SlideShare a Scribd company logo
Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
1
PENGGUNAAN AMPAS TAHU SEBAGAI PAKAN TERNAK
RUMINANSIA
Ir. Muhammad Sragafa, M.Pd.1
Abstrak
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ampas tahu sebagai
pakan ternak ruminansia. Metode penulisan menggunakan metode library research. Dari
hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa ampas tahu memiliki nilai nutrisi yang baik dan
digolongkan ke dalam bahan pakan sebagai sumber protein. Ampas tahu apabila diolah dan
diawetkan, baik secara kering maupun secara basah dapat dimanfaatkan dan disimpan
dalam waktu yang cukup lama. Ampas tahu digunakan sebagai ransum memberikan
pengaruh yang baik terhadap performans ternak ruminansia. Ampas tahu apabila diproteksi
dengan tannin dalam rumen akan tanah terhadap degradasi, hal ini dicerminkan dengan
menurunnya konsentrasi VFA NH3, bakteri, dan protozoa rumen.
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penduduk Indonesia setiap tahun terus bertambah. Menurut data sensus terakhir
jumlah penduduk Indonesia 202 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar akan menyebabkan
kebutuhan pangan asal ternak semakin meningkat. Untuk lebih jelas data produksi daging
sapi dan kebutuhan daging unggas adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Produksi Daging Sapi dan Konsumsi Daging Ayam Broiler
No Tahun
Produksi
Daging Sapi
(000 MT)*
Kebutuhan Daging
Unggas
(kg/kapita/tahun)**
1. 1998 1.128 1,73
2. 1999 1.193 -
3. 2000 1.445 2,30
4. 2001 1.451 2,53
5. 2002 - 3,70
Sumber : *) BPS Statistic Indonesia (2002)
**) Gabungan Pengusaha Peternak Unggas (20010
Dari Tabel 1 di atas tampak bahwa baik produksi daging sapi maupun kebutuhan
daging unggas dari tahun ke tahun terus meningkat. Kemungkinan kondisi ini akan terus
berlanjut seiring dengan kondisi ekonomi yang semakin baik. Bahkan untuk konsumsi
daging unggas diproyeksikan dua kali lipat pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun
1
Dosen STP. Gunung Leuser, Kutacane
Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
2
1998. Keadaan ini memberikan peluang yang sangat besar bagi dunia perunggasan.
Fenomena tersebut dirasakan dengan banyak berdirinya perusahaan peternakan,
penggemukan sapi potong dan unggas baik untuk skala usaha besar maupun kecil.
Banyak berdirinya perusahaan ternak, ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan
bahan pakan yang mencukupi. Kenyataan ini mengakibatkan masih diimpornya bahan pakan.
Untuk lebih jelasnya data impor bahan pakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.
Impor Bahan Baku Pakan (X 1.000 ton)
Bahan 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Jagung 617 1.098 298 591 1.300 1.400 2.000
T. Ikan 127 115 35 72 101 110 160
B. Kedelai 942 869 668 905 1.050 1.155 1.700
Sumber : BPS
Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa impor bahan pakan cenderung mengalami
kenaikan yang cukup signifikan, meskipun pada Tahun 1998 mengalami penurunan. Hal ini
diakibatkan karena terjadi krisis ekonomi yang parah akibat kondisi politik yang tidak stabil.
Sebenarnya impor bahan pakan dapat dikurangi atau mungkin tidak sama sekali, bila kita
mampu memanfaatkan sumber daya yang ada, misalkan dengan memanfaatkan ampas tahu.
Pada hakekatnya pemanfaatan hasil ikutan merupakan pendaurulangan sumber daya alam
sehingga dapat lebih bermanfaat bagi penanggulangan kelangkaan pakan. Ketersediaan hasil
ikutan jumlahnya cukup melimpah dan terkonsentrasi di daerah tertentu, seperti halnya di
daerah Jawa Barat hanya terdapat pada kota-kota tertentu yaitu Bogor, Bandung dan
Sumedang. Peternak di daerah tersebut dapat memanfaatkan ampas tahu tersebut untuk
makanan ternaknya. Walaupun harganya sangat tergantung pada jarak, kandungan bahan
kering dan alternatif penggunaannya.
1.2. Perumusan Masalah
Kebutuhan konsentrat untuk ternak ruminansia mutlak diperlukan untuk memacu
produktivitasnya. Ampas tahu merupakan hasil ikutan pembuatan tahu memiliki potensi
sebagai konsentrat. Pemanfaatannya telah banyak digunakan untuk ternak, namun data-data
ilmiah mengenai manfaat ampas tahu belum diketahui secara jelas. Untuk itu menjadi suatu
pertanyaan ”Apakah ampas tahu bermanfaat untuk ternak ruminansia?”
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ampas tahu sebagai
pakan ternak ruminansia.
Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
3
2. Uraian Teoritis
2.1. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang banyak
terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk menghasilkan ampas
tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan tahu terdiri dari dua tahapan : (1)
Pembuatan susu kedelai, danm (2) penggumpalan protein dari susu kedelai sehingga
selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang diinginkan.
Tahap awal pembuatan susu kedelai adalah melakukan perendaman kedelai kering
pilihan selama kurang lebih 12 jam pada suhu kamar 25°C. Tujuan perendaman untuk
memudahkan penggilingan serta mendapatkan dispersi dan suspensi yang lebih baik dari bahan
padat kedelai pada waktu penggilingan (Rachimanto, dkk., 1981). Menurut Shurtleff dan Aoyagi
(1979) perendaman yang optimal adalah 12 jam pada suhu 25°C. Setelah itu kedelai digiling
dengan ditambah air panas atau air dingin dengan perbandingan satu bagian kedelai yang
ditambahkan delapan sampai sepuluh bagian air. Penggilingan dengan air panas bertujuan agar
lebih efektif dalam meningkatkan kelarutan protein kedelai. Bubur kedelai yang diperoleh
kemudian dimasak pada suhu 100 – 110°C selama sepuluh menit, kemudian dilakukan
penyaringan.
Sehubungan dengan ini ada sebagian pembuatan tahu di masyarakat yang melakukan
perebusan terlebi dahulu, kemudian disaring. Sedangkan sebagian lagi melakukan penyaringan
dulu kemudian dilakukan perebusan. Untuk memperoleh dadih tahu maka dilakukan
penggumpalan susu kedelai dengan menambahkan zat penggumpal berupa asam, garam dapur
maupun dengan proses fermentasi (Rachmianto, dkk., 1981).
Penggunaan garam CaSO4 merupakan cara tradisional yang biasa dipakai oleh pembuat
tahu rakyat, selain itu dengan penggunaan garam ini dihasilkan tahu bermutu tinggi mengandung
mineral Ca tinggi. Suhu pada proses penggumpalan sebaiknya 70-85°C (Shurtleff dan Aoyagi,
1979), sedangkan jumlah asam atau garam yang ditambahkan sekitar 2-3% dari berat kacang
kedelai yang digunakan.
Setelah terjadi gumpalan tahu, air (whey) yang masih terdapat bersama gumpalan itu
dibuang. Sedangkan gumpalan tahu ditekan atau dicetak sehingga terbentuk tahu seperti yang
diinginkan. Untuk mencegah supaya tidak mudah hancur sebaiknya setelah pencetakan segera
direndam dalam air dingin dengan suhu 5°C selama 60-90 menit (Shurtleff dan Aoyagi, 1979).
Bobot ampas tahu rata 1,12 kali bobot kedelai kering, sedangkan volumenya 1,5 sampai 2 kali
volume kedelai kering (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Penggunaan ampas tahu di samping sebagai
Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
4
makanan ternak juga dipakai sebagai bahan baku untuk pembuatan oncom yaitu sejenis makanan
yang kualitasnya lebih rendah daripada tempe.
2.2. Nilai Gizi dan Potensi Ampas Tahu
Potensi ampas tahu cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia tercatat pada Tahun
1999 sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50% kacang
kedelai tersebut digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang kedelai menjadi ampas
tahu sebesar 100-112%, maka jumlah ampas tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional dan
48.153 ton di Jawa Barat. Potensi ini cukup menjanjikan sebagai bahan pakan ternak.
Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber
protein. Korossi (1982) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya
dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Pulungan, dkk. (1985) melaporkan bahwa
ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang
menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah.
Komposisi zat gizi ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Komposisi Zat-zat Makanan Ampas Tahu
Komponen Jumlah
BK (%)
PrK (%)
Serat Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
NDF (%)
ADF (%)
Abu (%)
Ca (%)
P (%)
Eb (kkal/kg)
13,30
21,00
23,58
10,49
51,93
25,63
2,96
0,53
0,24
4730
Sumber : Pulungan dkk., 1985
Prabowo dkk., (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai
biologis lebih tinggi daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini
berasal dari kedelai yang telah dimasak. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral
mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm,
Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Di samping
memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam
fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co,
Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas perlu hati-hati (Cullison, 1978).
Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
5
2.3. Pengolahan dan Pengawetan Ampas Tahu
Ampas tahu memiliki kadar air dan protein yang cukup tinggi sehingga bila disimpan
akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur. Menurut Prabowo, dkk., (1983) bahwa
ampas tahu dapat disimpan dalam jangka waktu lama bila dikeringkan terlebih dahulu.
Biasanya ampas tahu kering digunakan sebagai komponen bahan pakan unggas. Untuk
memperoleh ampas tahu kering, dilakukan dengan menjemur atau memasukkannya ke dalam
oven sampai kering, kemudian digiling sampai menjadi tepung (IMALOSITA-IPB, 1981).
Bila mengawetkan ampas tahu secara basah dapat dilakukan dengan pembuatan silase
tanpa menggunakan stater. Terlebih dahulu ampas tahu dikurangi kadar airnya dengan cara
dipres sampai kadar air mencapai kira-kira 75%. Lalu disimpan dalam ruang kedap udara
atau plastik tertutup rapat supaya udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup disimpan
minimal 21 hari dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Penyimpanan dengan cara
pembuatan silase dapat mengawetkan ampas tahu sampai 5-6 bulan (Dinas Peternakan
Propinsi Jawa Barat, 1999).
Pembuatan silase ampas tahu dapat dicampur dengan bahan pakan lain. Senyawa (1991)
melaporkan bahwa ampas tahu dicampur dengan jerami padi menghasilkan silase yang baik dan
siap untuk digunakan oleh ternak. Kendala adanya asam fitat yag kemungkinan akan
mengganggu hewan monograstrik dapat dibatasi dengan menggunakan teknik fermentasi.
Fardiaz dan Markakis (1981) menyatakan bahwa efek asam fitat dapat dikurangi dengan
penambahan enzim fitase yang dihasilkan oleh beberapa mikroorganisme. Untuk hewan
ruminansia asam fitat tidak perlu dirisaukan karena ternak tersebut memiliki mikroba rumen
yang mampu menghasilkan enzim fitase dalam jumlah cukup untuk menghidrolisis asam fitat
dari pakan.
3. Pembahasan
Surtleff dan Aoyagi (1979) melaporkan bahwa penggunaan ampas tahu sangat baik
digunakan sebagai ransum ternak sapi perah. Di Jawa Barat ampas tahu telah banyak dan
sudah biasa digunakan oleh peternak sebagai makanan ternak sapi potong untuk proses
penggemukan. Di Taiwan ampas tahu digunakan sebagai pakan sapi perah mencapai 2-5 kg
per ekor per hari (Heng-Chu, 2004), sedangkan di Jepang penggunaan ampas tahu untuk
pakan ternak terutama sapi dan babi dapat mencapai 70% (Amaha, et al., 1996).
Penelitian telah dilakukan pada domba oleh Pulungan, dkk., (1984), di mana ternak
percobaannya diberi ransum perlakuan (A) rumput lapangan (ad libitum), (B) rumput
lapangan (ad libitum) + ampas tahu 1,25% BB, (C) rumput lapangan (ad libitum) + ampas
Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
6
tahu 2,5% BB, (D) rumput lapangan (ad libitum) + ampas tahu (ad libitum). Hasil yang
diperoleh disajikan pada Tabel 4. Dari data pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa domba
yang mendapat rumput berkualitas rendah, ampas tahu dapat diberikan sebagai ransum
penggemukan dan dapat diberikan secara tak terbatas.
Knipscheer et al. (1983) melakukan penelitian pada kambing dan menyimpulkan
bahwa pemberian ampas tahu dapat memberikan keuntungan dalam usaha peternakan
kambing atau domba yang dipelihara secara intensif.
Tabel 4.
Penggunaan Ampas Tahu sebagai Makanan Tambahan pada
Domba Lepas Sapih yang Memperoleh Rumput Lapangan
Kriteria
Perlakuan
A B C D
Berat badan awal
(kg)
Berat badan akhir
(kg)
Pertambahan berat
badan (g)
11,
4
11,
7
4
11,0
15,6
55
12,
0
19,
9
94
12,4
22,7
123
Konsumsi :
- Bahan kering :
Rumput lapangan
Ampa tahu
Total
% berat badan
- Protein kasar
- NDF
- Energi (M.kal)
338
0
338
2,9
41
221
1,2
3
224
166
410
3,1
65
246
1,67
153
414
567
3,6
106
315
2,4
9
143
508
651
3,7
124
365
2,92
Ampas tahu merupakan sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam rumen
(Suryahadi, 1990) dengan laju degradasi sebesar 9,8% per jam dan rataan kecepatan produksi
N-amonia nettonya sebesar 0,677 mM per jam (Sutardi, 1983). Penggunaan protein ampas
tahu diharapkan akan lebih tinggi bila dilindungi dari degradasi dalam rumen (Suryahadi, 1990).
Penelitian yang dilakukan Karimullan (1991) menunjukkan bahwa perlindungan
ampas tahu dengan tanin menurunkan kadar amonia cairan rumen, hal ini berarti bahwa
pemanfaatan protein ampas tahu dapat secara langsung digunakan oleh induk semang tanpa
mengalami degradasi oleh mikroba rumen (protein by pass). Namun demikian perlindungan
ini juga menyebabkan kadar VFA menurun dan diikuti pula dengan penurunan bakteri dan
protozoa rumen. Kemungkinan besar karena pasokan nutrien ampas tahu, begitu pula dengan
Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
7
protozoa tidak cukup suplai bakteri dan nutriennya bagi kebutuhan untuk pertumbuhannya
akibat perlindungan ampas tahu tersebut oleh tanin gambir.
Tabel 5.
Pengaruh Perlindungan Ampas Tahu dengan Tanin Gambir terhadap Metabolisme dan
Populasi Mikroba Rumen
Perlakuan
NH3
(mM)
VFA
(mM)
Bakteri/ml Protozoa/ml
Tepung ikan 7,514 187,66 7,2x1010
107.157
Ampas tahu 7,183 172,14 2,3x1010
95.117
Ampas
tahun+gambir
5,015 136,55 0,39x1010
75.912
Ampas
tahu+gambir+urea
5,824 139,08 1,9x1010
88.172
Sumber : Karimullah (1991)
4. Kesimpulan
Dari studi literatur yang dilanjutkan dengan hasil pembahasan maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan :
1. Ampas tahu memiliki nilai nutrisi yang baik dan digolongkan ke dalam bahan pakan
sebagai sumber protein.
2. Ampas tahu apabila diolah dan diawetkan, baik secara kering maupun secara basah dapat
dimanfaatkan dan disimpan dalam waktu yang cukup lama.
3. Ampas tahu digunakan sebagai ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap
performans ternak ruminansia.
4. Ampas tahu apabila diproteksi dengan tannin dalam rumen akan tanah terhadap degradasi,
hal ini dicerminkan dengan menurunnya konsentrasi VFA NH3, bakteri, dan protozoa rumen.
Daftar Pustaka
Amaha, K., Y. Sasahi, and T. Segawa. 1996. Utilization of Tofu (Soybean Curd) By-Product
as Feed for Cattle. http// www.agnet.org.
Arianto, B.D. 1983. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu Sebagai terhadap Potongan
Karkas Komersial Broiler Betina Strain Hybro umur 6 Minggu. Karya Ilmiah.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Peternakan, Jakarta. http//www.bps.
CuIlison, E.A. 1978. Feeds and Feeding. Prentice Hall of India Private Limited. New Dehli.
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 1999. Uji Coba Pembuatan Silase Ampas Tahu.
Brosur.
Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
8
Fardiaz, D dan Markakis. 1981. Degradation of Phytic Acid -in Oncom (Fermented Peanut
Press Cake). J. Food. Sci. 46:523.
Heng-Chu, A. 2004. Utilization of Agricultural By-Products in Taiwan.
http//www.agnet.org.
IMALOSITA-IPB. 1981. Studi Pemanfaatan Limbah Tahu. Fakultas Teknologi Pertanian
Bogor, Bogor.
Karimullah. 1991. Penggunaan Ampas Tahu dengan Gambir Sebagai Pelindung Degradasi
Protein Untuk Bahan Baku Pellet Ransum Komplit Ditinjau Berdasarkan
Metabolisme dan Populasi Mikroba Rumen. Karya Ilmiah. lnstitut Pertanian Bogor.
Karossi, A.A., Sunardi, L.P.S. Patuan dan A. hanafi. 1982. Chemical Composition of
Potentian Indonesian Agroindustrial and Agricultural Waste Materials for Animal
Feeding. Feed Information and animal Production. Proc. Of the 2nd Symposium of
the International Network of Feed Information Centers. Eds: G.E. Robards and L.G.
Packlam.
Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993. Pemanfaatan ampas tahu sebagai makanan
tambahan dalam usaha penggemukan domba potong. Proceeding Seminar 1983.
Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung.
Pulungan, H., J.E. Van Eys, dan M. Rangkuti. 1984. Penggunaan ampas tahu sebagai
makanan tambahan pada domba lepas sapih yang memperoleh rumput lapangan.
Balai Perielitian Ternak, Sogor. 1(7): 331-335.
Rachimanto, D. Daulay, 8. Hardjo dan Endang S. Sunarya. 1981. Pengaruh kondisi proses
pengolahan tradisional terhadap mutu tahu yang dihasilkan. Buletin Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pangan 3:26-35. Pusbangtapa-FTDC IPB, Bogor.
Shurtleff, W. and A. Aoyagi. 1975. The Book of Tofu, Food for Mankind. Ten Speed Press,
California, USA.
Sumardi dan L.P.S. Patuan. 1983. Kandungan Unsur-unsur Mineral Essensial dalam Limbah
Pertanian dan Industri Pertanian di Pulau Jawa. Proceeding Seminar. Lembaga
Kimia Nasional-LIPI, Bandung.
Suryahadi. 1990. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia. Pusat Antar Universitas
Ilmu hayat Institut Pertanian Bogor.
Sutardi, T., M.A. Sigit T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan Makanan
Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh Mikroba Rumen. Fapet
IPB bekerjasama dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.
Sutarti, H.A., A. Djadjanegara, A. Rays dan T, Manurung. 1976. Hasil Analisa Bahan
Makanan Ternak. Laporan Khusus No. 3. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor.

More Related Content

What's hot

BAB I - IV (PEMBUATAN KEJU)
BAB I - IV (PEMBUATAN KEJU)BAB I - IV (PEMBUATAN KEJU)
BAB I - IV (PEMBUATAN KEJU)
Phaphy Wahyudhi
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempe
Ancela Rebeka
 
BAB I - IV (PEMBUATAN DONAT KENTANG)-GITA DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN DONAT KENTANG)-GITA DKK.BAB I - IV (PEMBUATAN DONAT KENTANG)-GITA DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN DONAT KENTANG)-GITA DKK.
Phaphy Wahyudhi
 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakanpoiuytrew
 
Ayam buras
Ayam burasAyam buras
Ayam buras
Ir. Zakaria, M.M
 
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Ari Panggih Nugroho
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
ptkonline
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
Sawargi Ppmkp
 
Meramu pakan ikan
Meramu pakan ikanMeramu pakan ikan
Meramu pakan ikan
Roni Irama
 
fourmulasi
fourmulasifourmulasi
fourmulasifikan
 
Bahan pku pelet ikan
Bahan pku pelet ikanBahan pku pelet ikan
Bahan pku pelet ikan
Arya Ningrat
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
dayan cito
 
Membuat pakan buatan ikan
Membuat pakan buatan ikanMembuat pakan buatan ikan
Membuat pakan buatan ikan
AFRIJONI SPT
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
Minuman Umbi Garut
Minuman Umbi GarutMinuman Umbi Garut
Minuman Umbi Garut
Ernalia Rosita
 
Ransum itik petelur
Ransum itik petelurRansum itik petelur
Ransum itik petelur
Edy_Susanto
 
5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan
University of Brawijaya
 
Ppt modul 6 kb 3
Ppt modul 6 kb 3Ppt modul 6 kb 3
Ppt modul 6 kb 3
sutiantopratama
 
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
MasyithahRachmat30
 

What's hot (19)

BAB I - IV (PEMBUATAN KEJU)
BAB I - IV (PEMBUATAN KEJU)BAB I - IV (PEMBUATAN KEJU)
BAB I - IV (PEMBUATAN KEJU)
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempe
 
BAB I - IV (PEMBUATAN DONAT KENTANG)-GITA DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN DONAT KENTANG)-GITA DKK.BAB I - IV (PEMBUATAN DONAT KENTANG)-GITA DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN DONAT KENTANG)-GITA DKK.
 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakan
 
Ayam buras
Ayam burasAyam buras
Ayam buras
 
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
 
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi  PakanPoir Poin Klh S2 2009 Formulasi  Pakan
Poir Poin Klh S2 2009 Formulasi Pakan
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
 
Meramu pakan ikan
Meramu pakan ikanMeramu pakan ikan
Meramu pakan ikan
 
fourmulasi
fourmulasifourmulasi
fourmulasi
 
Bahan pku pelet ikan
Bahan pku pelet ikanBahan pku pelet ikan
Bahan pku pelet ikan
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
Membuat pakan buatan ikan
Membuat pakan buatan ikanMembuat pakan buatan ikan
Membuat pakan buatan ikan
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
 
Minuman Umbi Garut
Minuman Umbi GarutMinuman Umbi Garut
Minuman Umbi Garut
 
Ransum itik petelur
Ransum itik petelurRansum itik petelur
Ransum itik petelur
 
5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan
 
Ppt modul 6 kb 3
Ppt modul 6 kb 3Ppt modul 6 kb 3
Ppt modul 6 kb 3
 
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okPembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 ok
 

Similar to 6. ir. muhammad sragafa, m.pd

Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
AlamstaSuarjuniarta
 
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Emma Femi
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Iswi Haniffah
 
Integrasi Tebu dan Sapi Potong
Integrasi Tebu dan Sapi PotongIntegrasi Tebu dan Sapi Potong
Integrasi Tebu dan Sapi Potong
BBPP_Batu
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadi
DediKusmana2
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadi
DediKusmana2
 
mekanikal
mekanikalmekanikal
mekanikal
Riri Riri
 
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Putri Azzara Arjani
 
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
dewi inne kumalasari
 
Uwi
UwiUwi
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
KeyArdian
 
Bab I-IV (PEMBUATAN ROTI TAPE-9D)
Bab I-IV (PEMBUATAN ROTI TAPE-9D)Bab I-IV (PEMBUATAN ROTI TAPE-9D)
Bab I-IV (PEMBUATAN ROTI TAPE-9D)
Phaphy Wahyudhi
 
Bab I-IV (PEMBUATAN TEMPE KACANG OTOK-9D)
Bab I-IV (PEMBUATAN TEMPE KACANG OTOK-9D)Bab I-IV (PEMBUATAN TEMPE KACANG OTOK-9D)
Bab I-IV (PEMBUATAN TEMPE KACANG OTOK-9D)
Phaphy Wahyudhi
 
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
johan effendi
 
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
Ignazio Hadi Saragih
 
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
IndraMuhammad3
 
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternakfermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternakHILDEGARDIS NAI ULU
 
KARBOHIDRAT pangan.pptx
KARBOHIDRAT pangan.pptxKARBOHIDRAT pangan.pptx
KARBOHIDRAT pangan.pptx
FadhilaHerman1
 

Similar to 6. ir. muhammad sragafa, m.pd (20)

Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape Singkong
 
Integrasi Tebu dan Sapi Potong
Integrasi Tebu dan Sapi PotongIntegrasi Tebu dan Sapi Potong
Integrasi Tebu dan Sapi Potong
 
Laporan nata
Laporan nataLaporan nata
Laporan nata
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadi
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadi
 
mekanikal
mekanikalmekanikal
mekanikal
 
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docxPengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
Pengembangan kripik ubi Putri Azzaraa.docx
 
Strategioptimasi
StrategioptimasiStrategioptimasi
Strategioptimasi
 
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
 
Uwi
UwiUwi
Uwi
 
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
 
Bab I-IV (PEMBUATAN ROTI TAPE-9D)
Bab I-IV (PEMBUATAN ROTI TAPE-9D)Bab I-IV (PEMBUATAN ROTI TAPE-9D)
Bab I-IV (PEMBUATAN ROTI TAPE-9D)
 
Bab I-IV (PEMBUATAN TEMPE KACANG OTOK-9D)
Bab I-IV (PEMBUATAN TEMPE KACANG OTOK-9D)Bab I-IV (PEMBUATAN TEMPE KACANG OTOK-9D)
Bab I-IV (PEMBUATAN TEMPE KACANG OTOK-9D)
 
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
 
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
 
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
14.-Ketahanan-Pangan-20122.ppt
 
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternakfermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
 
KARBOHIDRAT pangan.pptx
KARBOHIDRAT pangan.pptxKARBOHIDRAT pangan.pptx
KARBOHIDRAT pangan.pptx
 

Recently uploaded

Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 

Recently uploaded (20)

Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 

6. ir. muhammad sragafa, m.pd

  • 1. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009 1 PENGGUNAAN AMPAS TAHU SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ir. Muhammad Sragafa, M.Pd.1 Abstrak Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ampas tahu sebagai pakan ternak ruminansia. Metode penulisan menggunakan metode library research. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa ampas tahu memiliki nilai nutrisi yang baik dan digolongkan ke dalam bahan pakan sebagai sumber protein. Ampas tahu apabila diolah dan diawetkan, baik secara kering maupun secara basah dapat dimanfaatkan dan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Ampas tahu digunakan sebagai ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap performans ternak ruminansia. Ampas tahu apabila diproteksi dengan tannin dalam rumen akan tanah terhadap degradasi, hal ini dicerminkan dengan menurunnya konsentrasi VFA NH3, bakteri, dan protozoa rumen. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia setiap tahun terus bertambah. Menurut data sensus terakhir jumlah penduduk Indonesia 202 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar akan menyebabkan kebutuhan pangan asal ternak semakin meningkat. Untuk lebih jelas data produksi daging sapi dan kebutuhan daging unggas adalah sebagai berikut : Tabel 1. Produksi Daging Sapi dan Konsumsi Daging Ayam Broiler No Tahun Produksi Daging Sapi (000 MT)* Kebutuhan Daging Unggas (kg/kapita/tahun)** 1. 1998 1.128 1,73 2. 1999 1.193 - 3. 2000 1.445 2,30 4. 2001 1.451 2,53 5. 2002 - 3,70 Sumber : *) BPS Statistic Indonesia (2002) **) Gabungan Pengusaha Peternak Unggas (20010 Dari Tabel 1 di atas tampak bahwa baik produksi daging sapi maupun kebutuhan daging unggas dari tahun ke tahun terus meningkat. Kemungkinan kondisi ini akan terus berlanjut seiring dengan kondisi ekonomi yang semakin baik. Bahkan untuk konsumsi daging unggas diproyeksikan dua kali lipat pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 1 Dosen STP. Gunung Leuser, Kutacane
  • 2. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009 2 1998. Keadaan ini memberikan peluang yang sangat besar bagi dunia perunggasan. Fenomena tersebut dirasakan dengan banyak berdirinya perusahaan peternakan, penggemukan sapi potong dan unggas baik untuk skala usaha besar maupun kecil. Banyak berdirinya perusahaan ternak, ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan pakan yang mencukupi. Kenyataan ini mengakibatkan masih diimpornya bahan pakan. Untuk lebih jelasnya data impor bahan pakan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Impor Bahan Baku Pakan (X 1.000 ton) Bahan 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Jagung 617 1.098 298 591 1.300 1.400 2.000 T. Ikan 127 115 35 72 101 110 160 B. Kedelai 942 869 668 905 1.050 1.155 1.700 Sumber : BPS Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa impor bahan pakan cenderung mengalami kenaikan yang cukup signifikan, meskipun pada Tahun 1998 mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan karena terjadi krisis ekonomi yang parah akibat kondisi politik yang tidak stabil. Sebenarnya impor bahan pakan dapat dikurangi atau mungkin tidak sama sekali, bila kita mampu memanfaatkan sumber daya yang ada, misalkan dengan memanfaatkan ampas tahu. Pada hakekatnya pemanfaatan hasil ikutan merupakan pendaurulangan sumber daya alam sehingga dapat lebih bermanfaat bagi penanggulangan kelangkaan pakan. Ketersediaan hasil ikutan jumlahnya cukup melimpah dan terkonsentrasi di daerah tertentu, seperti halnya di daerah Jawa Barat hanya terdapat pada kota-kota tertentu yaitu Bogor, Bandung dan Sumedang. Peternak di daerah tersebut dapat memanfaatkan ampas tahu tersebut untuk makanan ternaknya. Walaupun harganya sangat tergantung pada jarak, kandungan bahan kering dan alternatif penggunaannya. 1.2. Perumusan Masalah Kebutuhan konsentrat untuk ternak ruminansia mutlak diperlukan untuk memacu produktivitasnya. Ampas tahu merupakan hasil ikutan pembuatan tahu memiliki potensi sebagai konsentrat. Pemanfaatannya telah banyak digunakan untuk ternak, namun data-data ilmiah mengenai manfaat ampas tahu belum diketahui secara jelas. Untuk itu menjadi suatu pertanyaan ”Apakah ampas tahu bermanfaat untuk ternak ruminansia?” 1.3. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ampas tahu sebagai pakan ternak ruminansia.
  • 3. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009 3 2. Uraian Teoritis 2.1. Ampas Tahu Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan tahu terdiri dari dua tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, danm (2) penggumpalan protein dari susu kedelai sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang diinginkan. Tahap awal pembuatan susu kedelai adalah melakukan perendaman kedelai kering pilihan selama kurang lebih 12 jam pada suhu kamar 25°C. Tujuan perendaman untuk memudahkan penggilingan serta mendapatkan dispersi dan suspensi yang lebih baik dari bahan padat kedelai pada waktu penggilingan (Rachimanto, dkk., 1981). Menurut Shurtleff dan Aoyagi (1979) perendaman yang optimal adalah 12 jam pada suhu 25°C. Setelah itu kedelai digiling dengan ditambah air panas atau air dingin dengan perbandingan satu bagian kedelai yang ditambahkan delapan sampai sepuluh bagian air. Penggilingan dengan air panas bertujuan agar lebih efektif dalam meningkatkan kelarutan protein kedelai. Bubur kedelai yang diperoleh kemudian dimasak pada suhu 100 – 110°C selama sepuluh menit, kemudian dilakukan penyaringan. Sehubungan dengan ini ada sebagian pembuatan tahu di masyarakat yang melakukan perebusan terlebi dahulu, kemudian disaring. Sedangkan sebagian lagi melakukan penyaringan dulu kemudian dilakukan perebusan. Untuk memperoleh dadih tahu maka dilakukan penggumpalan susu kedelai dengan menambahkan zat penggumpal berupa asam, garam dapur maupun dengan proses fermentasi (Rachmianto, dkk., 1981). Penggunaan garam CaSO4 merupakan cara tradisional yang biasa dipakai oleh pembuat tahu rakyat, selain itu dengan penggunaan garam ini dihasilkan tahu bermutu tinggi mengandung mineral Ca tinggi. Suhu pada proses penggumpalan sebaiknya 70-85°C (Shurtleff dan Aoyagi, 1979), sedangkan jumlah asam atau garam yang ditambahkan sekitar 2-3% dari berat kacang kedelai yang digunakan. Setelah terjadi gumpalan tahu, air (whey) yang masih terdapat bersama gumpalan itu dibuang. Sedangkan gumpalan tahu ditekan atau dicetak sehingga terbentuk tahu seperti yang diinginkan. Untuk mencegah supaya tidak mudah hancur sebaiknya setelah pencetakan segera direndam dalam air dingin dengan suhu 5°C selama 60-90 menit (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Bobot ampas tahu rata 1,12 kali bobot kedelai kering, sedangkan volumenya 1,5 sampai 2 kali volume kedelai kering (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Penggunaan ampas tahu di samping sebagai
  • 4. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009 4 makanan ternak juga dipakai sebagai bahan baku untuk pembuatan oncom yaitu sejenis makanan yang kualitasnya lebih rendah daripada tempe. 2.2. Nilai Gizi dan Potensi Ampas Tahu Potensi ampas tahu cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia tercatat pada Tahun 1999 sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50% kacang kedelai tersebut digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang kedelai menjadi ampas tahu sebesar 100-112%, maka jumlah ampas tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional dan 48.153 ton di Jawa Barat. Potensi ini cukup menjanjikan sebagai bahan pakan ternak. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein. Korossi (1982) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Pulungan, dkk. (1985) melaporkan bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah. Komposisi zat gizi ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Zat-zat Makanan Ampas Tahu Komponen Jumlah BK (%) PrK (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) NDF (%) ADF (%) Abu (%) Ca (%) P (%) Eb (kkal/kg) 13,30 21,00 23,58 10,49 51,93 25,63 2,96 0,53 0,24 4730 Sumber : Pulungan dkk., 1985 Prabowo dkk., (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Di samping memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas perlu hati-hati (Cullison, 1978).
  • 5. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009 5 2.3. Pengolahan dan Pengawetan Ampas Tahu Ampas tahu memiliki kadar air dan protein yang cukup tinggi sehingga bila disimpan akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur. Menurut Prabowo, dkk., (1983) bahwa ampas tahu dapat disimpan dalam jangka waktu lama bila dikeringkan terlebih dahulu. Biasanya ampas tahu kering digunakan sebagai komponen bahan pakan unggas. Untuk memperoleh ampas tahu kering, dilakukan dengan menjemur atau memasukkannya ke dalam oven sampai kering, kemudian digiling sampai menjadi tepung (IMALOSITA-IPB, 1981). Bila mengawetkan ampas tahu secara basah dapat dilakukan dengan pembuatan silase tanpa menggunakan stater. Terlebih dahulu ampas tahu dikurangi kadar airnya dengan cara dipres sampai kadar air mencapai kira-kira 75%. Lalu disimpan dalam ruang kedap udara atau plastik tertutup rapat supaya udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup disimpan minimal 21 hari dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Penyimpanan dengan cara pembuatan silase dapat mengawetkan ampas tahu sampai 5-6 bulan (Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat, 1999). Pembuatan silase ampas tahu dapat dicampur dengan bahan pakan lain. Senyawa (1991) melaporkan bahwa ampas tahu dicampur dengan jerami padi menghasilkan silase yang baik dan siap untuk digunakan oleh ternak. Kendala adanya asam fitat yag kemungkinan akan mengganggu hewan monograstrik dapat dibatasi dengan menggunakan teknik fermentasi. Fardiaz dan Markakis (1981) menyatakan bahwa efek asam fitat dapat dikurangi dengan penambahan enzim fitase yang dihasilkan oleh beberapa mikroorganisme. Untuk hewan ruminansia asam fitat tidak perlu dirisaukan karena ternak tersebut memiliki mikroba rumen yang mampu menghasilkan enzim fitase dalam jumlah cukup untuk menghidrolisis asam fitat dari pakan. 3. Pembahasan Surtleff dan Aoyagi (1979) melaporkan bahwa penggunaan ampas tahu sangat baik digunakan sebagai ransum ternak sapi perah. Di Jawa Barat ampas tahu telah banyak dan sudah biasa digunakan oleh peternak sebagai makanan ternak sapi potong untuk proses penggemukan. Di Taiwan ampas tahu digunakan sebagai pakan sapi perah mencapai 2-5 kg per ekor per hari (Heng-Chu, 2004), sedangkan di Jepang penggunaan ampas tahu untuk pakan ternak terutama sapi dan babi dapat mencapai 70% (Amaha, et al., 1996). Penelitian telah dilakukan pada domba oleh Pulungan, dkk., (1984), di mana ternak percobaannya diberi ransum perlakuan (A) rumput lapangan (ad libitum), (B) rumput lapangan (ad libitum) + ampas tahu 1,25% BB, (C) rumput lapangan (ad libitum) + ampas
  • 6. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009 6 tahu 2,5% BB, (D) rumput lapangan (ad libitum) + ampas tahu (ad libitum). Hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel 4. Dari data pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa domba yang mendapat rumput berkualitas rendah, ampas tahu dapat diberikan sebagai ransum penggemukan dan dapat diberikan secara tak terbatas. Knipscheer et al. (1983) melakukan penelitian pada kambing dan menyimpulkan bahwa pemberian ampas tahu dapat memberikan keuntungan dalam usaha peternakan kambing atau domba yang dipelihara secara intensif. Tabel 4. Penggunaan Ampas Tahu sebagai Makanan Tambahan pada Domba Lepas Sapih yang Memperoleh Rumput Lapangan Kriteria Perlakuan A B C D Berat badan awal (kg) Berat badan akhir (kg) Pertambahan berat badan (g) 11, 4 11, 7 4 11,0 15,6 55 12, 0 19, 9 94 12,4 22,7 123 Konsumsi : - Bahan kering : Rumput lapangan Ampa tahu Total % berat badan - Protein kasar - NDF - Energi (M.kal) 338 0 338 2,9 41 221 1,2 3 224 166 410 3,1 65 246 1,67 153 414 567 3,6 106 315 2,4 9 143 508 651 3,7 124 365 2,92 Ampas tahu merupakan sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam rumen (Suryahadi, 1990) dengan laju degradasi sebesar 9,8% per jam dan rataan kecepatan produksi N-amonia nettonya sebesar 0,677 mM per jam (Sutardi, 1983). Penggunaan protein ampas tahu diharapkan akan lebih tinggi bila dilindungi dari degradasi dalam rumen (Suryahadi, 1990). Penelitian yang dilakukan Karimullan (1991) menunjukkan bahwa perlindungan ampas tahu dengan tanin menurunkan kadar amonia cairan rumen, hal ini berarti bahwa pemanfaatan protein ampas tahu dapat secara langsung digunakan oleh induk semang tanpa mengalami degradasi oleh mikroba rumen (protein by pass). Namun demikian perlindungan ini juga menyebabkan kadar VFA menurun dan diikuti pula dengan penurunan bakteri dan protozoa rumen. Kemungkinan besar karena pasokan nutrien ampas tahu, begitu pula dengan
  • 7. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009 7 protozoa tidak cukup suplai bakteri dan nutriennya bagi kebutuhan untuk pertumbuhannya akibat perlindungan ampas tahu tersebut oleh tanin gambir. Tabel 5. Pengaruh Perlindungan Ampas Tahu dengan Tanin Gambir terhadap Metabolisme dan Populasi Mikroba Rumen Perlakuan NH3 (mM) VFA (mM) Bakteri/ml Protozoa/ml Tepung ikan 7,514 187,66 7,2x1010 107.157 Ampas tahu 7,183 172,14 2,3x1010 95.117 Ampas tahun+gambir 5,015 136,55 0,39x1010 75.912 Ampas tahu+gambir+urea 5,824 139,08 1,9x1010 88.172 Sumber : Karimullah (1991) 4. Kesimpulan Dari studi literatur yang dilanjutkan dengan hasil pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Ampas tahu memiliki nilai nutrisi yang baik dan digolongkan ke dalam bahan pakan sebagai sumber protein. 2. Ampas tahu apabila diolah dan diawetkan, baik secara kering maupun secara basah dapat dimanfaatkan dan disimpan dalam waktu yang cukup lama. 3. Ampas tahu digunakan sebagai ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap performans ternak ruminansia. 4. Ampas tahu apabila diproteksi dengan tannin dalam rumen akan tanah terhadap degradasi, hal ini dicerminkan dengan menurunnya konsentrasi VFA NH3, bakteri, dan protozoa rumen. Daftar Pustaka Amaha, K., Y. Sasahi, and T. Segawa. 1996. Utilization of Tofu (Soybean Curd) By-Product as Feed for Cattle. http// www.agnet.org. Arianto, B.D. 1983. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu Sebagai terhadap Potongan Karkas Komersial Broiler Betina Strain Hybro umur 6 Minggu. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Peternakan, Jakarta. http//www.bps. CuIlison, E.A. 1978. Feeds and Feeding. Prentice Hall of India Private Limited. New Dehli. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 1999. Uji Coba Pembuatan Silase Ampas Tahu. Brosur.
  • 8. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009 8 Fardiaz, D dan Markakis. 1981. Degradation of Phytic Acid -in Oncom (Fermented Peanut Press Cake). J. Food. Sci. 46:523. Heng-Chu, A. 2004. Utilization of Agricultural By-Products in Taiwan. http//www.agnet.org. IMALOSITA-IPB. 1981. Studi Pemanfaatan Limbah Tahu. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor, Bogor. Karimullah. 1991. Penggunaan Ampas Tahu dengan Gambir Sebagai Pelindung Degradasi Protein Untuk Bahan Baku Pellet Ransum Komplit Ditinjau Berdasarkan Metabolisme dan Populasi Mikroba Rumen. Karya Ilmiah. lnstitut Pertanian Bogor. Karossi, A.A., Sunardi, L.P.S. Patuan dan A. hanafi. 1982. Chemical Composition of Potentian Indonesian Agroindustrial and Agricultural Waste Materials for Animal Feeding. Feed Information and animal Production. Proc. Of the 2nd Symposium of the International Network of Feed Information Centers. Eds: G.E. Robards and L.G. Packlam. Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993. Pemanfaatan ampas tahu sebagai makanan tambahan dalam usaha penggemukan domba potong. Proceeding Seminar 1983. Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung. Pulungan, H., J.E. Van Eys, dan M. Rangkuti. 1984. Penggunaan ampas tahu sebagai makanan tambahan pada domba lepas sapih yang memperoleh rumput lapangan. Balai Perielitian Ternak, Sogor. 1(7): 331-335. Rachimanto, D. Daulay, 8. Hardjo dan Endang S. Sunarya. 1981. Pengaruh kondisi proses pengolahan tradisional terhadap mutu tahu yang dihasilkan. Buletin Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan 3:26-35. Pusbangtapa-FTDC IPB, Bogor. Shurtleff, W. and A. Aoyagi. 1975. The Book of Tofu, Food for Mankind. Ten Speed Press, California, USA. Sumardi dan L.P.S. Patuan. 1983. Kandungan Unsur-unsur Mineral Essensial dalam Limbah Pertanian dan Industri Pertanian di Pulau Jawa. Proceeding Seminar. Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung. Suryahadi. 1990. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia. Pusat Antar Universitas Ilmu hayat Institut Pertanian Bogor. Sutardi, T., M.A. Sigit T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan Makanan Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh Mikroba Rumen. Fapet IPB bekerjasama dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta. Sutarti, H.A., A. Djadjanegara, A. Rays dan T, Manurung. 1976. Hasil Analisa Bahan Makanan Ternak. Laporan Khusus No. 3. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor.