Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptxYusmantoYusmanto
Dokumen tersebut membahas tentang modul pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Modul ini membahas tentang tujuan pembelajaran, agenda, dan aktivitas diskusi kelompok untuk menganalisis skenario pembelajaran berdiferensiasi.
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdfdoziersiregar2
Modul ini membahas visi guru penggerak dalam merumuskan dan merealisasikan prakarsa perubahan positif di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis Profil Pelajar Pancasila. Modul ini mengajarkan paradigma inkuiri apresiatif dan model manajemen perubahan BAGJA untuk merencanakan dan menjalankan prakarsa perubahan secara kolaboratif.
Dokumen ini membahas upaya menyebarkan budaya positif di SMP Negeri 2 Jelimpo dengan mengubah paradigma belajar dari pendekatan hukuman menjadi pendekatan disiplin positif berdasarkan teori kontrol diri dan motivasi intrinsik siswa. Guru diajak merumuskan keyakinan kelas dari peraturan sekolah agar siswa memiliki komitmen dan tanggung jawab sosial. Pendekatan ini diharapkan menciptakan karakter siswa sesuai Profil
1. Dokumen membahas tentang refleksi kesiapan guru dalam merencanakan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KOSP).
2. Guru melakukan refleksi menggunakan Metode 6 Topi Berpikir untuk menganalisis perencanaan pembelajaran, mencari solusi kreatif, dan menyimpulkan langkah-langkah perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
3. Hasil refleksi mengarah p
Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptxYusmantoYusmanto
Dokumen tersebut membahas tentang modul pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Modul ini membahas tentang tujuan pembelajaran, agenda, dan aktivitas diskusi kelompok untuk menganalisis skenario pembelajaran berdiferensiasi.
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdfdoziersiregar2
Modul ini membahas visi guru penggerak dalam merumuskan dan merealisasikan prakarsa perubahan positif di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis Profil Pelajar Pancasila. Modul ini mengajarkan paradigma inkuiri apresiatif dan model manajemen perubahan BAGJA untuk merencanakan dan menjalankan prakarsa perubahan secara kolaboratif.
Dokumen ini membahas upaya menyebarkan budaya positif di SMP Negeri 2 Jelimpo dengan mengubah paradigma belajar dari pendekatan hukuman menjadi pendekatan disiplin positif berdasarkan teori kontrol diri dan motivasi intrinsik siswa. Guru diajak merumuskan keyakinan kelas dari peraturan sekolah agar siswa memiliki komitmen dan tanggung jawab sosial. Pendekatan ini diharapkan menciptakan karakter siswa sesuai Profil
1. Dokumen membahas tentang refleksi kesiapan guru dalam merencanakan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KOSP).
2. Guru melakukan refleksi menggunakan Metode 6 Topi Berpikir untuk menganalisis perencanaan pembelajaran, mencari solusi kreatif, dan menyimpulkan langkah-langkah perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
3. Hasil refleksi mengarah p
Jurnal Refleksi Dwi MIngguan Modul 3.1 (1) (1).pdfYosiOktafianti1
Jurnal ini merangkum pembelajaran Dewi Fortuna Wulandari pada Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Modul ini mengajarkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dewi merasa antusias karena dapat mempelajari cara mengambil keputusan yang berdampak positif. Ia
Guru melakukan refleksi terhadap perencanaan pembelajaran dan asesmen untuk implementasi kurikulum merdeka dengan metode Traffic Light Reflection. Hasil refleksi menunjukkan bahwa guru masih menggunakan perencanaan yang disediakan oleh kemendikbud dan perlu melakukan penyesuaian berdasarkan kebutuhan peserta didik.
Dokumen ini membahas visi guru penggerak untuk mencetak generasi yang sholeh (beriman dan taqwa), berakhlak mulia, mandiri, dan terampil melalui peningkatan pembelajaran agama dan akhlak. Beberapa inisiatif yang diambil antara lain kegiatan religius seperti sholat Dhuha dan membaca shalawat, serta kegiatan untuk menanamkan akhlak mulia seperti 5S dan membersihkan lingkungan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Guru menghadapi dilema etika ketika harus menentukan siswa mana saja yang layak naik kelas, mengingat beberapa siswa memiliki nilai di bawah ketentuan minimal. Keputusan yang diambil adalah tetap menaikkan kelas siswa tersebut dengan syarat mereka menyelesaikan tugas tambahan untuk memenuhi kriteria nilai mata pelajaran.
PPT PENGIMBASAN BUDAYA POSITIF (1.4).pptxRandiyan1
Ki Hajar Dewantara mengumpamakan sekolah sebagai sebuah ladang tempat persemaian bibit, agar bibit bisa perkembang secara maksimal maka petani dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara bibit tanaman, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup bibit tanaman dan lain sebagainya.” Dari uraian tersebut, kita dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan baik sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila
Salah satu cara yang dilakukan guru dalam membantu siswa tumbuh maksimal mempunyai karakter profil pelajar Pancasila adalah dengan membangun budaya positif yang berpihak pada murid, membangun keyakinan atau visi sekolah yang menumbuhkan dan mengembangkan budaya positif. Dalam mewujudkan budaya positif perlu adanya disiplin positif. Mari kita bahas tentang konsep disiplin positif dan motivasi melakukan disiplin positif dalam budaya positif
1. Konsep Disiplin Positif dan Motivasi
a. Makna Disiplin Positif
Disiplin banyak orang yang memaknai sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan dan memiliki kecenderungan ketidaknyamanan serta sering dihubungkan dengan tata tertib yang berkaitan dengan sanksi dan hukuman bagi yang melanggarnya.
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa untuk mewujudkan murid yang merdeka, murid harus memiliki disiplin yang kuat yang berasal dari dirinya ataupun berasal dari luar diri. Yang dinyatakan dalam bukunya yaitu pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470 yang berbunyi
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka
Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah: mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri)
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid yang dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universa
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Kelompok A 2 (1).pptxNiaKurniati59
1. Dokumen tersebut membahas upaya mencetak siswa menjadi agen transformasi yang unggul dan berkarakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila melalui penerapan metode Inkuiri Apresiatif dan Budaya Sekolah Pembiasaan Baik.
Rencana pelaksanaan pembelajaran ini membahas tentang pelajaran Sejarah Indonesia di kelas XI tentang materi Kolonialisme dan Imperialisme. Guru akan mengajarkan materi ini dengan metode window shopping dan membagi siswa menjadi kelompok untuk menganalisis dan menyajikan informasi tentang penjajahan Belanda di Indonesia. Penilaian akan dilakukan dengan mengamati sikap siswa, tes tulis, penugasan, dan presentasi kelompok.
2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1YosiOktafianti1
Pembelajaran terdeferensiasi memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan potensi mereka sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar masing-masing siswa. Pembelajaran ini tidak hanya fokus pada hasil belajar tetapi juga pada proses dan materi pembelajaran, dengan menyesuaikan pendekatan, proses, dan hasil belajar untuk setiap siswa.
tugas 1.3.1.6 kanvas bagja titin amalia.pptxTitinAmalia2
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah perencanaan perubahan untuk mencapai tujuan peningkatan minat belajar siswa dan pembentukan karakter yang meliputi kecerdasan, prestasi, iman dan ilmu.
Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfMilawati44
Modul ini membahas tentang penerapan coaching dalam supervisi akademik untuk mengembangkan kompetensi guru. Modul ini menjelaskan konsep coaching secara umum dan khusus dalam konteks pendidikan, serta mendemonstrasikan bagaimana melakukan percakapan berbasis coaching untuk membuat rencana pengembangan diri guru.
Reflesi Mandiri - Kanvas BAGJA prakarsa perubahan - M. Riyanto.pptxRiyanTSSJ
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah perencanaan pembelajaran untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi siswa, meliputi: (1) mendefinisikan pertanyaan utama dan tujuan, (2) mengidentifikasi aset dan potensi melalui penyelidikan, (3) merencanakan langkah-langkah konkret pelaksanaan, dan (4) mendesain kerangka kerja pelibatan para pihak dalam implementasi dan evaluasi.
Jurnal Refleksi Dwi MIngguan Modul 3.1 (1) (1).pdfYosiOktafianti1
Jurnal ini merangkum pembelajaran Dewi Fortuna Wulandari pada Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Modul ini mengajarkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dewi merasa antusias karena dapat mempelajari cara mengambil keputusan yang berdampak positif. Ia
Guru melakukan refleksi terhadap perencanaan pembelajaran dan asesmen untuk implementasi kurikulum merdeka dengan metode Traffic Light Reflection. Hasil refleksi menunjukkan bahwa guru masih menggunakan perencanaan yang disediakan oleh kemendikbud dan perlu melakukan penyesuaian berdasarkan kebutuhan peserta didik.
Dokumen ini membahas visi guru penggerak untuk mencetak generasi yang sholeh (beriman dan taqwa), berakhlak mulia, mandiri, dan terampil melalui peningkatan pembelajaran agama dan akhlak. Beberapa inisiatif yang diambil antara lain kegiatan religius seperti sholat Dhuha dan membaca shalawat, serta kegiatan untuk menanamkan akhlak mulia seperti 5S dan membersihkan lingkungan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Guru menghadapi dilema etika ketika harus menentukan siswa mana saja yang layak naik kelas, mengingat beberapa siswa memiliki nilai di bawah ketentuan minimal. Keputusan yang diambil adalah tetap menaikkan kelas siswa tersebut dengan syarat mereka menyelesaikan tugas tambahan untuk memenuhi kriteria nilai mata pelajaran.
PPT PENGIMBASAN BUDAYA POSITIF (1.4).pptxRandiyan1
Ki Hajar Dewantara mengumpamakan sekolah sebagai sebuah ladang tempat persemaian bibit, agar bibit bisa perkembang secara maksimal maka petani dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara bibit tanaman, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup bibit tanaman dan lain sebagainya.” Dari uraian tersebut, kita dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan baik sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila
Salah satu cara yang dilakukan guru dalam membantu siswa tumbuh maksimal mempunyai karakter profil pelajar Pancasila adalah dengan membangun budaya positif yang berpihak pada murid, membangun keyakinan atau visi sekolah yang menumbuhkan dan mengembangkan budaya positif. Dalam mewujudkan budaya positif perlu adanya disiplin positif. Mari kita bahas tentang konsep disiplin positif dan motivasi melakukan disiplin positif dalam budaya positif
1. Konsep Disiplin Positif dan Motivasi
a. Makna Disiplin Positif
Disiplin banyak orang yang memaknai sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan dan memiliki kecenderungan ketidaknyamanan serta sering dihubungkan dengan tata tertib yang berkaitan dengan sanksi dan hukuman bagi yang melanggarnya.
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa untuk mewujudkan murid yang merdeka, murid harus memiliki disiplin yang kuat yang berasal dari dirinya ataupun berasal dari luar diri. Yang dinyatakan dalam bukunya yaitu pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470 yang berbunyi
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka
Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah: mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri)
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid yang dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universa
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Kelompok A 2 (1).pptxNiaKurniati59
1. Dokumen tersebut membahas upaya mencetak siswa menjadi agen transformasi yang unggul dan berkarakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila melalui penerapan metode Inkuiri Apresiatif dan Budaya Sekolah Pembiasaan Baik.
Rencana pelaksanaan pembelajaran ini membahas tentang pelajaran Sejarah Indonesia di kelas XI tentang materi Kolonialisme dan Imperialisme. Guru akan mengajarkan materi ini dengan metode window shopping dan membagi siswa menjadi kelompok untuk menganalisis dan menyajikan informasi tentang penjajahan Belanda di Indonesia. Penilaian akan dilakukan dengan mengamati sikap siswa, tes tulis, penugasan, dan presentasi kelompok.
2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1YosiOktafianti1
Pembelajaran terdeferensiasi memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan potensi mereka sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar masing-masing siswa. Pembelajaran ini tidak hanya fokus pada hasil belajar tetapi juga pada proses dan materi pembelajaran, dengan menyesuaikan pendekatan, proses, dan hasil belajar untuk setiap siswa.
tugas 1.3.1.6 kanvas bagja titin amalia.pptxTitinAmalia2
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah perencanaan perubahan untuk mencapai tujuan peningkatan minat belajar siswa dan pembentukan karakter yang meliputi kecerdasan, prestasi, iman dan ilmu.
Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfMilawati44
Modul ini membahas tentang penerapan coaching dalam supervisi akademik untuk mengembangkan kompetensi guru. Modul ini menjelaskan konsep coaching secara umum dan khusus dalam konteks pendidikan, serta mendemonstrasikan bagaimana melakukan percakapan berbasis coaching untuk membuat rencana pengembangan diri guru.
Reflesi Mandiri - Kanvas BAGJA prakarsa perubahan - M. Riyanto.pptxRiyanTSSJ
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah perencanaan pembelajaran untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi siswa, meliputi: (1) mendefinisikan pertanyaan utama dan tujuan, (2) mengidentifikasi aset dan potensi melalui penyelidikan, (3) merencanakan langkah-langkah konkret pelaksanaan, dan (4) mendesain kerangka kerja pelibatan para pihak dalam implementasi dan evaluasi.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya budaya positif di sekolah, termasuk konsep disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal. Dokumen juga membahas perbedaan antara hukuman dan konsekuensi serta proses restitusi untuk memperbaiki kesalahan siswa."
Materi Webinar Budaya Positif_Ismi Nurianti.pptxTBSMSMEKARIS
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya penerapan budaya positif bagi murid melalui pendidikan karakter.
2. Dibahas pula berbagai teori motivasi perilaku manusia, hukuman dan penghargaan, serta pendekatan restitusi untuk menangani pelanggaran.
3. Metode pembentukan keyakinan kelas dan pendekatan manajer dalam posisi kontrol dipaparkan sebagai cara untuk menerapkan budaya positif.
AKSI NYATA 1.4_Pengimbasan budaya positif_SYARI HASNIYATI.pdfSyariHasniyati
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang budaya positif di sekolah dan penerapan disiplin positif berdasarkan ajaran Ki Hajar Dewantara.
2) Disiplin positif bertujuan untuk menanamkan motivasi intrinsik pada siswa agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
3) Dokumen tersebut juga membahas mengenai teori motivasi, hukuman, penghargaan, dan pendekatan restitusi dalam p
Similar to AKSI NYATA - TOPIK KURIKULUM MERDEKA - M ILHAMUL QOLBI.pdf (20)
Banyak orang menganggap mempelajari kitab Wahyu adalah sulit. Selain karena membicarakan simbol-simbol yang tidak biasa, kitab Wahyu juga memiliki tema-tema yang kompleks. Nah, bagaimana cara terbaik membedah kitab Wahyu?
Mari kita pelajari bersama lebih dahulu 3 pasal pertama dari kitab ini dalam kelas diskusi "Bedah Kitab Wahyu" (BKW) pada 19—26 Juni 2024 melalui grup WA.
Sebelum kelas dimulai, ikuti lebih dahulu pemaparan materinya via Zoom pada:
Rabu, 19 Juni 2024.
- Pagi: pkl. 10.30—12.00 WIB
- Malam: pkl. 19.00—20.30 WIB
Daftarkan diri Anda segera di https://bit.ly/form-mlc.
Kontak:
WA: 0821-3313-3315 (MLC)
E-Mail: kusuma@in-christ.net
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfDenysErlanders
Buku non teks yang bermutu dapat memperkaya pengalaman
belajar siswa. Buku-buku ini menawarkan konten yang inspiratif,
inovatif, dan mendorong pengembangan karakter siswa.
Pemanfaatan buku non teks bermutu membutuhkan peran aktif
guru untuk memilih dan
mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran
AKSI NYATA - TOPIK KURIKULUM MERDEKA - M ILHAMUL QOLBI.pdf
1. MEMBUAT STRATEGI
Oleh : M. Ilhamul Qolbi, S.Pd.
SMAN 46 Jakarta
PENERAPAN
KURIKULUM MERDEKA
DI KELAS
MEMBUAT KEYAKINAN KELAS
2. REFLEKSI
Apakah selama ini kita sungguh-sungguh
menjalankan disiplin, atau kita melakukan
sebuah hukuman?
01
Bagaimana penerapan disiplin saat ini
di sekolah kita, apakah sudah
diterapkan dengan efektif, bila belum,
apa yang menurut kita masih perlu
diperbaiki dan dikembangkan?
02
3. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa,
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus
ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin
itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri
yang mewajibkan kita dengan sekeras-
kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau
kita tidak cakap melakukan self discipline,
wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita.
Dan peraturan demikian itulah harus ada di
dalam suasana yang merdeka.”
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi,
Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan
Kelima, 2013, Halaman 470)
Ki Hajar Dewantara
4. 3 MOTIVASI
PERILAKU MANUSIA
1.
Untuk menghindari ketidaknyamanan
atau hukuman.
2.
Untuk mendapatkan imbalan atau
penghargaan dari orang lain.
3.
Untuk menjadi orang yang mereka
inginkan dan menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Referensi :
Diane Gossen dalam bukunya
Restructuring School Discipline
5. NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL
Profil Pelajar Pancasila
1
Beriman, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
2 Mandiri
3 Bernalar Kritis
4 Berkebinekaan Global
5 Bergotong royong
6 Kreatif
IBO Primary Years Program
(PYP)
1 Toleransi
2 Rasa Hormat
3 Integritas
4 Mandiri
5 Menghargai
6 Antusias
7 Empati
8 Keingintahuan
9 Kreativitas
10 Kerja sama
11 Percaya Diri
12 Komitmen
Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage
Foundation/IHF):
1 Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA
2 Kemandirian dan Tanggung jawab
3 Kejujuran (Amanah), Diplomatis
4 Hormat dan Santun
5 Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong
6 Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras
7 Kepemimpinan dan Keadilan
8 Baik dan Rendah Hati
9 Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
6. NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL
Petunjuk Seumur Hidup dan
Keterampilan Hidup (LIfelong
Guidelines and Life Skills)
Keterampilan Hidup
1 Dapat dipercaya
2 Lurus Hati
3 Pendengar yang Aktif
4
Tidak Merendahkan Orang
Lain
5
Memberikan yang Terbaik dari
Diri
Petunjuk Seumur Hidup
dan Keterampilan Hidup
(LIfelong Guidelines and
Life Skills)
Petunjuk Hidup
1 Peduli
2 Penalaran
3 Bekerja sama
4 Keberanian
5 Keingintahuan
6 Usaha
7
Keluwesan/
Fleksibilitas
8 Berorganisasi
9 Kesabaran
10 Keteguhan hati
11 Kehormatan
12 Memiliki Rasa Humor
13 Berinisiatif
14 Integritas
15 Pemecahan Masalah
16 Sumber pengetahuan
17 Tanggung jawab
18 Persahabatan
The Seven Essential
Virtues (dari Building
Moral Intelligence, Michele
Borba)
1 Empati
2 Suara Hati
3 Kontrol Diri
4 Rasa Hormat
5 Kebaikan
6 Toleransi
7 Keadilan
9. Tahapan Menciptakan Program Kebajikan
-
Sempurnakan beberapa daftar nilai-nilai
kebajikan yang utama, bahas kembali
dalam kelompok utama.
Lihat daftar kebajikan yang
telah disusun bersama
Buatlah poster atau muat di sosial media
keyakinan sekolah/kelas Anda.
1 2
3 4
Tentukan nilai-nilai kebajikan yang ingin
dijadikan perhatian utama di sekolah Anda.
Curah pendapat dalam kelompok.
10. KEYAKINAN
KELAS
Pembentukan
Keyakinan
Sekolah/Kelas
1. Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada
peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
2. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan
universal.
3. Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam
bentuk positif.
4. Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak,
sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua
warga kelas.
5. Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat
diterapkan di lingkungan tersebut.
6. Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam
pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah
pendapat.
7. Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu
ke waktu.
11. KEYAKINAN
KELAS
Prosedur
Pembentukan
Keyakinan
Sekolah/Kelas
Mempersilakan warga sekolah atau murid-
murid di sekolah/kelas untuk bercurah
pendapat tentang peraturan yang perlu
disepakati di sekolah/kelas.
01
01
02
03
04
05
06
Susunlah keyakinan kelas sesuai
prosedur ‘Pembentukan Keyakinan
Sekolah/Kelas’. Gantilah kalimat-
kalimat dalam bentuk negatif
menjadi positif.
03
Tinjau ulang Keyakinan Sekolah/Kelas
secara bersama-sama. Seharusnya setelah
beberapa peraturan telah disatukan menjadi
beberapa keyakinan maka jumlah
butir pernyataan keyakinan akan berkurang.
Sebaiknya keyakinan sekolah/kelas
tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7
prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu
banyak, maka warga kelas akan sulit
mengingatnya dan akibatnya sulit untuk
dijalankan.
05
Mencatat semua masukan-masukan para
murid/warga sekolah di papan tulis atau
di kertas besar (kertas ukuran poster), di
mana semua anggota kelas/warga sekolah
bisa melihat hasil curah pendapat.
02
Tinjau kembali daftar curah pendapat
yang sudah dicatat. Anda mungkin akan
mendapati bahwa pernyataan yang
tertulis di sana masih banyak yang
berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya,
ajak warga sekolah/murid-murid untuk
menemukan nilai kebajikan atau
keyakinan yang dituju dari peraturan
tersebut.
04
Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai
dibuat, maka semua warga kelas
dipersilakan meninjau ulang, dan
menyetujuinya dengan menandatangani
keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk
guru dan semua warga/murid.
06
Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat
semua warga kelas.
12. DOKUMENTASI GOOGLE SITE BAHASA INDONESIA SMAN 46 JAKARTA
https://sites.google.com/guru.sma.belajar.id/bahasaindonesia46jkt/beranda