Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pertama, dokumen tersebut membahas pentingnya pembelajaran multikultural pada pendidikan anak usia dini untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan menghargai perbedaan. Kedua, dokumen tersebut menyarankan perlunya revitalisasi nasionalisme melalui pendidikan keluarga dan masyarakat serta mengembangkan kurikulum yang mendidik tentang nasionalisme dan multikultural. Ket
Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan Multikultural
Ringkasan:
1. Artikel ini membahas model pembelajaran matematika berbasis pendidikan multikultural yang dikembangkan berdasarkan lima dimensi pendidikan multikultural James Banks.
2. Pembelajaran matematika berbasis pendidikan multikultural bertujuan untuk mengoptimalkan prestasi belajar siswa dan menumbuhkan kesadaran akan keragaman budaya.
3. Model ini diharapkan dapat mengurangi ketid
Dokumen tersebut membahas pentingnya wawasan multikultural dalam pendidikan dan memberikan panduan untuk pelaksanaan pembelajaran yang inklusif dan menghargai perbedaan budaya. Beberapa poin penting adalah pentingnya guru dalam memperkenalkan budaya beragam, pertimbangan dalam memilih materi pelajaran, dan model-model pembelajaran berbasis budaya seperti menggunakan permainan tradisional dan cerita rakyat.
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Ali Murfi
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian siswa. Dibahas pula tentang pentingnya pendidikan multikultural untuk mencegah konflik serta perlunya strategi pembelajaran yang melibatkan toleransi, solidaritas, dan penghargaan perbedaan untuk membentuk siswa menjadi demokratis dan pluralis.
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...aris margono
Materi pendidikan multikultural hanya ditambahkan sebagai
tambahan, tidak terintegrasi dengan materi pokok. Contoh: menambahkan
cerita rakyat dari berbagai suku bangsa Indonesia sebagai bahan bacaan
tambahan.
2.
Contribution: Materi pendidikan multikultural hanya berupa contoh-contoh
kontribusi kelompok minoritas tanpa mengubah perspektif dasar materi
pokok. Contoh: menambahkan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan
Dokumen tersebut membahas tentang dakwah multikultural menurut Al Qur'an. Ayat-ayat Al Qur'an memberikan panduan bahwa Allah menciptakan manusia dengan keragaman suku dan bangsa untuk saling mengenal, dan kemuliaan seseorang diukur dari ketakwaannya, bukan latar belakangnya. Prinsip keragaman dan toleransi inilah yang menjadi pedoman utama dakwah multikultural menurut ajaran Islam.
Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan Multikultural
Ringkasan:
1. Artikel ini membahas model pembelajaran matematika berbasis pendidikan multikultural yang dikembangkan berdasarkan lima dimensi pendidikan multikultural James Banks.
2. Pembelajaran matematika berbasis pendidikan multikultural bertujuan untuk mengoptimalkan prestasi belajar siswa dan menumbuhkan kesadaran akan keragaman budaya.
3. Model ini diharapkan dapat mengurangi ketid
Dokumen tersebut membahas pentingnya wawasan multikultural dalam pendidikan dan memberikan panduan untuk pelaksanaan pembelajaran yang inklusif dan menghargai perbedaan budaya. Beberapa poin penting adalah pentingnya guru dalam memperkenalkan budaya beragam, pertimbangan dalam memilih materi pelajaran, dan model-model pembelajaran berbasis budaya seperti menggunakan permainan tradisional dan cerita rakyat.
Latar Belakang Masalah "Pendidikan Multikultural"Ali Murfi
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan strategi pembelajaran berbasis multikultural pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian siswa. Dibahas pula tentang pentingnya pendidikan multikultural untuk mencegah konflik serta perlunya strategi pembelajaran yang melibatkan toleransi, solidaritas, dan penghargaan perbedaan untuk membentuk siswa menjadi demokratis dan pluralis.
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...aris margono
Materi pendidikan multikultural hanya ditambahkan sebagai
tambahan, tidak terintegrasi dengan materi pokok. Contoh: menambahkan
cerita rakyat dari berbagai suku bangsa Indonesia sebagai bahan bacaan
tambahan.
2.
Contribution: Materi pendidikan multikultural hanya berupa contoh-contoh
kontribusi kelompok minoritas tanpa mengubah perspektif dasar materi
pokok. Contoh: menambahkan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan
Dokumen tersebut membahas tentang dakwah multikultural menurut Al Qur'an. Ayat-ayat Al Qur'an memberikan panduan bahwa Allah menciptakan manusia dengan keragaman suku dan bangsa untuk saling mengenal, dan kemuliaan seseorang diukur dari ketakwaannya, bukan latar belakangnya. Prinsip keragaman dan toleransi inilah yang menjadi pedoman utama dakwah multikultural menurut ajaran Islam.
Dokumen tersebut membincangkan beberapa isu dan cabaran pendidikan semasa seperti usaha menyatukan negara berbilang agama dan budaya, integrasi nasional, pendemokrasian pendidikan, kepelbagaian budaya, dan pengaruh perkembangan teknologi maklumat dan komunikasi. Ia juga menyentuh langkah-langkah yang boleh diambil untuk menangani isu-isu tersebut seperti meningkatkan mutu pendidikan, memperkasakan sekolah
Dokumen tersebut membahas tentang integrasi nasional di Indonesia. Integrasi nasional adalah usaha mempersatukan perbedaan agar tercipta keserasian secara nasional. Dokumen menjelaskan faktor pendukung dan penghambat integrasi nasional serta ancaman dan tantangannya, seperti geografi, demografi, ideologi, politik, dan ekonomi. Cara meningkatkan integrasi nasional dijelaskan melalui pembangunan komitmen persatuan, kelembagaan ber
Undang-undang ini mengatur tentang sistem pendidikan nasional di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk karakter peserta didik. Undang-undang ini mengatur prinsip-prinsip, hak dan kewajiban para pemangku kepentingan, serta jalur, jenjang, dan jenis pendidikan di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pendidikan berbasis hak asasi manusia, mulai dari definisi pendidikan dan hak asasi manusia, prinsip penyelenggaraan pendidikan berdasarkan UU Sisdiknas, hak dan kewajiban warga negara terkait pendidikan, serta kerangka kerja aksi Dakar tentang pendidikan berbasis hak asasi manusia.
Bab VI membahas tentang keberagaman dan toleransi dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sangat beragam dalam hal suku bangsa, agama, budaya dan lainnya karena pengaruh letak geografis, kondisi kepulauan, perbedaan alam, dan faktor sejarah. Keragaman ini perlu dihargai dan ditoleransi untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pendidikan berperan penting dalam demokratisasi karena tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan multikultural juga diperlukan untuk memperkuat NKRI dan mendukung otonomi daerah yang sehat melalui empati dan partisipasi seluruh warga negara Indonesia.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas praktik pendidikan kewarganegaraan di Australia melalui tujuh pokok bahasan yaitu tujuan kurikulum, pendekatan pembelajaran, pelatihan guru, penggunaan bahan ajar, penilaian, perkembangan saat ini, dan perbandingan kualitas lulusan.
2. Pendidikan kewarganegaraan di Australia bertujuan untuk mendidik siswa menjadi warga negara
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya pendidikan budaya dan karakter bangsa untuk membentuk generasi muda Indonesia yang memiliki identitas kebangsaan yang kuat.
Dokumen tersebut membahas peran pendidikan formal dalam proses pembudayaan. Pendidikan formal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional yang bertujuan memberikan kesempatan pendidikan yang setara untuk semua. Pendidikan berperan dalam melestarikan budaya melalui proses pembelajaran dari generasi ke generasi. Proses pembudayaan dapat dilakukan melalui pendidikan formal dengan memperhatikan nilai-nilai budaya dalam pen
Dokumen tersebut membincangkan beberapa isu dan cabaran pendidikan semasa seperti usaha menyatukan negara berbilang agama dan budaya, integrasi nasional, pendemokrasian pendidikan, kepelbagaian budaya, dan pengaruh perkembangan teknologi maklumat dan komunikasi. Ia juga menyentuh langkah-langkah yang boleh diambil untuk menangani isu-isu tersebut seperti meningkatkan mutu pendidikan, memperkasakan sekolah
Dokumen tersebut membahas tentang integrasi nasional di Indonesia. Integrasi nasional adalah usaha mempersatukan perbedaan agar tercipta keserasian secara nasional. Dokumen menjelaskan faktor pendukung dan penghambat integrasi nasional serta ancaman dan tantangannya, seperti geografi, demografi, ideologi, politik, dan ekonomi. Cara meningkatkan integrasi nasional dijelaskan melalui pembangunan komitmen persatuan, kelembagaan ber
Undang-undang ini mengatur tentang sistem pendidikan nasional di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk karakter peserta didik. Undang-undang ini mengatur prinsip-prinsip, hak dan kewajiban para pemangku kepentingan, serta jalur, jenjang, dan jenis pendidikan di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pendidikan berbasis hak asasi manusia, mulai dari definisi pendidikan dan hak asasi manusia, prinsip penyelenggaraan pendidikan berdasarkan UU Sisdiknas, hak dan kewajiban warga negara terkait pendidikan, serta kerangka kerja aksi Dakar tentang pendidikan berbasis hak asasi manusia.
Bab VI membahas tentang keberagaman dan toleransi dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sangat beragam dalam hal suku bangsa, agama, budaya dan lainnya karena pengaruh letak geografis, kondisi kepulauan, perbedaan alam, dan faktor sejarah. Keragaman ini perlu dihargai dan ditoleransi untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pendidikan berperan penting dalam demokratisasi karena tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan multikultural juga diperlukan untuk memperkuat NKRI dan mendukung otonomi daerah yang sehat melalui empati dan partisipasi seluruh warga negara Indonesia.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas praktik pendidikan kewarganegaraan di Australia melalui tujuh pokok bahasan yaitu tujuan kurikulum, pendekatan pembelajaran, pelatihan guru, penggunaan bahan ajar, penilaian, perkembangan saat ini, dan perbandingan kualitas lulusan.
2. Pendidikan kewarganegaraan di Australia bertujuan untuk mendidik siswa menjadi warga negara
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya pendidikan budaya dan karakter bangsa untuk membentuk generasi muda Indonesia yang memiliki identitas kebangsaan yang kuat.
Dokumen tersebut membahas peran pendidikan formal dalam proses pembudayaan. Pendidikan formal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional yang bertujuan memberikan kesempatan pendidikan yang setara untuk semua. Pendidikan berperan dalam melestarikan budaya melalui proses pembelajaran dari generasi ke generasi. Proses pembudayaan dapat dilakukan melalui pendidikan formal dengan memperhatikan nilai-nilai budaya dalam pen
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan multikultural di Indonesia. Pendidikan multikultural bertujuan untuk menghargai perbedaan budaya dan menciptakan ruang bagi setiap budaya untuk berekspresi. Pendidikan multikultural penting untuk membangun toleransi dan kohesivitas di tengah keragaman Indonesia. Dokumen juga membahas manfaat pendidikan multikultural untuk mempelajari budaya beragam di Indonesia serta mencegah konflik antarbudaya.
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang penting untuk pembangunan sumber daya manusia. Sayangnya, pendidikan di Indonesia belum merata antara perkotaan dan pedesaan karena faktor sarana prasarana dan ketidaksetaraan akses."
Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat madani di Indonesia. Pendidikan bertujuan membentuk manusia beriman, berakhlak mulia, berilmu, dan bertanggung jawab sebagai warga negara demokratis. Bentuk pendidikan yang dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat madani di masa depan meliputi pendidikan integralistik, humanistik, pragmatik, dan berakar budaya.
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan inklusif, meliputi pengertian, landasan filosofis, yuridis, dan empiris pendidikan inklusif. Secara ringkas, pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan bagi semua peserta didik, termasuk yang berkebutuhan khusus, untuk belajar bersama di kelas reguler dengan menyesuaikan sarana dan prasarana pembelajaran.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur tentang dasar, fungsi, tujuan, prinsip, hak dan kewajiban masyarakat dalam pendidikan, serta jalur, jenjang, dan jenis pendidikan di Indonesia yang terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal mulai dari pendidikan dasar, menengah, hingga tinggi.
Ppt filsafat ilmu dan Pendidikan Multikulturallendisputra
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural bertujuan untuk mengembangkan literasi budaya dan etnis siswa, membantu perkembangan pribadi, meningkatkan keterampilan dasar, membangun toleransi antar kelompok, dan memperkuat rasa kebangsaan. Paradigma baru dalam pendidikan multikultural adalah untuk membimbing siswa menjadi sikap toleran dan inklusif terhadap keragaman masyarakat.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
1. PENTINGNYA PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Joko Sutarto
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Abstract: The Multiculturalism problema isn’t only the
Indonesion but also global’s problem. Multiculturalism is one
of the problem key in the world which is crucial, including
Indonesia, in facing the global changes in the future, evenmore
the national history in past time which apparent and controlled
by the hardness. It gives priority to the uniformity which is like
the sociopolitical order in Indonesia since 1965. Multicultural
learning has been given to the child since early aging, it will
give the initial understanding which decide very much, because
it’s golden age phase, this phase plays an important role to the
development in adult time. Education of early aging child, in
practical is materialized trough the kindergarden, play group,
children storage place, and the others, which the programmes
are variety and packed into informational institutional, and the
effort which is looked so important in framework to give
undertanding about multicultural concept trough the education
of early aging child (PAUD).
Kata Kunci: pembelajaran multikultural, pendidikan anak usia
dini.
Dewasa ini bangsa
Indonesia sedang menghadapi
gelombang perubahan besar
dalam sistem kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Secara eksternal, era
kesejagatan (globalisasi) sudah
mulai menghadang dan
menantang. Era globalisasi
menuntut adanya penyikapan
secara ter-buka terhadap
terjadinya perubahan dalam
semua segi kehidupan, termasuk
perbedaan, ragam, dan
pluralisme budaya. Dalam latar
pendidikan anak usia dini
penyikapan terhadap perbedaan,
ragam, dan pluralisme budaya
ini menjadi kian penting,
setidaknya dengan beberapa
alasan: (a) di dalam lingkungan
masyarakat terdapat adanya
keragaman elemen- elemen
sosial, (b) di dalam lingkungan
2. masyarakat terjadi hubungan
me-nimbulkan konsekuensi-
konsekuensi kemajemukan
kultural, dan (c) melalui
pendidikan anak usia dini
diharapkan dapat ditumbuh-
kembangkan pencapaian ranah
kognitif, psikomotorik, dan
afektif yang diarahkan pada
pencapaian kebersamaan
kepentingan untuk mencapai
integrasi nasional.
Didalam pendidikan
anak usia dini terjadi pembauran
antar anak yang berbeda latar
belakang, dan ragam budaya,
sehingga melahirkan masyarakat
multikultural. Masyarakat multi
kultural dimaknai sebagai
masyarakat yang didalamnya
berkembang banyak ragam
kebudayaan (Waston, 2000).
Dengan demikian masyarakat
multi kultural yang terjadi di
dalam tersusun dari berbagai
macam bentuk kehidupan dan
orientasi nilai yang berbeda dan
beragam. Perbedaan atau
kebhinekaan (perbeda-an,
keragaman, dan pluralisme)
budaya haruslah dipandang
sebagai suatu yang lumrah,
sehingga secara bijak mengakui
atas identitas kelompok-
kelompok dan penerimaan
perbedaan kebudayaan yang
berkembang di lingkungan
masyarakat sebagai suatu
rakhmat, diperlukan kesadaran
dan pemahaman (map of the
world) bahwa setiap masyarakat
mempunyai pengalaman,
kebudayaan, keinginan, cita-cita,
harapan yang berbeda. Setiap
masyarakat memiliki identitas
diri yang terbangun melalui
suatu pertalian yang rumit dan
unik dari ras, etnik, lapisan
sosial, bahasa, agama, gender,
kemampuan dan keterampilan,
dan pengaruh-pe-ngaruh budaya
lainnya.
Dengan memperhatikan
perbedaan, keragaman, dan
pluralisme sebagaimana di
uraikan di atas maka pendidikan
anak usia dini haruslah didesain
dengan berorientasi
multikultural, dan berorientasi
ke masa de-pan. Surakhmad
(1999: 19) memberikan sebuah
daftar penting dan mena-rik
tentang perubahan atau peralihan
paradigma, dari yang
berorientasi ke masa silam
menjadi berorientasi ke masa
depan, yaitu: (a) pendidikan
yang mengutamakan nilai
kehidupan budaya feodal
aristokrasi dirubah menjadi
pendidikan yang menggalakkan
kehidupan nilai budaya demo-
krasi; (b) peralihan pengelolaan
pendidikan yang terpusat secara
sentra-listik kepada pengelolan
pendidikan yang berbasiskan
kekuatan masya-rakat; (c)
peralihan sikap kependidikan
3. yang mengutamakan keseraga-
man ke sikap yang menghargai
keseragaman, (d) peralihan dari
pandang-an kependidikan yang
lebih banyak bersifat
pelaksanaan kewajiban ke
pandangan yang mendidik dan
menyadarkan warganegara
mengenai hak azasi manusia;
dan (e) peralihan sikap
kependidikan yang konformistik
ke sikap kependidikan yang
motivatif, merangsang,
menghargai kreatifi-tas dan
inovasi, dan dinamis, riil dan
konstektual.
Kerangka perubahan
yang ditawarkan Surakhmad di
atas, jelas memperlihatkan
kompleksitas perubahan atau
pergeseran paradigma pen-
didikan yang seyogyanya
dilakukan termasuk pada
pendidikan nonfor-mal, sehingga
memerlukan orientasi filosofis
pembelajaran multikultural,
sehingga perolehan belajar tidak
sekedar survive, tetapi lebih
kompetitif menghadapi era
globalisasi.
Pentingnya Pembelajaran
Multikultural pada PAUD
Pentingnya pemberian
layanan pendidikan bagi anak
usia dini te-lah memperoleh
perhatian dari pemerintah,
sebagaimana dirumuskan di
dalam Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Di dalam
pasal 1 ayat 14 dinyatakan
bahwa: pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan
kepada anak se-jak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pembe-rian
rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan
perkem-bangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Selanjutnya pasal 28
menyatakan bahwa pendi-dikan
anak usia dini diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan/atau informal.
Pendidikan anak usia dini yang
diseleng-garakan pada jalur
pendidikan formal berbentuk
Taman Kanak-Kanak (TK),
Raudlatul Athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat.
Kemudian pada jalur pendidikan
nonformal, pendidikan anak usia
dini diselenggara-kan dalam
bentuk Kelompok Bermain
(KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), atau bentuk lain yang
sederajat; sedangkan pada jalur
pendidikan informal
diselenggarakan dalam bentuk
pendidikan keluarga atau pendi-
dikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan. Kedua pasal
tersebut me-ngindikasikan
4. bahwa: (a) layanan pendidikan
perlu diberikan kepada se-mua
anak sejak usia dini; (b)
pendidikan formal dan
pendidikan nonfor-mal secara
sama perlu memberikan
kesempatan kepada anak usia
dini untuk memperoleh akses
pendidikan secara layak; dan (c)
untuk mendu-kung
keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini perlu melibatkan
masyarakat.
Pelibatan jalur
pendidikan nonformal dalam
penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini adalah didasarkan
pada berbagai pertimbangan.
Beberapa pertimbangan yang
dimaksud itu antara lain: (a)
program yang ditawarkan lebih
bersifat fleksibel, yakni program
yang dirancang oleh pendidikan
nonformal menyesuaikan diri
dengan kebutuhan, minat, usia,
dan kesempatan belajar
masyarakat; (b) melibatkan
masyarakat di dalam
pengelolaan program; (c)
mengutamakan pendekatan
manusia (human approach)
dalam mengembangkan
sumberdaya manusia; dan (d)
banyak anak usia dini dari
golongan masyarakat kurang
beruntung yang belum
memperoleh layanan pendidikan
secara layak, sebagai akibat dari
kondisi ekonomi dan ketidak
tahuan masyarakat terhadap
pentingnya makna pen-didikan
bagi pengembangan potensi
anak sejak usia dini, sehingga
diper-lukan pendekatan
alternatif dalam memberikan
layanan pendidikan.
Beberapa masalah yang
berkaitan dengan pentingnya
pendidikan multikultural
diterapkan pada pendidikan
nonformal dan pentinya revita-
lisasi nasionalisme melalui
pendidikan anak usia dini, yaitu:
a. Masalah krisis multidimensi
yang dihadapi Indonesia
setelah runtuh-nya orde baru
berakibat terjadinya
disintegrasi sosial,
kemiskinan, ke-sengsaraan
sosial, pelanggaran hukum,
ketidakadilan, korupsi,
kebang-krutan rohani
sehingga perbedaan kultural,
pluralisme budaya tidak
mendapat tempat yang
semestinya dan pada akhirnya
semangat nasio-nalisme
mengalami kelunturan.
Dalam kondisi yang demikian
peran pendidikan sangat
menentukan dalam
merevitalisasi watak calon
pemimpin yang mempunyai
jiwa nasionalisme yang
tinggi.
b. Pada masa lalu pluralisme
kultur, perbedaan budaya, dan
5. perbedaan ras, suku, jenis
kelamin, latar belakang sosial
ekonomi kurang mendapat
perhatian, bahkan perbedaan
yang ada terkadang dianggap
suatu upaya menentang pusat
kekuasaan. Kondisi semacam
itu pada era demokrasi
sekarang ini perlu
direvitalisasi sehingga
integrasi nasional tetap
berdiri tegak di bumi
Indonesia. Untuk itu satuan
pendidikan mempunyai tugas
untuk mengembangkannya
melalui pendidikan
multikultural.
c. Masalah disintegrasi wilayah,
civil society, dan dwifungsi
ABRI me-rupakan sesuatu
yang perlu terus dipecahkan
agar integrasi nasional tetap
terjaga, peran masyarakat
sipil semakin diperhitungkan,
dan ABRI lebih terfokus pada
pengamanan negara.
d. Masalah hak asasi manusia
merupakan masalah yang
sangat krusial bagi bangsa
Indonesia, karena pada masa
lalu hak asasi manusia ku-
rang diperhatikan, bahkan
sangat terabaikan sehingga
pada masa itu banyak terjadi
pelanggaran hukum dan
HAM.
Upaya yang diperlukan
Dari permasalahan yang
diidentifikasi selanjutnya
ditawarkan al-ternatif atau solusi
pemecahan masalah yang ada,
yaitu sebagai berikut:
a. Perlu dilakukan revitalisasi
nasionalisme yang mengarah
kepada inte-grasi nasional,
nasionalisme yang
menghargai perbedaan
kultural. Upaya yang
dilakukan dapat dilakukan
melalui pendidikan keluarga,
dan pendidikan dalam
masyarakat yang dilakukan
melalui teladan dan
pembiasaan. Dengan
demikian peran pendidik
sangat menentukan.
Pendidikan anak usia dini
dipandang sangat penting
menanamkan nasionalisme
sejak usia dini sehingga nilai
nasionalisme yang
ditanamkan sejak dini akan
terpatri secara relatif konstan
dan akan terbawa sampai
dewasa. Penanaman nilai
tersebut dapat dilakukan
melalui nyanyian, bermain
peran, teladan, dongeng, dan
semacamnya yang dapat
menggugah anak.
b. Terkait dengan solusi pertama
di atas, maka kurikulum pada
jalur pen-didikan anak usia
dini perlu dikemas dengan
pemberian muatan untuk
6. menanamkan jiwa
nasionalisme dalam arti yang
sebenarnya seperti yang
dicita-citakan pendiri Negara
(Sukarno), yaitu nasionalisme
yang mengakui adanya
perbedaan kultural, ras, suku,
dan lainnya.
c. Pembelajaran multikultural
perlu dikembangan pada
pendidikan anak usia dini
sebab melalui pembelajaran
multikultural dapat
ditanamkan jiwa
nasionalisme, menghargai
perbedaan, menghormati
perbedaan, berpikiran global
dalam konteks masyarakat
Indonesia.
Dalam upaya mengakui
perbedaan budaya dan
pluralisme budaya perlu
dilakukan kegiatan nyata,
termasuk pelestarian budaya
lokal kedae-rahan, seperti
penggunaan dan pengajaran
bahasa, wayang kulit, ketoprak,
ludruk dan sebagainya. Melalui
pelestarian budaya lokal
semacam itu akan dapat
diwujudkan integrasi nasional
dan nasionalisme yang
mengakui perbedaan budaya
lokal. Konsep integrasi harus
dipahami bukan meleburkan
menjadi satu Indonesia tetapi
bersama-sama menjadi
Indonesia dengan menjaga
keseimbangan dan keberadaan
etnis-etnis yang ada. Untuk itu
diperlukan revitalisasi atau
mengkonsepkan kembali makna
integrasi, disinilah pentingnya
pendidikan untuk berperan
dengan melibatkan tenaga
pendidik yang dimiliki.
Pembelajaran
multikultural akan dapat
diwujudkan tidak hanya melalui
muatan kurikulum yang ada
tetapi perlu ditunjang adanya:
(a) leadership yang cukup kuat
yang bisa mengakomodasi
berbagai macam kepentingan,
(b) tidak boleh ada hegemoni
etnis tertentu yang kuat terha-
dap etnis lain, dan (c) merubah
konsep integrasi nasional,
dengan kon-sepsi bahwa kultur
yang ada bukan melebur
menjadi satu tetapi menjaga
keseimbangan dari tumbuhnya
kultur-kultur yang ada.
Upaya penciptaan
masyarakat madani (civil
society) akan dapat diwujudkan
tidak hanya melalui pendidikan,
tetapi peranan pemerintah
sangatlah penting, yaitu
mendorong pengembangan infra
struktur kehidupan masyarakat
dengan menyediakan ruang
publik (public space) dalam
pengertiannya yang sejati, yaitu
tidah hanya membolehkan
mereka berbicara dan
berpendapat tetapi juga
membuka mata hati terhadap
7. aspi-rasi rakyat, baik yang
disampaikan melalui lembaga
demokrasi formal maupun
nonformal.
Revitalisasi nasionalisme
dapat dilakukan pula melalui
pemberda-yaan potensi lokal
termasuk potensi ilmuan lokal
seperti para ulama. Untuk itu
semua, upaya perubahan
kurikulum, tex book, metodologi
pe-ngajaran serta up-grading
para guru sekaligus adanya good
will dan political will dari para
pengambil kebijakan, menjadi
agenda yang perlu dirumuskan
kembali, agar masyarakat siap
berinteraksi dengan berbagai
dinamika perubahan yang tengah
dan akan terus berlangsung di
era mul-tikultural, kini dan
mendatang. Apabila upaya ini
dapat diwujudkan maka cita-cita
revitalisasi nasionalisme akan
dapat dilakukan secara penuh
dan tidak keluar dari rel yang
sebenarnya dianggap sangat
urgen karena ada hubungan yang
signifikan antara peran
pendidikan (sekolah, keluarga,
dan masyarakat).
Perancangan Pembelajaran
Dalam konteks
pembangunan nasional yang
meliputi pembangu-nan dalam
semua aspek kehidupan dengan
titik berat pada sektor ekono-mi,
maka Pendidikan nonformal
menggarap program-program
pendidik-an yang berorientasi
pada pengembangan
sumberdaya manusia dan pem-
berdayaan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan tenaga
kerja, lapang-an kerja, wirausaha
dan sektor pembangunan
umumnya. Berkaitan de-ngan
hal tersebut, maka pendidikan
anak usia dini pada dasarnya
terse-lenggara atas kebutuhan
pendidikan dan kebutuhan
belajar yang tumbuh di
masyarakat itu sendiri. Hal
inilah yang perlu
ditumbuhkembangkan,
diberdayakan agar potensi yang
ada dapat digarap melalui
kemandirian dan prakarsa
masyarakat sendiri.
Masalahnya adalah
kondisi sumberdaya manusia
yang ada di ma-syarakat itu
sendiri yang masih belum
mampu mendayakan potensi
yang ada, dan sekaligus
menyadarkan pentingnya paham
multikulturalisme, sehingga
diperlukan sentuhan dari luar
yang dapat memotivasi dan me-
macu masyarakat, disinilah
peran pemberdayaan masyarakat
sangat di-perlukan.
Pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan
potensi masyarakat agar mampu
meningkatkan kualitas hidup
yang lebih baik bagi seluruh
8. warga masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan swadaya.
Untuk mencapai tujuan ini,
faktor peningkatan kualitas
SDM melalui pendidikan formal
dan nonformal perlu mendapat
prioritas. Memberda-yakan
masyarakat bertujuan "mendidik
masyarakat agar mampu mendi-
dik diri mereka sendiri" atau
"membantu masyarakat agar
mampu mem-bantu diri merekka
sendiri". Tujuan yang akan
dicapai melalui usaha
pemberdayaan masyarakat,
adalah masyarakat yang mandiri,
berswada-ya, mampu
mengadopsi inovasi, dan
memiliki pola pikir yang
kosmopo-litan.
Mempertimbangkan
karakteristik masyarakat
setempat (lokal) yang akan
diberdayakan, termasuk
perbedaan karakteristik yang
membedakan masyarakat desa
yang satu dengan yang lainnya.
Segala usaha pemberda-yaan
masyarakat akan sia-sia apabila
tidak memperoleh dukungan.
Ma-syarakat perlu diberdayakan
untuk menetapkan suatu
program yang akan dilakukan.
Program action tersebut
perlu ditetapkan menurut skala
prioritas, yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Tentunya program
dengan skala priori-tas tinggilah
yang perlu didahulukan
pelaksanaannya.
Memberdayakan masyarakat
berarti membuat masyarakat
tahu dan mengerti bahwa me-
reka memiliki kekuatan-
kekuatan dan sumber-sumber
yang dapat dimo-bilisasi untuk
memecahkan permasalahn dan
memenuhi kebutuhannya.
Pemberdayaan masyarakat
adalah suatu kegiatan yang
berkesinambung-an. Karena itu,
masyarakat perlu diberdayakan
agar mampu bekerja me-
mecahkan masalahnya secara
kontinyu.Salah satu tujuan
pemberdayaan masyarakat
adalan tumbuhnya kemandirian
masyrakat. Masyarakat yang
mandiri adalah masyarakat yang
sudah mampu menolong diri
sendiri. Untuk itu, perlu selalu
ditingkatkan kemampuan
masyarakat untuk ber-swadaya.
Persoalan
mempersiapkan sumberdaya
manusia yang berkuali-tas
untuk memenuhi kebutuhan
pasar kerja, dan menyiasati
dampak globalisasi adalah
persoalan pendidikan,
termasuk melalui pendidikan
nonformal, oleh karena itu
tanggung jawab bidang
pendidikan merupa-kan fungsi
yang sangat strategis sebagai
upaya sadar dan merupakan
titik sentral dalam upaya
pengembangan sumberdaya
9. manusia yang sa-dar akan
keragaman potensi dan
budayanya (Soedomo, l990:3).
Pendi-dikan nonformal,
menurut (Coombs, 1984)
dijelaskan bahwa sejak se-
abad yang lalu pendidikan
nonformal telah menjalankan
fungsi me-ngembangkan
wawasan, mengalihkan
pengetahuan, melatihkan kete-
rampilan serta
mengembangkan aspirasi
belajar masyarakat, termasuk
didalamnya penyadaran akan
pentingnya integrasi bangsa.
Proses Pendidikan
nonformal tidak tergantung
pada terorgani-sir atau tidak
suatu kegiatan, namun
menurut (Axin,1976)
tergantung pada kesadaran
kesengajaan dalam proses
pembelajaran. Pendidikan
nonformal sebagai program
kegiatan mengandung arti
bahwa program-programnya
tidak hanya terbatas pada
aspek tertentu, namun bisa
terka-it dengan beberapa
program, yaitu program
development, yang memi-liki
tujuan pokok untuk: solve
individual, group, or community
problems; terkait dengan
program institusional, yang
bertujuan untuk growth and
improvement of individual’s
basic abilities, skills,
knowledge, and competencies;
dan terkait dengan program
informational, yang bertuju-an
untuk exchange information
(Boyle, 1981).
Fenomena pendidikan
tersebut, baik sebagai proses,
sebagai kesadaran tujuan,
maupun sebagai program
kegiatan telah lama ada dan
terjadi dalam khasanah
kehidupan kita. Keberadaan
bentuk pendidikan nonformal
tersebut telah terbukti banyak
membantu memecahkan per-
soalan-persoalan yang
dihadapai seseorang, baik
individual, kelompok, maupun
kelembagaan. Kenyataan
tersebut harus diakui bahwa
pendi-dikan nonformal cukup
teruji kehebatannya dan cukup
adaptif untuk diandalkan
dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masyarakat, ter-
masuk didalamnya didalam
menanamkan nilai-nilai
perbedaan dan ni-lai-nilai
persatuan yang diarahkan pada
integrasi, persatuan dan kesa-
maan sebagai suatu anggota
masyarakat.
Istilah “pengembangan “
(development) mengandung
makna yang luas dari para
perancangan suatu program.
Abdul Gafur (1982) menge-
mukakan konsep
“pengembangan” sebagai
10. membuat tumbuh secara te-ratur
untuk menjadikan sesuatu lebih
besar, lebih baik, lebih efektif,
dan sebagainya. Konsep
pengembangan dalam tataran
PLS cenderung dikon-sepkan
sebagai pemberdayaan
(empowering process) yang
bertujuan agar masyarakat
mampu memahami dan
mengendalikan diri (swadaya)
kekuatan-kekuatan sosial,
ekonomi, dan politik yang
mempengaruhi ke-hidupannya,
sehingga ia dapat meningkatkan
martabat dan taraf hidupnya
(pemberdayaan kemandirian).
Peran pendidikan
nonformal dalam proses
pemberdayaan menurut
Kindervatter (1979) secara
minimal harus dapat menumbuh-
kembangkan empat macam
keberdayaan masyarakat yang
diarahkan pada keswadaya-an
dan kemandirian, yaitu :
Pertama, keberdayaan
edukatif yang meliputi kategori
kualitas : melek huruf, melek
pendidikan dasar, memiliki
pengetahuan, keterampil-an,
nilai, dan sikap makarya atau
cakap, terampil, dan beretos
kerja; ser-ta mampu
mengembangkan diri dengan
belajar berkelanjutan, mandiri,
kreatif dan inovatif.
Kedua, keberdayaan
ekonomi, yaitu mampu
memahami dan me-ngendalikan
faktor-faktor ekonomi yang
mempengaruhi kehidupannya,
sehingga dapat berpartisipasi
secara produktif dan efisien
dalam pemba-ngunan, serta
dapat memperoleh bagian secara
proposional dari hasil
pembangunan .
Ketiga, keberdayaan
politik, yaitu mampu memahami
fenomena dan kebijakan politik
yang mempengaruhi kehidupan
pribadi dan sosial-nya, sehingga
dapat melaksanakan kewajiban
dan mendapatkan haknya
sebagai warga negara secara
maksimal.
Keempat, keberdayaan
hukum, yaitu memahami dan
mengenda-likan faktor regulasi
sosial, aturan yang
mempengaruhi kehidupannya,
sehingga mendapatkan
perlakuan dan perlindungan
hukum secara adil.
Tahapan kegiatan yang
perlu dilakukan melalui
pendidikan anak usia dini dalam
rangka pembelajaran
multikultural yang diarahkan
pada penyadaran dan
pemberdayaan masyarakat
tentang pentingnya integrasi
bangsa, yaitu melalui : (a)
menetapkan kebutuhan riil yang
secara nyata dan faktual
dianggap memerlukan adanya
pemenuhan yang sangat men-
11. desak, hal yang perlu
diidentifikasi meliputi ciri-ciri
sosial budaya ma-syarakat,
strukutur ekonomi masyarakat,
pendidikan, jenis pekerjaan,
waktu senggang dan kondisi
potensi lingkungan fisik; (b)
menetapkan prioritas kebutuhan,
yang didasarkan urutan prioritas
berdasarkan pada keadaan
kebutuhan yang secara objektif
sangat penting dan mendesak
serta dikehendaki sebagian besar
warga masyarakat; (c)
perumusan tuju-an, berdarkan
urutan prioritas kebutuhan
selanjutnya ditetapkan dan disu-
sun tujuan program yang hendak
dicapai yang meliputi aspek
pengetahu-an, keterampilan, dan
sikap. Tujuan program berfungsi
sebagai dasar yang mengarahkan
seluruh kegiatan program,
karena itu tujuan yang ber-sifat
khusus harus dirumuskan secara
jelas dan spesifik sehingga dapat
diukur tingkat keberhasilannya;
(d) penetapan alternatif
pemecahan ma-salah, yaitu
menyusun alternatif pemecahan
kebutuhan masyarakat yang
paling tepat sesuai dengan
kriteria pemilihan yang
ditetapkan, dengan
mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya
pendukung yang tersedia di
lingkungan setempat, murah dan
fungsional, mengandung sedikit
mungkin faktor kendala; dan (e)
pelaksanaan kegiatan, yaitu
kegiatan nyata yang dipilih
berdasarkan alternatif yang
muncul yang diarahkan pada
pengembangan swadaya dan
kemandirian masyarakat,
sehingga peran pendidikan
nonformal lebih pada
pemberdayaan, motivator, inisi-
ator, fasilitator, mediator dalam
proses perubahan pengetahuan,
keteram-pilan, dan sikap
termasuk didalamnya sikap
tentang tanggung jawab se-bagai
warga negara yang mempunyai
semangat untuk tetap bersatu
dalam negara kesatuan Republik
Indonesia
Melakukan
pengembangan melalui
pemberdayaan masyarakat bu-
kanlah merupakan pekerjaan
yang mudah, karena itu harus
dipikirkan dan dipertimbangkan
secara matang semua aspek yang
ada dalam organi-sasi
masyarakat, terutama aspek
kepemimpinan sebagai faktor
pendongkrak. Dalam setiap
kepemimpinan, seorang
pemimpin atau pengambil
kebijakan memiliki paling tidak
lima kekuasaan (power), yaitu:
legitimate power, reward power,
coercive power, expert power,
dan referent power (Fleet,l988).
12. Penutup
Upaya memberikan
pemahaman dan penanaman
paham dan nilai-nilai
multikultural dapat dilakukan
melalui pembelajaran
multikultural yang dilakukan
melalui jalur pendidikan formal
maupun pendidikan non-formal.
Pendidikan nonformal melalui
berbagai program dan sasaran
yang sangat luas, dan salah
satunya adalah melalui
pendidikan anak usia dini
diyakini dapat berperan dalam
membentuk watak anak sejak
usia di-ni sehingga akan menjadi
anggota masyarakat yang
mempunyai nasio-nalisme yang
tertanam, terpatri dalam lubuk
hatinya yang paling dalam.
Untuk perlu adanya rancangan
pembelajaran multikultural yang
dikem-bangkan pada
penyelenggaraan program
pendidikan anak usia dini. Pe-
rancangan pembelajaran
multikultural dalam latar
pendidikan anak usia dini
dikembangkan melalui
pendekatan andragogi, dialogis
dan lebih me-nekankan kepada
prinsip keswadayaan, sehingga
perancangan kurikulum
dilakukan dengan
memeperhatikan kebutuhan
kelompok sasaran, teruta-ma
segi pengetahuan, yang
dipadukan dengan penanaman
dan pengem-bangan sikap
menjunjung tinggi paham dan
nilai-nilai integrasi, berbeda
dalam persatuan, dan bersatu
walaupun dalam perbedaan.
DAFTAR RUJUKAN
Axin, G.H. 1976. Nonformal
Education and Rural
Development. Michigan
University: East Learning.
Boyle, Patric G. 1981. Planning
Better Programs. New
York: Mc Graw-Hill Book
Company.
Carison, RO. 1965. Adaption of
Education Innovations.
Oregon: The Center for
the Advance Study of
Educational
Administration, University
of Oregon.
Coombs, Philip H. 1984.
Memerangi Kemiskinan di
Pedesaan Melalui
Pendidikan Nonformal
(terjemahan). Jakarta :
CV. Rajawali.
Fleet, D.D.V. 1988. Contempory
Management. Boston :
Houghton Miffin
Company
Gafur, Abdul. 1982. Desain
Intruksional. Solo: Tiga
Serangkai.
Joko Sutarto. 2001. Pengantar
Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.
13. Kindervatter, Suzane. 1979.
Nonformal Education as
an Empowering Process.
Amherst University USA:
Center for International
Education.
Soedomo. 1990. Mengenal
Gagasan, Teori, dan
Sistem Pendidikan di
Berbagai Negara
.Malang: FIP IKIP
Malang.
Sihombing Umberto. 1999.
Pendidikan Luar Sekolah
(Kini dan Masa Depan).
Jakarta: PD Mahkota.
Surakhmad, Winarno. 1999.
Kemutlakan Peralihan
Paradigma Univer-sitas
Masa Depan: Referensi
Negara Sedang
Berkembang. Jakarta :
Cakrawala Pendidikan.
Undang-Undang No. 20 Tahun
2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasio-nal.
Jakarta: Gramedia.
Waston. CW. 2000. Concepts in
the Social Science. Open
University Press.