SlideShare a Scribd company logo
PENTINGNYA PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Joko Sutarto
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Abstract: The Multiculturalism problema isn’t only the
Indonesion but also global’s problem. Multiculturalism is one
of the problem key in the world which is crucial, including
Indonesia, in facing the global changes in the future, evenmore
the national history in past time which apparent and controlled
by the hardness. It gives priority to the uniformity which is like
the sociopolitical order in Indonesia since 1965. Multicultural
learning has been given to the child since early aging, it will
give the initial understanding which decide very much, because
it’s golden age phase, this phase plays an important role to the
development in adult time. Education of early aging child, in
practical is materialized trough the kindergarden, play group,
children storage place, and the others, which the programmes
are variety and packed into informational institutional, and the
effort which is looked so important in framework to give
undertanding about multicultural concept trough the education
of early aging child (PAUD).
Kata Kunci: pembelajaran multikultural, pendidikan anak usia
dini.
Dewasa ini bangsa
Indonesia sedang menghadapi
gelombang perubahan besar
dalam sistem kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Secara eksternal, era
kesejagatan (globalisasi) sudah
mulai menghadang dan
menantang. Era globalisasi
menuntut adanya penyikapan
secara ter-buka terhadap
terjadinya perubahan dalam
semua segi kehidupan, termasuk
perbedaan, ragam, dan
pluralisme budaya. Dalam latar
pendidikan anak usia dini
penyikapan terhadap perbedaan,
ragam, dan pluralisme budaya
ini menjadi kian penting,
setidaknya dengan beberapa
alasan: (a) di dalam lingkungan
masyarakat terdapat adanya
keragaman elemen- elemen
sosial, (b) di dalam lingkungan
masyarakat terjadi hubungan
me-nimbulkan konsekuensi-
konsekuensi kemajemukan
kultural, dan (c) melalui
pendidikan anak usia dini
diharapkan dapat ditumbuh-
kembangkan pencapaian ranah
kognitif, psikomotorik, dan
afektif yang diarahkan pada
pencapaian kebersamaan
kepentingan untuk mencapai
integrasi nasional.
Didalam pendidikan
anak usia dini terjadi pembauran
antar anak yang berbeda latar
belakang, dan ragam budaya,
sehingga melahirkan masyarakat
multikultural. Masyarakat multi
kultural dimaknai sebagai
masyarakat yang didalamnya
berkembang banyak ragam
kebudayaan (Waston, 2000).
Dengan demikian masyarakat
multi kultural yang terjadi di
dalam tersusun dari berbagai
macam bentuk kehidupan dan
orientasi nilai yang berbeda dan
beragam. Perbedaan atau
kebhinekaan (perbeda-an,
keragaman, dan pluralisme)
budaya haruslah dipandang
sebagai suatu yang lumrah,
sehingga secara bijak mengakui
atas identitas kelompok-
kelompok dan penerimaan
perbedaan kebudayaan yang
berkembang di lingkungan
masyarakat sebagai suatu
rakhmat, diperlukan kesadaran
dan pemahaman (map of the
world) bahwa setiap masyarakat
mempunyai pengalaman,
kebudayaan, keinginan, cita-cita,
harapan yang berbeda. Setiap
masyarakat memiliki identitas
diri yang terbangun melalui
suatu pertalian yang rumit dan
unik dari ras, etnik, lapisan
sosial, bahasa, agama, gender,
kemampuan dan keterampilan,
dan pengaruh-pe-ngaruh budaya
lainnya.
Dengan memperhatikan
perbedaan, keragaman, dan
pluralisme sebagaimana di
uraikan di atas maka pendidikan
anak usia dini haruslah didesain
dengan berorientasi
multikultural, dan berorientasi
ke masa de-pan. Surakhmad
(1999: 19) memberikan sebuah
daftar penting dan mena-rik
tentang perubahan atau peralihan
paradigma, dari yang
berorientasi ke masa silam
menjadi berorientasi ke masa
depan, yaitu: (a) pendidikan
yang mengutamakan nilai
kehidupan budaya feodal
aristokrasi dirubah menjadi
pendidikan yang menggalakkan
kehidupan nilai budaya demo-
krasi; (b) peralihan pengelolaan
pendidikan yang terpusat secara
sentra-listik kepada pengelolan
pendidikan yang berbasiskan
kekuatan masya-rakat; (c)
peralihan sikap kependidikan
yang mengutamakan keseraga-
man ke sikap yang menghargai
keseragaman, (d) peralihan dari
pandang-an kependidikan yang
lebih banyak bersifat
pelaksanaan kewajiban ke
pandangan yang mendidik dan
menyadarkan warganegara
mengenai hak azasi manusia;
dan (e) peralihan sikap
kependidikan yang konformistik
ke sikap kependidikan yang
motivatif, merangsang,
menghargai kreatifi-tas dan
inovasi, dan dinamis, riil dan
konstektual.
Kerangka perubahan
yang ditawarkan Surakhmad di
atas, jelas memperlihatkan
kompleksitas perubahan atau
pergeseran paradigma pen-
didikan yang seyogyanya
dilakukan termasuk pada
pendidikan nonfor-mal, sehingga
memerlukan orientasi filosofis
pembelajaran multikultural,
sehingga perolehan belajar tidak
sekedar survive, tetapi lebih
kompetitif menghadapi era
globalisasi.
Pentingnya Pembelajaran
Multikultural pada PAUD
Pentingnya pemberian
layanan pendidikan bagi anak
usia dini te-lah memperoleh
perhatian dari pemerintah,
sebagaimana dirumuskan di
dalam Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Di dalam
pasal 1 ayat 14 dinyatakan
bahwa: pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan
kepada anak se-jak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pembe-rian
rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan
perkem-bangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Selanjutnya pasal 28
menyatakan bahwa pendi-dikan
anak usia dini diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan/atau informal.
Pendidikan anak usia dini yang
diseleng-garakan pada jalur
pendidikan formal berbentuk
Taman Kanak-Kanak (TK),
Raudlatul Athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat.
Kemudian pada jalur pendidikan
nonformal, pendidikan anak usia
dini diselenggara-kan dalam
bentuk Kelompok Bermain
(KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), atau bentuk lain yang
sederajat; sedangkan pada jalur
pendidikan informal
diselenggarakan dalam bentuk
pendidikan keluarga atau pendi-
dikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan. Kedua pasal
tersebut me-ngindikasikan
bahwa: (a) layanan pendidikan
perlu diberikan kepada se-mua
anak sejak usia dini; (b)
pendidikan formal dan
pendidikan nonfor-mal secara
sama perlu memberikan
kesempatan kepada anak usia
dini untuk memperoleh akses
pendidikan secara layak; dan (c)
untuk mendu-kung
keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini perlu melibatkan
masyarakat.
Pelibatan jalur
pendidikan nonformal dalam
penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini adalah didasarkan
pada berbagai pertimbangan.
Beberapa pertimbangan yang
dimaksud itu antara lain: (a)
program yang ditawarkan lebih
bersifat fleksibel, yakni program
yang dirancang oleh pendidikan
nonformal menyesuaikan diri
dengan kebutuhan, minat, usia,
dan kesempatan belajar
masyarakat; (b) melibatkan
masyarakat di dalam
pengelolaan program; (c)
mengutamakan pendekatan
manusia (human approach)
dalam mengembangkan
sumberdaya manusia; dan (d)
banyak anak usia dini dari
golongan masyarakat kurang
beruntung yang belum
memperoleh layanan pendidikan
secara layak, sebagai akibat dari
kondisi ekonomi dan ketidak
tahuan masyarakat terhadap
pentingnya makna pen-didikan
bagi pengembangan potensi
anak sejak usia dini, sehingga
diper-lukan pendekatan
alternatif dalam memberikan
layanan pendidikan.
Beberapa masalah yang
berkaitan dengan pentingnya
pendidikan multikultural
diterapkan pada pendidikan
nonformal dan pentinya revita-
lisasi nasionalisme melalui
pendidikan anak usia dini, yaitu:
a. Masalah krisis multidimensi
yang dihadapi Indonesia
setelah runtuh-nya orde baru
berakibat terjadinya
disintegrasi sosial,
kemiskinan, ke-sengsaraan
sosial, pelanggaran hukum,
ketidakadilan, korupsi,
kebang-krutan rohani
sehingga perbedaan kultural,
pluralisme budaya tidak
mendapat tempat yang
semestinya dan pada akhirnya
semangat nasio-nalisme
mengalami kelunturan.
Dalam kondisi yang demikian
peran pendidikan sangat
menentukan dalam
merevitalisasi watak calon
pemimpin yang mempunyai
jiwa nasionalisme yang
tinggi.
b. Pada masa lalu pluralisme
kultur, perbedaan budaya, dan
perbedaan ras, suku, jenis
kelamin, latar belakang sosial
ekonomi kurang mendapat
perhatian, bahkan perbedaan
yang ada terkadang dianggap
suatu upaya menentang pusat
kekuasaan. Kondisi semacam
itu pada era demokrasi
sekarang ini perlu
direvitalisasi sehingga
integrasi nasional tetap
berdiri tegak di bumi
Indonesia. Untuk itu satuan
pendidikan mempunyai tugas
untuk mengembangkannya
melalui pendidikan
multikultural.
c. Masalah disintegrasi wilayah,
civil society, dan dwifungsi
ABRI me-rupakan sesuatu
yang perlu terus dipecahkan
agar integrasi nasional tetap
terjaga, peran masyarakat
sipil semakin diperhitungkan,
dan ABRI lebih terfokus pada
pengamanan negara.
d. Masalah hak asasi manusia
merupakan masalah yang
sangat krusial bagi bangsa
Indonesia, karena pada masa
lalu hak asasi manusia ku-
rang diperhatikan, bahkan
sangat terabaikan sehingga
pada masa itu banyak terjadi
pelanggaran hukum dan
HAM.
Upaya yang diperlukan
Dari permasalahan yang
diidentifikasi selanjutnya
ditawarkan al-ternatif atau solusi
pemecahan masalah yang ada,
yaitu sebagai berikut:
a. Perlu dilakukan revitalisasi
nasionalisme yang mengarah
kepada inte-grasi nasional,
nasionalisme yang
menghargai perbedaan
kultural. Upaya yang
dilakukan dapat dilakukan
melalui pendidikan keluarga,
dan pendidikan dalam
masyarakat yang dilakukan
melalui teladan dan
pembiasaan. Dengan
demikian peran pendidik
sangat menentukan.
Pendidikan anak usia dini
dipandang sangat penting
menanamkan nasionalisme
sejak usia dini sehingga nilai
nasionalisme yang
ditanamkan sejak dini akan
terpatri secara relatif konstan
dan akan terbawa sampai
dewasa. Penanaman nilai
tersebut dapat dilakukan
melalui nyanyian, bermain
peran, teladan, dongeng, dan
semacamnya yang dapat
menggugah anak.
b. Terkait dengan solusi pertama
di atas, maka kurikulum pada
jalur pen-didikan anak usia
dini perlu dikemas dengan
pemberian muatan untuk
menanamkan jiwa
nasionalisme dalam arti yang
sebenarnya seperti yang
dicita-citakan pendiri Negara
(Sukarno), yaitu nasionalisme
yang mengakui adanya
perbedaan kultural, ras, suku,
dan lainnya.
c. Pembelajaran multikultural
perlu dikembangan pada
pendidikan anak usia dini
sebab melalui pembelajaran
multikultural dapat
ditanamkan jiwa
nasionalisme, menghargai
perbedaan, menghormati
perbedaan, berpikiran global
dalam konteks masyarakat
Indonesia.
Dalam upaya mengakui
perbedaan budaya dan
pluralisme budaya perlu
dilakukan kegiatan nyata,
termasuk pelestarian budaya
lokal kedae-rahan, seperti
penggunaan dan pengajaran
bahasa, wayang kulit, ketoprak,
ludruk dan sebagainya. Melalui
pelestarian budaya lokal
semacam itu akan dapat
diwujudkan integrasi nasional
dan nasionalisme yang
mengakui perbedaan budaya
lokal. Konsep integrasi harus
dipahami bukan meleburkan
menjadi satu Indonesia tetapi
bersama-sama menjadi
Indonesia dengan menjaga
keseimbangan dan keberadaan
etnis-etnis yang ada. Untuk itu
diperlukan revitalisasi atau
mengkonsepkan kembali makna
integrasi, disinilah pentingnya
pendidikan untuk berperan
dengan melibatkan tenaga
pendidik yang dimiliki.
Pembelajaran
multikultural akan dapat
diwujudkan tidak hanya melalui
muatan kurikulum yang ada
tetapi perlu ditunjang adanya:
(a) leadership yang cukup kuat
yang bisa mengakomodasi
berbagai macam kepentingan,
(b) tidak boleh ada hegemoni
etnis tertentu yang kuat terha-
dap etnis lain, dan (c) merubah
konsep integrasi nasional,
dengan kon-sepsi bahwa kultur
yang ada bukan melebur
menjadi satu tetapi menjaga
keseimbangan dari tumbuhnya
kultur-kultur yang ada.
Upaya penciptaan
masyarakat madani (civil
society) akan dapat diwujudkan
tidak hanya melalui pendidikan,
tetapi peranan pemerintah
sangatlah penting, yaitu
mendorong pengembangan infra
struktur kehidupan masyarakat
dengan menyediakan ruang
publik (public space) dalam
pengertiannya yang sejati, yaitu
tidah hanya membolehkan
mereka berbicara dan
berpendapat tetapi juga
membuka mata hati terhadap
aspi-rasi rakyat, baik yang
disampaikan melalui lembaga
demokrasi formal maupun
nonformal.
Revitalisasi nasionalisme
dapat dilakukan pula melalui
pemberda-yaan potensi lokal
termasuk potensi ilmuan lokal
seperti para ulama. Untuk itu
semua, upaya perubahan
kurikulum, tex book, metodologi
pe-ngajaran serta up-grading
para guru sekaligus adanya good
will dan political will dari para
pengambil kebijakan, menjadi
agenda yang perlu dirumuskan
kembali, agar masyarakat siap
berinteraksi dengan berbagai
dinamika perubahan yang tengah
dan akan terus berlangsung di
era mul-tikultural, kini dan
mendatang. Apabila upaya ini
dapat diwujudkan maka cita-cita
revitalisasi nasionalisme akan
dapat dilakukan secara penuh
dan tidak keluar dari rel yang
sebenarnya dianggap sangat
urgen karena ada hubungan yang
signifikan antara peran
pendidikan (sekolah, keluarga,
dan masyarakat).
Perancangan Pembelajaran
Dalam konteks
pembangunan nasional yang
meliputi pembangu-nan dalam
semua aspek kehidupan dengan
titik berat pada sektor ekono-mi,
maka Pendidikan nonformal
menggarap program-program
pendidik-an yang berorientasi
pada pengembangan
sumberdaya manusia dan pem-
berdayaan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan tenaga
kerja, lapang-an kerja, wirausaha
dan sektor pembangunan
umumnya. Berkaitan de-ngan
hal tersebut, maka pendidikan
anak usia dini pada dasarnya
terse-lenggara atas kebutuhan
pendidikan dan kebutuhan
belajar yang tumbuh di
masyarakat itu sendiri. Hal
inilah yang perlu
ditumbuhkembangkan,
diberdayakan agar potensi yang
ada dapat digarap melalui
kemandirian dan prakarsa
masyarakat sendiri.
Masalahnya adalah
kondisi sumberdaya manusia
yang ada di ma-syarakat itu
sendiri yang masih belum
mampu mendayakan potensi
yang ada, dan sekaligus
menyadarkan pentingnya paham
multikulturalisme, sehingga
diperlukan sentuhan dari luar
yang dapat memotivasi dan me-
macu masyarakat, disinilah
peran pemberdayaan masyarakat
sangat di-perlukan.
Pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan
potensi masyarakat agar mampu
meningkatkan kualitas hidup
yang lebih baik bagi seluruh
warga masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan swadaya.
Untuk mencapai tujuan ini,
faktor peningkatan kualitas
SDM melalui pendidikan formal
dan nonformal perlu mendapat
prioritas. Memberda-yakan
masyarakat bertujuan "mendidik
masyarakat agar mampu mendi-
dik diri mereka sendiri" atau
"membantu masyarakat agar
mampu mem-bantu diri merekka
sendiri". Tujuan yang akan
dicapai melalui usaha
pemberdayaan masyarakat,
adalah masyarakat yang mandiri,
berswada-ya, mampu
mengadopsi inovasi, dan
memiliki pola pikir yang
kosmopo-litan.
Mempertimbangkan
karakteristik masyarakat
setempat (lokal) yang akan
diberdayakan, termasuk
perbedaan karakteristik yang
membedakan masyarakat desa
yang satu dengan yang lainnya.
Segala usaha pemberda-yaan
masyarakat akan sia-sia apabila
tidak memperoleh dukungan.
Ma-syarakat perlu diberdayakan
untuk menetapkan suatu
program yang akan dilakukan.
Program action tersebut
perlu ditetapkan menurut skala
prioritas, yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Tentunya program
dengan skala priori-tas tinggilah
yang perlu didahulukan
pelaksanaannya.
Memberdayakan masyarakat
berarti membuat masyarakat
tahu dan mengerti bahwa me-
reka memiliki kekuatan-
kekuatan dan sumber-sumber
yang dapat dimo-bilisasi untuk
memecahkan permasalahn dan
memenuhi kebutuhannya.
Pemberdayaan masyarakat
adalah suatu kegiatan yang
berkesinambung-an. Karena itu,
masyarakat perlu diberdayakan
agar mampu bekerja me-
mecahkan masalahnya secara
kontinyu.Salah satu tujuan
pemberdayaan masyarakat
adalan tumbuhnya kemandirian
masyrakat. Masyarakat yang
mandiri adalah masyarakat yang
sudah mampu menolong diri
sendiri. Untuk itu, perlu selalu
ditingkatkan kemampuan
masyarakat untuk ber-swadaya.
Persoalan
mempersiapkan sumberdaya
manusia yang berkuali-tas
untuk memenuhi kebutuhan
pasar kerja, dan menyiasati
dampak globalisasi adalah
persoalan pendidikan,
termasuk melalui pendidikan
nonformal, oleh karena itu
tanggung jawab bidang
pendidikan merupa-kan fungsi
yang sangat strategis sebagai
upaya sadar dan merupakan
titik sentral dalam upaya
pengembangan sumberdaya
manusia yang sa-dar akan
keragaman potensi dan
budayanya (Soedomo, l990:3).
Pendi-dikan nonformal,
menurut (Coombs, 1984)
dijelaskan bahwa sejak se-
abad yang lalu pendidikan
nonformal telah menjalankan
fungsi me-ngembangkan
wawasan, mengalihkan
pengetahuan, melatihkan kete-
rampilan serta
mengembangkan aspirasi
belajar masyarakat, termasuk
didalamnya penyadaran akan
pentingnya integrasi bangsa.
Proses Pendidikan
nonformal tidak tergantung
pada terorgani-sir atau tidak
suatu kegiatan, namun
menurut (Axin,1976)
tergantung pada kesadaran
kesengajaan dalam proses
pembelajaran. Pendidikan
nonformal sebagai program
kegiatan mengandung arti
bahwa program-programnya
tidak hanya terbatas pada
aspek tertentu, namun bisa
terka-it dengan beberapa
program, yaitu program
development, yang memi-liki
tujuan pokok untuk: solve
individual, group, or community
problems; terkait dengan
program institusional, yang
bertujuan untuk growth and
improvement of individual’s
basic abilities, skills,
knowledge, and competencies;
dan terkait dengan program
informational, yang bertuju-an
untuk exchange information
(Boyle, 1981).
Fenomena pendidikan
tersebut, baik sebagai proses,
sebagai kesadaran tujuan,
maupun sebagai program
kegiatan telah lama ada dan
terjadi dalam khasanah
kehidupan kita. Keberadaan
bentuk pendidikan nonformal
tersebut telah terbukti banyak
membantu memecahkan per-
soalan-persoalan yang
dihadapai seseorang, baik
individual, kelompok, maupun
kelembagaan. Kenyataan
tersebut harus diakui bahwa
pendi-dikan nonformal cukup
teruji kehebatannya dan cukup
adaptif untuk diandalkan
dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masyarakat, ter-
masuk didalamnya didalam
menanamkan nilai-nilai
perbedaan dan ni-lai-nilai
persatuan yang diarahkan pada
integrasi, persatuan dan kesa-
maan sebagai suatu anggota
masyarakat.
Istilah “pengembangan “
(development) mengandung
makna yang luas dari para
perancangan suatu program.
Abdul Gafur (1982) menge-
mukakan konsep
“pengembangan” sebagai
membuat tumbuh secara te-ratur
untuk menjadikan sesuatu lebih
besar, lebih baik, lebih efektif,
dan sebagainya. Konsep
pengembangan dalam tataran
PLS cenderung dikon-sepkan
sebagai pemberdayaan
(empowering process) yang
bertujuan agar masyarakat
mampu memahami dan
mengendalikan diri (swadaya)
kekuatan-kekuatan sosial,
ekonomi, dan politik yang
mempengaruhi ke-hidupannya,
sehingga ia dapat meningkatkan
martabat dan taraf hidupnya
(pemberdayaan kemandirian).
Peran pendidikan
nonformal dalam proses
pemberdayaan menurut
Kindervatter (1979) secara
minimal harus dapat menumbuh-
kembangkan empat macam
keberdayaan masyarakat yang
diarahkan pada keswadaya-an
dan kemandirian, yaitu :
Pertama, keberdayaan
edukatif yang meliputi kategori
kualitas : melek huruf, melek
pendidikan dasar, memiliki
pengetahuan, keterampil-an,
nilai, dan sikap makarya atau
cakap, terampil, dan beretos
kerja; ser-ta mampu
mengembangkan diri dengan
belajar berkelanjutan, mandiri,
kreatif dan inovatif.
Kedua, keberdayaan
ekonomi, yaitu mampu
memahami dan me-ngendalikan
faktor-faktor ekonomi yang
mempengaruhi kehidupannya,
sehingga dapat berpartisipasi
secara produktif dan efisien
dalam pemba-ngunan, serta
dapat memperoleh bagian secara
proposional dari hasil
pembangunan .
Ketiga, keberdayaan
politik, yaitu mampu memahami
fenomena dan kebijakan politik
yang mempengaruhi kehidupan
pribadi dan sosial-nya, sehingga
dapat melaksanakan kewajiban
dan mendapatkan haknya
sebagai warga negara secara
maksimal.
Keempat, keberdayaan
hukum, yaitu memahami dan
mengenda-likan faktor regulasi
sosial, aturan yang
mempengaruhi kehidupannya,
sehingga mendapatkan
perlakuan dan perlindungan
hukum secara adil.
Tahapan kegiatan yang
perlu dilakukan melalui
pendidikan anak usia dini dalam
rangka pembelajaran
multikultural yang diarahkan
pada penyadaran dan
pemberdayaan masyarakat
tentang pentingnya integrasi
bangsa, yaitu melalui : (a)
menetapkan kebutuhan riil yang
secara nyata dan faktual
dianggap memerlukan adanya
pemenuhan yang sangat men-
desak, hal yang perlu
diidentifikasi meliputi ciri-ciri
sosial budaya ma-syarakat,
strukutur ekonomi masyarakat,
pendidikan, jenis pekerjaan,
waktu senggang dan kondisi
potensi lingkungan fisik; (b)
menetapkan prioritas kebutuhan,
yang didasarkan urutan prioritas
berdasarkan pada keadaan
kebutuhan yang secara objektif
sangat penting dan mendesak
serta dikehendaki sebagian besar
warga masyarakat; (c)
perumusan tuju-an, berdarkan
urutan prioritas kebutuhan
selanjutnya ditetapkan dan disu-
sun tujuan program yang hendak
dicapai yang meliputi aspek
pengetahu-an, keterampilan, dan
sikap. Tujuan program berfungsi
sebagai dasar yang mengarahkan
seluruh kegiatan program,
karena itu tujuan yang ber-sifat
khusus harus dirumuskan secara
jelas dan spesifik sehingga dapat
diukur tingkat keberhasilannya;
(d) penetapan alternatif
pemecahan ma-salah, yaitu
menyusun alternatif pemecahan
kebutuhan masyarakat yang
paling tepat sesuai dengan
kriteria pemilihan yang
ditetapkan, dengan
mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya
pendukung yang tersedia di
lingkungan setempat, murah dan
fungsional, mengandung sedikit
mungkin faktor kendala; dan (e)
pelaksanaan kegiatan, yaitu
kegiatan nyata yang dipilih
berdasarkan alternatif yang
muncul yang diarahkan pada
pengembangan swadaya dan
kemandirian masyarakat,
sehingga peran pendidikan
nonformal lebih pada
pemberdayaan, motivator, inisi-
ator, fasilitator, mediator dalam
proses perubahan pengetahuan,
keteram-pilan, dan sikap
termasuk didalamnya sikap
tentang tanggung jawab se-bagai
warga negara yang mempunyai
semangat untuk tetap bersatu
dalam negara kesatuan Republik
Indonesia
Melakukan
pengembangan melalui
pemberdayaan masyarakat bu-
kanlah merupakan pekerjaan
yang mudah, karena itu harus
dipikirkan dan dipertimbangkan
secara matang semua aspek yang
ada dalam organi-sasi
masyarakat, terutama aspek
kepemimpinan sebagai faktor
pendongkrak. Dalam setiap
kepemimpinan, seorang
pemimpin atau pengambil
kebijakan memiliki paling tidak
lima kekuasaan (power), yaitu:
legitimate power, reward power,
coercive power, expert power,
dan referent power (Fleet,l988).
Penutup
Upaya memberikan
pemahaman dan penanaman
paham dan nilai-nilai
multikultural dapat dilakukan
melalui pembelajaran
multikultural yang dilakukan
melalui jalur pendidikan formal
maupun pendidikan non-formal.
Pendidikan nonformal melalui
berbagai program dan sasaran
yang sangat luas, dan salah
satunya adalah melalui
pendidikan anak usia dini
diyakini dapat berperan dalam
membentuk watak anak sejak
usia di-ni sehingga akan menjadi
anggota masyarakat yang
mempunyai nasio-nalisme yang
tertanam, terpatri dalam lubuk
hatinya yang paling dalam.
Untuk perlu adanya rancangan
pembelajaran multikultural yang
dikem-bangkan pada
penyelenggaraan program
pendidikan anak usia dini. Pe-
rancangan pembelajaran
multikultural dalam latar
pendidikan anak usia dini
dikembangkan melalui
pendekatan andragogi, dialogis
dan lebih me-nekankan kepada
prinsip keswadayaan, sehingga
perancangan kurikulum
dilakukan dengan
memeperhatikan kebutuhan
kelompok sasaran, teruta-ma
segi pengetahuan, yang
dipadukan dengan penanaman
dan pengem-bangan sikap
menjunjung tinggi paham dan
nilai-nilai integrasi, berbeda
dalam persatuan, dan bersatu
walaupun dalam perbedaan.
DAFTAR RUJUKAN
Axin, G.H. 1976. Nonformal
Education and Rural
Development. Michigan
University: East Learning.
Boyle, Patric G. 1981. Planning
Better Programs. New
York: Mc Graw-Hill Book
Company.
Carison, RO. 1965. Adaption of
Education Innovations.
Oregon: The Center for
the Advance Study of
Educational
Administration, University
of Oregon.
Coombs, Philip H. 1984.
Memerangi Kemiskinan di
Pedesaan Melalui
Pendidikan Nonformal
(terjemahan). Jakarta :
CV. Rajawali.
Fleet, D.D.V. 1988. Contempory
Management. Boston :
Houghton Miffin
Company
Gafur, Abdul. 1982. Desain
Intruksional. Solo: Tiga
Serangkai.
Joko Sutarto. 2001. Pengantar
Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.
Kindervatter, Suzane. 1979.
Nonformal Education as
an Empowering Process.
Amherst University USA:
Center for International
Education.
Soedomo. 1990. Mengenal
Gagasan, Teori, dan
Sistem Pendidikan di
Berbagai Negara
.Malang: FIP IKIP
Malang.
Sihombing Umberto. 1999.
Pendidikan Luar Sekolah
(Kini dan Masa Depan).
Jakarta: PD Mahkota.
Surakhmad, Winarno. 1999.
Kemutlakan Peralihan
Paradigma Univer-sitas
Masa Depan: Referensi
Negara Sedang
Berkembang. Jakarta :
Cakrawala Pendidikan.
Undang-Undang No. 20 Tahun
2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasio-nal.
Jakarta: Gramedia.
Waston. CW. 2000. Concepts in
the Social Science. Open
University Press.

More Related Content

What's hot

Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
pohtee
 
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraanMakalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
evi rahayu
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point
Widodo Imanly
 
Uu sisdiknas no 20 tahun 2003
Uu sisdiknas no 20 tahun 2003Uu sisdiknas no 20 tahun 2003
Uu sisdiknas no 20 tahun 2003
Reni Nazta
 
Makalah ham pendidikan
Makalah ham pendidikanMakalah ham pendidikan
Makalah ham pendidikan
Sulaiman Zuhdi Manik
 
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagamanBab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Catharina School
 
Peran pendidikan
Peran pendidikanPeran pendidikan
Peran pendidikan
huma2
 
Peranan Mahasiswa Dalam Meningkatkan
Peranan Mahasiswa Dalam MeningkatkanPeranan Mahasiswa Dalam Meningkatkan
Peranan Mahasiswa Dalam Meningkatkan
guest242dc5
 
01 pengantar kwn
01 pengantar kwn 01 pengantar kwn
01 pengantar kwn
Garuda Indonesia
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Yogyakarta State University
 
Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)
Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)
Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)
Universitas Negeri Makassar
 
pendekatan multikultural dalam pembelajaran
pendekatan multikultural dalam pembelajaranpendekatan multikultural dalam pembelajaran
pendekatan multikultural dalam pembelajaranAndy Wilson
 
Pembinaan negara bangsa
Pembinaan negara bangsaPembinaan negara bangsa
Pembinaan negara bangsa
Nurfarah Aqilah
 
Data bem unpatti
Data bem unpattiData bem unpatti
Data bem unpatti
Afif Faith
 

What's hot (17)

Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
 
Makalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraanMakalah kewarganegaraan
Makalah kewarganegaraan
 
1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point1. intergrasi nasional power_point
1. intergrasi nasional power_point
 
Uu sisdiknas no 20 tahun 2003
Uu sisdiknas no 20 tahun 2003Uu sisdiknas no 20 tahun 2003
Uu sisdiknas no 20 tahun 2003
 
Makalah ham pendidikan
Makalah ham pendidikanMakalah ham pendidikan
Makalah ham pendidikan
 
Makalah manajemen organisasi pls
Makalah manajemen organisasi plsMakalah manajemen organisasi pls
Makalah manajemen organisasi pls
 
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagamanBab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
 
Peran pendidikan
Peran pendidikanPeran pendidikan
Peran pendidikan
 
Peranan Mahasiswa Dalam Meningkatkan
Peranan Mahasiswa Dalam MeningkatkanPeranan Mahasiswa Dalam Meningkatkan
Peranan Mahasiswa Dalam Meningkatkan
 
01 pengantar kwn
01 pengantar kwn 01 pengantar kwn
01 pengantar kwn
 
Hubungan etnik
Hubungan etnikHubungan etnik
Hubungan etnik
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
 
Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)
Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)
Undang Undang 2003 (sistem pendidikan nasional)
 
pendekatan multikultural dalam pembelajaran
pendekatan multikultural dalam pembelajaranpendekatan multikultural dalam pembelajaran
pendekatan multikultural dalam pembelajaran
 
Ade folder
Ade folderAde folder
Ade folder
 
Pembinaan negara bangsa
Pembinaan negara bangsaPembinaan negara bangsa
Pembinaan negara bangsa
 
Data bem unpatti
Data bem unpattiData bem unpatti
Data bem unpatti
 

Similar to 947 1677-1-pb (2)

Tugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologiTugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologi
Zurie Hafiez
 
Konseppendidikanmultikultural
KonseppendidikanmultikulturalKonseppendidikanmultikultural
Konseppendidikanmultikultural
Salma Sosialita
 
01 peranan pendidikan formal juanda
01 peranan pendidikan formal   juanda01 peranan pendidikan formal   juanda
01 peranan pendidikan formal juanda
Arken Arken
 
Makalah multikultural
Makalah multikulturalMakalah multikultural
Makalah multikultural
Septian Muna Barakati
 
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaMateri kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Yhana Hadayana
 
Pert 1 Etnosains pertemuan pertama .pptx
Pert 1 Etnosains pertemuan pertama .pptxPert 1 Etnosains pertemuan pertama .pptx
Pert 1 Etnosains pertemuan pertama .pptx
MiswatulHasanah
 
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptxLandasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
DheaDilla
 
Pendidikan Berbasis Masyarakat (YENI ISNAENI)
Pendidikan Berbasis Masyarakat (YENI ISNAENI)Pendidikan Berbasis Masyarakat (YENI ISNAENI)
Pendidikan Berbasis Masyarakat (YENI ISNAENI)YENI ISNAENI SUNARDI
 
contoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikancontoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikan
fenty_febriani
 
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docxPendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
AINUR ROFIQ97
 
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Muh Nafis Edi Yahyana
 
Inklusi 2.docx
Inklusi 2.docxInklusi 2.docx
Inklusi 2.docx
SDASSAADAHDRIYOREJO
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan
Erik Kuswanto
 
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan NasionalUu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
Suprijanto Rijadi
 
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
ciyengaprilorenza
 
Ppt filsafat ilmu dan Pendidikan Multikultural
Ppt filsafat ilmu dan Pendidikan MultikulturalPpt filsafat ilmu dan Pendidikan Multikultural
Ppt filsafat ilmu dan Pendidikan Multikultural
lendisputra
 
IPS 5B Kel 3.pptx
IPS 5B Kel 3.pptxIPS 5B Kel 3.pptx
IPS 5B Kel 3.pptx
SarisamsuriadiSam
 
PPT 2 PPKN.pdf
PPT 2 PPKN.pdfPPT 2 PPKN.pdf
PPT 2 PPKN.pdf
ng915542
 

Similar to 947 1677-1-pb (2) (20)

Tugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologiTugas sosioantropologi
Tugas sosioantropologi
 
Konseppendidikanmultikultural
KonseppendidikanmultikulturalKonseppendidikanmultikultural
Konseppendidikanmultikultural
 
Makalah multikultural
Makalah multikulturalMakalah multikultural
Makalah multikultural
 
01 peranan pendidikan formal juanda
01 peranan pendidikan formal   juanda01 peranan pendidikan formal   juanda
01 peranan pendidikan formal juanda
 
Peran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraanPeran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraan
 
Makalah multikultural
Makalah multikulturalMakalah multikultural
Makalah multikultural
 
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesiaMateri kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
Materi kelompok 5 pentingnya pendidikan multikultural di indonesia
 
Pert 1 Etnosains pertemuan pertama .pptx
Pert 1 Etnosains pertemuan pertama .pptxPert 1 Etnosains pertemuan pertama .pptx
Pert 1 Etnosains pertemuan pertama .pptx
 
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptxLandasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
 
Pendidikan Berbasis Masyarakat (YENI ISNAENI)
Pendidikan Berbasis Masyarakat (YENI ISNAENI)Pendidikan Berbasis Masyarakat (YENI ISNAENI)
Pendidikan Berbasis Masyarakat (YENI ISNAENI)
 
contoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikancontoh makalah pendidikan
contoh makalah pendidikan
 
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docxPendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
 
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
 
Inklusi 2.docx
Inklusi 2.docxInklusi 2.docx
Inklusi 2.docx
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan
 
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan NasionalUu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
 
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
Ciyeng aprilorenza 20042195 tugas pkn pert 2
 
Ppt filsafat ilmu dan Pendidikan Multikultural
Ppt filsafat ilmu dan Pendidikan MultikulturalPpt filsafat ilmu dan Pendidikan Multikultural
Ppt filsafat ilmu dan Pendidikan Multikultural
 
IPS 5B Kel 3.pptx
IPS 5B Kel 3.pptxIPS 5B Kel 3.pptx
IPS 5B Kel 3.pptx
 
PPT 2 PPKN.pdf
PPT 2 PPKN.pdfPPT 2 PPKN.pdf
PPT 2 PPKN.pdf
 

Recently uploaded

Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar PancasilaProyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
ArulArya1
 
635237001-MATERI-rev1-Pantarlih-Bimtek-Penyusunan-Daftar-Pemilih.pdf
635237001-MATERI-rev1-Pantarlih-Bimtek-Penyusunan-Daftar-Pemilih.pdf635237001-MATERI-rev1-Pantarlih-Bimtek-Penyusunan-Daftar-Pemilih.pdf
635237001-MATERI-rev1-Pantarlih-Bimtek-Penyusunan-Daftar-Pemilih.pdf
syamsulbahri09
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
opkcibungbulang
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
PutraDwitara
 
425764250-Koleksi-Soalan-Sains-Tingkatan-1-KSSM.docx
425764250-Koleksi-Soalan-Sains-Tingkatan-1-KSSM.docx425764250-Koleksi-Soalan-Sains-Tingkatan-1-KSSM.docx
425764250-Koleksi-Soalan-Sains-Tingkatan-1-KSSM.docx
MuhamadsyakirbinIsma
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
RosidaAini3
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Sathya Risma
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
HERIHERI52
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 

Recently uploaded (20)

Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar PancasilaProyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
 
635237001-MATERI-rev1-Pantarlih-Bimtek-Penyusunan-Daftar-Pemilih.pdf
635237001-MATERI-rev1-Pantarlih-Bimtek-Penyusunan-Daftar-Pemilih.pdf635237001-MATERI-rev1-Pantarlih-Bimtek-Penyusunan-Daftar-Pemilih.pdf
635237001-MATERI-rev1-Pantarlih-Bimtek-Penyusunan-Daftar-Pemilih.pdf
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
 
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan   i...
Modul Ajar Projek Kreatif dan Kewirausahaan - Peluang Usaha di Lingkungan i...
 
425764250-Koleksi-Soalan-Sains-Tingkatan-1-KSSM.docx
425764250-Koleksi-Soalan-Sains-Tingkatan-1-KSSM.docx425764250-Koleksi-Soalan-Sains-Tingkatan-1-KSSM.docx
425764250-Koleksi-Soalan-Sains-Tingkatan-1-KSSM.docx
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 

947 1677-1-pb (2)

  • 1. PENTINGNYA PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Joko Sutarto Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Abstract: The Multiculturalism problema isn’t only the Indonesion but also global’s problem. Multiculturalism is one of the problem key in the world which is crucial, including Indonesia, in facing the global changes in the future, evenmore the national history in past time which apparent and controlled by the hardness. It gives priority to the uniformity which is like the sociopolitical order in Indonesia since 1965. Multicultural learning has been given to the child since early aging, it will give the initial understanding which decide very much, because it’s golden age phase, this phase plays an important role to the development in adult time. Education of early aging child, in practical is materialized trough the kindergarden, play group, children storage place, and the others, which the programmes are variety and packed into informational institutional, and the effort which is looked so important in framework to give undertanding about multicultural concept trough the education of early aging child (PAUD). Kata Kunci: pembelajaran multikultural, pendidikan anak usia dini. Dewasa ini bangsa Indonesia sedang menghadapi gelombang perubahan besar dalam sistem kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara eksternal, era kesejagatan (globalisasi) sudah mulai menghadang dan menantang. Era globalisasi menuntut adanya penyikapan secara ter-buka terhadap terjadinya perubahan dalam semua segi kehidupan, termasuk perbedaan, ragam, dan pluralisme budaya. Dalam latar pendidikan anak usia dini penyikapan terhadap perbedaan, ragam, dan pluralisme budaya ini menjadi kian penting, setidaknya dengan beberapa alasan: (a) di dalam lingkungan masyarakat terdapat adanya keragaman elemen- elemen sosial, (b) di dalam lingkungan
  • 2. masyarakat terjadi hubungan me-nimbulkan konsekuensi- konsekuensi kemajemukan kultural, dan (c) melalui pendidikan anak usia dini diharapkan dapat ditumbuh- kembangkan pencapaian ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif yang diarahkan pada pencapaian kebersamaan kepentingan untuk mencapai integrasi nasional. Didalam pendidikan anak usia dini terjadi pembauran antar anak yang berbeda latar belakang, dan ragam budaya, sehingga melahirkan masyarakat multikultural. Masyarakat multi kultural dimaknai sebagai masyarakat yang didalamnya berkembang banyak ragam kebudayaan (Waston, 2000). Dengan demikian masyarakat multi kultural yang terjadi di dalam tersusun dari berbagai macam bentuk kehidupan dan orientasi nilai yang berbeda dan beragam. Perbedaan atau kebhinekaan (perbeda-an, keragaman, dan pluralisme) budaya haruslah dipandang sebagai suatu yang lumrah, sehingga secara bijak mengakui atas identitas kelompok- kelompok dan penerimaan perbedaan kebudayaan yang berkembang di lingkungan masyarakat sebagai suatu rakhmat, diperlukan kesadaran dan pemahaman (map of the world) bahwa setiap masyarakat mempunyai pengalaman, kebudayaan, keinginan, cita-cita, harapan yang berbeda. Setiap masyarakat memiliki identitas diri yang terbangun melalui suatu pertalian yang rumit dan unik dari ras, etnik, lapisan sosial, bahasa, agama, gender, kemampuan dan keterampilan, dan pengaruh-pe-ngaruh budaya lainnya. Dengan memperhatikan perbedaan, keragaman, dan pluralisme sebagaimana di uraikan di atas maka pendidikan anak usia dini haruslah didesain dengan berorientasi multikultural, dan berorientasi ke masa de-pan. Surakhmad (1999: 19) memberikan sebuah daftar penting dan mena-rik tentang perubahan atau peralihan paradigma, dari yang berorientasi ke masa silam menjadi berorientasi ke masa depan, yaitu: (a) pendidikan yang mengutamakan nilai kehidupan budaya feodal aristokrasi dirubah menjadi pendidikan yang menggalakkan kehidupan nilai budaya demo- krasi; (b) peralihan pengelolaan pendidikan yang terpusat secara sentra-listik kepada pengelolan pendidikan yang berbasiskan kekuatan masya-rakat; (c) peralihan sikap kependidikan
  • 3. yang mengutamakan keseraga- man ke sikap yang menghargai keseragaman, (d) peralihan dari pandang-an kependidikan yang lebih banyak bersifat pelaksanaan kewajiban ke pandangan yang mendidik dan menyadarkan warganegara mengenai hak azasi manusia; dan (e) peralihan sikap kependidikan yang konformistik ke sikap kependidikan yang motivatif, merangsang, menghargai kreatifi-tas dan inovasi, dan dinamis, riil dan konstektual. Kerangka perubahan yang ditawarkan Surakhmad di atas, jelas memperlihatkan kompleksitas perubahan atau pergeseran paradigma pen- didikan yang seyogyanya dilakukan termasuk pada pendidikan nonfor-mal, sehingga memerlukan orientasi filosofis pembelajaran multikultural, sehingga perolehan belajar tidak sekedar survive, tetapi lebih kompetitif menghadapi era globalisasi. Pentingnya Pembelajaran Multikultural pada PAUD Pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini te-lah memperoleh perhatian dari pemerintah, sebagaimana dirumuskan di dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa: pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak se-jak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pembe-rian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkem-bangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Selanjutnya pasal 28 menyatakan bahwa pendi-dikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini yang diseleng-garakan pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Kemudian pada jalur pendidikan nonformal, pendidikan anak usia dini diselenggara-kan dalam bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; sedangkan pada jalur pendidikan informal diselenggarakan dalam bentuk pendidikan keluarga atau pendi- dikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kedua pasal tersebut me-ngindikasikan
  • 4. bahwa: (a) layanan pendidikan perlu diberikan kepada se-mua anak sejak usia dini; (b) pendidikan formal dan pendidikan nonfor-mal secara sama perlu memberikan kesempatan kepada anak usia dini untuk memperoleh akses pendidikan secara layak; dan (c) untuk mendu-kung keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini perlu melibatkan masyarakat. Pelibatan jalur pendidikan nonformal dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini adalah didasarkan pada berbagai pertimbangan. Beberapa pertimbangan yang dimaksud itu antara lain: (a) program yang ditawarkan lebih bersifat fleksibel, yakni program yang dirancang oleh pendidikan nonformal menyesuaikan diri dengan kebutuhan, minat, usia, dan kesempatan belajar masyarakat; (b) melibatkan masyarakat di dalam pengelolaan program; (c) mengutamakan pendekatan manusia (human approach) dalam mengembangkan sumberdaya manusia; dan (d) banyak anak usia dini dari golongan masyarakat kurang beruntung yang belum memperoleh layanan pendidikan secara layak, sebagai akibat dari kondisi ekonomi dan ketidak tahuan masyarakat terhadap pentingnya makna pen-didikan bagi pengembangan potensi anak sejak usia dini, sehingga diper-lukan pendekatan alternatif dalam memberikan layanan pendidikan. Beberapa masalah yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan multikultural diterapkan pada pendidikan nonformal dan pentinya revita- lisasi nasionalisme melalui pendidikan anak usia dini, yaitu: a. Masalah krisis multidimensi yang dihadapi Indonesia setelah runtuh-nya orde baru berakibat terjadinya disintegrasi sosial, kemiskinan, ke-sengsaraan sosial, pelanggaran hukum, ketidakadilan, korupsi, kebang-krutan rohani sehingga perbedaan kultural, pluralisme budaya tidak mendapat tempat yang semestinya dan pada akhirnya semangat nasio-nalisme mengalami kelunturan. Dalam kondisi yang demikian peran pendidikan sangat menentukan dalam merevitalisasi watak calon pemimpin yang mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. b. Pada masa lalu pluralisme kultur, perbedaan budaya, dan
  • 5. perbedaan ras, suku, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi kurang mendapat perhatian, bahkan perbedaan yang ada terkadang dianggap suatu upaya menentang pusat kekuasaan. Kondisi semacam itu pada era demokrasi sekarang ini perlu direvitalisasi sehingga integrasi nasional tetap berdiri tegak di bumi Indonesia. Untuk itu satuan pendidikan mempunyai tugas untuk mengembangkannya melalui pendidikan multikultural. c. Masalah disintegrasi wilayah, civil society, dan dwifungsi ABRI me-rupakan sesuatu yang perlu terus dipecahkan agar integrasi nasional tetap terjaga, peran masyarakat sipil semakin diperhitungkan, dan ABRI lebih terfokus pada pengamanan negara. d. Masalah hak asasi manusia merupakan masalah yang sangat krusial bagi bangsa Indonesia, karena pada masa lalu hak asasi manusia ku- rang diperhatikan, bahkan sangat terabaikan sehingga pada masa itu banyak terjadi pelanggaran hukum dan HAM. Upaya yang diperlukan Dari permasalahan yang diidentifikasi selanjutnya ditawarkan al-ternatif atau solusi pemecahan masalah yang ada, yaitu sebagai berikut: a. Perlu dilakukan revitalisasi nasionalisme yang mengarah kepada inte-grasi nasional, nasionalisme yang menghargai perbedaan kultural. Upaya yang dilakukan dapat dilakukan melalui pendidikan keluarga, dan pendidikan dalam masyarakat yang dilakukan melalui teladan dan pembiasaan. Dengan demikian peran pendidik sangat menentukan. Pendidikan anak usia dini dipandang sangat penting menanamkan nasionalisme sejak usia dini sehingga nilai nasionalisme yang ditanamkan sejak dini akan terpatri secara relatif konstan dan akan terbawa sampai dewasa. Penanaman nilai tersebut dapat dilakukan melalui nyanyian, bermain peran, teladan, dongeng, dan semacamnya yang dapat menggugah anak. b. Terkait dengan solusi pertama di atas, maka kurikulum pada jalur pen-didikan anak usia dini perlu dikemas dengan pemberian muatan untuk
  • 6. menanamkan jiwa nasionalisme dalam arti yang sebenarnya seperti yang dicita-citakan pendiri Negara (Sukarno), yaitu nasionalisme yang mengakui adanya perbedaan kultural, ras, suku, dan lainnya. c. Pembelajaran multikultural perlu dikembangan pada pendidikan anak usia dini sebab melalui pembelajaran multikultural dapat ditanamkan jiwa nasionalisme, menghargai perbedaan, menghormati perbedaan, berpikiran global dalam konteks masyarakat Indonesia. Dalam upaya mengakui perbedaan budaya dan pluralisme budaya perlu dilakukan kegiatan nyata, termasuk pelestarian budaya lokal kedae-rahan, seperti penggunaan dan pengajaran bahasa, wayang kulit, ketoprak, ludruk dan sebagainya. Melalui pelestarian budaya lokal semacam itu akan dapat diwujudkan integrasi nasional dan nasionalisme yang mengakui perbedaan budaya lokal. Konsep integrasi harus dipahami bukan meleburkan menjadi satu Indonesia tetapi bersama-sama menjadi Indonesia dengan menjaga keseimbangan dan keberadaan etnis-etnis yang ada. Untuk itu diperlukan revitalisasi atau mengkonsepkan kembali makna integrasi, disinilah pentingnya pendidikan untuk berperan dengan melibatkan tenaga pendidik yang dimiliki. Pembelajaran multikultural akan dapat diwujudkan tidak hanya melalui muatan kurikulum yang ada tetapi perlu ditunjang adanya: (a) leadership yang cukup kuat yang bisa mengakomodasi berbagai macam kepentingan, (b) tidak boleh ada hegemoni etnis tertentu yang kuat terha- dap etnis lain, dan (c) merubah konsep integrasi nasional, dengan kon-sepsi bahwa kultur yang ada bukan melebur menjadi satu tetapi menjaga keseimbangan dari tumbuhnya kultur-kultur yang ada. Upaya penciptaan masyarakat madani (civil society) akan dapat diwujudkan tidak hanya melalui pendidikan, tetapi peranan pemerintah sangatlah penting, yaitu mendorong pengembangan infra struktur kehidupan masyarakat dengan menyediakan ruang publik (public space) dalam pengertiannya yang sejati, yaitu tidah hanya membolehkan mereka berbicara dan berpendapat tetapi juga membuka mata hati terhadap
  • 7. aspi-rasi rakyat, baik yang disampaikan melalui lembaga demokrasi formal maupun nonformal. Revitalisasi nasionalisme dapat dilakukan pula melalui pemberda-yaan potensi lokal termasuk potensi ilmuan lokal seperti para ulama. Untuk itu semua, upaya perubahan kurikulum, tex book, metodologi pe-ngajaran serta up-grading para guru sekaligus adanya good will dan political will dari para pengambil kebijakan, menjadi agenda yang perlu dirumuskan kembali, agar masyarakat siap berinteraksi dengan berbagai dinamika perubahan yang tengah dan akan terus berlangsung di era mul-tikultural, kini dan mendatang. Apabila upaya ini dapat diwujudkan maka cita-cita revitalisasi nasionalisme akan dapat dilakukan secara penuh dan tidak keluar dari rel yang sebenarnya dianggap sangat urgen karena ada hubungan yang signifikan antara peran pendidikan (sekolah, keluarga, dan masyarakat). Perancangan Pembelajaran Dalam konteks pembangunan nasional yang meliputi pembangu-nan dalam semua aspek kehidupan dengan titik berat pada sektor ekono-mi, maka Pendidikan nonformal menggarap program-program pendidik-an yang berorientasi pada pengembangan sumberdaya manusia dan pem- berdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, lapang-an kerja, wirausaha dan sektor pembangunan umumnya. Berkaitan de-ngan hal tersebut, maka pendidikan anak usia dini pada dasarnya terse-lenggara atas kebutuhan pendidikan dan kebutuhan belajar yang tumbuh di masyarakat itu sendiri. Hal inilah yang perlu ditumbuhkembangkan, diberdayakan agar potensi yang ada dapat digarap melalui kemandirian dan prakarsa masyarakat sendiri. Masalahnya adalah kondisi sumberdaya manusia yang ada di ma-syarakat itu sendiri yang masih belum mampu mendayakan potensi yang ada, dan sekaligus menyadarkan pentingnya paham multikulturalisme, sehingga diperlukan sentuhan dari luar yang dapat memotivasi dan me- macu masyarakat, disinilah peran pemberdayaan masyarakat sangat di-perlukan. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh
  • 8. warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya. Untuk mencapai tujuan ini, faktor peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan formal dan nonformal perlu mendapat prioritas. Memberda-yakan masyarakat bertujuan "mendidik masyarakat agar mampu mendi- dik diri mereka sendiri" atau "membantu masyarakat agar mampu mem-bantu diri merekka sendiri". Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan masyarakat, adalah masyarakat yang mandiri, berswada-ya, mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopo-litan. Mempertimbangkan karakteristik masyarakat setempat (lokal) yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya. Segala usaha pemberda-yaan masyarakat akan sia-sia apabila tidak memperoleh dukungan. Ma-syarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan suatu program yang akan dilakukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tentunya program dengan skala priori-tas tinggilah yang perlu didahulukan pelaksanaannya. Memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa me- reka memiliki kekuatan- kekuatan dan sumber-sumber yang dapat dimo-bilisasi untuk memecahkan permasalahn dan memenuhi kebutuhannya. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambung-an. Karena itu, masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja me- mecahkan masalahnya secara kontinyu.Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalan tumbuhnya kemandirian masyrakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong diri sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk ber-swadaya. Persoalan mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkuali-tas untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja, dan menyiasati dampak globalisasi adalah persoalan pendidikan, termasuk melalui pendidikan nonformal, oleh karena itu tanggung jawab bidang pendidikan merupa-kan fungsi yang sangat strategis sebagai upaya sadar dan merupakan titik sentral dalam upaya pengembangan sumberdaya
  • 9. manusia yang sa-dar akan keragaman potensi dan budayanya (Soedomo, l990:3). Pendi-dikan nonformal, menurut (Coombs, 1984) dijelaskan bahwa sejak se- abad yang lalu pendidikan nonformal telah menjalankan fungsi me-ngembangkan wawasan, mengalihkan pengetahuan, melatihkan kete- rampilan serta mengembangkan aspirasi belajar masyarakat, termasuk didalamnya penyadaran akan pentingnya integrasi bangsa. Proses Pendidikan nonformal tidak tergantung pada terorgani-sir atau tidak suatu kegiatan, namun menurut (Axin,1976) tergantung pada kesadaran kesengajaan dalam proses pembelajaran. Pendidikan nonformal sebagai program kegiatan mengandung arti bahwa program-programnya tidak hanya terbatas pada aspek tertentu, namun bisa terka-it dengan beberapa program, yaitu program development, yang memi-liki tujuan pokok untuk: solve individual, group, or community problems; terkait dengan program institusional, yang bertujuan untuk growth and improvement of individual’s basic abilities, skills, knowledge, and competencies; dan terkait dengan program informational, yang bertuju-an untuk exchange information (Boyle, 1981). Fenomena pendidikan tersebut, baik sebagai proses, sebagai kesadaran tujuan, maupun sebagai program kegiatan telah lama ada dan terjadi dalam khasanah kehidupan kita. Keberadaan bentuk pendidikan nonformal tersebut telah terbukti banyak membantu memecahkan per- soalan-persoalan yang dihadapai seseorang, baik individual, kelompok, maupun kelembagaan. Kenyataan tersebut harus diakui bahwa pendi-dikan nonformal cukup teruji kehebatannya dan cukup adaptif untuk diandalkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, ter- masuk didalamnya didalam menanamkan nilai-nilai perbedaan dan ni-lai-nilai persatuan yang diarahkan pada integrasi, persatuan dan kesa- maan sebagai suatu anggota masyarakat. Istilah “pengembangan “ (development) mengandung makna yang luas dari para perancangan suatu program. Abdul Gafur (1982) menge- mukakan konsep “pengembangan” sebagai
  • 10. membuat tumbuh secara te-ratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya. Konsep pengembangan dalam tataran PLS cenderung dikon-sepkan sebagai pemberdayaan (empowering process) yang bertujuan agar masyarakat mampu memahami dan mengendalikan diri (swadaya) kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi ke-hidupannya, sehingga ia dapat meningkatkan martabat dan taraf hidupnya (pemberdayaan kemandirian). Peran pendidikan nonformal dalam proses pemberdayaan menurut Kindervatter (1979) secara minimal harus dapat menumbuh- kembangkan empat macam keberdayaan masyarakat yang diarahkan pada keswadaya-an dan kemandirian, yaitu : Pertama, keberdayaan edukatif yang meliputi kategori kualitas : melek huruf, melek pendidikan dasar, memiliki pengetahuan, keterampil-an, nilai, dan sikap makarya atau cakap, terampil, dan beretos kerja; ser-ta mampu mengembangkan diri dengan belajar berkelanjutan, mandiri, kreatif dan inovatif. Kedua, keberdayaan ekonomi, yaitu mampu memahami dan me-ngendalikan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi kehidupannya, sehingga dapat berpartisipasi secara produktif dan efisien dalam pemba-ngunan, serta dapat memperoleh bagian secara proposional dari hasil pembangunan . Ketiga, keberdayaan politik, yaitu mampu memahami fenomena dan kebijakan politik yang mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosial-nya, sehingga dapat melaksanakan kewajiban dan mendapatkan haknya sebagai warga negara secara maksimal. Keempat, keberdayaan hukum, yaitu memahami dan mengenda-likan faktor regulasi sosial, aturan yang mempengaruhi kehidupannya, sehingga mendapatkan perlakuan dan perlindungan hukum secara adil. Tahapan kegiatan yang perlu dilakukan melalui pendidikan anak usia dini dalam rangka pembelajaran multikultural yang diarahkan pada penyadaran dan pemberdayaan masyarakat tentang pentingnya integrasi bangsa, yaitu melalui : (a) menetapkan kebutuhan riil yang secara nyata dan faktual dianggap memerlukan adanya pemenuhan yang sangat men-
  • 11. desak, hal yang perlu diidentifikasi meliputi ciri-ciri sosial budaya ma-syarakat, strukutur ekonomi masyarakat, pendidikan, jenis pekerjaan, waktu senggang dan kondisi potensi lingkungan fisik; (b) menetapkan prioritas kebutuhan, yang didasarkan urutan prioritas berdasarkan pada keadaan kebutuhan yang secara objektif sangat penting dan mendesak serta dikehendaki sebagian besar warga masyarakat; (c) perumusan tuju-an, berdarkan urutan prioritas kebutuhan selanjutnya ditetapkan dan disu- sun tujuan program yang hendak dicapai yang meliputi aspek pengetahu-an, keterampilan, dan sikap. Tujuan program berfungsi sebagai dasar yang mengarahkan seluruh kegiatan program, karena itu tujuan yang ber-sifat khusus harus dirumuskan secara jelas dan spesifik sehingga dapat diukur tingkat keberhasilannya; (d) penetapan alternatif pemecahan ma-salah, yaitu menyusun alternatif pemecahan kebutuhan masyarakat yang paling tepat sesuai dengan kriteria pemilihan yang ditetapkan, dengan mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya pendukung yang tersedia di lingkungan setempat, murah dan fungsional, mengandung sedikit mungkin faktor kendala; dan (e) pelaksanaan kegiatan, yaitu kegiatan nyata yang dipilih berdasarkan alternatif yang muncul yang diarahkan pada pengembangan swadaya dan kemandirian masyarakat, sehingga peran pendidikan nonformal lebih pada pemberdayaan, motivator, inisi- ator, fasilitator, mediator dalam proses perubahan pengetahuan, keteram-pilan, dan sikap termasuk didalamnya sikap tentang tanggung jawab se-bagai warga negara yang mempunyai semangat untuk tetap bersatu dalam negara kesatuan Republik Indonesia Melakukan pengembangan melalui pemberdayaan masyarakat bu- kanlah merupakan pekerjaan yang mudah, karena itu harus dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang semua aspek yang ada dalam organi-sasi masyarakat, terutama aspek kepemimpinan sebagai faktor pendongkrak. Dalam setiap kepemimpinan, seorang pemimpin atau pengambil kebijakan memiliki paling tidak lima kekuasaan (power), yaitu: legitimate power, reward power, coercive power, expert power, dan referent power (Fleet,l988).
  • 12. Penutup Upaya memberikan pemahaman dan penanaman paham dan nilai-nilai multikultural dapat dilakukan melalui pembelajaran multikultural yang dilakukan melalui jalur pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Pendidikan nonformal melalui berbagai program dan sasaran yang sangat luas, dan salah satunya adalah melalui pendidikan anak usia dini diyakini dapat berperan dalam membentuk watak anak sejak usia di-ni sehingga akan menjadi anggota masyarakat yang mempunyai nasio-nalisme yang tertanam, terpatri dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Untuk perlu adanya rancangan pembelajaran multikultural yang dikem-bangkan pada penyelenggaraan program pendidikan anak usia dini. Pe- rancangan pembelajaran multikultural dalam latar pendidikan anak usia dini dikembangkan melalui pendekatan andragogi, dialogis dan lebih me-nekankan kepada prinsip keswadayaan, sehingga perancangan kurikulum dilakukan dengan memeperhatikan kebutuhan kelompok sasaran, teruta-ma segi pengetahuan, yang dipadukan dengan penanaman dan pengem-bangan sikap menjunjung tinggi paham dan nilai-nilai integrasi, berbeda dalam persatuan, dan bersatu walaupun dalam perbedaan. DAFTAR RUJUKAN Axin, G.H. 1976. Nonformal Education and Rural Development. Michigan University: East Learning. Boyle, Patric G. 1981. Planning Better Programs. New York: Mc Graw-Hill Book Company. Carison, RO. 1965. Adaption of Education Innovations. Oregon: The Center for the Advance Study of Educational Administration, University of Oregon. Coombs, Philip H. 1984. Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui Pendidikan Nonformal (terjemahan). Jakarta : CV. Rajawali. Fleet, D.D.V. 1988. Contempory Management. Boston : Houghton Miffin Company Gafur, Abdul. 1982. Desain Intruksional. Solo: Tiga Serangkai. Joko Sutarto. 2001. Pengantar Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
  • 13. Kindervatter, Suzane. 1979. Nonformal Education as an Empowering Process. Amherst University USA: Center for International Education. Soedomo. 1990. Mengenal Gagasan, Teori, dan Sistem Pendidikan di Berbagai Negara .Malang: FIP IKIP Malang. Sihombing Umberto. 1999. Pendidikan Luar Sekolah (Kini dan Masa Depan). Jakarta: PD Mahkota. Surakhmad, Winarno. 1999. Kemutlakan Peralihan Paradigma Univer-sitas Masa Depan: Referensi Negara Sedang Berkembang. Jakarta : Cakrawala Pendidikan. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasio-nal. Jakarta: Gramedia. Waston. CW. 2000. Concepts in the Social Science. Open University Press.