Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional yang berperan penting dalam pendidikan umat Islam di Indonesia. Dokumen ini membahas sejarah, perkembangan, sistem pengelolaan, dan tantangan yang dihadapi pesantren di era modern. Pesantren berkembang pesat sejak abad ke-19 sebagai bentuk resistensi terhadap pendidikan kolonial Belanda, dan kini berupaya beradaptasi dengan globalisasi dengan mengembangkan kurikulum modern tanpa meninggalkan nil
Diskusi tentang menuntut ilmu dan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan lembaga pendidikan yang menjadi tempat bernaung bagi penuntut ilmu untuk mempelajari ilmu-ilmu baru. Lembaga pendidikan merupakan elemen penting yang keberadaanya dapat menjadi simbol kemajuan pendidikan di suatu wilayah. Salah satu lembaga pendidikan yang dikenal di Indonesia adalah lembaga pendidikan pesantren.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu dan masih bertahan sampai sekarang di Indonesia. Keberadaan pesantren di Indonesia di perkirakan bermula pada saat masuknya ajaran islam di Indonesia yang dibawa oleh pedagang-pedagang Islam, wali, mubaligh dan sebagainya ke wilayah nusantara. Sejak saat itu, pesantren dapat di temukan di beberapa wilayah berbeda di Indonesia.
Banyak ahli yang merumuskan pengertian pengembangan kurikulum, menurut Miller dan Seler (1985:3) pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan yang umum. Misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakekat kurikulum dan lainnya. Sementara itu Proses pengembangan kurikulum menurut Sagala (2000:232) ialah kebutuhan untuk menspesifikasi peranan-peranan lulusan menggambarkan kemampuan dan keterampilan yang harus dilaksanakan dalam bidang tertentu.
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam
Diskusi tentang menuntut ilmu dan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan lembaga pendidikan yang menjadi tempat bernaung bagi penuntut ilmu untuk mempelajari ilmu-ilmu baru. Lembaga pendidikan merupakan elemen penting yang keberadaanya dapat menjadi simbol kemajuan pendidikan di suatu wilayah. Salah satu lembaga pendidikan yang dikenal di Indonesia adalah lembaga pendidikan pesantren.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu dan masih bertahan sampai sekarang di Indonesia. Keberadaan pesantren di Indonesia di perkirakan bermula pada saat masuknya ajaran islam di Indonesia yang dibawa oleh pedagang-pedagang Islam, wali, mubaligh dan sebagainya ke wilayah nusantara. Sejak saat itu, pesantren dapat di temukan di beberapa wilayah berbeda di Indonesia.
Banyak ahli yang merumuskan pengertian pengembangan kurikulum, menurut Miller dan Seler (1985:3) pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan yang umum. Misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakekat kurikulum dan lainnya. Sementara itu Proses pengembangan kurikulum menurut Sagala (2000:232) ialah kebutuhan untuk menspesifikasi peranan-peranan lulusan menggambarkan kemampuan dan keterampilan yang harus dilaksanakan dalam bidang tertentu.
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
1. MANAJEMEN PENGELOLAAN PESANTREN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Manajemaen Pendidikan"
Dosen Pengampu :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh :
YUNI MAULI DEVI (2013471960)
PAI – Smt 5/ Sawo
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGAGUNG
Maret 2016
2. 01
Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management artinya
yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau
mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Italia Maneggio yang diadopsi
dari bahasa latin managiare, yang berasal dari kata manus yang artinya tangan.
Dalam bahasa Arab berasal dari nazhoma atau idarah artinya yang menata
beberapa hal dan menggabungkan beberapa antara satu dengan yang lain.
Sedangkan secara terminologi manajemen menurut yang dikutip oleh
Made Pidarta terbagi kepada manajemen sebagai peranan dan manajemen
sebagai tugas, hal ini memberi jalan untuk membedakan kedua istilah itu.
Manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
sementara itu salah satu manajemen sebagai peranan disebutkan peranan
administrasi eksekutif. Menurut para ahli dikemukakan yang pertama
manajemen adalah mengelola orang-orang, yang kedua adalah pengambilan
keputusan, yang ketiga adalah pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-
sumber untuk menyesuaikan tujuan yang telah ditentukan.
Jadi Sistem pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai
perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
berlangsung dalam pondok pesantren.
A. Pengertian Sistem Manajemen Pesantren
3. 02
B. Sejarah Pesantren di Indonesia
Kata pesantren berasal dari kata santri yang diberi awalan ‘pe’ dan
akhiran ‘an’ yang menunjuk arti kata tempat. Kata santri itu sendiri
merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu sant (manusia baik) dan tra
(suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan
untuk membina manusia menjadi orang yang baik.
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan
pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu
agama dan Islam.
Pada sejarah awal berdirinya, pesantren mengkonsentrasikan diri
pada tiga fungsi utamanya yaitu : mengajarkan atau menyebar luaskan ajaran
Islam, mencetak para ulama, menanamkan tradisi Islam dalam masyarakat.
Era 1970-an perubahan dan perkembangan pesatren dapat dilihat
dari dua sudut pandang. Pertama, pesantren mengalami perkembangan
jumlah yang luar biasa. Kedua, menyangkut penyelenggaraan pendidikan
dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe yakni : pertama, Pesantren yang
mendirikan pendidikan formal dan menerapkan kurikulum nasional. Kedua,
Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk
madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan
kurikulum nasional. Ketiga, Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu
agama dalam bentuk Madrasah Diniyah. Keempat, Pesantren yang hanya
sekedar menjadi tempat pengajian.
4. 03
Pondok pesantren secara garis besar dapat dikelompokkan, sebagaimana
dituangkan dalam PMA No.3 Tahun 1979 yang mengkategorikan pondok
pesantren menjadi :
1. Pondok pesantren tipe A yaitu pondok pesantren yang seluruhnya
dilaksanakan secara tradisional.
2. Pondok pesantren tipe B yaitu pondok yang menyelenggarakan
pengajaran secara klasikal.
3. Pondok pesantren tipe C yaitu pondok pesantren yang hanya
merupakan asrama sedangkan santrinya belajar diluar.
4. Pondok pesantren tipe D yaitu pondok pesantren yang
menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem
sekolah atau madrasah.
5. Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam
masyarakat, yang meliputi :
1) Pondok pesantren tradisional
Salaf artinya lama, dahulu, atau tradisional. Pondok pesantren salafiyah adalah pondok
pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional,
sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pondok pesantren ini masih
tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang
ditulis oleh ulama abad 15 dengan menggunakan bahasa Arab.
2) Pondok pesantren modern (khalafiyah/’Ashriyah)
Khalaf artinya kemudian, sedangkan ashri artinya sekarang atau modern. Pondok tipe ini
adalah pengembangan pondok pesantren tradisional, karena orientasinya belajar
cenderung mengadopsi sistem belajar klasik dan meninggalkan sistem belajar
tradisional.
3) Pondok pesantren komprehensif/campuran
Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena merupakan sistem pendidikan dan
pengajaran gabungan antara tradisional dan modern. Artinya didalamnya diterapkan
pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan, bandongan dan
wetonan, namun secara regular sistem persekolahan terus dikembangkan.
Perkembangan pesantren saat ini diharapkan dapat menumbuhkan atau bertambahnya
pesantren yang berwawasan global, sehingga pesantren menjadi sebuah lembaga
pendidikan Islam yang mampu beradaptasi dalam menghadapi arus globalisasi tanpa
kehilangan jati diri, tetap memproduksi santri yang berakhlak baik dan mampu
berkiprah di dunia global.
04
6. 05
C. Pengelolaan Sistem dalam Pendidikan Pesantren
Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pesantren dalam
hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human
resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincangan kepesantrenan
kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya
terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1. Potensi pendidikan.
2. Pengembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem
pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan
Sunan Ampel. Terkait dengan sistem pengelolaan pondok pesantren dalam
interaksinya dengan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi,
kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah
satu bentuknya adalah pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan.
Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi
pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan
modern. Tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem
pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih
banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional
dan konvensional dengan membatasi diri pada pengajaran kitab-kitab klasik dan
pembinaan moral keagamaan.
7. 06
D. Problematika Pesantren di Era Modernitas
Pondok pesantren Islam sebetulnya banyak berperan mendidik
sebagian bangsa Indonesia sebelum lahirnya lembaga-lembaga pendidikan
lain yang cenderung mengikuti pola barat yang modern. Maka dari itu,
lembaga pendidikan pesantren sering dijuluki sebagai basis pendidikan
tradisional yang khas Indonesia.
Dalam merespon globalisasi/modernisasi dikalangan umat Islam
ada tiga pandangan. Pertama, merespon dengan cara anti globalisasi. Kedua,
sebagian yang lain terpengaruh oleh arus tersebut yang berakibat adanya
pemisahan antara agama dan politik atau masalah-masalah keduniaan
lainnya. Ketiga, sebagian bersikap kritis namun tidak secara otomatis anti
barat. Kelompok ketiga ini bersahabat dan bekerja sama dengan barat,
kelompok ini tidak terjangkit sekularisasi dan tetap sebagai pemeluk agama
yang taat. Kelompok yang ketiga inilah yang sebaiknya diikuti oleh umat
Islam, menyerap tetapi memiliki filter sehingga tidak kehilangan jati dirinya
sebagai pribadi muslim.
8. 07
Dalam dunia pendidikan Santoto S hamijoyo, menawarkan
lima strategi dasar dalam menghadapi problematika pendidikan di
era globalisasi:
1. Pendidikan untuk pengembangan IPTEK terutama dalam bidang-
bidang vital, seperti manufacturing dan pertanian.
2. Pendidikan untuk mengembangkan ketrampilan manajemen,
termasuk bahasa asing sebagai instrument oprasional untuk
berkiprah dalam globalisasi.
3. Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan,
keluarga berencana dan kesehatan sebagai penangkal
penurunan kualitas hidup.
4. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat,
agama dan ideologi demi ketahanan sosial-budaya termasuk
persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan
kepelatihan termasuk pengelola sistem pendidikan formal dan
non formal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu
pendidikan.
9. 08
Faktor Pendukung Pesantren di Era Global
a. Pondok pesantren adalah lembaga pedidikan yang populis, didirikan secara
mandiri oleh dan untuk masyarakat, sangat berperan dalam pembentukan
moral bangsa.
b. Adanya tokoh kharismatik pada pondok pesantren yang disegani dan
menjadi panutan masyarakat sekitar, sehingga fatwanya bisa berpengaruh
dan memberikan kontribusi pada perubahan pesantren dan lingkungan
masyarakat dalam menghadapi era globalisasi.
c. Tersedianya SDM yang cukup memadai pada pondok pesantren.
d. Jiwa kemandirian, keikhlasan, kesederhanaan yang tumbuh dikalangan para
santri dan keluarga besar pesantren. Sehingga mampu tetap bertahan dalam
kejujuran dan tidak menuruti serakah duniawi yang ditawarkan di era
globalisasi.
e. Tersedianya cukup banyak waktu bagi para santri, karena mereka mukim di
asrama, waktu yang banyak bisa dimanfaatkan para santri untuk menambah
kecakapan hidup seperti belajar komputer, menyetir mobil, bengkel/teknik,
dll.
f. Adanya jaringan yang kuat dikalangan pondok pesantren, yang
dikembangkan alumninya. Hal ini bisa memberikan peluang bagi pesantren
mengembangkan baik segi modal (soft skill) santri dengan cara tukar
kecakapan atau kerjasama antar pondok pesantren.
g. Minat masyarakat cukup besar terhadap pondok pesantren.
10. Kelemahan Pesantren di Era Global
09
1. Manajemen pengelolaan pesantren, hal ini karena masih banyak
pesantren yang masih tradisional.
2. Kaderisasi pesantren, kaderisasi yang buruk dapat menelurkan
pemimpin yang buruk.
3. Belum kuatnya budaya demokratis pesantren dan disiplin. Sehingga
masih banyak pesantren yang menutup diri dari kritik dan saran.
4. Sebagian masyarakat memandang pesantren sebagai lembaga
pendidikan kelas dua dan hanya belajar agama.
5. Terbatasnya tenaga yang berkualitas, khususnya mata pelajaran umum.
6. Terbatasnya sarana yang memadai, baik asrama maupun ruang belajar.
7. Masih dominannya sikap menerima apa adanya/fatalistic dikalangan
sebagian pesantren.
8. Kebersihan di lingkungan pesantren.
9. Sebagian pesantren masih bersifat ekslusif/kurang terbuka
Komunitas terpelajar berujar “bahwa keharuman
negeri itu bisa dilihat bagaimana putra-putri
bangsa ini.” Pesantren Harus Akomodatif.
11. 10
E. Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren
Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat dengan adanya
sikap non koperatif ulam terhadap kebijakan politik etis.pemerintah colonial
belanda pada abad ke-19. Kebijakan pemerintah colonial yang dimaksudkan
sebagai balas jasa kepada rakyat Indonesia dengan mendirikan pendidikan modern,
termasuk budaya barat. Namun pendidikan yang diberikan sangat terbatas, baik
dari segi jumlah yang mendapat kesempatan mengikuti pendidikan maupun dari
tingkat pendidikan yang diberikan.
Sikap non kooperatif dan silent opposition para ulama itu kemudian
ditunjukkkan dengan memberikan pesantren di daerah-daerah yang jauh dari kota
untuk menghindari intervensi pemerintah colonial serta memberi kesampatan
kapada rakyat yang belum memberikan pendidikan. Sampai akhir abad ke-19
tepatnya tahun 1860-an, menurut penelitian Sartono Kartodirdjo (1984), jumlah
pesantren mengalami peledakan yang luar biasa, terutama di Jawa yang
diperkirakan mencapai 300 buah. J.A van der Chijs dalam Report of 1831 on
indigenous Education melaporkan bahwa di Cirebon terdapat 190 pesantren
dengan 2.763 santri, di Pekalongan 9 Pesantren, Kendal 60 Pesantren, Demark 7
Pesantren dan 18 Pesantren di Grobongan. Sementara di Surabaya ada 4.397 santri
yang belajar di 410 langgar. Sumenep ada 34 langgar dan Pamekasan sekitar 500-
an langgar (Ridwan Saidi, 1984). Jumlah ini masih bisa dideret di berbagai wilayah
Indonesia yang lain.
12. Ciri umumnya yang dapat diketahui adalah pondok pesantern memiliki
kultur khas yang membedakan dengan budaya disekitar. cara pengajarannya pun
unik. Sang kiyai yang biasanya adalah pendiri yang sekaligus pemilik pondok
pesantren, membacakan kitab kuning sementara para santri mendengar dan
memberi catatan pada kitab yang sedang dibaca, selain itu para santri juga
ditugaskan membaca kitab sementara kiai yang sudah mampu menyimak sambil
mengoreksi dan mengevaluasi bacaan para santri. Kegiatan belajar mengajar pada
saat itu tanpa penjenjangan kelas dan kurikulum yang ketat yang biasanya
memisahkan jenis kelamin santri.
Perkembangan awal pesantren inilah yang menjadi cikal bakal dan
tipologi unik lembaga pesantren yang berkembang hingga saat ini. Namun
perkembangan ini tidak banyak mempengaruhi keberadaan pesantren kecuali
beberapa pesantren yang mencaoba memasukkan unsure-unsur pendidikan
umumkedalam kurikulum pesantren, seperti Pesantren Al-Amien Prenduan
Sumenep Madura, Pesantren Modern Darussalam Gontor, Pesantren Tebu Ireng
Jombang. Namun, secara umum pesantren tetap bertahan dengan karakteristiknya
yang khas. Keadaan ini setidaknya dapat diketahui sampai masa kemerdekaan
hingga decade 1960-an. Hanya sayangnya data yang mengungkap keberadaan
pesantren saat itu sangat terbatas.
11
13. Memasuki era 1970-an pesantren mengalami perubahan
signifikan. Perubahan dan perkembangan itu bisa di tilik dari dua
sudut pandang. pertama, Pesantren mengalami perkembangan
kwalitas luar biasa dan menakjubkan baik di wilayah pedesaan,
pinggiran kota, maupun perkotaan. Perkembangan kedua,
menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Bentuk-bentuk
pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu : (1)
Pesantren yang menyelanggarakan pendidikan formal dengan
menerapkan kurikulum nasional, baik yang ahanya memiliki sekolah
keagamaan (MI, MTs, MA dan PT. Agama Islam) maupun juga
meiliki sekolah umum (SD, SMP, SMA dan PT. Umum) seperti
Pesantren Tebuireg Jombang. (2) Pesantren yang menyelenggarakan
pendiidkan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan
ilmu-ilmu umun meski tidak mengikuti kurikulum nasional, seperti
Pesantren Al-Amien Prenduan Sumnenep Madura. (3) pesantren
yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah
diniyah (MD) seperti Pesantren Lirboyo Kediri dan (4) Pesantren
yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian.
12
14. Mempertimbangkan proses perubahan yang terjadi di pesantren
tampak bahwa hingga dewasa ini lembaga tersebut telah memberi
konstribusi penting dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. Dari
waktu ke waktu pesantren semakin berkembang kuantitas maupun
kualitasnya. Tidak sedikit dari masyarakat yang masih menaruh perhatian
besar terhadap pesantren sebagai pendidikan alternative. Terlebih lagi
dengan berbagai inovasi system pendidikan yang dikembangkan
pesantren dengan mengadopsi corak pendidikan umum, menjadikan
pesantren semakin kompetitif untuk menawarkan pendidikan ke halayak
masyarakat. meski sudah melakukan inovasi pendidikan sampai saat ini
pendidikan pesantren tidak kehilangan karakteristiknya yang unik yang
membedakan dirinya dengan model pendidikan umum yang di
formulasikan dalam bentuk sekolahan.
13
15. F. Manajemen Pesantren Era Globalisasi
14
Manajemen dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti
proses pemakaian sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran
yang telah ditentukan. James A.F Stoner mengemukakan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan pengorganisasian pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Dari pengertian di atas dapat dimengerti manajemen
dimulai dari sejak awal berdirinya sebuah lembaga.
Manajemen pendidikan adalah suatu sistem pengelolaan dan
penataan sumber daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta
didik, masyarakat, kurikulum, dana keuangan, sarana dan prasarana
pendidikan, tata laksana dan lingkungan pendidikan.
Manajemen pendidikan Islam itu sendiri adalah suatu proses
penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan
sumber daya manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien sebagaimana dalam
pengertian di atas. Pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen pesantren sejalan
dengan manajemen pendidikan Islam.
16. Globalisasi berasal dari kata the globeyang berarti bumi, dunia ini.
Maka globalisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai menjadikan
semuanya satu bumi atau satu dunia. Jin Young Chung mendefinisikan
globalisasi sebagai suatu proses terintegrasinya dunia melalui peningkatan arus
capital, hasil-hasil produksi, jasa, ide dan manusia yang lintas batas negara.
Globalisasi merupakan kelanjutan dari modernisasi, dan disisi lain
globalisasi adalah proses pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem
ekonomi dunia . Dalam merespon globalisasi dikalangan umat Islam ada tiga
pandangan. Pertama, merespon dengan cara anti globalisasi. Kedua, sebagian
yang lain terpengaruh oleh arus tersebut yang berakibat adanya pemisahan
antara agama dan politik atau masalah-masalah keduniaan lainnya. Ketiga,
sebagian bersikap kritis namun tidak secara otomatis anti barat. Kelompok ketiga
ini bersahabat dan bekerja sama dengan barat, kelompok ini tidak terjangkit
sekularisasi dan tetap sebagai pemeluk agama yang taat.
15
17. Walaupun sekarang memasuki dunia global namun sudah menjadi
common sense bahwa pesantren dekat dengan figur kyai. Masih banyak kyai
yang anti dengan perubahan dunia global. Dalam manajemen pesantren Kyai
adalah figure sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal
ini karena dua faktor utama yaitu: pertama,kepemimpinan yang tersentralisasi
pada individu yang bersandar pada karisma serta hubungan yang bersifat
patrenalistik. Kebanyakan pesantren menganut sistem serba mono: mono
manajemen dan mono administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenangan ke
unit-unit kerja yang ada dalam organisasi. Kedua, kepemilikan pesantren yang
bersifat individual(atau keluarga) bukan komunal. Implikasinya, gap quality
(atau kesenjangan kualitas) antara seorang pemimpin dengan lainnya tidak bisa
dihindarkan. Pola manajemen pendidikan dilakukan secara indental dan kurang
memperhatikan tujuan-tujuannya yang telah disistemastisasikan secara
hierarkis. Sistem pendidikan pesantren biasanya dilakukan secara alami dengan
pola manajerial yang tetap sama dalam setiap tahunnya.
Penyelenggaraan pondok pesantren dapat diungkap bahwa ada 3
faktor yang berperan yaitu : pertama, manajemen sebagai faktor upaya. Kedua,
Organisasi sebagai faktor sarana. Dan ketiga, administrasi sebagai karsa
16
18. G. Karakteristik Pendidikan Islam Tradisional
17
Bila dikaitkan dengan sistem pendidikan dalam Islam, pandangan kita
selalu tertuju pada pesantren. Pesantren sebagai sistem pendidikan di Indonesia
yang menganut sistem tradisional. Ulil Abshar Abdallah dalam artikelnya,
menyatakan bahwa pesantren satu-satunya lembaga pendidikan Islam di Indonesia
yang mewarisi tradisi intelektual Islam tradisional. Identifikasi ini mengukuhkan
pesantren dengan segala infrastrukturnya merupakan lembaga pendidikan di
Indonesia yang masih menjunjung tinggi tradisi dan budaya otentik bangsa.
Mastuhu menuliskan, sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam
tradisional, pesantren mempunyai empat ciri khusus yang menonjol. Mulai dari
hanya memberikan pelajaran agama versi kitab-kitab Islam klasik berbahasa Arab,
mempunyai tekhnik pengajaran yang unik yang biasa dikenal dengan metode
sorogan dan bandongan atau wetonan, mengedepankan hafalan, serta
menggunakan sistem halaqah.
Metode halaqah merupakan kelompok kelas dari sistem bandongan.
Halaqah berarti lingkaran murid, atau sekelompok santri yang belajar di bawah
bimbingan seorang ustadz dalam satu tempat. Dalam prakteknya, halaqah
dikategorikan sebagai diskusi untuk memahami isi kitab, bukan mempertanyakan
kemungkinan benar salahnya apa apa yang diajarkan oleh kitab. Halaqah dinilai
hanya cocok bagi pengembangan intelektual kelas santri yang cerdas, rajin, serta
bersedia mengorbankan waktu yang besar untuk belajar.
19. Dalam dunia pesantren dikenal beberapa metedologi
pengajaran sebagai berikut:
18
1. Hafalan
Sebagai sebuah metedologi pengajaran, hafalan pada umumnya diterapkan
pada mata pelajaran yang bersifat nadham (syair), bukan natsar (prosa), dan itupun
pada umumnya terbatas pada ilmu kaidah bahaSa arab. Metode ini sangat relevan
apabila diterapkan kepada santri yang masih tergolong anak-anak, tingkat dasar, dan
tingkat menengah. Sedangkan pada usia diatas itu, metode hafalan sebaiknya dikurangi
sedikit demi sedikit, dan lebih tepat digunakan untuk rumus dan kaidah-kaidah. Hal
ini disebabkan pada usia tersebut,tingkat kemampuan menghafal santri cenderung
semakin lemah seiring dengan menguatnya daya nalar dan pemahannya.
Dalam aplikasinya, metode ini biasanya diterapkan dengan dua cara.
Pertama, pada setiap kali tatap muka, setiap santri diharuskan membaca tugas-tugas
hafalannya dihadapan kyai atau ustadz. Jika ia hafal dengan baik, ia diperbolehkan
untuk melanjuti tugas hafalan berikutnya. Sebaliknya jika ia belum berhasil, ia di
haruskan mengulang lagi sampai lancar untuk disetorkan kembali pada pertemuan
yang akan datang.
Kedua, seorang kyai atau ustadz menugaskan santrinya untuk mengucapkan bagian-
bagian tertentu dari hafalan yang telah ditugaskan kepada mereka, atau melanjutkan
kalimat atau lafadz yang telah diucapkan oleh gurunya.
20. 19
2. Hiwar atau Muhawarah
Hiwar dalam dunia pesantren selain sebagai alat komunikasi, hiwar juga
merupakan metode yang hampir sama dengan metode diskusi yang umum
kita kenal.
Dalam pelaksanaannya, para santri melakukan kegiatan belajar
secara kelompok untuk membahas bersama materi kitab, yang telah
diajarkan oleh kyai atau ustadz. Dalam belajar kelompok ini, mereka tidak
hanya membahas segala sesuatu yang berkenaan dengan topik/sub topik
bahasan kitab belaka. Lebih dari itu, tidak jarang mereka juga memperluas
cakupan diskusinya, hingga mencakup pembahasan tentang lafadz demi
lafadz dan kalimat demi kalimat jika ditinjau dari gramatika bahasa Arab
(ilmu alat). Semua merupakan bagian integral dari usaha mereka untuk
bisa memahami makna hingga dapat menyimpulkannya. Sejalan dengan
itu, metode ini dinilai sangat efektif dan relatif cukup berhasil sehingga
sampai saat ini.
21. Mudzakaroh atau bahtsul Masa’i merupakan pertemuan ilmiah untuk
membahas masalah diniyah, seperti ibadah, akidah, dan permasalahan-permasalahna
agama lainnya. Metode ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan metode
musyawarah. Bedanya, sebagai sebuah metodologi mudzakarah pada umumnya hanya
diikuti oleh para kyai atau para santri tingkat tinggi.
3. Metode Bahtsul Masa’il
(Mudzakaroh)
20
4. Fathul Kutub
Fathul Kutub merupakan kegiatan latihan membaca kitab (terutama kitab
klasik) yang umumnya ditugaskan kepada santri senior di pondok pesantren.
Metode ini biasanya dikhususkan bagi santri yang sudah akan menyelesaikan
pendidikannya di sebuah Pondok Peantren.
5. Muqoronah
Muqoronah adalah sebuah metode yang berfokus pada kegiatan
perbandingan, baik perbandingan materi, paham, metode, maupun perbandingan
kitab. Metode ini hanya diterapkan pada kelas-kelas santri senior (Mahad ‘ali) saja.
22. Muhawarah merupakan latihan bercakap-cakap dengan menggunakan
Bahasa Arab. Metode ini digunakan untuk berbicara baik dengan sesama santri
maupun dengan para ustaz atau kyai.
6. Muharawah atau Muhadatsah
21
23. Pertanyaan dari teman-teman:
1. Apakah sama sistem manajemen berbasis pesantren dengan
sistem manajemen Madrasah Diniyah? (Kusnul Khatimah)
2. Sebutkan kelemahan dan keunggulan dari Pondok Pesantren
Tradisional, Pesantren Modern, dan Pesantren Campuran? (Illa
lairinsky nisa)
3. Manakah yang lebih berhasil antara manajemen berbasis
pesantren dengan manajemen berbasis sekolah? (Ifa dewi
masyta)
4. Bagaimana cara mengatasi kelemahan pesantren diera global?
(Lutfi himatunkmah)
5. Jelaskan maksud dari Pondok Pesantren tipe A, B, C, dan D
(pada halaman 4)? (Feni prasetya)
Dipresentasikan pada Senin, 18 April 2016.
Pukul 02:30 wib