1883
Marga Ideopsis Horsfield, 1858
Corak pada anggota marga Ideopsis sekilas menyerupai corak pada Parantica. Marga Ideopsis
memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan Parantica di Buton. Dikarenakan memiliki pola
terbang yang cukup tenang maka marga ini umum dijumpai pada seluruh tipe habitat di Buton.
Perjumpaan dengan marga ini sering terjadi pada aktivitas menghisap nektar pada tanaman
maupun semak berbunga. Anggota marga Ideopsis yang dijumpai pada kegiatan ini adalah I.
juventa ishma dan I. vitrea arachosia. Spesies I. juventa ishma dapat dikenali melalui pola sayap
perpaduan warna hitam dengan corak berwarna putih. Umumnya spesies I. vitrea arachosia
memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan I. juventa ishma. Spesies I. vitrea arachosia
memiliki sayap dengan perpaduan warna putih dan kuning pada corak pita.
Gambar 71. Spesies I. juventa ishma Butler, 1869
Gambar 72. Spesies I. vitrea arachosia Fruhstorfer, 1910
Marga Danaus Kluk, 1802
Anggota marga Danaus yang dijumpai adalah spesies D. genutia telemissus. Spesies D. genutia
telemissus umum dijumpai pada semua tipe habitat di Buton. Dikenali melalui warna sisi atas
sayap cokelat gelap dengan perpaduan corak merah kejinggan dan putih. Sisi bawah sayap
memiliki warna yang lebih pucat. Spesies ini aktif terbang menjelang siang hari terutama
hinggap pada semak berbunga.
Gambar 73. Spesies D. genutia telemissus Fruhstorfer, 1910
Marga Euploea Fabricius, 1807
Marga Euploea dapat diidentifikasi melalui sayapnya yang berwarna cokelat gelap. Anggota
marga Euploea yang dijumpai pada kegiatan ini terdiri dari tiga spesies yaitu E. algea
tombugensis, E. eupator dan E. hewitsonii reducta. Spesies E. algea tombugensis memiliki warna
cokelat pada sisi atas sayap yang dominan dihiasi corak titik putih mendekati tepi dan pada tepi
sayap. Spesies Euploea eupator dapat diidentifikasi melalui barisan corak pita yang berbaris
pada sisi bawah sayap belakang. Spesies Euploea hewitsonii reducta memiliki corak putih pada
sisi bawah sayap belakang yang menyerupai spesies Ideopsis juventa namun dengan warna
dasar cokelat yang lebih dominan.
Gambar 74. Spesies E. algea tombugensis Fruhstorfer, 1899
Gambar 75. Spesies Euploea eupator Hewitson, 1858
Gambar 76. Spesies E. hewitsonii reducta Jurriaanse, 1919
Marga Idea Fabricius, 1807
Anggota marga Idea yang dijumpai adalah spesies I. blanchardii munaensis. Spesies Idea
blanchardii munaensis merupakan kupu-kupu yang memiliki ukuran besar. Berdasarkan data
Operation Wallacea spesies ini merupakan endemik di Buton. Corak sayap terdiri dari
perpaduan warna putih dan hitam dengan beberapa corak hitam yang jelas terlihat pada sayap
depan. Ukuran sayap yang lebar membuat spesies ini terbang di ketinggian, beberapa kali
perjumpaan menemukan spesies ini tengah hinggap di semak hingga pada dedaunan pada tajuk
tinggi. Pola terbang cenderung santai dan mengikuti pergerakan angin.
Gambar 77. I. blanchardii munaensis Fruhstorfer, 1899
VI. PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2003. Indonesian Biodiversity
Strategy and Action Plan. (IBSAP) 2003-2020 Dokumen Regional.
Corbet, A. S. & Pendlebury, H. M. 1992. The Butterflies of the Malay Peninsula[4th edn, revised by
J.N. Eliot]. Malayan Nature Society, Kuala Lumpur, Malaysia.
Crookenden, E. 2012. The Effects of Disturbance on Butterfly Populations on Buton Island,
Indonesia. Undergraduate Project Report. University of Oxford.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Lingkungan
Hidup.2014.Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia.
Peggie, D. 2014. Mengenal Kupu-kupu. Pandu Aksara Publishing, Jakarta. Indonesia.
Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong. 2003. The butterflies of Sulawesi: annotated checklist for a
critical island fauna.
Winarni, N.L. and Jones, S. (2007) Community patterns of Birds and Butterflies in Lambusango
Forest, Buton, Southeast Sulawesi in 2006. Report to GEF Lambusango Conservation
Program 2007. Manchester Metropolitan university.
Butterflies of Southeastern Sulawesi An Illustrated Checklist
https://www.flmnh.ufl.edu/butterflies/neotropica/sulawesi/checklist.html
LAMPIRAN 1
Tabel Spesies kupu-kupu yang dijumpai dalam kegiatan inventarisasi
NO JENIS SUKU
TIPE HABITAT
PEMUKIMAN PERKEBUNAN HUTAN
1 Papilio ascalapus ascalapus Papilionidae v v v
2 Papilio demoleus Papilionidae - v -
3 Papilio sataspes sataspes Papilionidae - v -
4 Papilio gigon gigon Papilionidae v v -
5 Papilio peranthus kransi Papilionidae v - -
6 Papilio polytes alcindor Papilionidae v v v
7
Graphium agamemnon
comodus
Papilionidae
v v -
8
Graphium deucalion
deucalion
Papilionidae
v v -
9
Graphium eurypylus
pamphylus
Papilionidae
v v v
10 Graphium meyeri meyeri Papilionidae - v v
11 Graphium milon milon Papilionidae v v -
12 Eurema alitha Pieridae v v -
13 Eurema tominia tominia Pieridae v v v
14
Pareronia tritaea
sarasinorum
Pieridae
v v -
15
Appias hombroni
tombugensis
Pieridae
- v v
16 Catopsilia pomona flava Pieridae - v v
17 Catopsilia scylla asema Pieridae v v v
18 Curetis tagalica celebensis Lycaenidae - - v
19 Remelana jangala orsolina Lycaenidae - - v
20 Rapala dioetas Lycaenidae - v -
21 Psychonotis piepersii Lycaenidae - v -
22 Caleta caleta caleta Lycaenidae - - v
23 Jamides aratus lunata Lycaenidae - - v
24 Jamides festivus festivus Lycaenidae v v -
25 Jamides philatus philatus Lycaenidae - v v
26 Megisba malaya sikkima Lycaenidae - v -
27 Lampides boeticus Lycaenidae v v v
28 Pithecops phoenix Lycaenidae v v -
29 Abisara echerius celebica Riodinidae - v v
30 Faunis menado pleonasma Nymphalidae - - v
31 Amathuxidia plateni iamos Nymphalidae - v v
32 Melanitis phedima linga Nymphalidae - - v
33 Melanitis velutina ribbei Nymphalidae - - v
34 Elymnias hicetas butona Nymphalidae v v v
35 Orsotriaena jopas jopas Nymphalidae v v v
36
Mycalesis janardana
opaculus
Nymphalidae
v v v
37 Lohora opthalmica Nymphalidae v v v
38 Acrophtalmia leuce Nymphalidae v v v
39 Ypthima nynias nynias Nymphalidae v v v
40 Ypthima loryma Nymphalidae - - v
41 Charaxes affinis butongensis Nymphalidae - v v
42
Cethosia myrina
vanbemmeleni
Nymphalidae
v v v
43 Vindula dejone celebensis Nymphalidae v v v
44 Vindula erota boetonensis Nymphalidae - v -
45
Cupha maeonides
butungensis
Nymphalidae
v v v
46 Neptis ida liliputa Nymphalidae v v v
47 Lexias aeetes butongensis Nymphalidae - - v
48 Dophla evelina dermoides Nymphalidae - v -
49 Athyma libnites noctesco Nymphalidae - - v
50 Moduza lycone lyconides Nymphalidae - - v
51
Ariadne merionoides
merionoides
Nymphalidae
- v v
52 Chersonesia rahria celebensis Nymphalidae - v -
53 Cyrestis strigata strigata Nymphalidae - v v
54 Pseudergolis avesta nimbus Nymphalidae - - v
55
Symbrenthia hippoclus
clausus
Nymphalidae
- v v
56 Junonia hedonia intermedia Nymphalidae v v -
57 Yoma sabina nimbus Nymphalidae v v -
58 Hypolimnas anomala stellata Nymphalidae v - -
59 Parantica menadensis Nymphalidae - v -
60 Ideopsis juventa ishma Nymphalidae v v v
61 Ideopsis vitrea arachosia Nymphalidae v v v
62 Danaus genutia telemissus Nymphalidae v v v
63 Euploea algea tombugensis Nymphalidae v v v
64 Euploea eupator Nymphalidae - v -
65 Euploea hewitsonii reducta Nymphalidae v - v
66 Idea blanchardii munaensis Nymphalidae - v v

More Related Content

What's hot

Jaringan meristem
Jaringan meristemJaringan meristem
Jaringan meristem
Dokter Tekno
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
RiaAnggun
 
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewanOrganogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Lampung University
 
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Selly Noviyanty Yunus
 
Megagametogenesis dan Megasporogenesis Lilium sp.
Megagametogenesis dan Megasporogenesis Lilium sp.Megagametogenesis dan Megasporogenesis Lilium sp.
Megagametogenesis dan Megasporogenesis Lilium sp.
Agustin Dian Kartikasari
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
UNESA
 
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanamanM23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Feisal Rachman Soedibja
 
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
dewisetiyana52
 
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
REVINA SRI UTAMI,S.Pd
 
Kelompok 2 sub phylum hemichordata
Kelompok 2 sub phylum hemichordataKelompok 2 sub phylum hemichordata
Kelompok 2 sub phylum hemichordata
f' yagami
 
Makalh jaringan pada tumbuhan
Makalh jaringan pada tumbuhanMakalh jaringan pada tumbuhan
Makalh jaringan pada tumbuhan
Raden Sengkuni
 
Morfologi tanaman kacang tanah
Morfologi tanaman kacang tanahMorfologi tanaman kacang tanah
Morfologi tanaman kacang tanah
Budi Setiyawan
 
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
aris trea
 
Tata nama tumbuhan
Tata nama tumbuhanTata nama tumbuhan
Tata nama tumbuhan
Selly Noviyanty Yunus
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
Google
 
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4Juliah Bioedu
 
Laporan kapasitas udara paru paru
Laporan kapasitas udara paru paruLaporan kapasitas udara paru paru
Laporan kapasitas udara paru paruLaksmi_Perwira
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Gnetum gnemon
PPT Embriologi Tumbuhan - Gnetum gnemonPPT Embriologi Tumbuhan - Gnetum gnemon
PPT Embriologi Tumbuhan - Gnetum gnemon
Agustin Dian Kartikasari
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Nur Haida
 

What's hot (20)

Jaringan meristem
Jaringan meristemJaringan meristem
Jaringan meristem
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewanOrganogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
 
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
 
Megagametogenesis dan Megasporogenesis Lilium sp.
Megagametogenesis dan Megasporogenesis Lilium sp.Megagametogenesis dan Megasporogenesis Lilium sp.
Megagametogenesis dan Megasporogenesis Lilium sp.
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
 
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanamanM23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
 
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
 
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
EVOLUSI (BIOLOGI SMA)
 
Kelompok 2 sub phylum hemichordata
Kelompok 2 sub phylum hemichordataKelompok 2 sub phylum hemichordata
Kelompok 2 sub phylum hemichordata
 
Makalh jaringan pada tumbuhan
Makalh jaringan pada tumbuhanMakalh jaringan pada tumbuhan
Makalh jaringan pada tumbuhan
 
Morfologi tanaman kacang tanah
Morfologi tanaman kacang tanahMorfologi tanaman kacang tanah
Morfologi tanaman kacang tanah
 
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
 
Makalah morfologi batang 3
Makalah morfologi batang 3Makalah morfologi batang 3
Makalah morfologi batang 3
 
Tata nama tumbuhan
Tata nama tumbuhanTata nama tumbuhan
Tata nama tumbuhan
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
 
Laporan kapasitas udara paru paru
Laporan kapasitas udara paru paruLaporan kapasitas udara paru paru
Laporan kapasitas udara paru paru
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Gnetum gnemon
PPT Embriologi Tumbuhan - Gnetum gnemonPPT Embriologi Tumbuhan - Gnetum gnemon
PPT Embriologi Tumbuhan - Gnetum gnemon
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 

Similar to Laporan keg - Kupu-kupu di Buton

Laporan flora dan fauna tia
Laporan flora dan fauna tiaLaporan flora dan fauna tia
Laporan flora dan fauna tia
darma wati
 
Kelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organismeKelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organisme
Resa Indar P
 
Kelangsungan Hidup Organisme
Kelangsungan Hidup OrganismeKelangsungan Hidup Organisme
Kelangsungan Hidup Organisme
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Bab 4 kelangsungan hidup organisme
Bab 4 kelangsungan hidup organismeBab 4 kelangsungan hidup organisme
Bab 4 kelangsungan hidup organisme
Nining Mtsnkra
 
Tugas PPT ICT.pptx
Tugas PPT ICT.pptxTugas PPT ICT.pptx
Tugas PPT ICT.pptx
sriantika2
 
Bab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
Bab 4 Kelangsungan Hidup OrganismeBab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
Bab 4 Kelangsungan Hidup OrganismeNining Mtsnkra
 
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sescoAdaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Wong Cilik
 
Modifikasi aves
Modifikasi avesModifikasi aves
Modifikasi aves
Dendhy Nugraha
 
9 4. kelangsungan hidup organisme
9 4. kelangsungan hidup organisme9 4. kelangsungan hidup organisme
9 4. kelangsungan hidup organisme
Alfie Kesturi
 
4. rpp kelangsungan hidup mh
4. rpp kelangsungan hidup mh4. rpp kelangsungan hidup mh
4. rpp kelangsungan hidup mh
Sugeng Pamudji
 
Tugasan kumpulan mengenai sifat fizikal serangga
Tugasan kumpulan mengenai sifat fizikal seranggaTugasan kumpulan mengenai sifat fizikal serangga
Tugasan kumpulan mengenai sifat fizikal serangga
Rosdi Ramli
 
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptxBAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
AgathaHaselvin
 
Kelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organismeKelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organisme
Melina Sulistiyani
 
E Magazine Klasifikasi Tumbuhan
E Magazine Klasifikasi TumbuhanE Magazine Klasifikasi Tumbuhan
E Magazine Klasifikasi Tumbuhan
rame group
 
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Google
 
Makalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiroMakalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiro
Aka Tedi Nurwalidin
 
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Jessy Damayanti
 
Kelangsungan hidup makhluk hidup
Kelangsungan hidup makhluk hidupKelangsungan hidup makhluk hidup
Kelangsungan hidup makhluk hidup
mamadila
 

Similar to Laporan keg - Kupu-kupu di Buton (20)

Laporan flora dan fauna tia
Laporan flora dan fauna tiaLaporan flora dan fauna tia
Laporan flora dan fauna tia
 
Kelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organismeKelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organisme
 
Kelangsungan Hidup Organisme
Kelangsungan Hidup OrganismeKelangsungan Hidup Organisme
Kelangsungan Hidup Organisme
 
Bab 4 kelangsungan hidup organisme
Bab 4 kelangsungan hidup organismeBab 4 kelangsungan hidup organisme
Bab 4 kelangsungan hidup organisme
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tugas PPT ICT.pptx
Tugas PPT ICT.pptxTugas PPT ICT.pptx
Tugas PPT ICT.pptx
 
Bab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
Bab 4 Kelangsungan Hidup OrganismeBab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
Bab 4 Kelangsungan Hidup Organisme
 
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
 
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sescoAdaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
 
Modifikasi aves
Modifikasi avesModifikasi aves
Modifikasi aves
 
9 4. kelangsungan hidup organisme
9 4. kelangsungan hidup organisme9 4. kelangsungan hidup organisme
9 4. kelangsungan hidup organisme
 
4. rpp kelangsungan hidup mh
4. rpp kelangsungan hidup mh4. rpp kelangsungan hidup mh
4. rpp kelangsungan hidup mh
 
Tugasan kumpulan mengenai sifat fizikal serangga
Tugasan kumpulan mengenai sifat fizikal seranggaTugasan kumpulan mengenai sifat fizikal serangga
Tugasan kumpulan mengenai sifat fizikal serangga
 
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptxBAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx-BAB_8_BIO_(BIODIVERSITAS).pptx
 
Kelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organismeKelangsungan hidup organisme
Kelangsungan hidup organisme
 
E Magazine Klasifikasi Tumbuhan
E Magazine Klasifikasi TumbuhanE Magazine Klasifikasi Tumbuhan
E Magazine Klasifikasi Tumbuhan
 
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
 
Makalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiroMakalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiro
 
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
 
Kelangsungan hidup makhluk hidup
Kelangsungan hidup makhluk hidupKelangsungan hidup makhluk hidup
Kelangsungan hidup makhluk hidup
 

Laporan keg - Kupu-kupu di Buton

  • 1. LAPORAN KEGIATAN KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI BUTON SULAWESI TENGGARA Nararya Gunadharma I. LATAR BELAKANG Sulawesi dikenal sebagai pulau yang memiliki keanekaragaman ketiga tertinggi di Indonesia setelah Papua dan Kalimantan. Selain itu letak Sulawesi yang dibatasi oleh garis Wallacea membuat pulau ini memiliki potensi satwa endemik yang cukup tinggi. Sulawesi seperti disampaikan dalam Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2003-2020 sebagai pulau di Indonesia yang memiliki tingkat keendemisan kedua tertinggi setelah Papua. Pulau Buton merupakan sebuah pulau yang terletak di provinsi Sulawesi Tenggara. Terpisahnya pulau Buton dari pulau utama Sulawesi membuat pulau ini menjadi tujuan para peneliti lokal dan peneliti asing untuk mendapatkan data-data terbaru di pulau ini, terutama dalam hal keendemisannya. Data mengenai Keanekaragaman hayati Pulau Buton sangat minim di Indonesia, diantaranya data mengenai keanekaragaman spesies kupu-kupu yang sulit untuk diperoleh. Kupu-kupu merupakan salah satu satwa yang berpotensi menjadi aset penting bagi Pulau Buton. Berdasarkan data buku Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia disebutkan bahwa tercatat ada 1.900 spesies atau 10,69% dari kupu‐kupu dunia di Indonesia. Penelitian Vane- Wright & de Jong (2003) menyebutkan bahwa tingkat keendemisan tertinggi untuk kupu-kupu berada di Sulawesi dengan 239 spesies endemik yang beberapa diantaranya ada di Pulau Buton. Keendemikan spesies kupu-kupu yang terdapat di pulau Buton menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti dan juga para kolektor serangga. Laporan mengenai Keanekaragaman kupu-kupu pada beberapa tipe habitat di Buton ini dilakukan untuk menindaklanjuti hasil dari kegiatan inventarisasi yang dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2013. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk menghasilkan daftar spesies kupu-kupu yang dijumpai dan deskripsi spesies tersebut dari sudut pandang peneliti dalam kegiatan ini sehingga diharapkan dapat mempermudah kegiatan identifikasi spesies pada kegiatan inventarisasi Kupu-kupu di Buton selanjutnya.
  • 2. Gambar 1. Kegiatan pengamatan kupu-kupu oleh pelajar-pelajar sekolah Eropa di Buton II. SEKILAS MENGENAI KUPU-KUPU Kupu-kupu digolongkan ke dalam kelas serangga bangsa Lepidoptera. Dalam bukunya Corbet & Pendlebury (1992) membagi Lepidoptera ke dalam dua anak bangsa yaitu Heterocera dan Rhopalocera dari struktur morfologinya. Sebagai contoh pada beberapa spesies Heterocera (ngengat) memiliki antena yang kompleks dan menyerupai bulu sedangkan pada Rhopalocera bentuk antena membesar pada bagian ujung atau membulat, dalam laporan ini kita akan membahas mengenai anak bangsa Rhopalocera. Penggunaan istilah Indonesia dalam pengklasifikasian (seperti kelas, bangsa, suku dan seterusnya) dan istilah spesies dalam mengartikan jenis mengacu pada Peggie, D (2014). Rhopalocera memiliki dua kelompok suku yaitu Hesperoidea dan Papilionoidea. Anggota Hesperoidea merupakan spesies kupu-kupu yang memiliki bentuk menyerupai ngengat, atau lebih dikenal dengan sebutan skipper. Spesies-spesies dalam Hesperoidea memiliki tubuh yang gemuk dan pendek dengan ukuran yang kecil serta aktivitas terbang yang sangat cepat. Papilonoidea memiliki jumlah spesies lebih banyak bila dibandingkan dengan Hesperoidea. Kelompok suku ini dianggap sebagai bentuk kupu-kupu sebenarnya dan memiliki beberapa suku dengan masing-masing ciri tersendiri. Penelitian ini hanya akan menyajikan data kelompok suku Papilionoidea dikarenakan sulitnya pengidentifikasian spesies pada kelompok suku Hesperoidea yang dijumpai di pulau Buton. Penjelasan dalam laporan ini akan diberikan melalui pengelompokan suku untuk kemudian dijelaskan pada spesies kupu-kupu yang dijumpai berdasarkan marga dan spesies.
  • 3. Gambar 2. Salah satu spesies yang merupakan anggota kelompok suku Hesperoidea A. BAGIAN TUBUH KUPU-KUPU Tubuh kupu-kupu terdiri atas tiga bagian yaitu bagian kepala, dada dan perut. Bagian kepala kupu-kupu dilengkapi oleh sepasang antena dan mata majemuk. Kupu-kupu memiliki probosis yang merupakan bentuk mulut yang membantunya dalam menghisap nektar bunga. Kupu-kupu memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki yang menempel pada bagian dada. Corak-corak yang menghiasi sayap pada kupu-kupu merupakan susunan dari sisik-sisik kecil, beragam corak sayap didapatkan dalam proses penyesuaiannya dengan habitat mereka. Penjelasan mengenai corak, posisi penciri dan warna pada sayap kupu-kupu akan dijelaskan secara sederhana dari sudut pandang pengamat selama berkegiatan di lapang. Gambar 3. Istilah bagian pada sayap kupu-kupu yang digunakan dalam laporan ini Beberapa spesies kupu-kupu memiliki corak sayap yang berbeda bagi jantan dan betina sebagai penciri. Sebagai contoh kasus perbedaan corak sayap pada spesies Papilio polytes alcindor.
  • 4. Adanya perbedaan corak sayap ini dapat dijadikan salah satu kunci untuk pengidentifikasian spesies. Kupu-kupu memiliki bagian perut yang terbagi menjadi 10 segmen dengan segmen ke 10 berubah fungsi menjadi alat genetalia yang digunakan untuk proses perkawinan. B. SIKLUS HIDUP Kupu-kupu merupakan serangga yang mengalami siklus hidup secara sempurna dimulai dari telur hingga dewasa. Kupu-kupu betina akan meletakan telur pada tumbuhan pakan ulat. Biasanya kupu-kupu betina akan meletakan telur pada bagian bawah daun yang terlindungi dari cuaca secara langsung walaupun pada beberapa kasus tidak jarang juga kupu-kupu meletakannya pada bagian atas daun. Telur akan menetas menjadi ulat selama beberapa hari. Ulat yang baru menetas akan memakan cangkang telurnya sebagai makanan pertama untuk kemudian melanjutkan memakan tumbuhan pakannya. Ulat akan mengalami beberapa kali proses penggantian kulit sebelum mengeras menjadi kepompong dan kemudian keluar sebagai kupu-kupu dewasa. III.HABITAT KUPU-KUPU DI BUTON Kupu-kupu dapat dijumpai pada beragam tipe habitat di Buton mulai dari pemukiman hingga pantai. Keberadaan kupu-kupu dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung pada suatu lokasi diantaranya adanya tanaman pakan baik pakan kupu-kupu dewasa maupun pakan ulat. Pakan kupu-kupu dewasa berupa tanaman dan tumbuhan berbunga terutama yang memiliki warna bunga menarik. Pakan ulat kupu-kupu biasanya lebih bersifat khusus dikarenakan pakan suatu spesies ulat kupu-kupu akan berbeda dengan pakan ulat spesies kupu-kupu lainnya. Keberadaan sumber air menjadi faktor yang penting bagi keberadaan kupu-kupu. Seperti makhluk hidup lainnya kupu-kupu akan mencari sumber air untuk kebutuhan minumnya. Spesies kupu-kupu dari marga Graphium dijumpai hinggap pada tempat-tempat lembab dan genangan-genangan air hingga ke tepi pantai untuk mencari mineral. Terbatasnya waktu inventarisasi membuat kegiatan ini dilakukan hanya pada beberapa tipe habitat. Adapun tipe habitat yang diambil dalam kegiatan ini yaitu: 1. Pemukiman Tipe habitat pemukiman diambil karena pada tipe habitat ini biasanya dijumpai tumbuhan dan tanaman berbunga yang ada di pekarangan tempat tinggal warga. Keberadaan tumbuhan atau tanaman berbunga sangat berpengaruh terhadap kehadiran kupu-kupu pada pekarangan rumah warga. Warga bisanya juga menanam tanaman berbuah seperti jeruk, jambu mete,
  • 5. pisang dan lainnya. Beberapa tanaman berbuah tersebut diantaranya menjadi pakan ulat dari kupu-kupu. Beberapa lokasi yang diambil untuk mewakili tipe habitat pemukiman adalah Desa Labundo- Bundo dan Desa Wagari. Desa Labundo-bundo merupakan lokasi awal yang menjadi basecamp dari kegiatan inventarisasi. Labundo-bundo berada di Kakenauwe, kecamatan Lasalimu, Buton. Desa ini dikelilingi oleh perkebunan warga. Setiap rumah biasanya memiliki pekarangan yang cukup luas dengan diantaranya memiliki tanaman berbunga. Bagian belakang rumah warga memiliki kebun dengan spesies tanaman yang dimanfaatkan untuk konsumsi harian seperti tanaman buah dan sayur. Beberapa warga memiliki ternak yang ditempatkan di kandang tidak jauh dari lokasi rumah mereka. Desa berikutnya yang mewakili tipe habitat pemukiman adalah desa Wagari. Wagari terletak tidak jauh dari Labundo-bundo berkisar 2 hingga 3 kilometer. Sekilas kondisi mengenai Wagari tidak berbeda jauh dengan Labundo-bundo termasuk aktivitas warganya. Desa Wagari juga dikelilingi perkebunan, perkebunan terdekat dari Wagari adalah perkebunan Toroku. Gambar 4. Lokasi yang menjadi perwakilan tipe habitat pemukiman Kehadiran Kupu-kupu terkadang juga berkaitan dengan aktivitas manusia. Sampah yang dibuang oleh masyarakat juga dapat menjadi sumber pakan bagi kupu-kupu. Spesies kupu-kupu dari suku Nymphalidae menyukai benda-benda berbau busuk seperti sampah, buah busuk, bangkai dan kotoran. 2. Perkebunan Perkebunan Toroku terletak berdekatan dengan desa Wagari dan menjadi lokasi yang dipilih untuk mewakili tipe habitat perkebunan. Perkebunan ini ditumbuhi beragam spesies tanaman Desa WagariDesa Labundo-bundo
  • 6. termasuk spesies-spesies mayoritas pada perkebunan di Buton(kebun campuran). Perkebunan di sekitar Labundo-bundo dan Kakenauwe juga dipilih untuk mewakili tipe habitat perkebunan. Gambar 5. Lokasi yang menjadi perwakilan tipe habitat perkebunan Pada tipe habitat perkebunan terdapat spesies tanaman yang menjadi pakan ulat dan juga pakan kupu-kupu dewasa. Ulat biasanya terdapat pada tanaman jeruk, beberapa spesies ulat yang dapat dijumpai pada tanaman jeruk adalah ulat dari suku Papilionidae. Tanaman lain yang terdapat di perkebunan yaitu jambu mete, kelapa, kopi, cengkeh dan asam. Beberapa spesies tumbuhan berbunga juga tumbuh di sekitar perkebunan sehingga menarik kehadiran kupu- kupu pada tipe habitat ini. Gambar 6. Ulat Papilionidae yang ditemukan pada tanaman jeruk 3. Hutan Cagar Alam Kakenauwe merupakan hutan yang lokasinya tidak jauh dari Labundo-bundo (berkisar 1 km). Aktivitas warga masih sering terlihat di dalam cagar alam ini karena beberapa warga memiliki kebun di pinggir kawasan cagar alam. Kebun warga yang berada di sekitar Cagar alam juga menambah peluang perjumpaan kupu-kupu. Cagar alam Kakenauwe memiliki beberapa plot pengamatan permanen yang telah dibuat oleh tim peneliti dari Operationn Perkebunan Toroku Salah satu perkebunan di sekitar Kakenauwe
  • 7. Wallacea, plot ini diantaranya adalah jalan gajah, jalan tarsius dan jalan kodok. Cagar alam Kakenauwe termasuk kedalam hutan sekunder yang mewakili tipe habitat hutan. Lokasi lain yang mewakili tipe habitat hutan adalah Camp Lapago. Lapago berada di kawasan Suaka margasatwa Lambusango. Untuk menuju ke lokasi diharuskan berjalan terlebih dahulu sepanjang 8 km dari gerbang masuk Suaka margasatwa Lambusango. Kondisi Lapago yang jauh dari aktivitas manusia membuat lokasi ini berpotensi ditemukannya spesies kupu-kupu yang berbeda dari tipe habitat lainnya. Lapago juga memiliki aliran sungai yang dapat dimanfaatkan satwa sebagai sumber air. Gambar 7. Lokasi yang menjadi perwakilan tipe habitat hutan Kedua lokasi yang mewakili tipe habitat hutan memiliki tutupan tajuk yang agak rapat sehingga adanya kesulitan dalam mencari ruang gerak peneliti untuk melakukan kegiatan inventarisasi kupu-kupu. Gambar 8. Peta lokasi kegiatan inventarisasi kupu-kupu di Buton Hutan Kakenauwe Hutan Lapago
  • 8. IV.METODA YANG DIGUNAKAN Kegiatan inventarisasi kupu-kupu ini menggunakan beberapa metoda yang disesuaikan dengan kondisi di lapang. Beberapa metoda yang digunakan diantaranya: 1. Penangkapan dengan jaring serangga Kebanyakan kupu-kupu memiliki gerakan yang lincah dan sensitif terhadap pergerakan disekitarnya, sehingga apabila kupu-kupu merasa terancam maka satwa ini akan terbang menghindar. Aktivitas terbang satwa ini mempersulit pengamat apabila melakukan pengidentifikasian secara langsung. Untuk mempermudah kegiatan inventarisasi maka dilakukan kegiatan penangkapan kupu-kupu menggunakan jaring serangga (sweeping). Kegiatan penangkapan dilakukan dengan berjalan dijalur sepanjang 1km dengan titik pemberhentian setiap 200m. Aktivitas pengamatan dan penangkapan pada titik tersebut dilakukan dengan radius 10 m selama 10 menit. Metoda ini merupakan modifikasi Pollard walk mengacu pada kegiatan penelitian Crookenden 2012. Aktivitas penangkapan dilakukan apabila pengamat menemukan kupu-kupu disepanjang jalur tersebut. Penangkapan kupu-kupu dilakukan apabila pengamat ragu akan spesies kupu-kupu yang dijumpainya dan ingin lebih memastikan spesies tersebut. Bila kupu-kupu yang dijumpai sudah dapat dipastikan spesiesnya maka kegiatan penangkapan kupu-kupu menggunakan jaring tidak dilakukan. Gambar 9. Modifikasi Pollard Walk yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi kupu-kupu 2. Perangkap Kanopi Beberapa tipe habitat di Buton memiliki sedikit ruang gerak bagi pengamat untuk melakukan penangkapan menggunakan jaring serangga. Tipe habitat hutan biasanya dipenuhi oleh pepohonan besar dengan pancang dan tiang disekitarnya sehingga menyulitkan dalam kegiatan pengamatan kupu-kupu. Perangkap kanopi digunakan untuk mengatasi masalah ini, pada areal 10m 200m 200m 200m 200m 200m 1km
  • 9. hutan yang sulit untuk dilakukannya penangkapan menggunakan jaring serangga dipasang perangkap kanopi untuk kupu-kupu. Perangkap kanopi diletakan pada dahan-dahan pohon yang tinggi, alat ini dipasang pada beberapa ketinggian diantaranya 5m, 10m dan 15m. Terdapat 4 pohon yang dipasang perangkap kanopi, dalam satu pohon tersebut dipasang sebanyak 3 perangkap kanopi dengan jarak antar pohon sejauh 300m. Sebelum memasang perangkap kanopi, pengamat membuat umpan untuk diletakan di dalam perangkap. Umpan yang digunakan berupa campuran buah (pisang) dan cairan manis (sirup dan sejenisnya), umpan tersebut akan dicek dan diganti setiap harinya. Dikarenakan terbatasnya waktu kegiatan inventarisasi, pemasangan perangkap kanopi hanya dilakukan pada tipe habitat hutan Kakenauwe. Gambar 10. Tahapan pemasangan perangkap kanopi Bahan untuk umpan perangkap kanopi Peletakan umpan pada perangkap kanopi Pemasangan tali penggantung perangkap kanopi menggunakan ketapel Perangkap kanopi yang telah terpasang
  • 10. 3. Pendokumentasian dengan kamera Penggunaan kamera untuk mendokumentasi spesies kupu-kupu yang ditemukan dapat mengurangi pengambilan spesimen kupu-kupu di alam. Beberapa spesies kupu-kupu juga memiliki ukuran kecil dan sayap yang rapuh seperti pada suku Lycaenidae. Bila tersentuh atau terkena gesekan jaring dikhawatirkan akan merusak sayap dari kupu-kupu tersebut. Pengambilan gambar dengan kamera dapat membantu pengidentifikasian spesies kupu-kupu tersebut tanpa harus menangkapnya. Gambar kupu-kupu yang diambil juga dapat menjadi dokumen untuk membantu kegiatan inventarisasi kupu-kupu selanjutnya. Beberapa gambar terjadi perbedaan warna pada sayap kupu-kupu dikarenakan pengaruh pengambilan gambar menggunaan pencahayaan kamera (flash) V. KEANEKARAGAMAN SPESIES KUPU-KUPU BUTON Kegiatan inventarisasi keanekaragaman kupu-kupu ini berhasil menemukan 66 spesies kupu- kupu dari kelompok suku Papilionoidea yang terdiri dari 11 spesies Papilionidae, 6 spesies Pieridae, 38 spesies Nymphalidae, 1 speseies Riodinidae dan 10 spesies Lycaenidae. Sebanyak 33 spesies kupu-kupu ditemukan pada tipe habitat pemukiman, 44 spesies pada tipe habitat hutan dan 51 spesies pada tipe habitat perkebunan. Banyaknya spesies yang ditemukan pada tipe habitat perkebunan dapat dikarenakan tipe habitat ini lebih banyak ditemukan jenis tanaman pakan baik pakan ulat maupun tumbuhan berbunga yang menjadi pakan kupu-kupu dewasa. Spesies-spesies yang ditemukan pada kegiatan ini disajikan dalam tabel pada lampiran 1. Pemasangan perangkap kanopi yang dilakukan pada tipe habitat hutan Kakenauwe berhasil menangkap 11 spesies kupu-kupu yang keseluruhannya merupakan anggota dari suku Nymphalidae. Spesies kupu-kupu yang tertangkap perangkap kanopi tersaji pada tabel 1. Tabel 1. Spesies kupu-kupu yang tertangkap perangkap kanopi NO JENIS SUKU KETINGGIAN (meter) 5 10 15 1 Faunis menado pleonasma Nymphalidae x - - 2 Amathuxidia plateni iamos Nymphalidae x - - 3 Ariadne merionoides merionoides Nymphalidae x - - 4 Charaxes affinis butongensis Nymphalidae - - x 5 Dophla evelina dermoides Nymphalidae - x x 6 Elymnias hicetas butona Nymphalidae x x - 7 Lexias aeetes butongensis Nymphalidae x x - 8 Melanitis phedima linga Nymphalidae x x - 9 Melanitis velutina ribbei Nymphalidae x x - 10 Pseudergolis avesta nimbus Nymphalidae x - - 11 Vindula erota boetonensis Nymphalidae x - -
  • 11. Data yang diperoleh dari perangkap kanopi menghasilkan 9 spesies kupu-kupu tertangkap pada ketinggian 5 meter, 5 jenis pada ketinggian 10 meter dan dua jenis pada ketinggian 15 meter. Data tersebut menunjukan bahwa hanya beberapa spesies kupu-kupu yang memiliki pola terbang pada ketinggian dan dapat menjangkau perangkap kanopi. Spesies C. affinis butongensis dan D. evelina dermoides memiliki pertulangan sayap yang kuat sehingga dapat menjangkau ketinggian 15 m. Beberapa spesies juga terdata hanya dijumpai pada perangkap kanopi yaitu A. merionoides merionoides dan P. avesta nimbus. Spesies yang berhasil diidentifikasidan terdokumentasi pada kegiatan ini akan dideskripsikan berdasarkan sudut pandang pengamat dan dikelompokan berdasarkan sukunya masing-masing. Berikut hasil deskripsi dari spesies-spesies kupu-kupu yang terdata dalam kegiatan invetarisasi ini. PAPILIONIDAE [Latreille, 1802] Papilionidae merupakan suku kupu-kupu yang beranggotakan spesies kupu-kupu berukuran sedang hingga besar. Beberapa spesies diantaranya memiliki sayap yang kuat sehingga dapat terbang di ketinggian. Ukurannya yang besar membuat anggota suku ini cukup mudah untuk diidentifikasi. Spesies tertentu memiliki ekor berupa spatula pada sayapnya sehingga beberapa spesies kupu-kupu yang tergabung ke dalam suku ini mendapatkan sebutan swallow tail. Marga Papilio Linnaeus, 1758 Marga Papilio mayoritas memiliki anggota spesies yang berukuran besar, ukuran sayap yang lebar dan kuat membuat marga ini mampu terbang tinggi dengan cepat. Beberapa spesies dijumpai dengan warna dasar sayap hitam. Spesies yang dijumpai diantaranya P. ascalapus ascalapus, P. demoleus, P. sataspes sataspes , P. gigon gigon, P. peranthus kransi dan P. polytes alcindor. Ulat P. demoleus umum dijumpai di tanaman jeruk warga di lokasi perkebunan, spesies P. demoleus dikenal oleh warga Buton sebagai ulat jeruk. Spesies P. peranthus kransi merupakan salah satu spesies endemik di Buton (Vane-Wright & de Jong, 2003) yang cukup menarik dikarenakan memiliki corak sayap yang indah. Spesies P.polytes yang dijumpai memiliki perbedaan corak antara jantan dan betina. Jantan P. polytes memiliki warna dasar sayap dominan kehitaman dengan hiasan corak putih sedangkan sayap pada betina dihiasi corak putih yang lebih terlihat pada sayap depan dan hiasan corak merah pada sayap belakang.
  • 12. Gambar11. Spesies P. ascalapus ascalapus Boisduval, 1836 Gambar 12. Spesies P. demoleus Linnaeus, 1758 Gambar 13. Spesies P. sataspes sataspes C. & R. Felder, 1864
  • 13. Gambar 14. Spesies P. gigon gigon C. & R. Felder, 1864 Gambar 15. Spesies P. peranthus kransi Jurriaanse & Lindemans, 1920
  • 14. Gambar 16. Spesies Papilio polytes alcindor Oberthür, 1879 Marga Graphium Scopoli, 1777 Kupu-kupu yang masuk dalam marga Graphium memiliki pola terbang yang sangat gesit. Marga graphium aktif terbang disaat cukup cahaya matahari dan beraktivitas di sekitar bunga-bunga terutama Lantana camara. Marga ini umum dijumpai tengah beraktivitas di sekitar kubangan maupun pada bebatuan lembab untuk mencari mineral. Terdata lima spesies kupu-kupu yang termasuk ke dalam marga Graphium pada kegiatan ini diantaranya G. agamemnon comodus, G. deucalion deucalion, G. eurypylus pamphylus, G. meyeri meyeri dan G. milon milon. Ketiga spesies: G. eurypylus pamphylus, G. meyeri meyeri dan G. milon milon memiliki corak kebiruan yang hampir mirip. Pembeda pada G. eurypylus pamphylus dan G. meyeri meyeri dapat ditentukan pada letak barisan corak garis kebiruan pada sisi bawah sayap belakang. Corak garis yang dimiliki G. eurypylus lebih tebal bila dibandingkan G. meyeri meyeri. Spesies G. meyeri meyeri merupakan endemik di Buton (Vane-Wright & de Jong, 2003). G. milon milon dapat dibedakan pada corak merah yang lebih panjang pada sisi bawah sayap belakang.
  • 15. Gambar 16. Spesies G. agamemnon comodus Fruhstorfer, 1903 Gambar 17. Spesies G. deucalion deucalion Boisduval, 1836
  • 16. Gambar 18. Spesies G. eurypylus pamphylus C. & R. Felder, 1865 Gambar 19. Spesies G. meyeri meyeri Hopffer, 1874
  • 17. Gambar 20. Spesies G. milon milon C. & R. Felder, 1864 PIERIDAE [Duponchel 1835] Spesies kupu-kupu yang masuk ke dalam suku Pieridae dominan memiliki warna dasar sayap putih, kuning ataupun jingga dengan bentuk sayap polos tanpa ekor, Pieridae umumnya aktif terbang ditengah terik matahari. Beberapa spesies dijumpai berkelompok diantara genangan air. Anggota suku Pieridae berukuran kecil hingga sedang. Marga Eurema Hübner, 1819 Marga Eurema umum dijumpai terbang rendah diantara semak di tiga tipe habitat. Sayap berwarna dasar kuning menjadi ciri anggota marga ini. Dua spesies yang dijumpai dalam kegiatan ini adalah E. alitha dan E. tominia tominia. Sekilas keduanya sulit untuk dibedakan, pembeda dapat anda ketahui dari bercak garis yang dimiliki E. alitha pada tengah sisi bawah ke dua sayap, sedangkan pada E. tominia tominia cenderung hanya berupa bercak. Betina pada kedua spesies memiliki warna hitam kecokelatan yang lebih luas pada sisi atas sayap depan.
  • 18. Gambar 21. Spesies E. alitha C. & R. Felder, 1862 Gambar 22. Spesies E. tominia tominia Vollenhoven, 1865 Marga Pareronia Bingham, 1907 Anggota marga Pareronia yang dijumpai adalah spesies P. tritaea sarasinorum. Spesies P. tritaea sarasinorum umum dijumpai pada tiga tipe habitat. Memiliki pola terbang yang agak lambat terkadang terbang pada ketinggian. Kupu-kupu Jantan dan betina memiliki perbedaan warna pada corak sisi atas sayap, jantan berwarna putih kebiruan sedangkan betina dengan dua warna yaitu berwarna putih dan kekuningan.
  • 19. Gambar 23. Spesies P. tritaea sarasinorum Martin, 1913 (Jantan) Gambar 24. Spesies P. tritaea sarasinorum Martin, 1913 (Betina)
  • 20. Marga Appias Hübner, 1819 Spesies A. hombroni tombugensis merupakan anggota marga Appias yang berhasil dijumpai pada kegiatan ini. Spesies ini memiliki pola terbang yang sangat gesit, terutama menjelang siang hari. Spesies A. hombroni tombugensis dapat dikenali melalui warna dasar sayapnya yang putih. Sulitnya menemukan spesies ini tengah hinggap, memerlukan bantuan jaring serangga untuk penangkapan untuk kemudian diidentifikasi. Gambar 25. Spesies A. hombroni tombugensis Fruhstorfer, 1902 Marga Catopsillia Hübner, 1819 Anggota marga Catopsillia memiliki pola terbang yang sangat gesit dan aktif mencari nektar bunga hingga di tajuk tinggi. Marga Catopsillia yang terdata pada kegiatan ini adalah C. pomona flava dan C. scylla asema. Kedua spesies ini sekilas dapat langsung dibedakan melalui warna dasar sayap. Spesies C. pomona flava memiliki warna dasar sayap hijau pucat dengan beberapa bercak hitam pada sisi atas sayap depan. Sisi bawah sayap C. scylla asema berwarna kuning cerah dengan warna dasar putih pada sisi atas sayap depan.
  • 21. Gambar 26. Spesies C. pomona flava Butler, 1869 Gambar 27. Spesies C. scylla asema Staudinger, 1885
  • 22. LYCAENIDAE [Leach, 1815] Suku Lycaenidae memiliki anggota yang terdiri dari kupu-kupu berukuran kecil. Beberapa spesies memiliki sayap dengan warna menarik seperti putih dan biru metalik. Ukuran tubuhnya yang kecil membuat Lycaenidae sangat rapuh, Sayap sangat rentan bila terkena sentuhan langsung sehingga identifikasi menggunakan kamera sangat diperlukan. Beberapa spesies umum dijumpai terbang rendah pada lantai hutan. Marga Curetis Hübner, 1819 Anggota marga Curetis yangdijumpai adalah spesies C. tagalica celebensis. Spesies C. tagalica celebensis sulit untuk diidentifikasi dikarenakan pola terbangnya yang gesit. Kegiatan inventarisasi ini hanya melakukan perjumpaan sebanyak satu kali dengan spesies C. tagalica celebensis pada tipe habitat hutan. Spesies ini tengah hinggap pada semak, sebelum terbang menghindar. Gambar28. Spesies C. tagalica celebensis C. & R. Felder, 1865 Marga Remelana Moore, 1884 Anggota marga Remelana yang dijumpai adalaha spesies R. jangala orsolina. Spesies R. jangala orsolina yang dijumpai pada tipe habitat kebun sebanyak satu kali perjumpaan dalam kegiatan ini. Spesies ini dijumpai tengah hinggap di daun pada tajuk rendah. Sisi bawah sayap berwarna kuning dengan dua hiasan ekor pada sayap belakang.
  • 23. Gambar 29. Spesies R. jangala orsolina Hewitson, 1865 Marga Rapala Moore, 1881 Anggota marga Rapala yang dijumpai adalah spesies R. dioetas. Spesies ini dapat dikenali melalui sisi atas sayap R. dioetas yang didominasi warna kecokelatan dengan corak kemerahan pada sayap depan, sayap belakang memiliki hiasan ekor. Spesies R. dioetas terbang rendah pada lantai hutan dan terkadang dijjumpai tengah hinggap pada bebatuan untuk mencari mineral. Menurut data Operation wallacea spesies ini merupakan endemik di Buton. Gambar 30. Spesies R. dioetas Hewitson, 1869
  • 24. Marga Psychonotis Toxopeus, 1930 Anggota marga Psychonotis yang dijumpai adalah spesies P. piepersii. Perjumpa dengan jenis ini terjadi pada tipe habitat hutan Lapago dengan aktivitas mencari cairan pada lumut-lumut di batang pohon. Spesies ini hinggap pada jarak yang cukup sulit dijangkau sehingga dilakukan kegiatan pengambilan gambar untuk membantu proses identifikasi. Spesies ini dapat dikenali melalui corak putih yang melabar pada sisi bawah sayap. Gambar 31. Spesies P. piepersii Snellen, 1878 Marga Caleta Fruhstorfer, 1922 Anggota marga Psychonotis yang dijumpai adalah spesies C. caleta caleta. Salah satu perjumpaan dengan spesies C. caleta caleta terjadi bersamaan dengan perjumpaan spesies P. piepersii di hutan Lapago. Spesies C. caleta caleta dapat dijumpai pada dua lokasi hutan yang menjadi tempat kegiatan inventarisasi. Sisi bawah sayap memiliki corak hitam yang lebih abstrak dibandingkan spesies P. piepersii. Gambar 32. Spesies C. caleta caleta Hewitson, 1876
  • 25. Marga Jamides Hübner, 1819 Marga Jamides umum dijumpai terbang rendah pada lantai hutan dan terkadang juga dijumpai hinggap pada semak berbunga. Anggota marga ini memiliki sayap belakang dengan hiasan ekor. Kegiatan inventarisai ini berhasil menemukan tiga spesies yang termasuk ke dalam marga Jamides yaitu J. aratus lunata, J. philatus philatus dan J. festivus festivus . Ketiga spesies yang dijumpai memiliki sisi atas sayap berwarna metalik pada jantan sedangkan betina dengan warna lebih kusam. Pembeda ketiga spesies ini dapat diidentifikasi melalui sisi bawah sayap belakang. Spesies J. aratus lunata memiliki corak mata panah berbaris pada tepi sayap yang lebih tumpul bila dibandingkan corak mata panah yang dimiliki J. philatus philatus dan J. festivus festivus. Pada spesies J. festivus festivus memiliki corak hitam pada tengah tepi sisi bawah sayap belakang. Spesies J. philatus philatus tidak memiliki garis kuning yang menghiasi corak panah dekat ekor pada sisi bawah sayap belakang. Gambar 33. Spesies J. aratus lunata de Nicéville, 1899
  • 26. Gambar 34. Spesies J. festivus festivus Röber, 1886 Gambar 35. Spesies J. philatus philatus Snellen, 1878 Marga Megisba Hübner, 1819 Anggota marga Megisba yang dijumpai adalah spesies M. malaya sikkima. Spesies M. malaya sikkima dijumpai pada tipe habitat perkebunan dengan aktivitas terbang rendah diantara semak. Dengan ukuran tubuh M. malaya sikkima yang kecil, spesies ini memiliki pola terbang yang lincah. Sisi bawah sayap berwarna putih dengan variasi corak hitam serta sayap belakang memiliki hiasan ekor kecil.
  • 27. Gambar 36. Spesies M. malaya sikkima Moore, 1884 Marga Lampides Hübner, 1819 Anggota marga Lampides yang dijumpai adalah spesies L. boeticus. Perjumpa dengan spesies L. boeticus terjadi saat aktivitas terbang rendah diantara pekarangan pada tipe habitat pemukiman. Spesies ini dapat dikenali melalui corak batik kecokelatan pada sisi bawah sayapnya dengan sayap belakang memiliki hiasan ekor dan dua corak mata. Gambar 37. Spesies L. boeticus Linnaeus, 1767 Marga Pithecops Horsfield, 1828 Anggota marga Lampides yang dijumpai adalah spesies P. phoenix. Spesies P. phoenix aktif terbang menjelang siang hari. Memiliki pola terbang rendah diantara semak serta sesekali hinggap pada semak berbunga. Sisi sayap bawah didominasi warna putih dengan corak titik hitam yang mencolok pada tepi sisi bawah sayap belakang.
  • 28. Gambar 38. Spesies P. phoenix Röber, 1886 RIODINIDAE [Grote, 1895] Anggota suku Riodinidae yang djumpai dalam kegiatan ini hanya terdiri dari satu spesies yaitu Abisara echerius celebica. Suku Riodinidae memiliki bentuk menyerupai suku Lycaenidae namun biasanya memiliki ukuran lebih besar. Marga Abisara C. & R. Felder, 1860 Anggota marga Lampides yang dijumpai adalah spesies A. echerius celebica. Perjumpaandengan spesies A. echerius celebica terjadi satu kali pada habitat hutan Lapago. Spesies ini memiliki pola terbang yang gesit dan sangat sensitif terhadap gerakan pengamat. Kegiatan pengidentifikasian dilakukan dengan pengambilan gambar, dikarenakan beberapa kali perjumpaan dengan spesies ini tegah hinggap pada tajuk yang tinggi.
  • 29. Gambar 39. Spesies A. echerius celebica Röber, 1886 NYMPHALIDAE [Rafinesque, 1815] Menurut catatan terakhir Puslit LIPI dalam Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia (2014), Nymphalidae merupakan suku kupu-kupu yang memiliki jumlah spesies tertinggi di Indonesia. Spesies kupu-kupu yang masuk ke dalam anggota suku Nymphalidae memiliki ukuran tubuh sedang hingga besar. Tungkai kaki bagian depan suku ini tereduksi sehingga Nymphalidae seolah memiliki 2 pasang kaki. Seluruh spesies yang tertangkap pada perangkap kanopi adalah anggota suku ini dikarenakan beberapa spesies tertarik oleh bau mencolok yang ada disekitarnya. Beberapa spesies anggota Nymphalidae juga menyukai benda busuk seperti bangkai dan sampah. Marga Faunis Hübner, 1819 Anggota marga Faunis yang dijumpai adalah spesies F. menado pleonasma. Spesies F. menado pleonasma umum dijumpai terbang rendah di lantai hutan pada lokasi kegiatan inventarisasi. Spesies F. menado pleonasma sangat sensitive terhadap gerakan dan segera terbang untuk berlindung ke dalam semak. Spesies ini dapat dikenali melalui warna keemasan yang dominan pada sisi atas sayapnya.
  • 30. Gambar 40. Spesies F. menado pleonasma Röber, 1896 Marga Amathuxidia Staudinger, 1887 Anggota marga Amathuxidia yang dijumpai adalah spesies A. plateni iamos pada tipe habitat hutan. Spesies A. plateni iamos merupakan salah satu spesies yang ditangkap menggunakan perangkap kanopi. Ukuran tubuh dan sayapnya yang besar membuat spesies ini dapat menghindar ke dalam hutan dengan cepat bila merasa terganggu. Terkadang dijumpai tengah hinggap pada batang-batang pohon dan buah-buahan busuk di dalam hutan. Gambar 41. Spesies A. plateni iamos Brooks, 1937
  • 31. Marga Melanitis Fabricius, 1807 Anggota marga Melanitis yang dijumpai pada kegiatan ini kurang begitu menyukai cahaya matahari. Marga ini biasanya terbang rendah pada lantai hutan, bersembunyi diantara semak. Sangat sensitif terhadap gerakan pengamat dan memiliki pola terbang rendah yang sangat gesit. Memiliki warna sisi bawah sayap kecokelatan sehingga dapat tersamarkan dengan baik pada serasah, sangat berguna untuk melindungi diri dari predatornya. Anggota marga Melanitis yang dijumpai adalah M. phedima linga dan M. velutina ribbei. Kedua spesies dapat dibedakan pada warna sisi bawah sayap, corak sayap pada spesies M. velutina ribbei memiliki sapuan corak putih yang jelas sedangkan M. phedima linga lebih tipis dan samar. Spesies M. velutina ribbei teridentifikasi memiliki perbedaan corak sayap pada jantan dan betina. Sisi atas sayap pada jantan berwarna cokelat gelap sedangkan sisi atas sayap betina berwarna cokelat keemasan dengan sapuan cokelat gelap pada tepi sayap depan. Kedua spesies ini juga tertangkap pada perangkap kanopi di ketinggian 5 dan 10 meter. Gambar 42. Spesies M. phedima linga Fruhstorfer, 1908
  • 32. Gambar 43. Spesies M. velutina ribbei Röber, 1886 Marga Elymnias Hübner, 1818 Anggota marga Elymnias yang dijumpai adalah spesies E. hicetas butona. Perjumpaan terjadi pada aktivitas hinggap di daun dan batang pohon di ketinggian yang tidak terjangkau pengamat. Spesies ini tertangkap pada perangkap kanopi di ketinggian 5 dan 10 meter. Memiliki warna sisi sayap atas hitam dengan sapuan corak biru. Pola terbang gesit dan sangat sensitif terhadap gerakan pengamat. Gambar 44. Spesies E. hicetas butona Fruhstorfer, 1904
  • 33. Marga Orsotriaena Wallengren, 1858 Anggota marga Orsotriaena yang dijumpai adalah spesies O. jopas jopas. Perjumpaan terjadi pada aktivitas terbang dan bersembunyi diantara semak. Dapat dikenali melalui warna sayap kehitaman dengan barisan corak berupa titik mata pada sisi bawah sayap. Terkadang O. jopas jopas dijumpai berkumpul pada buah-buahan busuk di habitat perkebunan dan hutan. Gambar 45. Spesies O. jopas jopas Hewitson, 1864 Marga Mycalesis Wallengren, 1858 Anggota marga Mycalesis yang dijumpai adalah spesies M. janardana opaculus. Perjumpaan terkadang terjadi saat tengah beraktivitas bersamaan dengan spesies O. jopas jopas, sekilas sulit untuk membedakan kedua spesies ini. Warna sayap yang dimiliki M. janardana opaculus lebih terang dengan corak titik mata pada sisi bawah sayap yang lebih banyak dibandingkan dengan spesies O. jopas jopas.
  • 34. Gambar 46. Spesies M. janardana opaculus Fruhstorfer, 1908 Marga Lohora Moore, 1880 Anggota marga Lohora yang dijumpai adalah spesies L. opthalmica. Perjumpaan terjadi pada semua tipe habitat terutama habitat hutan. Spesies ini mudah dikenali melalui warna keemasan dengan sapuan corak hitam pada sisi atas sayap. Sisi bawah sayap memiliki corak mata yang dominan dengan dilapisi corak putih. Spesies L. opthalmica dijumpai terbang rendah diantara semak menjelang siang hari. Gambar 47. Spesies L. opthalmica Westwood, 1888
  • 35. Marga Acrophtalmia Felder, 1861 Anggota marga Acrophtalmia yang dijumpai adalah spesies A. leuce. Spesies ini mudah diidentifikasi dengan adanya corak mata yang cukup besar pada kedua pasang sayap. Sayap berwarna dasar kecokelatan, dengan ukuran tubuh kecil. Dijumpai terbang rendah pada habitat pemukiman dan bersembunyi diantara semak pada habitat hutan. Gambar 48. Spesies A. leuce C. & R. Felder, 1861 Marga Ypthima Hübner, 1818 Marga Yphtima umum dijumpai pada ketiga tipe habitat. Anggota marga ini memiliki pola terbang rendah diantara semak dan lantai hutan, terkadang dijumpai tengah beraktivitas berjemur dibawah sinar matahari. Spesies kupu-kupu yang berhasil teridentifikasi anggota marga Yphtima pada kegiatan ini adalah Y. nynias nynias dan Y. loryma. Sekilas kedua spesies hampir sulit dibedakan dengan warna sisi atas sayap cokelat keabuan. Pembeda terletak di jumlah corak mata pada sisi bawah sayap, jumlah corak mata yang dimiliki Y. nynias nynias lebih banyak dibandingkan jumlah corak mata Y. loryma.
  • 36. Gambar 49. Spesies Y. nynias nynias Fruhstorfer, 1911 Gambar 50. Spesies Y. loryma Hewitson, 1865 Marga Charaxes Ochsenheimer, 1816 Anggota marga Charaxes yang dijumpai adalah spesies C. affinis butongensis. Data Operation Wallacea (Opwall) menyatakan bahwa spesies C. affinis butongensis adalah endemik di Buton. Hanya terjadi satu kali perjumpaan dengan spesies ini yaitu pada habitat Hutan Kakenauwe. Spesies ini tertangkap perangkap kanopi pada ketinggian 15m. Spesies C. affinis butongensis memiliki tubuh yang gempal dan sayap yang kuat sehingga dapat membawanya terbang hingga tajuk yang sangat tinggi. Spesies ini dapat dikenali melalui warna sisi atas sayap yang didominasi jingga dengan sapuan corak hitam pada tepi sayap.
  • 37. Gambar 51. Spesies C. affinis butongensis Tsukada, 1991 Marga Cethosia Fabricius, 1807 Anggota marga Cethosia yang dijumpai adalah spesies C. myrina vanbemmeleni. Spesies C. myrina merupakan salah satu spesies kupu-kupu yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan diatur oleh Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Spesies Tumbuhan dan Satwa. Pada kegiatan ini spesies yang dijumpai adalah C. myrina van bemmeleni yang merupakan endemik Buton. Jantan dan betina memiliki warna corak yang berbeda, jantan C. myrina vanbemmeleni memiliki warna kemerahan sedangkan betina memiliki warna kecokelatan pada sisi atas sayap. Spesies ini umum ditemukan terbang di sekitar tumbuhan berbunga menjelang siang hari. Gambar 52. Spesies Cethosia myrina vanbemmeleni Juriaanse & Lindemans, 1918 (Jantan)
  • 38. Gambar 52. Spesies Cethosia myrina vanbemmeleni Juriaanse & Lindemans, 1918 (Betina) Marga Vindula Hemming, 1934 Marga Vindula umum dijumpai terbang dengan gesit pada semua tipe habitat tempat dilakukannya kegiatan inventarisasi. Marga Vindula dijumpai tenang saat aktivitas hinggap di semak berbunga maupun saat tengah berkumpul menghisap cairan pada kotoran satwa. Anggota dari marga ini adalah V. dejone celebensis dan V. erota. Kedua spesies ini memiliki warna sisi atas sayap cokelat kejinggaan pada jantan. Betina memiliki warna yang berbeda yaitu cokelat kusam dengan sapuan corak putih pada sisi atas sayap. Pembeda antara V. dejone celebensis dan V. erota terletak pada corak titik mata sisi atas sayap. Corak titik mata yang dimiliki V. dejone lebih besar dan jelas terlihat dibandigkan V. erota. Gambar 53. Spesies V. dejone celebensis Butler, 1883 (Betina)
  • 39. Gambar 54. SpesiesV. erota boetonensis Jurriaanse & Lindemans, 1920 Marga Cupha Billberg, 1820 Anggota marga Cupha yang dijumpai adalah spesies C. maeonides butungensis. Menurut data Opwall spesies C. maeonides butungensis merupakan endemik di pulau Buton. Spesies ini dijumpai padatipe habitat perkebunan pada aktivitas hinggap diantara semak. Dapat dikenali melalui warna sayap keemasan dengan corak cokelat tua dan jingga. Aktif dijumpai terbang dengan gerakan yang gesit menjelang siang hari. Gambar 55. Spesies C. maeonides butungensis Tsukada, 1985
  • 40. Marga Neptis Fabricius, 1807 Anggota marga Neptis yang dijumpai adalah N. ida liliputa yang umum ditemukan pada seluruh tipe habitat. Perjumpaan umum pada aktivitas terbang rendah diantara semak berbunga dan berjemur saat ada cahaya matahari. Pola terbang akan semakin gesit menjelang siang hari. Spesies N. ida liliputa dikenali melalui warna hitam pada sisi atas sayap dengan corak putih. Corak ini akan mudah dikenali saat N. ida liliputa berjemur. Gambar 56. Spesies N. ida liliputa Martin, 1924 Marga Lexias Boisduval, 1832 Anggota marga Lexias yang ditemukan di Buton hanya terdiri dari satu spesies (Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong 2003) yaitu L. aeetes butongensis yang dominan dan umum dijumpai pada ketiga tipe habitat. Menurut Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong (2003) spesies ini merupakan endemik di Buton. Spesies ini mudah dikenali melalui warna sayap yang dominan cokelat gelap. Walaupun memiliki pola terbang yang gesit, spesies ini sering dijumpai menghisap cairan pada bebatuan lembab maupun genangan air pada siang hari. Spesies L. aeetes butongensisi merupakan salah satu spesies kupu-kupu yang menyukai buah-buahan busuk, spesies ini juga tertangkap pada perangkap kanopi.
  • 41. Gambar 57. Spesies L. aeetes butongensis Tsukada, 1991 Marga Dophla Moore, 1880 Anggota marga Dophla yang dijumpai adalah spesies D. evelina yang ditemukan pada dua tipe habitat hutan. Spesies kupu-kupu ini memiliki warna sisi atas sayap cokelat dengan sedikit bercak merah. Sisi bawah sayap memiliki warna lebih kusam. Pola terbang spesies kupu-kupu ini sangat cepat dan dijumpai hinggap pada batang-batang pohon yang terlindungi oleh dedaunan lebat. Spesies D. evelina merupakan salah satu spesies kupu-kupu yang yang tertangkap pada perangkap kanopi pada ketinggian 10 dan 15 meter. Gambar 58. Spesies D. evelina dermoides Rothschild, 1892
  • 42. Marga Athyma Westwood, 1850 Anggota marga Athyma yang dijumpai adalah spesies A. libnites noctesco. Sisi atas sayap memiliki warna dasar hitam dengan corak putih pada sayap depan dan hiasan corak jingga pada sayap belakang. Sisi bawah sayap memiliki corak putih dan cokelat dengan warna yang lebih pucat bila dibandingkan sisi atas sayap. Spesies A. libnites noctesco sangat sukar dijumpai dikarenakan memiliki pola terbang yang sangat gesit terutama menjelang siang hari. Sesekali spesies ini dijumpai tengah berjemur, namun sangat sensitif terhadap gerakan pengamat sehingga akan segera terbang menghindar. Gambar 59. Spesies A. libnites noctesco Tsukada, 1991 Marga Moduza Moore, 1881 Anggota marga Moduza yang dijumpai adalah spesies M. lycone lyconides. Spesies ini hanya dijumpai pada tipe habitat hutan Lapago pada kegiatan inventarisasi ini. Sisi atas sayap memiliki perpaduan corak berwarna jingga dan cokelat, dengan beberapa corak putih dan hitam berupa titik. Sisi bawah sayap memiliki warna putih kebiruan dengan corak cokelat, hitam dan jingga. Spesies ini memiliki pola terbang yang sangat gesit, terutama pada siang hari. Gesitnya pergerakan yang dimiliki M. lycone lyconides membuat spesies ini sulit untuk diidentifikasi secara langsung.
  • 43. Gambar 60. Spesies M. lycone lyconides Fruhstorfer, 1913 Marga Ariadne Horsfield, 1829 Anggota marga Ariadne yang dijumpai adalah spesies A. merionoides merionoides. Spesies ini dijumpai terperangkap pada perangkap kanopi di ketinggian 5m pada tipe habitat hutan Kakenauwe. Spesies yang berhasil diidentifikasi dan terdokumentasi pada kegiatan ini adalah betina. Sisi atas sayap memiliki variasi warna krem hingga cokelat dengan warna sisi bawah sayap lebih pucat. Gambar 61. Spesies A. merionoides merionoides Holland, 1891
  • 44. Marga Chersonesia Distant, 1883 Anggota marga Chersonesia yang dijumpai adalah spesies C. rahria celebensis. Spesies C. rahria celebensis memiliki sisi atas sayap berwarna dasar jingga dan dapat dikenali melalui corak rantai mendekati tepi sayap. Spesies kupu-kupu ini sangat sensitif terhadap pergerakan pengamat dan langsung terbang menghindar. Dijumpai tengah hinggap pada daun-daun yang cukup tinggi, terkadang C. rahria celebensis beristirahat di balik dedaunan pada siang hari. Gambar 62. Spesies C. rahria celebensis Rothschild, 1892 Marga Cyrestis Boisduval, 1832 Marga Cyrestis sering dijumpai tengah hinggap pada daun-daun yang cukup tinggi. Sekilas bila melihat anggota marga ini di ketinggian pola pada sisi bawah sayap menyerupai corak Chersonesia dengan corak rantai mendekati tepi sayap. Anggota marga Cyrestis yang dijumpai pada kegiatan ini adalah Cyrestis paulinus kransi dan Cyrestis strigata strigata. Spesies Cyrestis paulinus kransi memiliki corak warna yang lebih pucat bila dibandingkan Cyrestis strigata strigata, terutama corak rantai yang lebih jelas terlihat pada sayap Cyrestis strigata strigata.
  • 45. Gambar 63. Spesies C. paulinus kransi Jurriaanse & Lindemans, 1920 Gambar 64. Spesies C. strigata strigata C. & R. Felder, 1862
  • 46. Marga Pseudergolis C. & R. Felder, 1867 Spesies Pseudergolis avesta merupakan satu-satunya spesies dari anggota marga Pseudergolis yang ditemukan di Sulawesi (Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong 2003). Menurut Tsukada 1991 dalam Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong 2003 spesies P. avesta nimbus merupakan endemik di Buton. Pada kegiatan ini spesies P. avesta nimbus terperangkap pada perangkap kanopi di ketinggian 5 m pada tipe habitat hutan Kakenauwe. Sisi sayap atas P. avesta nimbus memiliki warna cokelat kejinggaan dengan sisi bawah sayap memiliki warna lebih gelap. Gambar 65. Spesies P. avesta nimbus Tsukada, 1991 Marga Symbrenthia Hübner, 1819 Anggota marga Symbrenthia yang dijumpai adalah spesies S. hippoclus clauses. Spesies ini dapat dikenali melalui warna sisi atas sayap perpaduan corak jingga dan cokelat kehitaman. Sisi bawah sayap memiliki warna dominan jingga. Memilliki pola terbang yang gesit, spesies ini akan mudah dijumpai pada saat beraktivitas menghisap nektar pada semak berbunga.
  • 47. Gambar 66. Spesies S. hippoclus clausus Fruhstorfer, 1904 Marga Junonia Hübner, 1819 Anggota marga Junonia yang dijumpai adalah spesies J. hedonia intermedia. Spesies J. hedonia intermedia memiliki sayap berwarna dominan cokelat tua. Corak bintik mata kejinggaan berbaris mendekati tepi sayap. Memiliki pola terbang yang gesit, terkadang dijumpai tengah hinggap di atas tanah dan daun untuk berjemur. Beberapa perjumpaan menemukan spesies ini tengah hinggap pada tanah maupun batuan lembab untuk mencari mineral. Gambar 67. Spesies J. hedonia intermedia C. & R. Felder, 1867
  • 48. Marga Yoma Doherty, 1886 Anggota marga Yoma yang dijumpai adalah spesies Y. sabina nimbus. Spesies Y. sabina nimbus umum dijumpai menjelang siang hari dengan aktivitas hinggap dan berjemur pada daun. Sangat sensitif dengan pergerakan pengamat sehingga sulit untuk didekati. Dapat dikenali melalui pita jingga yang membujur pada sisi atas sayap depan hingga ke sayap belakang dengan warna dasar sayap kecokelatan. Gambar 68. Spesies Y. sabina nimbus Tsukada, 1985 Marga Hypolimnas Hübner, 1819 Anggota marga Hypolimnas yang dijumpai adalah spesies H. anomala stellata. Spesies H. anomala stellata umum dijumpai pada tipe habitat pemukiman. Sekilas spesies ini terlihat seperti J. hedonia intermedia namun bila dilihat lebih teliti H. anomala stellata memiliki warna sayap cokelat yang lebih gelap. Corak putih menghiasi tepi sisi bawah sayap dengan barisan titik-titik putih mendekati tepi sayap. Spesies H. anomala stellata aktif menjelang siang hari dengan aktivitas pada umumnya berjemur dan hinggap diatas daun. Gambar 69. H. anomala stellata Fruhstorfer, 1912
  • 49. Marga Parantica Moore, 1880 Anggota marga Parantica yang dijumpai adalah spesies P. menadensis. Spesies P. menadensis dapat dikenali melalui warna sayap yang dimilikinya, perpaduan antara hitam dengan corak kuning. Mendekati tepi sayap terdapat barisan corak titik putih. Spesies ini dijumpai pada tipe habitat perkebunan dengan aktivitas terbang yang cukup santai. Beberapa perjumpaan menemukan spesies ini hinggap pada dedaunan yang cukup tinggi. Gambar 70. Spesies P. menadensis Moore, 1883 Marga Ideopsis Horsfield, 1858 Corak pada anggota marga Ideopsis sekilas menyerupai corak pada Parantica. Marga Ideopsis memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan Parantica di Buton. Dikarenakan memiliki pola terbang yang cukup tenang maka marga ini umum dijumpai pada seluruh tipe habitat di Buton. Perjumpaan dengan marga ini sering terjadi pada aktivitas menghisap nektar pada tanaman maupun semak berbunga. Anggota marga Ideopsis yang dijumpai pada kegiatan ini adalah I. juventa ishma dan I. vitrea arachosia. Spesies I. juventa ishma dapat dikenali melalui pola sayap perpaduan warna hitam dengan corak berwarna putih. Umumnya spesies I. vitrea arachosia memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan I. juventa ishma. Spesies I. vitrea arachosia memiliki sayap dengan perpaduan warna putih dan kuning pada corak pita.
  • 50. Gambar 71. Spesies I. juventa ishma Butler, 1869 Gambar 72. Spesies I. vitrea arachosia Fruhstorfer, 1910
  • 51. Marga Danaus Kluk, 1802 Anggota marga Danaus yang dijumpai adalah spesies D. genutia telemissus. Spesies D. genutia telemissus umum dijumpai pada semua tipe habitat di Buton. Dikenali melalui warna sisi atas sayap cokelat gelap dengan perpaduan corak merah kejinggan dan putih. Sisi bawah sayap memiliki warna yang lebih pucat. Spesies ini aktif terbang menjelang siang hari terutama hinggap pada semak berbunga. Gambar 73. Spesies D. genutia telemissus Fruhstorfer, 1910 Marga Euploea Fabricius, 1807 Marga Euploea dapat diidentifikasi melalui sayapnya yang berwarna cokelat gelap. Anggota marga Euploea yang dijumpai pada kegiatan ini terdiri dari tiga spesies yaitu E. algea tombugensis, E. eupator dan E. hewitsonii reducta. Spesies E. algea tombugensis memiliki warna cokelat pada sisi atas sayap yang dominan dihiasi corak titik putih mendekati tepi dan pada tepi sayap. Spesies Euploea eupator dapat diidentifikasi melalui barisan corak pita yang berbaris pada sisi bawah sayap belakang. Spesies Euploea hewitsonii reducta memiliki corak putih pada sisi bawah sayap belakang yang menyerupai spesies Ideopsis juventa namun dengan warna dasar cokelat yang lebih dominan.
  • 52. Gambar 74. Spesies E. algea tombugensis Fruhstorfer, 1899 Gambar 75. Spesies Euploea eupator Hewitson, 1858
  • 53. Gambar 76. Spesies E. hewitsonii reducta Jurriaanse, 1919 Marga Idea Fabricius, 1807 Anggota marga Idea yang dijumpai adalah spesies I. blanchardii munaensis. Spesies Idea blanchardii munaensis merupakan kupu-kupu yang memiliki ukuran besar. Berdasarkan data Operation Wallacea spesies ini merupakan endemik di Buton. Corak sayap terdiri dari perpaduan warna putih dan hitam dengan beberapa corak hitam yang jelas terlihat pada sayap depan. Ukuran sayap yang lebar membuat spesies ini terbang di ketinggian, beberapa kali perjumpaan menemukan spesies ini tengah hinggap di semak hingga pada dedaunan pada tajuk tinggi. Pola terbang cenderung santai dan mengikuti pergerakan angin. Gambar 77. I. blanchardii munaensis Fruhstorfer, 1899
  • 54. VI. PUSTAKA Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2003. Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan. (IBSAP) 2003-2020 Dokumen Regional. Corbet, A. S. & Pendlebury, H. M. 1992. The Butterflies of the Malay Peninsula[4th edn, revised by J.N. Eliot]. Malayan Nature Society, Kuala Lumpur, Malaysia. Crookenden, E. 2012. The Effects of Disturbance on Butterfly Populations on Buton Island, Indonesia. Undergraduate Project Report. University of Oxford. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup.2014.Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia. Peggie, D. 2014. Mengenal Kupu-kupu. Pandu Aksara Publishing, Jakarta. Indonesia. Vane-Wright, R. I., & R. de. Jong. 2003. The butterflies of Sulawesi: annotated checklist for a critical island fauna. Winarni, N.L. and Jones, S. (2007) Community patterns of Birds and Butterflies in Lambusango Forest, Buton, Southeast Sulawesi in 2006. Report to GEF Lambusango Conservation Program 2007. Manchester Metropolitan university. Butterflies of Southeastern Sulawesi An Illustrated Checklist https://www.flmnh.ufl.edu/butterflies/neotropica/sulawesi/checklist.html
  • 55. LAMPIRAN 1 Tabel Spesies kupu-kupu yang dijumpai dalam kegiatan inventarisasi NO JENIS SUKU TIPE HABITAT PEMUKIMAN PERKEBUNAN HUTAN 1 Papilio ascalapus ascalapus Papilionidae v v v 2 Papilio demoleus Papilionidae - v - 3 Papilio sataspes sataspes Papilionidae - v - 4 Papilio gigon gigon Papilionidae v v - 5 Papilio peranthus kransi Papilionidae v - - 6 Papilio polytes alcindor Papilionidae v v v 7 Graphium agamemnon comodus Papilionidae v v - 8 Graphium deucalion deucalion Papilionidae v v - 9 Graphium eurypylus pamphylus Papilionidae v v v 10 Graphium meyeri meyeri Papilionidae - v v 11 Graphium milon milon Papilionidae v v - 12 Eurema alitha Pieridae v v - 13 Eurema tominia tominia Pieridae v v v 14 Pareronia tritaea sarasinorum Pieridae v v - 15 Appias hombroni tombugensis Pieridae - v v 16 Catopsilia pomona flava Pieridae - v v 17 Catopsilia scylla asema Pieridae v v v 18 Curetis tagalica celebensis Lycaenidae - - v 19 Remelana jangala orsolina Lycaenidae - - v 20 Rapala dioetas Lycaenidae - v - 21 Psychonotis piepersii Lycaenidae - v - 22 Caleta caleta caleta Lycaenidae - - v 23 Jamides aratus lunata Lycaenidae - - v 24 Jamides festivus festivus Lycaenidae v v - 25 Jamides philatus philatus Lycaenidae - v v 26 Megisba malaya sikkima Lycaenidae - v - 27 Lampides boeticus Lycaenidae v v v 28 Pithecops phoenix Lycaenidae v v - 29 Abisara echerius celebica Riodinidae - v v 30 Faunis menado pleonasma Nymphalidae - - v 31 Amathuxidia plateni iamos Nymphalidae - v v 32 Melanitis phedima linga Nymphalidae - - v 33 Melanitis velutina ribbei Nymphalidae - - v 34 Elymnias hicetas butona Nymphalidae v v v 35 Orsotriaena jopas jopas Nymphalidae v v v 36 Mycalesis janardana opaculus Nymphalidae v v v 37 Lohora opthalmica Nymphalidae v v v 38 Acrophtalmia leuce Nymphalidae v v v 39 Ypthima nynias nynias Nymphalidae v v v
  • 56. 40 Ypthima loryma Nymphalidae - - v 41 Charaxes affinis butongensis Nymphalidae - v v 42 Cethosia myrina vanbemmeleni Nymphalidae v v v 43 Vindula dejone celebensis Nymphalidae v v v 44 Vindula erota boetonensis Nymphalidae - v - 45 Cupha maeonides butungensis Nymphalidae v v v 46 Neptis ida liliputa Nymphalidae v v v 47 Lexias aeetes butongensis Nymphalidae - - v 48 Dophla evelina dermoides Nymphalidae - v - 49 Athyma libnites noctesco Nymphalidae - - v 50 Moduza lycone lyconides Nymphalidae - - v 51 Ariadne merionoides merionoides Nymphalidae - v v 52 Chersonesia rahria celebensis Nymphalidae - v - 53 Cyrestis strigata strigata Nymphalidae - v v 54 Pseudergolis avesta nimbus Nymphalidae - - v 55 Symbrenthia hippoclus clausus Nymphalidae - v v 56 Junonia hedonia intermedia Nymphalidae v v - 57 Yoma sabina nimbus Nymphalidae v v - 58 Hypolimnas anomala stellata Nymphalidae v - - 59 Parantica menadensis Nymphalidae - v - 60 Ideopsis juventa ishma Nymphalidae v v v 61 Ideopsis vitrea arachosia Nymphalidae v v v 62 Danaus genutia telemissus Nymphalidae v v v 63 Euploea algea tombugensis Nymphalidae v v v 64 Euploea eupator Nymphalidae - v - 65 Euploea hewitsonii reducta Nymphalidae v - v 66 Idea blanchardii munaensis Nymphalidae - v v