BAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE KEDELEI) VITHA DKK.Phaphy Wahyudhi
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan tempe kedelai, mulai dari latar belakang tempe sebagai makanan tradisional Indonesia yang kaya akan gizi, bahan dan alat yang diperlukan untuk membuat tempe kedelai, serta proses pembuatan tempe kedelai mulai dari persiapan bahan hingga fermentasi menggunakan ragi tempe.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan tauco tradisional, mulai dari bahan baku, proses fermentasi, hingga manfaat tauco. Tauco dibuat dari kedelai yang difermentasikan secara alami menggunakan kapang dan garam, proses ini menghasilkan pasta dengan rasa khas yang digunakan sebagai penyedap makanan.
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14BBPP_Batu
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pengolahan limbah tanaman pangan untuk pakan ternak, khususnya potensi hasil ikutan tanaman padi seperti jerami, dedak, dan sekam sebagai sumber pakan.
2. Jerami padi dan dedak padi memiliki potensi sebagai sumber serat dan energi pakan ternak, meskipun jerami padi memiliki kandungan serat yang terikat erat sehingga sul
BAB I - IV (PEMBUATAN TEMPE KEDELEI) VITHA DKK.Phaphy Wahyudhi
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan tempe kedelai, mulai dari latar belakang tempe sebagai makanan tradisional Indonesia yang kaya akan gizi, bahan dan alat yang diperlukan untuk membuat tempe kedelai, serta proses pembuatan tempe kedelai mulai dari persiapan bahan hingga fermentasi menggunakan ragi tempe.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan tauco tradisional, mulai dari bahan baku, proses fermentasi, hingga manfaat tauco. Tauco dibuat dari kedelai yang difermentasikan secara alami menggunakan kapang dan garam, proses ini menghasilkan pasta dengan rasa khas yang digunakan sebagai penyedap makanan.
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14BBPP_Batu
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pengolahan limbah tanaman pangan untuk pakan ternak, khususnya potensi hasil ikutan tanaman padi seperti jerami, dedak, dan sekam sebagai sumber pakan.
2. Jerami padi dan dedak padi memiliki potensi sebagai sumber serat dan energi pakan ternak, meskipun jerami padi memiliki kandungan serat yang terikat erat sehingga sul
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan keju yang meliputi bahan baku, alat, dan tahapan proses pembuatan keju serta manfaat keju bagi kesehatan."
Brosur ini memberikan informasi tentang alternatif bahan pakan murah dan mudah didapat untuk ayam buras seperti dedak, jagung, bungkil kelapa, singkong, kedelai, dan berbagai daun yang kaya protein seperti daun lamtoro dan turi. Brosur ini juga menjelaskan kebutuhan zat gizi dan produktivitas ayam buras serta beberapa jenis ayam buras lokal seperti ayam Pelting, Kedu, dan Nunukan.
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai formulasi dan metode pemberian pakan ikan. Terdapat beberapa jenis pakan ikan dan bahan baku yang dapat digunakan seperti tepung ikan, tepung kedelai, minyak ikan, serta metode yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi pakan seperti coba-coba dan metode Pearson.
Metode pearsons square digunakan untuk menyusun formulasi pakan ikan dengan membagi bahan baku menjadi protein basal dan protein suplemen. Kadar protein dari masing-masing bahan dihitung rata-ratanya, kemudian diinput ke dalam segi empat pearsons untuk menghasilkan komposisi bahan baku yang akan membentuk pakan ikan dengan kadar protein yang diinginkan.
Dokumen tersebut memberikan daftar dan informasi tentang bahan-bahan yang dapat digunakan untuk membuat pakan buatan bagi pembudidaya ikan. Terdapat bahan hewani seperti tepung ikan, udang, kepala udang, anak ayam, dan bahan nabati seperti dedak, jagung, sorgum, tepung terigu yang masing-masing mengandung protein, lemak, karbohidrat, dan nilai gizi lainnya. Dokumen juga menjel
Dokumen ini membahas tentang pengembangan teknologi pakan murah untuk sapi potong dengan memanfaatkan limbah agroindustri seperti tumpi jagung dan jarami padi. Dokumen juga membahas tentang penggunaan probiotik dan suplemen zat gizi untuk meningkatkan kecernaan pakan dan produktivitas ternak. Selain itu, dibahas pula sistem integrasi peternakan sapi dengan perkebunan kelapa sawit.
Formulasi pakan merupakan proses penting dalam budidaya perikanan dan perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti kebutuhan nutrisi spesifik ikan, ketersediaan bahan baku, dan harga pakan. Teknik formulasi tradisional, perangkat lunak, dan database dapat digunakan untuk menghasilkan pakan yang sesuai target nutrisi dan ekonomis. Pakan fungsional dapat meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan ikan melalui
Teks tersebut membahas tiga penggunaan umbi garut, yaitu sebagai bahan baku susu prebiotik dan probiotik, minuman beralkohol, dan yoghurt. Umbi garut kaya karbohidrat dan dapat difermentasi menjadi berbagai produk fungsional yang bermanfaat untuk kesehatan.
Dokumen ini membahas tentang ransum alternatif untuk itik petelur berbasis bahan lokal. Bahan-bahan seperti dedak padi, bekicot, keong emas, cangkang udang, dan ikan rucah dapat digunakan sebagai sumber protein dan energi. Dokumen ini juga menjelaskan kandungan nutrisi penting untuk itik petelur dan cara pemberian bahan pakan lokal secara aman dan bergizi.
Serealia dan kacang-kacangan merupakan sumber karbohidrat dan protein nabati penting. Serealia kaya akan karbohidrat seperti pati sedangkan kacang-kacangan mengandung protein tinggi. Selama penyimpanan, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam serealia mengalami berbagai perubahan biokimia.
Pakan buatan adalah pakan ikan yang diproduksi melalui proses pembuatan dengan menggunakan bahan baku seperti jagung, kedelai, dan tepung ikan. Proses pembuatan pakan buatan meliputi penghalusan bahan baku, pencampuran bahan sesuai formulasi, percetakan, pengeringan, dan pengemasan. Tujuannya adalah menghasilkan pakan yang memiliki kandungan nutrisi seimbang sesuai kebutuhan ikan.
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okMasyithahRachmat30
Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah faktor pakan, disamping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan. Salah satu usaha untuk menekan biaya pakan adalah memanfaatkan bahan pakan alternatif (beberapa bahan
pakan lokal) seperti : tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, tepung jagung dan garam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang 5 bahan pakan lokal yang dapat digunakan untuk ikan, yaitu bungkil kacang tanah untuk ikan nila, keong mas untuk ikan gabus, azolla untuk ikan lele, tepung daun singkong, dan maggot black soldier fly untuk ikan koi.
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Emma Femi
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pertanian terpadu berkelanjutan yang meliputi siklus tanaman padi, hasil olahannya seperti beras, dedak, dan jerami, serta pemanfaatannya untuk pakan ternak seperti ayam dan sapi. Dokumen ini juga menjelaskan proses pembuatan pupuk organik dari kotoran ayam dan bokashi dari jerami untuk memelihara kesuburan tanah.
Rangkuman dokumen:
1. Dokumen ini menjelaskan rancangan percobaan pengaruh suhu dan lama pemeraman terhadap hasil fermentasi tape singkong.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi tape antara lain suhu dan lama pemeraman. Suhu optimal fermentasi tape adalah 30 derajat celcius.
3. Percobaan akan mengamati pengaruh suhu 250C, 00C, dan 180C serta lama pemeraman 1, 3, dan 5 hari terhadap
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan keju yang meliputi bahan baku, alat, dan tahapan proses pembuatan keju serta manfaat keju bagi kesehatan."
Brosur ini memberikan informasi tentang alternatif bahan pakan murah dan mudah didapat untuk ayam buras seperti dedak, jagung, bungkil kelapa, singkong, kedelai, dan berbagai daun yang kaya protein seperti daun lamtoro dan turi. Brosur ini juga menjelaskan kebutuhan zat gizi dan produktivitas ayam buras serta beberapa jenis ayam buras lokal seperti ayam Pelting, Kedu, dan Nunukan.
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai formulasi dan metode pemberian pakan ikan. Terdapat beberapa jenis pakan ikan dan bahan baku yang dapat digunakan seperti tepung ikan, tepung kedelai, minyak ikan, serta metode yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi pakan seperti coba-coba dan metode Pearson.
Metode pearsons square digunakan untuk menyusun formulasi pakan ikan dengan membagi bahan baku menjadi protein basal dan protein suplemen. Kadar protein dari masing-masing bahan dihitung rata-ratanya, kemudian diinput ke dalam segi empat pearsons untuk menghasilkan komposisi bahan baku yang akan membentuk pakan ikan dengan kadar protein yang diinginkan.
Dokumen tersebut memberikan daftar dan informasi tentang bahan-bahan yang dapat digunakan untuk membuat pakan buatan bagi pembudidaya ikan. Terdapat bahan hewani seperti tepung ikan, udang, kepala udang, anak ayam, dan bahan nabati seperti dedak, jagung, sorgum, tepung terigu yang masing-masing mengandung protein, lemak, karbohidrat, dan nilai gizi lainnya. Dokumen juga menjel
Dokumen ini membahas tentang pengembangan teknologi pakan murah untuk sapi potong dengan memanfaatkan limbah agroindustri seperti tumpi jagung dan jarami padi. Dokumen juga membahas tentang penggunaan probiotik dan suplemen zat gizi untuk meningkatkan kecernaan pakan dan produktivitas ternak. Selain itu, dibahas pula sistem integrasi peternakan sapi dengan perkebunan kelapa sawit.
Formulasi pakan merupakan proses penting dalam budidaya perikanan dan perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti kebutuhan nutrisi spesifik ikan, ketersediaan bahan baku, dan harga pakan. Teknik formulasi tradisional, perangkat lunak, dan database dapat digunakan untuk menghasilkan pakan yang sesuai target nutrisi dan ekonomis. Pakan fungsional dapat meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan ikan melalui
Teks tersebut membahas tiga penggunaan umbi garut, yaitu sebagai bahan baku susu prebiotik dan probiotik, minuman beralkohol, dan yoghurt. Umbi garut kaya karbohidrat dan dapat difermentasi menjadi berbagai produk fungsional yang bermanfaat untuk kesehatan.
Dokumen ini membahas tentang ransum alternatif untuk itik petelur berbasis bahan lokal. Bahan-bahan seperti dedak padi, bekicot, keong emas, cangkang udang, dan ikan rucah dapat digunakan sebagai sumber protein dan energi. Dokumen ini juga menjelaskan kandungan nutrisi penting untuk itik petelur dan cara pemberian bahan pakan lokal secara aman dan bergizi.
Serealia dan kacang-kacangan merupakan sumber karbohidrat dan protein nabati penting. Serealia kaya akan karbohidrat seperti pati sedangkan kacang-kacangan mengandung protein tinggi. Selama penyimpanan, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam serealia mengalami berbagai perubahan biokimia.
Pakan buatan adalah pakan ikan yang diproduksi melalui proses pembuatan dengan menggunakan bahan baku seperti jagung, kedelai, dan tepung ikan. Proses pembuatan pakan buatan meliputi penghalusan bahan baku, pencampuran bahan sesuai formulasi, percetakan, pengeringan, dan pengemasan. Tujuannya adalah menghasilkan pakan yang memiliki kandungan nutrisi seimbang sesuai kebutuhan ikan.
Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okMasyithahRachmat30
Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah faktor pakan, disamping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan. Salah satu usaha untuk menekan biaya pakan adalah memanfaatkan bahan pakan alternatif (beberapa bahan
pakan lokal) seperti : tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, tepung jagung dan garam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang 5 bahan pakan lokal yang dapat digunakan untuk ikan, yaitu bungkil kacang tanah untuk ikan nila, keong mas untuk ikan gabus, azolla untuk ikan lele, tepung daun singkong, dan maggot black soldier fly untuk ikan koi.
Sistem Pertanian Terpadu (Integrasi Tanaman - Ternak)Emma Femi
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pertanian terpadu berkelanjutan yang meliputi siklus tanaman padi, hasil olahannya seperti beras, dedak, dan jerami, serta pemanfaatannya untuk pakan ternak seperti ayam dan sapi. Dokumen ini juga menjelaskan proses pembuatan pupuk organik dari kotoran ayam dan bokashi dari jerami untuk memelihara kesuburan tanah.
Rangkuman dokumen:
1. Dokumen ini menjelaskan rancangan percobaan pengaruh suhu dan lama pemeraman terhadap hasil fermentasi tape singkong.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi tape antara lain suhu dan lama pemeraman. Suhu optimal fermentasi tape adalah 30 derajat celcius.
3. Percobaan akan mengamati pengaruh suhu 250C, 00C, dan 180C serta lama pemeraman 1, 3, dan 5 hari terhadap
Makalah ini membahas tentang integrasi usahatani tebu dan ternak sapi potong dalam suatu sistem pertanian terpadu. Produk ikutan dari tebu seperti pucuk tebu, daun kletekan, ampas tebu, dan tetes dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara limbah ternak berupa pupuk alami untuk tanaman tebu. Makalah ini juga menjelaskan komponen-komponen penting dalam sistem pertanian terpadu seperti petern
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan tahu dan kerupuk tahu secara umum, dimulai dari bahan baku kedelai dan tepung tapioka hingga proses pengolahan dan bahan tambahan. Kandungan gizi tahu dan kerupuk tahu juga dijelaskan.
[Ringkasan]
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan usaha agroindustri olahan ubi ungu di Jambi dengan memproduksi keripik pangsit dan stik ubi ungu. Usaha ini didirikan pada tahun 2008 dan telah melakukan ekspansi dengan menambah tenaga kerja dan mesin produksi. Produksi dilakukan dengan proses pengolahan bahan baku ubi ungu hingga kemasan dan pemasaran produk.
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...dewi inne kumalasari
Makalah ini membahas cara mengatasi permasalahan ketersediaan pakan di Indonesia dengan melihat potensi sumber daya alam di Jawa Timur. Beberapa alternatif bahan pakan yang dibahas antara lain onggok dan tepung kulit kakao yang dapat ditingkatkan kualitasnya melalui proses fermentasi untuk meningkatkan kandungan protein dan menurunkan serat kasar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak.
Makalah ini membahas teknologi pengolahan komoditas unggulan lahan lebak seperti ubi-ubian, jagung, dan kacang-kacangan untuk mendukung pengembangan agroindustri. Beberapa teknologi pengolahan yang dijelaskan meliputi keripik, tepung, dodol, dan saos untuk komoditas ubi nagara, ubi alabio, jagung, dan lainnya. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah komoditas s
Dokumen tersebut membahas tentang ketahanan pangan di Indonesia. Beberapa poin pentingnya adalah: (1) Indonesia belum mampu mencapai swasembada pangan, (2) terdapat beberapa masalah strategis seperti ketersediaan dan distribusi pangan yang belum merata, (3) diperlukan kebijakan untuk menjamin ketersediaan, distribusi, dan aksesibilitas pangan bagi masyarakat.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
6. ir. muhammad sragafa, m.pd
1. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
1
PENGGUNAAN AMPAS TAHU SEBAGAI PAKAN TERNAK
RUMINANSIA
Ir. Muhammad Sragafa, M.Pd.1
Abstrak
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ampas tahu sebagai
pakan ternak ruminansia. Metode penulisan menggunakan metode library research. Dari
hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa ampas tahu memiliki nilai nutrisi yang baik dan
digolongkan ke dalam bahan pakan sebagai sumber protein. Ampas tahu apabila diolah dan
diawetkan, baik secara kering maupun secara basah dapat dimanfaatkan dan disimpan
dalam waktu yang cukup lama. Ampas tahu digunakan sebagai ransum memberikan
pengaruh yang baik terhadap performans ternak ruminansia. Ampas tahu apabila diproteksi
dengan tannin dalam rumen akan tanah terhadap degradasi, hal ini dicerminkan dengan
menurunnya konsentrasi VFA NH3, bakteri, dan protozoa rumen.
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penduduk Indonesia setiap tahun terus bertambah. Menurut data sensus terakhir
jumlah penduduk Indonesia 202 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar akan menyebabkan
kebutuhan pangan asal ternak semakin meningkat. Untuk lebih jelas data produksi daging
sapi dan kebutuhan daging unggas adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Produksi Daging Sapi dan Konsumsi Daging Ayam Broiler
No Tahun
Produksi
Daging Sapi
(000 MT)*
Kebutuhan Daging
Unggas
(kg/kapita/tahun)**
1. 1998 1.128 1,73
2. 1999 1.193 -
3. 2000 1.445 2,30
4. 2001 1.451 2,53
5. 2002 - 3,70
Sumber : *) BPS Statistic Indonesia (2002)
**) Gabungan Pengusaha Peternak Unggas (20010
Dari Tabel 1 di atas tampak bahwa baik produksi daging sapi maupun kebutuhan
daging unggas dari tahun ke tahun terus meningkat. Kemungkinan kondisi ini akan terus
berlanjut seiring dengan kondisi ekonomi yang semakin baik. Bahkan untuk konsumsi
daging unggas diproyeksikan dua kali lipat pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun
1
Dosen STP. Gunung Leuser, Kutacane
2. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
2
1998. Keadaan ini memberikan peluang yang sangat besar bagi dunia perunggasan.
Fenomena tersebut dirasakan dengan banyak berdirinya perusahaan peternakan,
penggemukan sapi potong dan unggas baik untuk skala usaha besar maupun kecil.
Banyak berdirinya perusahaan ternak, ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan
bahan pakan yang mencukupi. Kenyataan ini mengakibatkan masih diimpornya bahan pakan.
Untuk lebih jelasnya data impor bahan pakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.
Impor Bahan Baku Pakan (X 1.000 ton)
Bahan 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Jagung 617 1.098 298 591 1.300 1.400 2.000
T. Ikan 127 115 35 72 101 110 160
B. Kedelai 942 869 668 905 1.050 1.155 1.700
Sumber : BPS
Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa impor bahan pakan cenderung mengalami
kenaikan yang cukup signifikan, meskipun pada Tahun 1998 mengalami penurunan. Hal ini
diakibatkan karena terjadi krisis ekonomi yang parah akibat kondisi politik yang tidak stabil.
Sebenarnya impor bahan pakan dapat dikurangi atau mungkin tidak sama sekali, bila kita
mampu memanfaatkan sumber daya yang ada, misalkan dengan memanfaatkan ampas tahu.
Pada hakekatnya pemanfaatan hasil ikutan merupakan pendaurulangan sumber daya alam
sehingga dapat lebih bermanfaat bagi penanggulangan kelangkaan pakan. Ketersediaan hasil
ikutan jumlahnya cukup melimpah dan terkonsentrasi di daerah tertentu, seperti halnya di
daerah Jawa Barat hanya terdapat pada kota-kota tertentu yaitu Bogor, Bandung dan
Sumedang. Peternak di daerah tersebut dapat memanfaatkan ampas tahu tersebut untuk
makanan ternaknya. Walaupun harganya sangat tergantung pada jarak, kandungan bahan
kering dan alternatif penggunaannya.
1.2. Perumusan Masalah
Kebutuhan konsentrat untuk ternak ruminansia mutlak diperlukan untuk memacu
produktivitasnya. Ampas tahu merupakan hasil ikutan pembuatan tahu memiliki potensi
sebagai konsentrat. Pemanfaatannya telah banyak digunakan untuk ternak, namun data-data
ilmiah mengenai manfaat ampas tahu belum diketahui secara jelas. Untuk itu menjadi suatu
pertanyaan ”Apakah ampas tahu bermanfaat untuk ternak ruminansia?”
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ampas tahu sebagai
pakan ternak ruminansia.
3. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
3
2. Uraian Teoritis
2.1. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang banyak
terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk menghasilkan ampas
tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan tahu terdiri dari dua tahapan : (1)
Pembuatan susu kedelai, danm (2) penggumpalan protein dari susu kedelai sehingga
selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang diinginkan.
Tahap awal pembuatan susu kedelai adalah melakukan perendaman kedelai kering
pilihan selama kurang lebih 12 jam pada suhu kamar 25°C. Tujuan perendaman untuk
memudahkan penggilingan serta mendapatkan dispersi dan suspensi yang lebih baik dari bahan
padat kedelai pada waktu penggilingan (Rachimanto, dkk., 1981). Menurut Shurtleff dan Aoyagi
(1979) perendaman yang optimal adalah 12 jam pada suhu 25°C. Setelah itu kedelai digiling
dengan ditambah air panas atau air dingin dengan perbandingan satu bagian kedelai yang
ditambahkan delapan sampai sepuluh bagian air. Penggilingan dengan air panas bertujuan agar
lebih efektif dalam meningkatkan kelarutan protein kedelai. Bubur kedelai yang diperoleh
kemudian dimasak pada suhu 100 – 110°C selama sepuluh menit, kemudian dilakukan
penyaringan.
Sehubungan dengan ini ada sebagian pembuatan tahu di masyarakat yang melakukan
perebusan terlebi dahulu, kemudian disaring. Sedangkan sebagian lagi melakukan penyaringan
dulu kemudian dilakukan perebusan. Untuk memperoleh dadih tahu maka dilakukan
penggumpalan susu kedelai dengan menambahkan zat penggumpal berupa asam, garam dapur
maupun dengan proses fermentasi (Rachmianto, dkk., 1981).
Penggunaan garam CaSO4 merupakan cara tradisional yang biasa dipakai oleh pembuat
tahu rakyat, selain itu dengan penggunaan garam ini dihasilkan tahu bermutu tinggi mengandung
mineral Ca tinggi. Suhu pada proses penggumpalan sebaiknya 70-85°C (Shurtleff dan Aoyagi,
1979), sedangkan jumlah asam atau garam yang ditambahkan sekitar 2-3% dari berat kacang
kedelai yang digunakan.
Setelah terjadi gumpalan tahu, air (whey) yang masih terdapat bersama gumpalan itu
dibuang. Sedangkan gumpalan tahu ditekan atau dicetak sehingga terbentuk tahu seperti yang
diinginkan. Untuk mencegah supaya tidak mudah hancur sebaiknya setelah pencetakan segera
direndam dalam air dingin dengan suhu 5°C selama 60-90 menit (Shurtleff dan Aoyagi, 1979).
Bobot ampas tahu rata 1,12 kali bobot kedelai kering, sedangkan volumenya 1,5 sampai 2 kali
volume kedelai kering (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Penggunaan ampas tahu di samping sebagai
4. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
4
makanan ternak juga dipakai sebagai bahan baku untuk pembuatan oncom yaitu sejenis makanan
yang kualitasnya lebih rendah daripada tempe.
2.2. Nilai Gizi dan Potensi Ampas Tahu
Potensi ampas tahu cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia tercatat pada Tahun
1999 sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50% kacang
kedelai tersebut digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang kedelai menjadi ampas
tahu sebesar 100-112%, maka jumlah ampas tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional dan
48.153 ton di Jawa Barat. Potensi ini cukup menjanjikan sebagai bahan pakan ternak.
Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber
protein. Korossi (1982) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya
dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Pulungan, dkk. (1985) melaporkan bahwa
ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang
menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah.
Komposisi zat gizi ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Komposisi Zat-zat Makanan Ampas Tahu
Komponen Jumlah
BK (%)
PrK (%)
Serat Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
NDF (%)
ADF (%)
Abu (%)
Ca (%)
P (%)
Eb (kkal/kg)
13,30
21,00
23,58
10,49
51,93
25,63
2,96
0,53
0,24
4730
Sumber : Pulungan dkk., 1985
Prabowo dkk., (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai
biologis lebih tinggi daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini
berasal dari kedelai yang telah dimasak. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral
mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm,
Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Di samping
memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam
fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co,
Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas perlu hati-hati (Cullison, 1978).
5. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
5
2.3. Pengolahan dan Pengawetan Ampas Tahu
Ampas tahu memiliki kadar air dan protein yang cukup tinggi sehingga bila disimpan
akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur. Menurut Prabowo, dkk., (1983) bahwa
ampas tahu dapat disimpan dalam jangka waktu lama bila dikeringkan terlebih dahulu.
Biasanya ampas tahu kering digunakan sebagai komponen bahan pakan unggas. Untuk
memperoleh ampas tahu kering, dilakukan dengan menjemur atau memasukkannya ke dalam
oven sampai kering, kemudian digiling sampai menjadi tepung (IMALOSITA-IPB, 1981).
Bila mengawetkan ampas tahu secara basah dapat dilakukan dengan pembuatan silase
tanpa menggunakan stater. Terlebih dahulu ampas tahu dikurangi kadar airnya dengan cara
dipres sampai kadar air mencapai kira-kira 75%. Lalu disimpan dalam ruang kedap udara
atau plastik tertutup rapat supaya udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup disimpan
minimal 21 hari dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Penyimpanan dengan cara
pembuatan silase dapat mengawetkan ampas tahu sampai 5-6 bulan (Dinas Peternakan
Propinsi Jawa Barat, 1999).
Pembuatan silase ampas tahu dapat dicampur dengan bahan pakan lain. Senyawa (1991)
melaporkan bahwa ampas tahu dicampur dengan jerami padi menghasilkan silase yang baik dan
siap untuk digunakan oleh ternak. Kendala adanya asam fitat yag kemungkinan akan
mengganggu hewan monograstrik dapat dibatasi dengan menggunakan teknik fermentasi.
Fardiaz dan Markakis (1981) menyatakan bahwa efek asam fitat dapat dikurangi dengan
penambahan enzim fitase yang dihasilkan oleh beberapa mikroorganisme. Untuk hewan
ruminansia asam fitat tidak perlu dirisaukan karena ternak tersebut memiliki mikroba rumen
yang mampu menghasilkan enzim fitase dalam jumlah cukup untuk menghidrolisis asam fitat
dari pakan.
3. Pembahasan
Surtleff dan Aoyagi (1979) melaporkan bahwa penggunaan ampas tahu sangat baik
digunakan sebagai ransum ternak sapi perah. Di Jawa Barat ampas tahu telah banyak dan
sudah biasa digunakan oleh peternak sebagai makanan ternak sapi potong untuk proses
penggemukan. Di Taiwan ampas tahu digunakan sebagai pakan sapi perah mencapai 2-5 kg
per ekor per hari (Heng-Chu, 2004), sedangkan di Jepang penggunaan ampas tahu untuk
pakan ternak terutama sapi dan babi dapat mencapai 70% (Amaha, et al., 1996).
Penelitian telah dilakukan pada domba oleh Pulungan, dkk., (1984), di mana ternak
percobaannya diberi ransum perlakuan (A) rumput lapangan (ad libitum), (B) rumput
lapangan (ad libitum) + ampas tahu 1,25% BB, (C) rumput lapangan (ad libitum) + ampas
6. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
6
tahu 2,5% BB, (D) rumput lapangan (ad libitum) + ampas tahu (ad libitum). Hasil yang
diperoleh disajikan pada Tabel 4. Dari data pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa domba
yang mendapat rumput berkualitas rendah, ampas tahu dapat diberikan sebagai ransum
penggemukan dan dapat diberikan secara tak terbatas.
Knipscheer et al. (1983) melakukan penelitian pada kambing dan menyimpulkan
bahwa pemberian ampas tahu dapat memberikan keuntungan dalam usaha peternakan
kambing atau domba yang dipelihara secara intensif.
Tabel 4.
Penggunaan Ampas Tahu sebagai Makanan Tambahan pada
Domba Lepas Sapih yang Memperoleh Rumput Lapangan
Kriteria
Perlakuan
A B C D
Berat badan awal
(kg)
Berat badan akhir
(kg)
Pertambahan berat
badan (g)
11,
4
11,
7
4
11,0
15,6
55
12,
0
19,
9
94
12,4
22,7
123
Konsumsi :
- Bahan kering :
Rumput lapangan
Ampa tahu
Total
% berat badan
- Protein kasar
- NDF
- Energi (M.kal)
338
0
338
2,9
41
221
1,2
3
224
166
410
3,1
65
246
1,67
153
414
567
3,6
106
315
2,4
9
143
508
651
3,7
124
365
2,92
Ampas tahu merupakan sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam rumen
(Suryahadi, 1990) dengan laju degradasi sebesar 9,8% per jam dan rataan kecepatan produksi
N-amonia nettonya sebesar 0,677 mM per jam (Sutardi, 1983). Penggunaan protein ampas
tahu diharapkan akan lebih tinggi bila dilindungi dari degradasi dalam rumen (Suryahadi, 1990).
Penelitian yang dilakukan Karimullan (1991) menunjukkan bahwa perlindungan
ampas tahu dengan tanin menurunkan kadar amonia cairan rumen, hal ini berarti bahwa
pemanfaatan protein ampas tahu dapat secara langsung digunakan oleh induk semang tanpa
mengalami degradasi oleh mikroba rumen (protein by pass). Namun demikian perlindungan
ini juga menyebabkan kadar VFA menurun dan diikuti pula dengan penurunan bakteri dan
protozoa rumen. Kemungkinan besar karena pasokan nutrien ampas tahu, begitu pula dengan
7. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
7
protozoa tidak cukup suplai bakteri dan nutriennya bagi kebutuhan untuk pertumbuhannya
akibat perlindungan ampas tahu tersebut oleh tanin gambir.
Tabel 5.
Pengaruh Perlindungan Ampas Tahu dengan Tanin Gambir terhadap Metabolisme dan
Populasi Mikroba Rumen
Perlakuan
NH3
(mM)
VFA
(mM)
Bakteri/ml Protozoa/ml
Tepung ikan 7,514 187,66 7,2x1010
107.157
Ampas tahu 7,183 172,14 2,3x1010
95.117
Ampas
tahun+gambir
5,015 136,55 0,39x1010
75.912
Ampas
tahu+gambir+urea
5,824 139,08 1,9x1010
88.172
Sumber : Karimullah (1991)
4. Kesimpulan
Dari studi literatur yang dilanjutkan dengan hasil pembahasan maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan :
1. Ampas tahu memiliki nilai nutrisi yang baik dan digolongkan ke dalam bahan pakan
sebagai sumber protein.
2. Ampas tahu apabila diolah dan diawetkan, baik secara kering maupun secara basah dapat
dimanfaatkan dan disimpan dalam waktu yang cukup lama.
3. Ampas tahu digunakan sebagai ransum memberikan pengaruh yang baik terhadap
performans ternak ruminansia.
4. Ampas tahu apabila diproteksi dengan tannin dalam rumen akan tanah terhadap degradasi,
hal ini dicerminkan dengan menurunnya konsentrasi VFA NH3, bakteri, dan protozoa rumen.
Daftar Pustaka
Amaha, K., Y. Sasahi, and T. Segawa. 1996. Utilization of Tofu (Soybean Curd) By-Product
as Feed for Cattle. http// www.agnet.org.
Arianto, B.D. 1983. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu Sebagai terhadap Potongan
Karkas Komersial Broiler Betina Strain Hybro umur 6 Minggu. Karya Ilmiah.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Peternakan, Jakarta. http//www.bps.
CuIlison, E.A. 1978. Feeds and Feeding. Prentice Hall of India Private Limited. New Dehli.
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 1999. Uji Coba Pembuatan Silase Ampas Tahu.
Brosur.
8. Kultura Volume: 10 No.1 Desember 2009
8
Fardiaz, D dan Markakis. 1981. Degradation of Phytic Acid -in Oncom (Fermented Peanut
Press Cake). J. Food. Sci. 46:523.
Heng-Chu, A. 2004. Utilization of Agricultural By-Products in Taiwan.
http//www.agnet.org.
IMALOSITA-IPB. 1981. Studi Pemanfaatan Limbah Tahu. Fakultas Teknologi Pertanian
Bogor, Bogor.
Karimullah. 1991. Penggunaan Ampas Tahu dengan Gambir Sebagai Pelindung Degradasi
Protein Untuk Bahan Baku Pellet Ransum Komplit Ditinjau Berdasarkan
Metabolisme dan Populasi Mikroba Rumen. Karya Ilmiah. lnstitut Pertanian Bogor.
Karossi, A.A., Sunardi, L.P.S. Patuan dan A. hanafi. 1982. Chemical Composition of
Potentian Indonesian Agroindustrial and Agricultural Waste Materials for Animal
Feeding. Feed Information and animal Production. Proc. Of the 2nd Symposium of
the International Network of Feed Information Centers. Eds: G.E. Robards and L.G.
Packlam.
Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993. Pemanfaatan ampas tahu sebagai makanan
tambahan dalam usaha penggemukan domba potong. Proceeding Seminar 1983.
Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung.
Pulungan, H., J.E. Van Eys, dan M. Rangkuti. 1984. Penggunaan ampas tahu sebagai
makanan tambahan pada domba lepas sapih yang memperoleh rumput lapangan.
Balai Perielitian Ternak, Sogor. 1(7): 331-335.
Rachimanto, D. Daulay, 8. Hardjo dan Endang S. Sunarya. 1981. Pengaruh kondisi proses
pengolahan tradisional terhadap mutu tahu yang dihasilkan. Buletin Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pangan 3:26-35. Pusbangtapa-FTDC IPB, Bogor.
Shurtleff, W. and A. Aoyagi. 1975. The Book of Tofu, Food for Mankind. Ten Speed Press,
California, USA.
Sumardi dan L.P.S. Patuan. 1983. Kandungan Unsur-unsur Mineral Essensial dalam Limbah
Pertanian dan Industri Pertanian di Pulau Jawa. Proceeding Seminar. Lembaga
Kimia Nasional-LIPI, Bandung.
Suryahadi. 1990. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia. Pusat Antar Universitas
Ilmu hayat Institut Pertanian Bogor.
Sutardi, T., M.A. Sigit T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan Makanan
Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh Mikroba Rumen. Fapet
IPB bekerjasama dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.
Sutarti, H.A., A. Djadjanegara, A. Rays dan T, Manurung. 1976. Hasil Analisa Bahan
Makanan Ternak. Laporan Khusus No. 3. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor.