4. 1. METODE FORMAL
Adalah metode untuk memprakirakan (besar)
dampak dengan menggunakan formula, rumus
atau model model kuantitatif yang telah
tersedia (hasil pengembangan/temuan pakar
lain) atau dikembangkan sendiri oleh pakar.
Hasil prakiraan
dampak ini bersifat
kuantitatif dan
umumnya
didukung oleh
tabulasi data,
grafik
atau referensi
spasial/geografis.
5. 1. Model Prakiraan Cepat
Metode ini didasarkan pada penelitian atau sigi cepat. Contoh tentang
penggunaan prakiraan cepat terdapat dalam uraian yang menyusun
tentang pencemaran oleh limbah kota dan pabrik.
2. Model Matematik
Dilakukan dengan menggunakan model yang telah tersedia dengan model
khusus dikembangkan dalam penelitian AMDAL. Perhitungan matematik
dapat dilakukan dengan komputer dengan membuat program untuk model
matematik yang bersangkutan.
6. 3. Model Fisik
Model fisik pada prakiraan dampak AMDAL dapat mencakup penggunaan
model matematis atau simulasi untuk memperkirakan dampak proyek
terhadap lingkungan fisik. Ini melibatkan analisis secara lebih mendalam
terhadap berbagai aspek lingkungan, seperti kualitas air, kualitas udara,
tanah, dan elemen fisik lainnya.
4. Model Eksperimental
Data untuk prakiraan dapat juga didapatkan dari eksperimen di lapangan
atau di laboratorium. Contoh eksperimen lapangan ialah dampak
penyemprotan insektisida terhadap populasi organisme non sasaran
misalnya lebah madu, predator hama dan cacing tanah.
7. 2.
METODE NON
FORMAL
Metode non formal pada AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) dilakukan
berdasarkan institusi atau pengalaman.
Dasar prakiraan itu tidak dinyatakan secara
eksplirit
11. Dalam identifikasi dampak, dibuatlah bagan alir sebagai tuntunan dalam
prakiraan dampak selangkah demi selangkah. Hasil yang diperoleh dalam suatu Langkah
akan digunakan sebagai masukan pada perhitungan di langkah berikutnya.
Sebagai contoh kita gunakan bagan alir pada rencana identifikasi dampak pada
Pembangunan industri kertas. Dampak pemasok kayu dari hutan tidak diliput. Produksi
kertas ialah 15.000 ton/tahun. Dalam contoh ini, semua dampak yang tertera diidentifikasi
sebagai dampak penting. Untuk menyederhanakan contoh hanya diuraikan 1 alternatif saja.
Perencanaan dan penelitian AMDAL menggunakan data pada waktu T0, dalam hal ini 1985,
dan prakiraan dampak untuk waktu Ti, yaitu 1995. Angka ini hanya sekedar ilustrasi dan
tidak dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian AMDAL yang sesungguhnya
12. Bagan alir identifikasi dampak
pembangnan industri
Pembangunan Industri
Persiapan Operasional
Pembebasan Lahan Pencemaran air
Kenaikan
kepadatan
penduduk
Penurunan
produksi hasil
pertanian
Penggusuran
penduduk
Konstruksi sarana
dan kompleks
industri
Kenaikan
tekanan
penduduk
Kerusakan hutan Urbanisasi
Kenaikan air
larian
Kenaikan
laju erosi
Erosi gen
Kenaikan produksi
limbah di kota
Kenaikan air
larian
13. Kenaikan Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk desa bisa dihitung dengan jumlah penduduk per luas
daerah (orang/km²). Data jumlah penduduk dan luas daerah didapatkan
melalui catatan di kantor desa atau kecamatan. Garis dasar untuk kepadatan
penduduk dapat dihitung dengan rumus berikut:
Dtp = Kepadatan penduduk “tanpa proyek” pada waktu ti
P0 = Jumlah penduduk pada waktu acuan (t0)
rtp = laju tahunan pertumbuhan penduduk “tanpa proyek”
T = periode waktu perhitungan ti – t0 (tahun)
Ltot = luas total daerah desa atau kecamatan (km²)
Nilai r didapatkan dari laporan statistik atau pun dari pencatatan
jumlah penduduk pada waktu yang berbeda.
14. Kepadatan penduduk “dengan proyek” dihitung
dengan rumus
Ddp = Kepadatan penduduk “dengan proyek”
Rdp = laju tahunan pertumbuhan penduduk “dengan proyek”
Li = luas lahan yang dipakai untuk industri, termasuk lahan
untuk kompleks industry, prasarana perumahan dan prasarana jalan.
Dapat diprakirakan Pembangunan industri
akan menarik imigrasi penduduk dan
mengurangi emigrasi, karena bertambahnya
lapangan pekerjaan. Oleh karena itu laju
pertumbuhan penduduk dengan proyek rdp
akan menjadi lebih besar daripada rtp. Dengan
penelitian kasus industri yang sejenis dengan
skala serupa dan lokasi yang serupa pula
diprakirakan besarnya rdp.
Dampak industri terhadap
kepadatan penduduk ialah:
15. Contoh perhitungan
Luas desa tempat pabrik kertas akan dibangun adalah 1.000 ha. Luas pabrik dan prasarananya direncanakan 150 ha.
Catatan desa menunjukkan jumlah penduduk
1975 : 6.000 orang
1985 : 7.680 orang
Berapakah dampak industri pada tahun 1995 waktu pabrik mulai
beroperasi?
Jawab : Laju pertumbuhan penduduk per tahun antara 1975 dan 1985 dihitung dari rumus pertumbuhan penduduk:
Pt = Po ( 1 + r)ᵗ
log ( 1 + r ) =
log 𝑃𝑡 −log 𝑃𝑜
𝑡
log ( 1 + r ) =
log 7.680 −log 6.000
10
r = 2,5% per tahun
Dengan demikian kepadatan penduduk desa tersebut “tanpa proyek” pada
tahun 1995 ialah
Dtp =
𝑃𝑜 ( 1+ 𝑅𝑡𝑝 )ᵗ
𝐿𝑡𝑜𝑡
orang/km²
=
9.831
10
orang/km²
= 983 orang/km²
16. Data historis proyek-proyek sejenis di daerah lain menunjukkan laju pertumbuhan penduduk yang
meningkat, mula-mula perlahan-laahn kemudian naik dengan pesat. Laju pertumbuhan penduduk
bervariasi antara 3,5% per tahun sampai 6,0% per tahun dengan nilai rata-rata 4,5% per tahun. Angka
rata-rata ini digunakan sebagai prakiraan laju pertumbuhan penduduk “dengan proyek”, sehingga
kepadatan penduduk dengan proyek ialah :
Ddp =
Po ( 1 + rdp)ᵗ
Ltot − Li
orang/km²
=
11.927
8,5
orang/km²
= 1.403 orang/km²
Dampak proyek industry terhadap kepadatan penduduk ialah menaikkan
kepadatan penduduk sebesar
Ddp – Dtp = (1.403 – 983) orang/km²
= 420 orang/km²
17. Prakiraan dampak
kumulatif
Prakiraan dampak kumulatif
dalam AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan)
adalah penilaian terhadap
dampak gabungan dari suatu
proyek dengan dampak dari
proyek-proyek atau kegiatan-
kegiatan lain yang terjadi secara
bersamaan atau berturut-turut
dalam suatu wilayah atau
lingkungan tertentu.
Prakiraan dampak
kumulatif bertujuan untuk
memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang
dampak lingkungan yang
mungkin terjadi sebagai
akibat dari serangkaian
proyek atau kegiatan di
suatu wilayah.
18. Dalam perkembangan Amdal di Indonesia,
pemahaman akan pentingnya dampak kumulatif ini
sebetulnya sudah diintroduksi sejak beberapa tahun
silam. Bahkan sudah ada payung hukum yang
mendasarinya yakni PerMenLH No. 110 tahun 2003
tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung
Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
Pada peraturan ini diintroduksi konsep neraca massa
yang memperhitungkan berapa nilai parameter
pencemar dan laju alir parameter pencemar yang
diperkenankan dibuang ke badan air.
PerMenLH No 15 tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan menyebutkan bahwa 1)
Dampak dicermati pada area yang
mendapat paparan dari beberapa
dampak sekaligus. Maknanya, prakiraan
dampak ditentukan tidak semata hanya
pada proyek yang direncanakan, tapi
dampak dari beberapa proyek yang telah
beroperasi di sekitarnya, juga harus
dikaji, 2) Tidak dilampauinya daya
dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dari lokasi rencana kegiatan,
dalam hal terdapat perhitungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud.