Presentation delivered by Craig S. Conoscenti, MD, FCCP, Director, Idiopathic Pulmonary Fibrosis Program Lead, Clinical Development and Medical Affairs, Respiratory, Boehringer Ingelheim Pharmaceuticals, Inc. at the marcus evans Evolution Summit Fall 2015 Las Vegas
Heredity is the passing on of characteristics from one generation to the next. It is the reason why offspring look like their parents. It also explains why cats always give birth to kittens and never puppies. The process of heredity occurs among all living things including animals, plants, bacteria, protists and fungi. The study of heredity is called genetics and scientists that study heredity are called geneticists.
Through heredity, living things inherit traits from their parents. Traits are physical characteristics. You resemble your parents because you inherited your hair and skin color, nose shape, height, and other traits from them.
Cells are the basic unit of structure and function of all living things. Tiny biochemical structures inside each cell called genes carry traits from one generation to the next. Genes are made of a chemical called DNA (deoxyribonucleic acid). Genes are strung together to form long chains of DNA in structures known as chromosomes. Genes are like blueprints for building a house, except that they carry the plans for building cells, tissues, organs, and bodies. They have the instructions for making the thousands of chemical building blocks in the body. These building blocks are called proteins. Proteins are made of smaller units called amino acids. Differences in genes cause the building of different amino acids and proteins. These differences cause individuals to have different traits such as hair color or blood types.
A gene gives only the potential for the development of a trait. How this potential is achieved depends partly on the interaction of the gene with other genes. But it also depends partly on the environment. For example, a person may have a genetic tendency toward being overweight. But the person's actual weight will depend on such environmental factors as how what kinds of food the person eats and how much exercise that person does.
Pendidikan 4.0 (education 4.0) adalah istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori Pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. Ini adalah lompatan dari Pendidikan 3.0 (efucation 3.0) yang menurut Je} Borden, Education 3.0 mencakup pertemuan ilmu saraf, psikologi kognitif, dan teknologi pendidikan, menggunakan teknologi digital dan mobile berbasis web, termasuk aplikasi, perangkat keras dan perangkat lunak, dan “hal lain dengan e di depannya. Pendidikan 4.0 jauh diatas hal tersebut dan dalam beberapa hal, pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan munculnya revolusi industri keempat (4 IR) atau (RI 4) dimana manusia dan mesin diselaraskan untuk mendapatkan solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi baru.
Revolusi Industri Keempat (4IR) diumumkan di Davos pada tahun 2016, berbagai elemen terkait dengan dimensi baru ini telah berlangsung selama hampir satu dekade. Istilah ini mendapat publisitas luas ketika Kanselir Jerman Angela Merkel disorot di Hanover Fair pada tahun 2011, kemunculan Industri 4.0 membuat manufaktur Jerman lebih kompetitif
Presentation delivered by Craig S. Conoscenti, MD, FCCP, Director, Idiopathic Pulmonary Fibrosis Program Lead, Clinical Development and Medical Affairs, Respiratory, Boehringer Ingelheim Pharmaceuticals, Inc. at the marcus evans Evolution Summit Fall 2015 Las Vegas
Heredity is the passing on of characteristics from one generation to the next. It is the reason why offspring look like their parents. It also explains why cats always give birth to kittens and never puppies. The process of heredity occurs among all living things including animals, plants, bacteria, protists and fungi. The study of heredity is called genetics and scientists that study heredity are called geneticists.
Through heredity, living things inherit traits from their parents. Traits are physical characteristics. You resemble your parents because you inherited your hair and skin color, nose shape, height, and other traits from them.
Cells are the basic unit of structure and function of all living things. Tiny biochemical structures inside each cell called genes carry traits from one generation to the next. Genes are made of a chemical called DNA (deoxyribonucleic acid). Genes are strung together to form long chains of DNA in structures known as chromosomes. Genes are like blueprints for building a house, except that they carry the plans for building cells, tissues, organs, and bodies. They have the instructions for making the thousands of chemical building blocks in the body. These building blocks are called proteins. Proteins are made of smaller units called amino acids. Differences in genes cause the building of different amino acids and proteins. These differences cause individuals to have different traits such as hair color or blood types.
A gene gives only the potential for the development of a trait. How this potential is achieved depends partly on the interaction of the gene with other genes. But it also depends partly on the environment. For example, a person may have a genetic tendency toward being overweight. But the person's actual weight will depend on such environmental factors as how what kinds of food the person eats and how much exercise that person does.
Pendidikan 4.0 (education 4.0) adalah istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori Pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. Ini adalah lompatan dari Pendidikan 3.0 (efucation 3.0) yang menurut Je} Borden, Education 3.0 mencakup pertemuan ilmu saraf, psikologi kognitif, dan teknologi pendidikan, menggunakan teknologi digital dan mobile berbasis web, termasuk aplikasi, perangkat keras dan perangkat lunak, dan “hal lain dengan e di depannya. Pendidikan 4.0 jauh diatas hal tersebut dan dalam beberapa hal, pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan munculnya revolusi industri keempat (4 IR) atau (RI 4) dimana manusia dan mesin diselaraskan untuk mendapatkan solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi baru.
Revolusi Industri Keempat (4IR) diumumkan di Davos pada tahun 2016, berbagai elemen terkait dengan dimensi baru ini telah berlangsung selama hampir satu dekade. Istilah ini mendapat publisitas luas ketika Kanselir Jerman Angela Merkel disorot di Hanover Fair pada tahun 2011, kemunculan Industri 4.0 membuat manufaktur Jerman lebih kompetitif
Contoh Implementasi Penguatan Sistem Inovasi di Beberapa Kabupaten Kota - Tat...Tatang Taufik
Paparan dalam Workshop DRN – DRD, bertema “Penguatan Sumberdaya , Kelembagaan , dan Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Untuk Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa”, di Ruang Komisi Utama BPPT, Jakarta, 4 Desember 2013
Pemanfaatan Hasil-hasil Litbangyasa untuk Menciptakan Keunggulan Usaha - 23 N...Tatang Taufik
Bahan paparan dalam Forum “Sosialisasi Kebijakan dan Program Pengembangan Perniagaan dan Kewirausahaan” di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, 23 November 2013
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa BPPT 3 oktober 2013 Tatang A. TaufikTatang Taufik
Paparan di acara APEC UNTHINKABLE WEEK 2013 di Bali, 3 Oktober 2013, membahas pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan dan perekaysaan dengan contoh dari Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi (BPPT)
Apa yang dimaksud dengan pasar modal syariah? Pasar modal syariah merupakan kegiatan pasar modal yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di Pasar Modal.
Apa peran pasar modal syariah? Pasar modal syariah memiliki 2 (dua) peran penting, yaitu:
Sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan untuk pengembangan usahanya melalui penerbitan efek syariah.
Sebagai sarana investasi efek syariah bagi investor Pasar modal syariah bersifat universal, dapat dimanfaatkan oleh siapapun tanpa melihat latar belakang suku, agama, dan ras tertentu.
Apakah bedanya pasar modal syariah dengan pasar modal secara umum? Pasar modal syariah merupakan bagian dari Industri Pasar Modal Indonesia. Secara umum, kegiatan pasar modal syariah sejalan dengan pasar modal pada umumnya. Namun demikian, terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.
Bagi anda yang ingin belajar bahasa pemrograman Visual Basic 6 atau VB6.
Ebook ini secara bertahap memberikan tutorial dari level awal hingga level tinggi.
5. (Terintegrasi Dengan Rencana Pembangunan Ekonomi & Industri)
R&D 1.5%
GDP
Transition
State
Innovation
Driven
Efficiency
Driven
Factor Driven
75% 25% 69% 31%
6. Strategi Pentahapan Terintegrasi
Ekploitasi SDA dan
tenaga kerja padat karya
Transisi menuju tahap KBE
(tenaga kerja terlatih)
Eksploitasi Knowledge dan SDM
Profesional (terlatih dan
terdidik)
•IM= …..% GDP
•Indeks TFP …..
•HaKI.....
• IM= …..% GDP
• Indeks TFP …..
• HaKI.......
• IM= …..% GDP
• Indeks TFP …..
• HaKI......
8. PERBAIKAN PERINGKAT GLOBAL COMPETITIVE INDEX INDONESIA
No PERBAIKAN PERINGKAT PILAR INOVASI
2012-2013 2013-2014
1 Capacity for Innovation 30 24
2 Quality of scientific research institutions 56 46
3 Company spending on R&D 25 23
4 University-industry collaboration in R&D 40 30
5 Gov’t procurement of advanced tech products 29 25
6 Availability of scientists and engineers 51 40
7 PCT patents, applications/million pop 101 103
10. Establish TRIPLE-HELIX SINERGY
Effort:
TO ONE
PERCEPTION,
PARADIGM and
VISION
Facts :
NOT CONNECTED AS
A PRIME MOVER OF
GROWTH
PLAN of
ACTION
PARTNERSHIP :
Challenges:
1. IPR
2. Research Management System
3. Regulation and Incentive System
4. R&D Management
5. Intermediate Agency
12. INISIATIF INOVASI 1-747
(Dipresentasikan pada Sidang Kabinet 12 April 2011)
1
7
4
7
Satu persen (1%) dari GDP pertahun untuk R&D di tahun 2015
Tujuh langkah Perbaikan Ekosistem Inovasi
EmpatWahana Percepatan Pertumbuhan Ekonomi;
1. Industri Kebutuhan Dasar
2. Industri Kreatif
3. Industri Berbasis Daya Dukung Daerah
4. Industri Strategis
Tujuh Sasaran Visi Indonesia 2025 menuju Pengembangan
Indonesia Berkelanjutan
13. 7 Langkah Perbaikan Ekosistem Inovasi
Kurangnya dukungan regulasi dan sistem insentif
guna mendorong inovasi # 1
# 2
# 3
Rendahnya kualitas dan fleksibilitas perpindahan
sumber daya manusia
Kurangnya pusat-pusat inovasi untuk
menumbuhkan technopreneur
# 4 Tidak adanya klaster inovasi daerah
# 5 Sistem remunerasi peneliti yang belum memadai
# 6 Fasilitas litbang yang sangat tertinggal
# 7 Sistem dan manajemen pendanaan riset yang tidak
kondusif untuk inovasi
14. 4 Wahana Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Industri Kebutuhan Dasar
(Pangan, Aneka Obat, Energi & Air Bersih)
# 1
# 2
# 3
Industri Kreatif
(berbasis Budaya dan Digital Content)
Industri Berbasis Daya Dukung Daerah
(S&T Park & Industrial Park)
# 4 Industri Strategis
(Pertahanan, Transportasi & ICT)
15. Diagram Dana R&D
DRN, content
Fund Flow
0.33% GDP = Rp. 24 T
0.66% GDP = Rp. 46 T
20. Klaster Inovasi: Wahana Pusat Keunggulan
Klaster Unggulan
Nasional:
Peningkatan Daya
Saing
(Orientasi Pada
Pertumbuhan
Ekonomi)
Klaster Unggulan
Daerah:
Pemerataan
Kesejahteraan
(Inovasi IKM/UMKM)
Kapasitas Inovasi
Sistem Inovasi
Kemakmuran
Daya Saing/
Produktivitas
Klaster Negara
Persatuan, Kesatuan
Pemerintah
Pusat
& Daerah
Klaster
Inovasi
Institusi
Keuangan
Perguruan
Tinggi
(Universita
s)
Aktor
Terkait
Puslitban
g
(R&D)
Industri
21. Arah Inovasi Dalam Dual Economic Scheme
(Pro Growth - Pro Poor)
•Skema Urban-Global
• Kompetisi di Aras Global (Mata Rantai Jaringan Global).
•Memenuhi Kebutuhan Urban (Dalam Negeri) & Global.
•Skema Rural-Local
• Berorientasi pada Pemerataan Pembangunan Ekonomi di semua Provinsi
Indonesia.
• Meningkatkan produktivitas pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM).
•Memanfaatkan Potensi Keunggulan Daerah.
22. PROGRAM INNOVATION FOR THE POOR
Program:
1. Mobile Phone
2. Solar Energy
3. GPS untuk memandu lokasi sumber-sumber agro, perikanan, dan air
4. E-Education/E-Learning, E-Health
5. Mapping Pertanian dan Perikanan
4 Syarat yang harus dipenuhi:
1.Mature and Proven Technology
2.Cost Declining
3.Established infrastructure
4.Smart Business Model
Penting! : Peran Broadband ICT dengan Jangkauan Luas (B.M.I)
23. Strategi Akselerasi Inovasi
•Pengembangan Pusat Inovasi S, T & Industrial Park
BRIV, PUSPIPTEK
•Pengembangan Pusat Pertumbuhan Regional
Pembentukan Klaster Inovasi di setiap Koridor
oPemberdayaan Keunggulan Lokal
oKeunggulan geografis dari masing-masing Koridor
•Foreign Direct Investment untuk:
Transfer Teknologi maju
Masuk dalam Value Chain Global (Terutama Manufacturing)
Meningkatkan kemampuan Human Capital Indonesia terutama dalam
menyerap teknologi (Shallow Investment)
Meningkatkan kemampuan pengembangan teknologi untuk Global Value
Chain (Deep Investment)
25. S, T & Industrial Park: BRIV
Model Bisnis: University Driven Science Technology Park
BANDUNG RAYA
INNOVATION VALLEY
(BRIV)
Special
Economic
Zone
1. 2. S&T Park 3. Hi-Tech Industrial Zone
Pre-Incubation Incubation Post-Incubation
Start Up Companies Hi-Tech Venture Firm Venture Park
26. Puspiptek: Tempat Penyelarasan Interaksi
aliran
SDM
Model Bisnis:: R & D-Driven Science Technology Park
aliran
pengetahuan
aliran
keahlian
aliran
finansial
• Produkinovatif• Inovatorbaru• Start Up companies
29. Perlu Rumusan Baru Regulasi dan Insentif
(yang Lebih Menarik) untuk Menyaingi:
•China (Zhongguancun)
•Korea (Daedeok Innopolis)
•India (Bangalore Silicon Valley)
•Taiwan (Hsinchu Science Park)
•Singapura (Biopolis)
•Malaysia (Malaysia Supercorridor dan Iskandar Malaysia Authority)
32. PENGEMBANGAN KLASTER INOVASI INDONESIA
Sentra Produksi dan
Pengolahan Hasil Bumi
Dan Lumbung Energi
Koridor
Sumatera
Nasional
"Pusat Produksi dan
Pengolahan Hasil
Tambang & Lumbung
Energi Nasional"
''Pusat Produksi dan
Pengolahan Hasil Pertanian,
Perkebunan, Perikanan,
MIGAS dan Pertambangan
Nasional''
''Pintu Gerbang
Pariwisata Nasional dan
Pendukung Pangan
Nasional''
“Pusat Pengembangan
Pangan, Perikanan, Energi,
dan Pertambangan
Nasional"
Koridor Jawa
Koridor Kalimantan
Koridor Sulawesi
"Pendorong Industri dan
Jasa Nasional"
Koridor Bali - Nusa
Tenggara
Koridor Papua - Maluku
34. RENCANA PLOTTING KAWASAN INDUSTRI
Klaster Inovasi Industri: Koridor Jawa
Bagian Barat
Rencana Pelabuhan Khusus
G. Kaklak
G. Sekapuk
U
DESA
NGIMBOH
DESA
CANGAAN
DESA
WOTAN
Rencana
Kawasan Industri
TOTAL : ± 700 Ha
WTP
Keterangan :
Rencana Area Pengembangan
Wilayah SIPD P.T. Polowijo Gosari
Jalan Arteri Primer
Rencana Pabrik
KS-Polowijo
(Luas 100 Ha)
Luas
Gunung
PT. Polowijo
Gosari
400 Ha
Luas
800
Ha
Kebuh Inti Hortikultura (300 ha)
Distribusi
Air
Rencana Jalan
Kawasan
Industri
PETA LOKASI RENCANA PENGEMBANGAN
KAWASAN INDUSTRI INOVASI GRESIK UTARA (4300 Ha)
JALAN DEANDELS
GRESIK - TUBAN –
SURABAYA
U
Kawasan Industri Dolomit
Luas : 500 Ha.
CENTER OF
HORTICULTURE
DEVELOPMENT
RENCANA
TOL
GRESIK –
TUBAN
Kawasan Hutan Lindung
Luas : 1.000 Ha
Kawasan Plasma Hortikultura
Luas : 2.000 Ha.
Hutan Lindung
1.000 Ha
253 Ha
300 Ha
Kawasan Industri Sidayu Gresik)
Luas : 1.500 Ha.
Kawasan Plasma Hortikultura
Luas : 2.000 Ha
Kawasan Industri Sidayu Gresik
1500 Ha
Kawasan Industri
Dolomit
500 Ha
Pusat Inovasi
Luas : 20 Ha
Pusat Inovasi
20 ha
PT POLOWIJO
GOSARI
45. 5+1 Prioritas Rekomendasi R&D untuk Mendorong Inovasi
Focus on 5+1 Priorities Area S&T
to Boost Innovation
Fondasi Menuju Green Economy
- Biomolecular-based Commodity Nursering
- Biofertilizer
- Genetically Modified Organism (GMO)
I
T
Clean Energy:
- Bio Fuel
- New and Renewable
Bio Science-based:
- Pharmaceutical, tropical vaccine
- Cosmetic, herbal
Clean transportation:
- Electric car - low cost - low emission car
- Hybrid, and fuel-cell car
- Nano-based Material
- Conservation of Energy, Water, Health and Env.
- Nano Coating and Nano Battery
46. Tujuh Program Quick Win yang Telah Diluncurkan dan
Disosialisasikan (1)
1
2
3
Model Bisnis 1 : Ketahanan Pangan
Rekomendasi: Biofertilizer untuk swasembada pangan dan perbaikan
lahan kritis
Model Bisnis 2: Swasembada produksi & teknologi
vaksin dan biopharmaceutical
Rekomendasi: Biofarma sebagai Hub Vaksin Global
(Khususnya: Vaksin Penyakit Tropis)
Model Bisnis 3 : Kawasan Industri Inovasi Gresik Utara
Rekomendasi : Inovasi Produk Hortikultura dan Dolomit
47. Tujuh Program Quick Win yang Telah Diluncurkan dan
Disosialisasikan (2)
4
5
6
Model Bisnis 4 : Bandung Raya Innovation Valley (BRIV)
Rekomendasi: Inovation Park Cluster (Univ. Driven S&T Park)
Model Bisnis 5: Energy Security
Rekomendasi: Desa Energi Mandiri (Lombok) (Jaringan Cerdas)
Model Bisnis 6 : Nanoteknologi untuk Industri
Rekomendasi: Nanoteknologi untuk coating, pangan, herbal, aneka obat.
dan kosmetik
Model Bisnis 7: Databank Sumber Daya Genetika Indonesia
Rekomendasi: Pembentukan databank genetika nasional
7
48. Menyiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan
Menyiapkan Masyarakat berbasis Pengetahuan
Melalui
Sistem
Pendidikan
Melahirkan Generasi:
Kreatif
Inovatif
Berjiwa entrepreneurship
49. Perubahan Proses Pembelajaran
• Menguasai ilmu Menemukan ilmu
Tujuan
Pembelajaran
•Teacher centered Pupil centered
Proses
Pembelajaran
•Apa, siapa, dimana Bagaimana kalau
•bagaimana Pertanyaan
•Menghapal, mengetahui, Kreatif, inovatif
•mengerti imaginatif Proses Berpikir
•Benar-salah Kemungkinan jawaban
•Pilihan ganda bervariasi, essay Evaluasi Belajar
Editor's Notes
Visi 2025 seperti yang tercantum dalam MP3EI hanya dapat dicapai melalui pendekatan business not as usual. Diperlukan kemauan politik (political will) serta partisipasi dan sinergi semua pihak untuk melaksanakan Direktif Presiden tentang Percepatan dan Peningkatan Ekonomi Nasional (Tampak Siring 20 April 2010) antara lain:
1. Sumber Daya Manusia dan Inovasi Teknologi harus terus meningkat Y= f(K,L,T).
2. Peningkatan infrastruktur ekonomi di seluruh tanah air.
3. Pembangunan “connectivity” (fisik dan ICT).
4. Perlu Inovasi Teknologi besar-besaran.
5. Iklim investasi yang makin baik.
6. Produktivitas Nasional.
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dapat dicapai dengan didukung oleh tingkat inovasi berkesinambungan. Tingkat inovasi yang mencapai 15% dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 2025 diramalkan akan mencapai sekitar USD 16.000. Pada simulasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai tahun 2025 beberapa asumsi telah dilakukan dengan menggunakan trend pertumbuhan ekonomi Korea dengan faktor inovasi yang embedded di dalam pertumbuhan ekonomi pada rentang tahun 1970-1990. Negara Korea pada tahun 1970 memiliki GDP USD 254 dengan dukungan faktor teknologi sebesar 12.8%, namun pada tahun 1990 GDP meningkat menjadi USD 6.147, dengan dukungan teknologi sebesar 55.4%. Pada tahun 1970-an Korea memulai pertumbuhan ekonomi dengan bergantung kepada produk-produk teknologi yang rendah seperti tekstil, industri kecil dan industri dengan teknologi rendah. Pada awal tahun 1990-an pertumbuhan ekonomi Korea bergantung kepada teknologi dan perusahaan besar.
Melihat perkembangan Korea yang sangat pesat itu kita dapat membuat simulasi untuk memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai tahun 2025 dengan menggunakan data GDP PPP Indonesia sejak tahun 2002. Pendekatan yang digunakan adalah dengan melihat hubungan fungsi produksi 𝑦=𝑓(𝐾, 𝐿, 𝐴) dengan GDP PPP (data real), dimana K adalah kapital, L adalah labour dan A adalah faktor sisa yang di dalamnya merupakan faktor inovasi. Kita dapat memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai tahun 2025 akan mencapai GDP PPP sekitar USD 11.000 dengan pertumbuhan rerata sebesar 6.35%. Jika target GDP PPP Indonesia pada tahun 2025 adalah sebesar USD 16.000 (sesuai dengan konsep MP3EI) maka pertumbuhan ekonomi 6.35% harus dibarengi dengan tambahan inovasi sebesar 18.87% sebagai akselerator pencapaian pertumbuhan ekonomi seperti yang dicanangkan. Namun perlu dicermati bahwa pada rentang transisi antara efficiency dan innovative stage terdapat fenomena middle income trap yang dapat menghambat pertumbuhan GDP PPP untuk mencapai level yang diharapkan, walaupun dengan pertumbuhan rerata 6.35%. Fenomena ini perlu dicermati agar pertumbuhan GDP tidak stagnan pada posisi sekitar USD 8.000-USD 12.000. Di sinilah diperlukan sebuah skema inovasi berkesinambungan agar Indonesia tidak terjebak di dalam posisi tersebut.
Untuk menjadi negara maju berpendapatan tinggi di tahun 2025 dan diharapkan merupakan kekuatan ekonomi 12 besar dunia, Indonesia memerlukan kekuatan ekonomi berbasis inovasi (Innovation-led Growth). Target tersebut dapat dicapai dengan terus meningkatkan kontribusi inovasi teknologi sebagai engine pertumbuhan ekonomi baru dalam faktor produksi (Y=f(K.L.T).
Pertumbuhan teknologi dan inovasi (T&I) pada faktor produksi ditargetkan meningkat sebagai berikut:
5,3% tahun 2010
17% tahun 2015 (didukung R&D 1,0% GDP)
25% tahun 2020 (didukung R&D 1,5% GDP)
31% tahun 2025 (didukung R&D 2,0% GDP).
Meningkatnya sumbangan teknologi dan inovasi (T&I) seiring dengan membesarnya kontribusi TFP terhadap GDP menunjukkan bergesernya perekonomian kita dari konsumtif (berbasis eksploitasi SDA) menuju produktif (berbasis eksploitasi knowledge).
Untuk dapat mencapai sasaran sebagaimana tertuang dalam roadmap KIN, diperlukan program lima tahunan dengan fokus yang berbeda-beda, namun terpusat pada pembangunan Sains, Teknologi dan Inovasi.
5 Tahun I (2010-2014) fokus pada penguatan Kapasitas Aktor Inovasi;
5 Tahun II (2015-2019) fokus pada peningkatan efisiensi potensi nasional untuk pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan;
5 Tahun III (2020-2024) fokus pada pembangunan inovasi teknologi dan efisiensi bisnis menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Rencana-rencana ini harus diupayakan agar masuk ke dalam perencanaan nasional Bappenas, di mana dalam lima tahun ke II Indonesia sudah harus berpindah dari SDM yang padat karya menjadi Tenaga terlatih, dan yang terlebih penting harus sudah meninggalkan ekonomi berbasis SDA menjadi ekonomi berbasis efisiensi. Pada lima tahun III, Indonesia sudah harus mencapai pengembangan high tech berbasis inovasi, di mana di samping SDM dari tenaga berpengalaman, ekonomi Indonesia juga sudah berbasis inovasi.
Pada saat perekonomian Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan, ada hal yang menggembirakan bahwa “Global Competitiveness Index” kita menurut kriteria WEF justru melonjak dari peringkat 50 (2012) ke peringkat 38 (2013). Lonjakan itu dibarengi pula dengan peningkatan 6 pilar inovasi, khususnya yang paling menonjol adalah pilar “Capacity for Innovation” yang bertengger pada peringkat ke-24 (2013) dari 144 negara yang disurvei WEF. Satu-satunya pilar inovasi kita yang anjlok adalah “patents application” berada pada peringkat ke-103 (2013), yang menunjukkan masih rendahnya produktivitas industri manufaktur nasional dalam menghasilkan produk-produk berbasis sains dan teknologi, meskipun hasil survei WEF itu menunjukkan bahwa sebenarnya kemampuan Indonesia berinovasi cukup mendukung.
Sebenarnya Indonesia sudah memiliki banyak institusi pendukung inovasi tetapi belum tertata secara optimal dalam satu ekosistem inovasi. Untuk penataan ekosistem inovasi tersebut, beberapa faktor strategis yang perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh antara lain adalah kepemimpinan, pendidikan, peningkatan sistem etika dan etos kerja, sosial budaya, harmonisasi kebijakan, dan aspek pendanaan yang mendukung pengembangan riset dan inovasi untuk pertumbuhan ekonomi yang berwawasan inovasi (innovation-driven economy).
Sinergi triple helix pertama sekali diperkenalkan oleh Etzkowitz and Leydesdorff pada pertengahan tahun 1990an. Sejak itu model triple helix menjadi sangat terkenal dalam pembangunan sistem inovasi nasional terutama untuk negara-negara yang sedang berusaha untuk meningkatkan inovasi nasional yang dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan daya saing global negara tersebut. Di Indonesia konsep triple helix ini sudah sangat dikenal dan sering sekali diucapkan di dalam setiap pertemuan, namun konsep tersebut masih belum diterapkan dengan baik. Masih belum terbentuk sinergi antar aktor di dalam konsep triple helix ini. Setiap aktor bekerja sendiri-sendiri dan tidak terintegrasi dengan baik.
Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan sebuah sistem dimana semua aktor di dalam triple helix sebagai penggerak utama, di dalam sistem yang harmonis yang saling mendukung satu dengan lainnya sehingga tercipta sebuah sistem inovasi yang solid. Slide ini menggambarkan beberapa gears yang saling mendukung dalam sinkronisasi pergerakan mencapai tujuan bersama yang akhirnya dapat meningkatkan daya saing global Indonesia. Tantangan berikutnya adalah bagaimana mempersiapkan sistem Intellectual Property Right (IPR), menajemen R&D, sistem manajemen riset serta membangun sebuah badan yang dapat mentransformasi hasil temuan riset menjadi produk inovasi. Pemerintah memegang peranan sangat penting dalam menyediakan peraturan bagi investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri, sehingga transfer teknologi melalui klaster inovasi daerah dapat terjadi dengan baik.
Indonesia merupakan salah satu negara anggota G-20. Tentunya hal ini merupakan suatu kebanggaan dan sekaligus juga menjadi sebuah tantangan. Dalam rangka menjaga positioning Indonesia dalam konteks global, mau tidak mau harus memperkuat perekonomian Indonesia menuju innovation-driven economy. Untuk itu secara bertahap, Indonesia segera menaikkan anggaran R&D yang saat ini relatif sangat rendah, secara bertahap, sesuai dengan tuntutan untuk mendorong tumbuhnya kegiatan berbasis teknologi dan inovasi di berbagai bidang.
KIN telah mengidentifikasi bahwa Indonesia perlu membangun Ekonomi dalam kerangka Sistem Inovasi Nasional untuk mencapai Visi Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan berbasis inovasi. Sasarannya secara fundamental adalah memperkuat ekosistem inovasi di Indonesia. Ekosistem yang dibangun oleh aktivisme pemerintah, swasta dan kalangan akademis serta partisipasi masyarakat.
Oleh karena itu, peningkatan dana R&D menjadi isu yang sangat penting untuk direkomendasikan, karena Indonesia termasuk negara dari banyak negara di dunia yang masih memiliki dana R&D yang paling sedikit dalam beberapa dekade belakangan ini.
Untuk itu, KIN mengusulkan rekomendasi dikenal dengan Inisiatif Inovasi 1-747 kepada Presiden RI. Satu adalah 1% GDP untuk R&D pada tahuan 2015; Tujuh adalah tujuh langkah untuk memperbaiki ekosistem inovasi untuk mendorong berbagai kegiatan inovasi; Empat adalah empat model bagi pengembangan wahana industri berbasis inovasi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi; Tujuh adalah tujuh sasaran Visi Indonesia 2025 menuju pengembangan Indonesia yang berkelanjutran.
Fokus pada pengembangan inovasi IPTEK untuk mengikuti masalah: Foods, Energy and Water Security, Teknologi Pertahanan (Defense Tech), Transportation and ICT Industri Kreatif.
Salah satu rekomendasi KIN kepada Bapak Presiden adalah meningkatkan dana R & D agar mencapai 1% dari GDP. Saat ini dana R & D dari Pemerintah adalah sebesar 0.08% dari GDP yang dialokasikan melalui Kementerian Keuangan dan didistribusikan kepada Kementerian serta lembaga terkait. Pendanaan dari APBN ini diharapkan secara bertahap dapat ditingkatkan menjadi 0.33% dari GDP. Sedangkan sisanya sebesar 0.66% dari GDP diharapkan berasal dari Perusahaan milik negara (BUMN) dan Swasta. Untuk itu dibutuhkan sistem insentif dan regulasi yang mendukung investasi, termasuk sistem keuangan modal ventura, bagi aktivitas R & D.
Untuk bergerak dari ekonomi berbasis sumber daya alam saat ini menuju ke ekonomi berbasis inovasi pada tahun 2025 perlu diupayakan peningkatan produktivitas nasional yang tercermin pada pertumbuhan indikator Total Factor Productivity (TFP) yang sangat bergantung pada intensitas penerapan sains, teknologi dan inovasi.
Untuk itu, SDM Indonesia harus pula ditingkatkan dari labor-intensive ke skilled-labor intensive dan selanjutnya menuju human capital intensive. Industri manufakturing juga perlu mendapat dorongan yang lebih kuat untuk meningkatkan nilai tambahnya.
Mengacu pada OECD yang menerapkan kerangka pikir komprehensif dalam membawa sains teknologi dan inovasi untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang berujung kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat, di mana kerangka pikir ini diterapkan di berbagai negara anggota OECD secara terencana dan terukur, ada dua komponen yang menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan lapangan kerja dan pertumbuhan produktivitas nasional.
Pertumbuhan produktivitas nasional dilakukan dengan berbagai strategi, antara lain melalui capital deepening, peningkatan kualitas tenaga kerja
dan Inovasi. Sedangkan inovasi harus diperkuat dengan fondasi penelitian dan pengembangan (Litbang) yang kuat.
Litbang dilakukan dengan dua strategi yaitu: a) Litbang domestik untuk memenuhi keperluan dalam negeri dan b) litbang untuk memperkuat industri
berbasis FDI dan litbang untuk meningkatkan kualitas produk keperluan ekspor.
Keseluruhan aktivitas di atas harus didukung oleh program sains yang kuat diberbagai jenjang pendidikan dan dalam berbagai bidang keilmuan
yang dibutuhkan.
Mengingat potensi SDA dan modal manusia (human capital) Indonesia yang demikian besar, sudah saatnya Indonesia memiliki grand design yang
terencana dan terukur untuk membawa sains, teknologi dan inovasi untuk menjawab tantangan comparative dan competitive advantage yang
dimiliki bangsa ini. Sudah waktunya Indonesia menerapkan R&D management yang komprehensif melibatkan sinergi lintas sektor.
Data di atas menunjukkan bahwa antara tahun 1980-2000, kontribusi TFP terhadap pertumbuhan GDP (%) Indonesia terendah dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya, bahkan negatif (-0,80).
Nilai kontribusi TFP negatif tersebut menunjukkan rendahnya efisiensi dan produktivitas perekonomian Indonesia, dengan kata lain bahwa nilai input lebih besar dari nilai ouput produksi.
Meningkatnya kontribusi TFP menjadi kunci/faktor utama yang menunjukkan membesarnya sumbangan sains, teknologi dan inovasi (STI) dan Inovasi dalam faktor produksi,
Dalam rangka membawa Indonesia menuju negara berbasis innovation-driven economy, penerapan kegiatan inovasi di Indonesia dapat dilakukan dalam dua wahana klaster inovasi.
Yang pertama adalah Klaster Inovasi Unggulan Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan peningkatan daya saing bangsa. Pada tingkat Nasional Indonesia perlu mendefinisikan arah dan tujuan pembangunan Industri berbasis Inovasi yang berbasis kepada keunggulan komparatif Indonesia sehingga pertumbuhan berkelanjutan berbasis Inovasi dapat dipertahankan.
Yang Kedua adalah Klaster Inovasi Unggulan Daerah yang bertujuan untuk pemerataan kesejahteraan ekonomi di seluruh daerah melalui peningkatan peranan inovasi di dalam IKM dan UMKM. Untuk jangka panjang klaster daerah ini dapat meningkatkan peranan Local Indigenious Innovation untuk mengembangkan S&T nya sendiri. Setiap klaster daerah diharapkan memiliki kekhasan produk lokal yang dibutuhkan oleh klaster daerah lainnya, sehingga terbentuk suatu kesatuan dan ketergantungan produk inovasi di berbagai daerah yang bisa dijadikan modal untuk memperkuat kesatuan dan persatuan NKRI yang berbasis inovasi.
Kedua klaster di atas seyogianya didesain untuk wahana proses transformasi ekonomi melalui pengurangan labor dan kapital dan penguatan aspek STI ke dalam dunia industri.
Dalam pengembangan Klaster inovasi di atas dibutuhkan sinergi para aktor terkait dengan beberapa aktor lainnya antara lain pemerintah pusat/daerah, pendidikan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, industri dan lembaga keuangan.
KIN merekomendasikan pembangunan Sains, Teknologi dan Inovasi Nasional dengan karakteristik dual economic scheme, yakni: 1. Skema Urban-Global; dan 2. Skema Rural-Lokal.
Skema Urban-Global merupakan strategi pengembangan inovasi yang mentargetkan pasar internasional melalui jalur mata rantai jaringan global. Upaya-upaya inovasi ditujukan untuk menghasilkan produk-produk berteknologi tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar perkotaan baik dalam negeri maupun internasional. Sebagai contoh, pengembangan industri-industri strategis dibidang transportasi seperti industri pesawat terbang, perkapalan, perkeretaapian, industri telekomunikasi, dsb.
Sebaliknya, skema kedua yang juga sama pentingnya adalah, Skema Rural-Lokal, di mana inovasi dipusatkan pada upaya pemerataan pembangunan ekonomi hingga ke daerah-daerah terpencil di seluruh pelosok tanah air. Hal ini dilakukan antara lain dengan meningkatkan produktivitas pelaku industri kecil dan menengah (IKM) serta memanfaatkan potensi keunggulan daerah. Inovasi diarahkan pada penciptaaan produk yang secara langsung dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan dan daerah-daerah terpencil, dengan teknologi yang tidak terlalu kompleks, mudah digunakan, memanfaatkan sebanyak mungkin bahan baku lokal, ramah lingkungan dan dapat menjawab kebutuhan masyarakat sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja mereka. Sebagai contoh, produksi kendaraan pedesaan dalam negeri yang ramah lingkungan, alat penyemprot hama, alat penabur pupuk, produksi aneka obat, dsb.
Inovasi merupakan upaya untuk melapangkan jalan menuju perubahan dan mengangkat harkat kehidupan manusia. KIN mengusulkan business model untuk Innovation Program for the Poor. Ada lima jenis potensi program enabler yang relevan untuk dikembangkan untuk mengentaskan kemiskinan secara fundamental dan berkelanjutan. Namun perlu ada syarat-syarat yang perlu dipenuhi agar memberi kemudahan bagi masyarakat.
Ekosistem inovasi di daerah Bandung dan sekitarnya sudah terbentuk dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya industri strategis dan Universitas bertaraf dunia yang berada di daerah Bandung. Ekosistem inovasi yang sudah terbentuk ini perlu diperkuat dengan kehadiran sebuah University-Driven S&T Park yang dapat mendukung dan mempercepat jalur inovasi produk yang dapat langsung diserap oleh kebutuhan industri yang berada di sana. Berbeda dengan Puspiptek yang merupakan R&D-Driven S&T Park yang dipicu oleh LPNK, maka S&T Park yang berada di Bandung ini disponsori oleh ITB. Beberapa industri luar negeri dan dalam negeri sudah berminat untuk berpartisipasi dalam mendirikan S&T Park di Bandung ini yang diberi nama dengan Bandung Raya Innovation Valley (BRIV). Tujuan utamanya adalah mempercepat inovasi dalam bidang ICT, Bioteknologi, Energi dan Transportasi yang diinkubasi untuk menarik DDI dan FDI dan memperoleh pasar global yang sangat membutuhkan. Keberhasilan BRIV sangat terkait dengan rencana pengembangan regional (regional development planning) Jabar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
Puspiptek diharapkan menjadi R&D-Driven Science and Technology Park berbasis LPNK yang menghasilkan produk baru berdasarkan market pull mechanism.
Di dalam Puspiptek terdapat 30 litbang LPNK dan diharapkan dapat bersinergi dalam menciptakan ekosistem inovasi yang kondusif agar dapat menarik FDI dan Industri berbasis FDI. Pihak Pemerintah diharapkan dapat memberikan insentif dan regulasi yang mendukung berkembangnya S&T Park ini.
Revitalisasi Puspiptek sebaiknya diarahkan kepada peremajaan SDM dan peralatan. Selain berfungsi untuk melayani testing, pengukuran dan kalibrasi untuk industri, Puspiptek juga harus diperkuat dengan kegiatan R&D yang berkualitas dan berstandar internasional. Keberadaan Pusat Inovasi Puspiptek sangat penting untuk melahirkan inovator muda yang mampu menghasilkan produk inovatif serta starts up companies berkaliber dunia.
Diharapkan Puspiptek menjadi R&D-driven S&T Park di mana aliran SDM, pengetahuan, keahlian dan finansial dapat terjadi secara nasional maupun global. Pusat Inovasi Puspiptek dapat dijadikan tempat menumbuhkembangkan inovator dan industrialis Indonesia yang kaliber internasional.
Secara menyeluruh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bekerja sama dalam memberikan fasilitas yang baik bagi berkembangnya S&T Park ini.
Jawa bagian Barat dalam kenyataannya memiliki potensi yang relatif besar untuk dikembangkan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi. Hal ini didukung oleh keberadaan beberapa klaster industri strategis seperti di Bandung dan sekitarnya seperti Biofarma, Kimia Farma, PT DI, PT LEN, PT INTI, PT Pindad, PT Telkom. Selain itu Jawa bagian Barat memiliki berbagai klaster industri seperti Cikampek, Cilegon, Jababeka. Jawa bagian Barat juga didukung oleh keberadaan berbagai lembaga penelitian seperti Puspiptek tempat berbagai kegiatan LIPI, BPPT, Batan, dan kegiatan lingkungan, dan lain sebagainya. Indonesia juga memiliki BIG (Badan Informasi Geospasial), lembaga survei yang dulu dikenal sebagai Bakosurtanal. Berbagai Pendidikan Tinggi yang besar seperti ITB, IPB, UI, Unpad, dll, tempat mencetak modal manusia Indonesa masa depan juga berada di Jawa bagian Barat. Saat ini sedang dikembangkan BRIV yang merupakan kerjasama ITB dengan Pemprov Jabar, Pemda Bandung dan Konsorsium beberapa Perguruan Tinggi, Industri dan Lembaga Penelitian. Melalui upaya menciptakan potensi-potensi klaster inovasi baru berbasis unggulan lokal di atas serta dukungan infrastruktur serta sistem insentif yang kondusif, Jawa bagian Barat berpotensi sangat besar untuk menarik DDI dan FDI dan berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, Jababar Economic Corridor.
Jatim secara perlahan berkembang menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang potensial. Hal ini didukung oleh keberadaan beberapa industri strategis seperti PT PAL untuk perkapalan, Petrokimia Gresik, PT INKA Madiun untuk perkeretaapian dan berbagai industri besar, berbagai institusi pendidikan tinggi besar, lembaga litbang dan pusat inovasi. Saat ini sedang dikembangkan agar Gresik Utara menjadi Kawasan Industri berbasis Inovasi yang merupakan kerjasama Pemprov Jatim, Pemda Gresik Utara dan Konsorsium beberapa Pengusaha. Dengan perkembangan di atas dan menciptakan potensi-potensi klaster inovasi baru berbasis unggulan lokal serta dukungan infrastruktur serta sistem insentif yang kondusif, Jatim sangat potensial menarik DDI dan FDI dan tentunya akan berkembang menjadi Jatim Economic Corridor.
Zhongguancun S & P, RRC, didirikan pada tahun 1980 memberikan fasiltias kepabeanan dalam bentuk pembebasan bea dan pajak perdagangan. Di bidang perpajakan PPh korporasi 15%. Pemerintah China juga menyediakan subsidi untuk penelitian. Badan otoritas membantu mencarikan perusahaan lokal partner, sekolah untuk anak-anak, bagi ekspatriat mendapat perlakuan istimewa seperti mendapatkan permanent medical care, insurance dan tax incentive.
Daedok Innopolis, Korea Selatan, memberi insentif untuk R&D, menyediakan servis untuk perusahaan, membantu test untuk produk, dan membantu komersialisasi, menciptakan bisnis ventura, menciptakan jaringan bisnis, membantu pengurusan HAKI, memberi business award. Daedok juga menyediakan kelas MBA untuk pengembangan SDM. Tax holiday untuk pajak korporat dan individual selama 3 tahun, pengurangan 50% untuk 2 tahun berikutnya.
Di India, fasiltias kepabeanan dalam bentuk single windows clearance, tidak memerlukan izin usaha importir, post audit system. Di bidang perpajakan diberikan tax holiday, 100% di 5 tahun pertama, 50% di 5 tahun berikutnya.
Biopolis, Singappura, menyediakan infrastruktur yang canggih sehingga tenant tinggal “plug and play”, seperti dalam bidang DNA sequencing, nuclear magnetic resonance, dll. Infrastruktur yang esensial juga disediakan dengan baik: jalan, listrik, pembuangan limbah, telekomunikasi. Biopolis juga membantu melakukan uji klinis. Biopolis juga memberi insentif pajak dan bantuan grant, juga bantuan melalui venture capital.
Dasar pembentukan KEK adalah UU No 39 tahun 2009. Tujuan pengembangan KEK meliputi :
1. Peningkatan investasi;
2. Penyerapan tenaga kerja;
3. Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor;
4. Peningkatan keunggulan kompetitif produk ekspor;
5. Peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal, pelayanan dan kapital bagi peningkatan ekspor;
6. Mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melalui transfer teknologi.
Untuk mendukung berkembangnya KEK ketersediaan sumberdaya manusia terampil yang sesuai kebutuhan sangat diperlukan. Ada beberapa KEK yang tidak berkembang dikarenakan ketersediaan tenaga kerja yang kurang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu penyiapan SDM juga perlu dipersiapkan untuk mendukung pembukaan KEK.
Ketersediaan fasilitas infrastruktur pendukung harus diusahakan semaksimal mungkin untuk menarik para investor baik secara kuantitatif maupun kualitatif, seperti listrik, air, jaringan internet, jaringan jalan, pelabuhan (laut maupun udara), sekolah, intertainmen. Seperti ada manufaktur yang membutuhkan catu listrik tanpa terputus sehingga kualitas ketersediaan listrik sangat diperlukan.
Kepastian kebijakan, meliputi dukungan aspek legal dalam pengembangan kegiatan ekonomi, baik kebijakan fiskal maupun nonfiskal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabean dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang diatur oleh instansi berwenang.
RPJMPN dijalankan berdasarkan UU No 17/2003 yang kemudian dapat diturunkan dalam bentuk RPJM dan RKAP pertahun. Namun untuk jangka panjang RPJMPN dapat digunakan sebagai acuan untuk pembentukan Master Plan 2025. Master Plan 2025 dalam pelaksanaannya perlu dijabarkan dalam bentuk strategi MP 2025 yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk program dan proyek-proyek. Terdapat tiga tujuan utama MP 2025 yaitu:
1. Pengkuatan Koridor Ekonomi Indonesia
2. Pengkuatan Konektivitas Nasional
3. Percepatan Kemampuan Ipteknas (SDM, Inovasi)
Ketiga tujuan utama ini dapat dilakukan secara simultan dengan melibatkan KIN sebagai think tank dalam menentukan konten inovasi negara sehingga tercapai sebuah MP 2025 yang konvergen dan fokus dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Pendekatan model bisnis di atas merupakan mekanisme operasional penguatan inovasi nasional yang didukung oleh tiga aktor inovasi baik dari sisi pemerintah sebagai fasilitator dan regulator, dunia usaha (BUMN, Swasta/DDI dan Investor Asing/FDI) sebagai pengguna iptek dan Institusi Akademis dan Penelitian penghasil iptek. Model ini dapat dipakai dan diperlukan untuk mengembangkan salah satu dari empat wahana percepatan pertumbuhan industri termasuk klaster inovasi berbasis daya dukung daerah (bagian dari Inisiatif Inovasi 1-747). Diharapkan dengan Model ini sinergi para aktor inovasi di atas dapat diciptakan dan dikembangkan untuk mendorong tumbuhnya inovasi di berbagai bidang baik manajemen organisasi, inovasi proses, inovasi di bidang bahan baku, inovasi produk, dan pemasaran di seluruh sektor mulai dari hulu sampai ke hilir.
Beberapa contoh model bisnis di atas dalam bentuk Klaster Inovasi Berbasis Daya Dukung Daerah yang sudah dicanangkan antara lain:
1. Pengembangan kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei–Sumut, inisiatif Pemprov Sumatera Utara dan Kementeran Perindustrian;
2. Pengembangan Kawasan Industri berbasis Inovasi di Gresik Utara, inisiatif Pengusaha PT Polowijo Gosari;
3. Maritime Science Park-Aceh sebagai usulan dari Universitas Syiah Kuala;
4. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api-Sumsel, Inisiatif Pemprov Sumsel;
5. Pengembangan Kakao-Sulsel;
6. Pengembangan Energi Kaltim; dan
7. Berbagai inisiatif lainnya.
Pengembangan Model Kawasan Industri Berbasis Inovasi Unggulan Daerah Gresik Utara Jawa Timur diawali dengan adanya inisiatif yang bersifat bottom-up dari Pemprov Jatim, Pemda Gresik dan Polowijo Gosari sebagai pemrakarsa untuk mengembangkan sektor agroindustri bidang hortikultura, pertambangan dolomit dan pengembangan Kawasan Industri Sedayu Gresik. Rekomendasi:
Melalui pendekatan wilayah, memberikan payung hukum dengan status “Kawasan Industri “dan nama Kawasan Industri Berbasis Inovasi di Gresik Utara.
Menyediakan Pusat Inovasi Hortikultura dan Pusat Inovasi Dolomit lokasi/wilayah yang diperuntukan bagi Kawasan Industri Berbasis Inovasi di Gresik Utara.
Menyediakan infrastruktur pendukung, khususnya saluran irigasi dari Sungai Bengawan Solo.
Model ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi seluruh Pemprov dan Pemda untuk membangun kawasan industri berbasis inovasi di daerahnya masing-masing dalam kerangka menarik DDI dan FDI dan penguatan inovasi daerah.
Upaya di atas merupakan sinergi lintas sektoral Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian PU, Pemprov Jawa Timur, Pemda Gresik, Universitas, Lembaga Penelitian dan pihak bisnis swasta/investor.
Indonesia memiliki prospek besar masuknya FDI (pada tahun 2012-2014).
Masuknya FDI ke Indonesia, dengan kebijakan yang tepat, dapat merupakan sarana bagi terjadinya penyerapan teknologi yang lebih cepat.
Namun karena kekayaan SDA merupakan daya tarik utama, maka masuknya FDI ke Indonesia umumnya berinvestasi dalam bidang eksploitasi SDA dan tidak terlalu terkait dengan industri hilir/industri manufaktur.
Dari 4.000 trilliun rupiah indikasi investasi (terutama FDI) pada 22 kegiatan utama ekonomi di MP3EI, menunjukkan hanya 182 trilliun rupiah (4,5%) yang berinvestasi pada kegitan industri manufaktur.
Komposisi Investasi:
Infrastruktur : Rp 1.786 Trilliun (44,51%).
Eksploitasi SDA : RP 2.044 Trilliun (50,96%).
Industri Manufaktur : Rp 182 Trillium (4,53 %).
Total Investasi : Rp 4.012 Trilliun (100%).
Melihat potensi sumber daya alam serta potensi dan perjalanan anak bangsa, perlu disadari saat ini Indonesia dihadapkan pada suatu kenyataan yaitu tantangan dan sekaligus kesempatan. bahwa ada upaya Pemerintah untuk merubah pola pikir dari natural resource-driven economy mindset ke innovation-driven economy mindset. Hal ini akan mempengaruhi sifat hubungan kerjasama dan persahabatan antara Indonesia dan negara-negara maju, berubah dari Bantuan (AID) ke Hubungan Perdagangan; dari Shallow Investment (eksploitasi sumber daya alam, buruh murah, nilai tambah minimal) ke Deep Investment (eksploitasi S&T, pengetahuan, modal manusia yang terdidik dan terlatih); dan dari Business-as-usual based Cooperation ke Innovation-based Cooperation (Smart society). Tentunya keduanya membutuhkan pendanaan berupa Domestic Direct Investment (DDI) dan Foreign Direct Investment (FDI). Perlu juga diingat bahwa FDI tidak akan pernah mentransfer teknologi kepada negara dimana FDI tersebut masuk. Namun FDI tetap dibutuhkan untuk membuka lapangan kerja dan juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Transfer teknologi melalui FDI tidak akan datang dengan sendirinya dan dapat diupayakan melalui mekanisme global value chain.
Suatu strategi yang memanfaatkan pasar (demand) Indonesia yang besar untuk menarik FDI masuk dengan membawa produk-produk Hi-Tech yang tidak masuk ke jaringan gobal.
Alih teknologi dapat mengikutinya kemudian (strategi berawal di akhir). Contonya: N250 (Indonesia); Blackberry (Malaysia); dan seterusnya.
Pemerintah menjadi subjek sentral,yang harus melakukan sinkronisasi kebijakan guna menciptakan iklim inovasi-bisnis. Terdapat setidaknya empat aspek kebijakan yang mesti disinkronisasi, yakni iklim yang suportif untuk inovasi; aspek dukungan bagi bisnis; aspek enablers; aspek penyediaan kesempatan. Adapun jalur top down ini terutama ditujukan untuk program-program yang bertalian dengan kepentingan masyarakat luas yang membutuhkan investasi besar,namun kurang menarik atau menguntungkan dalam jangka pendek bagi pihak swasta, seperti pengadaan air bersih di tempat terpencil,pengembangan energi alternatif, biofertilizer untuk swasembada pangan dan perbaikan lahan kritis, vaksin untuk penyakit-penyakit daerah tropis dan vaksin halal untuk negara-negra Islam (OKI), nanoteknologi untuk coating dan baterai mobil, dan lain sebagainya.
Sedangkan jalur bottom-up, lewat inisiatif masyarakat sebagai pelaku utamanya, dimana masyarakat dirangsang dan diberi kesempatan luas untuk melakukan inovasi bisnis oleh pemerintah melalui fasilitas insentif serta ketersediaan regulasi yang kian tertata baik. Spirit berinovasi ini akan ditumbuhkan secara simultan dengan penciptaan budaya inovasi (innovation culture) di tengah-tengah masyarakat yang juga bakal didorong lewat perbaikan sistem insentif dan regulasi.
Jalur bottom-up menuntut orientasi litbang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan publik (public demand). Keunggulan dari inovasi berbasis public demand adalah adanya ketersediaan pasar; dengan demikian,dukungan pemerintah terhadap industri kecil dan menengah (IKM) pun mesti diperkuat antara lain dengan memberikan fleksibilitas penggunaan dana publik (modal ventura) serta meminimalisasi rintangan birokrasi.
Mengingat Indonesia adalah satu-satunya negara maritim di dunia, KIN merekomendasikan Indonesia agar memprioritaskan Litbang pada 5+1 bidang beriku untuk mendorong inovasi: 1. Ketahanan Pangan (seperti pengadaan benih dan bibit yang baik, penciptaan pupuk hayati, Genetically Modified Organism, dan lain sebagainya), 2. Ketahanan Energi (seperti penyediaan biofuel, energi baru dan terbarukan), 3. Bioteknologi untuk Industri Farmasi (vaksin tropis, kosmetik, dan aneka obat herbal), 4. Teknologi Transportasi (transportasi hijau: berbasis listrik yang menghasilkan low cost – low emission car, hybrid, dan fuel-cell car), 5. Nanoteknologi (materi nano, konservasi energi, air, kesehatan, dan lingkungan, serta nano coating dan nano battery). Ke semua bidang ini akan ditunjang oleh Teknologi Informasi.
Sejak KIN didirikan, KIN telah meluncurkan dan memasyarakatkan program-program inovasi dengan cara mendekatkan aktor-aktor inovasi di antara akademia, bisnis, pemerintah, dan kaum madani. Tujuh program quick win di antaranya adalah:
1. Ketahanan pangan, dengan merekomendasikan biofertilizer untuk swasembada pangan dan perbaikan lahan kritis.
2. Kesehatan, dengan merekomendasikan Biofarma sebagai Hub Vaksin Global (khususnya vaksin penyakit tropis).
3. Kawasan Industri Inovasi Gresik Utara, dengan merekomendasikan inovasi produk hortikultura dan dolomit.
Lanjutan .....
4. Bandung Raya Innovation Valley (BRIV), dengan merekomendasikannya sebagai innovation park cluster (University Driven S&T Park).
5. Energy Security, dengan merekomendasikan Desa Energi Mandiri di Lombok (Jaringan Cerdas).
6. Nanoteknologi dengan merekomendasikan nanoteknologi untuk coating, pangan, herbal, obat-obatan, dan kosmetik.
7. Databank Biodiversitas, dengan merekomendasikan pembentukan databank genetika nasional.